Tinjauan Implementasi Huruf Braille

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Braille hanya menggunakan kombinasi antara titik dan ruang kosong atau spasi. Sistem tulisan Braille pertama kali digunakan di L‟Institution Nationale des Jeunes Aveugles, Paris, dalam rangka mengajar siswa- siswa tunanetra. Usaha Louis Braille mendapat tempat dan dukungan Charles Barbier. Charles Barbier adalah seorang bekas perwira artileri Napoleon, Kapten Charles Barbier. Barbier menggunakan sandi berupa garis-garis dan titik-titik timbul untuk memberikan pesan ataupun perintah kepada serdadunya dalam kondisi gelap malam. Pesan tersebut dibaca dengan cara meraba rangkaian kombinasi garis dan titik yang tersusun menjadi sebuah kalimat. Sistem demikian kemudian dikenal dengan sebutan night writing atau tulisan malam. Sehingga Charles Barbier pada tahun 1825 menciptakan tulisan yang dapat dibaca di tempat yang gelap. Tulisan itu terdiri dari 12 titik berjajar dua dari atas ke bawah, dengan mudah dapat dirabah. Atas dasar penemuan Braille ini, pada tahun 1834 Louis Braille selesai mengembangkan tulisan untuk anak tunanetra. Bertolak dari penemuan Barbier, Louis menyusun tulisan terdiri dari enam titik dijajarkan vertikal tiga-tiga. Dengan menempatkan titik-titik tersebut dalam berbagai posisi telah disusun seluruh abjad. Dengan menggunakan tulisan tersebut dapatlah kini anak tunanetra membaca dan menulis lebih mudah. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Kontroversi mengenai kegunaan huruf Braille di Perancis sempat muncul hingga berujung pada pemecatan Dr. Pignier sebagai kepala lembaga dan larangan penggunaan tulisan Braille di tempat Louis mengajar. Karena sistem baca dan penulisan yang tidak lazim, sulit untuk meyakinkan masyarakat mengenai kegunaan dari huruf Braille bagi kaum tuna netra. Salah satu penentang tulisan Braille adalah Dr. Dufau, asisten direktur L‟Institution Nationale des Jeunes Aveugles. Dufau kemudian diangkat menjadi kepala lembaga yang baru. Untuk memperkuat gerakan anti-Braille, semua buku dan transkrip yang ditulis dalam huruf Braille dibakar dan disita. Namun dikarenakan perkembangan murid-murid tuna netra yang begitu cepat sebagai bukti dari kegunaan huruf Braille, menjelang tahun 1847 sistem tulisan tersebut diperbolehkan kembali. Louis juga mendapat pengakuan akan karyanya dari gurunya yang dulu yaitu Valentine Hauy. Walaupun pengakuan tersebut harus menunggu hingga 2 tahun setelah ia meninggal. Louis meninggal tahun 1852, pada usia 43 tahun. Pada tahun 1851 tulisan Braille diajukan pada pemerintah negara Perancis agar diakui secara sah oleh pemerintah. Sejak saat itu penggunaan huruf Braille mulai berkembang luas hingga mencapai negara-negara lain. Pada akhir abad ke-19 sistem tulisan ini diakui secara universal dan diberi nama ‘tulisan Braille’. Di tahun 1956, Dewan Dunia untuk Kesejahteraan Tuna netra The World Council for the Welfare of digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id the Blind menjadikan bekas rumah Louis Braille sebagai musium. Kediaman tersebut terletak di Coupvray, 40 km sebelah timur Paris. 28 Jadi sejarah adanya huruf Braille ini bermula dari sebuah pengalaman seorang tentara yaitu M. Charles Barbier, kemudian dilanjutkan dengan penemuan Louis Braille, sehingga Braille banyak digunakan oleh tunanetra, sehingga mereka dapat belajar ilmu pengetahuan. Pada awalnya huruf Braille tidak mendapatkan banyak dukungan karena berbagai kendala. Namun dengan berkembangnya zaman dan usaha, akhirnya huruf Braille ini di akui dan mendapat dukungan luar biasa sehingga sampai sekarang Huruf Braille masih digunakan oleh siswa tunanetra didunia pendidikan. c. Penggunaan Huruf Brille Huruf-huruf Braille disusun berdasarkan pola enam titik timbul dengan posisi tiga vertikal dan titik horisontal seperti pola kartu domino. Titik-titik tersebut diberi nomor tetap 1, 2, 3, 4, 5, 6 pada posisi sebagai berikut: 1 Susunan titik huruf Braille cara baca Untuk keperluan mambaca, titik timbul positif yang dibaca. Cara membaca seperti pada umumnya yaitu dari kiri ke kanan. 28 http:id.wikipedia.orgwikiBraille. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1 4 2 5 3 6 4 1 5 2 6 3 Titik satu pada penulisan Braille terdapat pada titik sebelah kiri atas. Posisi titik-titik di atas adalah posisi huruf Braille terdiri dari satu atau kombinasi beberapa titik tersebut. Dengan bantuan nomor dari setiap titik, maka suatu huruf dapat dinyatakan dengan menyebutkan nomor dari titik-titiknya. 