2. Penyaringan yang tidak tepat
Ketika meneruskan pesan orang lain dalam oranisasi, biasanya terjadi penyaringan yang dilakukan dengan memotong atau menyingkat pesan.
Pesan dalam organisasi dikirim melalui berbagai saringan. Misalnya, melewati penjaga pintu terlebih dahulu, karyawan kabtor depan,
sekretaris, baru kemudian sampai kepada pimpinan. Bisa jadi suatu pesan penting tidak sampai sebagian atau bahkan seluruhnya karena
telah dipotong atau dibuang.
3. Iklim komunikasi tertutup atau tidak memadai
Pertukaran informasi yang bebas dan terbuka merupakan salah satu ciri komunikasi yang efektif. Iklim komunikasi sangat terkait dengan gaya
manajemen. Gaya manajemen yang tertutup cenderung menghambat pertukaran informasi. Demikian pula saluran yang terallu banyak bisa
mengubah pesan ketika bergerak vertikal dan horisontal dalam sebuah organisasi.
” Dewi, 2007 : 17
2.1.9 Pengertian Humas Public Relations
Humas atau Public Relation dan manajemen dalam sebuah institusi tak bisa dipisahkan, keduanya saling membutuhkan dalam mengelola institusi
sekaligus publiknya sesuai dengan job description-nya pembagian kerja masing-masing. Jika manajemen, objek pengelolaanya lebih luas, maka
humas objek
pengelolaannya dikonsentrasikan
untuk menciptakan
komunikasi yang efektif baik antara atasan dan bawahan, atau sesama karyawan dalam institusi internal relation termasuk komunikasi efektif
dengan publik eksternal yang memiliki relasi dengan institusi. Kesinambungan antara manajemen dengan humas dalam sistem
kerjanya, dijelaskan secara representatif oleh Internasional Public Relation Assosiation IPRA sebagai berikut :
“PR adala fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga suasta atau publik
umum untuk memperoleh perhatian, simpati, dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian
opini publik di antara mereka. Untuk mengaitkannya sedapat mungkin kebijaksanaan dan prosedur yang mereka pakai untuk melakukan hal
itu direncanakan dan disebarkan sebarkan inforamasi yang lebih produktif dan pemenu an keinginan bersama yang lebi efisien.”
International Public Relation Assosiation IPRA dalam Soemirat dan Ardianto : 2008 : 14
Begitupula Harlow, sependapat dengan IPRA : “Public Relation adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung
pembinaan, pemeliharaan jalur bersama, antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktifitas informasi dan pengertian, penerimaan
dan kerjasama ; melibatkan manajemen dalam menghadapi persoalan dan permasalahan, membantu manajemen untuk mampu menanggapi
opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem
peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana
usa a.” Harlow dalam Ruslan, 8 : 6
Senada dengan Harlow, Grisworld menjelaskan bahwa humas merupakan fungsi dari manajemen yang pembagian fungsinya tak jauh
berbeda dengan pendapat Harlow. Lebih jelasnya Griwold menjelaskan : “PR adala fungsi manajemen yang mengevaluasi publik,
memperkenalkan berbagai kebijakan dan prosedur dari suatu individu atau organisasi berdasasarkan kepentingan publik, dan membuat
perencanaan, dan melaksanakan suatu program kerja dalam upaya memperole pengertian dan pengakuan publik.” Griswold dalam
Bittner dalam Soemirat dan Ardianto : 2008 : 12
Ilmuan lain yang berpandangan bahwa humas merupakan bagian dari manajemen adalah Cutlip, Center dan Brown. Pada prinsipnya sama, menurut
mereka humas adalah : “PR adala fungsi manajemen secara k usus yang mendukung
terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan, dan kerjasama antara organisasi dengan berbagai
publiknya. “ Cutlip, Center, Brown dalam Soemirat dan Ardianto : 2008 : 14
Lain halnya dengan definisi humas yang tertuang dalam The statement of Mexico yang melihat aspek lain dari esensi dan aktivitas humas dalam
institusi sebagai elaborasi antara seni dan science ilmu pengetahuan, defini tersebut adalah sebagai berikut :
“Public Relation adalah seni dan ilmu pengetahuan sosial yang dapat dapat dipergunakan untuk menganalisis kecenderungan, memprediksi
konsekuensi-konsekuensinya, menasehati para pemimpin organisasi, dan melaksanakan program yang terencana mengenai kegiatan-
kegiatan yang melayani, baik untuk kepentingan organisasi maupun kepentingan public atau umum.” The statement of Mexico dalam
Ruslan, 2008 : 17
Aktifitas humas sebagai elaborasi antara seni dan ilmu pengetahuan, dirinci lagi dalam definisi lain seperti definisi yang dibuat oleh Soemirat :
