EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh AHMAD SU’ADI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

LarasSewestiNingrum

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh AHMAD SU’ADI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembel-ajaran menggunakan model Group Investigation ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika. Desain penelitian ini adalah one group posttest-only. Popu-lasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang terdistribusi dalam 7 rombongan belajar dan diperoleh kelas VIII-G sebagai sampel penelitian yang diambil secara acak. Data penelitian ini berupa data aktivitas belajar dan hasil belajar matematika. Teknik analisis data pada pene-litian ini menggunakan uji proporsi. Kesimpulan penepene-litian ini adalah model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika.

Kata kunci: efektivitas, model Group Investigation, aktivitas belajar, hasil belajar matematika


(3)

EFEKTIVAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012

Oleh AHMAD SU’ADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL GROUP

INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Ahmad Su’adi No. Pokok Mahasiswa : 0813021015

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Gimin Suyadi, M.Si. Dra. Nurhanurawati, M.Pd. NIP 19480917 198403 1 001 NIP 19670808 199103 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si. NIP 19671004 199303 1 004


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Gimin Suyadi, M.Si. ………...

Sekretaris : Dra. Nurhanurawati, M.Pd. ………..

Penguji

Bukan Pembimbing: Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ..………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Tuba, pada tanggal 21 November 1989. Penulis me-rupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Djumiran dan Ibu Musriyati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 3 Way Tuba pada tahun 2001, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul Ulum Way Tuba tahun 2004, dan SMA Negeri 1 Way Tuba pada tahun 2007. Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di UKMF FPPI (Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam) sebagai Anggota Biro BBQ periode 2008/2009 dan 2009/2010. Penulis juga pernah aktif di Himasakta (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta) sebagai Anggota Bidang Sosial dan Masyarakat periode 2009/2010. Pada tahun 2011, penulis melaksanakan PPL di SMA 17 Pagelaran, Pringsewu dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Unila di Pekon Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Lampung.


(7)

MOTTO

“Segala sesuatu itu ada jalan, dan jalan menuju surga adalah ilmu” (Hadits Riwayat Dailany)

“Seseorang belum mendapatkan manisnya ilmu sebelum ia merasakan bagaimana pahitnya orang mencari ilmu”

“Orang yang hebat itu bukanlah yang tidak pernah gagal dalam hidupnya , melainkan orang yang selalu bangkit ketika ia


(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini

untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku :

Bapak dan mamakku tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan tiada

henti memberikan kasih sayang, doa serta motivasi dengan rasa tulus ikhlas

demi kebahagiaan dan keberhasilanku. Senyummu adalah surgaku,

tangismu adalah nerakaku.

Mbak Siti, Mbak Thoybah, dan Mbak Zuroidah yang selalu memberikan

semangat dalam hidupku, berbagi cerita, dan melukis cinta bersama.

Mas Ngabid, Mas Ridwan, dan Mas Syarif yang selalu menyemangati dan

mendoakanku.

Keponakanku tersayang, Niken Shofia Zahra, Farha SYifa Kaina, Faiza

Aulia Rahma, dan Keyza Alifa Syaida yang senantiasa memberikan senyum

dan tawa yang ceria. Semoga menjadi Anak yang shalihah dan berbakti.

Guru-guruku atas ketulusan dan kesabarannya dalam mendidikku.


(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terse-lesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada: 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lam-pung beserta staf dan jajarannya

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.


(10)

x

6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaannya mem-berikan bimbingan, saran, dan kritik selama penyusunan skripsi.

7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menye-lesaikan studi.

8. Bapak Sudjasman, S.H., selaku Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian

9. Ibu Dra. Hj. Else Sari, selaku guru matematika kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian 10. Siswa/ siswi kelas VIII-G SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran

2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

11. Bapak dan Mamakku tersayang, yang tidak pernah lelah selalu mendoakan dengan segala ketulusan dan kasih sayangnya.

12. Mbak-mbakku serta seluruh keluarga besar yang selalu menyayangi, men-doakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

13. Teman-temanku di asrama Syahlani: Kak Syaef, Kak Herman, Kak Joni, Kak Sigit, Kak Rio, Mas Eda, Anam, Andre, Nalpa, Rizki, Usep, Hendra, Ardi, Jumar, Kak Nandar, dan Ari atas kebersamaan selama ini yang senantiasa memberikan motivasi serta keceriaannya.

14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 Reguler: Aan, Arifan, Angga, April, Ayu, Astri, Bill, Desi, Doddy, Elvina, Eka, Erika, Erma, Fenty, Fenny, Hefna, Herlangga, Herlin, Ika, Indah, Laras, Lukman, Nerry, Niki, Nicky, Priska, Putty, Ratna, Rizky, Rovi, Shintia, Sudirman, Sutrisno, Tomi, Wawan, Ummi, Yayan, Yunita D, Yunita M, Terima kasih untuk persahabat-an dpersahabat-an kebersamapersahabat-annya selama ini..


(11)

xi

15. Teman-teman seperjuangan matematika mandiri 2008: Asep, Reza, Susi, Nay, Safitri, Rini, Dwi, dan lainnya atas kebersamaan selama ini.

16. Rekan- rekan KKN Tematik Unila dan PPL SMA 17 Pagelaran tahun 2011: Relian, Isa, Alif, Yudi, Ulivina, Ria, Beti, Mbak Ari, dan Vero atas keber-samaannya. Perjuangan kita selama ini menjadi kenangan indah yang tiada pernah bosan untuk diceritakan

17. Seluruh Mahasiswa Pendidikan Matematika Angkatan 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011 atas kebersamaannya.

18. Semua teman-teman alumni XII IPA SMAN 1 Way Tuba 2007 yang selalu menyemangatiku dan sahabat-sahabatku di MTs Miftahul Ulum Way Tuba yang tergabung dalam “Armacho Riyadi” yang selalu memberi nasihat, motivasi, dan menjaga ukhuwah di antara kita.

