Usaha meningkatkan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth melalui katakese Shared Christian Praxis - USD Repository

  

USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN

KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN

PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABETH

MELALUI KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS

Skripsi

  Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  Oleh: Betaria Br Sinuhaji NIM : 081124025

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

PERSEMBAHAN

  Karya ini kupersembahkan kepada Yesus sumber kebahagiaan sejati yang telah memperkenankan aku berkenalan dengan kepahitan, agar aku mengenal manisnya hidup.

  Dia yang telah menganugerahkan “kasih” agar aku mengalami kebahagiaan dan kebahagiaanku akhirnya hanya dalam Kasih Untuk ibuku yang telah menuntunku menuju kebahagiaan yang telah membuatku terpesona atas kesabaran dan kelembutanmu dalam merangkul kehidupan. Untuk para dosenku yang telah bersedia menggoreskan ilmu, cinta yang menumbuhkan harapan

dan cita-cita.

  

Untuk para susterku, sahabat dan teman-temanku

  yang telah terlibat dalam mengisi pengalamanku yang penuh warna, membuatku berani memilih lebih baik hidup bersama dengan orang sulit daripada menjadi orang sulit itu sendiri.

  MOTTO

  Bersyukurlah dan bersikap sabar dalam merangkul kehidupan terimalah dengan penuh kasih dan sukacita demi Kasih yang mengasihimu.

  

ABSTRAK

  Skripsi yang berjudul USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN

  

KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR

FRANSISKANES SANTA ELISABETH MELALUI KATEKESE SHARED

CHRISTIAN PRAXIS, berawal dari ketertarikan penulis merenungkan tentang

  kebahagiaan. Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak dihidupi, hal ini mendorong penulis untuk mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan bagian dari semangat hidup penulis sebagai seorang Fransiskan. Skripsi ini akan mendalami kebahagiaan sejati Fransiskan seturut semangat St. Fransikus dari Assisi. Salah satu tujuan pembinaan yunior adalah memiliki kebahagiaan sejati sebagai Fransiskan. Akan tetapi menurut hasil kapitel IV tujuan tersebut belum tercapai. Untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya maka penulis melakukan penelitian.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa para suster yunior FSE sebagian besar belum memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. Hal ini disebabkan karena semangat untuk melakukan latihan rohani masih rendah serta kurangnya pemahaman tentang kebahagiaan sejati Fransiskan. Namun sebagian kecil para suster yunior sudah memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.

  Maka penulis mengusulkan katekese model SCP untuk membantu para suster yunior FSE dalam penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan. Penulis melihat model SCP sangat cocok untuk para suster yunior karena banyak nilai yang dapat ditemukan. Melalui kegiatan ini para suster mempunyai kesempatan yang banyak untuk mengungkapkan pengalamannya, sekaligus untuk menghilangkan budaya bisu yang sering terjadi dalam setiap pertemuan. Para suster sungguh sebagai subyek, sehingga para suster semakin mampu menghargai pengalaman setiap pribadi. Pada akhir kegiatan SCP para suster yunior diharapkan sampai pada tindakan konkret.

  Katekese model SCP ini akan dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi berdasarkan program yang telah direncanakan. Tema yang disusun berkaitan dengan hasil penelitian serta kebahagiaan sejati yang dimaksudkan oleh St. Fransiskus dari Assisi. Melalui kegiatan SCP ini, para suster yunior FSE diharapkan semakin memahami dan menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.

  

ABSTRACT

  The thesis entitled AN EFFORT ON IMPROVING THE APPRECIATION TO FRACISCAN TRUE BEATITUDE OF YUNIOR FRANCISCAN SISTERS OF SAINT ELIZABETH USING SHARED CHRISTIAN PRAXIS, began by the writer’s interest in contemplating happiness. Moved by an adage that life which is not lived seriously is something unworthy to be lived, the writer intended to study deeper what Franciscan true beatitude is, as a part of the writer’s spiritual passion as a Franciscan.

  This thesis would study the Franciscan true beatitude in line with the spiritual guidance of St. Francis of Assisi. One of the purposes of junior formation (initial formation) is empowering every sister to have true beatitude as a Franciscan. However, based on the result of the Congregation General Council IV, it can be concluded that the purpose does not come into being yet. In finding the adequate fact, the writer did a research.

  The research has dragged a fact out into evidence that a big number of FSE junior sisters do not yet grasp and take a deep consideration toward the Franciscan true beatitude. Yet, some of the sisters have already grasped and taken a deep appreciation of the Franciscan true beatitude.

  In accordance to the result of the research, the writer proposes a SCP model of catechesis to help FSE junior sisters in taking a deep appreciation of Franciscan true beatitude. The writer sees SCP model as an appropriate model for junior sisters regarding many worthwhile values which can be picked in this process.

  SCP model of catechesis would be applied in the form of recollection based on a planned program. The theme which has taken into arrangement is related to the result of the research and the true beatitude which St. Francis of Assisi himself meant for us. Through SCP activity, FSE junior sisters are expected to grasp and to take the Franciscan true beatitude deeper.

KATA PENGANTAR

  Syukur dan pujian kepada Bapa sumber kebahagiaan sejati atas kasih dan rahmat-Nya yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul

  

USAHA MENINGKATKAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI

FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA

ELISABETH MELALUI KATEKESE SHARED CHRISTIAN PRAXIS

  Penulis menyadari skripsi ini berhasil ditulis berkat dukungan dan uluran tangan kasih banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada: 1.

