PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN DIVISI MARKETING BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) DI KOTA SALATIGA DAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP
SEMANGAT KERJA KARYAWAN DIVISI MARKETING
BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) DI KOTA SALATIGA
DAN KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh:
HANANTYA ARYANA WIN DARMAWAN
NIM 21310044
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH S1
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2014
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin.Dengan mencoba sesuatu yang tidak mungkin, Kita akan bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin kita capai. (Mario Teguh)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk Kedua orang tuaku dan adik-adik tercinta,
Saudara dan seluruh keluarga besarku, Teman-teman Prodi Perbankan Syariah KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:
“Analisis Pengaruh Gaya Keemimpinan Terhadap Semangat kerja
karyawan Divisi Marketing Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Di Kota Salatiga dan
Kabupaten Semarang ” dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Shalawat sertasalam semoga selalu tercurahkan kepada nabi agung baginda Rasulullah SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh ilmu dan iman.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam jurusan Syari’ah Program Studi Perbankan Syariah. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan dalam berbagai bentuk. Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain Salatiga)
2. Bapak Benny Ridwan, M.Hum selaku Ketua Jurusan Syariah Stain Salatiga
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Perbankan Syariah
4. Bapak Dr. H. Agus Waluyo, M.ag. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. Segenap Dosen Jurusan Syariah dan Program Studi Perbankan Syariah S1 yang telah memberikan bekal berbagai teori, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Seluruh Staf dan karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga 7.
Kedua Orang tuaku tercinta, yang telah memberikan dorongan do’a, moril dan materil, serta yang senantiasa menjadi inspirasi bagi penulis.
8. Saudara dan seluruh keluarga besarku, yang juga memberi dukungan
9. Teman-teman seperjuangan PS S1 A dan B,
10. Kepada Seluruh pimpinan dan karyawan BMT kota Salatiga dan Kabupaten Semarang, atas kerjasamanya dalam memperoleh data yang penulis butuhkan.
11. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga kebaikan semua pihak yang telah memberikan bantuan mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan penuh kekurangan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebanyak-banyaknya, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Amiin.
Salatiga, 28 Agustus 2014 Penulis
Hanantya Aryana Win D
NIM: 21310044
ABSTRAK
Darmawan, Hanantya Aryana Win. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Terhadap Semangat Kerja Karyawan Divisi Marketing Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Di Kota Salatiga Dan Kabupaten Semarang .
Skripsi, JurusanSyari ’ah & Ekonomi Islam, Program Studi Perbankan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dr. H. AgusWaluyo, M.Ag. Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Semangat Kerja
Pada organisasi lembaga keuangan seperti BMT, divisi marketing merupakan ujung tombak organisasi. Seorang marketing, setiap harinya harus berhadapan dengan anggota maupun calon anggota pada BMT tersebut yang memiliki beragam karakter untuk memasarkan produk yang dimiliki. Oleh karena itu, diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat agar semangat kerja karyawan divisi marketingtetap terjaga dengan baik.
Penelitian ini menggunakan metode kuantatif karena penelitian bertujuan untuk mengkonfirmasi data yang didapatkan di lapangan dengan teori yang ada. Objek penelitian yang digunakan adalah karyawan divisi marketing BMT Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang dengan sampel sebanyak 63 karyawan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Sedangkan data diolah menggunakan beberapa uji yaitu uji reliabilitas, validitas, asumsi klasik,dan uji statistik.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan (otokratik, partisipatif, free rein) secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja karyawan divisi marketing BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Sedangkan gaya kepemimpinan yang paling dominan mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah gaya kepemimpinan partisipatif.
