82.5 Penyusunan Arahan dan Strategi Pengembangan Wilayah untuk
33
Potensi Sektor Pertanian
Potensi sektor pertanian penting untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sektor pertanian yang terdiri atas subsektor kehutanan, peternakan,
perkebunan serta perikanan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi daerah. Sektor pertanian, terutama subsektor tanaman pangan merupakan sektor
penunjang dalam pembangunan di Kabupaten Boven Digoel. Subsektor tanaman bahan makan dan tanaman hortikultura serta peternakan merupakan mata
pencaharian utama bagi masyarakat pribumi di Kabupaten Boven Digoel. Masyarakat pribumi atau penduduk asli yang terdiri dari suku-suku Mandobo,
Auyu, Muyu, Kombay-Koroway, kegiatan utamanya adalah bertani secara berpindah-pindah, memunggut hasil hutan, mencari ikan dan beternak secara
tradisional.
Budaya bertani sudah menjadi pekerjaan utama untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam kehidupan masyarakat pribumi. Makanan utama bagi masyarakat
pribumi di Boven Digoel adalah sagu, pisang, talas, ubi jalar, ubi kayu, sayur lilin, sayur genemo. Selain tanaman bahan makanan tersebut, yang juga dibudiayakan
menanam adalahg jagung, kacang tanah, padi, kacang hijau, dan sayuran. Potensi pertanian yang dapat dibudidayakan diuraikan pada paragraph di bawah
ini.
Subsektor Tanaman Pangan
Kabupaten Boven Digoel secara fakta lapangan merupakan kawasan agraris yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian. Namun berdasarkan
RTRW Kabupaten Boven Digoel tahun 2011-2031, lahan pertanian hanya dialokasikan seluas 20.000 ha untuk pengembangan pertanian dan pertanian lahan
kering. Luas panen dan produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel tahun 2009 dan 2013 disajikan pada Tabel 13.
Subsektor Hortikultura
Pada subsektor tanaman hortikultura buah dan sayuran, beberapa komoditas merupakan komoditas unggulan, baik secara luasan maupu produksi.
Sebagian komoditi ditanam oleh masyarakat sehingga setiap tahun produksi mengalami peningkatan, baik dalam hal luas panen maupun produksi.
Pertambahan luas panen dari 325,59 ha menjadi 367,58 ha mampu memproduksi dengan cukup baik Tabel 14.
Tabel 13 Luas panen dan produksi pertanian tanaman pangan tahun 2009 dan 2013.
Jenis Komoditas
Tahun 2009 Tahun 2013
Luas Panen ha
Produksi ton
Luas Panen ha
Produksi ton
Padi 8
32 39
97 Ubi kayu
15 107
69 306
Ubi jalar 30
94 41
118 Kacang tanah
6 5
11 29
Jagung 1
1 16
50 Talaskeladi
- -
13 13
Kacang hijau 3
3 -
- Kedelai
1 1
- -
Jumlah 66
191
Sumber: BPS Kabupaten Boven Digoel 2013
Tabel 14 Luas panen dan produksi tanaman hortikultura Kabupaten Boven Digoel tahun 2009 dan 2013.
Jenis Komoditas
Tahun 2009 Tahun 2013
Luas Panen ha
Produksi ton
Luas Panen ha
Produksi ton
Pisang 177
821 164
144 Nenas
8 350
10 7
Rambutan 36
103 29
95 Durian
34 87
37 50
Pepaya -
- 9
16 Salak
2 256
- -
Alpokat 6
14 -
- Kangkung
21 106
43 8
Sawi 21
107 10
12 Kacang panjang
7 17
34 14
Bayam 8
27 16
3 Cabe rawit
- -
11 11
Jumlah 325
367
Sumber: BPS Kabupaten Boven Digoel 2013
Perekonomian Kabupaten Boven Digoel
Perekonomian merupakan salah satu indikator penting bagi perkembangan pembangunan suatu daerah. Indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat
diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto PDRB wilayah atau kabupaten tersebut.