19. Pengurus Referensi P. MIPA dan Perpustakaan Unila yang telah membantu menyediakan referensi selama studi di Unila.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. Penulispun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Bandar Lampung, September 2012 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

E.Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II.TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teori ... 10

1. Efektivitas Pembelajaran ... 10

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation ... 13

4. Aktivitas Siswa ... 16

5. Hasil Belajar... 18

B.Kerangka Pikir ... 20

C.Anggapan Dasar ... 22

D.Hipotesis Penelitian ... 22


(13)

xiii III.METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 23

B. Desain Penelitian ... 24

C. Prosedur penelitian ... 24

D. Data Penelitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 35

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 40

2. Hasil Belajar matematika ... 41

33333 B. Pembahasan ... 42

V.SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 48

B. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kategori Tingkat kesukaran Butir Tes ... 31

3.2 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 33

3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-1 ... 33

3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-2 ... 34

3.5 Kriteria Pencapaian Efektivitas Pembelajaran ... 35

4.1 Data Aktivitas Belajar siswa ... 40

4.2 Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 41


(15)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA Yang bertanda tangan dibawah ini :

nama : Ahmad Su’adi NPM : 0813021015

program studi : Pendidikan Matematika jurusan : Pendidikan MIPA

menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Yang Menyatakan

Ahmad Su’adi NPM 0813021015


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2011. Langkah Strategis Peningkatan Kualitas Pendidikan. [online].

Tersedia:

http://www.masbied.com/2011/06/19/analisis-wacana-pendidikan-langkah-strategis-peningkatan-kualitas-pendidikan/ [22 Maret 2012]

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2007. Prestasi Belajar Indonesia [on line] tersedia: http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=214 [31 Januari 2012] Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret

University Press.

________. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Undang- Undang SISDIKNAS ( Sistem

Pendidikan Nasional )UU RI No. 20 tahun 2003 dan Undang- Undang Guru dan Dosen UU RI Nomor 14 tahun 2005. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hobri dan Susanto. 2006. Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Model Group Investigation untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III SLTP

N 8 Jember tentang Volume Tabung. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 7, No.2

:74-83

Ibrahim, M, Fida R, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Koperatif. Surabaya: Unessa Press.

John Biggs dan David Watkins. 1995. Classroom Learning Educational

Psychology for the Asian Teacher. Singapore

Kunandar. 2007. Guru profesional: implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan persiapan menghadapi sertifikasi guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada


(17)

50

Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas.

Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Noer, Sri Hastuti. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan

Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Studi pada Siswa SMP Negeri Bandar Lampung) Disertasi UPI: Tidak diterbitkan

Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2010. PISA

2009 Results: What Students Know and Can Do, Student Performance In Reading, Mathematics And Science, Volume I.

Purwanto, M. Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Slavin, Robert. 2011. Cooperative Learning Teory, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Smith, Bettye P. 2006. Contextual Teaching and Learning Practics In The Family and Consumer Sciences Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1

Soedjadi. 2005. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suryosubroto, B. 2006. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendi-dikannya. Pendidikan juga berperan dalam menciptakan insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Oleh karena itu, pendidikan membutuhkan inovasi sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tanpa mengabaikan nilai kemanusiaan agar mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2011) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan bangsa dan salah satu bentuk modal investasi yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.

Mengingat pentingnya peranan pendidikan tersebut maka perlu adanya upaya dari pemerintah, lembaga, dan masyarakat yang peduli untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini dapat dilakukan melalui penelitian dan pengembangan, pela-tihan dan pendidikan guru, serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 menyebutkan bahwa standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, dan


(19)

2 akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Hal ini dapat diketahui dengan ketercapaian standar kompetensi yang dijabarkan dalam bentuk kompetensi dasar sedangkan ketercapaian kompetensi dasar dapat dilihat dari ketuntasan indikator pada kompetensi dasar tersebut. Setiap satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas kompetensi, dan kemampuan sumber daya pendukung dalam menyelenggarakan pembelajaran.

Salah satu upaya pemerintah dalam melakukan suatu inovasi pendidikan di sekolah adalah dengan memperhatikan tiga hal, yaitu efisien, efektif, dan kenyamanan dalam proses pembelajaran. Efisien berarti waktu yang tersedia dapat digunakan dengan sebaik-baiknya oleh guru. Efektif berarti mata pelajaran yang diberikan menghasilkan suatu hal yang bermanfaat bagi peserta didik, sedangkan kenyamanan berarti sumber, alat, dan model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas sesuai tujuan pembelajaran sehingga dapat diharapkan tercapainya pendidikan yang berkualitas.

Kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya di bidang matematika, belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Menurut TIMSS (Trends in International

Mathematics and Science Study) tahun 2007, yaitu suatu lembaga yang mengukur

pendidikan dunia, mengatakan bahwa prestasi matematika peserta didik di Indonesia menduduki peringkat ke-36 dari 49 negara yang diteliti dengan perolehan skor rata-rata 397. Hasil tersebut didapat setelah melakukan penelitian kepada 150 MTs/SMP yang menyebar di seluruh Indonesia dengan berbagai


(20)

3

performance, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Apabila dibandingkan dengan

skor rata-rata internasional, yaitu 500, tampak bahwa prestasi belajar peserta didik di Indonesia sangat jauh dengan standar internasional, bahkan yang mem-prihatinkan sekali, Indonesia di bawah peringkat tiga negara tetangganya, yaitu Singapura, Malaysia, dan Thailand. Singapura berada pada posisi ke-3 dengan skor rata-rata 593, Malaysia berada pada peringkat ke-20 dengan memperoleh skor rata-rata 474, dan Thailand pada peringkat ke-29 dengan memperoleh skor rata-rata 441 sedangkan Taiwan berada pada peringkat pertama dengan perolehan skor 598. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kemampuan matematika siswa di Indonesia masih rendah.

