Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Tipe Penelitian

waktu, tenaga dan biaya berlebihan serta mengikutsertakan masyarakat dalam tiap prosesnya. I.7. Metodologi Penelitian I.7.1. Jenis dan Tipe Penelitian Seperti yang dikatakan oleh Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau subyek-subyek dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti Moleong, 2010: 4. Menurut Lexy J. Moleong 2010: 6 penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena mengenai apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasan pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sedang menurut Hadari Nawawi, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan dan melukiskan suatu keadaan atas fakta-fakta yang benar-benar terjadi, sehingga peneliti diharapkan mampu memahami fenomena yang menjadi fokus dalam penelitiannya Nawawi, 1993: 63. Penelitian ini menggunakan tipe dan jenis penelitian kualitatif deskriptif karena peneliti ingin mendapatkan data yang berupa kata-kata dan gambar bukan angka-angka, guna membahas dan menggambarkan secara rinci dan mendalam tentang bagaimanakah implementasi kebijakan penanggulangan bencana alam di Kecamatan Ngancar. I.7.2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ada di Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri.

I.7.3. Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling dan snowball yaitu sebanyak 10 orang informan. I.7.4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dokumentasi.

I.7.5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan dilakukan melalui triangulasi sumber data. I.7.6. Teknik Analisa Data Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian dta, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

II. PENYAJIAN DATA, ANALISIS DATA dan INTERPRETASI TEORITIK

II.1. Implementasi

Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud II.1.1. Peraturan Tentang Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud Sehingga peneliti mendapatkan hasil pengamatan dan penelitian bahwa aturan mengenai penanggulangan bencana gunungapi Kelud tahun 2014 terdiri 3 peraturan, yaitu : 1. Peraturan Bupati Kediri Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud dalam sekup Kabupaten Kediri; 2. Standard Operating Procedures SOP Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud dalam sekup kecamatan Ngancar; dan 3. Mapping Tentang Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud dalam sekup kecamatan Ngancar.

II.1.2. Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud Ketika Status AWAS

Dalam SOP Penanggulangan Bencana sudah dibagi petunjuk-petunjuk teknis penanggulangan bencana di tiap status gunung. Untuk status gunung pada saat awas terdapat 5 petunjuk teknis, yaitu : 1. Evakuasi 2. Pengamanan Jalur 3. Sistem Informasi 4. Persiapan Tempat Pengungsian 5. Kesehatan

II.2. Variabel Pendukung Implementasi Kebijakan Penanggulangan Bencana Gunungapi Kelud

II.2.1. Komunikasi Seperti yang dinyatakan oleh George Edward III bahwa suatu kebijakan bisa dilaksanakan dengan baik apabila konsistensi informasi yang disampaikan bagi pelaksananya jelas. Komunikasi menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif akan terjadi bila para pembuat keputusan mengetahui apa yang akan mereka lakukan. Komunikasi juga harus terjalin diantara para pembuat keputusan dan implementor agar implementor semakin konsisten dalam melaksanakan kebijakan. Tabel II.2.1.1. Kategorisasi Pernyataan Informan Tentang Komunikasi Nama Pernyataan Bapak Ngaseri mengikutsertakan semua pihak termasuk pemerintahan, militer, kepolisian dan masyarakat dalam pengambilan keputusan setiap unit atau perseorangan mengetahui tugas masing-masing Bapak Sutrisno penyamaan pemahaman mengenai pelaksanaan penanggulangan bencana dan tidak panic dalam penyampaian informasi merangkul semua pihak terkait dalam pengambilan kebijakan Bapak Suprapto Komunikasi harus dibangun dengan pihak pelaksana kebijakan dan pihak penerima kebijakan Membangun komunikasi kultural Mengikutsertakan tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam setiap pengambilan kebijakan Bapak Ridwan Komando atau pimpinan pelaksana terpusat sehingga sumber berita jelas Pentingnya membangun komunikasi kultural pada warga masyarakat. Dalam proses pelaksanaan penanggulangan bencana pusat komunikasi diberikan kepada Bapak Camat agar tidak ada ambigu informasi dalam proses pelaksanaan penanggulangan bencana. Adanya komando terpusat komunikasi membuat semua pihak tahu kemana harus bertanya, kemana harus melapor dan siapa yang harusnya didengar. Sehingga proses