11
dapat dinyatakan sebagai jumlah individu per unit habitat atau jumlah individu per unit usaha, bukan lagi jumlah individu per unit luas.
C. Hubungan antara Produktivitas Primer dengan Distribusi Ikan
Produktivitas primer merupakan persediaan makanan untuk organisme heterotrof, seperti bakteri, jamur dan hewan. Ikan termasuk salah satu organisme
heterotrof yang dalam hal ini ikan merupakan produktivitas sekunder suatu perairan. Banyaknya produktivitas sekunder dari suatu komunitas tergantung pada
banyaknya ptoduktivitas primer pada komunitas yang bersangkutan. Artinya produktivitas sekunder tinggi jika produktivitas primernya tinggi Susanto, 2000.
Brylinsky dan Mann 1973 dalam Susanto 2000 menemukan hubungan positif antara produktivitas sekunder pada zooplankton dan ikan dengan produktivitas
primer filoplankton di telaga-telaga yang tersebar di muka bumi. Meskipun hubungan antara produktivitas sekunder dan produktivitas primer
bersifat positif, tetapi produktivitas sekunder di suatu ekosistem selalu lebih kecil daripada produktivitas primer. Hal ini disebabkan, tidak semua bagian tubuh
tumbuhan dapat dimakan oleh hewan, tidak semua bahan yang dimakan oleh hewan dapat diserap oleh saluran pencernaan, sebagian ada yang keluar bersama
kotoran. Tidak semua zat makanan yang diserap oleh usus dapat disusun menjadi biomassa tubuh, karena sebagian dikeluarkan dari tubuh sebagai sisa metabolisme
Susanto,2000 .
12
D. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Produktivitas Primer Fitoplakton dan Distribusi Ikan
1. Oksigen Terlarut. Oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis sehingga ada
hubungan erat antar produktivitas dengan oksigen yang dihasilkan Eden, 1990. Oksigen yang terlarut digunakan oleh organisme untuk melakukan proses
pembakaran bahan makanan dan proses tersebut menghasilkan energi untuk keperluan aktivitas organisme. Odum 1993 mengatakan kebutuhan oksigen
terlarut pada organisme sangat bervariasi tergantung jenis, stadia dan aktivitasnya. Menurut Soeseno 1988 dalam Sunarti 2000 plankton dapat
hidup baik pada konsentrasi oksigen lebih dari 3mgl. Oksigen sangat diperlukan untuk pernafasan dan metabolisme ikan dan
jasad-jasad renik dalam air. Kandungan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ikan dan biota lainnya dapat menyebabkan penurunan daya hidup
ikan. Kandungan oksigen terlarut dalam air yang cocok untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan berkisar antara 4 ppm – 7 ppm Cahyono,2000.
2. Derajat Keasaman pH. Derajat keasaman pH air merupakan suatu ukuran keasaman air yang
dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan perairan sehingga dapat digunakan untuk menyatakan baik buruknya kondisi suatu perairan sebagai
lingkungan hidup Odum,1993 . Derajat keasaman air pH dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Derajat
keasaman air yang sangat rendah atau sangat asam dapat menyebabkan kematian
13
ikan. Keadaan air yang sangat basa juga dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Asmawi 1984 menyebutkan bahwa perairan yang baik untuk
kehidupan ikan yaitu perairan dengan pH 6-7. 3. Suhu.
