Analisis Faktor-Faktor Penyebab Six Big Losses Pada Mesin Yang Mempengaruhi Efisiensi Produksi di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SIX BIG LOSSES

PADA MESIN YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI

PRODUKSI DI PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

EFRIYANTI KARTIKA 080423080

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang obat-obatan dimana produk yang dihasilkan adalah berupa obat-obat generik.. Perusahaan ini memproduksi tiga jenis produk yaitu dalam bentuk kapsul, tablet dan krim. Perusahaan ini tidak terlepas dari masalah penurunan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan di lantai pabrik. Penurunan produktivitas ini akibat adanya penggunaan mesin yang tidak baik dan enam kerugian besar (six big losses) bagi perusahaan. Mesin yang sering mengalami kerusakan terjadi pada mesin pencetakan tablet.

Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengurangi terjadinya cacat produk dari penggunaan mesin pencetakan tablet dan menganalisa efisiensi produksi pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk pada periode Mei sampai dengan Oktober 2009 menggunakan pengukuran Overall Equipment Effectiveness dengan acuan Total Productive Maintenance. TPM adalah salah satu metode untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kerugian-kerugian yang diakibatkan tidak efektifnya mesin/peralatan diperusahaan pada semua bidang dengan melibatkan semua pihak. sebagai tahap pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produk adalah dengan mengunakan Overall Equipment Effectiveness. Hasil

Metode pengukuran efektifitas penggunaan mesin pencetakan tablet sebagai tahap pertama dalam usaha meningkatkan efisiensi produksi adalah dengan menggunakan Overall Equipment Effectiveness (OEE). Hasil pengukuran OEE kemudian jadi dasar untuk proses berikutnya yakni pengukuran Six Big Losses, dengan mencari faktor dari Six Big Losses yang memberikan kontribusi terbesar terhadap tingginya efisiensi mesin pencetakan tablet yang hilang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa mesin pencetakan tablet mempunyai nilai berkisar antara 55,99% - 63,58%.

Kerugian-kerugian dapat digolongkan ke dalam enam kerugian besar (Six Big Losses), yaitu kerugian karena kerusakan peralatan (equipment failur), pemasangan dan penyetelan (set-up and adjustment losses), beroperasi tanpa beban (idling and minor stoppage losses), penurunan kecepatan produksi (reduced speed losses), kerusakan pada produk (process defect losses) dan kerugian untuk mencapai kondisi produksi yang stabil (reduced yieid losses).

Dari hasil analisa dengan menggunakan diagram sebab akibat , faktor yang paling berpengaruh dari hasil six big losses adalah faktor reduced speed losses yang sangat berpengaruh terhadap nilai OEE untuk periode Mei-Oktober tahun 2009 untuk mesin pencetakan tablet adalah sebesar 39,51%. Dan yang harus dilakukan adalah dengan melakukan perawatan terencana dengan menggunakan Total Productivity Maintenance


(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKASI SEMINAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

ABSTRAK ... xvi

I. PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-2 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-2 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-5

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-5


(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3. Letak dan Lokasi Perusahaan ... II-3 2.4. Daerah Pemasaran ... II- 2.5. Organisasi dan Manajemen... II-7 2.5.1. Struktur Organisasi ... II-8 2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-8 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-23 2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-25 2.5.4.1. Sistem Pengupahan ... II-25 2.5.4.2. Fasilitas Tenaga Kerja ... II-26 2.6. Fasilitas Tenaga Kerja ... II-26 2.6.1. Standar Mutu Bahan /Produk ... II-27 2.6.1.1. Pemeriksaan Mutu Bahan Baku

dan Bahan Pengemas... II-28 2.6.1.2. Pengawasan Selama Proses ... II-28 2.6.1.3. Pengawasan dalam Proses Pengemasan ... II-29 2.6.2. Bahan yang Digunakan ... II-30 2.6.2.1. Bahan Baku ... II-30 2.6.2.2. Bahan Tambahan ... II-30 2.6.2.3. Bahan Penolong ... II-31 2.6.3. Uraian Proses Produksi ... II-31


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.7. Mesin dan Peralatan ... II-35 2.7.1. Mesin Produksi ... II-35 2.7.2. Peralatan ... II-46 2.7.3. Utilitas ... II-47 2.7.4. Safety and fire Protection ... II-48 2.8. Pengolahan Limbah ... II-48 2.8.1. Pengolahan Limbah Padat ... II-48 2.8.2. Pengolahan Limbah Cair ... II-49

III. TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance ... III-1 3.1.1. Pengertian Maintenance... III-1 3.1.2. Tujuan Maintenance ... III-2 3.2. Jenis-Jenis Maintenance ... III-3 3.2.1. Planned Maintenance ... III-3 3.2.2. Unplanned Maintenance ... III-9 3.3. Total Productive Maintenance (TPM) ... III-10 3.3.1. Pengertian Total Productive Maintenance ... III-10 3.4. Analisis Prouktivitas : Six Big Losses ... III-11 3.4.1. Equipment Failure (Kerusakan Peralatan) ... III-12 3.4.2.Setup and Adjustment (Kerugian karena


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.4.3.Idling and Minor Stoppages (Kerugian beroperasi

tanpa beban maupun karena sesaat) ... III-13 3.4.4. Reduced Speed Losses (Kerugian karena Penurunan

Kecepatan Operasi) ... III-14 3.4.5. Process Deffect Losses (Kerugian karena

Produk Cacat Maupun Kerja Produk di proses Ulang) ... III-15 3.4.6. Reduced Speed Losses (Kerugian pada Awal Waktu

Produksi hingga Mencapai Kondisi yang Produktif) ... III-15 3.5. Manfaat dan Total Productive Maintenance ... III-16 3.6. OEE (Overall Equipment Effectiveness) ... III-16 3.6.1. Availability ... III-17 3.6.2. Performance Efficiency ... III-18 3.6.3. Rate of Quality Products ... III-20 3.7. Perencanaan dan Penerapan Total Productive Maintenance ... III-21 3.8. Diagram Sebab Akibat ... III-22 3.9. Pengukuran Sistem Kerja ... III-23 3.9.1. Tahapan Pengukuran Waktu Kerja ... III-23 3.9.2. Tahapan Setelah Dilakukan Pengukuran Pendahuluan ... III-24

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-1 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2 4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-2 4.7. Pengolahan Data ... IV-3 4.7. Analisis Data ... IV-4

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Primer ... V-1 5.1.2. Data Sekunder ... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-9 5.2.1. Perhitungan Harga Rata-Rata ... V-9 5.2.2. Menghitung Standar Deviasi dari Data Pengamatan ... V-11 5.2.3. Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah ... V-11 5.2.4. Uji Kecukupan Data ... V-12 5.2.5. Perhitungan Waktu Normal ... V-13 5.2.6. Perhitungan Waktu Standar ... V-14

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Perhitungan Nilai Availability ... VI-1 6.2. Perhitungan Performance Efficiency ... VI-2 6.3. Perhitungan Rate of Quality Products ... VI-4


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.4. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness ... VI-6 6.5. Perhitungan OEE Six Big Losses ... VI-7 6.5.1. Downtime Losses ... VI-7 6.5.2. Speed Losses ... VI-10 6.5.3. Defect Losses ... VI-13 6.6. Pengaruh Six Big Losses ... VI-16 6.7. Diagram Sebab Akibat ... VI-19

VII. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VII-1

7.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness ... VII-1 7.2. Analisis Perhitungan OEE Six Big Losses ... VII-1 7.3. Analisis Diagram Sebab Akibat ... VII-3

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

8.1. Kesimpulan ... VII-1 8.2. Saran ... VII-2 DAFTAR PUSTAKA ... DP LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja ... II-24 2.2. Parameter Pengukuran Limbah Cair ... II-50 5.1. Data Waktu Breakdown Mesin Pencetakan Tablet ... V-3 5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Pencetakan Tablet ... V-5 5.3. Data Waktu Setup Mesin Pencetakan Tablet ... V-6 5.4. Data Produksi Mesin Pencetakan Tablet ... V-7 5.5. Data Waktu Proses Operasi Mesin Pencetakan Tablet ... V-8 5.6. Pengelompokkan Data satu siklus Operasi pada Mesin

Pencetakan Tablet ... V-10 6.1. Availability Mesin Pencetakan Tablet Periode

Mei-Oktober 2009 ... VI-3 6.2. Performance Efficiency Mesin Pencetakan Tablet

(Mei-Oktober 2009) ... VI-4 6.3. Rate of Quality Products Mesin Pencetakan Tablet

(Mei-Oktober 2009) ... VI-6 6.4. Overall Equipment Effectiveness Mesin Pencetakan Tablet

(Mei-Oktober 2009) ... VI-7 6.5. Breakdown Mesin Pencetakan Tablet


(13)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

6.6. Setup Loss Mesin Pencetakan Tablet (Mei-Oktober 2009) ... VI-10 6.7. Idling/Minor Stoppages Loss Mesin Pencetakan Tablet

(Mei-Oktober 2009) ... VI-12 6.8. Reduced Speed Loss Mesin Pencetakan Tablet

(Mei-Oktober 2009) ... VI-14 6.9. Rework Loss Mesin Pencetakan Tablet (Mei-Oktober 2009) ... VI-15 6.10. Yield/Scap Loss Mesin Pencetakan Tablet (Mei-Oktober 2009) ... VI-16 6.11. Persentase Faktor Six Big Losses Mesin Pencetakan Tablet


(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi ... II-8 4.1 Parameter Pengukuran Limbah CaProsedur Penelitian ... IV-5 5.1. Peta Kontrol Data Waktu Siklus Mesin Pencetakan Tablet ... V-12 6.1. Histogram Six Big Losses Mesin Pencetakan Tablet ... VI-18 6.2. Diagram Pareto Six Big Losses Mesin Pencetakan Tablet ... VI-18 6.3. Diagram Sebab Akibat untuk Faktor Reduced Speed Losses ... VI-20


(15)

ABSTRAK

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang obat-obatan dimana produk yang dihasilkan adalah berupa obat-obat generik.. Perusahaan ini memproduksi tiga jenis produk yaitu dalam bentuk kapsul, tablet dan krim. Perusahaan ini tidak terlepas dari masalah penurunan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan di lantai pabrik. Penurunan produktivitas ini akibat adanya penggunaan mesin yang tidak baik dan enam kerugian besar (six big losses) bagi perusahaan. Mesin yang sering mengalami kerusakan terjadi pada mesin pencetakan tablet.

Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengurangi terjadinya cacat produk dari penggunaan mesin pencetakan tablet dan menganalisa efisiensi produksi pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk pada periode Mei sampai dengan Oktober 2009 menggunakan pengukuran Overall Equipment Effectiveness dengan acuan Total Productive Maintenance. TPM adalah salah satu metode untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kerugian-kerugian yang diakibatkan tidak efektifnya mesin/peralatan diperusahaan pada semua bidang dengan melibatkan semua pihak. sebagai tahap pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produk adalah dengan mengunakan Overall Equipment Effectiveness. Hasil

Metode pengukuran efektifitas penggunaan mesin pencetakan tablet sebagai tahap pertama dalam usaha meningkatkan efisiensi produksi adalah dengan menggunakan Overall Equipment Effectiveness (OEE). Hasil pengukuran OEE kemudian jadi dasar untuk proses berikutnya yakni pengukuran Six Big Losses, dengan mencari faktor dari Six Big Losses yang memberikan kontribusi terbesar terhadap tingginya efisiensi mesin pencetakan tablet yang hilang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa mesin pencetakan tablet mempunyai nilai berkisar antara 55,99% - 63,58%.

Kerugian-kerugian dapat digolongkan ke dalam enam kerugian besar (Six Big Losses), yaitu kerugian karena kerusakan peralatan (equipment failur), pemasangan dan penyetelan (set-up and adjustment losses), beroperasi tanpa beban (idling and minor stoppage losses), penurunan kecepatan produksi (reduced speed losses), kerusakan pada produk (process defect losses) dan kerugian untuk mencapai kondisi produksi yang stabil (reduced yieid losses).

Dari hasil analisa dengan menggunakan diagram sebab akibat , faktor yang paling berpengaruh dari hasil six big losses adalah faktor reduced speed losses yang sangat berpengaruh terhadap nilai OEE untuk periode Mei-Oktober tahun 2009 untuk mesin pencetakan tablet adalah sebesar 39,51%. Dan yang harus dilakukan adalah dengan melakukan perawatan terencana dengan menggunakan Total Productivity Maintenance


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang obat-obatan dimana produk yang dihasilkan adalah berupa obat-obat generik. Jumlah kapasitas produksi yang dihasilkan perusahaan ini untuk obat tablet adalah lebih dari 252 kg/hari. Perusahaan ini tidak terlepas dari masalah penurunan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan di lantai pabrik. Penurunan produktivitas ini akibat adanya penggunaan mesin yang tidak baik dan enam kerugian besar (six big losses) bagi perusahaan. Mesin yang sering mengalami kerusakan terjadi pada mesin pencetakan tablet. Kerusakan pada mesin ini diakibatkan dari pemakaian waktu setup yang terlalu lama. Pemakaian waktu setup yang terlalu lama dapat menyebabkan kerugian karena waktu yang digunakan bisa lebih dimanfaatkan untuk jalannya proses produksi. Untuk waktu setup yang digunakan di PT kimia farma (Persero) Tbk membutuhkan waktu setup selama 1 jam. Berhenti sesaat ketika proses produksi berjalan, dan tidak dilakukan pemeliharaan yang rutin sebelum mesin pencetakan tablet ini digunakan. Penggunaan mesin yang tidak maksimal pada mesin pencetakan ini dapat menyebabkan produk yang cacat.

Hal yang dilakukan untuk menangani kerusakan pada mesin ini adalah sebelum mesin digunakan dilakukan pemeliharaan yang rutin untuk menjaga agar mesin/peralatan yang digunakan tidak rusak dan dapat mendeteksi apa yang


(17)

menjadi kerusakannya. Sehingga dapat mengadakan perbaikan sebelum mesin/peralatan mengalami breakdown.

Penelitian yang dilakukan oleh didik wahyudi, 2009 di perusahaan x yang memiliki penurunan produktivitas dari penggunaan mesin yang tidak efisien dan efektif yang menyebabkan output yang dihasilkan tidak maksimal. Mesin yang digunakan sering mengalami kerusakan karena keadaan mesin yang kurang terpelihara. Penurunan produktivitas ini dapat dilihat dari rendahnya nilai OEE (Overall Equipment Effectiveness) yang masih rendah. Dengan melakukan penerapan TPM ini nilai OEE di PT X akan meningkat dari 67,76% menjadi 81,88%.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mencari faktor-faktor penyebab dari keenam kerugian besar (six big losses) yang umum di PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Dan melakukan analisa terhadap penyebab besarnya kontribusi faktor-faktor dari keenam kerugian tersebut sebagai awal untuk dapat menerapkan TPM.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitiannya adalah :

- Mengurangi terjadinya cacat produk dari penggunaan mesin pencetakan tablet


(18)

- Mengetahui produktivitas mesin dalam proses produksi menggunakan Overall Equipment Effectiveness.

- Mengetahui besarnya persentase masing-masing faktor yang terdapat dalam six big losses dan melakukan analisis terhadap faktor-faktor dari enam kerugian tersebut sebagai dasar untuk dilakukan perbaikan dengan menggunakan Diagram Sebab Akibat.

Adapun manfaat penelitan ini adalah :

1. Menjadi bahan masukan bagi perusahaan dalam menyusun rencana peningkatan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan dengan memaksimalkan efektifitas penggunaan mesin/peralatan.

2. Memberi masukan kepada perusahaan untuk dapat memperbaiki metode pemeliharaan (maintenance) yang telah diterapkan selama ini.

3. Agar perusahaan dapat mengetahui efektifitas penggunaan mesin/peralatan produksi secara menyeluruh yang akan memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan untuk program peningkatan produktivitas dan efisiensi perusahaan di masa yang akan datang secara terus menerus (continous improvement).

4. Meningkatkan keterampilan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi lini produksi perusahaan.


(19)

1.4. Batasan masalah dan asumsi

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Pengukuran efektifitas dan efisiensi pada mesin pencetakan tablet dilakukan untuk periode Mei-Oktober 2009.

b. Tingkat efisiensi mesin/peralatan yang diukur adalah dengan menggunakan metode OEE (Overall Equipment Effetiveness) sesuai dengan prinsip-pinsip Total Productive Maintenance (TPM) untuk dapat mengetahui besarnya rugi-rugi pada mesin/peralatan (Equipment Losses) yang lebih dikenal dengan nama Six Big Losses.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pengukuran yang dilakukan dianggap sebagai langkah awal dimulainya program perbaikan efisiensi mesin/peralatan, sehingga pengukuran yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan efisiensi yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

b. Tidak terjadi perubahan sistem produksi selama penelitian berlangsung. c. Mesin/peralatan dan operator adalah diasumsikan sebagai suatu sistem

kerja yang utuh dan tidak terpisah dalam suatu proses kerja yang menjadi objek kerja pada penelitian ini.

d. Para karyawan dan pimpinan mempunyai komitmen yang kuat untuk mendukung peningkatan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan pada perusahaan ini.


(20)

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Agar lebih mudah dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi yang digunakan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini memuat secara singkat dan padat berbagai atribut dari PT. Kimia Farma (persero) Tbk menjadi objek penelitian, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi serta organisasi dan manajemen.

BAB III : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan pemeliharaan mesin/peralatan dan digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemecahan masalah.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN


(21)

penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirannya.

BAB V : PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang diigunakan sebagai dasar pada pembahasan masalah.

BAB VI : PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisi perumusan dan perencanaan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah, perhitungan availibility, performance efficiency dan rate of quality products yang akan digunakan untuk penentuan OEE(Overall Equipment Effectiveness) untuk mengetahui seberapa besar rugi-rugi efiisiensi pada mesin/peralatan (equipment losses).

BAB VII : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini memuat langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis hasil perhitungan equipment availability, performance efficiency dan rate of quality products yang akan digunakan dalam penentuan OEE (Overall Equipment Effectiveness) untuk mengetahui seberapa besar perubahan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan mesin/peralatan produksi dan untuk memperoleh penyelesaian dari masalah yang ada.


(22)

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian ini serta rekomendasi saran-saran yang diperlukan bagi PT. Kimia Farma (persero) Tbk.


(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk sebagai perusahaan Perseroan pada tanggal 16 agustus 1971. sejarah berdirinya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Terdiri atas beberapa periode yaitu :

a. Periode I (1957-1959)

Pada periode ini malaksanakan nasionalisasi perusahaan farmasi milik bangsa Belanda yang ada di Indonesia. Program nasionalisasi ini di koordinasi oleh Badan Pengambil alihan Farmasi (BAPHAR) yang meliputi :

1. NV. Rathkamp & NV. Bavosta di Jakarta

2. NV. Bandoengshche Kinine Fabriek di Bandung 3. NV. Orderneming Iodium Watudakon di Mojokerto 4. NV. Industri Tella di Surabaya

5. CV. Apotek Malang di Malang


(24)

b. Periode II (1960-1968)

Periode ini adalah periode pembentukan Perusahaan Negara farmasi (PNF) dari perusahaan-perusahaan farmasi milik Belanda yang telah di nasionalisasikan sebelumnya. Pembentukan PNF ini berdasarkan PP. No.60/1961 dibawah koordinasi Badan Pimpinan Umum Farmasi Negara sebagai peleburan BAPPHAR yang bernaung di bawah Departemen kesehatan.

Perusahaan-perusahaan yang didirikan adalah : 1. PNF. Radja farma (ex. Rathkamp) di Jakarta 2. PNF. Nurani Farma (ex. Van Gorkomp) di Jakarta 3. PNF. Nakula Farma (ex. Bavosta) di Jakarta 4. PNF Bhineka Kina farma di Bandung

5. PNF. Sari Husada (ex. Sari Delle) di Yogyakarta 6. PNF. Kasa Husada (ex. Varbanstaffen) di Surabaya 7. PNF. Biofarma (ex. Pasteur Institute) di Bandung

c. Periode III

Untuk meningkatkan efisiensi setiap BUMN, dikeluarkan instruksi Presiden No.17/1967 sehingga Departemen Kesehatan melebur perusahaan milik negara terrsebut ke ddalam perusahaan Negara Farmasi dan alat-alat kesehatan Bhineka Farma dan PNF Kasa Husada di Surabaya di rubah menjadi perusahaan umum dan perusahaan daera, kemudian PN Sari Husada di Yogyakarta berdiri sendiri sebagai anak perusahaan.


(25)

d. Periode IV

Periode IV di mulai tahun 1971 ditandai dengan dikeluarkannya PP No. 116 tahun 1971 yang berlaku sejak tanggal 19 maret 1971. Perusahaan Negara Farmasi dan Alat-Alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma setelah melalui proses audit dinyatakan lulus untuk menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang selanjutnya disahkan pada tanggal 16 agustus 1971 sebagai PT. Kimia Farma (Persero) dengan Akta Notaris dan di umumkan dalam berita negara.

e. Periode V

Pada periode ini tepatnya tanggal 28 juni 2001 PT. Kimia Farma (Persero) menjadi Perusahaan terbuka (Tbk) dengan nama PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, dimana untuk privatisasi tahap I saham yang lepas adalah sebanyak 9% dengan rincian 3 % untuk program Kepemilikan Saham karyawan dan Manajemen (KSKM) PT. Kimia Farma dan sebanyak 6 % untuk masyarakat umum.