Produktifitas suatu wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang diperoleh dari PDRB atas dasar harga konstan antara dua titik tahun yang
berbeda. PDRB merupakan ukuran terbaik dari kinerja perekonomian, karena
PDRB mampu mengukur dua hal pada saat bersamaan yaitu total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli
35 barang dan jasa hasil dari perekonomian.
Indikator pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boven Digoel dilihat dari laju pertumbuhan PDRB menurut lapangan
usaha. Beberapa lapangan usaha di Kabupaten Boven Digoel dihitung sebagai sektor lapangan usaha yang dapat memberikan kontribusi terhadap PDRB antara
lain pertanian, pertambangan, jasa-jasa, bangunan, listrik dan air bersih, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, industri
pengolahan dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Boven Digoel 2013 disajikan pada Tabel. 15 dan 16.
Tabel 15 Distribusi dan persentase Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Boven Digoel, Atas Dasar Harga Berlaku ADHK dirinci
menurut lapangan usaha Tahun 2008-2012.
No Sektor Lapangan Usaha Tahun
2008 2009
2010 2011
2012
1 Pertanian
15.91 14.91
14.52 14.22
13.99 2
Pertambangan dan penggalian 0.94
0.95 0.93
0.90 0.86
3 Industri dan pengolahan
39.23 36.35
34.08 32.32
30.92 4
Listrik dan air bersih 0.01
0.01 0.01
0.01 0.01
5 Bangunan
24.91 28.48
31.28 33.83
35.68 6
Perdagangan, hotel dan restoran 3.1
3.05 3.10
3.18 3.22
7 Pengangkutan dan komunikasi
1.67 1.68
1.64 1.55
1.48 8
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
0.91 0.84
1.43 1.21
1.18 9
Jasa-jasa 13.32
13.74 13.02
12.78 12.67
Sumber: BPS Kabupaten Boven Digoel 2013
Tabel 16 Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Boven Digoel, Atas Dasar Harga Berlaku ADHK dirinci menurut lapangan usaha Tahun 2008 - 2012.
No Sektor Lapangan Usaha
Tahun 2008
2009 2010
2011 2012
1 Pertanian
20.24 12.75
14.93 12.35
12.07 2
Pertambangan dan penggalian 49.98
21.99 14.75
11.21 9.37
3 Industri dan pengolahan
10.39 11.49
10.64 8.80
8.96 4
Listrik dan air bersih 19.12
27.39 -4.67
18.34 24.82
5 Bangunan
79.35 37.55
29.65 24.09
20.12 6
Perdagangan, hotel dan restoran 24.2
18.34 20.15
17.71 15.08
7 Pengangkutan dan komunikasi
20.6 20.53
15.36 8.73
8.37 8
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
49.54 10.8
10.51 -2.28
10.8 9
Jasa-jasa 25.72
24.15 11.82
12.56 12.95
Sumber: BPS Kabupaten Boven Digoel 2013
Sektor industri dan pengolahan merupakan sektor yang mendominasi dalam struktur perekonomian Kabupaten Boven Digoel. Pada tahun 2008, kontribusi
sektor ini terhadap PDRB sebesar 39,23 persen dengan laju pertumbuhan mencapai 10 persen pada tahun 2008. Pada tahun 2012, sektor industri dan
pengolahan menyumbangkan kontribusi PDRB sebesar 30,92 persen, dengan laju pertumbuhan 8,96 persen. Sektor bahan bangunan kontribusinya terhadap PDRB
menduduki posisi kedua sebesar 24,91 persen dengan laju pertumbuhan 79,34 persen pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2012 sektor ini menyumbangkan
sebesar 35,68 persen terhadap PDRB dengan laju pertumbuhan sebesar 20,12 persen.
