Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
135 Mengenai pemberian bantuan atau subsidi dari dinas diatur dalam
Permendiknas No.30 Tahun 2010 mengenai Pemberian Bantuan Biaya Pendidikan. Pada pasal 3 dijelaskan Direktorat jenderal yang
menangangi pendidikan dasar dan menengah menetapkan alokasi jumlah siswa berdasarkan daftar isian pelaksanaan anggaran.
Pemerintah provinsi akan menginformasikan kuota calon penerima bantuan.
Untuk selanjutnya
pemerintah kabupatenkota
menginformasikan kepada
satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan akondisi masyarakat, b letak satuan
pendidikanlokasi asal siswa,c pemerataan, dan d keadilan sesuai gender.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap peraturan yang ada sekarang, komite sekolah tidak dapat memberikan peran langsung
dalam pemberian subsidi. Peran komite sekolah di SMK N 3
Yogyakarta saat ini adalah menyampaikan sayarat dan kuota kepada siswa serta menyampaikan permohonan pengajuan subsidi kepada
dinasLihat :Lampiran 13. Kendala komite sekolah dalam
pemenuhan subsidi ini, karena penentuan penerima subsidi dari dinas atau lembaga yang memberikan bantuan sehingga komite tidak bisa
memastikan siswa yang mendapat dari golongan ekonomi yang benar-benar kurang mampu atau tidak. Karena keterbatasan tersebut
peran komite dalam penerapan konsep subsidi silang disekolah belum maksimal.
136 Untuk kegiatan inovatif dari komite sekolah program dari sekolah.
Sebab dalam penggunaan dana komite yang bersumber dari masyarakat sepenuhnya digunakan untuk pemenuhan sarana
prasarana. Komite sekolah hanya berupaya untuk menggandeng masyarakat khususnya orangtua murid melalui anggota komite
sekolah tidak tetap yang terdiri dari dua orangtua murid untuk perwakilan kelas.
Peran komite tidak tetap terutama untuk menyalurkan aspirasi dan masukan dari orangtua murid yang lain
kepada sekolah.
Seperti ditunjukan
dalam rapat
komite sekolah.Lihat : Dokumentasi 10. Hanya saja perlu ada peningkatan
partisipasi dari anggota komite tidak tetap baik dalam kehadiran dan keaktifan dalam memberikan masukan.
Menurut Irene Astuti 2011 : 239 “orangtua umumnya mempunyai alasan untuk tidak terlibat seacara aktif di sekolah, khususnya
sebagai anggota komite sekolah dengan berbagai alasan. Secara umum dikarenakan oleh keterbatasan waktu, belum banyak informasi
dari sekolah, belum diminta bergabung, dan keterbatasan dana serta belum pahamnya tentang standar mutu.” Padahal jika ditinjau komite
sekolah tidak tetap ini secara tidak langsung telah menciptakan hubungan kerjasama antara sekolah dan orangtua murid.
Menurut Nur Kholis 2003:125 orang tua siswa seharusnya menyediakan waktu sebanyak mungkin berkunjung ke sekolah dan
ke kelas guna mengontrol pendidikan anaknya. Amat diperlukan diskusi dengan guru dan pembimbing siswa sehingga dapat
137 mengetahui hambatan dan kemajuan yang dialami anaknya. Langkah
ini sekaligus bisa mengatisipasi dan mengeliminasi kemungkinan kegagalan pendidikan anaknya. Di sisi lain, guru selain jadi pendidik
di sekolah juga secara aktif memantau pendidikan siswa di dalam keluarga.
Ini artinya masyarakat diharapkan meningkatkan partisipasinya dengan sekolah. demikian juga sekolah harus meningkatkan
pendekatan dan komunikasinya dengan orangtua murid. Menurut Clark dalam Nur Kholis, 2003 : 127 ada 2 jenis pendekatan, yaitu
dengan pendekatan school-based dengan mengajak orangtua
datang kesekolah melalui pertemuan, konferensi, diskusi guru-orang tua dan kunjungan saat kegiatan belajar mengajar. Kedua,
home- based yaitu orangtua membantu anak belajar bersama guru
berkunjung ke rumah. Berdasarakan paparan diatas, peran komite sekolaah belum sesuai
dengan acuan dan indikator kinerja komite sekolah. Namun demikian ada upaya yang ditunjukan komite sekolah dalam meningkatkan
komitmen masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dengan cara memantau proses pemberian bantuan kepada siswa dan
menggandeng perwakilan orangtua murid sebagai anggota komite tidak tetap merupakan upaya untuk mendekatkan antara sekolah
dengan orangtua murid. Jika ditinjau dari peraturan yang sekarang, sebenarnya telah sesuai. Karena dengan peraturan yang ada
sekarang, peran komite sekolah menjadi terbatas sehingga tidak
138 dapat maksimal dalam berperan secara langsung. Komite sekolah
dalam hal ini hanya berperan dalam membantu dan dan berkooordinasi dengan sekolah. Sehingga
perlu ada evaluasi terhadap acuan kinerja dengan peraturan dan kebijakan yang sesuai
bagi komite sekolah dalam berperan meningkatkan komitmen masyarakat.
Berdasarkan sub indikator diatas, hasil angket bila ditinjau dari hasil wawancara, dokumentasi, peraturan perundang-undangan yang berlaku,
partisipasi komite sekolah sebagai badan pendukung mencapai 69,77 atau dalam kategori kurang berhasil. Dari beberapa sub indikator,
partisipasi komite sekolah menunjukkan adanya perbaikan karateristik mutu di sekolah diantaranya menjalin komunikasi efektif antara warga
sekolah dan masyarakat, serta membentuk teamwork yang baik dengan
mengundang orangtua dalam rapat sekolah, mengajak perwakilan orang tua murid sebagai komite sekolah tidak tetap. Mendukung trasnparansi
dan pembiayaan sekolah melalui penetapan APBS, merevisi APBS dan penetapan iuran wajib bagi orantua murid. Peningkatan partisipasi
warga sekolah dan masyarakat belum terlaksana dengan baik karena keterbatasan peran dari komite sekolah.