Hubungan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari tahun 2011/2012.

(1)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI

BABARSARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

Yulius Dwi Siswanto

Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui bagaimana pola asuh orang tua demokratis di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (2) Mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (3) Mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (4) Mengetahui besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tingkat korelasi. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 38 siswa. Alat pengumpulan data berupa angket dan nilai rapor siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi serial dengan taraf signifikansi 1%.

Hasil penelitian : (1) Pola asuh orang tua demokratis rendah sebesar 5,26%, sedang sebesar 39,47%, dan tinggi sebesar 55,26%. (2) Prestasi belajar siswa rendah sebesar 50%, sedang sebesar 36,84%, dan tinggi sebesar 13,16%. (3) Pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan nilai r = 0,413 dan signifikan pada taraf 1%. (4) pola asuh orang tua demokratis memberi sumbangan 38,44% terhadap prestasi belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012. Orang tua diharapkan menerapkan pola asuh demokratis agar siswa memiliki prestasi belajar yang baik.


(2)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF THE PATTERN OFDEMOCRATIC PARENTING ON THE PRIMARY VI LEARNING ACHIEVEMENT AT

SEKOLAH DASAR NEGERI BABARSARI SCHOOL YEAR 2011/2012.

Yulius Dwi Siswanto

Sanata Dharma University

2012

This study aimed to: (1) Knowing how the pattern ofdemocraticparenting at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (2) Knowing how primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (3) knowing there any relation between the pattern of democratic parenting and primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (4) knowing the contribution the pattern ofdemocraticparenting on primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012.

This type of research is a descriptive study of correlation level. Research subjects are primary IV at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, which amounted to 38 students. Data collection tools is questionnaires and the student value report. Data analysis techniques used serial correlation technique with 1% significance level.

Results of the study: (1) the pattern ofdemocraticparentinglow by5.26%,

medium by39.47%, and higher by55.26%. (2)low studentachievement by 50%,

medium by36.84%, andhigher by13.16%. (3)the pattern ofdemocraticparenting hada positiveand significant on thestudent achievementwithvaluer =0.413and significant at1% level. (4) the pattern ofdemocraticparenting contribute38.44%

ofstudent achievement. Soit can be concludedthe pattern ofdemocraticparenting hada positiveand significant impact on primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012. Parents are expectedto applythe pattern ofdemocraticparenting in order to the studentshadgood learningachievement.


(3)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR

NEGERI BABARSARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

Yulius Dwi Siswanto

NIM: 081134031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

i

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR

NEGERI BABARSARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

Yulius Dwi Siswanto

NIM: 081134031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu mengingatkan ku pada jalan yang benar,

Ayahku Sebastianus Basyanto dan ibuku Anastasia Sukamtinah,

Kakakku Andreas Eka Fajar Darmawan,

Sahabat baikku Agustinus Dhimas Sugra Cahyono yang selalu membantuku dalam memperbaiki skripsi ku ini,

Zita Wigandari Bedewoda atas perhatiannya,


(8)

v

HALAMAN MOTTO

Kesempatan tidak hanya datang satu kali tapi akan datang berkali-kali, jadi jangan mudah putus asa jika mengalami kegagalan, harus tetap semangat dan buktikan


(9)

(10)

(11)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI

BABARSARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

Yulius Dwi Siswanto

Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui bagaimana pola asuh orang tua demokratis di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (2) Mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (3) Mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, (4) Mengetahui besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tingkat korelasi. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 38 siswa. Alat pengumpulan data berupa angket dan nilai rapor siswa. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi serial dengan taraf signifikansi 1%.

Hasil penelitian : (1) Pola asuh orang tua demokratis rendah sebesar 5,26%, sedang sebesar 39,47%, dan tinggi sebesar 55,26%. (2) Prestasi belajar siswa rendah sebesar 50%, sedang sebesar 36,84%, dan tinggi sebesar 13,16%. (3) Pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan nilai r = 0,413 dan signifikan pada taraf 1%. (4) pola asuh orang tua demokratis memberi sumbangan 38,44% terhadap prestasi belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua demokratis memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas VI di Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012. Orang tua diharapkan menerapkan pola asuh demokratis agar siswa memiliki prestasi belajar yang baik.


(12)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF THE PATTERN OFDEMOCRATIC PARENTING ON THE PRIMARY VI LEARNING ACHIEVEMENT AT

SEKOLAH DASAR NEGERI BABARSARI SCHOOL YEAR 2011/2012.

Yulius Dwi Siswanto

Sanata Dharma University

2012

This study aimed to: (1) Knowing how the pattern ofdemocraticparenting at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (2) Knowing how primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (3) knowing there any relation between the pattern of democratic parenting and primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, (4) knowing the contribution the pattern ofdemocraticparenting on primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012.

This type of research is a descriptive study of correlation level. Research subjects are primary IV at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012, which amounted to 38 students. Data collection tools is questionnaires and the student value report. Data analysis techniques used serial correlation technique with 1% significance level.

Results of the study: (1) the pattern ofdemocraticparentinglow by5.26%,

medium by39.47%, and higher by55.26%. (2)low studentachievement by 50%,

medium by36.84%, andhigher by13.16%. (3)the pattern ofdemocraticparenting hada positiveand significant on thestudent achievementwithvaluer =0.413and significant at1% level. (4) the pattern ofdemocraticparenting contribute38.44%

ofstudent achievement. Soit can be concludedthe pattern ofdemocraticparenting hada positiveand significant impact on primary IV achievement at Sekolah Dasar Negeri Babarsari school year 2011/2012. Parents are expectedto applythe pattern ofdemocraticparenting in order to the studentshadgood learningachievement.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya, sehingga penulis skripsi dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012” ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dan memebimbing penulis. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih atas selesainya penulisan skripsi ini, kepada :

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Gregorius Ari Nugrahanta S J.,S. S.,BST., M. A. selaku ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan ijin penelitian, dan telah member jalan, inspirasi, saran, kritik, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis.

4. Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing kedua yang bersedia memberikan bimbingan dan meluangkan waktu guna mengkritisi skripsi penulis sampai selesai.

5. Drs. Y. B. Adimassana, M. A. selaku dosen penguji skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menguji.

6. Segenap Dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 7. Bapak Kepala Sekolah Dasar Negeri Babarsari Yogyakarta yang telah

memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan uji coba dan penelitian.