Di samping itu, Organisation for Economic Cooperation and Development

(OECD) 2010 menyebutkan bahwa dari penelitian Programme for International

Student Assessment (PISA) 2009 diketahui bahwa kemampuan matematika siswa

Indonesia menduduki peringkat ke-61 dari 65 negara yang diteliti dengan perolehan skor 371. Hal yang dikaji pada kemampuan matematika adalah me-rumuskan, menerapkan, dan menginterpretasikan matematika dalam berbagai konteks, termasuk menggunakan konsep matematika, prosedur, fakta dan penggunaan alat untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena. Fakta tersebut mencerminkan bahwa pendidikan di Indonesia, khu-susnya matematika, masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Rendahnya hasil belajar matematika juga ditemukan di kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang telah menerapkan


(21)

4 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun 2006. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung diperoleh bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah. Rata-rata nilai ujian semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 siswa kelas VIII hanya 30,99 padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah tersebut untuk mata pelajaran matematika adalah 68. Banyaknya siswa yang tuntas belajar (mem-peroleh nilai lebih besar atau sama dengan 68) hanya 10,57 %. Rendahnya hasil belajar tersebut dimungkinkan karena pemilihan model pembelajaran belum tepat sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangatlah penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (2005: 4) yang menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan pendidikan banyak ditentukan oleh proses pembelajaran yang ditangani langsung oleh guru. Walaupun tujuan pembelajaran dirumuskan dengan baik, namun jika model pembelajaran yang digunakan kurang tepat, maka kemungkinan tujuan pembelajaran yang diinginkan belum dapat tercapai dengan baik. Hal ini karena model pembelajaran adalah hal yang penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sebaiknya adalah model pembelajaran yang memberikan interaksi guru dengan siswa, serta interaksi antar siswa yang nantinya akan membentuk sinergi yang menguntungkan untuk semua anggota (Lie, 2008: 33). Pembelajaran matematika akan mendapatkan hasil yang lebih optimal jika guru memilih model pembelajaran yang tepat, yaitu pem-belajaran yang mampu melibatkan semua siswa sehingga dapat diharapkan siswa


(22)

5 lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Jadi, faktor yang paling menentukan tercapainya tujuan pembelajaran adalah pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara optimal.

Salah satu upaya dalam mengembangkan keterlibatan peserta didik adalah melalui pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pem-belajaran koperatif adalah pembelajaran yang menuntut peserta didik agar lebih berperan aktif dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam kelompoknya dengan bersama-sama.

Spencer Kagan (dalam Lie, 2008: 31), mengungkapkan bahwa ada lima unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Hal tersebut sangat berguna dalam memberikan stimulus agar peserta didik dapat beraktivitas lebih leluasa. Hal ini karena aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi. Selain itu, melalui model pembelajaran koperatif ini, setiap anggota dalam kelompok memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Salah satu tipe model pembelajaran koperatif adalah Group Investigation. Model ini dianggap sesuai dengan karakteristik siswa yang diteliti. Hal ini dapat dijelaskan bahwa siswa pada sekolah tersebut sudah terbiasa dengan diskusi


(23)

6 dalam kelompok belajar matematika, akan tetapi kelompok belajar tersebut belum dikembangkan secara optimal, yaitu terbatas pada saat pengerjaan soal-soal latihan saja. Apabila model Group Investigation diterapkan pada pembelajaran matematika di kelas tersebut, diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas dalam kelompok belajar tersebut sehingga memperoleh hasil belajar matematika yang optimal dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Model Group Investigation merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam mengidentifikasi topik, maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi di dalam kelompok. Model Group

Inves-tigation menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Ibrahim, dkk (2000: 23) menyatakan dalam model Group Investigation guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang heterogen dengan mempertimbangkan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang dipelajari dan kelompok merumuskan investigasi dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep yang telah dirumuskan. Kegiatan investigasi tersebut menuntut siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baru melalui diskusi siswa. Diskusi di dalam model ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran siswa sehingga diharapkan dapat memberikan aktivitas dan hasil belajar yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian efektivitas model

Group Investigation ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika pada

pem-belajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012.


(24)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar matematika?

2. Apakah model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Efektivitas model Group Investigation pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar matematika siswa.

2. Efektivitas model Group Investigation pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi guru, yaitu untuk memberikan informasi mengenai alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, dan membantu guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar yang efektif. 2. Bagi siswa, yaitu untuk memberikan suasana baru dalam pembelajaran

matematika yang akan membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran serta meningkatkan aktivitas yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar.


(25)

8 3. Bagi sekolah, yaitu memberikan informasi dan pemikiran tentang alternatif

pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu sekolah. E. Ruang Lingkup

Untuk memberikan kejelasan tentang penelitian dan mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, berikut dikemukakan beberapa batasan. 1. Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari dua aspek, yaitu:

a. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas siswa selama pem-belajaran berlangsung. Pempem-belajaran dikatakan efektif apabila minimal 70% siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.

b. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil tes. Pembelajaran dikatakan efektif apabila minimal 60% siswa tuntas belajar.

2. Model Group Investigation adalah model pembelajaran yang memberi ke-sempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi topik dan merencanakan investigasi, melakukan investigasi, membuat laporan yang selanjutnya akan di-presentasikan oleh siswa dan bersama-sama dengan guru mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung.

3. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi di dalam kelompok saat melakukan investigasi, mempresentasikan hasil investigasi atau menanggapi presentasi, memperhatikan presentasi, membuat kesimpulan atau rangkuman materi pelajaran, dan mengerjakan latihan atau tugas.


(26)

9 4. Hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran matematika pada materi kubus dan balok yang diukur melalui tes.

5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2011/2012.


(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas berasal dari kata “efektif” yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna, yang bisa diartikan sebagai kegiatan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas berhubungan dengan kegiatan pencapaian tujuan, hasil dan manfaat dari hasil yang diperoleh. Terkait efektivitas pembelajaran, Hamalik (2008: 171) berpendapat bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan ber-aktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu dalam memahami konsep yang sedang dipelajari sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal. Definisi serupa juga diungkapkan Mulyasa (2006: 193) yang berpendapat bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi siswa serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Siswa akan mendapat pengalaman baru apabila mereka diberi kesempatan untuk belajar menemukan konsep secara mandiri melalui aktivitas siswa dan bimbingan guru pada saat pembelajaran berlangsung.


(28)

11 Suryosubroto (2006: 16) mengemukakan beberapa hal agar pelaksanaan pem-belajaran menjadi efektif, yaitu sebagai berikut.

1) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum dilihat dari aspek-aspek:

a. Tujuan pengajaran

b. Bahan pengajaran yang diberikan c. Alat pengajaran yang digunakan

d. Strategi evaluasi/penilaian yang digunakan 2) Keterlaksanaan proses belajar mengajar, meliputi:

a. Mengkondisikan kegiatan belajar siswa

b. Menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar

c. Menggunakan waktu yang tersedia untuk KBM secara efektif d. Motivasi belajar siswa

e. Menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan f. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar g. Melaksanakan komunikasi/interaksi belajar mengajar

h. Memberikan bantuan dan bimbingan belajar mengajar kepada siswa i. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa

j. Menggeneralisasikan hasil belajar dan tindak lanjut

Oleh karena itu, untuk mencapai pembelajaran yang efektif, guru harus mengetahui dengan baik mengenai karakteristik mata pelajaran, siswa, materi ajar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini akan memudahkan guru untuk memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal.