  Rm. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku pembimbing utama sekaligus pembimbing akademik, yang dengan teliti. sabar, setia dan penuh kasih membimbing dan mencurahkan pikiran pada penulisan skripsi ini.

  2. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M. Hum selaku dosen penguji kedua yang dengan tulus memberi sapaan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK.,M. Hum selaku penguji ketiga yang dengan penuh perhatian menyapa dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Segenap staf dosen dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  5. Dewan Pimpinan Umum Persaudaraan Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE), yang

  6. Para suster FSE secara khusus komunitas St. Yohanes Don Bosco Yogyakarta yang menjadi teman seperjuangan dan sehabat yang setia selama perkuliahan samapai dengan penyelesaian skripsi ini.

7. Para pembimbing junior Sr. M. Felixia FSE, Sr. M. Ignatia FSE, Sr.M. Roberta

  FSE, Sr. M. Patricia FSE, Sr. M. Gabriel FSE yang telah mendukung penulis dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

  8. Para suster yunior FSE dari setiap perwakilan komunitas-komunitas yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Terimakasih atas waktu dan keterbukaannya yang sekaligus menjadi teman belajar penulis untuk semakin memahami dan mengalami kebahagiaan sejati Fransiskan.

  9. Rm. Vitalis OFM yang setia mendukung dan membagikan pengalamannya seputar kebahagiaan seorang Fransiskan yang menjadi inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  10. Teman-teman angkatan 2008 terimakasih atas kesetiaan kita untuk tetap saling mendukung dan berbagi kegembiraan bersama.

  11. Sahabat dan teman-teman: Dina Sembiring dan Bernadetta Sinuhaji yang dengan setia meluangkan waktu dan memberikan semangat kepada penulis.

  12. Staf perpustakaan Prodi IPPAK yang telah murah hati melayani penulis dalam meminjamkam buku-buku yang diperlukan penulis dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.

  13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberi

  DATAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv MOTTO. .................................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIANKARYA .................................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................................. viii

  

ABSTRACT ................................................................................................................. ix

  KATA PENGANTAR ............................................................................................... x DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................

  1 A. Latar Belakang ...........................................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................

  6 C. Tujuan Penulisan .........................................................................................

  6 D. Manfaat Penulisan .......................................................................................

  6 E. Metode Penulisan ........................................................................................

  7 F. Sistematika Penulisan .................................................................................

  8 BAB II. KONGREGASI FRANSISKANES SANTA ELISABETH DAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN .... ................................

  9 A. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth ...................................................

  9 1. Sejarah Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Dunia .......................

  9 2. Selayang Pandang Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Indonesia ..................................................................................................

  12

  a.

  Kebahagiaan Menurut Kitab Suci .......................................................... 20 b. Kebahagiaan Menurut Pendapat Tokoh-tokoh ...................................... 29 C. Kebahagiaan Sejati Fransiskan ................................................................... 38 1. Kebahagiaan Masa Muda Santo Fransiskus ................................................ 38 2. Tuhan Menuntun Fransiskus Menuju Kebahagiaan Sejati ......................... 40 3. Kebahagiaan Sejati Fransiskus .................................................................... 44 4. Ciri- ciri Orang yang Berbahagia Menurut Santo Fransiskus Asisi .........................................................................................

  48 BAB III. PEMAHAMAN DAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN PARA SUSTER YUNIOR FRANSISKANES SANTA ELISABETH ................................................

  51 A. Gambaran Suster Yunior Kongregasi FSE ................................................ 51 B. Penelitian Tentang Pemahaman dan Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Para Suster Yunior FSE .................................................

  54 1. Metodologi Penelitian ................................................................................. 55 a.

  Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 55 b.

  Tujuan Penelitian ..................................................................................... 56 c. Jenis Penelitian ......................................................................................... 56 d.

  Instrumen Penelitian................................................................................. 57 e. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 57 f. Responden ................................................................................................ 58 g.

  Variabel Penelitian ................................................................................... 58 2. Hasil Penelitian ........................................................................................... 59 a.

  Hasil penelitian: Para Suster Yunior ........................................................ 60 b.

  Hasil Penelitian: Pembimbing Yunior ..................................................... 82 c. Kesimpulan Hasil Penelitian .................................................................... 91

  BAB IV.SUMBANGAN KATEKESE SHARED CHRISTIAN FRAXIS SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN SUSTER YUNIOR FSE ............................................................................................

  95

  2. Tiga Komponen dalam Model Shared Christian Praxis ................................. 97 3.

  Langkah-Langkah Katekese Model SCP ........................................................ 98 B.

  Usulan Program katekese Model Shared Christian Praxis dalam Meningkatkan Penghayatan kebahagiaan Sejati Fransiskan Bagi Para Suster Yunior FSE ................................................................................. 102 1.

