KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1.: Sintaks pembelajaran Inquiry Training 14 Tabel 2.2.: Besaran Pokok dan Satuannya 18 Tabel 2.3.: Besaran Turunan 18 Tabel 2.4.: Dimensi Besaran Pokok 19 Tabel 2.5 : Penelitian Terdahulu 26 Tabel 3.2. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Fisika Materi Besaran dan Satuan 35 Tabel 3.3 Kategori Validitas Tes 37 Tabel 3.4 Nilai dan Kategori Reliabilitas. 38 Tabel 3.5 Nilai dan Kategori Taraf Kesukaran. 39 Tabel 3.6 Kategori Taraf Kesukaran Tes 40 Tabel 3.7 Nilai dan Kategori Daya Pembeda. 40 Tabel 3.8 Tabel Kategori Daya Pembeda Tes 40 Tabel 4.1 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Selama Proses Pembelajaran 46 Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Postest 50 Tabel 4.3. Ringkasan Perhitungan Uji Homogenitas 51 Tabel 4.4. Ringkasan perhitungan uji t data postes 52 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Skala pada mistar 20 Gambar 2.2 Jangka sorong manual dan Jangka sorong digital 21 Gambar 2.3 mikrometer sekrup 22 Gambar.4.1. Perkembangan aktivitas dikelas eksprimen 47 Gambar.4.2. Hasil belajar kognitif dikelas eksperimen dan control 48 Gambar 4.3 Diagram Batang Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 49 Gambar 4.4. Diagram batang data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 50 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : RPP I Kelas Eksperimen 78 Lampiran 2 : RPP II Kelas Kontrol 90 Lampiran 3 : RPP III Kelas Eksperimen 99 Lampiran 4 : RPP IV Kelas Kontrol 112 Lampiran 5 : Lembar Kerja Sisiwa I 121 Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa II 123 Lampiran 7 : Tabel Spesifikasi Hasil Siswa 112 Lampiran 8 : Tes Hasil Belajar 134 Lampiran 9 : Penilaian Aktivitas Belajar Siswa 138 Lampiran 10 : Deskriptor Observasi 139 Lampiran 11 : Lembar Angket Siswa 140 Lampiran 12 : Lembar Angket Guru 141 Lampiran 13 : Rekapitulasi hasil Belajar Pretes 146 Lampiran 14 : Rekapitulasi Hasil Belajar Postes 150 Lampiran 15 : Perhitungan Rata-rata Varians 153 Lampiran 16 : Uji Normalitas 156 Lampiran 17 : Uji Homogenitas 159 Lampiran 18 : Uji Hipotesis 162 Lampiran 19 : Taksonomi Bloom 168 Lampiran 20 : Penilaian Afektif 170 Lampiran 21 : Tabel Observasi Psikomotorik 173 Lampiran 22 : Aktivitas Rata-rata Pretes dan Postes Belajar Siswa 179 Lampiran 23 : Tabel Psikomotorik Siswa 181 Lampiran 24 : Dokumentasi 184 Lampiran 25 : Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 187 Lampiran 26 : Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 188 Lampiran 27 : Daftar NiIai Persentil Untuk Distribusi t 189

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Trianto,2011 Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi dan otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi. Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Sedangkan aktivitas belajar adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar dengan berbagai tujuan yang ingin dicapai, namun pada hakekatnya yang menjadi tujuan umum dari belajar adalah terjadinya perubahan individu seutuhnya .Proses belajar tidak terlepas dari aktivitas belajar baik aktivitas belajar secara individu maupun secara kelompok. Karena itu pembelajaran seharusnya mengacu pada peningkatan aktivitas siswa untuk belajar. Guru tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada siswa, tetapi seharusnya juga mampu membawa siswa untuk lebih aktif dalam belajar. Di sisi lain, adanya banyak fakta bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 25 Januari 2014 dengan menggunakan instrumen angket yang disebarkan ke 47 responden di kelas X SMA Negeri 7 Medan diperoleh data sebagai beriku t: 59,58 siswa tidak menyukai pembelajaran fisika di kelas karena sulit dipahami, kurang menarik dan membosankan, 25,53 menyatakan bahwa pembelajaran fisika di kelas biasa saja, dan 14,89 menyatakan bahwa pembelajaran fisika di kelas mudah dan menyenangkan. Berdasarkan angket juga diperoleh sebanyak 48,94 siswa menginginkan belajar fisika sambil bermain, 29,79 siswa menginginkan belajar fisika dengan eksperimen dan demonstrasi, dan 21,27 menginginkan belajar dengan mengerjakan soal. Data tersebut menunjukkan sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran fisika dan menganggap pelajaran fisika sulit dan membosankan. Pada wawancara terhadap salah satu guru bidang studi fisika Ibu Riama Silaban mengatakan bahwa bila siswa diajarkan secara teori, maka minat siswa terhadap pelajaran fisika masih kurang. Selain itu, siswa juga kurang aktif dalam pembelajaran sedangkan bila siswa dibawa bereksperimen ke laboratorium maka minat siswa terhadap fisika akan muncul dan siswa akan menjadi lebih aktif. Tetapi Ibu Riama Silaban jarang membawa siswa ke laboratorium, karena peralatan laboratorium yang kurang memadai dan waktu yang tidak cukup. Model pembelajaran yang digunakan Ibu Silaban adalah model pembelajaran langsung, dengan metode ceramah, mencatat, mengerjakan soal dan demonstrasi. Ketuntasan Kompetensi Minimal KKM di sekolah tersebut untuk mata pelajaran

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN DI KELAS X SEMESTER I SMA SWASTA SANTO YOSEPH MEDAN T.P 2016/2017.

0 2 21

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA AL-FATTAH MEDAN.

0 1 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN DI KELAS X IPA SEMESTER I SMA NEGERI 7 MEDAN.

0 3 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BESARAN DAN SATUAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 TANJUNG MORAWA T.P. 2014/2015.

0 2 16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HUKUM NEWTON DI KELAS X IPA SEMESTER I SMA N 3 BINJAI T.A 2014/2015.

0 2 20

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 SILIMAKUTA SARIBUDOLOK.

0 11 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS KELAS X SMA PANCA BUDI MEDAN.

0 2 20

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 8 MEDAN T.P. 2012/2013.

0 1 21

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 16 MEDAN T.P. 2012/2013.

0 1 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN DI KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 1 PAKKAT T.P. 2013/2014.

0 1 19