107 nya  nilai  temperature,  salinity,  dan  SPM  Conc.  pada  setiap  titik  untuk
setiap jamnya. 4.  Arus maksimum terjadi setiap waktu kelipatan 6 jam. Untuk arah aliran
menuju  mulut  muara  kecepatan  arus  maksimum  pada  setiap  titik sebesar: A = 0.146 mdet, B = 0.182 mdet, C = 0.196 mdet, D = 0.196
mdet,  E  =  0.143  mdet, F  =  0.175  mdet,  G  =  0.159  mdet,  H  =  0.143 mdet, I = 0.126 mdet, J = 0.107 mdet. Untuk arah aliran menuju hulu
sungai  kecepatan  arus  maksimum  pada  setiap  titik  sebesar:  A  =  0.042 mdet, B = 0.111 mdet, C = 0.147 mdet,  D = 0.162 mdet, E = 0.163
mdet,  F  =  0.157  mdet,  G  =  0.147  mdet,  H  =  0.134  mdet,  I  =  0.120 mdet, J = 0.107 mdet.
5.  Nilai temperatur maksimum pada setiap titik sebesar: A = 31
O
C, B = 31
O
C, C = 31
O
C, D = 29.83
O
C, E = 28.98
O
C, F = 28.41
O
C, G = 28.13
O
C, H = 28.03
O
C, I =28.01
O
C, J = 28
O
C. 6.  Nilai salinitas maksimum pada setiap titik sebesar: A = 0.0
o oo
, B = 0.0
o oo
, C = 0.0
o oo
, D = 0.3
o oo
, E = 1.3
o oo
, F = 3.8
o oo
, G = 9.2
o oo
, H = 17.0
o oo
, I =24.7
o oo
, J = 28.0
o oo
. 7.  Nilai kadar sedimen melayang maksimum pada setiap titik sebesar: A =
149.4  mgdm
3
,  B  =  183.82  mgdm
3
,  C  =  195.31  mgdm
3
,  D  =  194.24 mgdm
3
, E = 189.28 mgdm
3
, F = 175.15 mgdm
3
, G = 149.18 mgdm
3
, H = 139.16 mgdm
3
, I = 122.56 mgdm
3
, J = 108.41 mgdm
3
.
8.  Nilai NA yang terdapat didalam sel bukanlah nilai error dari hasil
perthitungan, namun nilai dari temperature, salinity, dan SPM Conc.
Universitas Sumatera Utara
108 yang tidak terdefenisi karena displacement yang melebihi jarak 18 km
dari mulut muara.
6.2    Saran Saran  untuk  hasil  Tugas  Akhir  yang  berjudul
“Pemodelan Arus Pasang
Surut dan Sedimen Melayang di Muara Sungai Belawan”  adalah
1.  Dalam hal penyelesaian masalahan banjir Rob banjir pasang surut, untuk selanjutnya perlu dilakukan pengukuran terhadap tinggi daratan di lokasi
kejadian. 2.  Hasil  pemodelan  ini  dapat  digunakan  sebagai  media  pengontrolan
karakteristik  sebuah  estuari  sungai.  Akan  lebih  baik  jika  data  input  yang digunakan merupakan data akurat  yang berasal  dari pengamatan 15 hari.
Sesuai  dengan  hasil  data  pasang  surut  yang  digunakan  didalam pemodelan.  Aktifitas  di  sepanjang  estuari  akan  lebih  baik  dan  potensial
apabila setiap muara sungai di Indonesia memiliki bentuk pemodelan ini. 3.  Pemodelan  ini  sepenuhnya  berasal  dari  buku  Estuaries  Monitoring  and
Modeling the Physical System karangan Jack hardisty tahun 2007. Masih
terdapat keraguan terutama dalam menentukan data input yang dimaksud oleh  buku  tersebut.  Sehingga  akan  lebih  baik  jika  pada  penelitian
selanjutnya  lebih  mengoreksi  data  yang  dimaksud  didalam  buku  ini dengan buku yang digunakan pada daftar pustakanya.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Muara Sungai
Muara  sungai  adalah  bagian  hilir  dari  sungai  yang  berhubungan  dengan laut.  Permasalahan  di  muara  sungai  dapat  ditinjau  dibagian  mulut  sungai  river
mouth dan  estuari.  Mulut  sungai  adalah  bagian  paling  hilir  dari  muara  sungai
yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai yang  dipengaruhi  oleh  pasang  surut.  Pengaruh  pasang  surut  terhadap  sirkulasi
aliran  kecepatan,  debit,  profil  muka  air,  intrusi  air  asin  di  estuari  dapat  sampai jauh  ke  hulu  sungai,  tergantung  pada  tinggi  pasang  surut,  debit  sungai  dan
karakteristik estuari tampang aliran, kekasaran dinding, dan sebagainya. Muara  sungai  berfungsi  sebagai  pengeluaran  pembuangan  debit  sungai
terutama  pada  waktu  banjir  ke  arah  laut.  Karena  letaknya  yang  di  ujung  hilir, maka debit aliran di muara adalah lebih besar dibanding pada penampang sungai
disebelah  hulu.  Selain  itu,  muara  sungai  juga  harus  melewatkan  debit  yang ditimbulkan  oleh  pasang  surut  yang  bisa  lebih  besar  dari  debit  sungai.  Sesuai
dengan  fungsinya  tersebut,  muara  sungai  harus  cukup  lebar  dan  dalam. Permasalahan  yang  sering  dijumpai  adalah  banyaknya  endapan  di  muara  sungai
sehingga  tampang  alirannya  kecil,  yang  dapat  mengganggu  pembuangan  debit sungai ke laut. Ketidaklancaran pembuangan tersebut dapat mengakibatkan banjir
didaerah sebelah hulu muara Triadmodjo, 1999.
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.1  Jenis-Jenis Muara Sungai