  Usulan Program ............................................................................................... 102 2. Alasan Pemilihan Program .............................................................................. 102 3. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan ................................................................ 103 4. Perumusan Tema dan tujuan ............................................................................ 104 5. Gambaran Pelaksanaan Program ..................................................................... 106 6. Matrix Program Pembinaan ............................................................................. 107 7. Contoh Persiapan Rekoleksi Suster Yunior FSE ............................................. 110

  BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 130 A. Kesimpulan .................................................................................................... 130 B. Saran .............................................................................................................. 131 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 133 LAMPIRAN ............................................................................................................... 133 1. Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian .................................................... . (1) 2. Lampiran 2: Surat Pengantar dan Daftar Pertanyaan Penelitian Kepada Pembimbing Yunior ............................................................................................. (2) 3. Lampiran 3: Contoh Hasil Penelitian dari Pembimbing Yunior .......................... (5) 4. Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Kepada Suster Yunior ........................................ (7) 5. Lampiran 5: Contoh Hasil Penelitian dari Suster Yunior .................................... (10) 6. Lampiran 6: Daftar Lagu-lagu Rekoleksi ............................................................ (13) 7. Lampiran 7: Teks kisah “ Kegembiraan Sempurna” ............................................ .. (15) 8. Lampiran 8: Jadwal Kegiatan Rekoleksi ............................................................. (18)

  DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Deuterokanonika, penerbit Lembaga Alkitab Indonesia, terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi wali Gereja Indonesia, Jakarta: 1999.

  Gal : Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia Kor : Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus Luk : Lukas Mat : Matius Mrk : Markus Rm : Surat Paulus kepada Jemaat di Roma Yoh : Yohanes Kis : Kisah Para Rasul Yak : Surat Yakobus Sir : Yesus Bin Sirakh B.

   Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  Kan : Kanon KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Cononici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II Tanggal 25 Januari 1983 C.

   Singkatan Lain Bdk : Bandingkan Cel : Celano FAK : Fransiskus dan Karya-karyanya FSE : Fransiskanes Santa Elisabeth Hal : Halaman Konst : Konstitusi KGK : Katekismus Gereja Katolik KWI : Konferensi Wali Gereja K3S : Kisah Tiga Sahabat No : Nomor Pth : Petuah-petuah St. Fransiskus Psl : Pasal SCP : Shared Christian Praxis Sr : Suster St : Santo atau Santa Tgl : Tanggal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang ingin hidupnya bahagia dan berhak untuk mengusahakannya. Maka dapat diterima bila berbagai cara dilakukan orang untuk mencapai

  kebahagiaan tersebut. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah berbagai cara yang dilakukan tersebut sungguh menghantar orang kepada kebahagiaan?.

  Dengan demikian sangat wajar setiap orang kembali mempertanyakan makna dan arti kebahagiaan tersebut. Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak untuk dihidupi, demikian ungkapan seorang filsuf. Bagi penulis kebahagiaan itu juga patut dipertanyakan dan menarik untuk direnungkan.

  Dalam Kitab Suci digambarkan tujuan hidup manusia adalah untuk bahagia, walaupun tidak diungkapkan secara langsung. Hal ini dapat dilihat mulai dari kisah penciptaan hingga kedatangan Yesus ke dunia. Berkaitan dengan tujuan hidup manusia Leteng mengungkapkan bahwa manusia dipanggil tidak hanya untuk tumbuh dan berkembang secara jasmani, melainkan juga secara spiritual. Pertumbuhan dan perkembangan yang dimaksud apabila pertumbuhan spiritual manusia baik dan benar maka situasi alam ciptaan akan berjalan dengan baik, benar, harmonis dan menyenangkan. Hal ini sangat jelas sejak awal manusia dipanggil untuk hidup nyaman yang tidak terlepas dengan relasi seluruh alam ciptaan (Leteng, 2012: 6).

  Manusia akan mengalami kebahagiaan ketika mengalami rasa aman dan yang belum bebas. Rasa tertekan tersebut dapat berupa rasa takut, cemas, ragu, kemiskinan, penindasan dan berbagai macam bentuk penderitaan lainnya. Situasi yang demikian ternyata semakin menguasai hidup manusia. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah penderita depresi atau stress, baik pada tingkat nasional maupun internasional yang diperkirakan pada tahun 2020 akan menempati peringkat kedua di bawah penyakit jantung koroner (Kompas 2012, 8 Oktober).

  Situasi ini menandakan bahwa manusia belum mencapai tujuannya untuk hidup bahagia.

  Pada kehidupan menggereja, pencarian kebahagiaan tersebut tampak dari banyaknya umat yang berusaha berkonsultasi dengan Romo bagian konsultasi keluarga. Pada umumnya Romo juga sungguh berusaha membantu pemahaman umat yang berkonsultasi tentang kebahagiaan dan membantu mereka memperjuangkan kebahagiaan yang pada awalnya tidak mereka pahami. Diharapkan dengan konsultasi tersebut, pemahaman umat tentang kebahagiaan menjadi baru. Pemahaman baru maksudnya umat semakin memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak terbatas pada kehormatan, kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kesehatan, kenikmatan, dan seluruh ciptaan, tapi hanya pada Allah (Hidup 2012, 21 Oktober).

  Kebahagiaan dalam hidup membiara dapat dilihat dari sikap kaum religius menghadapi persoalan hidup dalam panggilannya. Tidak sedikit kaum religius mencari kebahagiaannya melalui dunia maya, misalnya melalui situs jejaring sebagai kaum religius akan terlupakan karena lebih banyak waktu yang dipakai untuk mengurus situs jejaring sosial tersebut. Pada dasarnya, komunitas bagi kaum religius merupakan tempat yang tepat untuk menemukan kebahagiaan dan menuangkan segala pengalaman suka duka dalam hidup. Namun kenyataannya pada jaman sekarang keberadaan dunia maya membuat banyak kaum religius mencari kebahagiaan melalui hal tersebut. Bahkan ada pengakuan dari seorang religius, bahwa dia menemukan cinta sejati melalui facebook (Rohani, No : 02, Februari 2011).

