Identifikasi Masalah PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN BERPIKIR KRITIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN KONTEKSTUAL PADA MATERI GEOMETRI BIDANG DATAR KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 2 BINJAI.

kembali ide-ide yang telah ada ataupun kemampuan para pelajar dalam menghasilkan banyak kemungkinan jawaban dan cara dalam menyelesaikan masalah. Secara operasional, kreatifitas dapat diartikan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, fleksibelitas dan orisinalitas dalam berpikir serta untuk mengelaborasi, mengembangkan, memperkaya, dan memperinci suatu gagasan. 2. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan Berpikir kritis adalah pemberian jawaban atau penarikan kesimpulan yang logis dari informasi yang diberikan, dengan penekanan pada pencapaian jawaban tunggal yang paling tepat, atau satu-satunya jawaban yang benar 3. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam pembelajarannya dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sehari-hari serta lebih menekankan pada belajar bermakna. 4. Pembelajaran Konvensional Yang dimaksud dengan pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah prosedur yang digunkan guru dalam membahas suatu pokok bahasan yang telah biasa digunkan dalam pembelajaran matematika. Langkah-langkah pembelajaran diawali dengan penjelasan singkat materi oleh guru, siswa diajarkan teori, defenisi, teorema yang harus dihafal, pemberian contoh soal dan diakhiri dengan latihan. 228

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian di BAB IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil perhitungan uji F, dihasilkan bahwa hitung F = 102,477 dan tabel F = 4,006873 dengan taraf signifikan sebesar 5 Jika hitung F ≥ tabel F maka H ditolak dan H a diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 2. Dari hasil perhitungan uji F, dihasilkan bahwa hitung F = 7,557737 dan tabel F = 4,006873 dengan taraf signifikan sebesar 5 Jika hitung F ≥ tabel F maka H ditolak dan H a diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional 3. Keaktifan siswa dalam pembelajaran kontekstual dan konvensional memenuhi batas toleransi. 4. Rata – rata persentase keseluruhan komponen respon siswa terhadap pembelajaran kontekstual dan konvensional lebih besar atau sama dengan 80, maka disimpulkan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran kontekstual dan konvensional adalah positif. 5. Proses penyelesaian jawaban siswa dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki kriteria baik. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis siswa lebih baik pada kelas pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disajikan maka selanjutnya peneliti menyampaikan saran yang kiranya dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait atas hasil penelitian ini, diantaranya: 1. Bagi Guru Matematika  Pembelajaran kontekstual pada pembelajaran matematika yang menekankan kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis siswa sangat baik sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif khususnya dalam mengajarkan materi Geometri Bidang Datar.  Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bandingan bagi guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan Geometri Bidang Datar.  Diharapkan guru matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, berani beragumentasi sehingga siswa akan lebih percaya diri serta berpikir kreatif dan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.  Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori pembelajaran dan model pembelajaran yang inovatif agar dapat melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran biasa secara sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dokumen yang terkait

Studi Pendahuluan Serta Kemampuan Awal Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa SMA Negeri di Bojonegoro

0 3 6

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA NEGERI 1 SUGGAL.

0 2 26

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DAN KONVENSIONAL DI MTS.SUBULUSSALAM KOTANOPAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 23

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN BERPIKIR KRITIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

0 2 37

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

0 9 63

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 2 50

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN ENDED DAN KONVENSIONAL SISWA SMP NEGERI 28 MEDAN.

0 1 39

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI REACT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, BERPIKIR KRITIS, DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MAHASISWA BIDANG BISNIS.

0 0 65

PEMBELAJARAN OPTIKA GEOMETRI MELALUI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA SMA KELAS X TAHUN 2014/2015.

0 0 2

BERPIKIR KRITIS dan berpikir kreatif (2)

0 0 4