(29)

12 Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pem-belajaran yang diharapkan. Efektivitas tersebut dapat ditinjau dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Lie (2008:34) mendefinisikan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dalam mengerjakan tugas terstruktur. Hal ini sesuai pendapat Biggs dan Watkins (1995:36) yang menyatakan:

In a class room organised for Cooperative Learning, groups of students strive for common goal in which all members of the group are responsible for one another….

Pada pembelajaran kooperatif, siswa yang berada dalam kelompok akan berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan bekerjasama dan bertanggungjawab atas siswa lainnya.

Lebih lanjut, Roger dan Jhonson (dalam Lie, 2008 : 31) mengemukakan bahwa ada lima unsur yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran kelompok biasa, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tang-gung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.

Keberhasilan kelompok dalam model sangat bergantung pada setiap usaha anggotanya. Setiap siswa dalam kelompok akan saling membantu dalam belajar


(30)

13 dan memastikan bahwa setiap anggota dalam kelompok tersebut telah mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini memberikan akibat terjadinya rasa tanggung jawab pada setiap anggota untuk memberikan kontribusinya dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Selain itu, pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk bertatap muka, berdiskusi dan berargumentasi sehingga mem-bangun pengetahuan dan menutup kesenjangan pemahaman di antara mereka. Selanjutnya melalui komunikasi antar anggota dalam kelompok, secara bersama-sama setiap anggota mengevaluasi proses pembelajaran dan hasil kerja kelompok mereka.

Jadi, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif sehingga dapat mengoptimalisasikan kompetensi individu mealalui kerjasama kelompok dalam mencapai tujuan pem-belajaran bersama.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Model Group Investigation adalah salah satu tipe dari model pembelajaran koo-peratif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari kemampuan dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama, untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik tertentu. Siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. (Eggen dan Kauchak dalam Hobri dan Susanto, 2006).


(31)

14 Model Group Investigation membantu siswa memahami masalah dan memberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah secara mandiri melalui kegiatan in-vestigasi yang telah mereka lakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bettye (2006):

The problem occurs when student is unable to identify what knowledge is needed to address a problem outside of the context in which it was learned. It is believed that when student are taught in a context that closely resembles the situation in which they will have to apply the information, a greater chance for transfer of learning occurs.

Model Group Investigation akan lebih efektif apabila guru memahami konsep penting dalam pembelajaran kooperatif. Selain itu, guru juga dirasa perlu menilai kemampuan siswa untu merencanakan pembelajaran, memilih topik yang sesuai untuk Group Investigation, berpikir berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari permasalahan dan menggunakan berbagai sumber untuk bahan pembelajaran.

Model Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam ber-komunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skill). (Kunandar, 2007: 344).

Slavin (2011: 218) menjabarkan model Group Investigation menjadi enam tahap, yaitu sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi topik dan mengatur peserta didik ke dalam kelompok

a) Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.


(32)

15 b) Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang

mereka pilih.

c) Guru membantu pengumpulan informasi/memfasilitasi pengaturan.

2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Siswa merencanakan bersama mengenai: Apa yang kita pelajari? Bagaimana kita mempelajari? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)

3) Melaksanakan investigasi

a) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat ke-simpulan kelompok.

b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan untuk kelompoknya.

c) Siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan men-sintesis semua gagasan.

4) Menyiapkan laporan akhir

a) Anggota kelompok menentukan pesan esensial dan investigasi mereka. b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan

bagaimana mereka secara kelompok akan membuat presentasi mereka. c) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk

meng-koordinasikan rencana-rencana presentasi.

5) Mempresentasikan laporan akhir

a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengaran secara

aktif.


(33)

16

6) Evaluasi

a) Para peserta didik saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai ke-efektifan pengalaman-pengalaman mereka.

Jadi, model Group Investigation adalah model yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan topik, mengidentifikasinya, dan merencanakan kegiatan investigasi, melakukan investigasi, membuat laporan yang selanjutnya akan dipresentasikan oleh siswa dan bersama-sama dengan guru mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung.

4. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam belajar merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui aktivitas, siswa akan menggunakan segala potensi yang dimilikinya untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2007: 277) yang meng-ungkapkan bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Di sisi lain, Sanjaya (2006 : 174) berpendapat yang dimaksud dengan aktivitas adalah segala sesuatu yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti kegiatan diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan, dan sebagainya. Terkait perihal tersebut, Dierich (dalam Sardiman, 2007: 101) membuat suatu daftar kegiatan siswa yang digolongkan sebagai aktivitas, yaitu sebagai berikut.


(34)

17 1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

mem-perhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi. 4) Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, menyalin. 5) Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model

mereparasi, bermain.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, me-mecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Hamalik (2008: 91) menyatakan bahwa penggunaan aktivitas dalam proses pem-belajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain sebagai berikut.

1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.

3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.

5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan ke-keluargaan, musyawarah, dan mufakat.


(35)

18 6) Membina kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru

dan orang tua, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan ter-jadinya verbalisme.

8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Jadi, di dalam pembelajaran seharusnya aktivitas siswa perlu diperhatikan, dalam hal ini, aktivitas siswa akan memberikan pengetahuan, pengalaman, dan mampu mengembangkan pemahamannya.

Berdasarkan uraian tersebut, aktivitas belajar siswa adalah kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan bertanya, menge-mukakan pendapat atau ide, mengerjakan latihan atau tugas, berdiskusi, me-nanggapi presentasi, memperhatikan penjelasan guru dan lain sebagainya.

5. Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2002:3) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi pembelajaran. Dari sisi guru, pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Oleh sebab itu, hasil belajar menjadi suatu tolok ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

Sejalan dengan itu, Hamalik (2008: 146) menyatakan pengertian hasil belajar sebagai berikut.