  Pada tahun 2011, banyak usaha yang telah dilakukan oleh kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth untuk menyegarkan semangat yunior sebagai orang yang terpanggil. Usaha tersebut antara lain melalui weekend tentang spiritualitas religius dalam menggunakan teknologi komunikasi, secara khusus penggunaan internet dan situs jejaring sosial facebook. Internet dan facebook dianggap sebagai salah satu penyebab keruhnya penghayatan yunior sebagai seorang Fransiskan, serta membuat keinginan tidak teratur dari para suster yunior. Pada pertemuan tersebut para suster yunior diminta membatasi diri menggunakan fasilitas internet, serta menutup akun facebook jika ada.

  Salah satu keprihatinan kongregasi akhir-akhir ini bahwa pembinaan para suster yunior masih belum mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud dari pembinaan para suster yunior adalah agar mereka sungguh memiliki identitas diri sebagai FSE. Identitas FSE yang dimaksud adalah hidup bersatu dengan Allah, diharapkan sudah memiliki cinta bakti dan penyerahan diri, serta hidup sederhana dan rendah hati.

  Namun dari pendalaman bahan kapitel umum IV tahun 2012 yang lalu, berdasarkan hasil evaluasi hidup para suster FSE, diketahui bahwa para suster yunior belum mempunyai semangat mencintai sebagai saudara dan juga belum memiliki kegembiraan sejati Fransiskan. Mereka cenderung bercermin kepada hal-hal yang kurang baik, serta lebih banyak menuntut dan membanding- bandingkan diri dengan suster yang sudah berkaul kekal.

  Menurut para pembina, adapun faktor-faktor penyebab kurang tercapainya tujuan pembinaan tersebut adalah jaman yang serba instan, konsumerisme, hedonisme, pergaulan bebas serta keadaan keluarga yang kurang mendukung sehingga nilai-nilai religius dan daya juang rendah. Para pembina mengakui kesulitan membina para calon yang baru masuk biara.

  Generasi muda jaman ini tidak luput dari pengaruh konsumerisme. Banyak hal yang menjadi pergulatan generasi muda, baik dari situasi keluarga, cara memandang kehidupan, serta gaya hidup yang instan, sehingga kehilangan wawasan ke depan (Darminta, 2006: 110-111). Hal tersebut mengakibatkan kaum religius generasi muda kesulitan untuk menghayati panggilannya sehingga membuat kaum religius tidak bahagia dalam panggilan.

  Para suster yunior FSE yang mendalami hidup Santo Fransiskus, penting untuk melihat kembali semangat hidup yang dimaksudkan, sehingga cara hidup

  Katekese merupakan komunikasi iman antar peserta yang berpangkal dari pengalaman peserta. Katekese Shared Christian Praxis merupakan salah satu model katekese yang menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif, sehingga peserta terdorong mengkonfrontasikan nilai “tradisi” dan “visi” peserta dengan nilai “Tradisi” dan “Visi” Kristiani. Dengan demikian peserta baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah (Sumarno Ds, 2011: 14).

  Menurut penulis, katekese model SCP cocok untuk membantu para suster yunior mengolah pengalaman aktual dan harapan mereka. Hal ini sekaligus dapat membantu para suster untuk menghilangkan budaya bisu yang tidak jarang terjadi dalam pertemuan-pertemuan. Katekese model Shared Christian Praxis ini diharapkan membantu mereka untuk berani mengungkapkan pengalamannya dan menghargai pengalaman saudari yang lain. Dengan sikap terbuka dan menghargai pengalaman setiap saudari, mereka bersama-sama dapat saling meneguhkan dan memiliki semangat baru untuk mengusahakan praxis ke depan yang lebih baik.

  Adapun Praxis yang diusahan di sisni adalah mengarah pada pengahayatan kebahagiaan sejati Fransiskan, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Santo Fransiskus dari Assisi. Maka penulis mengangkat judul “Usaha Meningkatkan

  

Penghayatan Kebahagiaan Sejati Fransiskan Para Suster Yunior

Fransiskanes Santa Elisabeth Melalui Katekese Shared Christian Praxis

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah pada karya tulis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan sejati Fransiskan? 2.

  Sejauh mana kebahagiaan sejati Fransiskan telah dihayati oleh para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth?

  3. Bagaimana Katekese Model Shared Christian Praxis dapat digunakan untuk meningkatkan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth? C.

   Tujuan Penulisan

  Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut 1. Menggali serta memahami arti dan makna kebahagiaan sejati Fransiskan.

  2. Menemukan gambaran penghayatan para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.

  3. Menggambarkan sejauh mana katekese Model Shared Christian Praxis dapat digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan kebahagiaan Fransiskan sejati para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth dalam hidup panggilan setiap hari.

D. Manfaat Penulisan

  a.

  Untuk mengetahui sejauh mana para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth sudah menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.

  b.

  Agar para suster Fransiskanes Santa Elisabeth semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.

2. Bagi Penulis a.

  Untuk semakin memperluas wawasan dan ketrampilan tentang katekese metodel shared christian praxis sebagai seorang katekis di tengah umat.

  b.

  Agar semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dalam panggilan sebagai seorang biarawati.

  3. Dapat menambah khasanah pengetahuan di kampus IPPAK-USD mengenai katekese metodel shared christian praxis dalam membantu umat dalam menghayati hidupnya pada mata kuliah tertentu.