PT. Kmia Farma (Persero) Tbk. Didukung oleh6 unit produk farmasi yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Watukadon – Jawa Timur dan Tanjung Morawa- Medan. Keenam Pabrik ini yang telah memenuhi syarat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ini adalah :

1. Unit produksi Formulasi Jakarta

Memproduksi obat-obatan golongan narkotika yang merupakan stau-satunya perusahaan yang memproduksi obat jenis narkotika karena merupakan penugasan dari pemerintah.


(26)

2. Unit Produksi Formulasi Bandung

Mempunyai produk utama berupa pil-pil KB, namun tetap memproduksi produk-produk formulasi.

3. Unit Produksi Manufaktur Bandung

Memproduksi AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), juga bahan baku kina dan derivat – derivatnya serta bahan baku antibiotik rifampicin. Pabrik ini telah mendapatkan US-FDA Approval.

4. Unit Produksi Manufaktur Semarang.

Memproduksi minyak jarak yang banyak dipakai dalam bidang kosmetika dan industri farmasi, juga melakukan pemurnian minyak-minyak nabati. Pabrik ini telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari Lloyd’s Register Quality Asusurance (LRQA).

5. Unit Produksi Manufaktur Watukadon

Merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah tambang Yodium di Indonesia. Produk yang dihasilkan Iodium, Kalium Klorida, Kapsul Lunak Yodiol serta Yodium Test. Selain itu juga memproduksi bahan baku Ferro Sulfat dan tablet tambah darah.

6. Unit Produksi Formulasi Medan

Merupakan satu-satunya pabrik obat PT. Kimia Farma (Persero), Tbk yang berada diluar jawa, yang fungsinya terutama memenuhi kebutuhan obat di wilayah Sumatera


(27)

PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan merupakan unit produksi formulasi yang memproduksi obat-obatan untuk memenuhi kebutuhan obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), obat rutin, dan obat generik. Pabrik ini berdiri pada tahun 1967 dengan nama PT. Radja Farma dan dulunya juga merupakan perusahaan farmasi milik Belanda yang dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 1971 perusahaan ini berubah nama menjadi PT. Kimi Farma dan menjadi perusahaan cabang dari PT. Kimia Farma Jakarta. Dengan adanya SK Direksi No. Kep. 14/DIR/IV/2004 pada tanggal 14 juni 2004 maka PT. Kimia Farma cabang berubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan. Distribusi obat-obatan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan dikelola oleh Unit Logistik Sentral (ULS) yang ada di jakarta. ULS inilah yang mendistibusikannya melalui PT. Trading & Distribution PT. Kimia Farma (Persero), Tbk.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Kimia Farma (Persero), Tbk memiliki beberapa bidang usaha yang terdiri atas :

1. Bidang Produksi

Produk-produk andalan yang dihasilkan perusahaan ini adalah : - Produk Bahan Baku

- Produk Kontrasepsi

- Produk – produk penugasan pemerintah (narkotika) - Produk etikal


(28)

- Produk ”Over The Counter” (OTC) yaitu obat yang dapat dijual bebas

- Produk Generik berlogo

- Produk lisensi dari beberapa perusahaan asing yaitu : sankyo (Jepang), heinrich (Jerman), Solvay Duphar (Belanda).

2. Bidang Pelayanan (PT. Health & Care)

3. Bidang Distribusai (PT. Trading & Distribution) 4. Klinik Kesehatan dan Optik

2.3. Letak dan Lokasi Perusahaan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan terletak di jalan Tanjung Morawa km 9, Kabupaten Deli serdang, Propinsi sumatera Utara, Indonesia. Perusahaan ini berdiri dengan luas lahan 20.269 m yang terdiri dari :

a. Ruang Perkantoran. b. Ruang Laboratorium

c. Ruang Produksi Tablet/Kapsul d. Ruang Produksi krim/salep e. Ruang Penimbangan f. Gudang Bahan Baku g. Gudang Bahan Kemas h. Gudang etiket


(29)

j. Bangunan penunjang seperti tempat pencucian, dapur, mushola dan tempat olahraga.

2.4. Daerah Pemasaran

Proses Produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan dilakukan berdasarkan pesanan dari pelanggan (Job order). Pesanan ini sudah diatur oleh Unit Logistik Sentral (ULS), sehingga jumlah pesanan akan disampaikan ke PT. Kimia Farma (Persero) tbk Plant Medan untuk kemudian direncanakan jadwal produksinya. Semua produk hasil produksi plant Medan harus dikirimkan kembali ke Unit Pedagang Besar Farmasi (PBF). PBF inilah yang mengatur pemasaran produk ke masing-masing daerah. Untuk hasil produksi plant Medansebagian besar dipasarkan di pulau Sumatera dan sebagian dipasarkan di Jawa dan daerah lainnya di Indonesia.

2.5. Organisasi dan Manajemen

Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan yang sama dan diantara mereka diberikan pembagian tugas. Struktur organisasi adalah merupakan gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan.

Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu sasaran secara baik.


(30)

2.5.1. Struktur Organisasi

Gambar struktur organisasi di PT. Kimia Farma Tbk Plant Medan dapat dilihat pada gambar 2.1. dimana didalamnya mencakup level manager sampai pada asisten manager dan supervisor.

PLANT MANAGER PERENCANAAN PRODUKSI DAN PENGENDALIAN INVENTORI KEUANGAN AKUNTANSI ADMINISTRASI DAN PERSONALIA TEKNIK DAN PEMELIHARAAN PENYIMPANAN GUDANG PENGADAAN PENGENDALIAN DATA DAN INFORMASI

UMUM DAN RUMAH TANGGA PENGEMASAN PEMASTIAN MUTU PENUNJANG PROSES PRODUKSI PEMASTIAN MUTU PROSES PRODUKSI PENGENDALIAN MUTU PENGENDALIAN PRODUKSI DAN INVENTORI KRIM TABLET DAN KAPSUL PERENCANAAN

PRODUKSI DAN INVENTORI

PRODUKSI

= HUBUNGAN LINI

= HUBUNGAN FUNGSIONAL KETERANGAN

MANAGER

ASISTEN MANAGER

SUPERVISOR

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (persero) Tbk Plant Medan


(31)

Berdasarkan dari keterangan tersebut maka hubungan kerja dalam organisasi perusahaan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk adalah hubungan campuran lini-fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan lini pada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab manager pabrik kepada asisten manager sehingga terbentuk departemen produksi, PPIC, dan pengendalian mutu. Hubungan fungsional dijumpai pada hubungan antara sesama karyawan dengan bagian personalia, keuangan, akutansi, pengendalian data dan informasi, pengadaan, gudang, teknik pemeliharaan dan umum dan rumah tangga.

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk menjalankan suatu organisasi diperlukan personil yang menduduki jabatan tertentu di dalam organisasi tersebut. Adapun uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada masing – masing jabatan dalam struktur organisasi adalah sebagai berikut :

1. Plant Manager

a. Menyusun rencana dan program kerja perusahaan yang menyangkut perencanaan dan pengawasan produksi, kegiatan pemasaran anggaran perusahaan dan ekspansi perusahaan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.


(32)

2. Production Planning and Inventory Control (PPIC)

a. Melakukan perencanaan keperluan bahan baku, bahan pengemas sesuai pesanan pemasaran dan stock produk jadi yang ada di Unit Logistik Sentral.

b. Menjaga kontinuitas produk yang ada di Unit Logistik Sentral serta melakukan pemantauan pelaksanaan proses produksi.

c. Pengendalian stock bahan baku, bahan pengemas dan produk jadi yang ada di gudang penyimpanan, sesuai batas-batas tertentu sehingga dicapai tingkat stock yang optimal.

d. Pengendalian pemantauan lead time proses produksi, penggunaan bahan baku dan bahan pengemas, serta melakukan pengiriman produk jadi yang dihasilkan.

e. Melakukan penyelesaian proses informasi yang diperlukan sesauai dengan batas waktu yang ditentukan.

f. Melakukan efisiensi penggunaan sarana dan prasarana yang ada di jajaran PPIC dan melakukan Cost Reduction dalam semua aspek pelaksanaan tugas.

g. Menglola pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga kerja dan pembinaan SDM di lingkungan Asisten Manager PPIC

3. Perencanaan Produksi dan Inventory

a. melakukan perencanaan dan pemantauan ke[erluan bahan baku, bahan pengemas yang diperlukan untuk proses produksi sesuai rencana proses produksi.


(33)

b. Pendataan kebutuhan bahan baku dan gahan pengemas berdasarkan pesanan obat jadi dan persdiaan bahan baku dan bahan pengemas serta produk antara dan produk ruahan.

c. Pemantauan dan evaluasi harga Pokok Produksi berdasarkan obat jadi berdasarkan harga bahan baku dan bahan pengemas

d. Melakukan penyelesaian proses informasi yang diperlukan sesuai dengan batas waktu yan ditentukan.

e. Melakukan efisiensi penggunaan sarana dan prasarana yang ada di jajaran Supervisor Perencanaan Bahan dan melakukan cost reductiondalam semua aspek pelaksanaa tugas.

4. Pengendalian Produksi dan Inventory

a. Melaksanakan dan pemantauan rencana dan jadwal produksi serta pemantauan pesanan obat jadi, penyediaan bahan baku dan bahan penggemas, pendistribusian dan pengiriman obat jadi.

b. Pemantauan penyiapan dan pelaksanaan produksi obat sesuai dengan pesanan (pending order)

c. Perhitungan realisasi pengiriman dan jumlah nilai rupiah barang yang akan diasuransikan.

d. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan Seksi Pengendalian Produksi. e. Melakukan penyelesaian proses informasi yang diperlukan sesuai dengan

batas waktu yang ditentukan.

f. Melakukan efisiensi penggunaan sarana da prasarana yang ada di jajaran Supervisor Pengendalian Produksi.


(34)

g. Melaksanakan program Cost Reduction dijajaran Supervisor Pengendalian Produksi.

h. Mengelola pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga kerja dan pembinaan SDM di jajaran Supervisor Pengendalian Produksi.