Sektor pertanian merupakan sektor yang menempati posisi ketiga penyumbang terhadap PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku ADHK
tahun 2000. Distribusi dan presentase sektor pertanian terhadap PDRB tahun 2008 sebesar 15,91 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 20,24 persen. Pada tahun
2012 sektor pertanian masih menempati posisi ketiga setelah, sektor bangunan sebesar 35,68 persen, sektor industri dan pengolahan 30,92 persen, sektor
pertanian sebesar 13,99 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 12,07 persen terhadap PDRB Kabupaten Boven Digoel. Pada Tabel 15 diketahui bahwa sektor
pertanian mengalami penurunan persentase kontribusi dari tahun 2008, kontribusi sektor ini mencapai 15,91 persen. Dalam kurun lima tahun terakhir penurunan
kontribusi sektor ini sangat besar yakni 8,31 persen. Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam struktur perekonomian kabupaten, walaupun
kontribusi sektor ini selalu mengalami penurunan setiap tahun, tetapi masih menduduki posisi ketiga dalam struktur perekonomian.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan Analisis
Location Quotient dan Differetial Shift
Perencanaan pembangunan wilayah dari aspek pembangunan pertanian adalah penentuan peranan komoditas unggulan untuk pencapaian target
pembangunan pertanian, yaitu pertumbuhan. Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing komoditi
pertanian di wilayahnya Rustiadi et al. 2011.
Perhitungan nilai Location Quotient
LQ dan Differential Shift
DS dalam Shift Share Analysis SSA dilakukan dengan menggunakan data luas panen
komoditas pertanian tanaman pangan Tahun 2009-2013. Suatu komoditas tergolong basis atau memiliki keunggulan komparatif apabila nilai LQ 1 atau
keunggulan kompetitif bila nilai DS dalam SSA 0. Artinya, komoditas tanaman pangan tersebut merupakan komoditas basis atau disebut komoditas dengan
keunggulan komparatif dan kompetitif.
Hasil analisis LQ dan komponen DS dalam SSA komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven
Digoel, disajikan pada T abel
17. Dari Tabel 17 diketahui bahwa 5 jenis komoditas pertanian tanaman pangan
memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif di semua distrik, namun besarnya berbeda-beda. Berdasarkan analisis LQ, komoditas ubi kayu memilikji
keunggulan komparatif di 15 distrik yaitu Distrik Mindiptana, Ki, Kombut, Sesnukt, Fofi, Arimop, Kouh, Firiwage, Manggelum, Yaniruma, Kawagit,
Kombay, Waropko, Ambatkwi, dan Ninati. Komoditas ubi jalar memiliki keunggulan komparatif di 10 distrik yaitu Distrik Subur, Ki, Mindiptana, Kombut,
Sesnuk, Mandobo, Arimop, Bomakia, Waropko dan Ninati. Komoditas kacang tanah memiliki keunggulan komparatif di 5 distrik yaitu Distrik Ambatkwi,
37 Bomakia, Jair, Mandobo dan Yaniruma. Komoditas padi memiliki keunggulan
komparatif di 2 distrik yaitu Distrik Iniyandit dan Jair, sedangkan komoditas jagung memiliki keunggulan komparatif hanya di Distrik Mandobo. Berdasarkan
hasil analisis komponen DS dalam SSA, komoditas pertanian tanaman pangan yang memiliki keunggulan kompetitif adalah ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah,
jagung dan padi. Komoditas ubi kayu memiliki keunggulan kompetitif di Distrik Inyandit, Kombut dan Mandobo. Komoditas ubi jalar memiliki keunggulan
kompetitif di Distrik Jair, Kombut dan Mandobo. Komoditas kacang tanah memiliki keunggulan kompetitif di Distrik Jair, Mandobo dan Waropko.
Komoditas jagung memiliki keunggulan kompetitif di Distrik Mandobo dan Mindiptana. Komoditas padi memiliki keunggulan kompetitif hanya di Distrik
Jair.
Tabel 17 Nilai LQ dan DS dalam SSA komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel.
No Distrik
Ubi kayu Ubi jalar
Kac. tanah Jagung
Padi LQ
DS LQ
DS LQ
DS LQ
DS LQ
DS
1 Ambatkwi