Gambar 3.5 Mesin Hammer
Spesifikasi : Merk
: Glaser Type
: GSH 51 Max
: 70 Kg
3.5 Pengujian
Pengujian pertama dilakukan pengujian kekerasan yang dilakukan terhadap baja bohler K460 yang telah mengalami proses hammering diatas
temperatur rekristalisasi sebanyak 20 spesimen dan satu spesimen untuk uji kekerasan pada raw material. Kemudian diambil 3 spesimen dengan nilai
kekerasan tertinggi untuk selanjutnya dilakukan pengujian tarik dan pengamatan struktur mikro.
3.5.1. Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan dilakukan di laboratorium metallurgi fakultas teknik USU.
Sebelum diuji kekerasannya, spesimen diratakan
Universitas Sumatera Utara
permukanya terlebih dahulu dengan menggunakan kikir, kemudian setelah permukaannya rata dibersihkan lagi menggunakan mesin polish
dan kertas pasir. Setelah itu pengujian kekerasan dilakukan dengan alat brinell dengan pembebanan 1500 kg yang ditahan selama 15 detik dan
hasil diameter jejak diukur menggunakan teropong indentor. Adapun alat uji Brinell dapat dilihat pada gambar 3.6.
Gambar 3.6 Alat uji Brinell
Spesifikasi: Type
: BH-3CF Kapasitas max : 3500 kg
Bola indentasi : 3, 5, dan 10 mm Berikut ini adalah prosedur percobaan yang dilakukan pada
pengujian kekerasan dengan metode Brinell : 1.
Spesimen dibersihkan permukaannya dengan mesin polish. 2.
Setelah bersih, spesimen diletakkan pada landasan uji dan bola indentor yang digunakan adalah bola dengan diameter 10 mm.
3. Spesimen dinaikkan hingga menyentuh bola indentor, kemudian
katup hidrolik dikunci.
Universitas Sumatera Utara
4. Tuas hidrolik ditekan berulang-ulang hingga skala pada panel
menunjukkan angka 1500 kg kemudian ditahan selama 30 detik. 5.
Setelah 15 detik katup hidrolik dibuka untuk mengembalikan beban ke posisi semula 0 kg.
6. Pengambilan data kekerasan diulang sebanyak 5 kali untuk masing-
masing spesimen dan diambil data rata-ratanya. 7.
Pengamatan diameter indentasi dilakukan dengan menggunakan teropong Indentor dan data diameternya disesuaikan dengan tabel
kekerasan.
3.5.2. Pengujian Tarik
Pada penelitian ini pengujian tarik dilakukan hanya pada kondisi hammering diatas temperatur rekristalisasi yang memiliki nilai kekerasan
yang optimal yang diperoleh dari hasil uji kekerasan. Adapun nilai optimal yang diambil yaitu sebanyak tiga spesimen dan satu spesimen
raw material, nilai optimal yang diambil yaitu pada hammering dengan suhu 850°C dengan waktu penahanan hammering 20 detik dan pada suhu
900°C dengan waktu penahanan hammering 20 detik dan pada suhu 900 °C juga namun pada penahanan waktu hammering 15 detik. Pada
pengujian tarik dicari tegangan luluh σ
y
, tengangan batas σ
u
dan regangan
ɛ. Karena terjadi perbedaan kelunakan bahan akibat variasi suhu perlakuan panas maka perlu dihitung kembali ketebalan bahan
sebelum dilakukan pengujian. Pada penelitian ini pengujian tarik
Universitas Sumatera Utara
menggunakan alat uji tarik Torsee INSTRON model 100 HDX - GIB
dengan kapasitas 100 ton seperti yang diperlihatkan oleh gambar 3.7.
Gambar 3.7 Alat uji tarik Torsee
INSTRON model 100 HDX – GIB
Spesifikasi: Type
: INSTRON model 100 HDX – GIB Made in
: USA UNITED STATES OF AMERICA Beban max : 100 Ton Force
Tahun :2012
Berikut ini adalah prosedur percobaan yang dilakukan pada pengujian tarik dengan menggunakan
alat uji tarik Torsee Type INSTRON : 1.
Spesimen dibentuk sesuai ukuran menurut standar ASTM E-8M, yaitu
panjang daerah uji 60 mm, panjang daerah cekam 60 mm, tebal spesimen 5 mm.
Universitas Sumatera Utara
2. Mesin uji tarik dan komputer dihidupkan kemudian disetting dikomputer
untuk memulai uji tarik. 3.
Spesimen dicekam pada chuck atas, kemudian chuck bawah dinaikkan dengan menekan tombol UP hingga mencekam spesimen secara
keseluruhan. 4.
Katup hidrolik load valve dibuka kemudian mesin pompa hidrolikPUMP dijalankan sampai spesimen putus.
5. Setelah spesimen putus katup hidrolik load valve ditutup dan katup
pembuka unload valve dibuka, kemudian chuck bawah diturunkan dengan menekan tombol DOWN.
6. Spesimen yang putus dilepas dari chuck atas dan bawah, kemudian diukur
besar pertambahan panjangnya dan besar nilai regangan yang diperoleh dari grafik hasil uji tarik seperti yang terlihat pada lampiran uji tarik
kemudian dicatat data hasil pengujian. 7.
Prosedur yang sama dilakukan pada spesimen uji tarik yang lain.
3.5.3. Pengujian Metalografi