5. Produksi

a. Merencanakan, menata, melaksanakan dan mengawasi penyajian rencana kebutuhan, jadwal produksi.

b. Mengawasi kegiatan produksi, penerimaan bahan serta hasil produksi dari mulai produk antara, produk ruahan sampai obat jadi.

c. Pemeliharaan dan penggunaan sarana dan prasarana yang diperlukan o;eh Plant Medan baik untuk kegiatan prouksi maupun kegiatan yang lainnya. d. Mengelola pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga kerja dan

pembinaan SDM di lingkungan Asisten Manager. 6. Supervisor Tablet/Kapsul

a. Mengatur agar obat di produksi menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan CPOB sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh PPIC.

b. Pemantauan, pengambilan, penimbangan/pengukuran bahan baku pada formulir catatan Pengolahan Batch produksi tablet/kapsul yang sesuai dengan CPOB.

c. Pemantauan kegiatan produksi Tablet/kapsul sesuai dengan CPOB serta menjaga kebersihan alat maupun tempat kerja dan menjamin peralatan yang akan digunakan dalam keadaan bersih dan siap pakai.


(35)

d. Mengatur tugas para operator secara efektif, efisien dan menangani kesukaran teknis pembuatan obat.

e. Mengatur ketertiban/disiplin bawahan serta menjaga suasana kerja yang baik.

f. Pemantauan penyimpanan sementara bat setengah jadi dan penyerahan obat setengah jadi ke Seksi Pengemasan.

g. Memeriksa dan mengisi dengan benar catatan Pengolahan Batch dan penyajian laporan hasil produksi tablet/kapsul.

h. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai dilingkungan seksi tblet/kapsul.

i. Penyelenggaraan administrasi dilingkungan seksi tablet/kapsul.

j. Pengusulan dan penerapan Rencana Kerja di lingkungan seksi tablet/kapsul.

k. Pengusulan Investasi dan Rehabilitasi sarana kerja di lingkungan seksi tablet/kapsul.

l. Penggunaan dan pemeliharaan Inventaris perusahaan dilingkungan seksi tablet/kapsul.

m. Penyelenggaraan kegiatan lain yang ditugaskan secara insidentil.

7. Supervisor Krim/Salep.

a. Mengatur agar obat diproduksi menurut prosedur pembutan yang telah ditentukan CPOB sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh PPIC.


(36)

b. Pemantauan, pengambilan, penimbangan /pengukuran bahan baku, pada formulir Catatan Pengolahan Batch produksi krim/obat luar yang sesuai dengan CPOB.

c. Pemantauan kegiatan produksi krim/obat luar sesuai dengan CPOB seta menjaga kebersihan alat maupun tempat kerja dan menjamin peralatan yang akan digunakan dalam keadaan bersih dan siap pakai.

d. Mengatur tugas para operator secara efektif dan efisien dan menangani kesukaran teknis pembuatan obat.

e. Mengatur ketertiban/disiplin bawahan serta menjaga suasana kerja yang baik.

f. Pemantauan penyimpanan sementara obat setengah jadi dan penyerahan obat setengah jadi ke Seksi Pengemasan.

g. Memeriksa dan mengisi dengan benar Catatan Pengolahan Batch dan penyajian laporan harian hasil produksi krim/obat luar.

h. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai dilingkungan seksi krim/obat luar.

i. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan seksi krim/obat luar.

j. Pengusulan dan penerapan Rencana kerja di lingkungan seksi krim/obat luar.

k. Pengusulan Investasi dan rehabilitasi sarana kerja di lingkungan seksi krim/obat luar.

l. Penggunaan dan pemeliharaan inventaris peruasahaan di lingkungan seksi krim/obat luar.


(37)

m. Penyelenggaraan kegiatan lain yang ditugaskan secara insidentil. 8. Supervisor Pengemasan

a. Mengatur agar obat dikemas menurut prosedur pengemasan yang telah ditentukan CPOB dan sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh PPIC. b. Pemantauan penerimaan produk ruahan, penerimaan dan penandaan bahan

kemasan sesuai dengan formulir catatan pengemasan batch yang telah ditentukan oleh CPOB.

c. Pemantauan kegiatan pengemasan primer dan sekunder sesuai dengan CPOB serta kebersihan alat maupun tempat kerja di lingkungan seksi pengemasan.

d. Pemantauan penyimpanan sementara obat jadi di gudang karantina dan penyerahan obat jadi ke gudang obat jadi.

e. Memeriksa dan mengisi dengan benar catatan pengemasan batch dan penyajian laporan hasil pengemasan.

f. Mengatur tugas operator/pelaksana secara efektif, efisien dan menanganikesukaran teknis pengemasan obat.

g. Mengatur ketertiban/disiplin bawahan serta menjaga suasana kerja yang baik.

h. Pengusulan pengadaan, pengembangan dan pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai dilingkungan seksi pengemasan.


(38)

9. Pengendalian Mutu

a. Merencanakan, menata, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan pemeriksaan bahan baku,bahan pengemas, produk antara, prodk ruahan dan produk jadi serta melaksanakan pemeriksaan selama proses produksi. b. Pemantauan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana pemeriksaan bahan

baku, bahan pengemas dan pemeriksaan produk dalam proses.

c. Pemantauan dan pemeliharaan kondisi lingkungan pabrik dan melaksanakan pemantauan baku mutu air limbah yang dihasilkan plant medan.

d. Melaksanakan semua ketentuan cGMP atau CPOB terkini dalam melakukan tugas pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahandan produk jadi serta pemeriksaan selama proses produksi.

e. Mengelola pelaksanaan kebijakan perencanaan tenaga kerja dan pembinaan SDM di lingkungan Asisten Manager Pengendalian Produksi. 10.Pemastian Mutu Proses Produksi.

a. Pemantauan pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas dan produk dalam proses yang harus diperiksa.

b. Pemantauan pendataan dan inventarisasi bahan baku, bahan pengemas dan produk dalam proses.

c. Penyiapan laporan hasil pemantauan kegiatan pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas dan produk dalam proses.


(39)

d. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan seksi pemeriksaan bahan baku dan IPC.

e. Penyusunan konsep surat menyurat yang meliputi kegiatan pemeriksaan bahan baku, bahan pengemas dan produk dalam proses.

11.Pemastian Mutu Penunjang Proses Produksi

a. Pemantauan pemeriksaan bahan jadi, pemeriksaan mikrobologi dan pemeriksaan limbah.

b. Pemantauan pendataan dan inventarisasi obat jadi yang harus diperiksa. c. Pemantauan pemanfaatan sarana pemeriksaan obat jadi, pemeriksaan

mikrobiologi dan limbah.

d. Penyiapan laporan hasil pemantauan kegiatan pemeriksaan obat jadi, pemerikasaan mikrobiologi dan limbah.

12.Supervisor Pemeliharaan dan energi.

a. Pemantauan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan produksi, sarana laboratorium, tata usaha, PPIC, gudang serta kelengkapannya.

b. Membantu pemantauan pemanfaatan sarana untuk pemeliharaan dan perbaikan sarana produksi dan energi, sarana laboratorium, tata usaha, PPIC serta lingkungan dan kelengkapannya.

c. Penyajian laporan hasil pemantauan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan instalasi energi sarana produksi, sarana laboratorium, tata usaha, PPIC, serta lingkungan dan kelengkapannya.


(40)

d. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai di lingkungan seksi pemeliharaan dan energi.

e. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan seksi pemeliharaan dan energi.

f. Pengusulan dan penggunaan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) di lingkungan seksi pemeliharaan dan energi.

g. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai dilingkungan seksi pemeliharaan dan energi.

h. Penggunaan dan pemeliharaan inventaris perusahaan di lingkungan seksi pemeliharaan dan energi.

i. Penyelenggaraan kegiatan lain yang ditugaskan secara insidentil.

13.Supervisor Penyimpanan

a. Pemnatauan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran bahan baku obat, bahan pengemas dan obat jadi.

b. Penyusunan laporan permohonan periksa atas barang yang diterima sesuai dengan permintaan bahan.

c. Pengawasan penimbangan dan pengeluaran bahan sesuai dengan surat perintah pengeluaran bahan.

d. Merencanakan penyusunan dan penempatan bahan baku obat, bahan pengemas dan obat jadi sesuai dengan kapasitas gudang.

e. Pemantauan persediaan bahan baku, bahan pengemas dan obat jadi serta pendataan kartu APG.


(41)

f. Menolak barang yang tidak sesuai kualitas dan kuantitas (secara visual) dan membuat berita acara.

g. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai di lingkungan seksi pergudangan.

h. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan seksi pergudangan.

i. Pengusulan dan penerapan rencana kerja di lingkungan seksi pergudangan. j. Pengusulan investasi dan rehabilitasi sarana kerja di lingkungan seksi

pergudangan

k. Penggunaan dan pemeliharaan inventaris perusahaan dilingkungan seksi pergudangan.

l. Penyelenggaraan kegiatan lain yang ditugaskan secara insidentil.

14.Supervisor Pengadaan

a. Menerima BPPB (Bon Permintaan Pembelian Bahan Baku/Bahan Kemasan) dari supervisor PPIC, setelah ditandatangani tanda terimanya menyerahkan kembali arsipnya kepada supervisor PPIC.

b. Membuat penawaran harga kepada beberapa supplier untuk mengetahui harga, melalui telepon maupun surat yang di fax.

c. Setelah menerima harga, maka harga terendah dari supplier yang digunakan untuk membuat harga peasanan bahan baku/bahan kemasan. d. Membuat surat pesanan bahan baku/bahan kemasan.

e. Sebelum mengirimkan surat pesanan terlebih dahulu mencatatnya ke buku ekspedisi.


(42)

f. Menelpon supplier kembali apakah mereka menerima surat pesanan atau belum, apakah mereka sanggup melayani dan kapan mengirimkan bahan baku/kemasan yang dipesan tersebut.

g. setelah barang diterima mengecek kembali melalui BM (Barang Masuk) apakah barang yang dikirim sesuai dengan surat pesanan, baik jenis maupun jumlahnya, ataupun kalau keadaan barang tidak memenuhi syarat setelah diperiksa

h. Mengecek faktur yang diberikan oleh supplier, apakah harga sesuai dengan penawaran/perjanjian seperti yang tertera di surat pesanan.

i. Setelah menerima faktur mencatat harganya diblanko BM (Barang Masuk) dan mencatat BM tersebut ke buku besar (catatan pengadaan)

j. Faktur yang belum datang sampai akhir bulan, menelponnya untk mengirimkan faktur segera guna kebutuhan laporan akutansi pada setiap bulannya.

k. Penyelenggaraan kegiatan lain yang ditugaskan secara insidentil.