8. Guru serta siswa kelas VI B SD Negeri Babarsari yang sudah memperkenankan penulis untuk melakukan uji coba


(14)

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Istilah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Pola Asuh Orang Tua ... 6


(16)

xiii

2. Macam Pola Asuh ... 7

3. Keunggulan Pola Asuh Demokratis ... 16

4. Indikator Pola Asuh Demokratis ... 17

B. Prestasi Belajar ... 21

1. Pengertian Prestasi ... 21

2. Pengertian Belajar... 21

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 23

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 24

C. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Demokratis Terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 34

D. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Variabel Penelitian ... 37

C. Devinisi Operasional Variabel ... 38

D. Tempat Penelitian... 39

E. Jadwal Penelitian ... 39

F. Subjek Penelitian ... 40

G. Alat Pengumpulan Data ... 40

1. Angket Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 40

2. Uji Coba Alat Ukur ... 50

3. Teknik Pengumpulan Data ... 55

4. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari ... 61

2. Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari ... 65

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari ... 71

4. Besar Sumbangan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari... 82


(17)

xiv

1. Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 83

2. Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari ... 86

3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari ... 89

BAB V PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal penelitian ... 39

Tabel 3.2 Rincian Jumlah Subjek Penelitian ... 40

Tabel 3.3 Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokrati ... 42

Tabel 3.4 Indikator dan Sebaran Item Pola Asuh Orang Tua Demokratis... 47

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji Validitas ... 52

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Suatu Tes ... 52

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas ... 55

Tabel 3.8 Pengelompokan Skor Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 56

Tabel 3.9 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 58

Tabel 4.1 Pengelompokan Skor Pola Asuh ... 61

Tabel 4.2 Skor Pola Asuh Orang Tua Demokratis Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 62

Tabel 4.3 Data Interval Nilai Prestasi Belajar Siswa ... 66

Tabel 4.4 Prestasi Belajar Siswa ... 66

Tabel 4.5 Skor Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Prestasi Belajar siswa ... 73

Tabel 4.6 Subjek Tiap Kelompok ... 75

Tabel 4.7 Proporsi Individu dalam Setiap Kelompok ... 75

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata dari Setiap Kelompok ... 76

Tabel 4.9 Besar Ordinat ... 76


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap

Prestasi Belajar Siswa ... 34 Gambar 4.1 Diagram Presentase Pola Asuh Orang Tua Demokratis... 65 Gambar 4.2 Diagram Presentase Presentase Prestasi Belajar Siswa... 71


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Pola Asuh Demokratis (uji coba) ... 104

Lampiran 2 Hasil Uji Coba Angket (skor 0 dan 1) ... 112

Lampiran 3 Validitas Indikator dan Sebaran Item Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 117

Lampiran 4 Hasil Analisis Uji Validitas Angket Uji Coba Pola Asuh Orang Tua Demokkratis dengan Program SPSS ... 120

Lampiran 5 Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Uji Coba Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 122

Lampiran 6 Indikator dan Sebaran Item Pola Asuh Orang Tua Demokratis Setelah Uji Coba ... 124

Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Setelah Uji Coba ... 126

Lampiran 8 Angket Kuisioner Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 128

Lampiran 9 Daftar Nilai Rapor Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 132

Lampiran 10 Hasil Angket Penelitian ... 134

Lampiran 11 Hasil Skor Penelitian ... 137

Lampiran 12 Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Penelitian Pola Asuh Orang Tua Demokratis ... 141

Lampiran 13 Skor Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI A SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 143

Lampiran 14 Tabel Nilai-nilai r Product Moment dari Pearson ... 145

Lampiran 15 Tabel Ordinat Pada Kurva Normal ... 147

Lampiran 16 Tabel Nilai-nilai dalam Distribusi t ... 149

Lampiran 17 Surat Ijin Uji Coba ... 151

Lampiran 18 Surat Keterangan Penelitian ... 152


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat

dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup, dan

dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Oleh karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara

keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Kegiatan belajar di rumah tidak

lepas dari peran serta orang tua, hal ini dikarenakan anak usia SD masih

membutuhkan bimbingan dari anggota keluarga, terlebih pada lima mata

pelajaran inti yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan

Kewaeganegaraan (Pkn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), serta Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS). Pada saat melaksanakan kegiatan bimbingan

individu untuk tugas PPL, penulis menemukan beberapa anak SD yang

masih mengalami kesulitan belajar pada lima mata pelajaran inti tersebut.

Dan pola pengasuhan orang tua merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peran setiap anggota

keluarga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar anak

khususnya pada lima mata pelajaran terebut.

Peran anggota keluarga sangat dibutuhkan oleh anak, karena

didalam belajar dipengaruhi oleh factor internal dan factor eksternal.

Anggota keluarga yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar anak

adalah orang tua. Orang tua selalu memantau dan memberikan pengasuhan


(22)

menjadi oaring baik dan berahasil dikemudian hari. Pola asuh yang tepat,

akan menjadikan seorang anak menjadi baik secara rohani maupun

jasmani.Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis akan

menumbuhkan anak yang peduli terhadap sesama, ceria, dan memiliki

prestasi yang baik.

Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Cicilia Oktarina

Wijayanti yang melakukan penelitian untuk mengetahui besar sumbangan

pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas V

Sekolah Dasar Kanisius Demangan Baru tahun pelajaran 2010/2011.

Ternyata sumbangan pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi

belajar siswa kelas V SD Kanisius Demangan Baru sebesar 79,9%. Maka

dapat dinyatakan bahwa pola asuh orang tua demokratis memiliki peran

penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Dan berdasarkan

wawancara yang saya lakukan pada guru kelas VI A di SD Negeri

babarsari, guru kelas tersebut mengatakan bahwa peran orang tua sangat

berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Ini dapat dilihat dari nilai-nilai

latihan ujian siswa yang pertama kali dilakukan, yang menghasilkan lebih

dari 50% siswa tidak lulus. Setelah itu pihak sekolah mengadakan

pertemuan bersama orang tua/wali dari siswa-siswa kelas VI A. Dan

setelah diadakan pertemuan dan diberikan pengarahan-pengarahan ternyata

hasil dari latihan ujian yang kedua meningkat menjadi 65% dari 38 siswa.

Berdasarkan penelitian dan wawancara tersebut maka peneliti juga

akan melakukan penelitian di SDN Babarsari untuk mengetahui besar


(23)

Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang :

Hubungan Pola asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar

Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran

2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan

diselidiki oleh penulis yaitu :

1. Bagaimanakah kondisi Pola Asuh orang tua demokratis siswa kelas VI

Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ?

2. Bagaimanakah kondisi prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar

Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 ?

3. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua demokratis terhadap

prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun

Pelajaran 2011/2012 ?

4. Seberapa besar sumbangan pola asuh demokratis terhadap prestasi

belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran

2011/2012 ?

C. Batasan Istilah

Batasan istilah pada penelitian ini yaitu pola asuh orang tua

demokkratis dan prestasi belajar siswa. Berikut ini merupakan penjelasan

dari pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa :

a. Pola asuh orang tua demokratis merupakan pola asuh yang dimana

orang tua mengajarkan anak untuk belajar menjadi orang yang mampu


(24)

Walaupun orang tua masih membatasi tingkah laku mereka secara

wajar pada setiap tingkah laku anak. Dengan menerapkan pola asuh

yang demokratis anak akan merasa dirinya menjadi pribadi yang

dianggap keberadaanya. Dan anak akan brorientasi tinggi pada prestasi

belajarnya.

b. Prestasi belajar merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa

meliputi penguasaan akademik maupun keterampilan yang diukur

melalui tes dan dinyatakan dalam bentuk angka maupun symbol dalam

rapor yang telah dicapai anak dalam periode tertentu.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan guna mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana kondisi pola asuh orang tua demokratis siswa

kelas VI SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Mengetahui kondisi prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar

Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Mengetahui adakah hubungan antara pola asuh orang tua demokratis

terhadap prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Babarsari Tahun

Pelajaran 2011/2012.

