Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan)

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP)

(Study Kasus pada Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara

DISUSUN OLEH : RATY SUKMARIA JUFRI

060921010

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Raty Sukmaria Jufri

Nim : 060921010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP)

(Study Pada Masyarakat Kelurahan Pangkalan Manshyur Medan Johor Medan)

Medan,

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Drs. H. M. Husni Thamrin Nst,Msi) (Drs.Marlon Sihombing, MA) NIP : 131 930 631 NIP : 131 568 391

Dekan

(Prof. DR. Arif Nasution, MA)


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama : Raty Sukmaria Jufri

Nim : 060921010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP)

(Study Pada Masyarakat Kelurahan Pangkalan Manshyur Medan Johor Medan)

yang dilaksanakan pada : Hari :

Tanggal : Pukul : Tempat : Ketua : Anggota I : Anggota II :


(4)

ABSTRAK

Implementasi Kebijakan

Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur

Kecamatan Medan Johor Medan)

Nama : Raty Sukmaria Jufri

Nim : 060921010

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Drs. H. M. Husni Thamrin Nasution, Msi

Secara konsepsi Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka mengurangi jumlah masyarakat miskin. Seperti yang kita ketahui bahwa Pemerintah telah banyak melakukan usaha untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Salah satu usahanya adalah melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP). Melalui Program ini diharapkan pelaksanaan program ini tidak bersifat parsial, sektoral, dan tidak tepat sasaran, melainkan dengan adanya program ini diharapkan masyarakat secara luas ikut serta dalam memikirkan dan mencari potensi dirinya agar dapat bersama-sama menanggulangi permasalahan kemiskinan dan perduli terhadap kondisi sosial di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), masyarakat dalam bentuk badan keswadayaan masyarakat sebagai lembaga pimpinan kolektif ini memahami akar permasalahan kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan prilaku, sikap, dan cara pandang masyarakat yang tidak bertumpu pada nilai-nilai universal kemanusiaan seperti : jujur, dapat dipercaya, ikhlas dan prinsip-prinsip universal kemasyarakatan seperti : transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan demokrasi.

Implementasi program merupakan faktor penentu dari efektifitas dan efisiensi suatu kebijakan yang dirumuskan. Berdasarkan hasil analisis data terhadap proses Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilihat dari aspek organisasi, interprestasi, dan penerapan yang diperoleh dengan mengunakan metode deskriptif, diperoleh bahwa masih banyak terdapat kekurangan, ketidakmaksimalan dari kinerja setiap elemen yang telibat di dalamnya. Dari aspek organisasi, pelaksanaan Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan melalui pembentukan Badan Keswadayaan masyarakat telah memiliki struktur kerja yang jelas dan yang terlibat dalam BKM tersebut telah dipilih oleh masyarakat sendiri secara langsung berdasarkan kriteria nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan untuk tugas dan fungsinya secara umum sebagai wadah bagi masyarakat miskin khususnya dalam menanmpung ataupun mengakomodir kepentingan masyarakat miskin yang terbentuk dalam suatu kelompok swadaya masyarakat (KSM).

Dari aspek interprestasi, pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan ini memiliki petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis. Akan tetapi, badan keswadayaan masyarakat ini masih kesulitan dalam


(5)

memanajemen anggaran yang diperlukan untuk setiap kegiatan yang dilakukan karena tidak adanya aturan yang baku. Sedangkan untuk aspek penerapan, segala kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang berasal dari aspirasi masyarakat miskin itu sendiri yang nantinya disesuaikan dengan tujuan dari program penangggulangan kemiskinan di perkotaan ini.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat kebijakan ataupun dalam pengambilan keputusan.

__________________________________________________________________ Key Words : Implementasi kebijakan program penangulangan kemiskinan di


(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan sebagai rasa syukur saya atas segala nikmat, berkah dan kesempatan yang diberikanNya kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini kepada Sang Khalik, Pengusa Jagat Raya Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Allah SWT. Tak lupa pula shalawat dan salam saya haturkan kepada Penuntun Kebenaran dan yang menyelamatkan perempuan dari masa kegelapan yakni Nabi Mummad SAW beserta keluarganya dan semoga anakmu Fatimah Az-zahra dapat menjadi teladan bagi kaum hawa dalam berjuang dan terus ”dekat” dengan kaum mustad”afin.

Skripsi ini disusun sebagai bentuk aplikasi secara teoritis dan pengembangan kemampuan saya dalam membuat suatu karya ilmiah yang akan menjadi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul ”Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (Study Pada Masyarakat Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan).

Saya menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan, motivasi dan kerja sama dari berbagai pihak belum tentu skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. Untuk itu, pada kesempatan ini saya akan menyampaikan dan mengucapkan ribuan rasa syukur dan terima kasih saya yang sebesar-besarnya atas kerjasama dan motivasi yang sangat berarti bagi saya penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dan mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membaca. Untuk iu izinkan saya untuk menyampaikan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah membantu saya. Semoga kita semua selalu dilindungi dari


(7)

kemunafikan dan kezaliman serta mendapatkan nikmat yang sebesar-besarnya. Amin.

Ucapan terima kasih ini pertama saya tujukan kepada orang yang paling saya sayangi dan menyayangi saya, yang dengan perjuangannya saya dapat menikmati indahnya dan kejamnya dunia serta dinamika kehidupan ini. Untuk Ibunda Syarifah Yusuf yang kubanggakan, yang menjadi spirit untuk terus tegar dan kuat serta pantang menyerah dalam menjalani hidup. Terima kasih atas kasih sayang mu, pengertian mu. Terima kasih karena saya telah diberi kesempatan terlahir dari rahim seorang Ibu yang baik dan sholeh. Semoga ria diberi kesempatan untuk dapat membahagiakan mu dan tentunya doa ananda mu ini agar ibunda selalu diberi nikmat dan kebahagiaan. To my father, sory...!!!!

Kepada Bapak Dekan FISIP USU, Prof. Dr. Arif NST. Kepada bapak ketua jurusan Drs. Marlon Sihombing bersama Ibu seketaris jurusan Dra. Beti NST. Kepada Bapak Drs. M. Husni Thamrin NST selaku dosen pembimbing saya dan seluruh Dosen dan Staff pengajar dan para pengabdi di Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik. Terima kasih telah memberikan ilmu kepada saya dan telah ”melayani” saya selama ini. Semoga USU bisa menjadi Perguruan Tinggi NEGERI bagi orang-orang yang Berduit,, !!!

Untuk Qa ku tersayang dan ternarsis Yully Fitria Jufri AmK..makasi ya bos to all of you have given to me..!!!to my brother, sometime..Hilman but we call u Mawan study hard bos, salam ya ma vokalis D”Masiv, heee....untuk adek ku yang paling bontot Haflan or Buna, jangan bandel xxx dan jangan manja ahh, malu lha dah banyak pun adek kucingnya. Sapa jadinya nama adeknya Unyil????


(8)

To all of my family in Binjai, Medan, Tebing, heeeee....makasi ya for everything!!!to Ka tuty, dah agak langsingan tu bos, pasti banyak yang naksir!!!

Untuk some one yang sangat berarti, bukan karena bisa dijual atau digadeiin dengan materi, tapi karena ketulusan, keendahan hati, kesabaran dan kasih sayang serta kejujuran yang telah diberikannya kepada ku....ya kan bos! Semoga niat yang suci dan baik itu dapat diridhoi allah SWT, tak tunggu ya....!Heeeee, salam buat P”Sep dan Buk Sus.

To Komisarait FISIP USU, terima kasih telah memberi ku kesempatan dan masa-masa yang paling indah walaupun disekelilingnya tak selalu indah, di sini aku banyak mengetahui dan merasakan yang belum pernah terpikirkan dan kulakukan. Semoga kau terus ada untuk mengantarkan ”Raty-Raty” yang lain untuk belajar. Hidup adalah sebuah proses Belajar, belajar sampai Mati!!!

To all of my friend, aku pikir kita sudah banyak mengalami rasa selama aku mengenal dan bersama sahabat-sahabatku, semoga kita dapat terus berbagi rasa itu. Sukses ya untuk menerjang babak baru dalam hidup, sahabat-sahabat yang selalu ada di hati : Uti”, Sri, Ana, Shita, Ama, Ade, Mimi, Nuning, Dini, Nanda, Rika, Ali (ladys Firts), Choky, Pak Leo (Zul), Fufu, Tata, Anyar, Prima, Rolan, Migdad, Aulia, Fandi, Veni, Irsan (buat Sha-sha juga), Abas, Walid, Dhika, Jufri, Andi, Surya, Dayat, yang ga disebut ga aci angek, heee...

Buat purnawirawan, rajab, riri koncek, titin, Bimbi, elis, Eko, Wendi, Fuad, ”tengok-tengok” la adinda-adinda mu. Buat pengurus HmI Kom”s FISIP USU Periode 09, jangan sia-siakan waktu mu ntar merugi. Kesempatan mungkin banyak tapi nga akan pernah sama, so...nikmatilah berproses dengan berbuat hal-hal yang positif bukan hanya target tapi substansi. Tum (Jeanary), Hendra, Anti,


(9)

Ama, Bedul, Lia, Nia, Tika, Dina, Diah, Amar, Ial, Ulfa, Ryan, maaf ya yang tak tersebutkan satu persatu, titip komisariat!!Changes Started Here!!Lawan atau Mati!!