(36)

19 Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Jadi, hasil belajar menunjukkan tingkat keberhasilan siswa dalam proses pem-belajaran yang telah diikuti oleh siswa dan merupakan hasil dari interaksi pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor.

Gagne (dalam Dimyati dan mujiono, 2002: 10) menyatakan bahwa ada lima unsur dalam hasil belajar, yaitu:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan

pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.

2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip.

3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek

berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.

Mengenai hasil belajar, Davies, Jarolimek, dan Foster dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 201) mengatakan bahwa:

Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa sebagai akibat dari perubahan tingkah laku


(37)

20 setelah mengikuti pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang diukur dengan sebuah tes (aspek kognitif) serta sikap dan aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung (aspek afektif).

B. Kerangka Pikir

Belajar adalah proses yang berperan penting dalam meraih pengetahuan. Model pembelajaran yang digunakan dalam proses itu sebaiknya adalah model pembelajaran yang baik dan tepat. Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran ter-sebut sebaiknya adalah model pembelajaran yang memberikan interaksi antar siswa dan antara siswa dengan gurunya.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa di dalam kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif, saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab sehingga memungkinkan siswa agar berlatih, ber-interaksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi yang merupakan suatu hal yang diperlukan di dalam hidup bermasyarakat.

Model Group Investigation adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang memiliki beberapa tahap, yaitu: mengidentifikasi topik dan membentuk kelompok, merencanakan investigasi dalam kelompok, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, dan evaluasi. Selama pembelajaran, guru bertindak sebagai pembimbing dan pengarah, sedangkan siswa dituntut untuk


(38)

21 lebih mandiri dalam melakukan investigasi. Model pembelajaran ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat diperhatikan dalam model Group Investigation. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik model ini yang menuntut siswa untuk berperan lebih aktif dalam berdiskusi dan bekerjasama sehingga dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengoptimalkan potensi dirinya. Selain itu, kegiatan investigasi di dalam model Group Investigation menuntut siswa untuk telibat secara aktif dalam menemukan konsep dan membangun pengetahuannya. Melalui investigasi itu siswa pun akan lebih memahami secara dalam mengenai materi pembelajaran karena siswa terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar yang siswa peroleh tersebut akan dapat tertanam dalam jangka waktu yang lama.

Apabila meninjau fase-fase pada model Group Investigation, terlihat bahwa dengan model tersebut, siswa akan lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Melalui kegiatan menyelidiki, menemukan, dan memecahkan suatu masalah secara mandiri, akan membuat siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang bermakna, pengetahuan dan pengalaman yang baru serta mendapatkan hasil belajar yang lebih optimal. Oleh karena itu, model Group Investigation efektif diterapkan di dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika siswa.


(39)

22

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar matematika siswa, selain penggunaan model pem-belajaran, diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:

1. Model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas belajar matematika siswa.

2. Model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa.


(40)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 254 siswa yang terdistribusi dalam tujuh rombongan belajar dengan kemampuan siswa antar rombongan belajar relatif homogen. Karakteristik siswa pada populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, baik dari segi ekonomi, suku dan agama.

2. Kemampuan siswa di dalam kelas adalah heterogen.

3. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang bervariasi.

4. Siswa memiliki kelompok belajar matematika walaupun belum dikem-bangkan secara optimal.

5. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum berkembang. 6. Siswa kurang diberi kesempatan untuk terampil dalam menggunakan

model/alat peraga dalam pembelajaran.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil satu kelas secara random sebagai kelas eksperimen. Kelas yang terpilih menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas VIII-G yang berjumlah 36 siswa.


(41)

24

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak dapat mengendalikan semua variabel yang mungkin berpengaruh terhadap variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Budiyono (2003: 82-83) bahwa tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Variabel yang diukur di dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar matematika.

Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran model Group Investigation. Tes hasil belajar dilakukan setelah kelompok eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran menggunakan model Group Investigation. Tes hasil belajar di da-lam penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali. Desain yang digunakan dada-lam penelitian ini adalah one group posttest only design.

C. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tahap Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b. Menyusun Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).


(42)

25 2. Tahap Pelaksanaan

a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok, setiap kelompok 4-5 siswa. (Tahap Grouping)

b. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembel-ajaran (RPP) yang telah disusun, yaitu sebagai berikut.

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberitahu siswa bahwa mereka akan belajar dengan menggunakan model Group Investigation.

b) Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa dan kegunaan mempelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. 2) Kegiatan Inti

a) Guru membagikan Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).

b) Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan semua kelompok sesuai topik pembelajaran masing-masing.

c) Siswa melakukan pembagian tugas di masing-masing kelompok untuk memecahkan masalah sesuai topik dan mendiskusikan bagaimana mereka akan belajar.

d) Siswa melakukan investigasi sebagai berikut: (1) siswa me-ngumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat simpulan atas permasalahan yang diselidiki, (2) setiap anggota kelompok memberikaan saran, pendapat, ide, dan gagasan pada setiap kegiatan kelompok, (3) siswa mempersatukan ide dan pendapat di dalam kelompoknya.


(43)

26 e) Siswa menentukan sebagai berikut: (1) anggota kelompok

me-nentukan pesan-pesan penting dalam praktiknya masing-masing, (2) anggota kelompok menentukan apa yang akan mereka laporkan berdasarkan hasil investigasi yang telah dilakukan dan bagaimana mereka akan mempresentasikannya di depan kelas mereka.

f) Siswa mempresentasikan hasil diskusi dari investigasi yang telah mereka lakukan: (1) kelompok penyaji mempresentasikan hasil praktiknya atau hasil investigasinya pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat aktif sebagai pendengar dan memperhatikan presentasi, (3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang telah dipresentasikan kelompok penyaji.

g) Guru dan siswa mengkolaburasi dan mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3) Kegiatan Penutup

a) Secara bersama-sama, siswa dan guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

b) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan di-bahas pada pertemuan berikutnya.


(44)

27

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data aktivitas belajar matematika siswa yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model Group Investigation berlangsung.

2. Data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui tes yang dilaksanakan setelah siswa mendapatkan perlakuan menggunakan pembel-ajaran model Group Investigation.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode observasi dan metode tes.

1. Metode Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi di dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk lembar observasi yang bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model Group Investigation.