“PR adala two simple words yang merupakan bidang ilmu dan bagian praktis yang sedang dan akan terus berkembang, suatu ilmu suatu
sistem, seni, proses, profesi, metode, kegiatan dan sebagainya.” Soemirat dan Ardianto : 2008 : 12
Jika definisi humas dalam The statement of Mexico melihat aspeknya dari sisi seni dan ilmu pengetahuan, maka Rachmadi lebih tertarik
untuk melihat aspek dari sisi komunikasi dua arah sebagai penunjang
terciptanya komunikasi efektif dalam institusi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Rachmadi menjelaskan definisi humas sebagai berikut :
“PR pada akekatnya adalah kegiatan komunikasi, kendati agak lain dengan kegiatan komunikasi lainnya, karena ciri hakiki dari
komunikasi PR adalah two way communication komunikasi dua arahtimbal balik. Arus komunikasi timbal balik ini yang harus
dilakukan dalam kegiatan PR, sehingga terciptanya umpan balik yang merupakan prinsip dalam PR. PR adalah bidang ilmu komunikasi
praktis,
yaitu penerapan
ilmu komunikasi
pada suatu
organisasiperusa aan dalam melaksanakan fungsi manajemen.” Soemirat dan Ardianto : 2008 : 11
Aspek dalam humas, kekinian semakin luas termasuk metode komunikasi yang dapat menciptakan kemauan baik seperti penjelasan Jefkin :
“PR adala suatu sistem komunikasi yang menciptakan kemauan baik.” Jefkin dalam Soemirat dan Ardianto, 2008 : 13
Memberi motivasi juga termasuk aspek dalam humas yang berfungsi untuk menjaga optimistik, harapan, dan pikiran sehat terhadap organisasi. Hal
ini sebagaimana dipaparkan oleh Christin : “PR merupakan suatu usa a sadar yang memotivasi agar orang-orang
terpengaruh, terutama, melalui komunikasi agar timbul pikiran yang sehat terhadap suatu organisasi, memberikan rasa hormat, mendukung,
dan berta an dengan berbagai cobaan dan masala .” C ristin dalam Soemirat dan Ardianto, 2008 : 13 - 14
Menurut Soemirat dan Ardianto, dalam merumuskan definisi humas yang semakin hari semakin banyak dan ternyata berhubungan
dengan disiplin ilmu yang lainnya, maka untuk membentuk suatu definisi standar dan komprehensif, maka dibentuklah satu panitia yang terdiri dari
para pakar PR yang cukup kondang, kemudia dipilihlah empat definisi yang mereka anggap baik :
1. “PR adala proses yag kontinyu dari usa a-usaha manejemen untuk
menghasilkan good will kemauan baik dan pengertian dari pelanggan, pegawai dan publik yang lebih luas. Ke dalam
mengadakan analisis dan perbaikan diri sediri sedangkan ke luar memberikan pernyataan-
pernyataan.” Seidel dalam Soemirat dan Ardianto, 2008 : 12
2. “PR adala lanjutan dari proses pembuatan kebijakan, pelayanan,
dan tindakan bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar suatu individu atau lembaga tersebut memperoleh
kepercayaan dan goodwill kemauan baik dari publik. Kedua, pembuatan kebijakan, pelayanan, dan tindakan untuk menjamin
adanya pelayanan dan penghargaa
n yang menyeluru .” Reck dalam Soemirat dan Ardianto, 2008 : 12
3. “PR adala suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang
lebih baik, yang dapat memperdalam suatu kepercayaan individu terhadap suatu individu atau organi
sasiperusa aan.” Bon am dalam Soemirat dan Ardianto, 2008 : 12
4. “Public Relation merupakan fungsi manajemen yang membantu
menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi, dukungan serta kerjasama suatu organisasiperusahaan dan publiknya dan ikut
terlibat dalam menangangani masalah-masalah dan isu manajemen. PR membantu manajemen dalam menyampaikan informasi dan
tanggap terhadap opini publik. PR secara efektif memantau berbagai peruba an.” Seitel dalam Soemirat dan Ardianto, 2008 :
13
Bernays mencoba mendefinisikan humas secara sistematis dan detil dengan menjelaskan tugas-tuganya secara umum baik di dalam dan di luar
institusi. Bernays menjelaskan arti humas sebagai berikut : “PR mempunyai 3 arti : menerangkan kepada publik ; persuasi
ditujukan kepada publik untuk menunjukan perubahan dan tingkah
laku publik ; 3 upaya untuk menyatukan sikap dan tingkah laku suatu lembaga.” Bernays dalam Soemirat dan Ardianto, 2008 : 13
Supaya lebih kongkret, maka pada pembahasan definisi humas atau public relation ini, peneliti akan mengutip penjelasan konsep humas menurut
Melvin Sharpe sebagai panduan langkah-langkah humas dalam menciptakan komunikasi efektif dengan publik internal dan eksternal. Konsep tersebut
adalah : “Melvin S arpe mengajukan lima prinsip proses armonis dalam
hubungan jangka panjang antara perusahaan dengan publiknya. Konsep-konsep tersebut terdiri dari :
1. Komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas.
2. Kerterbukaan dan konsisten terhadap tindakan dan kepercayaan.
3. Tindakan yang jujur untuk mendapatkan hubungan timbal balik dan
good will kemauan baik 4.
Komunikasi dua arah dilakukan untuk mencegah alienasi pengucilan dan membangun hubungan.
5. Evaluasi penelitian dan lingkungan untuk menentukan tindakan dan
penyesuaian yang diperlukan bagi hubungan sosial yang harmonis. Konsep lainnya adalah PR sebagai interpreter manajemen yaitu PR
harus menerjemahkan falsafah, kebijakan, program, dan praktek manajemen kepada publiknya, baik internal maupun eksternal. Untuk
mengerjakan tugas ini secara tepat harus ditingkatkan perhatian, pengertian, dukungan dan tindakan dari target public. Untuk
melakukannya PR harus mengetahui apa yang dipikirkan manajemen.
PR sebagai interpreter publik, dalam hal ini bertujuan untuk menemukan apa yang benar-benar public pikirkan terhadap
organisasiperusahaan agar manajemen dengan segera dapat mengetahinya atau PR bekerja guna menantisipasi secara benar
perasaaan publiknya.” S arpe dalam Seitel dalam Soemirat dan Ardianto : 2008 : 14 - 15
2.2 Tinjauan Tentang Strategi
Strategi menurut James Brian Quinn ada la : “Pola atau rencana yang
mengintegrasikan tujuan pokok, kebijakan, dan rangkaian tindakan sebuah organisasi ke
dalam satu kesatuan yang ko esif.” Iriantara, 2004 : 12. Pengertian strategi menurut Quinn di atas memberikan penegasan bahwa
strategi berfungsi untuk menyelaraskan antara rencana dan tujuan dalam sebuah organisasi. Rencana dibuat semata-mata untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sekaligus meminimalisir kendala yang menjadi penghambat di lapangan.
Selaras dengan Quinn, Stainner dan Minner pun berpendapat bahwa harus terdapat kesamaan antara misi dan tujuan, sehingga dipandang perlu
untuk mendapatkan perhatian dari implementasi dan pengendalian misi tersebut agar tidak terjadi distorsi dari tujuan awal. Pengertian tersebut
sebagaimana dikutip Iriantara dalam Robson : “Formulasi misi, tujuan, dan objektif dasar organisasi, strategi-strategi
program dan kebijakan untuk mencapainya, dan metode yang diperlukan untuk memastikan bahwa strategi yang diimplementasikan
untuk tujuan-tujuan organi
sasi.” Iriantara, 2004 : 12 Pada prinsipnya pengertian strategi yang diajukan Porter tak jauh
berbeda dengan dua pengertian di atas, meskipun beliau lebih menghususkan strategi dalam kompetisi bisnis. Namun tetap saja, dalam kompetisi tersebut
diperlukan kesinambungan antara tujuan yang ingin dicapai dan kebijakanrencana yang dibuat, kemudian adanya hubungan erat dan
seimbang antara organisasi dan lingkungannya agar hubungan keduanya tidak