2 Susunan titik huruf Braille cara tulis. Untuk menulis, prinsip kerjanya berbeda dengan mambaca. Cara menulis huruf Braille tidak seperti pada umumnya yaitu dimulai dari kanan ke kiri, biasanya sering disebut dengan menulis secara negatif. Jadi menulis Braille secara negatif dan menghasilkan tulisan secara timbul positif. Titik satu pada penulisan Braille terdapat pada titik sebelah kanan atas. Posisi titik-titik di atas adalah posisi huruf Braille yang ditulis dari kanan ke kiri. Huruf Braille terdiri dari satu atau digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kombinasi beberapa titik tersebut. Dengan bantuan nomor dari setiap titik, maka suatu huruf dapat dinyatakan dengan menyebutkan nomor dari titik-titiknya. 29 Demikian penggunan huruf Braille untuk siswa tunanetra. Dengan mempergunakan huruf Braille seorang tunantera tidak saja membaca tetapi juga dapat menuliskan apa yang dipikir serta kemudian membacanya kembali. 30 Ketika menggunakan huruf Braille ada beberapa hal yang harus dicatat: 1 Bahwa dengan demikian terdapat perbedaan pengggunaan huruf untuk orang tunanetra dan orang awas. 2 Huruf Braille: a Lama menuliskannya b Memerlukan tempat lebih banyak c Tidak dapat diperkecil d Memerlukan alat khusus untuk menuliskannya. 31 Namun dengan berkembangnya zaman, Braille kemungkinan kurang digunakan lagi sebagai metode utama dalam membaca, sebab pembaharuan dan kemungkinan di bidang teknologi memampukan anak membaca dengan menggunakan alat-alat yang mengubah tulisan kedalam bentuk suara dan juga tersedia bahan rekaman. Hal 29 Wahyudi Hartono, Materi Pelatihan Dasar Baca Tulis Braille Untuk Orang Tua Anak Tunanetra, Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, h.1- 2 30 Munawir Yusuf, Pendidikan Tunanetra Dewasa dan Pembinaan Karir, ibid, h.111 31 Ts. Soekini Pradopo, Pendidikan Anak-Anak Tunanetra, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976, h. 36 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ini didukung oleh filosofi bahwa anak yang sisa penglihatannya seminim mungkin, harus diajarkan menggunakan sebanyak mungkin. Mereka yang buta total Braille tetap jadi metode utama dalam membaca. Braille tetap berguna juga untuk komunikasi sesama tunanetra dan lagi tidak semua tunanetra memiliki alat-alat teknologi tersebut yang relatif mahal. Metode mula-mula menulis Braille dengan menggunakan mesin tik Braille dengan menggunakan reglet dan pen Stylus. 32 Penggunaan Braille sebenarnya sama antara huruf abjad dengan huruf Al-Quran. Namun yang membedakan memang rumus atau kode huruf abjad dengan huruf hijaiyah berbeda, karena untuk membaca dan menulis kembali pengetahuan bagi tunanetra. Huruf Brille merupaka modal utama dan dasar untuk menulis dan membaca bagi tunanetra. Meskipun berkembangnya zaman banyak alat elektronik seperti alat perekam, dan lain-lain yang juga dapat membantu siswa tunanetra mendapatkan ilmu pengetahuan, namun jika siswa tunanetra ingin menulisknannya kembali, maka harus menggunakan huruf Braille. Oleh karena itu, huruf Braille merupakan modal utama belajar bagi siswa tunanetra. 32 Anastasia Widjajantin dan Imanuel Hitipeuw, “Ortopedagogik Tunanetra I”, ibid, h. 122 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Tinjauan Pembelajaran Al-Qur’an

1. Tinjauan pengertian Pembelajaran Al-Qur’an a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang tua atau makhluk hidup belajar. Jadi sebuah pembelajaran berisi mengenai sebuah bentuk atau konstruksi yang dirancang secara baik berdasar pada teori-teori yang berkaitan langsung dengan proses, cara menjadikan orang belajar. Menurut Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, karyawan dan lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, slide, audio visual, dan juga komputer. Prosedur meliputi jadwal, metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebaginya. 33 Belajar sendiri maerupakan sebuah perubahan perilaku berikut pengalaman dan latihan. Karena itu belajar harus membawa perubahan kepada individu yang belajar. Perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada sapek intelektualnya saja, tetapu juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, dan minat. Pendeknya perubahan itu terjadi pada segala aspek organisme atau probadi seseorang. 