pertukaran kebudayaan yang terjadi saat kerajaan ryukyu melakukan hubungan kerjasama di berbagai bidang dengan Cina. Hal inilah yang menyebabkan patung shisa
dan komainu memiliki banyak kesamaan. Sebab pada dasarnya patung singa yang ada di Okinawa dan Jepang berasal dari sumber yang sama yaitu Cina dan India.
Sempat ada perbedaan pendapat mengenai rupa dari shisa. Hal ini dikarenakan rupa dari patung ini yang mirip dengan anjing, juga mirip dengan singa. Namun, ada
juga yang berpendapat bahwa shisa adalah seekor anjing bukan singa. Sebab, pada saat itu di Okinawa belum terdapat hewan singa dan tidak ada yang pernah melakukan
kontak langsung dengan singa. Dalam tipologi sihir, shisa juga diklasifikasikan sebagai binatang gargoyle. Tidak hanya negara-negara tersebut, tetapi negara Myanmar dan
Tibet juga memiliki kepercayaan seperti ini. namun dengan perbedaan yang terdapat pada masing-masing negara.
2.2.1 Realita Patung Shisa
Pada dasarnya, patung merupakan karya seni tiga dimensi yang dibuat oleh manusia dengan tujuan untuk menghasilkan karya yang dapat bertahan lama. Agar dapat
bertahan lama, patung ini dibuat dari bermacam-macam bahan baku. Pada mulanya patung shisa hanya terbuat dari batu. Namun sekarang selain dari batu, shisa juga dibuat
dari bahan baku seperti tanah liat, keramik, kayu, dan lain-lain. Setiap negara pasti memiliki karya seni patung.
Ada yang menganggapnya sebatas suatu karya seni bernilai estetika tinggi, ada pula yang beranggapan bahwa patung-patung yang mereka bangun
dan dirikan memiliki nilai-nilai religi yang mesti dihormati, dan dipelihara. Hal ini juga yang terdapat dalam patung shisa.
Patung ini selalu diletakkan berpasangan di sebelah kiri dan kanan. Beberapa bagian dari bentuk patung mengandung simbol-simbol yang mengandung makna yang
dipercaya oleh masyarakat Okinawa. simbol-simbol inilah yang membuat patung shisa terlihat istimewa. Umumnya di sebelah kanan adalah patung yang bermulut terbuka
dan sebelah kiri adalah yang bermulut tertutup. Bentuk mulutnya yang seperti ini bukanlah suatu kebetulan, ini merupakan simbolisme ajaran Buddha. Patung yang
bermulut terbuka membentuk suara “a” atau あ
. sedangkan yang bermulut tertutup membentuk suara “un” atau
うん . Jika keduanya digabungkan akan membentuk kata a-
un. Huruf “a” merupakan huruf pertama, sedangkan “n” merupakan huruf terakhir dalam alfabet Jepang. Suara ini ini juga merupakan transliterasi Jepang dari bahasa
sansekerta “AHAM” dan “AUM” yang mengandung arti awal dan akhir dari segala sesuatu. Kedua kata ini juga seperti Sebuah analogi dari negara barat yang digambarkan
sebagai alpa dan omega. Patung shisa yang bermulut terbuka juga dipercaya untuk mengusir dan
menakut-nakuti roh-roh jahat yang ingin masuk ke dalam rumah si pemilik. Sedangkan yang bermulut tertutup dipercaya untuk menjaga agar roh-roh yang baik serta
keberuntungan tetap berdiam di dalam rumah. Patung yang bermulut terbuka dikatakan shisa jantan sedangkan yang bermulut tertutup merupakan shisa betina. Ada juga jenis
patung shisa yang salah satunya sambil memegang bola emas di kakinya. Objek melingkar ini adalah Tama
玉 , atau permata suci Buddha yang merupakan simbol
kebijaksanaan Buddha yang membawa cahaya untuk kegelapan dan memegang kekuasaan untuk memberikan keinginan.
Patung shisa ini bisa juga dikatakan sebagai jimat pelindung rumah bagi masyarakat Okinawa. Jimat adalah benda berenergi supranatural yang diyakini dapat
melindungi seseorang atau si pemilik dari suatu masalah. Jimat berasal dari bahasa portugis, fetitico dan berasal dari bahasa latin factitus berarti sesuatu yang berhubungan
dengan magis atau sesuatu yang ada pengaruh dan efeknya Soekahar, 2002:50. Sedangkan John M Gobay mengatakan bahwa jimat merupakan benda yang berkuasa
atau dianggap sakti atau berjiwa dapat menolak penyakit dan menyebabkan kebal 1999:60. Jimat bisa berupa benda-benda seperti batuan alam, patung, kayu bertuah,
koin, cincin, dan jenis hewan tertentu. Namun antara jimat dengan patung shisa terdapat perbedaan. Jika jimat sebelum
digunakan atau diberikan kepada si pemilik terlebih dahulu didoakan atau diberi jampi- jampi, hal ini tidak dilakukan pada patung shisa. Sejauh ini belum ada sumber yang
menjelaskan bahwa sebelum pemakaian, patung shisa di doakan terlebih dahulu. Namun beberapa cerita mitos rakyat Okinawa hanya mengatakan bahwa awal mulanya patung
ini diberikan oleh seseorang yang kemudian karna patung shisa ini telah menyelamatkan desa, dikeramatkan dan dijadikan sebagai pelindung desa. Seiring
perkembangan zaman akhirnya patung ini banyak digunakan oleh masyarakat Okinawa dan banyak dijual di toko-toko kerajinan di daerah ini.
Dahulu, fungsi shisa ini hanya berkaitan dengan religius atau kepercayaan yakni sebagai pelindung. Namun sekarang kebiasaan meletakkan patung ini sudah mengalami
perkembangan. Shisa sudah menjadi bagian dari artefak kebudayaan Okinawa. Bahkan juga menjadi simbol dari prefektur Okinawa. hal ini dikarenakan kebiasaan ini sudah
ada sejak dahulu dan masih terpelihara hingga saat ini. Maka tidak mengherankan jika
hampir disetiap sudut di daerah ini terdapat patung shisa. Selain itu, shisa juga diwujudkan ke dalam barang cendramata berbagai bentuk dan ukuran seperti gantungan
kunci, kalung, dan lain-lain. Dari perubahan-perubahan ini, bisa dilihat bahwa realita di zaman sekarang fungsi patung shisa tidak hanya dijadikan sebagai sebuah kepercayaan
atau religius tetapi juga sudah menjadi salah satu tradisi budaya dan ciri khas kebudayaan serta ikon dari daerah Okinawa.
2.2.2 Cerita- Cerita Mitos Okinawa Tentang Patung Shisa