4. Mengetahui seberapa besar sumbangan pola asuh orang tua demokratis

terhadap prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri babarsari Tahun


(25)

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta

pengalaman tentang pola pengasuhan orang tua yang dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu bahan

referensi unutk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan


(26)

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang tua

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (1998:1088), pola berarti corak, model, sistem,

cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap.Sedangkan kata .asuh dapat berati

menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu;

melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan

menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1998:96) kata asuh adalah mencakup segala aspek yang

berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan

sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat. Menurut

Ahmadi (1991:14) menyatakan bahwa pola asuh merupakan interaksi anak

dan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta

melindumgi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan

norma-norma yang ada dalam masyarakat. Jadi pola asuh orang tua adalah suatu

keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua

bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku,

pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua,

agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan


(27)

2. Macam-Macam Pola Asuh

Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik

anak, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara

satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Di antaranya adalah sebagai

berikut : Zahara dan Lisma (1991:87-90) menggolongkan pengelolaan

anak ke dalam tiga macam pola, yaitu :

a. Pola asuh Demokratis

Menurut Gunarsa (2004:280-281) pola asuh demokratis merupakan

pola asuh dimana anak selalu dilibatkan dalam urusan keluarga

maupun dalam urusan anak itu sendiri. Orang tua demokratis

menekankan, norma-norma serta nilai-nilai namun mereka bersedia

untuk mendengarkan, memberi penjelasan serta bernegosiasi dengan

anak. Orang tua demokratis menyatakan kekecewaan pada anak tidak

dengan tindakan fisik melainkan dengan tindakan verbal, hal ini

dilakukan karena dianggap lebih efektif dan dapat memotivasi anak

untuk bertindak lebih hati-hati di dalam melakukan sesuatu. Di dalam

keluarga anak merasa bahwa suasana rumah begitu nyaman, penuh

dengan kehangatan, serta anak akan memiliki sikap untuk

menghormati orang lain.

b. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter merupakan suatu pola asuh di mana orang tua


(28)

supaya anak dapat memenuhi apa yang diinginkan oleh orang tua.

Anak yang mendapatkan pola pengasuhan otoriter dari orang tuanya

akan menjadi anak yang canggung dalam bergaul, selalu tegang,

bimbang dan bahkan menjadi labil (Kartono, 1985:22).

c. Pola Asuh Laissez-faire

Pola asuh laissez-faire merupakan pola pengasuhan yang

membiarkan anak, di mana orang tua memberikan kebebasan secara

mutlak terhadap anak tanpa memberikan bimbingan. Anak yang

mendapatkan pola pengasuhan seperti ini akan menjadi anak yang

kurang bisa mengontrol dirinya sendiri, hal ini dikarenakan kurangnya

kepedulian dari orang tuanya. Anak juga akan merasa bahwa hidup

mereka tidak ada artinya lagi bagi keluarga mereka atau orang tua

mereka.

Drs. H. Abu Ahmadi (1991:24-26) mengemukakan bahwa,

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fels Research Institute,

corak hubungan orang tua anak dapat dibedakan menjadi tiga pola,

yaitu :

1. Pola menerima menolak, pola ini didasarkan atas taraf kemesraan

orang tua terhadap anak.

2. Pola memiliki melepaskan, pola ini didasarkan atas sikap protektif


(29)

overprotektif dan memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan

anak sama sekali.

3. Pola demokrasi otokrasi, pola ini didasarkan atas taraf partisifasi

anak dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola

otokrasi berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak,

sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas-batas tertentu, anak

dapat berpartisifasi dalam keputusan-keputusan keluarga.

Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas,

penulis hanya akan mengemukakan tiga macam saja, yaitu pola asuh

otoriter, demokratis dan permisif. Hal tersebut dilakukan dengan

tujuan agar pembahasan menjadi lebih terfokus dan jelas. Selain itu,

ketiga pola asuh tersebut secara teoritis lebih dikenal bila

dibandingkan dengan yang lainnya.

1. Otoriter

Menurut Singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D.

Gunarsa (2004:276-280) pola asuh otoriter adalah suatu bentuk

pola asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap

semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua tanpa ada

kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya

sendiri.

Menurut Stewart dan Koch (1983:203), orang tua yang


(30)

a. Kaku

b. Tegas

c. Suka menghukum

d. Kurang ada kasih sayang serta simpatik.

e. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai

mereka, serta mencoba membentuk lingkah laku sesuai

dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang

keinginan anak.

f. Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan

kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian.

g. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti

anak dewasa.

Dalam penelitian Walters (dalam Lindgren 1976: 306)

ditemukan bahwa orang yang otoriter cenderung memberi

hukuman terutama hukuman fisik. Sementara itu, menurut

Sutari Imam Barnadib (1986: 24) dikatakan bahwa orang tua

yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk

mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan-

perasaannya.

Sedangkan menurut Sri Mulyani Martaniah (1964: 16-18)

pola asuh orang tua otoriter adalah :

a. Orang tua amat berkuasa terhadap anak.

b. Memegang kekuasaaan tertinggi serta mengharuskan anak


(31)

c. Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol

dengan ketat.

Dampak yang terjadi pada anak jika orang tuanya

menerapkan pola asuh otoriter antara lain adalah :

a. Di rumah anak memperlihatkan perasaan dengan penuh rasa

takut, merasa tertekan, kurang pendirian, mudah

dipengaruhi, dan sering berbohong, khususnya pada orang

tua sendiri.

b. Anak tidak berani mengeluarkan pendapatnya.

c. Anak sangat tergantung pada orang lain dan kurang berterus

terang.

d. Anak pasif dan kurang sekali berinisiatif dan spontanitas,

baik di rumah maupun di sekolah sebab anak biasa

menerima saja dari orang tuanya seperti motivasi untuk

belajar kurang sekali sebelum pelajaran itu diterangkan

sejelas-jelasnya oleh guru.

e. Tidak percaya pada diri sendiri karena anak terbiasa

bertindak harus mendapat persetujuan orang tuanya.

f. Karena perlakuan orang tua yang selalu kasar menjadikan

anak sulit berhubungan dengan orang lain. Hal itu

disebabkan pula ada rasa bersalah dalam diri anak dan takut

mendapat hukuman dari oarang tuanya. Hal ini juga

menimbulkan kesulitan bagi anak dalam belajar. Anak akan


(32)

karena dia berkomunikasi secara kaku. Selain itu anak

mendapat kesulitan dalam mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler sebab di dalam dirinya muncul kebekuan

dari segala bentuk kreatifitas.

g. Di luar rumah anak cenderung menjadi agresif, yaitu suka

berkelahi dan mengganggu teman karena di rumah dikekang

dan ditekan

h. Anak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dalam hal apa

saja sebab dia tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri.

i. Anak merasa rendah diri dan tidak berani memikul suatu

tanggung jawab.

j. Anak bersifat pesimis, cemas, dan putus assa.

k. Anak tidak mempunyai pendirian yang tetap karena mudah

terpengaruh oleh teman-temannya.

2. Pola Asuh Demokratis

Baumrind & Black (dalam Hanna Wijaya, 1986: 80) dari

hasil penelitiannya menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang

tua yang demokratis akan menumbuhkan keyakinan dan

kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri

membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku

mandiri yang bertanggung jawab.

Stewart dan Koch (1983: 219) menyatakan bahwa pola


(33)

a. Bahwa orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban

dan hak antara orang tua dan anak.

b. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi

anakanaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai

mereka menjadi dewasa.

c. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi

dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan

pendapat anak anaknya.

d. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada

anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara

obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian.