Buat panitia TR” 08, yang punya semangat membara, jangan biarkan api semangatmu padam. Sukses TR nya ya..Keep on Struggle!!!

Buat semua senior yang telah memperkenalkan ku dengan HMI, yang pernah mempercayaiku, makasi atas semangatnya.

Buat angkatan 06 Ekstensi, makasi ya atas kebersamaannya walaupun Cuma sebentar. Dan buat teman-teman kecil ku, icut, igin, lana, melly, renni (maaf ya aku belum sempat liat anakmu), lina (dah melahirkan dirimu?).

Akhir kata, saya ucapkan mohon maaf jika ada kekhilafan yang telah ku perbuat. Demikianlah skripsi ini saya perbuat dan pastinya pasti ada kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu dengan kerendahan hati saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Billahi Taufiq Walhidayah. Assalamua’laikum Wr. Wb.

Binjai, Juli 2008-07-04


(10)

DAFTAR ISI

DAFTARISI...i

DAFTAR TABEL...x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………...1

1.2. Perumusan Masalah...5

1.3. Tujuan Penelitian...5

1.4. Manfaat Penelitian………6

1.5. Kerangka Teori……….7

1.5.1. Kebijakan publik……….. .7

1.5.2. Implementasi Kebijakan……….... 9

1.5.3. Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan...13

1.5.4. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan...15

1.5.5. Kemiskinan………...22

1.6. Defenisi Konsep………... 25

1.7. Defenisi Operasional……….26

1.8. Sistematika Penulisan………28

BAB II : METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian………....29

2.2. Lokasi Penelitian……….29

2.3. Informan Penelitian……….29

2.4. Teknik Pengumpulan Data………..30


(11)

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah Kelurahan Pangkalan Manshyur………32

3.2. Letak dan Keadaan Wilayah………...34

3.3. Komposisi Penduduk………..35

3.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia………..35

3.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...36

3.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian...36

3.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………...37

3.3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis………..38

3.3.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja……….39

3.3.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Penduduk Cacat Mental...39

3.4. Sarana dan Prasarana………...40

3.5. Kondisi Sosial Ekoknomi Masyarakat………....43

BAB IV : PENYAJIAN DATA 4.1. Organisasi………...45

4.1.1. Struktur Organisasi dan Struktur Kerja………45

4.1.2. Tugas dan Fungsi………..48

4.1.3. Sumber Daya Manusia ………51

4.1.4. Angaran Dana………...54

4.1.5. Prasarana dan Sarana………55

4.2. Penafsiran………...55

4.3. Penerapan……….. 57

4.3.1. Kegiatan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan...57


(12)

4.3.3. Partisipasi Masyarakat. ………64 4.3.4. Pengawasan Masyarakat. ……….66 BAB V : PENUTUP

5.1. Kesimpulan……….68 5.2. Saran ………..72 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia...35

Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan...36

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian...36

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………...37

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis………..38

Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja...39

Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Penduduk yang mengalami Cacat Mental...39


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur kerja Badan Keswadayaan Masyarakat Peduli Kasih Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan

Lampiran 2 : Daftar wawancara Penelitian

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintahan Kota Medan

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Kecamatab Medan Johor Medan Lampiran 5 : Surat Permohonan judul Skripsi

Lampiran 6 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 7 : Berita Acara Seminar Rencana Usulan Proposal Lampiran 8 : Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi


(15)

ABSTRAK

Implementasi Kebijakan

Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur

Kecamatan Medan Johor Medan)

Nama : Raty Sukmaria Jufri

Nim : 060921010

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Drs. H. M. Husni Thamrin Nasution, Msi

Secara konsepsi Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka mengurangi jumlah masyarakat miskin. Seperti yang kita ketahui bahwa Pemerintah telah banyak melakukan usaha untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Salah satu usahanya adalah melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP). Melalui Program ini diharapkan pelaksanaan program ini tidak bersifat parsial, sektoral, dan tidak tepat sasaran, melainkan dengan adanya program ini diharapkan masyarakat secara luas ikut serta dalam memikirkan dan mencari potensi dirinya agar dapat bersama-sama menanggulangi permasalahan kemiskinan dan perduli terhadap kondisi sosial di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), masyarakat dalam bentuk badan keswadayaan masyarakat sebagai lembaga pimpinan kolektif ini memahami akar permasalahan kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan prilaku, sikap, dan cara pandang masyarakat yang tidak bertumpu pada nilai-nilai universal kemanusiaan seperti : jujur, dapat dipercaya, ikhlas dan prinsip-prinsip universal kemasyarakatan seperti : transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan demokrasi.

Implementasi program merupakan faktor penentu dari efektifitas dan efisiensi suatu kebijakan yang dirumuskan. Berdasarkan hasil analisis data terhadap proses Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilihat dari aspek organisasi, interprestasi, dan penerapan yang diperoleh dengan mengunakan metode deskriptif, diperoleh bahwa masih banyak terdapat kekurangan, ketidakmaksimalan dari kinerja setiap elemen yang telibat di dalamnya. Dari aspek organisasi, pelaksanaan Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan melalui pembentukan Badan Keswadayaan masyarakat telah memiliki struktur kerja yang jelas dan yang terlibat dalam BKM tersebut telah dipilih oleh masyarakat sendiri secara langsung berdasarkan kriteria nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan untuk tugas dan fungsinya secara umum sebagai wadah bagi masyarakat miskin khususnya dalam menanmpung ataupun mengakomodir kepentingan masyarakat miskin yang terbentuk dalam suatu kelompok swadaya masyarakat (KSM).

Dari aspek interprestasi, pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan ini memiliki petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis. Akan tetapi, badan keswadayaan masyarakat ini masih kesulitan dalam


(16)

memanajemen anggaran yang diperlukan untuk setiap kegiatan yang dilakukan karena tidak adanya aturan yang baku. Sedangkan untuk aspek penerapan, segala kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang berasal dari aspirasi masyarakat miskin itu sendiri yang nantinya disesuaikan dengan tujuan dari program penangggulangan kemiskinan di perkotaan ini.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat kebijakan ataupun dalam pengambilan keputusan.

__________________________________________________________________ Key Words : Implementasi kebijakan program penangulangan kemiskinan di


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

Indonesia adalah Negara yang terkenal akan keberagaman sumber daya alamnya baik itu sumber daya alam yang terdapat di darat maupun di laut. Sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, ternyata tidak menjamin rakyat yang hidup di dalamnya hidup dengan sejahtera. Namun, pada kenyataananya sebagian besar rakyatnya tergolong miskin.

Pada tahun 1998-1999 Indonesia mengalami puncak krisis di bidang ekonomi dan hampir di seluruh aspek kehidupan. Kondisi tersebut mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada tahun 1996-1997, angka kemiskinan di Indonesia rata-rata berada di bawah 20 % dan tahun 1998-1999 angka kemiskinan ini naik menjadi 24 % dari jumlah penduduk pada saat itu yang hampir mencapai 40 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2000 angka kemiskinan tersebut menurun menjadi 18 %. Namun, pada tahun 2006, jumlah masyarakat miskin menjadi 37,4 % dari total penduduk yang mencapai 227 juta jiwa lebih. Ini membuktikan bahwa tidak ada yang dapat menjamin bahwa jumlah penduduk miskin akan terus menurun atau semakin bertambah. (Prosiding seminar program pengembangan diri 2006 bidang Ilmu Sosiologi, 2007 : 180).

Gejala ini tentunya dapat menjadi perhatian pemerintah dalam mengambil dan memutuskan setiap kebijakan-kebijakan selanjutnya yang akan diputuskan. Seperti diketahui bahwa pemerintah belum lama ini telah menaikkan kembali harga bahan baku minyak (BBM) sekitar 30 %, yang pada awalnya seharga Rp. 4500/liter untuk premium menjadi 6000/liter. Sudah dapat dibayangkan apa yang


(18)

akan terjadi setelah kebijakan tersebut ditetapkan, salah satunya adalah kenaikan harga di pasar untuk bahan pokok, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut akan mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan kondisi di Indonesia seperti di bidang ekonomi dan keamanan. Belum lagi seperti yang kita ketahui tingkat pengangguran di Indonesia sendiri sudah cukup tinggi.

Kemiskinan terus menjadi fenomena sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state. Sejarah sebuah Negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas, sulit membiayai kesehatan, kurangnya akses kepelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, bahkan lebih parah lagi jutaan rakyat tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan mendasarnya.

Fenomena ini sudah mulai tampak di berbagai daerah di Indonesia, seperti beberapa kali tayangan salah satu media elektronik yang menayangkan beberapa kepala rumah tangga yang tak mampu lagi memberi makan anak-anaknya dengan nasi dan lauk pauk yang layak dan bergizi. Karena mereka hanya mampu untuk memberi makan anak-anaknya sehari - hari dengan mengkonsumsi “nasi aking”. Nasi aking adalah sisa nasi yang sudah dimasak, dijemur kemudian dimasak kembali. Biasanya nasi aking ini digunakan oleh peternak untuk memberi makan unggas seperti : bebek.

Secara keseluruhan fenomena kemiskinan kini telah mewarnai segala akses mendasar manusia seperti : hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak, memperoleh perlindungan hukum, memperoleh rasa aman, memperoleh akses atas kebutuhan hidup, memperoleh pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan, dan


(19)

memperoleh hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik, berinovasi dan ikut serta dalam menata pemerintahan yang baik.