E. Metode Penulisan

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi analitis yaitu menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang ada serta menemukan makna kebahagiaan sejati Fransiskan dan katekese Model Shared

  

Christian Praxis. Selain itu penulis menggunakan buku-buku, artikel, serta tulisan

  dari sumber-sumber yang berkaitan dengan kebahagiaan dalam kegunaannya untuk pembinaan para suster dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.

F. Sistematika Penulisan Bab I.

  Bab ini berisi gambaran umum tentang isi skripsi, yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

  

Bab II. Bagian pertama bab ini membahas seputar sejarah Kongregasi di dunia,

  dan di Indonesia serta bagaimana situasi dan perjuangan pendiri Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth. Bagian kedua menjelaskan beberapa hal tentang kebahagiaan menurut Kitab Suci dan tokoh-tokoh, serta mengungkapkan kebahagiaan sejati menurut Santo Fransiskus dan ciri-cirinya.

  

Bab III. Bagian pertama bab ini menguraikan gambaran suster yunior FSE.

Bagian kedua membahas penelitian tentang pemahaman dan

  penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior. Bagian selanjutnya akan memaparkan pembahasan hasil penelitian.

  

Bab IV. Bab ini akan menguraikan seputar katekese dan usulan program katekese

  model SCP, agar membantu para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dalam hidup harian secara konkret. Bab ini juga akan membuat contoh persiapan rekoleksi untuk melaksanakan program tersebut bagi para suster yunior FSE.

  

Bab V. Bagian terakhir dari karya ini merupakan penegasan dari intisari skripsi

BAB II KONGREGASI FRANSISKANES SANTA ELISABETH DAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN Pada bab ini akan diuraikan sejarah kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di dunia dan di Indonesia. Situasi dan perjuangan hidup pendiri hingga

  terjadinya kongregasi baru serta semangat dan pergulatan yang dilalui pendiri akan dipaparkan pada bab ini. Kemudian akan dijabarkan seputar kebahagiaan dari Kitab Suci maupun dari tokoh-tokoh, secara khusus kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan semangat hidup Santo Fransiskus Assisi, yang menjadi semangat kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth.

A. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth

  Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth dikenal melalui sejarah, semangat pendiri dan spiritualitas kongregasi. Kongregasi FSE didirikan pada tahun 1880 di Breda oleh Sr Mathilda Leenders. Spiritualitas Kongregasi FSE adalah menghayati dan mengikuti semangat Santo Fransiskus Assisi sebagaimana yang telah diwariskan oleh ibu pendiri. Berikut akan dipaparkan tentang kedua hal tersebut secara lebih jelas.

1. Sejarah Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Dunia

  Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth selanjutnya disebut kongregasi FSE hadir di dunia pada tahun 1880. Hadirnya kongregasi FSE tidak terlepas dari situasi Eropa pada abad XXI, khususnya di negara Belanda. Sekitar tahun1878 - yang tidak mampu membayar biaya opname, serta tidak tersedianya tempat di rumah sakit untuk menampung pasien yang membutuhkan waktu perawatan yang lama. Dilatarbelakangi oleh masalah sosial di atas, sebuah kongregasi yang berasal dari negara Belgia dari kota Antwerpen menghubungi Uskup Breda pada saat itu, Mgr Henricus Van Beek, untuk membuka biara di kota tersebut dengan tujuan agar bisa merawat orang sakit dari rumah ke rumah. Namun setelah diadakan perundingan dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat, diusulkan agar uskup mencari kongregasi atau tarekat yang berasal dari dalam negeri saja.

  Mgr Henricus Van Beek, yang akhirnya menjadi inspirator kongregasi FSE, meyakini bahwa pelayanan terhadap orang-orang sakit tersebut adalah hal yang memang sangat dibutuhkan pada saat itu. Namun beliau masih mencari kongregasi atau tarekat di Breda yang rela memberikan pelayanan yang seperti itu. Keuskupan Breda memiliki beberapa tarekat suster Peniten Rekolektin yang bergerak dalam bidang pelayanan orang sakit. Namun semua tarekat ini hidup dalam klausura, sehingga mustahil untuk meminta mereka melayani di luar biara.

  Meskipun menyadari hal ini, Mgr. Henricus Van beek, tetap memutuskan untuk meminta kepada para Suster Fransiskanes rumah sakit di Haagdijk. Biara Peniten Rekolektin ini bernama Mater Dei, dengan motto Alles Voor Allen (Semuanya Untuk Semua).

  Permohonan terhadap biara Mater Dei tersebut terbentur dengan tradisi Meskipun Mgr Henricus Van Beek menjelaskan bahwa Anggaran Dasar Ordo III tidak bertentangan dengan permintaan yang diajukan, namun Kongregasi Mater

  

Dei di Haagdijk tidak dapat mengabulkan permintaan untuk menugaskan

anggotanya untuk merawat orang sakit dari rumah ke rumah.

  Setelah melihat bahwa tarekat yang sudah ada tidak mungkin melakukan pelayanan merawat orang sakit dari rumah ke rumah, maka para tokoh agama dan tokoh masyarakat menyarankan kepada uskup untuk mendirikan tarekat baru, dengan meminta beberapa suster untuk berpindah ke kongregasi yang akan didirikan. Sr Mathilda dikenal dikenal baik oleh warga dan dipandang mampu menjadi perintis. Sr Mathilda berasal dari kota Nijmegen, lahir pada tanggal 21 Desember 1825 dari keluarga Leenders dengan nama baptis Wilhelmina. Pada waktu dia diminta melaksanakan tugas tersebut beliau sudah berusia 55 tahun.