Menurut Hurlock (1976: 98) pola asuhan demokratis

ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Bahwa anak-anak diberi kesempatan untuk mandiri dan

mengembangkan kontrol internalnya.

b. Anak diakui keberadaannya oleh orang tua.

c. Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Sutari Imam Barnadib (1986: 31) mengatakan bahwa :

a. Orang tua yang demokratis selalu memperhatikan

perkembangan anak.

b. Dan tidak hanya sekedar mampu memberi nasehat dan saran

tetapi juga bersedia mendengarkan keluhan-keluhan anak


(34)

Pola asuhan demokratis seperti dikemukakan oleh

Bowerman Elder dan Elder (dalam Conger, 1975:97)

memungkinkan semua keputusan merupakan keputusan anak dan

orang tua.

3. Pola asuh Permisif

Stewart dan Koch (1983: 225) menyatakan bahwa :

a. Orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu

memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol

sama sekali.

b. Anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung

jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa.

c. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan

orang tua tidak banyak mengatur anaknya.

Menurut Spock (1982: 37) orang tua permisif memberikan

kepada anak untuk berbuat sekehendaknya dan lemah sekali dalam

melaksanakan disiplin pada anak. Hurlock (1976: 107)

mengatakan bahwa pola asuhan permisif memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Adanya kontrol yang kurang.

b. Orang tua bersikap longgar atau bebas.

c. Bimbingan terhadap anak kurang.

Sementara itu, Bowerman, Elder dan Elder (dalam Conger,


(35)

lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya. Sutari Imam

Bamadib (1986: 42) menyatakan bahwa orang tua yang permisif

yaitu :

a. Kurang tegas dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada.

b. Anak diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk berbuat

dan memenuhi keinginannya.

Dampak yang ditimbulkan pada anak jika orang tua

menerapkan pola asuh orang tua permisisf antara lain :

a. Anak kurang sekali menikmati kasih sayang orang tuanya. Hal

ini disebabkan karena kurang sekali kehangatan yang akrab

dalam keluarga, orang tua selalu sibuk dengan pekerjaannya.

b. Anak merasa kurang mendapat perhatian orang tuanya. Oleh

karena itu pertumbuhan jasmani, perkembangan rohani, dan

sosial sangat jauh berbeda atau dibawah rata-rata jika

dibandingkan dengan anak-anak yang diperhatikan oleh orang

tuanya.

c. Anak sering mogok bicara dan tidak mau belajar.

d. Anak bertingkah laku sering menantang, berontak, dan keras

kepala.

e. Anak kurang sekali memperhatikan disiplin.

f. Anak tidak mengindahkan tata cara dan norma-norma yang ada

dalam lingkungannya. Oleh karena itu anak sering terjerumus

pada kesesatan dan amoral, seperti pecandu, penjudi, perampok,


(36)

g. Anak merasa tidak bertanggung jawab, apabila dia ditugaskan

suatu pekerjaan tanpa bantuan orang lain.

h. Anak tidak disenangi teman-temannya sebab dia kaku dalam

bergaul, mempunyai sifat acuh tak acuh dalam bergaul, dan

tidak mempunya disiplin.

3. Keunggulan Pola Asuh Demokratis

Dari berbagai macam pola asuh yang banyak dikenal, pola

asuh demokratis mempunyai dampak positif yang lebih besar

dibandingkan dengan pola asuh otoriter maupun Permissif. Dengan

pola asuh demokratis anak akan menjadi orang yang mau menerima

kritik dari orang lain, mampu menghargai orang lain, mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi dan mampu bertanggung jawab terhadap

kehidupan sosialnya.

Dibawah ini merupakan perilaku orang tua demokratis

antara lain :

a. Melakukan sesuatu dalam keluarga dengan cara musyawarah.

b. Menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan

memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan, perasaan, dan

pendapat anak, serta memberikan alasan-alasan yang dapat

diterima, dipahami, dan dimengerti oleh anak.

c. Jika terjadi sesuatu pada anggota keluarga selalu dicari jalan

keluarnya secara musyawarah, juga dihadapi dengan tenang, wajar,


(37)

d. Hubungan antar keluarga saling menghormati, orang tua

menghormati anak sebagai manusia yang sedang bertumbuh dan

berkembang.

e. Terdapat hubungan yang harmonis antar anggota keluarga.

f. Adanya komunikasi dua arah, yaitu anak juga dapat mengusulkan,

menyarankan sesuatu pada orang tuanya, dan orang tua

mempertimbangkannya.

g. Semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak selalu

menggunakan kata-kata mendidik, bukan menggunakan kata-kata

kasar.

h. Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu

dipertahankan dan yang tidak baik untuk ditinggalkan.

i. Keinginan anak dan pendapat anak diperhatikan, apabila sesuai

dengan norma-norma dan kemampuan orang tua.

j. Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian.

k. Bukan mendiktekan bahan yang harus dikerjakan anak, namun

selalu disertai dengan penjelasan-penjelasan yang bijaksana.

4. Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokratis

Peneliti memakai indikator yang digunakan oleh Nobertus

(2001) dalam melakukan penelitiannya. Berikut ini peneliti akan

menjelaskan kedua belas indikator tersebut yang mengacu pada buku

H. Zahara Idris dan H. Lisma Jamal (1991:87-90) tentang

perilaku demokratis.


(38)

Orang tua menumbuhkan suasana komunikatif kepada

anaknya, sehingga anak selalu mengungkapkan pendapat-pendapat

yang ingin disampaikan dan orang tua mendidik anak agar dapat

menghargai pendapat dari orang lain. yang intinya melakukan

sesuatu dalam keluarga dengan cara musyawarah.

b. Mengenakan seperangkat standar untuk megatur anak-anaknya

yang sesuai dengan perkembangan anak.

Menentukan peraturan-peraturan dan kedisiplinan dengan

mempertahatikan dan mempertimbangkan perkembangan anak

yang mudah dipahami dan dimengerti anak.

c. Menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian

dan pengaturan diri sendiri.

Selalu membiasakan anak untuk hidup mandiri dan

bertanggung jawab pada sesuatu yang telah dilakukan. Dan

memberikan pengertian-pengertian pada anak untuk bida mengatur

dirinya sendiri dan belajar untuk tidak merepotkan orang lain.

d. Menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional, berorientasi pada

masalah serta sering melibatkan diri dalam perbincangan dan

penjelasan pada anak-anak seputar persoalan disiplin.

Anak selalu mendapatkan perhatian-perhatian dari orang

tua dalam melakukan segala kegiatan diluar rumah. Sealin itu orang

tua juga melibatkan anak dalam perbincangan dalam keluarga yang


(39)

rumah. Dan memberikan pengertian-pengertian yang mudah

dipahami oleh danak dengan cara melibatkan anak secara langsung.

e. Mendorong tumbuhnya interaksi saling memberi dan menerima.

Adanya komunikasi dua arah, yaitu anak juga dapat

mengusulkan, menyarankan sesuatu pada orang tuanya, dan orang

tua mempertimbangkannya.

f. Mendukung, menerima dan bertanggung jawab dalam

mempertimbangkan berbagai alternatif, akan tetapi tidak

mendominasi dari sudut pandang mereka sendiri.

Hubungan yang saling menghormati antara anak dan orang

tua, orang tua yang menghormati keinginan dan kebutuhan anaknya

yang merupakan seorang individu yang sedang berkembang,

sehingga selalu mendampingi anaknya dalam segala hal. Yang

intinya salaing menghormati setiap anggota keluarga sebagai

individu masing-masing.

g. Menggunakan wewenang akan tetapi dalam penerapannya bersifat

membimbing anak.