Kemiskinan dewasa ini juga tidak hanya terjadi di daerah pedesaan, namun ironisnya kemiskinan kini telah merambah ke daerah perkotaan. Semakin banyak kantung-kantung kemiskinan di perkotaan di tengah-tengah pembangunan yang semakin megah dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi ke atas. Namun, ternyata di sekelilingnya terdapat masyarakat miskin. Khusus di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang tidak layak huni serta mata pencaharian yang tidak menentu.

Salah satu daerah yang termasuk kategori di atas adalah daerah Kelurahan Pangkalan Mansyhur Kecamatan Medan Johor. Seperti yang kita ketahui bahwa daerah Medan Johor adalah daerah yang terkenal akan daerah perumahan elit, karena di daerah Medan Johor ini banyak sekali terdapat perumahan-perumahan elit seperti perumahan Citra Wisata, Johor Indah, Johor Baru dan lain sebagainya. Namun di sisi lain ternyata masih banyak terdapat masyarakat yang tergolong miskin. Salah satunya adalah masyarakat di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor yang memiliki total penduduk 34.034 jiwa pada tahun 2007 dan diantaranya terdapat 6.883 kepala keluarga yang tergolong miskin. (Sumber : Data Based Kelurahan Pangkalan Manshyur Medan Johor).

Masalah kemiskinan di daerah Medan Johor ini dapat dikategorikan ke dalam masalah kemiskinan struktural dan budaya, rendahnya tingkat partisipasi


(20)

masyarakat dalam ruang-ruang publik, serta tidak tersedianya akses ke prasarana dan sarana yang tersedia.

Melihat jumlah kemiskinan yang semakin bertambah tentunya pemerintah tidak tinggal diam. Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah. Mulai dari program perkreditan, bantuan tunai langsung (BLT), pemberian subsidi kesehatan gratis (askim), dan lain sebagainya. Namun hal itu belum menunjukkan hasil yang maksimal dan perlu dikembangkan dan dikaji kembali terutama menyangkut efektifitasnya.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah sejak tahun 1999, pemerintah Indonesia melalui Dinas Pekerja Umum Direktorat Cipta Karya mengeluarkan kebijakan melalui program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). Program penanggulangan kemiskinan di perkotaan ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat berdaya dan mandiri yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya.

Hal ini dilaksanakan karena pemerintah menganggap bahwa orientasi program penanggulangan kemiskinan yang terdahulu ternyata tidak mampu menjawab permasalahan kemiskinan karena pendekatan program kepada masyarakat hanya bersifat parsial, sektoral serta tidak menyentuh akar kemiskinan itu sendiri. Akibatnya program-program yang telah dilaksanakan tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat, namun sebaliknya masyarakat menjadi manja dan ketergantungan.

Melalui program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) ini diyakini bahwa masalah kemiskinan sebenarnya hanya dapat ditanggulangi oleh masyarakat sendiri, yang mampu bersinergi dengan pemerintah daerah dan


(21)

kelompok-kelompok peduli setempat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelestarian program-program pembangunan. Sehingga, jelas bahwa faktor kapasitas dan kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah menempati posisi yang sangat strategis dalam penyiapan kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah di atas dengan mengambil judul mengenai “Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Studi Kasus pada Masyarakat Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor.”

1.2. Perumusan Masalah.

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan terarah dan tepat sasaran, maka perumusan masalah harus dirumuskan dengan jelas. Berdasarkan judul penelitian di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah : Bagaimana Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor.

1.3. Tujuan Penelitian.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan program penanggulangan

kemiskinan di perkotaan (P2KP).

2. Untuk mengetahui tentang program penanggulangan kemiskinan di

perkotaan (P2KP). Untuk mengetahui manfaat dari program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP).


(22)

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP).

1.4. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

kemampuan penulis dalam menganalisis gejala-gejala sosial yang muncul di masyarakat dan kemampuan penulis dalam membuat suatu karya ilmiah.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

empiris dalam pemecahan masalah, perumusan kebijakan, dan penyusunan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) di masa yang akan datang.

3. Bagi masyarakat, untuk dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya di

bidang Administrasi Negara mengenai pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) melalui proses pemberdayaan masyarakat.

4. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan ke

depan dalam menetapkan kebijakan khususnya dalam kebijakan-kebijakan yang bersinggungan dengan masalah kemiskinan.


(23)

1. 5. Kerangka Teori. 1.5.1. Kebijakan Publik.

Menurut Woll, kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Woll juga mengatakan bahwa dalam pelaksanaan-pelaksanaan kebijakan publik terdapat juga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu :

1. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.

2. Adanya output kebijakan dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil, dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempenggaruhi kehidupan masyarakat.

3. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. (Woll dalam Tangkilisan, 2003 : 2)

Sedangkan Hugh Heclo (dalam Tangkilisan, 2003 : 6) mengatakan bahwa kebijakan publik adalah cara bertindak yang sengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan. Ada juga ahli yang mengatakan bahwa kebijakan publik adalah hal-hal yang berhubungan dengan apa yang harus dikerjakan oleh pemerintah mengenai masalah-masalah yang sedang dihadapi.

Sementara itu, Dunn, Thomas R. Dye, Edward, dan Sharkanshy (dalam Tangkilisan, 2003 : 8) mengemukakan pengertian kebijakan yang agak mirip


(24)

dimana kebijakan sebagai tindakan, pilihan dan keputusan baik yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal pencapaian tujuan kebijakan.

Selain itu, Anderson memberikan defenisi kebijakan publik sebagai suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah. Anderson juga membagi kebijakan menjadi dua yaitu : kebijakan substantif dan prosedural. Kebijakan substansif adalah apa yang harus dikerjakan oleh pemerintah sedangkan kebijakan prosedural adalah siapa dan bagaimana kebijakan tersebut diselenggarakan. (Anderson dalam Nurcholis, 2007 : 264).

Menurut Charles O. Jones, (1991, 269) kebijakan adalah keputusan-keputusan pemerintah untuk memecahkan masalah-masalah yang diutarakan atau dapat juga kebijakan diartikan sebagai suatu keputusan untuk mengakhiri atau menjawab pertanyaan yang diajukan kepada kita. Penekanan aktivitas birokrasi pemerintah pada proses kebijakan publik lebih pada tahapan implementasi dengan menginterprestasikan kebijaksananan menjadi program, proyek dan aktivitas.

Menurut Charles O Jones, ada beberapa kompenen yang harus diperhatikan dalam kebijakan yaitu :

1. Goal atau tujuan yang diinginkan.

2. Plans atau proposal yaitu pengertian yang spesipik untuk mencapai tujuan.

3. Program yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.

4. Decision atau keputusan yaitu tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.


(25)

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik pada dasarnya berorientasi pada pemecahan masalah riil yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Masalah kemiskinan adalah masalah yang cukup krusial dan harus segera ditindak lanjuti, salah satunya adalah melalui program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP).

1.5.2. Implementasi Kebijakan.

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu, implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik.

Menurut Van Meter dan Van Horn (Wahab, 1990 : 51) merumuskan proses implementasi atau pelaksana adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah ataupun swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan –tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky, implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya. (Syaukani, Gaffar dan Rasyid, 2002 : 295).

Lebih lanjut Patton dan Sawicki (Tangkilisan, 2003 : 9) menyatakan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk


(26)

mengorganisir, menginterprestasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.

Lebih lanjut, Edward III (1980 : 17) menyebutkan kebutuhan utama bagi keefektifan pelaksanaan kebijakan adalah bahwa mereka yang menerapkan keputusan haruslah mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan. Jika kebijakan ingin dilaksanakan dengan tepat, arahan serta petunjuk pelaksanan tidak hanya diterima tetapi juga harus jelas, dan jika tidak jelas maka para pelaksana akan kebingungan tentang apa yang seharusnya mereka lakukan dan akhirnya mereka akan mempunyai kebijakan sendiri dalam memandang penerapan kebijakan tersebut.

Edward III juga menawarkan model efektifitas implementasi kebijakan dengan menyebutkan empat faktor krusial dalam melaksanakan suatu kebijakan yaitu :

a. Komunikasi

Syarat pertama dalam pelaksanaan kebijakan yang efektif adalah bahwa yang melaksanakan tugas tersebut mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Jadi, ada suatu kejelasan tentang apa yang harus mereka lakukan. Selanjutnya dalam komunikasi perlu adanya konsistensi dari aspek komunikasi yaitu bagaimana penetralisiran tugas dan fungsi tertentu yang akan dilakukan. Agar implementasi menjadi efektif maka mereka yang mempunyai tanggungjawab untuk mengimplementasikan sebuah keputusan mesti tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Sukses tidaknya implementasi yang dilihat dari aspek komunikasi adalah bagaimanaa pentransmisian tugas atau fungsi tertentu yang akan dilakukan.


(27)

b. Sumber daya

Sumber yang penting dalam suatu pelaksanaan kebijakan meliputi sumber daya manusia yakni kompetensi implementator, serta sumber daya finansial. c. Disposisi

Kecenderungan para pelaksana sangat menentukan dalam pelaksanaan suatu kebijakan, tingkah laku para pelaksanan dan peraturan-peraturan yang telah ditentukan sebelumnya mempengaruhi hasil selanjutnya. Tingkah laku ini juga menyangkut cara pandang terhadap sesuatu hal atau tentang kebijakan tersebut. d. Struktur birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. Salah satu dari aspek stuktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi standart.