15.Supervisor Akutansi

a. Penerapan peraturan/instruksi sistem prosedur akutansi yang diterapkan perusahaan.

b. Pencatatan pengeluaran/penerimaan kas, bank dengan sarana jurnal kas/Bank yang menghasilkan (output ) Buku Harian Kas Dan Bank.

c. Pencatatan barang masuk dengan sarana Nomor Barang Masuk di jurnal menghasilkan Buku Penerimaan Barang.


(43)

d. Pencatatan pembelian Barang dengan sarana faktur-faktur yang diterima dari leveransir di jurnal yang menghasilkan Buku Penjualan.

e. Pencatatan Penjualan Barang dengan sarana Faktur Penjualan (NPI) di jurnal yang menghasilkan Buku Penjualan.

f. Pencatatan Nota Debet (ND) dan Nota Kedit (CN) yang dibebankan atau diperhitungkan dari kantor pusat dan Unit/Outlet lain dengan sarana di jurnal yang menghasilkan Buku Memorial (Buku Tambahan).

g. Pengolahan dan penyusunan hasil perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) dari hasil produksi.

h. Pengolahan dan penyusunan laporan keuangan antara lain : - Neraca

- Rugi laba - Alokasi Biaya - Cash Flow

i. Daftar aktiva dan penyusutannya. j. Rincian-rincian rekening.

k. Pengusulan pengadaan, pengembangan, pembinaan serta pelaksanaan penilaian pegawai di lingkungan Seksi Akuntansi.

l. Penyelenggaraan administrasi di lingkungan Seksi Akuntansi.

m. Pengusulan dan penerapan Rencana Kerja di lingkungan seksi Akuntansi. n. Pengusulan investasi dan rehabilitasi sarana kerja dilingkungan akuntansi.


(44)

16.Supervisor Keuangan.

a. Penyusunan Rencana Anggaran Keuangan Perusahaan untuk masa periode satu tahun dan membreakdown Anggaran Keuangan perusahaan PT.Kimia Farma (persero) Tbk Plant Medan yang sudah disetujui RUPS.

b. Pemeriksaan kebenaran bukti-bukti pendukung pengeluaran , penerimaan kas &bank dari pihak intern maupun ekstern sebelum pihak tersebut diberikan kepada kasir.

c. Pengaturan anggaran perusahaan dengan cara memberi kode rekening biaya terhadap bukti pendukung biaya pengeluaran kas dan bank sebelum diberikan kepada kasiragar biaya-biaya operasional perusahaan tidak melebihi anggaran keuangan setiap bulannya.

d. Pencatatan bukti-bukti pengeluaran dan penerimaan menjadi bukti kas dan bank harian.

e. Pemeriksaan buku harian kas bank yang dibuat oleh Bagian Akuntansi. f. Pemeriksaan kebenaran (NPI) penjualan serta Faktur Pajak Keluaran yang

dibuat oleh bagian penjualan maupun Buku Penjualan yang dibuat oleh bagian Penjualan yang dibuat oleh bagian penjualan.

g. Pelaksanaan laporan surat Setoran Pajak PPN Kepres 56.

17.Supervisor Umum/RT dan Personalia.

a. Pemantauan dan penyusunan daftar komposisi pegawai serta kedisiplinan pegawai berdasarkan data absensi, menyiapkan data tegoran tertulis bagi pegawai yang melanggar disiplin dan Peraturan Perusahaan.


(45)

b. Pemantauan dan Penyusunan daftar gaji, pendapatan lainnya pemotongan dan pelaporan IP, ISP, iuran Jamsostek, perhitungan seta pelaporan pajak penghasilan pegawai.

c. Penyusunan dan pemeliharaan arsip data kepegawaian, daftar pembayaran gaji serta pendapatan lainnya.

d. Penyiapan kartu pegawai dan pendataan kehadiran pegawai serta konduite pegawai.

e. Menyiapkan usulan pegawai yang akan diusulkan untuk kenaikan golongan, promosi jabatan dan mutasi pegawai.

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.3.1.Jumlah tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang berada di PT. Kimia Farma (Persero), Tbk ini terdiri dari tenaga kerja tetap yang merupakan tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja pada bagian produksi/pengolahan di pabrik, sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah pekerja yang kerjanya tidak berhubungan langsung dengan produksi.

Jumlah tenaga kerja yang ada di PT. Kimia Farma, Tbk persero ini berjumlah 77 orang tenaga kerja.

2.5.3.2.Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku di PT. Kimia Farma (Persero), Tbk berlaku dari pukul 07.30 s/d 16.00 WIB dengan waktu istirahat 30 menit. Sehingga jumlah jam


(46)

kerja sehari adalah 8 jam kerja. Jumlah hari kerja dalam seminggu adalah 5 hari kerja yaitu pada hari senin s/d jum’at.

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan

Jabatan/ Bagian Pria Wanita Total

Plant Manager 1 - 1

Asisten Manager

Produksi 1 - 1

Supervisor Personalia Penyimpanan Tablet/kapsul Pengemasan PMPP PPIC Pengadaan

Teknik dan Pemeliharaan Akuntansi Keuangan 1 - - - - - - - - 1 - 1 1 1 1 - - 1 1 - 1 1 1 1 1 - - 1 1 -


(47)

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan (Lanjutan)

Jabatan/ Bagian Pria Wanita Total

Staff Keuangan PPIC Pengadaan PMPP Gudang

Teknik dan Pemeliharaan Tablet/kapsul Pengemasan Satpam - 1 - - 3 1 2 1 6 1 3 1 6 1 - 22 19 - 1 4 2 6 4 1 24 20 6

Total 18 59 77

Sumber : PT. Kimia Farma (Persero) tbk.

2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya 2.5.4.1.Sistem pengupahan

Sistem pengupahan di PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Plant Medan terdiri dari :

1. Gaji dasar I, yaitu berupa gaji pokok ppegawai. Gaji dasar ini diberikan setiap tanggal 25 tiap bulannya.


(48)

2. Gaji dasar II, yaitu berupa tunjangan transportasi. Gaji dasar ini diberikan setiap tanggal 5 tiap bulannya.

3. Tunjangan lainnya, yaitu berupa tunjangan tertib kerja dan upah lembur. Diberikan setiap tanggal 15 tiap bulannya.

2.5.4.2.Fasilitas Tenaga Kerja

Adapun fasilitas yang diberika perusahaan untuk tenaga kerjanya adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan memberikan Tunjangan Hari raya (THR) dan bonus

2. tunjangan dan pelayanann kesehatan dengan menyediakan dokter perusahaan dan memberikan rumah sakit rujuka n.

3. pemberian alat keselamatan krja seperti : head cover, masker, sarung tangan, dan sepatu kerja.

2.6. Proses roduksi

Sebelum dimulainya kegiatan produksi, petugas yang terlibat dalam kegiatan produksi ataupun yang memasuki area produksi harus memakai pakaian bersih, penutup kepala, mulut dan mendesinfeksi tangan dengan desinfektan yang tersedia sebelum memakai sarung tangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum memulai kegiatan produksi adalah :


(49)

1. Ruang produksi harus tetap terjaga kebersihannya, dimana kegiatan pembersihan dilakukan tiap pagi sebelum dimulai kegiatan produksi dan sore hari sesudah selesai kegiatan produksi.

2. Temperatur dan kelembaban tiap ruangan produksi distur sedemikian rupa menggunakan Air handling unit (AHU) menggunakan AC sentral.

3. Peralatan yang digunakan harus dipastikan selalu dalam keadaan bersih sebelu dan sesudah digunakan dalam kegitan produksi.

4. Ruangan produksi harus mendapat penerangan dan pertukaran udara yang cukup agar kegiatan produksi berjalan dengan lancar.

2.6.1. Standar Mutu Bahan/Produk

Standar mutu di PT kimia Farma (Persero), Tbk ini diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No : 43/Menkes/SK/II/1989 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik dan makanan Depkes RI No : 05410/A/SK/XII/1989 tentang petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik.

Pengawasan mutu adalah semua pengawasan yang dilakukan selama pembuatan dan dirancang untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi spesifikasi, identifikasi, kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan. Pengawasan mutu merupakan bagian yang paling penting dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar tiap obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.


(50)

2.6.1.1.Pemeriksaan Mutu Bahan Baku dan Bahan Pengemas

Bahan baku dan bahan pengemas datang dari pemasok ke bagian gudang, kemudian petugas laboratorium melakukan sampling dan pemerikksaan terhadap : 1. Bahan baku dan bahan tambahan

a. Pemeriksaan organoleptis, meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. b. Pemeriksaan kimia, meliputi pemeriksaan kualitati, kuantitatif PH. c. Pemeriksaan fisika, meliputi titk lebur, kelarutan dan berat jenis. 2. Bahan pengemas

f. Pemeriksaan kemasan meliputi ukuran dan kebocoran wadah

g. Pemeriksaan etiket, meliputi ukuran, kebenaran tulisan dan lambang, desain dan warna.

2.6.1.2.Pengawasan Selama Proses (In Process Control/IPC)

Tujuan dilakukan pengawasan selama berlangsungnya pengolahan yaitu untuk mencegah terjadinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi. Laboratorium pengujian IPC terletak diarea produksi. Pengawasan ini dilakukan dengan cara mengambil beberapa contoh dan mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap produk yang dihasilkan pada tahap-tahap tertentu dari proses pengolahan.

Pengawasan dalam proses pengolahan dilaksanakan oleh 2 pihak yaitu :

1. Bagian Produksi, yang menjamin bahwa mesin dan perlatan produksi serta proses yang digunakan akan menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.


(51)

2. Bagian Pengawasan Mutu, yang meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan pada tahap tertentu telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum dilanjutkan ke proses berikutnya. Bagian pengawasan mutu memastikan apakah tahapan lanjutan dari proses pengolahan dapat dilaksanakan berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan.

Pengawasan dalam proses pengolahan IPC hendaklah mengikuti ketentuan parameter kualitas antara lain :

1. Tablet : pemberian, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif, kekerasan, friabilitas, wktu hancur dan disolusi.

2. Kapsul : pemerian, bobot rata-rata, bobot satuan, kadar bahan aktif, waktu hancur dan disolusi.

3. Krim dan salep : pemerian, pH (kecuali salep), bobt rata-rata, homogenitas, dan kadar bahan aktif.

2.6.1.3.Pengawasan dalam Proses Pengemasan

Pengawasan dalam proses pengemasan hendaklah mengikut i pemeriksaan parameter kualitas antara lain :

a. Kerapatan tutp wadah seperti tutup botol dan tutup tube. b. Jumlah satuan produk dalam kemasan

c. Kebenaran dan kebersihan bahan pengemas yang dipakai.

d. Kerapian pengemasan, penulisan nomor batch dan tanggal kadaluarsa. e. Kebocoran produk yang dikemas dalam strip.