Semua larangan danperintah yang disampaikan kepada

anak selalu menggunakan kata-kata mendidik, bukan menggunakan

kata-kata kasar, seperti kata “tidak boleh”, “wajib”, “harus”, dan

“kurang ajar”.

h. Melibatkan atau mengijinkan anak dalam membuat keputusan dan

mengekspresikan pandangannya sendiri serta menghargau


(40)

penjelasan yang masuk akal (bekerja sama dalam membuat

keputusan).

Saling menghargai pendapat setiap anggota keluarga,

seperti orang tua yang mendengarkan pendapat anaknya yang

memilih tempat liburan dan memilih kegiatan diluar sekolah. Dan

anak juga menghargai pendapat-pendapat dari orang tua dan

meneriama keputusan-kepustusan yang telah disepakati bersama.

i. Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk

mengungkapkannya.

` Orang tua memberikan kesempatan yang seluas-luasnya

pada anak untuk mengungkapkan keinginan dan pendapatnya.

j. Memberikan waktu pada anak untuk berfikir dan merenungkan

setiap kejadian yang mereka hadapi.

Memberikan kesempatan pada anak untuk memikirkan

setiap tindakan yang dia lakukan dengan bimbingan dari orang tua

tentang perbuatan yang baik yang perlu dipertahankan dan

perbuatan kurang baik yang harus ditinggalkan. Namun anak diberi

kesempatan untuk merenungkan terlebih dahulu agar anak mengerti

betul tentang perbuatan yang telah dilakukan.

k. Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin

dicoba lakukan dan apa yang dihasilkan.

Memberikan kesempatan pada anak untuk berpatisipasi di


(41)

orang tua selalu memberikan penguatan-penguatan yang bersifat

sederhana sehingga anak termotivasi untuk mengembangkannya.

l. Mendorong anak untuk secara berangsur-angsur melepaskan diri

dari ketergantungan terhadap peran orang tua.

Orang tua memberikan kepercayaan penuh kepada anak

untuk melakukan kegiatan diluar rumah dengan mengontrol secara

wajar dan tidak berlebihan, sehingga anak mamapu bergaul dengan

teman sebayanya dengan semaksimal mungkin.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi

Menurut Winkel (1984:36), prestasi adalah penguasaan

siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang telah diperoleh dari hasil

tes belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor. Keberhasilan siswa

dalam proses belajarnya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai dalam

kurun waktu tertentu dalam hal ini dapat dilihat dari nilaiyang

dibukukan dalam bentuk buku laporan pendidikan atau raport.

Nilai-nilai yang tertera dalam buku tersebut merupakan penjumlahan Nilai-nilai

dari seluruh mata pelajaran yang diperoleh siswa dalam satu semester.

Dengan demikian besar kecilnya nilai yang diperoleh menunjukkan

besar kecilnya prestasi yang dicapai.

2. Pengertian Belajar

Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri

orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik


(42)

selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman yang berbentuk interaksi

dengan orang lain atau lingkungannya. Unsur perubahan dan

pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi

tentang belajar, yang dikemukakan para ahli belajar.

Menurut Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam

bukunya Educational Psychology, berpendapat bahwa belajar adalah

suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung

secara progresif. Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya

bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal

apabila ia diberi penguat. Timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya

hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan respon.

Menurut Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology

membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama

menyebutkan bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku

yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan

keduanya belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai

akibat adanya latihan khusus.

Hintzman (1978) dalam bukunya The Psychology of Learning and

Memory Berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang

terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh

pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme

tersebut. Jadi perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut


(43)

Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning

mendefinisikan belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang

terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme

sebagai hasil pengalaman. Menurut Wittig belajar ditekankan pada

perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko-fisik organisme.

Penekanan ini didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku

lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar,

karena proses belajar itu tak dapat diobservasi secara langsung.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang

relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan sehingga membuat

tingkah laku seseorang, pemahamn sesorang kreatifitasnya menjadi

lebih baik.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1101) menyatakan bahwa

prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,

dikerjakan, dsb). Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru.

Suratinah Tirtonegoro (1984:43) menyatakan bahwa pencapaian

hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai

oleh setiap anak dalam periode tertentu. Dari beberapa pendapat para


(44)

belajar akademik setelah siswa melakukan kegiatan belajar yang di ukur

menggunakan tes.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

dapat kita bedakan menjadi tiga macam (Syah, 2003:144-155), yakni :

a. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi

dua aspek, yakni :

1) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasamani yang menandai tingkat

kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendimya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika

disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan

kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang

dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk

mempertahankan jasmani agar tetap bugar, siswa sangat

dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang

bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat

dan olah raga ringan yang sedapt mungkin terjadwal secara

tetap dan berkesinambungan.

Kondisi-kondisi organ khusus siswa, seperti tingkat

kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat


(45)

dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas. Untuk

mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga,

seharusnya guru dan sekolah bekerjasama untuk memperoleh

bantuan pemeriksan rutin dari dinas-dinas kesehatan setempat.

2) Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang

dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas prestasi belajar

siswa. Namun diantara faktor-faktor tersebut, yang dipandang

lebih esensial itu adalah sebagai berikut :

a) Intelegensi siswa (tingkat kecerdasan)

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai

kemempuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

tepat (Reber,1988). Jadi intelegensi sebenarnya bukan

persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas

organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, peran otak dalam

hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol

dari pada peran organ-organ tubuh lainnya.

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa

sangat menentuka tingkat keberhasilan belajar siswa.

Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka

semakin besar pula peluangnya unutk meraih sukses.


(46)

siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh

sukses.

b) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan unutk mereaksi atau merespon

dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang,

dan sebagainya, baik secara positif dan negatif. Sikap siswa

yang positif merupakan pertanda awal yang baik bagi

proses belajar siswa disekolah. Sebaliknya sikap negatif

siswa tehadap mata pelajaran, apalgi jika diiringi sikap

kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa

tersebut.

c) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan siswa yang tertuju pada

suatu objek (benda/hal) sekumpulan objek. Agar prestasi

belajar siswa menjadi baik maka siswa harus mempunyai

perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan

pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah

kebosanan, sehingga siswa tersebut tidak lagi suka belajar.

Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan

pelajaran selalu menarik perhatian siswa, dengan cara

mengusahakan pembelajaran itu sesuai dengan hobi atau

bakatnya.


(47)

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial

yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada

masa yang akan datang (Chaplin, 1972, Reber, 1988).

Dengan demikian sebenarnya setiap orang pasti memiliki

bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai

ke tingkat tertentu sesuai denagn kapasitas masing-masing.

Jadi bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya

seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas atau cerdas

luar biasa disebut juga anak berbakat.

Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian

diartikan sebagai kemampuan induvidu untuk melakukan

tugas tertentu tanpa bergantung pada upaya pendidikan dan

latihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro,

misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi,

pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dangan

bidang tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Inilah

yang disebut sebagai bakat khusus, yang tidak bisa

dipelajari karena merupakan karunia sejak lahir.

Sehubungan dengan hal itu, bakat akan mempengaruhi

tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi

tertentu.

e) Minat siswa

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang


(48)

Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam

psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada

faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,

keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat dapat

mempengaruhi kualitas pencapain hasil belajar siswa dalam

bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang

menaruh minat besar terhadap matematika akan

memusatkan perhatian lebih banyak dari pada siswa

lainnya. Karena pemusatan perhatian yang lebih itu pula

maka anak akan lebih giat untuk belajar sehingga mencapai

prestasi yang tinggi.

f) Motivasi siswa

Motivasi adalah keadaan internal organisme baik

manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat

sesuatu. Jadi motivasi berarti pemasok daya (energizer)

untuk bertingkah laku secar terarah (Gleitman, 1986; Reber,

1988).