Sementara itu, Wibawa (1994 : 20) mengatakan bahwa tujuan implementasi adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah. Selanjutnya, Wibawa menyebutkan bahwa keseluruhan proses penetapan kebijakan baru bisa dimulai apabila tujuan dan sasaran yang semula bersifat umum telah diperinci, program telah dirancang dan sejumlah dana telah dialokasikan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi karena dalam program tersebut dimuat berbagai aspek antara lain :


(28)

b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus diambil dalam mencapai tujuan tersebut.

c. Adanya aturan-aturan yang dipegang dan prosedur yang harus dilalui. d. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

Selanjutnya Jones (Tangkilisan 2003 : 17) menyebutkan beberapa dimensi dari implementasi pemerintahan mengenai program-program yang sudah disyahkan, kemudian menentukan implementasi, juga membahas aktor-aktor yang terlibat, dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakan lembaga eksekutor. Selanjutnya Jones mengatakan apakah suatu program terimplementasikan dengan efektif atau dapat diukur dengan standar penilaian yaitu :

1. Organisasi yaitu : merupakan unit atau wadah untuk menempatkan

program ke dalam tujuan kebijakan. Organisasi tersebut harus memiliki struktur organisasi/struktur kerja, sumber daya manusia, sarana dan prasarana.

2. Penafsiran yaitu : merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna

program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

3. Penerapan yaitu : yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan demi terealisasinya tujuan dari program tersebut.

Dengan demikian, implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut agar tujuan dari program tersebut dapat berjalan efektif dan efesien.


(29)

1.5.3. Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).

Pemerintah telah melaksanakan program penanggulangan kemiskinan sejak tahun 1960-an melalui strategi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat yang tertuang dalam Pembangunan Nasional Berencana Delapan Tahun (Penasbede). Namun program tersebut terhenti di tengah jalan akibat krisis politik tahun 1965. Sejak tahun 1970-an pemerintah menggulirkan kembali program penanggulangan kemiskinan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), khususnya Repelita I-IV yang ditempuh secara reguler melalui program sektoral dan regional. Pada Repelita V-VI, pemerintah melaksanakan program penanggulangan kemiskinan dengan strategi khusus menuntaskan masalah kesenjangan sosial-ekonomi. Jalur pembangunan ditempuh secara khusus dan mensinergikan program reguler sektoral dan regional yang ada dalam koordinasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan yang akhirnya diwujudkan melalui program IDT (Inpres Desa Tertinggal). Upaya selama Repelita V-VI pun gagal akibat krisis ekonomi dan politik tahun 1997.

Selanjutnya guna mengatasi dampak krisis lebih buruk, pemerintah mengeluarkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang dikoordinasikan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 190 Tahun 1998 tentang Pembentukan Gugus Tugas Peningkatan Jaring Pengaman Sosial. Pelaksanaan berbagai kebijakan penanggulangan kemiskinan dan kendala pelaksanaannya selama 40 tahun terakhir meyakinkan pemerintah bahwa upaya penanggulangan kemiskinan dianggap belum mencapai harapan.


(30)

Melihat semakin urgennya permasalahan kemiskinan di Indonesia maka melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 124 Tahun 2001 junto Nomor 34 dan Nomor 8 Tahun 2002 maka dibentuklah Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) yang berfungsi sebagai forum lintas pelaku dalam melakukan koordinasi perencanaan, pembinaan, pemantauan dan pelaporan seluruh upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk lebih mempertajam keberadaan Komite Penanggulangan Kemiskinan maka pada tanggal 10 September 2005 dikeluarkan Peraturan Presiden (Peppres) Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). Keberadaan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) diharapkan melanjutkan dan memantapkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK). Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tugas dari Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan (TKPK) adalah melakukan langkah-langkah konkret untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui koordinasi dan sinkronisasi penyusunan dan pelaksanaan penajaman kebijakan penanggulangan kemiskinan.

Program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilaksanakan antara lain P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil), KUBE (Kelompok Usaha Bersama), TPSP-KUD (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam Koperasi Unit Desa), UEDSP (Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam), PKT (Pengembangan Kawasan Terpadu), IDT (Inpres Desa Tertinggal), P3DT (Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal), PPK (Program Pengembangan Kecamatan), P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan


(31)

Perkotaan), PDMDKE (Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi, P2MPD (Proyek Pembangunan Masyarakat dan Pemerintah Daerah), dan program pembangunan sektoral telah berhasil memperkecil dampak krisis ekonomi dan mengurangi kemiskinan. (http: www.tkpki.org/28/04/08).

1.5.4. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).

1.5.4.1. Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP).

Masalah kemiskinan di Indonesia tidak hanya melanda wilayah pedesaan, tetapi juga di wilayah perkotaan. Khusus di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum kondisi masyarakat miskinnya adalah tidak adanya prasarana dan sarana dasar perumahan dan pemukiman yang memadai, serta kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Kemiskinan merupakan persoalan struktural dan multidimensional yang mencakup politik, sosial, aset dan lain-lain. Karakteristik kemiskinan tersebut, serta krisis ekonomi yang terjadi, telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat.

Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka. Di samping itu, keberdayaan semacam itu diharapkan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan warga miskin di tingkat lokal, baik dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.


(32)

Berdasarkan karakteristik kemiskinan di kawasan perkotaan tersebut, model program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, model program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) diharapkan mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya ataupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) merupakan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.

1.5.4.2. Pendekatan dan Tujuan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).

Pendekatan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) didasarkan pada pendekatan pembangunan yang bertumpu pada kelompok (community based development approach). Dengan pendekatan ini, kelompok-kelompok dapat terjadi atau dibangun atas dasar ikatan-ikatan : kesamaan tujuan, kegiatan, dan domisili yang mengarah pada efisiensi, efektifitas, serta mendorong tumbuh dan berkembangnya kapital sosial. Berdasarkan hal tersebut, pendekatan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) mencakup :

1. Visi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) adalah

terwujudnya masyarakat madani yang maju, mandiri dan sejahtera.

2. Misi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) adalah


(33)

penyediaan sumber daya, dan membangun masyarakat mandiri yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menaggulangi kemiskinan secara efektif dan berkelanjutan.

3. Prinsip-prinsip program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP)

adalah demokrasi, partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan desentralisasi.

4. Nilai-nilai yang dianut dalam pelaksanaan program penanggulangan

kemiskinan di perkotaan (P2KP) yang harus dijunjung tinggi, ditumbuh kembangkan, dan dilestarikan oleh semua pelaku program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) dalam melaksanakan program adalah dapat dipercaya, ikhlas/kerelawanan, kejujuran, keadilan, kesetaraan, dan kebersamaan dalam keragaman.

Sedangkan tujuan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) adalah :

1. Terbangunnya lembaga masyarakat berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, yang aspiratif, representatif, mengakar, mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin, mampu memperkuat aspirasi/suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan lokal, dan mampu menjadi wadah sinergi masyarakat dalam penyelesaian konflik atau permasalahan yang ada di wilayahnya.

2. Terciptanya organisasi masyarakat (Badan Keswadayaan Masyarakat/BKM)

yang memiliki pola kepemimpinan kolektif yang refresentatif, akseptabel, inklusif, tanggap, dan akuntabel yang mampu memberikan pelayanan kepada


(34)

masyarakat miskin perkotaan dan memperkuat suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik.

3. Meningkatkan akses bagi masyarakat miskin ke pelayanan sosial, prasarana,

dan sarana serta pendanaan (modal), termasuk membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap masyarakat (Badan Keswadayaan Masyarakat). (http:www/p2kp.org.24/04/08).

1.5.3.3. Sasaran P2KP.

Adapun sasaran dari program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) ini adalah :

1. Masyarakat

Kelompok sasaran penerima manfaat program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) adalah warga masyarakat miskin perkotaan, sesuai dengan rumusan kriteria kemiskinan setempat yang disepakati warga, termasuk masyarakat miskin perkotaan baik masyarakat yang telah lama miskin, masyarakat yang pendapatannya menjadi tidak berarti karena inflasi, maupun masyarakat yang kehilangan sumber nafkah karena krisis ekonomi.

2. Sasaran Lokasi

Program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) untuk tahun 2007 telah dilaksanakan pada 33 provinsi, 249 kota/kabupaten, 834 kecamatan dan 7273 kelurahan/desa yang terbagi atas 2 kategori, sebagai berikut :

a. Lokasi lama (sudah/sedang melaksanakan program penanggulangan


(35)

b. Lokasi baru (belum ada program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). (Buku Petunjuk Pelaksana PNPM-P2KP 2007 : 3)

1.5.3.4. Strategi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP).

Strategi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) adalah mendorong gerakan masyarakat untuk keberdayaan dan kemandirian dalam penanggulangan kemiskinan dengan jalan :

1. Mendorong tumbuh dan berkembangnya prakarsa, partisipasi masyarakat,

dan transparansi, sehingga proses transpormasi sosial dari masyarakat tidak berdaya /miskin menuju masyarakat berdaya.

2. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dan organisasi yang berakar di

masyarakat, khususnya dalam membuka akses bagi masyarakat miskin ke sumber daya kunci yang disediakan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) melalui bantuan langsung masyarakat (BLM), secara transparans dan akuntabilitas.

3. Menjalin sinergi penanggulangan kemiskinan sebagai gerakan masyarakat

melalui kemitraan antar pelaku pembangunan.

4. Mendorong tumbuhnya kepedulian berbagai pihak sebagai upaya

pengendalian sosial (kontrol sosial) terhadap keberhasilan program penanggulangan kemiskinan. (http:www.p2kp.org/24/04/08).

1.5.3.4. Siklus Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP).

1. Refleksi Kemiskinan : refleksi kemiskinan dilakukan untuk menumbuhkan

kesadaran kritis masyarakat terhadap akar penyebab masalah kemiskinan. Kesadaran kritis ini penting dilakukan karena selama ini masyar menjadi “objek”,


(36)

seringkali masyarakat diajak untuk melakukan berbagai upaya pemecahan masalah tanpa mengetahui dan menyadari masalah yang sebenarnya. Dalam pelaksanaannya, dua hal yang harus dilakukan yaitu olah rasa dan olah pikir. Olah pikir merupakan analisis kritis terhadap permasalahan kemiskinan yang dihadapi masyarakat, untuk membuka mekanisme-mekanisme yang selama ini sering tidak tergali dan tersembunyi di dalamnya. Sedangkan olah rasa adalah upaya untuk merefleksikan ke dalam terutama yang menyangkut sikap dan perilaku mereka terhadap permasalahan kemiskinan.

2. Pemetaan swadaya : pemetaan swadaya adalah proses identifikasi

kebutuhan masyarakat yang dilakukan dengan cara antara lain :

a. Menggali informasi, bagaimana kondisi nyata dari masalah-masalah yang

dikemukakan dan dirumuskan pada saat refleksi kemiskinan (sosial, ekonomi, lingkungan, kelembagaan, dan kepemimpinan). Masalah-masalah tersebut harus didukung oleh data dan fakta sehingga diperlukan proses penelitian untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan.

b. Mengkaji, informasi dan fakta yang sudah didapatkan dianalisa dan dikaji secara bersama.

c. Merumuskan masalah, pada tahapan ini masalah yang sudah ditemukan

disepakati bersama dikelompokkan kemudian dianalisis hubungan sebab akibatnya dengan kembali membuat pohon masalah.

3. Pembangunan badan keswadayaan masyarakat (BKM), siklus ini

merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat terhadap adanya organisasi masyarakat warga yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur yang dimotori oleh pemimpin yang mempunyai kriteria yang sudah ditetapkan oleh masyarakat.


(37)

Posisi organisasi masyarakat warga ini di peroleh dari di luar institusi pemerintah, di luar institusi militer, di luar instirusi agama, di luar institusi pekerjaan atau usaha dan di luar institusi keluarga yang dipimpin oleh pemimpin kolektif yang beranggotakan 9 sampai 11 orang, dan kolektif ini secara generik diberi nama badan keswadayaan masyarakat (BKM).

4. Pengembangan kelompok swadaya masyarakat (KSM), adalah kelompok

sosial pada tingkat akar rumput, yang mempunyai kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, ekonomi dan pemeliharaan lingkungan.

5. Program jangka menengah program penanggulangan kemiskinan

(PJM-Pronangkis), adalah perencanaan partisipatif warga untuk mengembangkan program penanggulangan kemiskinan, baik jangka pendek selama satu tahun atau jangka panjang menengah selama tiga tahun.

6. Sinergi program jangka menengah program penanggulangan kemiskinan

(PJM Pronangkis) dengan Perencanaan Pembangunan Daerah, setelah masyarakat mempunyai program jangka menengah program penanggulangan kemiskinan (PJM pronangkis) tentu ini bisa menjadi bagian dari perencanaan program kelurahan. Artinya program jangka menengah program penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis) harus diperjuangkan oleh badan keswadayaan masyarakat (BKM) agar menjadi bagian dari proses perencanaan kelurahan melalui Musrenbang. Agar program jangka menengah program penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis) bisa diakomodir dalam perencanaan pembangunan daerah, badan keswadayaan masyarakat (BKM) juga dapat langsung mempresentasikan program kepada Dinas-dinas terkait dalam proses perencanaan strategis satuan kerja perangkat daerah (Renstra SKPD).


(38)

7. Pelaksanaan program dan pemantauan program, program yang telah disusun akan dilaksanakan oleh warga masyarakat sesuai dengan penanggung jawab masing-masing sub program. Kegiatan ini bisa dilaksanakan oleh panitia pembangunan prasarana, kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang difasilitasi oleh relawan yang tergabung dalam unit-unit pengelola pada badan keswadayaan masyarakat (BKM). Selain keterlibatan seluruh warga secara khusus badan keswadayaan masyarakat (BKM), unit-unit pengelola dan relawan akan melakukan pemantauan untuk mengetahui bagaimana jalannya kegiatan yang dilakukan oleh panitia, kelompok swadaya masyarakat (KSM) dan lembaga lainnya.

8. Evaluasi program, evaluasi program dilakukan dengan dua cara yakni :

evaluasi rutin pada saat program sedang berjalan, untuk mengetahui apakah dalam pelaksanaan program harus diperbaiki. Kemudian evaluasi akhir program atau disebut review program jangka menengah program penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis), kelembagaan, keuangan dan evaluasi lainnya sesuai dengan kebutuhan. (Jurnal Pedoman Umum P2KP-3, Maret 2007)

1.5.4. Kemiskinan.

1.5.4.1. Defenisi Kemiskinan.

Secara umum terdapat beberapa definisi kemiskinan dan kriteria garis kemiskinan yang digunakan saat ini sehingga mengakibatkan perbedaan strategi penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan. Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi


(39)

(Bappenas, 2002). Kemiskinan meliputi dimensi politik, sosial budaya dan psikologi, ekonomi dan akses terhadap aset. Kondisi tersebut menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti : sandang, pangan, papan, afeksi, keamanan, kreasi, kebebasan, partisipasi, dan lain-lain.

Menurut Randy dan Riant Nugroho (2007 : 77), kemiskinan di Indonesia dipandang sebagai kemiskinan budaya dan kemiskinan struktural. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kemiskinan bukanlah ketentuan atau takdir Tuhan, bukan pula salah kita, tetapi proses pemiskinan adalah suatu bencana buatan manusia karena akibat dari suatu kebijakan. ( Mansour Fakih, 2003 : 1).

Dengan kata lain, bertambahnya masyarakat miskin diakibatkan dari suatu proses, kebijakan, dan institusi ataupun mekanisme. Akan tetapi, persoalan kemiskinan yang dihadapi oleh kaum miskin tidaklah sesederhanan itu. Menurut Mansour Fakih (2003, 12) bahwa persoalan kemiskinan tidak hanya berakar dalam lingkungan kebijakan Negara yang dalam hal ini dilaksanakan oleh pemerintah tetapi juga diperkuat dengan telah dilucutinya Negara sebagai pelindung rakyat dan telah dilucutinya konsep Negara dalam proses mensejahterakan rakyat, seperti pencabutan subsidi dan hilangnya berbagai sistem perlindungan jaminan sosial akibat adanya mekanisme persaingan bebas dalam perdagangan bebas serta globalisasi, yang menyebabkan Negara mengabaikan tugas utamanya sebagai pelindung hak-hak rakyat.

Namun, ada yang berpendapat penyebab kemiskinan itu dikarenakan beberapa hal yaitu :

 Dilihat dari kajian kepemimpinan : yang menyebabkan kemiskinan karena


(40)

dirinya sendiri, keluarga, dan golongan atau kelompok pemimpin tersebut berasal, mendahulukan kepentingan individu dari pada masyarakat sehingga timbul ketidakadilan dan keserakahan.

 Dilihat dari kajian kelembagaan : insitusi pengambil keputusan yang tidak mampu menerapkan nilai-nilai universal kemanusiaan.

 Dilihat dari kajian kebijakan : adanya kebijakan yang tidak berpihak atau adil.

 Dilihat dari berbagai kajian masalah ekonomi, sosial dan lingkungan

politik, yang tidak membuka akses kepada kaum miskin dan kurangnya partisipasi. Ekonomi yang tidak memihak, tidak ada kesempatan, tidak ada akses untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat sehingga tidak memperoleh akses dalam berpartisipasi dalam pembangunan. Sosial yang segregatif, marginalisasi, internalisasi budaya miskin, serta banyaknya lingkungan kumuh dan ilegal. (http: www.p2kp.org/28/04/08).

1.5.4.2. Karakteristik Kemiskinan.

Menurut rumusan konkrit yang dibuat oleh Bappenas, indikator-indikator kemiskinan sebagai berikut :

1. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan.

2. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan.

3. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan

4. Terbatasnya kesempatan kerja dan lemahnya perlindungan terhadap aset

usaha serta perbedaan upah, dan lemahnya perlindungan tenaga kerja. 5. Terbatasnya layanan perumahan sanitasi.


(41)

7. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah.

8. Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

9. Lemahnya jaminan rasa aman.

10.Lemahnya partisipasi

11.Besarnya beban kependudukan.

Sedangkan, menurut Emil Salim bahwa ada lima karakteristik penduduk miskin yaitu :

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.

2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan

tanganya sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah.