  Demi nama Tuhan dan dengan permenungan yang mendalam akhirnya Sr Mathilda setuju untuk meninggalkan biara lama dan masuk ke biara baru dengan tetap hidup sebagai religius yang taat pada kaul kebiaraan dan memenuhi permintaan uskup dan menyuarakan kebutuhan umat.

  Selain Sr. Mathilda ada beberapa suster lain yang menjadi pionir dalam kongregasi baru ini, yaitu Sr. Anna yang memutuskan untuk mengikuti Sr.

  Mathilda. Pada tanggal 25 Juli 1880, Sr. Mathilda dan Sr. Anna menandatangani surat yang menyatakan kerelaannya meninggalkan Biara Alles Voor Allen. Empat hari kemudian, tepatnya tanggal 29 Juli 1880, mereka meninggalkan biara Alles

  

Heilige Franciscus Van Assisi , dan dipercayakan di bawah perlindungan Santa

  Elisabeth dari Hongaria, karena santa ini dipercaya Gereja Katolik sebagai pencinta orang miskin dan menderita, khususnya orang-orang sakit. Secara otomatis Sr. Mathilda Leenders menjadi pemimpin kelompok baru tersebut. Tidak lama setelah kongregasi berdiri ada dua suster datang dari biara Alles Voor Allen untuk membantu, yakni Sr Yuliana dan Sr. Berta, namun setelah sembilan bulan kembali ke biara asal di Haagdijk. Kemudian ada dua orang suster yang masuk menjadi anggota baru sebagai novis, yaitu Sr. Perpetua dan Sr. Camila, dan pada tahun 1883, ada seorang gadis yang melamar menjadi postulan yang kemudian akan menjadi Sr. Bernarda. Demikianlah akhirnya, seiring perkembangan jumlah anggota kongregasi, maka pembagian tugas mulai diorganisir lebih jelas. Sr.

  Mathilda Leenders ditugaskan sebagai Pemimpin Umum, Sr. M. Anna Van Dun sebagai Wakil Pemimpin dan Sr. Perpetua sebagai Magistra Novis (Simbolon, 2009:176-191).

2. Selayang Pandang Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Indonesia.

  Pada tahun 1922, atas permintaan Pastor H.A.F.M. de Wolff OFMCap yang sangat menginginkan kehadiran perawat Katolik khususnya biarawati untuk bekerja di rumah sakit pemerintah, maka Mgr. Mathias Brans, pemimpin misi OFMCap yang berpusat di Sumatera Barat (Padang) bermaksud mengembangkan misi Katolik di bidang pelayanan kesehatan di Sumatera Utara (Medan). Setelah Belanda melalui Mgr. Petrus Hoopmans. Beliau memilih Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Breda, karena kongregasi ini memiliki rumah sakit dan sudah berpengalaman dalam pelayanan kesehatan.

  Setelah melalui proses panjang, pada tanggal 13 Januari 1925 Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Breda memutuskan dan mengumumkan nama keempat suster yang akan berangkat ke daerah misi, yaitu Sr. M. Pia Van Blaricum, Sr. M. Philotea Biemans, Sr. M. Gonzaga Van Gorp dan Sr. M. Antoinette Plug. Keempat suster ini beraangkat dari Belanda pada tanggal 29 Agustus 1925 dengan kapal Johan de Witt. Mereka tiba di Medan pada tanggal 29 September 1925. Kemudian para suster tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jl.

  Wasir No.8 (Sekarang Jl. Kolonel Sugiono Medan).

  Rencana atas kedatangan tenaga perawat yang merupakan kesepakatan dengan pihak pemerintah setempat ternyata tidak jadi. Pemerintah setempat tidak menerima para perawat biarawati Katolik. Para suster merasa sedih, namun tidak putus asa. Penolakan ini justru menghantar mereka untuk melayani orang sakit dan menderita dari rumah ke rumah. Setelah delapan bulan, semakin banyak pelayanan yang menuntut para suster, bahkan orang sakit yang justru datang ke rumah suster. Untuk itu para suster membutuhkan tempat pelayanan yang layak, maka dibeli rumah yang sangat sederhana di Jl. S. Parman Padang Bulan untuk tempat tinggal para suster dan menanpung orang-orang sakit yang sedang dirawat (Syukur, 2009: 214-215).

  Pada tanggal 11 Februari 1929, dibangunlah rumah sakit yang berdampingan dengan rumah suster di Jl. Imam Bonjol Medan. Rumah ini kelak akan menjadi rumah induk Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Indonesia.

  Dari tahun ke tahun Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth semakin berkembang, baik dari jumlah anggota maupun dalam karya dan pelayanan. Karya pelayanan semakin bertumbuh dan beragam, mulai dari rumah peristirahatan penderita TBC di Berastagi yang selanjutnya akan menjadi rumah retret Maranatha. Kemudian, karena calon suster FSE semakin banyak, maka sebagai langkah awal dibangun rumah pembinaan di Jalan Slamet Riyadi Medan.

  Dalam masa pembinaan ini, kepada para calon mulai dikenalkan tentang kongregasi FSE, juga ditanamkan tentang semangat pendiri, serta spiritualitas FSE sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi. Sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi, para suster FSE dipanggil untuk hidup dalam kebahagiaan sejati Fransiskan yang nyata dalam karya pelayanan dan persaudaraan. Maka dari awal berdirinya kongregasi, semangat kebahagiaan sejati Fransiskan sudah ditanamkan dari awal masa pembinaan, dan diharapkan meskipun masih dalam masa pembinaan sudah memiliki semangat kebahagiaan sejati Fransiskan (Kons. No.

