D. Teori Belajar yang Mendukung Terhadap Penerapan Model Discovery
Learning 1.
Teori belajar Bruner
Belajar merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang untuk mengembangkan potensinya. Dalam memandang proses belajar, Bruner dalam
Budiningsih, 2012, hlm. 41 menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Ia mengatakan bahwa “Proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya”. Selain itu, Bruner juga mengemukakan
tentang teori pembelajaran dalam Budiningsih, 2012, hlm. 17 bahwa “Teori
pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar, atau bagaimana mengontrol variabel-variabel yang
dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan bela jar”.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap siswa akan dapat dengan mudah untuk memahami suatu materi dalam belajarnya jika materi
tersebut dimanifestasikan dalam contoh-contoh yang ada di sekitarnya dengan kata lain dikatikan dengan hal yang telah siswa jumpai dalam kehidupannya.
Dalam belajar tentu siswa melalui pembelajaran yakni proses dari belajar itu sendiri, cara bagaimana pengetahuan bisa sampai pada siswa, bisa secara langsung
dari guru melalui ceramah, atau melalui pengalamannya secara langsung melalui pengamatan atau percobaan dengan berdiskusi sesama temannya.
2. Teori belajar Piaget
Belajar merupakan proses seseorang untuk mencapai suatu kompetensi dengan tahapan-tahapan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Piaget
dalam Budiningsih, 2012, hlm. 36 “Proses belajar seseorang akan mengikuti
pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan
seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berbeda di luar tahapan kognitifnya”. Adapun lebih rinci Piaget dalam Suyono Hariyanto, 2011, hlm. 84
menjelaskan tentang anak mulai usia 11 tahun dan seterusnya termasuk tahap operasional formal bahwa
Sejak tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai ide, mereka sudah mampu memikirkan berbagai alternatif pemecahan
masalah. Mereka sudah dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Mereka telah mampu menyusun hipotesis
serta membuat kaidah mengenai hal-hal ang bersifat abstrak.
Karena perkembangan kognitif seseorang telah terstruktur dengan tahap- tahap tertentu. Maka, guru saat melaksanakan pembelajaran terhadap murid harus
sesuai dengan tahap perkembangannya jika tidak maka, siswa bisa mengalami gangguan atau ketidakberaturan seperti berbicara terputus-putus atau berbelit-
belit. Siswa kelas V rata-rata berusia 11 tahun, maka mereka telah memasuki tahap operasional formal. Mereka sudah bisa dibimbing untuk merumuskan suatu
masalah serta menarik hipotesis dari hasil perumusan masalah tersebut.
3. Teori belajar konstruktivisme
Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun, mengkonstruksikan
pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat hidup. Setiap orang akan menciptakan hukum dan model mentalnya sendiri, yang dipergunakan untuk
menafsirkan dan menerjemahkan pengalaman belajar. Dengan demikian, pengalaman belajar semata-mata sebagai suatu proses pengaturan model mental
seseorang untuk mengakomodasi pengalam-pengalaman baru Suyono dan Hariyanto, 2011.
4. Teori belajar sosial Albert Bandura