4. Banyak diantara mereka yang tidak mempunyai fasilitas.

5. Di antara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan

atau pendidikan yang memadai. (Supriatna, 2000 : 124).

1.6. Defenisi Konsep.

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainya. (Singarimbun, 1995: 33).

1. Implementasi Kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap suatu objek/sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


(42)

Dalam hal ini implementasi kebijakan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP).

2. Program Penanggulangan Kemiskinan Di perkotaan adalah program yang

dilaksanakan dalam pemberdayakan masyarakat miskin melalui pengembangan kapasitas, penyediaan sumber daya, dan membangun masyarakat mandiri yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menaggulangi kemiskinan secara efektif dan berkelanjutan.

3. Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau

kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya dan memenuhi kebutuhannya dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan.

3.5. Defenisi Operasional.

Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung proses analisa dari variabel-variabel tersebut. Adapun indikator dari implementasi kebijakan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) adalah :

a. Organisasi yaitu:

 Kejelasan struktur organisasi.

 Kejelasan tugas pokok dan fungsi.

 Ketersediaan sumber daya manusia


(43)

 Prasarana dan sarana yang dimiliki.

b. Penafsiran yaitu :

 Terdapatnya petunjuk pelaksana, artinya ada kesesuian pelaksana

program dengan petunjuk pelaksana peraturan yang sudah dijabarkan.

 Terdapatnya petunjuk teknis yaitu adanya kesesuaian pelaksana

kebijakan dengan peraturan teknis dalam operasionalisasikan program yang bersifat strategik di lapangan agar dapat berjalan efektif, efesien dan realistis.

c. Penerapan yaitu :

 Adanya kegiatan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP).

 Kejelasan sasaran atau tujuan program.

 Keikutsertaan partisipasi masyarakat dalam pelaksanana program.

 Pengawasan terhadap pelaksanaan program.

3.6. Sistematika Penulisan.

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan.


(44)

Bab ini berisikan tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, yaitu Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan untuk dianalisis.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(45)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sebagaimana menurut Nawawi (1990 : 64) bahwa metode deskriptif yaitu memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan/masalah yang bersifat aktual kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi rasional yang akurat. Dengan demikian, penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberi kebenaranya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2. Lokasi Penelitian.

Lokasi Penelitian dilakukan pada masyarakat Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan.

2.3. Informan Penelitian.

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Informan dengan kebaikannya dan kesukarelaannya dapat memberikan pandangan dari segi orang


(46)

dalam nilai-nilai, sikap dan suatu proses yang menjadi latar penelitian tersebut. (Moleong, 2006 : 132).

Dari pernyataan di atas, dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) yang terdiri dari 1 orang fasilitator program (Faskel), 1 orang pengurus badan keswadayaan masyarakat (BKM), 1 orang relawan, 1 orang petugas kelurahan dan 1 orang anggota kelompok swadaya masyarakat (KSM) dan 1 orang masyarakat.

2.4. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data dan informasi yang benar serta relevan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui :

1. Data primer, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian, dengan cara :

a. Wawancara : mengajukan pertanyaan kepada beberapa responden secara

mendalam yang diangggap mengerti permasalahan yang diteliti.

b. Observasi yaitu pengumpulan data tentang gejala tertentu yang

dilakukan dengan mengamati, mencatat, kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

2. Data sekunder, yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara tidak langsung yang diperoleh untuk melengkapi data primer dengan cara studi kepustakaan, yaitu dengan membuka, mencatat dan mengutip data dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal, pendapat-pendapat para ahli/pakar dan


(47)

sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian dan dapat mendukung terlaksananya penelitian.

2.5. Teknik Analisa Data.

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif. Artinya, untuk analisis data tidak dipergunakan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan dari hasil penelitian.


(48)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Sejarah Kelurahan Pangkalan Manshyur.

Sejak zaman kerajaan Sultan Deli, terdapat sungai besar yang berada di suatu perkampungan adat, sebelah timur wilayah tersebut mengalir sungai besar yang merupakan jalur lintasnya kapal besar pedagang-pedagang yang menuju daerah pusat perniagaan bernama Deli Tua.

Di kawasan perkampungan adat ini juga merupakan tempat pangkalnya kapal-kapal pedagang yang akan melanjutkan perjalanan ke Deli Tua. Perkampungan adat tersebut terdapat jagoan-jagoan yang berpengaruh seantero kerajaan Deli. Inilah awal mulanya dinamakan Pangkalan Manshyur.

Di zaman penjajahan Belanda, Kelurahan Pangkalan Manshyur ini telah dikepalai oleh seorang Lurah yang kepemimpinannya dipilih oleh rakyat, yang mana ketika itu syarat untuk menjadi Lurah harus mampu menyembelih minimal seekor sapi di setiap hari raya Idul Fitri yang kemudian dibagi-bagikan kepada masyarakat yang kurang mampu.

Orang yang menjabat sebagai Lurah pertama kali adalah Haji Muksin yang beretnis Banten yang kemudian kepemimpinannya dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Adnan.

Pangkalan Manshyur sejak saat itu terkenal dengan orang-orang sakti suku Banten yang Hijrah ke tanah Deli dan menjadi laskar-laskar tangguh pembela tanah air tercinta, Indonesia. mulai dari penjajahan Belanda sampai penjajahan Jepang.


(49)

Di Kelurahan Titi Kuning Pangkalan Manshyur memiliki aset perkebunan tembakau Deli yang cukup luas. Letaknya di perkebunan Gedung Johor dan Kwala Bekala yang saat ini menjadi Kelurahan Gedung Johor dan Kwala Bekala. Aset wilayah inilah yang ingin direbut oleh Belanda untuk dikuasai.

Setelah era kemerdekaan Republik Indonesia ketika muncul partai-partai politik yang membawa kepentingan golongan, sejak itulah mulai terjadi keretakan-keretakan kecil yang akhirnya terpecahnya beberapa wilayah menjadi wilayah baru.

Awalnya daerah kekuasaan Lurah Titi Kuning Pangkalan Manshyur meliputi Pasar Satu hingga Pasar Delapan Gedung Johor, Pasar Satu hingga Amplas, rel kereta api Karang Sari hingga Kampung Anggrung.

Suku yang mendominasi saat itu adalah melayu, mandailing, jawa, dan banten. Di daerah kampung dalam merupakan tempat berkumpulnya orang-orang beretnis banten yang terkenal dengan jagoan Pangkalan Manshyur.

Puncak perpecahan wilayah terjadi di tahun 1965, yang mana daerah Suka Maju, Titi Kuning, dan Gedung Johor memisahkan diri dari Pangkalan Manshyur. Nama-nama Lurah yang terhitung sejak tahun 1981, adalah :

 Suratmin.

 A. Syahudin.

 Amrin Nasution.

 Sirin.

 Damikrot.

 Sukiman.


(50)

 Ahmad Minual.

3.2. Letak dan Keadaan Wilayah.

Luas Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor 400 km2,

yang terdiri dari 15 lingkungan. Sebagian besar wilayah digunakan sebagai daerah pemukiman 288.200 km, daerah pekuburan 10.000 km, daerah pekarangan 20.000 km, daerah taman 30.000 km, daerah perkantoran 41.000 km, dan selebihnya digunakan sebagai prasarana umum 10.000 km.

Adapun batas-batas Kelurahan Pangkalan Manshyur adalah sebagai berikut :

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Gedung Johor

 Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Titi Kuning

 Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kecamatan Polonia

 Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kecamatan Kwala Bekala

Orbitasi Kelurahan Pangkalan Manshyur ini rawan banjir terutama jika musim penghujan. daerah-daerah rawan banjir adalah di sekitar jalan Karya Tani Gang Horas yang merupakan bagian dari Lingkungan IX, selain itu terletak di wilayah perbatasan AURI di Lingkungan V tepatnya di Gang Serumpun. kemudian di daerah aliran sungai Deli di Lingkungan VI di jalan Meterologi juga terjadi banjir yang disebabkan tidak adanya parit.

Kondisi topografi wilayah Kelurahan Pangkalan Manshyur secara umum adalah relatif berbukit. Ada dua sungai besar yang mengapit Kelurahan Pangkalan Manshyur yaitu Sungai Deli yang letaknya di sebelah barat yang


(51)

berbatasan dengan Kelurahan Kwala Bekala dan Sungai Babura yang letaknya di sebelah timur yang berbatasan dengan Kelurhan Titi Kuning.

3.3. Komposisi Penduduk.

3.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia.

Jumlah penduduk Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor pada tahun 2007 adalah 34.034 orang dan tergolong daerah yang cukup padat jumlah penduduknya yang terdiri dari balita sebanyak 3.336 orang, anak-anak sebanyak 2.782 orang, remaja sebanyak 5.495 orang, pemuda sebanyak 11.500 orang dan orang tua sebanyak 10.921 orang.

Table 3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia

No. Keterangan Usia Jumlah

1. Balita 0-5 tahun 3.336

2. Anak-anak 6-10 tahun 2.782

3. Remaja 11-20 tahun 5.495

4. Pemuda 21-40 tahun 11.500

5. Orang tua 41 tahun ke atas 10.921

Jumlah 34.034 Sumber : Kelurahan Pangkalan Mansyhur dalam angka tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Pangkalan Mansyhur berdasarkan tingkat usia didominasi oleh penduduk yang berusia 21 tahun hingga 40 tahun sebanyak 11. 500 orang.