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

• Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal

dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya

melakukan tindakan belajar

• Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang

ari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk


(49)

Jika seorang siswa tidak mendapatkan motivasi yang

bersifat ekstrinsik maupun yang bersifat intrinsik, akan

menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam

melakukan proses mempelajari materi pelajaran baik di

sekolah maupun di rumah. Motivasi yang lebih

berpengaruh pada anak adalah motivasi yang bersifat

intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak

bergantung pada pengaruh orang lain.

g) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah

siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak

dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan

jari-jarinya sudah siap untuk menulis dan lain-lain.

Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan

kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan

latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah

siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya

sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak

sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memeiliki

kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

h) Kesiapan

Kesediaan untuk meberi respon atau bereaksi.


(50)

berhubungan dengan kematangan, karena kematangan

berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan

ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika

siswa belajar dan pada dirinya sudah ada kesiapan maka

hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Aspek kelelahan

Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan

lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk

membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena

terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam

tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada

bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan

adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan

dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini

sangat teras pada bagian kepala dengan pusing-pusing

sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak

kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat

terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap

berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu

sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu

karena terpakasa dan tidak sesuai dengan bakat, minat, dan


(51)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelelahan itu

mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan

baik maka siswa harus menghindari hal-hal yang dapat

menyebabkan kelelahan tersebut. Kelelahan baik secara

jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara

sebagai berikut :

a) Tidur

b) Istirahat

c) Mengusahakan variasi dalam belajar

d) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan

peredaran darah, misalnya obat gosok

e) Rekreasi yang teratur

f) Olah raga secara teratur

g) Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi

syarat-syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat

sehat lima sempurna

h) Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi

seorang ahli, misalnya dokter, psikiater, konselor dan

lain-lain.

b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yakni :

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, para staf


(52)

mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

Sedangkan lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan

tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar tempat

tinggal siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih

berpengaruh kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan

keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua,

pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan letak

rumah, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun

buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai

siswa. Kebiasaan orang tua dalam mengelola keluarga

yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor

kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk

lagi. Sehingga akan membuat anak tidak mau belajar dan

juga akan cenderung berperilaku menyimpang.

2) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial

ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal

keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar,

keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor-faktor tersebut turut menentukan tingkat

keberhasilan siswa.

Rumah yang sempit dan berantakan serta

perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki


(53)

tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi.

Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas

berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi

yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan

efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Disamping

faktor-faktor internal dan eksternal siswa yang telah

dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga

berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar

siswa tersebut.

Dibawah ini peneliti akan menjelaskan hubungan antara pola asuh

orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa dengan menggunakan

gambar skema yang disertai dengan penjelasannya. Ini bertujuan agar

pembaca lebih mudah dalam memahami hubungan antara pola asuh orang


(54)

C. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi

Belajar Siswa

Gambar 2.1 Skema Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis terhadap Prestasi Belajar Siswa

Prestasi Belajar

Faktor eksternal

keluarga Orang tua

Pola asuh demokratis

Orang Tua

- Memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, dengan bimbingan yang penuh perhatian dari orang tua. - Memperhatikan kebebaan pada anak

untuk berpendapat

- Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak

- Menciptakan suasana yang

komunikatif antara anak dan orang tua.

Anak

- Mengemukakan pendapat dan melakukan apa saja yang diinginkannya dengan mematuhi aturan-aturan

- Anak belajar menghargai pendapat orang lain - Anak belajar mandiri,

bertanggung jawab, dan percaya diri

- Berkreatifitas dengan baik


(55)

Prestasi belajar merupakan hasil belajar akademik yang ditempuh

seseorang yang diukur dengan menggunakan tes. Salah satu faktor yang

sangat mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor eksternal atau faktor

dari luar diri siswa. Dan faktor eksternal yang sangat mempengaruhi

prestasi belajar siswa adalah orang tua siswa itu sendiri, supaya prestasi

belajar siswa maksimal maka orang tua menggunakan pola asuh orang tua

demokratis. Karena pola asuh orang tua demokratis akan membawa orang

tua memiliki sikap yang responsif terhadap kebutuhan anak, termasuk

dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Di sini orang tua juga mendidik

anak untuk disiplin dengan menentukan peraturan yang dapat diterima dan

dipertimbangkan alasan-alasan dan dipahami oleh anak. Sehingga

menciptakan suasana yang komunikatif anatara anak dan orang tua.

Orang tua menerapkan pola pengasuhan demokratis supaya anak

bebas dalam mengemukakan pendapatnya dan melakukan apa yang

diinginkannya dengan tidak melewati batas-batas yang diberikan oleh

orang tua. Dan didorong untuk dapat mandiri, betanggung jawab dan yakin

pada kemampuan dirinya sendiri. Sehingga akan mempbuat daya

kreatifitas anak berkembang dengan baik. Anak yang mendapatkan pola

pengasuhan demokratis akan menjadi anak yang memiliki prestasi belajar

yang sangat baik. Hal ini dikarenakan orang tua sangat memperhatikan

perkembangan anaknya dan membiasakan anak untuk berfikir dan dapat


(56)

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori serta permasalahan yang disajikan oleh

peneliti di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : Ada

hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua

demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri


(57)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif tingkat

korelasi. Penelitian ini disusun untuk mengetahui seberapa besar hubungan

pola asuh orang tua demokratis terhadap prestasi belajar siswa kelas VI

(enam) Sekolah Dasar Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai,

dan variasi nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara

operasional atau ditentukan tingkatannya. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan dua variabel, yaitu pola asuh orang tua dan prestasi belajar.

Pola asuh orang tua disebut variabel bebas [selanjutnya dilambangkan

dengan X] dan prestasi belajar disebut variabel terikat [selanjutnya

dilambangkan dengan Y].

Dibawah ini akan dijelaskan tentang variabel bebas dan variabel

terikat dalam penelitian ini :

1. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

Dinamakan variabel bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel


(58)

demokratis, dimana pola asuh orang tua demokratis dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat

karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu prestasi belajar, dimana

prestasi belajar siswa dapat meningkat apabila dipengaruhi oleh pola

asuh orang tua demokratis.

C. Devinisi Operasional Variabel

Devinisi operasional variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu

pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa. Berikut ini

peneliti akan menjabarkan tentang pola asuh orang tua demokratis dan

prestasi belajar siswa.

1. Pola asuh orang tua yang diteliti yaitu pola asuh orang tua demokratis

yang diukur dengan menggunakan angket dan ditunjukkan adanya skor

yang diperoleh siswa.

2. Prestasi belajar siswa mencakup penguasaan siswa terhadap lima mata

pelajaran inti yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Pkn, IPA, dan IPS

yang diperoleh siswa melalui tes belajar siswa yang kemudian diukur

dengan menggunakan tes yang dibuat oleh guru serta ditunjukkan


(59)

D. Tempat penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian di SD Negeri Babarsari jalan

Babarsari, Kledokan, Catur Tunggal, Depok, Sleman/Yogyakarta Telp.

(0274) 485983.