Merupakan faktor pembatas bagi proses produksi fitoplankton. Jika suhu terlalu tinggi dapat merusak jaringan tubuh fitoplankton sehingga proses
fotosintesis terganggu Hutabarat, 2000. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara
langsung yaitu suhu berperan mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa,
sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu dalam merubah sruktur hidrologi kolam perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton Tomascik et
al .,1997 . Secara umum laju fotosintesa fitoplankton meningkat dengan
meningkatnya suhu perairan, tetapi akan menurun secara drastis setelah mencapai suatu titik suhu tertentu. Hal ini disebabkan karena setiap spesies
fitoplankton selalu beradaptasi terhadap suatu kisaran suhu tertentu. Anonim 1984 menyatakan bahwa pada suhu 27
o
C – 29,5
o
C merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan plankton dan jasad renik, sedangkan bagi
ikan sangat membantu aktifitas metabolismenya. Menurut Cahyono 2000 suhu air yang tidak cocok, misalnya terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
menyebabkan ikan tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Suhu air yang cocok untuk pertumbuhan ikan adalah berkisar antara 15
o
C-30
o
C dan perbedaan suhu antara siang dan malam kurang dari 5
o
C
14
4. Kecerahan Menurut Sumawidjaja 1974 kecerahan air mempengaruhi jumlah dan
kualitas sinar matahari dalam perairan. Jumlah dan kualitas sinar matahari ini mempengaruhi kualitas plankton melalui penyedian energi untuk
melangsungkan proses fotosintesa. Menurut Odum 1993 penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air sehingga membatasi zona
fotosintesis. Apabila kecerahan pada suatu perairan rendah, berarti perairan itu keruh. Kekeruhan terjadi karena adanya plankton, lumpur dan zat terlarut dalam
air. Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton. Nilai kecerahan air untuk kehidupan plankton bisa
mencapai 100-500m dibawah permukaan laut Sachlan, 1982 Air yang terlalu keruh dapat menyebabkan ikan mengalami gangguan
pernafasan sulit bernafas karena insangnya terganggu oleh kotoran. Batas kekeruhan dapat diukur dengan memasukkan sechi disk sampai kedalaman 40
cm. jika benda tersebut masih kelihatan, maka kekeruhan air masih belum mengganggu kehidupan ikan Cahyono, 2000 .
5. Kecepatan arus Menurut Sijabat 1976 dalam Murtini 2000 menyebutkan bahwa adanya
arus di perairan akan membantu perpindahan masa air, selanjutnya dikatakan bahwa arus dapat membantu penyebaran dan migrasi horizontal fitoplankton.
Menurut Hutabarat dan Evans 1985, arus merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam mempengaruhi kesuburan perairan. Perubahan arus terjadi
sesuai dengan makin dalamnya suatu perairan.
15
6. Nitrogen N dan Fosfor P Zat-zat hara anorganik utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh
dan berkembangbiak adalah nitrogen dan fosfor. Nitrogen dalam perairan tawar biasanya ditemukan sedikit dalam bentuk molekul N
2
terlarut, amonia, NH
4 +
nitrogen, nitrit NO
2 -
, nitrat NO
3 -
dan sejumlah besar persenyawaan organik Odum, 1971.Nitrat merupakan sumber nitrogen yang penting untuk
pertumbuhan fitoplankton, sedangkan nitrit merupakan hasil reduksi dari nitrat yang selalu terdapat dalam jumlah sedikit dalam perairan Boney, 1975.
Nitrogen dalam bentuk ikatan nitrat sangat penting untuk membantu proses assimilasi fitoplankton.
Fosfat dalam perairan berasal dari sisa-sisa organisme dan pupuk yang masuk dalam perairan. Menurut Wetzel 1977, bahwa fitoplankton dapat
menggunakan unsur fosfor dalam bentuk fosfat yang sangat penting bagi pertumbuhannya. Fosfor dalam bentuk ikatan fosfat dipakai fitoplankton untuk
menjaga keseimbangan kesuburan perairan. 7. PTT Padatan Tersuspensi Total
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap lagi. Padatan tersuspensi terdiri dari
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen seperti lumpur. Padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari
kedalam air, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis. Pengaruh buruk dari padatan tersuspensi antara lain pada zooplankton dan ikan menyebabkan
penyumbatan pada insang, telur dari makhluk hidup air yang disimpan didasar
16
menderita angka kematian yang tinggi oleh pengendapan partikel yang tersuspensi. Padatan tersuspensi dalam air teridi dari kotoran hewan, sisa
tamanam dan hewan, serta limbah.
17
BAB III METODE PENELITIAN