6
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pulau Kecil
Pada UNCLOS 1982 Bab VIII Rej im Pulau Pasal 121 ayat 1 dinyatakan bahwa pulau adalah daerah daratan yang dibentuk secara alamiah yang
dikelilingi oleh air dan yang ada di atas permukaan air pada air. Definisi kata “kecil” dapat diartikan menyangkut ukuran dari suatu wilayah. Hal ini dapat
berupa area, populasi, kepadatan, indikator ekonomi misalnya PDB, karakteristik fisik dan geografi, atau kombinasinya. Downes, 1988 in Srebrnik, 2004.
Hess 1990, Dahuri 1998, dan Bengen 2001 menyebutkan pulau kecil adalah pulau yang berukuran kecil, yang secara ekologis terpisah dari pulau
induknya dan memiliki batas yang pasti, terisolasi dari habitat lain, sehingga mempunyai sifat insular. Daratan yang pada saat pasang tertinggi permukaannya
ditutupi air tidak termasuk kategori pulau kecil. Stratford, 2003 menambahkan bahwa pulau kecil atau sangat kecil peka terhadap perubahan budaya dan
lingkungan eksternal. Selain itu terdapat pula batasan yang menyebutkan pulau kecil adalah pulau dengan luas 10 000 km
2
atau kurang Bell et al., 1990 dalam Dahuri, 1998; UNESCO, 1994 dalam Sugandhy, 1999; Hess, 1990. Batasan
lain yang juga dipakai adalah pulau dengan luas 5 000 km
2
Falkland, 1995 atau dengan luas 2 000 km
2
Ongkosongo, 1998; Falkland, 1995. Untuk pulau sangat kecil dipakai ukuran luas maksimum 1 000 km
2
dengan lebar kurang dari 3 km Hehanusa, 1995; Falkland, 1995. UNESCO 1991 dalam Bengen 2006
menyatakan pulau sangat kecil luasnya tidak lebih besar dari 100 km
2
atau lebarnya tidak lebih besar dari 3 km. UU PWP-PPK pada pasal 1 angka 3
mendefinisikan pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2 000 km
2
dua ribu kilometer persegi beserta kesatuan ekosistemnya. Pulau kecil merupakan habitat yang terisolasi dari habitat l ain sehingga
membentuk kehidupan yang unik di pulau tersebut. Selain itu pulau kecil mempunyai lingkungan yang khusus dengan proporsi spesi es endemik yang
tinggi bila dibandingkan dengan pulau kontinen Dahuri, 1998. Keterisolasian bukan hanya terbatas pada keterpencilan, miskinnya fasilitas lokal dan
keterkaitan eksternal, tetapi juga psikologi sosial kebangsaan, harapan dan nilai kemasyarakatan Nutley 1980 in Cross and Nutley, 1999. Akibat ukurannya
yang kecil maka kapasitas tangkapan air catchment area relatif kecil http:www.unep.chislandsdd98 -7a3.htm. Jika dilihat dari segi budaya,
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
7
masyarakat pulau kecil mempunyai budaya yang umumnya berbeda dari masyarakat pulau kontinen dan daratan Dahuri, 1998.
Peraturan Menteri Departemen Kelautan dan P erikanan Permen DKP No. 16Men2008 dan SK Dirjen KP3K No. 31KP3KIX2008 mendefinisikan
bahwa pulau-pulau kecil adalah kumpulan pulau yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologis, ekonomi, sosial budaya, baik secara individu
maupun sinergis dapat meningkatkan skala ekonomi dari pengelolaan sumber dananya. Sedangkan gugus pulau merupakan sekumpulan pulau-pulau yang
secara geografis saling berdekatan, dimana ada keterkaitan erat da n memiliki ketergantunganinteraksi antar 1 ekosistem, 2 ekonomi, 3 sosial budaya
serta sejarah baik individual maupun secara berkelompok. Pulau dikelompokkan
berdasarkan karakteristiknya yaitu : Pulau kontinental dan pulau oseanik Salm et al., 2000, Dahl, 1998, Bengen, 2002
dalam Bengen dan Retraubun, 20 06. Pulau kontinental Continental Island terbentuk sebagai bagian dari benua dan setelah itu terpisah dari daratan utama.