2. Metode Tes

Metode tes adalah metode pengumpulan data yang mempunyai tujuan untuk mengetahui hasil dari suatu perlakuan. Tes ini untuk mengukur hasil belajar matematika siswa yang dilaksanakan sebanyak dua kali. Jumlah Soal pada tes pertama adalah sebanyak 6 butir soal dan tes kedua sebanyak 5 butir soal. Tes


(45)

28 yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk esai. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardi (2008: 101) yang menyatakan bahwa tes esai memiliki beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut.

a) Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat.

b) Mengukur kemampuan dalam menjawab pertanyaan melalui bahasa sendiri. c) Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan

pemikiran siswa secara aktif.

d) Memberikan stimulus kepada siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat mereka sendiri sehingga mem-buat siswa berpikir kreatif .

e) Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan menguasai suatu permasalahan dari pertanyaan yang diberikan kepadanya.

F. Instrumen Penelitian

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar instrumen penelitian yang digunakan mendapatkan data yang akurat, yaitu validitas, reliabilitas, daya beda, dan taraf kesukaran. Keempat kriteria itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Validitas (Validity)

Sebuah instrumen penelitian tes dikatakan valid apabila instrumen tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi, yakni kesesuaian isi instrumen tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan M. Ngalim Purwanto (2009:138)


(46)

29 yang menyatakan bahwa isi tes harus sesuai dengan isi kurikulum yang sudah diajarkan. Penyusunan soal instrumen tes diawali dengan kisi-kisi soal. Penyusunan kisi-kisi soal tersebut harus memperhatikan setiap indikator yang ingin dicapai. Penilaian terhadap butir tes dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung dengan asumsi bahwa guru tersebut memahami dengan baik mengenai kurikulum SMP. Oleh karena itu, valid atau tidaknya instrumen tes ini didasarkan pada judgment guru tersebut.

2. Reliabilitas (Reliability)

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat di-percaya dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Budiyono (2003:65) bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama apabila pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlaianan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu berlainan. Suatu instrumen dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diinginkan.

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha dalam Sudijono (2008: 208), yaitu:

r = n − 1 1 −n ∑ σ

σ Keterangan:


(47)

30 n = banyaknya butir soal

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

dimana:

= ∑ − ∑

Keterangan :

= varians total = banyaknya data ∑ = jumlah semua data

= jumlah kuadrat semua data

Lebih lanjut Sudijono menjelaskan bahwa dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya menggunakan ketentuan, yaitu apabila r11 ≥ 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji memiliki reliabilitas yang baik. Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen pada tes 1 dan tes ke-2, masing-masing diperoleh reliabilitas 0,783 dan 0,779, yang dapat diin-terpretasikan bahwa reliabilitas instrumen penelitian ini adalah baik.

3. Tingkat Kesukaran (Difficulty)

Menurut Budiyono (2011:30), tingkat kesukaran butir soal menyatakan proporsi banyaknya peserta yang menjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh peserta tes. Untuk mengetahui indeks tingkat kesukaran instrumen tes digunakan rumus sebagai berikut.


(48)

31

= ̅

dengan

P = indeks tingkat kesukaran butir tes ke-i ̅ = rata-rata skor butir tes

Smaks = skor maksimum untuk butir tersebut

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir tes digunakan tolak ukur sebagai berikut.

Tabel 3.1. Kategori Tingkat Kesukaran Butir Tes

Indeks Tingkat kesukaran Kategori Butir Tes

0,00 ≤ P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

(Budiyono, 2011:40) Berdasarkan perhitungan hasil tes uji coba tes ke-1 yang dilakukan pada siswa kelas VIII-C SMP Negeri 8 Bandar Lampung, diketahui bahwa pada nomor 1a, 1b, dan 6 memiliki tingkat kesukaran mudah, nomor 1c, 2, 3a, 3b, 5, dan 7 memiliki tingkat kesukaran sedang, dan nomor 1d dan 4 memiliki tingkat kesukaran yang sukar. Rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba tes ke-1 dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Selanjutnya untuk hasil uji coba tes ke-2 yang dilakukan pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 8 Bandar Lampung, diperoleh bahwa pada soal nomor 1a, 1b, 2, 3, dan 7 memiliki tingkat kesukaran mudah, sedangkan pada soal nomor 4, 5a, 5b, 6, dan 8 memiliki tingkat kesukaran sedang. Rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba tes ke-2 dapat dilihat pada Tabel 3.4.


(49)

32

4. Daya Pembeda (Discrimination Power)

Budiyono (2003:65) mengemukakan bahwa semua butir dari suatu instrumen harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pem-beda butir soal dalam penelitian ini adalah dengan menghitung perpem-bedaan dua buah rata-rata (mean), yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk tiap-tiap butir.

Perhitungan daya pembeda soal uraian dapat menggunakan rumus yang Karno To (dalam Noer, 2010: 23), yaitu:

= −

Keterangan:

DP = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Lebih lanjut, hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan berdasarkan kla-sifikasi yang tertera dalam tabel berikut.


(50)

33 Tabel 3.2. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif ≤ DP ≤ 0,10 Sangat Buruk

0,10 ≤ DP ≤ 0,19 Buruk

0,20 ≤ DP ≤ 0,29 Kurang Baik

0,30 ≤ DP ≤ 0,49 Baik

DP ≥ 0,50 Sangat Baik

Soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,30.

Berdasarkan perhitungan tes uji coba diperoleh daya pembeda sebagai berikut: Untuk daya pembeda uji coba tes ke-1, nomor 1a dan 7 memiliki daya pembeda sangat buruk, nomor 1b memiliki daya pembeda buruk, nomor 1d, 2,3a, 3b, 4, 5, dan 6 memiliki daya pembeda baik sedangkan nomor 1c memiliki daya pembeda sangat baik. Rekapitulasi hasil uji coba tes ke-1 dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-1

Nomor

soal Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda Kesukaran Tingkat

Interpretasi Tingkat Kesukaran

1a 0,06 Sangat buruk 0,89 Mudah

1b 0,11 Buruk 0,91 Mudah

1c 0,50 Sangat baik 0,48 Sedang

1d 0,37 Baik 0,21 Sukar

2 0,42 Baik 0,62 Sedang

3a 0,41 Baik 0,66 Sedang

3b 0,32 Baik 0,66 Sedang

4 0,31 Baik 0,16 Sukar

5 0,36 Baik 0,66 Sedang

6 0,33 Baik 0,80 Mudah

7 0,09 Sangat buruk 0,47 Sedang

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, terlihat bahwa terdapat beberapa soal, yaitu soal nomor 1a, 1b, dan nomor 7 tidak memenuhi kriteria daya pembeda yang baik sehingga soal tersebut tidak digunakan dalam tes hasil belajar


(51)

34 matematika ke-1. Setelah dilakukan pengecekan kembali, indikator dari soal yang tidak digunakan tersebut telah terwakili oleh nomor soal lainnya sehingga tidak mengurangi keutuhan kisi-kisi soal yang sesuai dengan indikator yang diharapkan dari proses pembelajaran.