  12-16).

3. Spiritualitas Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth

  Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth menghayati dan mengikuti cara hidup Ordo Ketiga Regular yang disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 08 Desember 1982 serta kharisma Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth.

  Sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi dengan cara hidup peniten rekolek, kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth mengikat diri seumur hidup pada cita-cita Injili dengan hidup dalam ketaatan, dalam kemiskinan, dan kemurnian (AD III Reg.1) dalam kesatuan persaudaraan. Mereka dijiwai oleh semangat doa dan samadi, semangat pengabdian dan pengorbanan, semangat tapa dan matiraga selaku peniten rekolek (Kons, No 3). Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa semua anggota kongregasi FSE menjalani hidup seturut cita-cita Injili dengan hidup dalam ketaatan, kemiskinan dan kemurnian, yang diikrarkan dalam kaul-kaul suci. Para suster FSE juga diharapkan hidup dalam semangat pengabdian dan pengorbanan, semangat tapa dan matiraga sebagai angggota peniten rekolek.

  Adapun yang menjadi Kharisma kongregasi adalah ”Daya kasih Kristus yang menyembuhkan orang-orang kecil dan menderita sampai rela wafat di kayu salib”. Kharisma inilah yang membakar jiwa pendiri yaitu Mathilda Leenders sendiri. Kharisma kongregasi ini memuat empat unsur yaitu kasih, penyembuhan, orang kecil, dan salib. Allah adalah kasih (1Yoh.4:8). Melawat orang sakit dengan kasih merupakan dasar bagi para suster FSE. Pelayanan yang diberikan bukan karena profesi melainkan karena identitas diri sebagai FSE. Sebagaimana identitas FSE bahwa “orang yang bersatu dengan Allah tidak menyia-nyiakan daya kasih Kristus dalam bentuk pelayanan yang menyembuhkan orang-orang yang kecil,

  Menjadi penyembuh merupakan salah satu bagian dari semangat hidup Yesus. Karya penyembuhan itu nyata dalam pelayanan FSE baik karya maupun persaudaraan. Untuk itu sebagai anggota FSE, pertama-tama setiap pribadi sudah menjadi penyembuh bagi dirinya sendiri. Hal ini nyata dalam sikap menerima diri dan mensyukuri segala keberadaanya. Dengan demikian juga mampu menerima setiap saudari yang dianugerahkan kepadanya serta memiliki semangat pengampunan, baik terhadap diri sendiri maupun kepada sesama. Maka untuk mendukung rahmat pengampunan, setiap saudari melakukan pengakuan dosa minimal sekali sebulan, dan melakukan ibadat tobat pada Kamis Putih dan akhir tahun sebelum perayaan Ekaristi (Statuta. No.15).

  Unsur ketiga kharisma FSE adalah keberpihakan kepada orang kecil. Orang kecil yang dimaksud di sini bukan hanya yang miskin atau sakit secara fisik, melainkan juga orang yang haus akan kasih dalam hidupnya. Orang kecil pada jaman ini dipahami semakin luas mencakup dalam karya pelayanan, dan juga di tengah-tengah persaudaraan. Orang sakit yang datang ke rumah sakit ada kalanya tidak menemukan solusi kesembuhan karena dia tidak membutuhkan resep dari dokter, tetapi ia membutuhkan lawatan hati. Demikian juga dengan orang kecil, mereka butuh didengarkan, butuh dipahami, dan butuh diperhatikan. Demikian juga dalam persaudaraan tidak jarang saudari mengalami rasa minder, dan tidak diterima banyak orang. Seharusnya hal ini menjadi perhatian utama bagi anggota persaudaraan kongregasi FSE (Kons. No. 7) pernah terlepas dari salib, maka bersedia memanggul salib merupakan semangat pengorbanan demi cinta pada Kristus. Semangat pengorbanan yang dilakukan merupakan kesempatan untuk membagikan kasih kepada sesama (Statuta. No. 2.2)

  Sebagai Peniten Rekolek (pertobatan terus-menerus), FSE hidup dalam semangat pertobatan kepada Allah dan sesama. Bersedia membagaikan kasih Allah dalam semangat pengosongan diri, serta penuh kegembiraan dalam pengabdian kepada orang sakit dan menderita. Mencintai Yesus melalui orang sakit dan menderita merupakan cita-cita Injili yang menjadi semangat pendiri (Kons. No. 9)

  Melayani Yesus dalam diri orang sakit tertuang dalam motto kongregasi yaitu” ketika Aku sakit kamu melawat Aku” (Mat. 25:36). Seorang FSE lebih mengutamakan apa yang diutamakan Yesus, yaitu orang yang miskin dan menderita. Yesus menyamakan diri-Nya dengan orang yang miskin dan menderita. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, apa yang kamu perbuat bagi saudara-Ku yang paling hina ini kamu lakukan untuk Aku (Mat. 25:40).

  Orang yang dipandang hina, orang miskin dan tertindas sesungguhnya lebih mudah mengalami rasa sakit dan penderitaan daripada orang yang sakit secara fisik. Maka bagi seorang anggota FSE, melayani Yesus akan menjadi nyata melalui pelayanan yang merangkul dengan penuh kasih dan kegembiraan pada diri orang menderita. usaha membuat anggotanya suci. Hal ini dilakukan lewat pelayanan kepada sesama, khususnya kepada orang sakit. Demikian juga dalam persaudaraan, adanya kesatuan saling menerima keunikan masing-masing dengan gembira merupakan suatu rahmat dan pemberian Allah (Kons. No. 7).

