Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Penelitian Terdahulu

14 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang bagaimana hubungan antara karakteristik petani peternak sapi dengan kinerja penyuluh di daerah penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu diteliti adalah: 1. Bagaimana perkembangan ternak sapi potong 5 tahun terakhir di Kabupaten Langkat? 2. Bagaimana karakteristik petani peternak sapi potong? 3. Bagaimana kinerja penyuluhan didaerah penelitian? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik petani peternak dengan kinerja penyuluhan didaerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah : 1. Untuk menetahui perkembangan ternak sapi potong 5 tahun terakhir di Kabupaten Langkat. 2. Untuk mengetahui karakteristik petani peternak sapi potong. 3. Untuk mengetahu kinerja penyuluhan didaerah penelitian. 4. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik petani peternak dengan kinerja penyuluhan didaerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi bagi peternak dalam melakukan usaha ternak sapi potong. Universitas Sumatera Utara 15 2. Bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai usaha ternak sapi potong, serta sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan menyangkut usaha ternak sapi potong. 3. Sebagai bahan informasi bagi puhak-pihak yang membutuhkan. 4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Petani Peternak Sapi Petani peternak merupakan orang yang melakukan kegiatan mengembangbiakkan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kegiatan tersebut. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip- prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang di kombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau, dan kuda. Sedangkan kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci, dan lain-lain. Berbagai faktor kendala yang mempengaruhi perkembangan peternakan adalah faktor ekologis, biologis dan sosial ekonomis. Faktor ekologis termasuk keadaan tanah dan iklim, biologis meliputi Genotype ternak reproduksi dan sifat adaptasi, dan pakan ternak penyakit dan parasit. Faktor-faktor sosial ekonomis termasuk ketersediaan tenaga kerja dan keterampilan pelaku-pelaku peternakan, kesukaan konsumen dan pendapatannya, ketersediaan modal, infrastruktur pasar, kebijaksanaan perdagangan dan harga serta penguasaan tanah Yasin dan Dilaga, 1993. Universitas Sumatera Utara 17 Menurut Soeprapto dan Abidin 2006, ada beberapa permasalahan yang masih terjadi pada peternak di Indonesia : • Produktifitas rendah • Populasi rendah • Pasokan sapi bakalan tidak stabil • Pasokan pakan ternak belum mencukupi • Pengetahuan tentang teknologi peternakan masih rendah • Perkawinan tidak terkontrol Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang telah dialami oleh petani. Petani yang berpengalaman dalam menghadapi hambatan-hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya. Lain halnya dengan petani yang belum atau kurang pengalaman, dimana akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan hambatan-hambatan tersebut. Semakin banyak pengalaman petani maka diharapkan produktifitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakan usahataninya akan semakin baik dan sebaliknya jika petani tersebut belum atau kurang berpengalaman akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan Hasan,I.2000.

2.1.2 Penyuluh Peternakan

Penyuluhan peternakan adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah pendidikan non formal untuk petani dan keluarganya dengan tujuan agar mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan bidang profesinya serta mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraannya sendiri dan masyarakatnya. Kata-kata mampu dan Universitas Sumatera Utara 18 sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan profesinya mengandung arti bahwa penyuluhan pertanian harus bertujuan membuat petani sanggup berkorban demi pembangunan nasional. Penyuluh adalah penghubung atau saluran atau jembatan antara lembaga penelitian dengan rakyat tani atau sebaliknya dari rakyat tani kelembaga-lembaga penelitian. Sebagai penghubung penyuluh bertugas menyebar luaskan kepada peternak keterangan yang berguna, cara-cara yang praktis dan efisien dalam bidang peternakan, dan mengumpulkan persoalanbahan-bahan yang berasal dari peternak untuk dipecahkan oleh jawatan penyuluh atau diteruskan kelembaga-lembaga penelitian Ginting,M,2008. Penyuluh sebagai kegiatan pendidikan melibatkan pengajar penyuluh, change agent, pesanbahan pelajaran inovasiteknologi baru, mediasaluran yang digunakan, peserta kelompok, massa, fasilitas fisik, sosial, ekonomi, budaya serta suasana lingkungan tempat pendidikan diselenggarakan dan lain sebagainya Slamet, 2003. Kartasapoetra 1987, menyatakan bahwa metode pendekatan dalam penyuluhan terdiri atas: 1. Metode Pendekatan Perorangan Penyuluh melakukan hubungan atau pendekatan secara langsung atau tidak langsung kepada sasaranseorang petani melalui dialog langsung, kunjungan kerumah petani home visit, kunjungan kesawahladang petani farm visit, anjangsana, surat menyurat, dan hubungan telepon. Metode ini sangat efektif, tetapi banyak menyita waktu, oleh karena itu sebaikya dilakukan oleh penyuluh dalam keadaan senggang atau banyak waktu. Universitas Sumatera Utara 19 2. Metode Pendekatan Kelompok Pendekatan dilakukan melalui kelompok tani dengan membimbing dan mengarahkan anggota kelompok untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu yang lebih produktif secara berkelompok. Metode ini dapat dilakukan dengan diskusi, saling tukar pendapat, pengalaman dan demonstrasi. Kursus, karyawisata, perlombaan kelompok dan kegiatan lainnya yang bersifat kelompok. Metode pendekatan kelompok biasanya lebih berdaya guna dan berhasil guna serta hasilnya lebih mantap. 3. Metode Pendekatan Massal Metode pendekatan massal secara penyampaian informasi sangat baik, tetapi tingkat keberhasilannya kurang efektif, karena hanya dapat menimbulkan kesadaran dan minat sasaran saja. Bila dilakukan dengan baik dan menarik sasaran terhadap suatu yang lebih menguntungkan. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan media surat kabar koran, majalahbrosur pertanian, radio televisi, film, slide dan media lainnya. Untuk mementapkan tujuan agar tercapai, maka perlu dilanjutkan dengan pendekatan kelompok atau perorangan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dijadikan rujukan mengenai ternak sapi potong adalah penelitian yang dilakukan oleh Bahua M 2011 dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Peternak Sapi Perah Dalam Penyuluhan. Dimana, hasil penelitian menyatakan bahwa karakteristik peternak yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan dan pengalaman usaha mempengaruhi partisipasi peternak dalam penyuluhan. Semakin tinggi umur, Universitas Sumatera Utara 20 tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan dan pengalaman usaha menyebabkan partisipasi peternak dalam penyuluhan semakin menurun. Peternak mempunyai alternatif lain dalam memperoleh sumber informasi selain mengikuti penyuluhan. Menurut peternak, penyuluhan yang ada sekarang ini sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan peternak yang semakin spesifik dan kompleks. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saragih Ardi 2006, dengan judul Hubungan Antara Karakteristik dan Keaktifan Komunikasi dengan Prilaku Agribisnis menyatakan bahwa terdapat hubungan yang tinggi antara karakteristik dengan prilaku agribisnis. Aspek sikap banyak memiliki hubungan tinggi dengan jumlah tanggungan. Aspek pengetahuan banyak memiliki hubungan tinggi dengan umur, jumlah tanggungan dan pola usaha. Sementara aspek tindakan banyak memiliki hubungan keeratan tinggi pada kepemilikan usaha. 2.3 Landasan Teori 2.3.1 Karekteristik Peternak