Selanjutnya berdasarkan perhitungan hasil uji coba tes ke-2 diketahui bahwa pada nomor 1b dan 5a memiliki daya pembeda sangat buruk, nomor 1 memiliki daya pembeda buruk, nomor 2 dan 7 memiliki daya pembeda kurang baik, dan nomor 3, 4, 5b, 6, dan 8 memiliki daya pembeda yang baik. Rekapitulasi hasil uji coba tes ke-2 dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-2

Nomor

soal Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi Kesukaran Taraf

Interpretasi Taraf Kesukaran

1a 0,11 Buruk 0,93 Mudah

1b 0,02 Sangat buruk 0,96 Mudah

2 0,36 Kurang baik 0,82 Mudah

3 0,31 baik 0,81 Mudah

4 0,45 baik 0,46 Sedang

5a -0,07 Sangat buruk 0,65 Sedang

5b 0,43 baik 0,46 Sedang

6 0,43 baik 0,33 Sedang

7 0,21 Kurang baik 0,73 Mudah

8 0,53 Sangat baik 0,31 Sedang

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, terlihat bahwa terdapat beberapa soal, yaitu soal nomor 1a, 1b, 2, 5a, dan 7 tidak memenuhi kriteria daya pembeda yang baik sehingga soal pada nomor tersebut tidak digunakan dalam tes hasil belajar matematika ke-2. Setelah dilakukan pengecekan kembali, indikator dari soal yang tidak digunakan tersebut telah terwakili oleh nomor soal lainnya


(52)

35 sehingga tidak mengurangi keutuhan kisi-kisi soal yang sesuai dengan indikator yang diharapkan dari proses pembelajaran.

G. Teknik Analisis Data

Efektivitas pembelajaran menyatakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran, yang ditinjau dari dua aspek berikut.

1. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas belajar matematika siswa. Aktivitas belajar matematika siswa ditunjukkan dengan jumlah skor yang diperoleh siswa tersebut yang diperoleh melalui lembar aktivitas siswa yang diisi oleh observer selama pembelajaran. Penentukan pencapaian proses pem-belajaran dilihat dari skor aktivitas belajar matematika siswa apabila tercapai-nya skor minimal 70% siswa aktif.

2. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil belajar matematika siswa.

Hasil belajar matematika ditunjukkan dengan nilai test yang diberikan kepada siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model Group Investi-gation. Penentukan pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari hasil belajar matematika siswa apabila tercapainya kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah minimal 68 yaitu minimal 60% siswa tuntas belajar.

Oleh karena itu, pada penelitian ini pembelajaran dengan model Group Inves-tigation dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria pada tabel berikut.

Tabel 3.5. Kriteria Pencapaian Efektivitas Pembelajaran

Aspek Kriteria Pencapaian Efektivitas Kesimpulan

Aktivitas Siswa ≥ 70% siswa aktif

Model Pembelajaran Efektif Hasil Belajar ≥ 60% siswa tuntas belajar


(53)

36 Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Teknik Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang telah diisi oleh observer yang selanjutnya disajikan dalam persentase. Siswa mendapat tanda check list (√) atau skor 1 jika melakukan aktivitas yang relevan terhadap pembelajaran. Se-baliknya, siswa mendapat tanda silang (X) atau skor 0 jika tidak melakukan aktivitas yang relevan terhadap pembelajaran.

Persentase aktivitas siswa saat pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

% =∑ × 100%

Keterangan :

% = persentase aktivitas siswa

∑ = jumlah aktivitas siswa- dalam lima pertemuan = jumlah skor maksimal dalam lima pertemuan

Siswa dikatakan aktif apabila persentase skor aktivitas yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 65%.

Pengujian pencapaian kriteria efektivitas dilakukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor aktivitas sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.


(54)

37 Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

= ( − )

Keterangan:

= frekuensi yang diamati = frekuensi yang diharapkan.

Sudjana (2005: 293) Kriteria uji: terima H0 jika < dengan taraf nyata 5%. Jika po-pulasi berdistribusi normal maka dapat dilakukan uji proporsi menggunakan uji-z.

b. Uji Proporsi

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut. H0 :

< 0,70 (persentase siswa aktif < 70%)

H1 :

≥ 0,70 (persentase siswa aktif ≥ 70%) Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

= − 0,70

0,70(1 − 0,70)/ Keterangan:

x = banyaknya siswa aktif

n = jumlah sampel

0,70 = proporsi siswa aktif yang diharapkan


(55)

38 Kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5 diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 - α).

2. Teknik Analisis Data Hasil Belajar Matematika Siswa

Hasil belajar siswa dilihat dari nilai hasil belajar matematika siswa setelah diadakan tes. Dari nilai tersebut, siswa dikatakan tuntas belajar apabila mem-peroleh nilai hasil belajar ≥ 68. Pengujian pencapaian kriteria efektivitas dila-kukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor hasil belajar sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dikarenakan data yang berdistribusi normal akan lebih mudah untuk menyajikannya dalam bentuk membedakan, mencari hubungan, atau meramalkannya.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

= ( − )

Keterangan:

= frekuensi yang diamati = frekuensi yang diharapkan.


(56)

39 Kriteria uji : terima H0 jika < dengan taraf nyata 5%. Jika po-pulasi berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji proporsi dengan meng-gunakan uji-z.

Sudjana (2005: 293)

b. Uji Proporsi

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut. H0 :

< 0,60 (persentase siswa tuntas belajar < 60%) H1 :

≥ 0,60 (persentase siswa tuntas belajar ≥ 60%) Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

= − 0,60

0,60(1 − 0,60)/ Keterangan:

x = banyaknya siswa tuntas belajar

n = jumlah sampel

0,60 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5 dipilih dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α).