(52)

2.6.2. Bahan yang Digunakan 2.6.2.1.Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi, dimana bentuknya akan mengalami perubahan, yang langsung ikut dalam proses produksi dan terjual pada barang jadi.

Untuk pembuatan tablet antalgin 500 mg, bahan baku yang digunakan adalah :

1. MT 2. AM 3. MP 4. PP 5. LC 6. TV 7. MS 8. Aq

2.6.2.2.Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai pelengkap bahan baku untuk bersama-sama untuk membentuk baran jadi. Bahan-bahan ini tidak ikut dalam proses tetapi merupakan bagian dalam proses. Yang menjadi bahan tambahannya adalah sebagai berikut :

1. Kantong Plastik yang berfungsi sebagai media kemasan awal 2. silika Gel, yang berfungsi sebagai pengawet obat


(53)

3. Leaflet, berfungsi sebagai kertas reklame dan penjelasan komposisi bahan.

2.6.2.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proses produksi yang dikenakan langsung atau tidak langsung terhadap bahan baku dalam suatu proses produksi untuk menpatkan produk yang diinginkan tetpai bahan ini tidak ikut dalam bahan jadi. Pada proses produksi tablet ini tidak terdapat bahan penolong karena semua bahan yang digunakan dalm proses akan terdapat pada produk jadi.

2.6.3. Uraian Proses Produksi

Setelah adanya perintah produksi dari PPIC, bagian produksi meminta bahan baku ke bagian gedung dengan surat perintah pengeluaran bahan baku dan bahan pengemas, petugas gudang melakukan penimbangan atau penyerahan bahan sesuai dengan yang ditulis pada SPPBB/SPPBK tersebut. Selama produksi berlangsung, dibuat laporan proses produksi mulai dari penimbangan bahan baku sampai pengemasan yang bertujuan untuk dokumentasi.

Sehingga bila terjadi kekeliruan ataupun kesalahan pada proses produksi, dapat segera diketahui pada proses mana kesalahan tersebut terjadi dan diambil tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Laporan proses produksi membuat nama sediaan, No batch, Besar Batch, tahapan proses, operator, tanggal, jam, hasil, pengawasan yang berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu batch


(54)

sediaan. Laporan proses produksi ini diisi oleh petugas yang melakukan suatu petugas yang melakukan suatu tahapan proses produksi dan diketahui oleh supervisor produksi.

Selama proses produksi berlangsung dilakukan pengawasan dalam proses (In Process Control/IPC). IPC yang dilakukan ada 2 macam yaitu :

1. Dilakukan oleh pihak produksi, yaitu setiap 15 menit sekali dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot.

2. Dilaksanakan oleh pengawasan mutu, antara lain : Uji kekerasan, waktu hancur, disolusi, friabilitas, keseragaman bobot dan kadar zat berkhasiat.

Obat yang telah selesai diproduksi akan dilakukan pengemasan primer di bagian produksi yang selanjutnya diserahkan ke bagian pengemasan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder sampai dihasilkan obat jadi. Obat jadi yang telah selesai dikemas, ditimbang bobotnya dan dicatat, selanjutnya dibuat permohonan pemeriksaan ke bagian pengawasan mutu untuk dilakukan finished pack analysis. Obat jadi yang lulus pemeriksaan selanjutnya diserahkan ke gudang penyimpanan obat jadi.

Bagian produksi pada PT. Kimia Farma (persero) Tbk Plant medan terdiri dari :

1. Jalur Produksi Tablet

Jalur produksi tablet terletak terpisah dari jalur produksi krim untuk menghindari terjadinya pencemaran silang. Pada unit tablet juga terdapat beberapa ruangan dimana setiap ruangan tersebut telah diatur suhu,


(55)

kelembaban dan tekanan dengan AHU, juga dilengkapi dengan dust collector sentral. Adapun jalur produksi terdiri dari :

a. Ruang Pencampuran

Semua bahan tambahan dan bahan aktif dimasukkan ke dalam super mixer dan dicampur hingga homogen, pengecualian untuk bahan pelicin dan bahan penghancur luar. Massa diatas digranulasi dengan menggunakan alat rotary wet granulator sehingga didapat garnul basah. Untuk selanjutnya granul basah tersebut dipindahkan ke ruang pengeringan.

b. Ruang Pengeringan

Granul basah yang dihasilkan dikeringkan didalam oven dengan suhu 50-60° selama 10 jam (tergantung pada bahan baku yang dikeringkan). Kapasitas oven tersebut 450 kg/hari. Setelah kering dilakukan pemeriksaan laboratorium dan selanjutnya dipindahkan ke ruangan granulasi untuk dilkukan pengayakan.

c. Ruang Granulasi.

Massa granul yang telah dikeringkan digranulasi dengan alat communiting fitz mill, kemudian dipindahkan ke ruang pencampuran.

d. Ruang Pencampuran Akhir

Massa yang telah digranulasi dimasukkan ke dalam alat V-mixer dan ditambahkan dengan bahan pelicin dan bahan penghancur luar. Hasil yang diperoleh kemudian diperiksa di bagian IPC. Massa yang telah memenuhi syarat dipindahkan ke ruang pencetakan.


(56)

e. Ruang Pencetakan.

Setelah dicampur di pencampuran akhir maka massa yang telah memenuhi syarat maka operator akan memasukkan massa tersebut ke dalam ruang pencetakan. Pencetakan dilakukan misalnya dengan menggunakan mesin cetak tablet merek cadmach (Cu) dengan kecepatan mesin 50 ribu tablet/jam. Setiap 15 menit operator harus memeriksa keseragaman bobot. Bagian pengawasan mutu di ruangan produksi melakukan pemeriksaan/pengujian terhadap produk yang meliputi : Pemerian, friabilitas, waktu hancur, kekerasan tablet, disolusi dan keseragaman bobot.

f. Ruang Sortir

Tablet yang dihasilkan akan disortir oleh petugas dari debu dan juga bentuk tablet yang tidak bagus/pecah, kemudian dipindahkan keruang pengemasan. g. Ruang Pengemasan.

Tablet yang telah disortir akan dibawa keruang pengemasan primer dan dikemas dalam kantong plastik. Tiap kantong berisi 1000 tablet dengan menggunakan mesin penghitung dan silica gel. Setelah selesai dilakukan pengemasan primer, tablet yang telah dikemas akan dipindahkan ke ruangan melalui pass box untuk dilakukan pengemasan sekunder.


(57)

Mesin dan Peralatan 2.7.1. Mesin Produksi

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan dalam melaksanakan proses produksi menggunakan sarana produksi berupa mesin-mesin dan peralatan sebagai berikut:

1. Kualifikasi Mesin Krim a. Tube Filling Machine

Fungsi : Untuk pengisian massa krim ke dalam tube kosong secara semi otomatis

Spesifikasi Motor Penggerak Mere : ELEMECH

Voltase: 380 V Daya : 2.5 HP Cos ∅ : 0,8 b. Mixer

Fungsi : Untuk mencampur massa krim sehingga menghasilkan campuran yang homogen

Spesifikasi motor penggerak Merek : BTT

Voltase: 380 V Daya : 2 HP Cos ∅ : 0,75


(58)

Fungsi : Untuk pengisian massa krim ke dalam tube kosong. Spesifikasi Motor Penggerak

Merek : PHARMEQ ATF-12 Voltase : 380 V

Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,8 d. Ultra Turrax

Fungsi : Untuk mencampur massa krim sehingga menghasilkan campuran yang homogen..

Spesifikasi Motor Penggerak Mere : IKA WERK Voltase : 380 V Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,75

e. Double Jacket Tank 50 LTR

Fungsi : Untuk mendidihkan Aquadest dan melebur bahan baku krim Spesifikasi Motor Penggerak

Merek : ELEMECH Voltase: 380 V

Daya : 2.5 HP Cos ∅ : 0,8

f. Double Jacket Tank 50 LTR


(59)

Spesifikasi elemen pemanas Merek : BTT

Voltase : 380/220 V Daya : 0,4 HP Cos ∅ : 0,8

2. Kualifikasi Peralatan Mesin Tablet a. Transfer Powder

Fungsi : Untuk mentransfer powder pada wadah penyimpanan powder ke corong hopper.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CFM

Voltase : 380/220 V Daya : 0,55 KW Cos ∅ : 0,8

b. Rotari Tabletting Machine

Fungsi : Untuk mencetak massa yang berupa serbuk butiran menjadi tablet dengan sistem kempa cetak.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CMB-4

Voltase : 380V Daya : 5 HP Cos ∅ : 0,75


(60)

c. Transfer Powder

Fungsi : Untuk mentransfer powder pada wadah penyimpanan powder kecorong hopper.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CFM

Voltase : 380V Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,8 d. Transfer Powder

Fungsi : Untuk mentransfer powder pada wadah penyimpanan powder kecorong hopper.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CFM

Voltase : 380/220V Daya : 0,55 KW Cos ∅ : 0,8

e. Rotary Tabletting Machine Fungsi : Untuk mencetak tablet. Spesifikasi motor penggerak Merek : NRT 25

Voltase : 380V Daya : 7 HP Cos ∅ : 0,8


(61)

f. Transfer Powder

Fungsi : Untuk mentransfer powder pada wadah penyimpanan powder kecorong hopper.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CFM

Voltase : 380V Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,75

g. Oscilating Granulator

Fungsi : Untuk menggranulasi granul kering yang berasal dari pengeringan.

Spesifikasi motor penggerak Merek : JACKSON

Voltase : 380V Daya : 1,5 HP Cos ∅ : 0,75

h. Cumminiting Fitz Mill

Fungsi : Untuk menggranulasi granul kering yang berasal dari pengeringan.

Spesifikasi motor penggerak Merek : RIMEK

Voltase : 380V Daya : 4 HP


(62)

Cos ∅ : 0,85

i. Cumminiting Fitz Mill

Fungsi : Untuk menggranulasi granul kering yang berasal dari pengeringan.

Spesifikasi motor penggerak Merek : RIMEK

Voltase : 380V Daya : 7,5 HP Cos ∅ : 0,85 j. Oven

Fungsi : Untuk mengeringkan granul basah yang berasal dari pencampuran.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : BTT

Voltase : 380V Daya : 8 HP Cos ∅ : 0,8 k. Oven

Fungsi : Untuk mengeringkan granul basah yang berasal dari pencampuran.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : PHARMEQ- Bandung Voltase : 380V


(63)

Daya : 8 HP Cos ∅ : 0,8 l. Drying Oven

Fungsi : Untuk mengeringkan granul basah yang berasal dari pencampuran.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : ANGEAL

Voltase : 380V Daya : 8 HP Cos ∅ : 0,8 m. Oven

Fungsi : Untuk mengeringkan granul basah yang berasal dari pencampuran.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : PHARMEQ R-154 Voltase : 380V

Daya : 8 HP Cos ∅ : 0,8

n. Double Jacket Tank

Fungsi : Untuk mendidihkan Aquadest dan melarutkan bahan pengikat, pelarut serta pengawet.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : BTT


(64)

Voltase : 380V Daya : 8 HP Cos ∅ : 0,8 o. Rotary Granulator

Fungsi : Untuk memproses bahan campuran yang berupa massa lembab untuk di proses menjadi granul-granul sehingga kadar air dalam massa tersebut berkurang..

