Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

3. “Kajian Atas Landreform Dalam Rangka Pembangunan Hukum Ekonomi Indonesia”, oleh Herman S, Nim: 9733101004. Permasalahan yang diangkat: a. Bagaimana kontribusi landreform terhadap pembangunan hukum ekonomi? b. Mengapa program landreform di Indonesia tidak berjalan dengan baik? c. Bagaimana strategi hukum terhadap pelaksanaan program landreform di Indonesia dalam upaya pembangunan ekonomi?

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi 7 , dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya 8 . Selain itu teori dapat juga didefinisikan adalah suatu konstruksi dialam cita atau ide manusia, dibangun dengan maksud untuk menggambarkan secara reflektif fenomena yang dijumpai di alam pengalaman 9 . Teori berguna untuk mempertajam atau mengkhususkan fakta, berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep dan memperkembangkan defenisi, suatu ikhtiar yang diketahui, kemungkinan prediksi fakta mendatang, memberi petunjuk terhadap kekurangan 10 . 7 J.J.J M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996, hal. 203. 8 Ibid, hal. 216 9 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma Metode dan Dinamika Masalahnya, Jakarta, ELSAM-HUMA, 2002, hal. 184. 10 http: staf . ui.eduinternal Universitas Sumatera Utara Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berfikir dalam penulisan. 11 Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan adanya suatu kerangka teoritis sebagaimana yang dikemukakan oleh Ronny H. Soemitro bahwa untuk memberikan landasan yang mantap pada umumnya setiap penelitian harus selalu disertai dengan pemikiran teoritis. 12 Menurut Kaelan M.S Landasan teori pada suatu penelitian adalah merupakan dasar-dasar operasional penelitian. Landasasan teori pada suatu penelitian adalah bersifat strategis artinya memberikan realisasi pelaksanaan penelitian. 13 Oleh sebab itu kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai kegunaan sebagai berikut: a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya. b. Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi- defenisi. c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtiar dari padahal-hal yang diteliti. d. Teori memberi kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang. 14 11 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung , Mandar Maju, 1994, hal. 80. 12 Ronny H. Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1982, hal. 37. 13 Kaelan M.S, Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat Paradigma bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum dan Seni, Yogyakarta, Paradigma, 2005, hal. 239. 14 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia Press, 1986, hal. 121. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan hal tersebut, maka terdapat beberapa teori yang dipergunakan sebagai pisau analisis dalam tesis ini. Secara konseptual, teori yang dapat dijadikan acuan dalam “Pemecahan Tanah Pertanian Dibawah Batas Minimum Melalui Jual Beli Dikaitkan dengan Penerapan Landreform” adalah dengan menggunakan pendekatan teori tujuan landreform. Landreform merupakan sebuah program yang berisikan redistribusi drastis atas pemilikan dan pendapatan melalui pengorbanan kaum tuan tanah, yang meliputi seluruh atau sebagian dari unsur-unsur; redistribusi jaminan pengaturan pembiayaan yang layak bagi pembelian tanah penyakapan, jaminan penguasaan dan penyakapan tanah yang adil, bimbingan teknis, perkreditan yang baik, pasilitas pemasaran dan lain-lain. 15 Gerakan landreform muncul sebagai akibat tidak adanya keadilan sosial dalam masyarakat petani. Perbedaan kehidupan antara para petani dan tuan-tuan tanah terlalu menyolok sehingga menimbulkan kesadaran dari para petani untuk bangkit dan menuntut keadilan sosial, kemerdekaan dan emansipasi penghargaan yang sama atas dasar kesamaan kedudukan, seperti halnya yang dimiliki oleh para tuan-tuan tanah. Aturan yang menetapkan larangan pemecahan tanah pertanian di bawah batas minimum terdapat pada Pasal 8 juncto Pasal 9 ayat 1 dan 2 Undang- Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960, dengan kualifikasi pelanggaran dan bukan kejahatan, maka karena sifat hakikatnya dalam sejarah kemanusiaan, perbuatan itu menjadi tindak pidana bukan karena kualitas perbuatannya, melainkan hanya akibat dibentuk dan diterapkannya peraturan perundang-undangan oleh penguasa. Perbuatan itu sendiri bukan sesuatu perbuatan yang dalam kesadaran hukum masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang jahat. 15 Suardi, Hukum Agraria, Jakarta, Badan Penerbit Iblam, 2005, hal.105. Universitas Sumatera Utara Oleh karenanya, penataan kembali struktur penguasaan dan pemilikan tanah melalui hukum dan perundang-undangan demikian, yang harus konsisten berpedoman pada asas dalam UUD 1945 dan UUPA. Untuk dapat terlaksananya suatu peraturan perundang-undangan secara efektif, itu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: 16 a. Faktor hukumnya sendiri; b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk hukum menegakkan hukum. c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. d. Faktor masyarakat , yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup. Abdurrahman senada dengan Soerjono Soekanto yang mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan berlakunya undang- undang atau peraturan, yaitu: 17 a. Faktor peraturan hukumnya sendiri baik yang menyangkut sistim peraturannya dalam arti sinkronisasi antara peraturan yang satu dengan yang lainnya, peraturan yang mendukung pelaksanaan peraturan yang bersangkutan dan substansi atau isi dari peraturan tersebut. b. Faktor pelaksanaan dan penegak hukum yang diserahi tugas untuk melaksanakan peraturan tersebut. c. Faktor sarana dan prasarana yang mencakup berbagai fasilitas yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan peraturan tersebut. d. Faktor budaya dan masyarakat setempat banyak mempengaruhi pelaksanaan undang-undang atau peraturan yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut diatas saling berkaitan erat satu sama lain, sebab merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari efektivitas berlakunya undang-undang atau peraturan. Keempat faktor tersebut 16 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hal. 12. 17 Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Jakarta: Akademika Pressindo, 1985, hal. 3. Universitas Sumatera Utara dapat dikaji berdasarkan teori sistem hukum dari Lawrence M. Friedman yang menyatakan: untuk menilai bekerjanya hukum sebagai suatu proses, ada 3 komponen yang harus diperhatikan , yaitu: 1 Legal structure struktur hukum, 2 Legal substance substansi hukum, 3 Legal culture budaya hukum. 18 Dari ketiga komponen-komponen dalam sistem yang saling mempengaruhi satu sama lain tersebut, maka dapat dikaji bagaimana bekerjanya hukum dalam praktek sehari-hari. Hukum merupakan budaya masyarakat, oleh karna itu tidak mungkin mengkaji hukum secara satu atau dua sistem hukum saja, tanpa memperhatikan kekuatan-kekuatan sistem yang ada dalam masyarakat. Suatu Peraturan Pemerintah haruslah dijalankan oleh organ atau struktur yang benar, akan tetapi itu semua akan berjalan dengan efektif apabila didukung oleh budaya hukumnya. Dengan demikian teori sistem hukum ini menganalisa masalah-masalah terhadap penerapan substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum. Ketiga komponen-komponen inilah yang harus dapat dilaksanakan didalam efektifitas penerapan undang-undang terhadap Pemecahan Tanah Pertanian Dibawah Batas Minimim sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kerangka Konsepsi