(1)

matematika ke-1. Setelah dilakukan pengecekan kembali, indikator dari soal yang tidak digunakan tersebut telah terwakili oleh nomor soal lainnya sehingga tidak mengurangi keutuhan kisi-kisi soal yang sesuai dengan indikator yang diharapkan dari proses pembelajaran.

Selanjutnya berdasarkan perhitungan hasil uji coba tes ke-2 diketahui bahwa pada nomor 1b dan 5a memiliki daya pembeda sangat buruk, nomor 1 memiliki daya pembeda buruk, nomor 2 dan 7 memiliki daya pembeda kurang baik, dan nomor 3, 4, 5b, 6, dan 8 memiliki daya pembeda yang baik. Rekapitulasi hasil uji coba tes ke-2 dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-2 Nomor

soal Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi Kesukaran Taraf

Interpretasi Taraf Kesukaran

1a 0,11 Buruk 0,93 Mudah

1b 0,02 Sangat buruk 0,96 Mudah

2 0,36 Kurang baik 0,82 Mudah

3 0,31 baik 0,81 Mudah

4 0,45 baik 0,46 Sedang

5a -0,07 Sangat buruk 0,65 Sedang

5b 0,43 baik 0,46 Sedang

6 0,43 baik 0,33 Sedang

7 0,21 Kurang baik 0,73 Mudah

8 0,53 Sangat baik 0,31 Sedang

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, terlihat bahwa terdapat beberapa soal, yaitu soal nomor 1a, 1b, 2, 5a, dan 7 tidak memenuhi kriteria daya pembeda yang baik sehingga soal pada nomor tersebut tidak digunakan dalam tes hasil belajar matematika ke-2. Setelah dilakukan pengecekan kembali, indikator dari soal yang tidak digunakan tersebut telah terwakili oleh nomor soal lainnya


(2)

sehingga tidak mengurangi keutuhan kisi-kisi soal yang sesuai dengan indikator yang diharapkan dari proses pembelajaran.

G. Teknik Analisis Data

Efektivitas pembelajaran menyatakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran, yang ditinjau dari dua aspek berikut.

1. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas belajar matematika siswa. Aktivitas belajar matematika siswa ditunjukkan dengan jumlah skor yang diperoleh siswa tersebut yang diperoleh melalui lembar aktivitas siswa yang diisi oleh observer selama pembelajaran. Penentukan pencapaian proses pem-belajaran dilihat dari skor aktivitas belajar matematika siswa apabila tercapai-nya skor minimal 70% siswa aktif.

2. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil belajar matematika siswa.

Hasil belajar matematika ditunjukkan dengan nilai test yang diberikan kepada siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model Group

Investi-gation. Penentukan pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari hasil belajar

matematika siswa apabila tercapainya kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah minimal 68 yaitu minimal 60% siswa tuntas belajar.

Oleh karena itu, pada penelitian ini pembelajaran dengan model Group Inves-tigation dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria pada tabel berikut.

Tabel 3.5. Kriteria Pencapaian Efektivitas Pembelajaran

Aspek Kriteria Pencapaian Efektivitas Kesimpulan Aktivitas Siswa ≥ 70% siswa aktif

Model Pembelajaran Efektif Hasil Belajar ≥ 60% siswa tuntas belajar


(3)

Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Teknik Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang telah diisi oleh observer yang selanjutnya disajikan dalam persentase. Siswa mendapat tanda check list (√) atau skor 1 jika melakukan aktivitas yang relevan terhadap pembelajaran. Se-baliknya, siswa mendapat tanda silang (X) atau skor 0 jika tidak melakukan aktivitas yang relevan terhadap pembelajaran.

Persentase aktivitas siswa saat pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

% =∑ × 100%

Keterangan :

% = persentase aktivitas siswa

∑ = jumlah aktivitas siswa- dalam lima pertemuan = jumlah skor maksimal dalam lima pertemuan

Siswa dikatakan aktif apabila persentase skor aktivitas yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 65%.

Pengujian pencapaian kriteria efektivitas dilakukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor aktivitas sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.


(4)

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

= ( − )

Keterangan:

= frekuensi yang diamati = frekuensi yang diharapkan.

Sudjana (2005: 293) Kriteria uji: terima H0 jika < dengan taraf nyata 5%. Jika po-pulasi berdistribusi normal maka dapat dilakukan uji proporsi menggunakan uji-z.

b. Uji Proporsi

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut. H0 :

< 0,70 (persentase siswa aktif < 70%)

H1 :

≥ 0,70 (persentase siswa aktif ≥ 70%)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

= − 0,70

0,70(1 − 0,70)/ Keterangan:

x = banyaknya siswa aktif

n = jumlah sampel

0,70 = proporsi siswa aktif yang diharapkan


(5)

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5

diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 - α).

2. Teknik Analisis Data Hasil Belajar Matematika Siswa

Hasil belajar siswa dilihat dari nilai hasil belajar matematika siswa setelah diadakan tes. Dari nilai tersebut, siswa dikatakan tuntas belajar apabila mem-peroleh nilai hasil belajar ≥ 68. Pengujian pencapaian kriteria efektivitas dila-kukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor hasil belajar sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dikarenakan data yang berdistribusi normal akan lebih mudah untuk menyajikannya dalam bentuk membedakan, mencari hubungan, atau meramalkannya.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

= ( − )

Keterangan:

= frekuensi yang diamati = frekuensi yang diharapkan.


(6)

Kriteria uji : terima H0 jika < dengan taraf nyata 5%. Jika po-pulasi berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji proporsi dengan meng-gunakan uji-z.

Sudjana (2005: 293)

b. Uji Proporsi

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut. H0 :

< 0,60 (persentase siswa tuntas belajar < 60%) H1 :

≥ 0,60 (persentase siswa tuntas belajar ≥ 60%) Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

= − 0,60

0,60(1 − 0,60)/ Keterangan:

x = banyaknya siswa tuntas belajar

n = jumlah sampel

0,60 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5

dipilih dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α).


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 20 55

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 14 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 8 31

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP N 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 31

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 66

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 63

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 9 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 15 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (Studi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 53

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 14 48

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TIPE GI DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Banyak Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 137