(52)

3.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tabel 3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Keterangan Jumlah

1. Belum sekolah 5.115

2. Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 2.052

3. SD/Sederajat 3.903

4. SLTP/Sederajat 4.471

5. SMA/Sederajat 2.894

6. D1-D3 8.556

7. S1-S3 7.043

JUMLAH 34.034 Sumber : Kelurahan Pangkalan Manshyur dalam angka tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas penduduk Kelurahan Pangkalan Mansyhur memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk Pangkalan Manshyur yang menyelesaikan pendidikannya ditingkatan sekolah menengah atas dan pergurtuan tinggi nasing-masing sebanyak 8.556 orang dan 7.043 orang.

3.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.

Berdasarkan mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor didominasi oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pedagang sebesar 4.838 orang dan masyarakat yang bermata pencaharian dari bekerja sebagai buruh/swasta sebesar 4.679 orang. Seperti yanh terlihat dalam tabel di bawah ini :


(53)

3.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tabel 3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Keterangan Jumlah

1. Belum sekolah 5.115

2. Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 2.052

3. SD/Sederajat 3.903

4. SLTP/Sederajat 4.471

5. SMA/Sederajat 2.894

6. D1-D3 8.556

7. S1-S3 7.043

JUMLAH 34.034 Sumber : Kelurahan Pangkalan Manshyur dalam angka tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas penduduk Kelurahan Pangkalan Mansyhur memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk Pangkalan Manshyur yang menyelesaikan pendidikannya ditingkatan sekolah menengah atas dan pergurtuan tinggi nasing-masing sebanyak 8.556 orang dan 7.043 orang.

3.3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.

Berdasarkan mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor didominasi oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pedagang sebesar 4.838 orang dan masyarakat yang bermata pencaharian dari bekerja sebagai buruh/swasta sebesar 4.679 orang. Seperti yanh terlihat dalam tabel di bawah ini :


(54)

3.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama.

Tabel 3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Keterangan Jumlah

1. Islam 18.689

2. Kristen 7.989

3. Khatolik 3.978

4. Hindu 2.076

5. Budha 1.302

Jumlah 34.034 Sumber : Kelurahan Pangkalan Manshyur dalam angka tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Pangkalan Manshyur terdiri dari masyarakat yang menganut agama Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha. Mayoritas penduduknya beragama Islam.

3.3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis.

Tabel 3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis

No. Keterangan Jumlah

1. Jawa 10.864

2. Mandailing 10.317

3. Melayu 4.913

4. Batak 2.357

5. Minang 3.307

6. Dan lain-lain 2.276

Jumlah 34.034 Sumber : Kelurahan Pangkalan Manshyur dalam angka tahun 2007


(55)

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas penduduk Kelurahan Pangkalan Manshyur didominasi oleh masyarakat dari Suku Jawa sebanyak 10.864 orang dan Suku Mandailing sebanyak 10.317 orang.

3.3.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja.

Tabel 3.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja

No. Keterangan Jumlah

1. Penduduk usia 15-60 tahun 21.313

2. Ibu rumah tangga 6.423

3. Penduduk masih sekolah 6.298

Jumlah 34.034 Sumber : Kelurahan Pangkalan Manshyur dalam angka tahun 2007

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa sudah ada warga yang bekerja di usia 15 tahun. Seperti yang kita ketahui bahwa di usia 15-an tahun selayaknya masih duduk di bangku sekolah, dan dari tabel di atas dapat kita lihat pula masih ada warga yang bekerja di usia 60 tahun. Sedangkan kita dapat melihat juga penduduk di Kelurahan Pangkalan Manshyur ini terdapat ibu-ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan atau pekerjaan sampingan.

3.3.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Penduduk Cacat Mental.

Dari tabel di bawah ini dapat kita lihat bahwa masyarakat di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor ini yang mengalami tingkat gangguan kejiwaan atau mengalami cacat mental relatif rendah, yaitu untuk masyarakat yang idiot sebanyak 3 orang, stress sebanyak 6 orang dan gila sebanyak 4 orang.


(56)

Tabel 3.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Penduduk yang mengalami Cacat Mental.

No. Keterangan Jumlah

1. Idiot 3

2. Gila 4

3. Stress 6

Jumlah 13 Sumber : Kelurahan Pangkalan Manshyur dalam angka tahun 2007

3.4. Sarana dan Prasarana.

Sarana merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian tujuan. Bagaimana baiknya suatu rencana tanpa didukung oleh adanya sarana maka tujuan dari perencanaan tersebut akan sulit tercapai. Untuk mendukunng tugas pelayanan terhadap masyarakat, maka di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor ini tersedia berbagai sarana dana prasarana seperti : sarana transportasi, komunikasi, prasarana air bersih, prasarana pemerintahan, prasarana peribadatan, prasarana olah raga, dan prasarana pendidikan. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan mengenai hal tersebut.

3.4.1 Prasarana Transportasi.

Sarana transportasi adalah merupakan sarana yang paling penting dalam setiap aktivitas yang akan dilaksanakan. Saran transportasi merupakan salah satu sarana yang dimiliki oleh masyarakat Kelurahan Pangkalan Manshyur yang terdiri dari prasarana transportsai darat yang memiliki jalan kampung dengan kondisi jalan aspal dan jalan tanah serta jembatan kelurahan dengan kondisi baik. Serta


(57)

adanya sarana transportasi yang mudah diakses oleh masyarakat karena letak geografis yang ada baik itu alat transportasi yang dilalui bus, angkot, ataupun becak.

3.4.2. Prasarana Komunikasi.

Sarana komunikasi juga bagian dari prasarana yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Pangkalan Manshyur. Dengan semakin canggihnya ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sehingga sebagai masyarakat yang berkualitas haruslah mampu untuk mengikuti dan memahami setiap perkembangannya.

Karena letak Kelurahan Pangkalan Manshyur ini cukup strategis menjadikan daerah ini mudah untuk memperoleh akses tersebut. Di kelurahan ini terdapat beberapa prasarana komunikasi seperti : telepon rumah, warung telpon, warung internet, dan media televisi dan radio.

3.4.3. Prasarana Air Bersih.

Sarana air bersih merupakan alat yang sangat vital bagi kelangsungan hidup. Air bersih sangat dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari. Sebagian besar kebutuhan akan air bersih tersebut tersedia oleh PDAM Tirtanadi, dan selebihnya warga memakai sumur galian dan sumur pompa.

3.4.4. Prasarana Pemerintahan.

Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan dengan baik tentunya harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang baik. Di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor ini terdapat satu kantor kelurahan dengan kondissi bangunan yang baik, serta dilengkapi dengan perlengkapan yang


(58)

ada di dalamnya seperti : meja sebanyak 12 buah, kursi sebanyak 11 buah, 4 buah lemari serta 3 buah mesin ketik, dan 1 buah komputer dengan kondisi yang baik. 3.4.5. Prasarana Peribadatan.

Kebebasan beragama dijamin kuat oleh Negara Indonesia sesuai dengan salah satu Pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa setiap warga Negara bebas untuk menganut agama kepercayaan ynag diyakininya serta melaksanakan ibadahnya. Beragama sudah pasti didukung dengan tersedianya tempat untuk melakukan ibadah bagi pemeluknya. Karenanya sarana peribadatan juga dapat dijadikan tolak ukur populasi pemeluk agama dalam suatu daerah, di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor ini terdapat sarana peribadatan terdiri dari 15 jumlah mesjid, 8 buah mushola dan 1 buah gereja.

3.4.6. Prasarana Olah Raga.

Untuk menjaga kesehatan dan kesegaran tubuh setelah beraktivitas seharian, tubuh butuh untuk berolah raga agar selalu fit dalam menjalankan aktivitas berikutnya. Di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor terdapat sarana olah raga yang terdiri dari 1 buah lapangan sepak bola, 4 buah lapangan bulu tangkis, 4 buah lapangan voli, 1 buah lapangan futshal.

3.4.7. Prasarana Kesehatan.

Masalah kesehatan sering menjadi masalah yang sangat sulit diberantas di Negeri ini. Salah satu kendala adalah tidak tersedianya sarana kesehatan yang baik di masyarakat kita. Di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor, sarana kesehatan terdiri dari 1 buah rumah sakit umum,1 buah puskesmas, 6 buah apotik, 15 buah posyandu, 2 buah toko obat, 7 buah tempat dokter praktek.


(59)

3.4.8. Prasarana Pendidikan.

Pendidikan adalah sektor yang paling fundamental dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk menyelenggarakan pendidikan dibutuhkan sarana dan prasarana yang baik agar proses pendidikan tersebut dapat berjalan dengan baik. Di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor terdapat beberapa sarana pendidikan seperti : 1 buah perguruan tinggi, 11 buah sekolah dasar (SD), 4 buah sekolah menengah pertama (SMP) dan 2 buah sekolah menengah umum (SMU).

3.5. Kondisi Sosial Ekoknomi Masyarakat.

Seperti yang kita ketahui di atas, bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Pangkalan Manshyur ini sebanyak 34.034 jiwa pada tahun 2006, sebelumnya pada tahun 2005, jumlah penduduknya sebanyak 22. 402 jiwa.

