keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan serasah yang banyak merupakan gudang penyimpanan karbon tertinggi baik di atas maupun di dalam
tanah. Hutan juga melepaskan CO
2
ke udara lewat respirasi dan dekomposisi pelapukan serasah, namun pelepasannya terjadi secara bertahap, tidak sebesar
bila ada pembakaran yang melepaskan CO
2
sekaligus dalam jumlah yang besar. Bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau
padang penggembalaan maka karbon tersimpan akan merosot. Jumlah karbon tersimpan antar lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan
tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Penyimpanan karbon suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau
dengan kata lain jumlah karbon tersimpan di atas tanah biomassa tanaman ditentukan oleh besarnya jumlah karbon tersimpan di dalam tanah bahan organik
tanah, BOT Hairiah dan Rahayu, 2007.
Sebagai lokasi penelitian dan praktikum bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kondisi lingkungan dan kesuburan tanah di LLT perlu
dijaga demi kelestarian dan kemajuan LLT. Selain untuk menjaga kelestarian, pengukuran karbon tersimpan di atas permukaan tanah pada LLT juga bertujuan
untuk inventarisasi tanaman sekaligus untuk mengetahui jumlah kabon tersimpan, dan jumlah serapan karbon dioksida di LLT.
1.4 Hipotesis
Karbon tersimpan di atas permukaan tanah paling besar terdapat pada lahan dengan tutupan vegetasi pohon paling rapat, yaitu pada satuan lahan 5.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laboratorium Lapang Terpadu
2.1.1 Kondisi Geografi
Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara 526.650 mT dan 9.406.450 mU
sampai – 527.200 mT dan 9.406.850 mU koordinat UTM atau 5° 22’11.38” LS
dan 105° 14’25.96” BT sampai 5° 21’ 58.35” LS dan 105° 14’ 43.83” BT. Ketinggian tempat antara 110
– 130 m dpl. Secara administratif, lokasi penelitian terletak di Kelurahan Gedong Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota
Bandarlampung. Batas-batas lokasi penelitian dikelilingi dengan pagar tembok Utara, Barat dan Timur, dan pagar kawat berduri Selatan. Di sebelah barat
lokasi penelitian terdapat Masjid Al Wasi’i di Jl. Soemantri Brojonegoro, sebelah
Utara terdapat gedung gedung perkuliahan Fakultas MIPA Unila dan gedung jurusan Peternakan FP Unila, sebelah timur terdapat rumah penduduk dan di
sebelah selatan terdapat perumahan dosen dan karyawan Universitas Lampung Zulkarnain, 2012.
Gambar 1. Peta Laboratorium Lapang Terpadu FP Unila Banuwa, dkk, 2011
titik plot pengamatan pada
satuan lahan
2.1.2 Satuan Lahan
Berdasarkan pengukuran pada hasil surve lapangan, analisis tanah serta peta
topografi skala 1 : 500 diperoleh 5 lima satuan lahan yaitu satuan lahan 1 yang tergolong datar 0
– 3 , satuan lahan 2 yang tergolong landai 3 – 8 , satuan lahan 3 yang tergolong bergelombang 8
–15 , satuan lahan 4 yang tergolong berbukit 15
– 30 , dan satuan lahan 5 yang tergolong agak curam 30- 45 dengan masing-masing luas lahan persatuan lahan adalah 0,737 ha; 0,245 ha;
3,744 ha; 1,708 ha; 0,351 ha dari total luas LLT 6,784 ha. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan LLT FP Unila didominasi
oleh lereng yang bergelombang kemiringan 8 – 15 yang mencapai luas 65
dari luas LLT Banuwa, dkk., 2011.
2.1.3 Curah Hujan
Data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Masgar, Tegineneng,
curah hujan tahunan rata-rata tahun 2006 – 2011 di lokasi penelitian adalah
sebesar 2.156 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 3.297 mm. Sedangkan curah hujan bulanan rata-rata berkisar antara 78
mm Agustus hingga 297 Februari. Bulan basah terjadi pada bulan Desember hingga mei 6 bulan,bulan lembab terjadi pada bulan juni-juli dengan curah hujan
60-100 mmbulan dan bulan kering 60 mm terjadi pada bulan Agustus dan September.