Kelompok pulau ini memiliki beragam jenis tanah dan kaya akan mineral karena batuannya berasal dari benua dengan umur yang beragam serta memiliki
struktur yang kompleks Dahl, 1998 dalam Bengen dan Retraubun, 2006 . Biota yang terdapat di kelompok pulau ini sama dengan yang terdapat di daratan
utama. Contoh kelompok pulau ini adalah Madagaskar, Seychelles, Kaledonia Baru, dan Selandia Baru. Lebih lanjut disebutkan bahwa terdapat pula pulau
kontinental yang bersatu dengan benua pada zaman Pleistocene kemudian terpisah pada zaman Halocene ketika muka laut meninggi , seperti Kepulauan
Inggris, Jepang, Tasmania, Sunda Besar Sumatera, Jawa dan Kalimantan, Pulau Papua, dan lainnya. Pulau oseanik Oceanik Island dapat dibagi ke
dalam 2 tipe yaitu pulau vulkanik dan pulau koral karang Dahl, 1998 dan Salm et al., 2000 dalam Bengen, 2006. Selanjutnya dinyatakan bahwa sebagian
besar pulau kecil adalah pulau oseanik. Pulau vulkanik sepenuhnya terbentuk dari kegiatan gunung berapi, yang timbul secara perlahan -lahan dari dasar laut
ke permukaan. Pulau vulkanik bukan merupakan bagian dari daratan benua, dan terbentuk di sepanjang pertemuan lempeng-lempeng tektonik. Sedangkan Pulau
karang adalah pulau yang terbentuk oleh terumbu karang yang terangkat ke atas uplift dan gerakan ke bawah subsidence dari dasar laut akibat proses
geologi. Untuk lebih memahami ciri umum kelompok pulau diatas serta secara khusus ciri pulau kecil dapat dilihat pada Tabel 1.
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
8
Tabel 1 Perbandingan umum ciri-ciri pulau oseanik, pulau kontinental dan benua serta ciri biogeofisik pulau kecil
Benua Pulau Kontinental
Pulau Oseanik Pulau Kecil
Karakteristik Geografis
Area daratan sangat besar
Suhu udara
bervariasi
Iklim musiman
Dekat dari benua
Dikelilingi sebagian oleh laut
yang sempit
Area daratan besar
Suhu agak
bervariasi
Iklim mirip benua terdekat
Jauh dari benua
Dikelilingi oleh
laut luas
Area daratan kecil
Suhu udara
stabil
Iklim sering berbeda
dengan pulau kontinental
terdekat
Karakteristik Geologi
Beberapa mineral
penting
Beragam tanahnya
Beberapa mineral
penting
Beragam tanahnya
Umumnya
karang atau vulkanik
Sedikit mineral
penting Karakteristik Biologi
Keanekaraga
man hayati tinggi
Pergantian
spesies biasanya
rendah
Sedikit
pemijahan massal hewan
laut bertulang belakang
belakang
Keanekaragaman hayati sedang
Pergantian
spesies agak rendah
Sering pemijahan
massal hewan laut bertulang
belakang
Keanekaragam an hayati
rendah
Pergantian spesies cukup
tinggi
Tingginya pemijahan
massal hewan laut bertulang
Karakteristik Ekonomi
Sumberdaya daratan luas
Sumberdaya
laut sering tidak penting
Pasar relatif
mudah
Sumberdaya daratan agak luas
Sumberdaya laut
lebih penting
Lebih dekat pasar
Sedikit sumberdaya
daratan
Sumberdaya laut lebih
penting
Jauh dari pasar
Berukuran kecil dan terpisah dari pulau induk
pulau besar mainland island, sehingga bersifat
insular
Memiliki sumberdaya
alam, terutama sumberdaya air tawar
yang terbatas baik air pemukaan maupun air
tanah, dengan daerah tangkapan airnya relatif
kecil sehingga sebagian besar aliran air
permukaan masuk ke laut
Peka dan rentan
terhadap pengaruh eksternal baik alami
maupun akibat kegiatan manusia, misalnya badai
dan gelombang besar serta pencemaran
Memiliki
keanekaragaman hayati terrestrial rendah, namun
memiliki sejumlah spesis endemik yang bernilai
ekologis tinggi
Keanekaragaman hayati
laut tinggi, dengan laju pergantian jumlah jenis
tinggi akibat perubahan lingkungan
Variasi iklim kecil tapi
potensial terjadi perubahan cepat
Area perairannya lebih
luas dari area daratan utamanya benua atau
pulau besar
Tidak mempunyai
hinterland yang jauh dari pantai
Sumber: Bengen dan Retraubun, 2006. Insular natural resources di pulau kecil meliputi: vegetasi, tanah, udara, sistem pantai,
kehidupan liar Hess, 1990
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
9
Sumberdaya alam dan lingkungan pada beberapa PPK di dunia mengalami masalah degradasi yang serius. Peningkatan populasi yang tinggi
disertai dengan keinginan meningkatkan pendapatan membuat peningkatan tekanan terhadap lingkungan pulau McKee and Tisdell, 1990 in Tisdell, 1993.