  Konstitusi No.78 menyatakan bahwa: Hidup sebagai saudara merupakan sumber kegembiraan yang dapat dinikmati setiap hari sebagai anugerah Allah. Di dalamnya Tuhan menantang kita untuk secara aktif menerima saudara yang diberikan Tuhan (bdk. Was. 14), menerima dan menghargai perbedaan guna saling melengkapi, saling mendengarkan, saling mempercayai, saling mengampuni dan menghargai misteri perjalanan hidup masing-masing dalam rangka menuju Tuhan yang satu dan sama. Kegembiraan itu kita alami lebih-lebih bila kita berhasil meringankan beban dan menanggung bersama kesulitan yang kita jumpai (bdk. AD III.Reg.23).

  Berdasarkan kutipan di atas kita dapat melihat bahwa sebagai suster FSE, yang menjadi wadah kebahagiaan adalah persaudaraan. Dalam persaudaraan dianugerahkan saudari yang berbeda sebagai tantangan untuk mewujudkan kebahagiaan. Namun pada akhirnya kebahagiaan bukan hanya dalam hal memberi dan menerima tetapi juga dalam hal pengorbanan diri dan menanggung kesulitan bersama untuk menuju Tuhan sang sumber kebahagiaan.

  Agar persaudaraan yang membahagiakan dapat terpelihara dengan baik, maka setiap saudari secara pribadi maupun bersama harus menjalin persaudaraan sejati.

  Kita bersaudara dengan siapa saja dan dengan ramah mau menerima siapa pun juga yang datang kepada kita (bdk. AngTBul. 7.14 ). Dalam rangka itu, kita suka menerima tamu dan selalu bersedia membuka pintu bagi

  Berdasarkan kutipan di atas kita dapat melihat bahwa sebagai suster FSE Persaudaraan yang dibangun, tidak terbatas hanya persaudaraan dalam kongregasi saja, tetapi membangun persaudaraan dengan siapa saja.

B. Kebahagiaan 1. Definisi Kebahagiaan

  Kebahagiaan berasal dari kata bahagia. Kebahagiaan biasanya sangat berdekatan dengan suasana hati, yang di dalamnya ada rasa damai dan tenang.

  Bahagia merupakan kata yang tidak pernah bosan di telinga setiap orang. Arti kebahagiaan sendiri sangat luas, bahkan setiap orang bebas untuk mengungkapkan pendapatnya. Arti kebahagiaan tergantung dari pemahaman dan pengalaman setiap pribadi.

  Semua orang mencari kebahagiaan, namun makna kebahagiaan sendiri sesungguhnya merupakan hal yang masih harus dipertanyakan. Tidak jarang orang membuat syarat untuk dirinya supaya bahagia. Tetapi ketika syarat itu terpenuhi orang tersebut belum tentu juga bahagia. Dalam hal ini Gede Prama menggunakan bahasa “kebahagiaan yang datang dan pergi” dengan “kebahagiaan yang lebih dalam”. Ada dua macam kebahagiaan. Kebahagiaan yang pertama adalah kebahagiaan yang dicari di luar dan dibeli, ia bersifat sama, datang dan pergi. Sementara kebahagiaan yang kedua adalah, kebahagiaan dengan akar di dalam dengan melewati tangga-tangga kesedihan. Kebahagiaan jenis yang kedua

  Satu hal yang dapat diterima bersama bahwa semua orang menginginkan kebahagiaan, dan semua orang berhak untuk mendapatkannya. Demikian pula cara untuk memperoleh kebahagiaan tidak mempunyai suatu patokan. Untuk memperoleh kebahagiaan, kadang-kadang orang tidak memikirkan kebahagiaan orang lain. Namun agar kita bahagia kita harus hidup beragama (Kasim, 1964: 28).

Dokumen yang terkait

Usaha meningkatkan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth melalui katakese Shared Christian Praxis.

1 29 171

Peningkatan penghayatan kaul kemiskinan bagi para suster Jesus Maria Joseph dalam karya melalui katekese - USD Repository

0 0 119

Usaha meningkatkan efektivitas pelayanan para suster Puteri Kasih Indonesia terhadap orang miskin melalui katekese model Shared Christian Praxis - USD Repository

0 0 170

Deskripsi tingkat kecerdasan spiritual para suster yunior Ordo Santa Ursula tahun 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 1 126

Upaya meningkatkan pembinaan hidup religius para suster yunior puteri reinha rosari dalam menghadapi tantangan zaman sekarang - USD Repository

0 2 135

Katekese ekologi sebagai upaya meningkatkan penghayatan spiritualitas ekologis bagi para Fransiskan di Yogyakarta dalam rangka gerakan pelestarian lingkungan hidup - USD Repository

0 2 252

Usaha meningkatkan spiritualitas kerasulan awam bagi prodiakon paroki di wilayah Santo Yusup Sendangsari-Sendangrejo, Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Yogyakarta, melalui katekese model Shared Christian Praxis - USD Repository

0 1 121

Pembinaan hidup religius para suster yunior kongregasi suster-suster Fransiskanes Sibolga dalam proses pematangan pribadi berdasarkan nilai-nilai spiritualitas Santo Fransiskus Asisi - USD Repository

0 5 142

Penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup injili masa sekarang, para suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) Pematangsiantar - USD Repository

0 1 140

Pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia Pematangsiantar - USD Repository

0 0 137