34 33 Hamalik, Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Bima Aksara, 2001, h. 57 34 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, h. 34-35 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses menjadikan orang mengalami perubahan tingkah laku dengan latihan dan pengalaman yang dilakukan secara sadar atau sistematis. Dari sini pola dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran harus terjalin hubungan yang sistematis anatara komponen dalam pembelajaran agar tujuan pembelajran dapat tercapai. b. Pengertian Al-Qur’an Al- Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menndingi Al- Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu. 35 Pendapat lain juga menjelaskan tentang pengertian Al- Qur’an adalah sumber rujukan paling pertama dan utama dalam ajaran Islam. Ia diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw., untuk disampaikan kepada umat manusia. 36 Di kalangan para ulama dijumpai adanya perbedaan pendapat di sekitar pengertian Al- Qur’an baik dari segi bahasa maupun istilah. Dari segi bahasa Asy- Syafi’i misalnya, mengatakan bahwa Al-Qur’an bukan berasal dari akar kata apapun, dan bukan ditulis menggunakan hamzah. Lafazd tersebut sudah lazim dipakai dalam pengertian kalamullah 35 Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Pelbagai Persoalan Umat, ibid. 36 Umar Shihab, Kontekstualitas Al- Qur‟an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam Al- Qur‟an, ibid. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Sementara Al-Farra berpendapat kata al- Qur’an berasal dari kata Qarain jamak dari kata Qarinah yang berarti kaitan, karena ayat-ayat dalam Al- Qur’an saling berkaitan. 37 Ada juga yang mengatakan bahwa asal kata Al- Qur’an adalah Qara‟a, yaqra‟u, qira‟atan, qur‟anan, tanpa al yang artinya adalah ‘bacaan’. Selanjutnya kata tersebut lazim dipakai untuk Al- Qur’an yang di kenal sekarang ini. 38 Kemudian sebagian pendapat juga menjelaskan bahwa Al- Qur’an atau disebut dengan “kalam Allah” atau kalamullah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.; membacanya ibadah, susunan kata dan isinya merupakan mukjizat, termaktub di dalam mushaf dan dinukil secara mutawatir. 39 Dari segi istilah Al- Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingnya mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., penutup para nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril alaihis salam, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan an-Nas, dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawattir oleh banyak orang, serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah. 40 Definisi tersebut telah disepakati oleh banyak ulama dan ahli ushul. 37 Lihat Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al- Qur‟an, terj., Pustaka Firdaus dari judul asli Mabahits Fii U lumil Qur‟an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991, cet. II, h. 9 38 Ajat Sudrajat, Din, h. 30 39 Acep Hermawan, „Ulumul Qur‟an, ibid. 40 Muhammad Ali As-Shaabuuniy, Studi, h. 15 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Abd al-Wahhab al-Khallaf mendifinisikan al- Qur’an dengan lebih lengkap lagi. Menurutnya, Al- Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hari Rasulullah, Muhammad bin Abdullah, melalui Jubril dengan lafadz bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, dan menjadi petunjuk bagi umat manusia. Ia terhimpun dalam Mushaf, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri surat an-Naas, disampaikan secara mutawattir, dari generasi ke generasi secara lisan maupun tulisan serta terjaga dari perubahan dan pergantian. 41 Meskipun terjadi perbedaan dalam definisi tersebut, akan tetapi semua definisi masih dapat ditampung oleh sifat ataupun karakteristik al- Qur’an dan tidak keluar darinya. Sehingga dari beberapa pendapat tentang definisi Al- Qur’an di atas dapat diambil pendapat penulis tentang pengertian Al- Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Jubril dengan lafadz bahasa Arab dan maknanya yang benar, sebagai pedoman hidup umat manusia, serta tidak akan ada yang bisa menyamai isi didalamnya sehingga akan terjaga selamanya. c. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an Dari beberapa definisi di atas, maka dapat di ambil sebuah pengertian tentang pembelajaran Al-Qu r’an adalah suatu proses 41 Abd al-Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, terj. Moh. Zuhri dan Ahmad Qarib dari judul asli ilmu Ushul Fiqh, Jakarta: Al-Majlis al- A’la al-Indonesia li al-Da’wah al-Islamiyyah, 1972, h. 23