Spesifikasi motor penggerak Merek : PIER LIH MACHINERY Voltase : 380V

Daya : 5 HP Cos ∅ : 0,75 p. Super Mixer

Fungsi : Untuk mencampur bahan berkhasiat, pengikat, pengawet, pewarna serta bahan pembawa lainnya sehingga menghasilkan campuran yang homogen.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : JAW CHUANG/SM 100 Voltase : 380V

Daya : 25,5 HP Cos ∅ : 0,8


(65)

3. Kualifikasi Peralatan Mesin Kapsul a. Capsule Inspection Machine

Fungsi : Untuk proses seleksi kapsul dari kerusakan yang terjadi pada saat proses pengisian kapsul.

Spesifikasi motor penggerak Merek : KWANG DAH Voltase : 220/380V Daya : 0,25 HP Cos ∅ : 0,75

b. Capsule Polishing Machine

Fungsi : Untuk membersihkan kapsul dariserbuk obat yang menempel pada kapsul produk.

Spesifikasi motor penggerak Merek : KWANG DAH Voltase : 220/380V Daya : 0,6 HP Cos ∅ : 0,75 c. Poleshing Machine

Fungsi : Untuk membersihkan cangkang kapsul dari powder yang melekat pada cangkang, yang terjadi pada saat proses pengisian kapsul.

Spesifikasi motor penggerak Merek : KWANG DAH Voltase : 220/380V


(66)

Daya : 0,55 HP Cos ∅ : 0,85 d. Transfer Powder

Fungsi : Untuk memindahkan massa cetak dari wadah ke corong/hopper pada mesin pengisian kapsul.

Spesifikasi motor penggerak Merek : CFM

Voltase : 380V Daya : 0,55 KW Cos ∅ : 0,85

e. Capsule Filling Machine

Fungsi : Untuk proses pengisian massa ke dalam cangkang kapsul sekaligus penutupan cangkang kapsul secara otomatis.

Spesifikasi motor penggerak Merek : KWANG DAH Voltase : 380V

Daya : 2,5 HP Cos ∅ : 0,85 f. V- Mixer

Fungsi : Untuk mencampur bahan-bahan baku obat sehingga menghasilkan campuran yang homogen.

Spesifikasi motor penggerak Merek : SHANG YUFF


(67)

Voltase : 380V Daya : 1,5 HP Cos ∅ : 0,85 g. Drying Oven

Fungsi : Untuk mengeringkan bahan baku yang akan ditambahkan ke dalam campuran massa kapsul.

Spesifikasi elemen pemanas Merek : PHARMEQ

Voltase :380V Daya : 4 HP Cos ∅ : 0,8 h. Counting Machine

Fungsi : Untuk menghitung tablet atau kapsul sesuai dengan jumlah yang dikehendaki.

Spesifikasi motor penggerak Merek : KWANG DAH Voltase : 220/380V Daya : 0,2 HP Cos ∅ : 0,8 i. Counting Machine

Fungsi : Untuk menghitung tablet atau kapsul sesuai dengan jumlah yang dikehendaki.


(68)

Merek : OHI VIEW JB2B Voltase : 220/380V Daya : 0,2 KW Cos ∅ : 0,8

2.7.3. Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan selama proses produksi adalah sebagai berikut:

1. Timbangan A

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku obat sebelum proses pengolahan. Merek : EDB-SART

Model : QTT2-OOV2 Kapasitas : 12 Kg

Buatan : Sartorius AG-Jerman Jumlah : 1 Unit

2. Timbangan B

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku obat sebelum proses pengolahan. Merek : EDB-SART

Model : Avery Berkel L115 Kapasitas : Max 150 Kg

Buatan : Sartorius AG-Jerman Jumalah : 1 Unit


(69)

3. Timbangan C

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku obat sebelum proses pengolahan. Merek : EDB-SART

Model : BA 3105 Kapasitas : 310 Kg

Buatan : Sartorius AG-Jerman Jumalah : 1 Unit

4. Timbangan D

Fungsi : Untuk menimbang hasil kemas. Merek : EDB-SART

Model : Avery Berkel L115 Kapasitas : 35 Kg

Buatan : Sartorius AG-Jerman Jumalah : 1 Unit

2.7.3. Utilitas

a. Listrik

Penggunaan listrik yang digunakan untuk menjalankan perusahaan ini disuplai dari PLN dengan daya sebesar 865 KVA, 20000 volt.

b. Air

PDAM Tirtanadi menyediakan air bersih untuk produksi, seangkan untuk kegiatan pendukung seperti kegiatan dapur, disediakan dari sumur bor, dimana


(70)

digunakan pompa air untuk mensuplai air dari dalam tanah dan ditampung ke dalam bak penampungan.

2.7.4. Safety and Fire Protection

Untuk keamanan serta keselamatan para pekerja, maka para pekerja pada perusahaan ini menggunakan :

a. Sepatu kerja b. Baju Lab c. Masker

d. Penutup Kepala

Perusahaan memberikan perlengkapan pada pekerja untuk menjamin keselamatan secara individual bagi pekerja.

Untuk fire protection, disediakan tabung pemadam api (fire extinguisher) di setiap departemen agar ketika terjadi kebakaran dapat langsung diatasi.

2.8. Pengolahan Limbah 2.8.1. Pengolahan Limbah Padat

Sumber limbah padat berasal dari :

1. Debu yang ada pada dust collector di ruang produksi.

2. Debu yang berasal dari vacuum cleaner yang digunakan untuk membersihkan ruang produksi dan alat produksi.

3. Wadah, etiket, yang rusak dari bagian pengemasan. Untuk tube sebelum dimusnahkan digunting terlebih dahulu.


(71)

4. Bahan-bahan yang tidak memenuhi spesifikasi ataupun yang telah rusak yang berasal dari bagian gudang

Semua limbah padat tersebut dibakar oleh petugas dan sisa pembakaran tersebut di pembuangan akhir.

2.8.2. Pengolahan Limbah Cair

Sumber limbah cair berasal dari air cucian di ruang produksi dan air cucian alat-alat laboratorium

Proses pengolahan limbah cair yaitu :

1. Limbah cair yang dikeluarkan ditampung dalam bak penampungan selanjutnya dipompakan dengan msin pompa ke bak netralisasi.

2. Pada bak netralisasi ditambahkan air kapur untuk menetralkan limbah cair yang dikeluarkan. Selanjutnya limbah cair yang telah netral dialirkan ke bak aerasi.

3. Pada bak aerasi dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang bertujuan untuk menginjeksikan udara ke dalam bak tersebut supaya bakteri aerob yang terdapat dalam bak tersebut dapat melakukan penguraian bahan-bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Selanjutnya juga dialirkan ke bak aerasi dengan mendapatkan perlakuan yang sama. Lalu dialirkan ke bak sedimentasi.

4. Pada Bak sedimentasi, limbah cair tersebut didiamkan/diendapkan beberapa hari dan selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol.


(72)

5. Pada bak biokontrol pengujian terhadap hasil pengolahan limbah cair tersebut berupa nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand). Bila telah memenuhi syarat nilai BOD dan COD maka limbah cair yang telah diolah tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Air buangan limbah cair yang telah diolahj tersebut dapat dibuang ke lingkungan. Air buangan (limbah) digunakan untuk menyiram tanaman dilingkungan pabrik.

Parameter pengukuran limbah cair dapat dilihat pada tabel 2.2. dibawah ini.

Tabel 2.2. Parameter Pengukuran Limbah Cair

Parameter Proses Pembuatan

Bahan Formula (mg/L)

Formulasi (Pencampuran)

(mg/L)

BOD (Biological Oxygen Demand) COD (Chemical Oxygen Demand) TSS (Total Suspensial Solid) Total- N

Fenol pH

100 300 100 30 1,0 6,0 – 9,0

75 150 75 - -

6,0 – 9,0


(73)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance

3.1.1. Pengertian Maintenance

Dalam industri manufaktur dibutuhkan mesin-mesin dan peralatan yang telah tersedia dan siap pakai setiap kali produksi akan di mulai. Fungsi mesin-mesin/ peralatan yang digunakan dalam proses produksi tersebut akan mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya kemampuan mesin/peralatan tersebut, namun usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan secarra berkala melalui suatu aktivitas pemeliharaan yang tepat.

Kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur mesin/peralatan tersebut digunakan. Oleh karena itulah dalam usaha untuk mencegah dan menghilangkan kerusakan yang timbul sewaktu proses produksi berjalan dibutuhkan cara dan metode untuk mengatisipasinya dengan melakukan kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan.

Pemeliharaan adalah semua tindakan teknis yang administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap baik dan dapat melakukan segala fungsinya dengan baik, efisien dan ekonomis pada tingkat keamanan yang tinggi.


(74)

Sedangkan menurut Ansauri1

Pada dasarnya hasil yang diterapkan dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan (equipment maintenance) mencakup dalam dua hal sebagai berikut

, menyatakan pemeliharaan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan yang direncanakan.

2

1. Condition Maintenance : yaitu mempertahankan kondisi mesin/peralatan agar berfungsi dengan baik sehinga komponen-komponen yang terdapat dalam mesin juga berfungsi dengan umur ekonomisya.

:

2. Replacement Maintenance : yaitu melakukan tindakan perbaikan dan penggantian bagian-bagian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sebelum kerusakan terjadi.

3.1.2. Tujuan Maintenance

Maintenance dilakukan pada mesin/peralatan secara maksimal agar tujuan komersil perusahaan dapat tercapai. Ini dapat terjadi karena kegiatan maintenance dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terjadinya kerusakan mesin yang terlalu cepat yang bisa saja terjadi karena keausan akibat pengoperasian yang salah. Karena maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil, maka seperti kegiatan lainnya, kegiatan maintenance harus

1

Ansauri, Sofyan., Manajemen Produksi, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta, 1980 p.88

2

Leflar, James A., Practical TPM, successful Equipment at Agilent Technologies, Productivity Press, Portland, Oregon, 2001 p.18


(75)

efektif, efisien dan berbiaya rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/peralatan yang produksi dapat digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama jangka waktu tertentu yang telah direncanakan tercapai.

Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain :

1. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan.

2. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam kondisi baik dan dalam keadaan dapat berfungsi dengan baik.

3. Dapat menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi.

4. Untuk menjamin kesiapan operasional dan seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktunya.

5. Memaksimumkan ketersediaan semua mesin/peralatan sistem produksi (mengurangi breakdown)

6. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut. 7. Dapat mendukung upaya memuaskan pelanggan.

3.2. Jenis-jenis Maintenance

3.2.1. Planned Maintenance (pemeliharaan terncana)

Planned Maintenance (pemeliharaan terencana) adalah ppemeliharaan yang di organisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah dailakukan sebelumnya. Oleh karena itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan


(76)

memerlukan pengawasan dan pengen dalian secara aktif dari bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat mesin.

Konsep Planned Maintenance ditujukan untuk dapat mengatasi masalah yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan maintenance. Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data yang lengkap untuk pengambilan keputusan. Adapun data yang penting dalam kegiatan maintenance antara lain laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan perbaikan dan lain-lain.

Keuntungan dilakukannya Planned Maintenance antara lain : 1. Memperpanjang waktu overhaul dan umur mesin/peralatan.

2. Mengurangi downtime, corrective maintenance, dan menaikkan up-time

3. Meningkatkan efisiensi mesin/peralatan serta penjadwalan tenaga kerja yang lebih efektif.

4. Menyeimbangkan distribusi pekerjaan antar tenaga kerja secara lebih seimbang.

5. Mengurangi jumlah mesin stand by dan jumlah persediaan suku cadang. 6. Meningkatkan prooduksi dan penghematan biaya maintenance.

7. Mengurangi jam kerja lembur.

8. Dapat menstandarkan prosedur kerja, biaya dan waktu penyelesaian pekerjaan. Sedangkan kerugian dari pelaksanaan Planned Maintenance antara lain : 1. Pemakaian suku cadang menjadi lebih banyak, karena komponen yang

kondisinya menurun langsung diganti, tidak menunggu sampai betul-betul rusak.


(77)

2. Dengan Planned Maintenance mesin/peralatan akan lebih sering diperiksa atau ditangani, dan jika salah satu dalam pemeriksaan justru dapat menimbulkan kerusakan.

3. Biaya awal untuk pembentukan preventive maintenance yang tinggi. Pemeliharaan terencana (Planned Maintenance) terdiri dari tigga bentuk pelaksanaan yaitu :

1. Preventive Maintenance(pemeliharaan Pencegahan)

Preventive Maintenance (pemeliharaan Pencegahan) adalah tindakan-tindakan yang dilakukan ketika dan selama mesin/peralatan sedang beroperasi dengan baik sebelum mesin/peralatan tersebut rusak. Ini bertujuan untuk menjaga agar mesin/peralatan tidak rusak dan mendeteksi gejala akan terjadinya kerusakan secara dini, sehingga dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan sebelum mesin/peralatan mengalami breakdown.

Dengan demikian fasilitas produksi yang dikenai Preventive Maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap diperguakan untuk setiap proses operasi atau proses produksi pada setiap saat. Sehingga dapat memungkinkan pembuatan suatu rencana dan jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dengan rencana produksi yang lebih tepat.


(78)

Secara umum tujuan dari Preventive Maintenance adalah :

1. Meminimumkan downtime serta meningkatkan kehandalan (reliability) mesin/peralatan dan menjaga agar mesin dapat berfungsi tanpa ada gangguan

2. Meningkatkan efisiensi dan umur ekonomis mesin/peralatan.

Kegiatan utama yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan dan tetap menjaga agar mesin berfungsi dengan baik meliputi tiga hal yaitu :

1. Pemeliharaan harian untuk mencegah terjadinya pemburukan (deterioration) mesin meliputi kegiatan membersihkan (cleaning), memeriksa (checking), pelumasan (lubricating) dan pengencangan baut/mur mesin (tightening)

2. Pemeriksaan berkala (periodic inspection) untuk mencari gejala memburuknya kondisi mesin yang mungkin terjadi

3. Melaksanakan perbaikan (restoration) jika terdapat kerusakan pada mesin ataupun melakukan perbaikan untuk mecegah kerusakan yang mungkin timbul sebelum terjadi.

Kegiatan preventive maintenance sangat penting bagi mesin/peralatan produksi yang bersifat kritis (critical unit). Sebuah mesin/ peralatan produksi termasuk dalam critical unit apabila :

1. Kerusakan mesin/peralatan akan mempengaruhi kualitas dari produk yang akan dihasilkan dan menyebabkan kemacetan proses produksi.


(79)

2. Kerusakan mesin/peralatan akan membahayakan keselamatan dan kesehatan para pekerja.

3. Modal yang ditanamkan pada mesin/peralatan tersebut atau harga dari mesin/peralatan ini cukup modal.

Ciri-ciri dari Preventive Maintenance antara lain adalah : 1. Maintenance yang dilakukan terencana dan terjadwal

2. Mesin/peralatan yang aka n dirawat telah diidentifikasi dan telah diuraikan menjadi komponen-komponennya (ersusun dalam bentuk daftar).

3. sebagian besar kegiatan maintenance dilakukan pada komponen mesin pada keadaan masih bekerja dan sebagian lain pada keadaan masih berhenti.

4. Untuk setiap komponen dilakukan tindakan-tindakan maintenance yang telah ditetapkan secara rutin pada interval-interval waktu tertentu.

Dalam prakteknya, preventive maintenance yang dilakukan dibedakan atas dua bagian yaitu :

1. Routime Maintenance (Pemeliharaan Rutin)

Routime Maintenance (Pemeliharaan Rutin) adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara rutin misalnya setiap hari. Rotime maintenance ini dapat berupa penyetelan atau pemanasan selama sebelum digunakan.

2. Periodic Maintenance (Pemeliharaan Periodik)

Periodic Maintenance (pemeliharaan periodik) adalah kegiatan pemeliharaan atau perawatan yang dilakukan secara periodik.atau dalam


(1)

3. Metode

− Cara setting tidak standar akibat tidak diikutinya standar acuan yang telah ditetapkan pada saat akan dilakukan setting mesin. Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan terhadap operator pada saat akan melakukan setting mesin.

4. Material/Bahan

- Komposisi bahan yang diproses dimesin kurang sesuai akibat tidak ada standar ukuran pemasukan bahan yang masuk ke mesin.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya reduced speed losses adalah :

a. Manusia

- Mengadakan pelatihan secara berkala terhadap setiap operator b. Mesin/Peralatan

- Melakukan pelumasan pada bagian mesin yang mengalami kerusakan - Mengganti mesin apabila telah melebihi umur ekonomisnya

c. Metode

- Pemakaian waktu setup harus sesuai dengan standar setting mesin yang digunakan

- Metode yang digunakan sebaiknya melakukan perawan secara terencana (Planned maintenance)

d. Bahan/Material

- Sebaiknya bahan yang tidak memenuhi standar perusahaan tidak diolah pada saat proses produksi.


(2)

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari perhitungan analisa yang dilakukan adalah :

1. Metode yang digunakan untuk perhitungan analisa pada PT. Kimia Farma (persero) tbk periode Mei-Oktober 2009 pada mesin pencetakan tablet adalah Overall Equipment effectiveness dengan acuan Total Productive Maintenance dan perusahaan hanya menggunakan ± 65 % dari kapasitas mesin.

2. Nilai OEE terendah pada mesin pencetakan tablet terjadi pada bulan Mei yaitu 55,99 %. .Rendahnya efektifitas mesin yang digunakan mengakibatkan rendahnya efisiensi mesin yang digunakan. Hal ini dipengaruhi faktor performance efficiency , availabilty dan rate of quality products. . Faktor yang mempengaruhi rasio performance efficiency adalah reducet speed loss dan idling and minor stoppage loss. Dari kedua faktor tersebut yang memberikan kontribusi terbesar adalah reduced speed loss. 3. Dari hasil perhitungan OEE pada mesin Pencetakan tablet nilai tertinggi

terjadi pada bulan Agustus sebesar 75,34%.

4. Berdasarkan perhitungan Six Big Losses, faktor yang dominan pada mesin pencetakan tablet pada periode Mei-Oktober 2009 adalah reduced speed loss dan Setup/Adjustment Loss.


(3)

8.2. Saran

1. Sebaiknya PT. Kimia Farma (persero) tbk lebih memperhatikan faktor-faktor menurunya efisiensi mesin, khususnya mesin pencetakan tablet. 2. Perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan waktu pemeliharaan terencana

agar bisa meminimalisasi terjadinya kerusakan pada mesin pencetakan tablet.

3. PT. Kimia Farma (persero) tbk diharapkan melakukan analisa efisiensi produksi mesin/peralatan secara teratur dengan melibatkan semua bagian.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofyan, Managemen Produksi

Gasperzt, Vincent,

, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1980.

Manajemen Produktivitas Total Gellings, Rob,

, Gramedia, Jakarta, 1998. Overall Equipment Effectiveness

Laflar, James A,

, Ente Great Inc, Birmingham, Alabama, 2001.

Practical TPM, Successful Equipment Managemen at Agilent Tecnologis

Nakajima, S,

, Productivity Press, Porland, Oregon, 2001. Introduction to Total Productive Maintenance

Sutalaksana, Iftikar Z,

, Cambirdge, MA, Productivity Press, Inc, 1988.

Teknik Tata Cara Kerja

Najir Mohammat, Metodologi Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesi, Jakarta, 1998.

, Laboratorium Tata Cara Kerja dan Ergonomi Departemen Teknik Industri, ITB, Bandung, 1979.


(5)

Mesin/Peralatan

Terjadi keausan

Kurang perawatan

Kecepatan mesin berkurang

Metode Setup tidak standar

Tidak ada standar acuan

Banyak waktu luang Tidak efektif

Tidak ada acuan

Komposisi pengisisan bahan tidak ideal

Material Manusia

kurangnya pelatihan

Tidak responsive

Kurang pengawasan

Tidak teliti

Reduced Speed Losses


(6)

Equipment Six Big Losses Calculation of Overall Equipment Effectiveness

Downtime Losses

Equipment Failure

Setup and Adjustment

Speed Losses

Idling/Minor Stoppages

Reduced Speed Losses

Defect Losses

Rework Loss

Yield Loss % 100 x e Loadingtim Downtime e Loadingtim ty

Availabili = −

% 100 x e Loadingtim amount processed time cycle Ideal Efficiency e

Performanc = −

% 100 x amount processed amount Defect amount processed product quality of

Rate = −