E. Jadwal Penelitian

Peneliti melaksanakan kegiatan penelitian, yang meliputi penyusunan

angket serta pengumpilan data kurang lebih tujuh bulan. Berikut ini

merupakan tabel rincian jadwal penelitian.

Tabel 3.1 jadwal penelitian

NO Kegiatan Bulan

Keterangan

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust 1 Bimbingan

dengan Dosen 2 Penyusunan

proposal 3 Konsultasi

Bab I-III 4. Penyusunan

angket dan uji coba angket 5. Penghitungan

validitas 6. Pengumpilan

data

(penelitian) 7. Analisis data

8. pembahasan

9. Ujian skripsi

10. Revisi skripsi

11. Pengumpilan skripsi


(60)

F. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan untuk penelitian ini yaitu seluruh siswa

kelas VI A SD Negeri Babarsari Tahun Pelajaran 2011/2012 yang

berjumlah

Rincian jumlah subjek akan dijabarkan pada tabel brikut ini :

Tabel 3.2 Rincian Jumlah Subjek Penelitian

Kelas Siswa laki-laki Siswa perempuan

Jumlah siswa

VI A 21 siswa 17 siswa 38 siswa

Peneliti memilih siswa kelas VI A SD Negeri Babarsari hal ini

dikarenakan siswa-siswa tersebut masih memerlukan bimbingan dari orang

tuanya untuk meningkatkan prestasi belajar mereka, khususnya pada lima

mata pelajaran inti, yaitu Pkn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan

IPS. Ini dapat dilihat dari nilai-nilai ulangan harian mereka.

G. Alat Pengumpulan Data

1. Angket Pola Asuh Orang Tua Demokratis

Angket dalam penelitian ini terdiri dari 12 indikator yang terdiri

dari item positif dan item negatif. Keseluruhan item berjumlah 60 item

yang terdiri dari 37 item positif dan 23 item negatif. Peneliti

mengadopsi indikator yang digunakan oleh Nobertus (2001) dalam

melakukan penelitian. Peneliti mengadopsi indikator yang digunakan

oleh Nobertus (2001) karena penelitian yang dilakukan Nobertus

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan


(61)

negatif peneliti menyusunnya sendiri dengan menjabarkan indikator

yang telah diadopsi.

Angket ini disusun dengan bentuk skala bertingkat yang memuat

beberapa pernyataan tentang pola asuh orang tua demokratis terhadap

prestasi belajar siswa. Angket ini disusun berdasarkan “Summated

Rating acale (skala Likert)” (Sugiyono, 2010 : 134 – 138). Skala ini

diubah dengan empat pilihan jawaban yaitu “Sangat Setuju (SS)”,

“Setuju (S)”, “ Kadang Setuju (KS)”, dan “Tidak Setuju (TS)”. Item

positif diberi skor yang bergerak dari 4-1 untuk pilihan yang

berturut-turut dari “ Sangat Setuju (SS)” sampai “Tidak Setuju (TS)”.

Sedangkan, untuk item negatif diberi skor yang bergerak dari 1-4

untuk pilihan “Sangat Setuju (SS)” sampai pilihan “ Tidak Setuju

(TS)”.

Berikut ini akan dijabarkan skor untuk item positif dan skor untuk

item negatif :

a. Jawaban dan skor untuk item positif, yaitu :

1. Sangat Setuju ( SS) : 4

2.Setuju (S) : 3

3.Kurang Setuju (KS) : 2

4.Tidak setuju (TS) : 1

b. Jawaban dan skor untuk item negatif, yaitu :

1. Sangat Setuju ( SS) : 1

2. Setuju (S) : 2


(62)

4. Tidak setuju (TS) : 4

Angket pola asuh demokratis disusun berdasarkan indikator

sebagai berikut :

Tabel 3.3 Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokrati

Indikator

Item Positif

Item negative

Hangat namun tegas • Orang tua selalu mendengarkan, ketika saya hendak

menceritakan sesuatu

• Orang tua senang jika saya merencanakan kegiatan di luar sekolah

• Orang tua senang jika mendengarkan saya bercerita tentang kegiatan saya diluar sekolah

•Orang tua membiarkan saya jika menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas

•Saya selalu sendiri jika saya sedang sedih di rumah

Mengenakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anaknya yang sesuai dengan perkembangan anak

• Orang tua selalu

mengingatkan saya untuk bertingkah laku sopan pada setiap orang

• Orang tua selalu menasehati saya untuk berpakaian yang sopan dan rapi

• Orang tua selalu mengajari saya untuk berpenampilan yang rapi

• Jika saya melakukan

•Orang tua jarang mengingatkan saya untuk selalu menepati janji

•Orang tua memberikan batasan kepada saya untuk bermain dengan teman-teman


(63)

kesalahan, orang tua selalu menasehati saya

• Orang tua selalu

mengingatkan saya untuk belajar

Menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan pengaturan diri sendiri

• Setelah bangun tidur, orang tua selalu mengajarkan kepada saya untuk merapikan tempat tidur

• Orang tua selalu

membiasakan saya untuk cuci kaki setelah pulang sekolah

• Orang tua selalu

menanyakan kepada saya jika saya pulang

terlambat

•Orang tua yang menentukan saya jam untuk makan di rumah

•Orang tua memaksa saya untuk cuci kaki dan sikat gigi sebelum tidur

Menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional,

berorientasi pada masalah serta sering melibatkan diri dalam perbincangan dan penjelasan pada anak-anak seputar persoalan disiplin.

• Orang tua selalu

mengingatkan saya untuk berhati-hati jika pergi ke luar rumah

• Orang tua selau

mengingatkan saya untuk mengerjakan pekerjaan rumah

• Orang tua selalu

membiasakan saya untuk mematuhi tata tertib.

•Orang tua selalu sibuk jika saya membutuhkan bantuan pada saat belajar

•Orang tua selalu mencurigai saya jika pergi bersama teman-teman

Mendorong tumbuhnya interaksi saling member dan

• Orang tua memberi uang saku secukupnya sesuai

•Orang tua jarang mendengarkan


(64)

menerima dengan kebutuhan

• Orang tua selalu

menfasilitasi saya untuk mengembangkan hobi

• Orang tua memahami kelebihan dan

kekurangan pada diri saya

usulan-usulan dari saya

•Orang tua marah jika saya protes terhadap aturan-aturan yang diberikan pada saya

Mendukung, menerima dan bertanggung jawab dalam mempertimbangkan berbagai alternative, akan tetapi tidak mendominasi dari sudut pandang mereka sendiri.

• Orang tua membiasakan saya untuk mau

membicarakan rencana-rencana yang ingin saya lakukan

• Orang tua mendukung setiap kegiatan saya

• Orang tua selalu membantu saya dalam belajar

• Setelah saya berbicara kepada orang tua tentang keinginan saya, maka orang tua berusaha untuk memenuhinya

•Orang tua kurang mendukung terhadap hobi saya

Menggunakan wewenang akan tetapi dalam

penerapannya bersifat membimbing anak

• Orang tua mengajari kepada saya untuk selalu minta maaf jika saya berbuat salah kepada orang lain

• Orang tua selalu

membiasakan saya untuk berterima kasih jika

•Saya

merahasiakan masalah yang saya miliki kepada orang tua.

•Orang tua

membiarkan saya untuk


(65)

menerima sesuatu dari orang lain

• Orang tua selalu

membiasakan saya untuk membicarakan masalah yang saya hadapi secara terbuka

menyelesaikan masalah yang saya hadapi.

