3.7 Keabsahan Data
“Pemeriksaan keabsahan data ini diterapkan dalam rangka membuktikan kebenaran temuan  hasil  penelitian  dengan  kenyataan  dilapangan.
”  Moleong,2000:75,  untuk memeriksa  keabsahan  data  pada  penelitian  kualitatif  antara  lain  digunakan  taraf
kepercayaan  data  credibility.  Teknik  yang  digunakan  untuk  melacak  credibility dalam penelitian ini adalah teknik tringulasi triangulation.
“Triangulasi  adalah  teknik  pemeriksaan  data  yang  memanfaatkan  sesuatu  yang lain  diluar  data  ini
”Moleong,2000:178.  Proses  pemeriksaan  data  dalam  penelitian  ini dilakukan dengan mengecek dan membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil
observasi dan data pelengkap lainnya. Triangulasi yang digunakan antara lain sebagai berikut :
1. Triangulasi  dengan  sumber  yaitu  membandingkan  dan  mengecek  baik  kepercayaan
suatu  informasi  yang  diperoleh  melalui  alat  dan  waktu  yang  berbeda  dalam  metode kualitatif.
2. Memanfaatkan  pengamat  lainnya  untuk  keperluan  pengecekan  kembali  derajat
kepercayaan data dari pemanfaatan pengamat akan membantu mengurangi bias dalam pengumpulan data.
Dalam  penelitian  ini,  peneliti  menggunakan  teknik  triangulasi  sumber.  Menurut Patton dalam bukunya Moleong,2000:178. Triangulasi dengan sumber dapat ditempuh
dengan jalan sebagai berikut: 1.
Membandingkan data hasilpengamatandenganhasilwawancara. 2.
Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan  apa  yang  dikatakan  oleh  seseorang  sewaktu  diteliti  dengan
sepanjang waktu. 4.
Membandingkan  keadaan  dan  perspektif  seseorang  dengan  berbagai  pendapat  dan pandangan  orang,  seperti  rakyat  biasa,  orang  yang  berpendidikan,  orang  berada,
pejabat pemerintah. 5.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Bagan triangulasi pada pengujian validitas data dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 4 empat :  Triangulasi Data
Sumber: Moleong, 2000:178 Berdasarkan pendapat Moleong diatas, maka penulis melakukan perbandingan data
yang  telah  diperoleh.  Yaitu  data-data  sekunder  hasil  kajian  pustaka  akan  dibandingkan dengan data-data primer yang diperoleh di fakta-fakta yang ditemui lapangan. Sehingga
kebenaran dari data yang diperoleh dapat dipercaya dan meyakinkan. Peneliti melakukan validasi sendiri dengan memperhatikan hal-hal, diantaranya:
a. Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif;
b. Kesiapan  peneliti  untuk  memasuki  obyek  penelitian  secara  akademik  maupun
logistik.
Teknik yang berbeda Waktu yang berbeda
Data Sama Data valid
Sumber yang berbeda
37
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran  Umum  Kejaksaan  Negeri  Semarang  dan  RUPBASAN  Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara
Kejaksaan  R.I.  adalah  lembaga  negara  yang  melaksanakan  kekuasaan  negara, khususnya  di  bidang  penuntutan.  Sebagai  badan  yang  berwenang  dalam  penegakan
hukum  dan  keadilan,  Kejaksaan  dipimpin  oleh  Jaksa  Agung  yang  dipilih  oleh  dan bertanggung  jawab  kepada  Presiden.  Kejaksaan  Agung,  Kejaksaan  Tinggi,  dan
Kejaksaan  Negeri  merupakan  kekuasaan  negara  khususnya  dibidang  penuntutan, dimana  semuanya  merupakan  satu  kesatuan  yang  utuh  yang  tidak  dapat  dipisahkan.
Mengacu  pada  Undang-Undang  No.  16  Tahun  2004  yang  menggantikan  UU  No.  5 Tahun  1991  tentang  Kejaksaan  R.I.,  Kejaksaan  sebagai  salah  satu  lembaga  penegak
hukum  dituntut  untuk  lebih  berperan  dalam  menegakkan  supremasi  hukum, perlindungan  kepentingan  umum,  penegakan  hak  asasi  manusia,  serta  pemberantasan
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN. Di  dalam  UU  Kejaksaan  yang  baru  ini,  Kejaksaan  RI  sebagai  lembaga  negara
yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah
dan  pengaruh  kekuasaan  lainnya  Pasal  2  ayat  2  Undang-Undang  Nomor  16  Tahun 2004.  Dalam  menjalankan  tugas  dan  wewenangnya,  Kejaksaan  dipimpin  oleh  Jaksa
Agung  yang  membawahi  enam  Jaksa  Agung  Muda  serta  31  Kepala  Kejaksaan  Tinggi pada tiap provinsi. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia juga