Sedangkan jumlah penduduk miskin di Kelurahan Pangkalan manshyur menurut data tahun 2006 adalah sebanyak 6.883 kepala keluarga dengan perincian sebagai berikut :

a. Jumlah keluarga prasejahtera sebanyak 319 keluarga. b. Jumlah keluarga sejahtera 1 sebanyak 871 keluarga. c. Jumlah keluarga sejahtera 2 sebanyak 4. 565 keluarga. d. Jumlah keluarga sejahtera 3 sebanyak 1.023 keluarga. e. Jumlah keluarga sejahtera 3 plus sebanyak 105 keluarga.


(60)

Untuk kondisi ekonomi masyarakatnya:

1. Jumlah pengangguran

Jumlah angkatan kerja (usia 15-60 tahun) sebanyak : 21.313 orang dan 3.861 diantaranya adalah penduduk dengan pekerjaan yang tidak tentu. Jumlah penduduk yang masih sekolah sebanyak : 6.423 orang. Jumlah penduduk yang menjadi ibu rumah tangga sebanyak : 6.298 orang.

2. Produk Domestik Bruto

Untuk produk domestik sendiri, di Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor ini terdapat sektor industri makanan roti, sektor industri perbengkelan, sektor industri swalayan, dan sektor jasa. Untuk sektor industri makanan memiliki nilai total produksi sebesar Rp. 18.000.000, sektor industri perbengkelan memiliki nilai total produksi sebesar Rp. 75.000.000, sektor industri swalayan memiliki nilai total produksi sebesar Rp. 150.000.000 dan untuk sektor jasa upah total yang diterima pegawai negeri sebesar Rp. 174.000.000.

Sedangkan untuk penguasaan aset ekonomi, masih ada masyarakat di Kelurahan Pangkalan Manshyur yang masih tidak memiliki rumah atau ngontrak yaitu sebanyak 387 kepala rumah tangga (RT).


(1)

2. Konsolidasi yang dibangun diantara semua elemen yang terlibat di program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) harus lebih sering dilakukan. Konsolidasi di internal lembaga-lembaga terkait seperti fasilitator kelurahan (Faskel), badan keswadayaan masyarakat (BKM), dan kelompok swadaya masyarakat (KSM) dapat lebih mengeratkan atau mensolidkan hubungan antar sesama pengurus lembaga. Konsolidasi yang dibangun sesering mungkin inilah yang dapat mempersatukan pemahaman yang berbeda-beda tentang setiap pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). Perbedaan strata sosial dan tingkat pendidikan adalah hal yang dapat dihapuskan dengan tingginya intensitas pertemuan dan giatnya usaha konsolidasi yang dilakukan.

3. Pola hubungan berkoordinasi antar lembaga yang terkait juga menjadi hal yang mendapat perhatian dan harus segera diperbaiki. Koordinasi yang baik antar sesama lembaga tentunya akan berdampak positif bagi jalannya program ini di tengah masyarakat.

4. Hal yang terpenting dilakukan dalam rangka berjalannya program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) ini dengan baik adalah menumbuhkan peran aktif dari masyarakat yang menjalankan program. Peran aktif dari masyarakat sangat dibutuhkan. Masyarakat harus sadar bahwa program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) ini dibuat semata-mata untuk masyarakat. Dengan adanya program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) ini masyarakat dapat belajar cara untuk menanggulangi kemiskinan,


(2)

belajar berorganisasi dan menciptakan kemandirian untuk lepas dari segala ketergantungan. Dengan demikian, pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan ini harus tetap dilaksanakan oleh pemerintah, agar masyarakat miskin tidak dimanjakan oleh bantuan yang diberikan tetapi juga harus memikirkan apa yang dapat dilakukannya dan mengenali potensi dirinya.

5. Untuk fasilitator Kelurahan yang tugasnya ádalah sebagai pendamping badan keswadayaan masyarakat dalam menyukseskan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) seyogyanya juga mampu memberikan motivasi kepada anggota badan keswadayaan masyarakat dalam menjalankan program karena badan keswadayaan masyarakat ini menjalankan tugasnya tanpa imbalan dan dengan kerelaan hati sebagai bentuk sosial tehadap masyarakat di sekelilingnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Dwijdowijoto, N Riant dan Wrihatnolo R Randy. 2007. Manajemen Pemberdayaan, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Edward III, George C. 1980. Implementacy Theory, Congressional Quartel Press, Washington DC.

Fakih, Mansour. 2003. Bebas dari Neoliberalisme, Insist Press, Yogyakarta. Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Jakarta.

Mubyarto. 1999. Reformasi Sistem Ekonomi, Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi Kerakyatan Edisi Kedua, Aditya Media, Yogyakarta.

Nawawi, H. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah. PT. Grasindo, Jakarta.

Singarimbun, Masri. 1995. Metodologi penelitian survey. LP3S, Jakarta. Supriatna. Tjaha. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Rineke Cipta. Syamsi, Ibnu. 1986. Pokok-pokok Kebijaksanaan, Perencanaan, Pemograman,

dan Penganggaran Pembangunan Tingkat Nasional dan Regional, Rajawali, Jakarta.

Syaukani, Gaffar, affan dan rasyid, M. Ryaas 2002, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Tangkilisan, Hesel Nogi S, 2003, Kebijakan Publik yang Membumi. Lukman Offset, Yogyakarta.

Wahab, Solichin Abdul. 1991. Analisis Kebijaksanaan : dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta.

Wibawa, Samodra. 2000. Kebijakan Publik. Gadjah Mada University, Yogyakarta.


(4)

Refrensi Lain

Jurnal Pedoman Umum P2KP-3. Jakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum. Edisi Revisi Maret 2007.

Jurnal Petunjuk Pelaksana PNPM-P2KP. Jakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umun. 2007.

Prosiding seminar hasil program pengembangan diri 2006 Bidang Ilmu Sosiologi. 2007. Badan kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Indonesia Barat Forum HEDS.

Website

http : www.p2kp.org. http : www.tkpki.org

Peraturan Pemerintah

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2005 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK).

Keputusan Presiden Nomor 124 tahun 2001 junto Nomor 34 dan Nomor 8 tahun 2002 tentang Pembentukan Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK). Keputusan Presiden Nomor 190 tahun 1998 tentang Pembentukan Gugus Tugas

pada Jaring Pengaman Sosial.

Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Inpres desa Tertinggal.


(5)

Lampiran Draf Pertanyaan Wawancara

1. Apa yang anda ketahui tentang program penanggulangan kemiskinan di perkotaan?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 2. Bagaimana pendapat anda tentang program penanggulangan kemiskinan

di perkotaan?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 3. Taukah anda siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan program

penanggulangan kemiskinan di perkotaan?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 4. Taukah anda apa tugas dan fungsi badan keswadayaan masyarakat?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 5. Siapa saja yang boleh menjadi anggota badan keswadayaan masyarakat?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 6. Bagaimana sistem pemilihan badan keswadayaan masyarakat dan siapa

saja yang boleh memilih?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 7. Taukah anda apa saja syarat-syarat untuk menjadi anggota badan

keswadayaan masyarakat?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 8. Apakah badan keswadayaan masyarakat yang telah terpilih memiliki

struktur organisasi atau struktur kerja yang jelas?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 9. Dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan,

apakah faktor sumber daya manusia menjadi faktor yang menentukan berjalan tidaknya suatu organisasi ini?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 10. Bagaimana sebenarnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh badan

keswadayaan masyarakat ini?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 11. Adakah sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan program

kebijakan ini dan berjalannya organisasi ini?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 12. Apakah dalam melaksanakan program ini, anda didampingi oleh


(6)

13. Taukah anda apa tugas seorang fasilitator?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 14. Terbantukah anda dengan adanya proses pendampingan selama

melaksanakan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan ini? ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 15. Taukah anda, apakah dalam melaksanakan program terdapat petunjuk

pelaksana dan petunjuk teknis yang menjadi landasan untuk menjalankan program.?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 16. Berapa dana yang anda terima dari pemerintah dalam menjalankan

program ini?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 17. Bagaimana badan keswadayaan masyarakat ini mengalokasikan dana

tersebut?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 18. Bagaimana terbentuknya kelompok swadaya masyarakat?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 19. Apa saja yang telah dilakukan oleh badan keswadayaan masyarakat ini

melalui kelompok swadaya masyarakat?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 20. Jelaskan tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 21. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam ikut serta dalam pelaksanaan

program penanggulangan kemiskinan di perkotaan ini?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 22. Siapa yang menjadi pengawas dari pelaksanaan program penanggulangan

kemiskinan di perkotaan ini?

____________________________________________________________ ____________________________________________________________


Dokumen yang terkait

Implementasi Program Keluarga Harapan Di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan

7 70 106

Implementasi Kebijakan Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan pada Masa Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Sinabung Tahun 2014

2 89 205

Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Studi pada Kelurahan Kota Matsum I, Kecamatan Medan Area, Kota Medan).

1 47 70

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Pengaruh Pelaksanaan Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal)

1 41 126

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)(Studi Pada Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli )

6 52 86

Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2kp) Di Kecamatan Medan Maimun

2 47 125

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. - Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (Study Pada Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor Medan)

0 0 28

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) (Study Kasus pada Kelurahan Pangkalan Manshyur Kecamatan Medan Johor)

0 0 14

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KELURAHAN MARGASARI KECAMATAN BUAH BATU KOTA BANDUNG Oleh : Megga Puspitha Juanda 158010027 ABSTRAK - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PER

0 1 17