Melibatkan atau

mengijinkan anak dalam membuat keputusannya dan mengekspresikan

pandangannya sendiri serta menghargai individualitas anak, sementara orang tua ikut memberikan penjelasan yang masuk akal (bekerja sama dalam membuat keputusan)

• Orang tua memberikan kebebasan untuk mengungkapkan keinginan saya

• Orang tua menghargai keputusan saya untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler

• Saya diijinkan untuk menginap untuk tidak pulang kerumah dengan alas an yang jelas

•Orang tua mebuat aturan dalam keluarga tanpa melibatkan saya

•Orang tua merubah tujuan berlibur sesuai keinginan mereka.

Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya

• Orang tua memberikan kesempatan pada saya untuk meminta kado ulang tahun

• Orang tua selalu menanyakan pada saya apakah bersedia untuk pergi bersama mereka

• Saya selalu meceritakan permasalahan kepada orang tua

•Orang tua selalu memaksakan kehendaknya kepada saya

•Pendapat saya jarang diterima oleh orang tua


(66)

anak untuk berfikir dan merenungkan setiap kejadian yang mereka hadapi

memberikan kesempatan pada saya untuk belajar mandiri

• Saya selalu ditanyakan alasan jika pulang tidak tepat waktu

• Orang tua mengajari saya untuk memahami kelebihan dan

kekurangan yang saya miliki mengajak saya untuk merenungkan kesalahan yang saya lakukan

•Orang tua selalu marah jika saya melakukan kesalahan tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu Meyakinkan anak bahwa

orang tua menghargai apa yang ingin dicoba lakukan dan apa yang dihasilkan

• Orang tua memberikan kesempatan pada saya untuk menyapu,

mengepel, dan berkebun

• Jika saya naik kelas, maka orang tua selalu memberikan semangat dan menunjukkan rasa bangga kepada saya.

•Bila saya mendapatkan nilai jelek, maka orang tua akan marah

•Orang tua menunjukkan rasa bangga yang berlebihan Mendorong anak untuk

secara berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan terhadap peran orang tua

• Saya diberikan

kesempatan oleh orang tua untuk bergaul dengan teman-teman

• Orang tua memberikan tanggung jawab kepada saya untuk melakukan segala kegiatan

•Saya dikontrol sangat ketat oleh orang tua

•Saya selalu disbanding-bandingkan dengan orang lain


(67)

Berdasarkan tabel indikator tersebut, maka peneliti menyusun indikator beserta sebaran item sebagai berikut :

Tabel 3.4 Indikator dan sebaran Item Pola Asuh Orang Tua Demokratis

No Indikator No. Item Positif

No. Item Negatif

+ - Total

1. Hangat namun tegas 2,4,5 1, 3 3 2 5

2. Mengenakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anaknya yang sesuai dengan perkembangan anak

6, 7, 9,10, 12, 8, 11 5 2 7

3. Menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan pengaturan diri sendiri

13, 15, 17 14, 16 3 2 5

4. Menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional, berorientasi pada masalah serta sering melibatkan diri dalam perbincangan dan penjelasan pada anak-anak seputar persoalan disiplin.

18, 19, 21 20,22 3 2 5


(68)

tumbuhnya interaksi saling member dan menerima

6. Mendukung, menerima dan bertanggung jawab dalam

mempertimbangkan berbagai alternative, akan tetapi tidak mendominasi dari sudut pandang mereka sendiri.

28, 29,30, 32 31 4 1 5

7. Menggunakan

wewenang akan tetapi dalam penerapannya bersifat membimbing anak

34, 36, 37 33, 35 3 2 5

8. Melibatkan atau mengijinkan anak dalam membuat keputusannya dan mengekspresikan pandangannya sendiri serta menghargai individualitas anak, sementara orang tua ikut memberikan penjelasan yang masuk akal (bekerja


(69)

sama dalam membuat keputusan)

9. Menghargai pendapat anak dan

mendorongnya untuk mengungkapkannya

43, 45, 46 44, 47 3 2 5

10. Memberikan waktu kepada anak untuk berfikir dan

merenungkan setiap kejadian yang mereka hadapi

48, 49, 50 51,52 3 2 5

11. Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba lakukan dan apa yang

dihasilkan

53, 55 54, 56 2 2 4

12. Mendorong anak untuk secara berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan terhadap peran orang tua

58,60 57, 59 2 2 4


(70)

2. Uji coba alat ukur

Peneliti akan melakukan uji coba alat ukur sebelum melakukan

penelitian di SD Negeri Babarsari. Uji coba ini dilakukan untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan.

a. Tempat dan waktu uji coba

Peneliti melakukan uji coba alat ukur pada tanggal 2 Maret

2012 di tempat SD yang sama dengan tempat penelitian, hanya

kelasnya yang berbeda, yaitu kelas VI B. Dengan jumlah siswa 37

siswa, yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

Peneliti memilih siswa VI B karena memiliki karakteristik yang

sama dengan VI A.

b. Uji validitas

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo : 242). Misalnya

suatu ulangan fisika dikatakan valid apabila ulangan fisika tersebut

mengungkap hal-hal tentang fisika.

Prosedur pengujian alat ukur dilakukan dengan cara

menguji setiap item yang terdapat dalam angket, dengan

mengkorelasikan setiap item (x), dengan total skor (y). Penelitian

ini menggunakan teknik Produck Moment dari Pearson dengan

rumus angka kasar sebagai berikut ( Masidjo, 2010 : 246)

rxy =

− − − } 2 ) ( 2 }{ 2 ) ( 2 { ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N


(71)

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi

∑x : jumlah skor dalam sebaran x (skor butir)

∑y :jumlah skor dalam sebaran y (skor total)

∑xy : jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan

∑x2 : jumlah skor yang dikuadratkandalam sebaran x

∑y2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y

N : banyaknya subjek

Menurut Azwar (2009 : 65) item yang koefisien korelasinya

< 0,30 maka dianggap tidak valid atau dihilangkan dan tidak

digunakan untuk penelitian, sedangkan untuk item yang koefisien

korelasinya ≥ 0,30 dianggap valid dan digunakan untuk penelitian.

Berdasarkan hasil uci coba tersebut maka dapat diketahui berapa

item yang valid yang akan digunakan untuk penelitian.

Berdasarkan hasil uji coba maka dapat diketahui beberapa item

yang valid dan beberapa item yang tidak valid.

Peneliti telah melakukan uji coba angket pada 37 siswa

kelas VI B di SD yang sama dengan tempat penelitian yaitu SD

Negeri Babarsari. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk

menganalisis angket hasil uji coba, peneliti memperoleh hasil

analisis dari 60 item pada angket pola asuh orang tua demokratis

berupa 32 valid dan 28 item gugur. Dan data yang valid dan tidak

valid dapat dilihat pada lampiran 3, sedangkan kisi-kisi per item


(1)

Lamipran 16

TABEL NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t

One tail 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001

Two tails 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002

Df

1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884

2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712

3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453

4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318

5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343

6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763

7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529

8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079

9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681

10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370

11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470

12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963

13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198

14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739

15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283

16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615

17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577

18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048

19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940

20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181


(2)

Two tails 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002

Df

22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499

23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496

24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678

25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019

26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500

27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103

28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816

29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624

30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518

31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490

32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531

33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634

34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793

35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005

36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262

37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563

38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903

39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279


(3)

Lampiran 17


(4)

(5)

Lampiran 19


(6)