Masalah PPK
dimaksud dapat
dibagi kedalam
3 kelompok
http:www.unep.chislandssiem.htm yaitu : 1 masalah-masalah lingkungan yang tersebar luas meliputi sampah domestik, perikanan yang tidak ramah
lingkungan, perlindungan hutan, penggunaan tanah dan status tanah; 2 masalah-masalah lingkungan bersama meliputi erosi, pembuangan sampah
padat, bahan kimia mengandung racun , species yang terancam, pengambilan pasir dan kerikil, kebutuhan hidup habitat manusia yang mendiaminya; 3
masalah lokal yang penting meliputi aberasi, pertambangan, pencemaran industri, keradioaktifan.
Dalam pengembangan
PPK terdapat
3 isu
utama www.un.orgsmallislands2004; http:www.unep.chislandsdd98 -7a3.htm yaitu:
1 perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan; 2 air bersih, sumberd aya lahan dan pengelolaan sampah; dan 3 wisata, energi, dan transportasi. Isu
pertama berkaitan dengan peningkatan temperatur, kenaikan muka laut, presipitasi, peningkatan level CO
2
, frekuensi dan intensitas kejadian iklim yang ekstim Huang, 1998; Wilkie, 2002. Isu kedua berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat dan industri wisata, kepekaan pulau akibat pemanfaatan sumberdaya yang berlebih atau tidak terkendali Rahman, 1993; Teh and
Cabanban, 2007 hasil sampah domestik dan kegiatan wisata Rahman, 1993; Shafer and Inglis, 2000. Isu ketiga berkaitan dengan upaya peningkatan
pendapatan dari kegiatan wisata terhadap keberlanjutan lingkungan alam Tisdell,
1993 misalnya kebutuhan energi, efek tidak terkontrolnya pembangunan wisata terhadap degradasi ekosist em pesisir Wong, 1998, peran
transportasi dalam membangun aksesibilitas Royle, 1989 in Cross and Nutley, 1999.
Masalah air tawar dan kerentanan pulau kecil dari pengaruh perubahan iklim global merupakan masalah yang banyak dibahas dan didisku sikan selama
ini. Departemen Ekonomi dan Sosial PBB http:www.unep.chislandsdd98 - 7a3.htm menyebutkan isu yang berkaitan dengan penggunaan air tawar dalam
pengembangan pulau kecil adalah: 1 kapasitas penyimpanan air tawar yang terbatas; 2 permintaan air tawar untuk turisme dan pengembangan industri ;
© Bogor Agricultural University http:www.ipb.ac.id
10
3 implementasi manajemen terintegrasi dengan perlindungan lingkungan ; 4 kebutuhan sumberdaya manusia; 5 pengetahuan dasar; 6 ketidakpastian
hydro-meterological; 7 polusi; 8 pendanaan dan regulasi; 9 kebutuhan kegiatan pertanian, dan 10 kesadaran publik. Lebih lanjut Kirkman 2002
menyebutkan 7 tujuh tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pulau kecil yaitu: 1 keterpencilan d an insularity pulau; 2 kepekaan terhadap
bencana alam; 3 keterbatasan kapasitas kelembagaan sektor publik; 4 keterbatasan diversifikasi produksi dan ekspor; 5 rentan dari guncangan
ekonomi dan lingkungan eksternal; 6 keterbatasan akse s terhadap modal eksternal; 7 kemiskinan.
Mencermati berbagai isu dan tantangan diatas maka pengelolaan PPK bersifat spesifik, dan dengan “keterbatasan” yang ada serta kompetisi pada
lahan untuk kegiatan sektor yang berbeda membutuhkan keterpaduan dalam perencanaannya Feick, 2000; Wilkie, 2002; http:www.unep.chislandsd96-
20a7.htm; Edsel and Mark 2005; Calado, Quintela and Porteiro, 2007. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Pende katan Pengelolaan
Wilayah Pesisir Secara Terpadu PWPT yang diimplementasikan pada optimasi pola pemanfaatan ruang pulau kecil. Hal ini sejalan dengan kebijakan
Depertemen Perikanan dan Kelautan RI melalui Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Ditjen P3K, yaitu pengaturan pemanfaatan ruang PPK
dengan mengutamakan kepentingan konservasi, budidaya perikanan, kepariwisataan, perikanan tangkap dan industri perikanan lestari, serta pertanian
organik dan peternakan unggas Retraubun, 2001.
2.2 Penataan Ruang