30
Gambar 2.8 Pengujian Vickers Callister, 2001
4. Micro hardness Knoop hardness , yaitu pengujian kekerasan yang di gunakan pada material yang nilai kekerasannya rendah ataupun getas seperti keramik.
Gambar 2.9 Bentuk Identor Knoop Callister, 2001
Namun pada penelitian ini pengujian yang di pakai adalah dengan metode hardnes micro vickers.
2.11.2 Pengujian Keausan
Keausan pada umumnya di definisikan sebagai kehilangan material secara progresif atau pemindahan sejumlah material dari suatu permukaan suatu hasil. Pergerakan
relatif antara permukaan tersebut dan permukaan lainnya. Pengujian keausan dapat di lakukan dengan berbagai macam metode dan teknik, yang semuanya bertujuan untuk
mensimilasikan kondisi keausan aktual. Adapun jenis-jenis uji keausan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
31 1.
Keausan Adhesive Adhesive Wear , Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih mengakibatkan adanya perlekatan satu sama lainnya adhesive
serta deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi pelepasan pengoyakan salah satu material seperti di perlihatkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.10 Keausan Metode AdhesiveCallister, 2001
2. Keausan Abrasive Abrasive Wear Terjadi bila suatu partikel keras asperity
dari material tertentu meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi atau pemotongan material yang lebih lunak. Tingkat
keausan pada mekanisme iniditentukan oleh derajat kebebasan degree of freedom partikel keras atau asperity tersebut.Sebagai contoh partikel pasir
silica akan menghasilkan keausan yang lebih tinggi ketika diikat pada suatu permukaan seperti pada kertas amplas, dibandingkan bila pertikel tersebut
berada di dalam sistem slury. Pada kasus pertama, partikel tersebut kemungkinan akan tertarik sepanjang permukaan dan akhirnya mengakibatkan
pengoyakan. Sementara pada kasus terakhir, partikel tersebut mungkin hanya berputar rolling tanpa efek abrasi.
Universitas Sumatera Utara
32 Gambar 2.11 Keausan Metode AbrasiveCallister, 2001
3. Keausan Fatik lelah, keausan fatik dibutuhkan interaksi multi. Keausan ini
terjadi akibat interaksi permukaan dimana permukaan yang mengalami beban berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro. Retak-retak
mikro tersebut pada akhirnya menyatu dan menghasilkan pengelupasan material. Tingkat keausan sangat bergantung pada tingkat pembebanan
Universitas Sumatera Utara
33 Gambar 2.12 Mekanisme Keausan LelahCallister, 2001
4. Keausan Oksidasi Korosif Corrosive Wear , Proses kerusakan dimulai
dengan adanya perubahan kimiawi material di permukaan oleh faktor lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini menghasilkan pembentukan
lapisan pada permukaan dengan sifat yang berbeda dengan material induk. Sebagai konsekuensinya, material akan mengarah kepada perpatahan interface
antara lapisan permukaan dan material induk dan akhirnya seluruh lapisan permukaan itu akan tercabut.
Universitas Sumatera Utara
34 Gambar 2.13 Mekanisme Keausan OksidasiCallister, 2001
5. Keausan Erosi Erosi Wear , Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan
yang membawa partikel padatan yang membentur permukaan material. Jika sudut benturannya kecil, keausan yang dihasilkan analog dengan abrasive.
Namun, jika sudut benturannya membentuk sudut gaya normal 90 derajat , maka keausan yang terjadi akan mengakibatkan brittle failure pada
permukaannya, skematis pengujiannya seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.14 Skematis Keausan ErosiCallister, 2001
Pada penelitian ini termasuk jenis keausan adhesive dan pengujiannya di lakukan dengan pengujian laju ke ausan metode pin on disk. Pengujian keausan di
nyatakan dengan jumlah kehilanganpengurangan specimen tiap satuan luas bidang kontak dan lama pengausan Victor Malau dan Adhika Widyaparaga, 2008
Laju keausan di nyatakan dengan :
� =
� −�
1
�.�
……..2Victor Malau dan Adhika Widyaparaga, 2008
Dengan, W = Laju keausan g ��
2
.detik �
= Berat awal specimen sebelum pengausan gram
Universitas Sumatera Utara
35
�
1
= Berat akhir specimen setelah pengausan gram A = Luas bidang kontak dengan pengausan
��
2
t = Waktulama pengausan detik
Pengujian ini di lakukan dengan menggunakan metode pin on disk.
Gambar 2.15 Pengujian Pin on Disk.Sumber: ASTM G 99-04
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kampas rem dari bahan asbestos hanya memiliki satu jenis fiber yaitu asbes yang merupakan komponen yang menimbulkan karsinogenik. Hal ini
bertujuan agar membuat kampas menjadi awet, tetapi ada kerugian yang ditimbulkan antara lain kelemahan dalam kondisi basah.
Sekitar tahun 1908, bahan asbestos mulai digunakan yang merupakan paduan kuningan dan serat metal yang disatukan menggunakan binder bahan pengikat namun
belum dicetak. Hingga 1920 kampas rem mulai dicetak dengan serat metal dengan ukuran lebih pendek, logam kuningan yang lebih halus serta tambahan organik, bahan kampas
asbestos juga mempunyai beberapa kekurangan seperti kurang tahan terhadap tekanan, hanya tahan panas maksimal 200° celcius, dan jika pada keadaan basah cenderung
bersifat licin. Namun pada 1994, ditemukan kalau asbestos mengandung zat karsinogenetik yang dituding sebagai salah satu zat penyebab kanker paru-paru. Dan efek
itu baru terasa setelah 10-15 tahun. Sejak itu, produksinya pun mulai perlahan dihentikan. Sebagai gantinya adalah penggunaan brass, copper fiber dan aramid pilp.Kampas
rem non asbestos ini terbagi 2, yakni low steel yang masih mengandung besi meski seikit dan non steel yang tidak menggunakan besi. Pada umumnya bahan kampas non asbestos
memiliki lebih dari satu jenis filerserat, bahkan sampai 4-5 jenis filerserat. Bahan-bahan yang pada umumnya digunakan untuk kanpas non asbestos yaitu dari aramyd kevler
twaron, rockwool, fiberglass, potassium titanate, carbon fiber, graphite, cellulose, steel fiber, resin. Selain ramah lingkungan, kampas rem non asbestos juga memiliki kelebihan
lain seperti tidak mudah bunyi, tahan panas sampai 360°C sehingga tidak rawan blong dan memiliki sifat baik. Namun ada 2 kelemahan, kotoran dari pengikisan kampas
berwarna hitam dapat mengotori velg dan harganya pun lebih mahal dari kampas rem asbestos.
Untuk meperkaya perbendaharaan bahan fillerserat pada komposit kampas rem non asbestos, maka mulai digunakan bahan serat yang berasal dari bahan yang dapat
diperbaharuihayati dikarekan bahan fillerserat termasuk pada bahan friksi yang notabene
Universitas Sumatera Utara