Saran yang dapat penulis berikan bagi BMT Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang adalah agar lebih memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan divisi marketing khususnya mengenai penerapan gaya kepemimpinan yang tepat bagi karyawan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING-------------------------------- i HALAMAN PENGESAHAN ---------------------------------------------------- ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ---------------------- iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ------------------------------- iv HALAMAN KATA PENGANTAR--------------------------------------------- v HALAMAN ABSTRAK----------------------------------------------------------- vii HALAMAN DAFTAR ISI -------------------------------------------------------- viii HALAMAN DAFTAR TABEL -------------------------------------------------- x HALAMAN DAFTAR GAMBAR---------------------------------------------- xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang --------------------------------------------------------- 1 B. Rumusan Masalah ----------------------------------------------------- 8 C. Tujuan dan Manfaat Peneltian -------------------------------------- 8 D. Sistematika Penulisan ------------------------------------------------ 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka--------------------------------------------------------- 11 B. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) -------------------------------------- 12 C. Gaya Kepemimpinan--------------------------------------------------- 15
1. Prinsip dasar Kepemimpinan----------------------------------- 16
2. Jenis Gaya Kepemimpinan-------------------------------------- 19
3. Faktor yang Mempengarui Gaya Kepemimpinan------------ 23
D. Semangat Kerja --------------------------------------------------------- 23
E. Marketing----------------------------------------------------------------- 27
F. Kerangka Pemikiran----------------------------------------------------- 29
G. Hipotesis------------------------------------------------------------------ 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian------------------------------------ 33
B. Objek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ------------------------------- 33
C. Populasi dan Sampel--------------------------------------------------- 33
D. Teknik Pengumpulan Data------------------------------------------ 34
E. Skala Pengukuran------------------------------------------------------ 36
F. Definisi Konsep dan Operasional------------------------------------ 36
G. Instrumen Penelitian--------------------------------------------------- 38
H. Uji Instrumen------------------------------------------------------------ 46
I. Alat Analisis------------------------------------------------------------- 48
BAB IV ANALISIS DATA A. Gambaran Objek Penelitian ------------------------------------------ 49 B. Identitas Responden --------------------------------------------------- 50 C. Uji Validitas dan Reliabilitas ---------------------------------------- 50 C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas-------------------------------------------- 53
2. Uji Heterokendastisitas----------------------------------------- 54
3. Uji Normalitas--------------------------------------------------- 55
4. Uji Linearitas---------------------------------------------------- 55
D. Uji Statisitk
1. Uji Simultan (F) ------------------------------------------------ 57
2. Uji Determinasi------------------------------------------------- 58
3. Uji Parsial ------------------------------------------------------- 58
E. Hasil Uji Hipotesis-------------------------------------------------- 60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ------------------------------------------------------------ 65 B. Saran ------------------------------------------------------------------- 66 Daftar Pustaka Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel 1.1 : Penemuan Research Gap Penelitian ----------------------------------- 7Tabel 2.2 : Hipotesis Penelitian ------------------------------------------------------ 32Tabel 3.1 : Variabel dan Indikator Penelitian -------------------------------------- 45Tabel 4.1 : Daftar Nama dan Lokasi BMT----------------------------------------- 49Tabel 4.2 : Jenis kelamin responden----------------------------------------------- 50Tabel 4.3 : Uji reliabilitas ----------------------------------------------------------- 51Tabel 4.4 : Uji validitas-------------------------------------------------------------- 52Tabel 4.5 : Uji multikolinearitas---------------------------------------------------- 53Tabel 4.6 : Uji linearitas-------------------------------------------------------------- 56Tabel 4.7 : Uji linearitas ------------------------------------------------------------- 56Tabel 4.8 : Uji F --------------------------------------------------------------------- 57Tabel 4.9 : Uji R2---------------------------------------------------------------------- 58Tabel 4.10 : Uji T ---------------------------------------------------------------------- 59Tabel 4.11 : Hasil Uji Hipotesis ------------------------------------------------------ 64DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman
Gambar2.1 :Kerangka Penelitian--------------------------------------------- 29 Gambar3.1 :Indikator Gaya Kepemimpinan Otokratik-------------------- 40 Gambar3.2 :Indikator Gaya Kepemimpinan Partisipatif------------------ 41 Gambar3.2 :Indikator Gaya Kepemimpinan Free Rein------------------- 43 Gambar3.4 :Indikator Semangat Kerja--------------------------------------- 44 Gambar4.1 :Uji heterokendastisitas------------------------------------------- 54 Gambar4.2:Uji Normalitas----------------------------------------------------- 55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Salatiga merupakan kota kecil di Provinsi Jawa Tengah yang
memiliki potensi sumber daya manusia yang cukup baik. Adanya beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang terdapat di kota ini merupakan bukti bahwa kota ini menjadi salah satu kota yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari potensi sumber daya manusia yang ada, khususnya yang menimba ilmu di kota ini. Letak Kota Salatiga berada sebelah selataarak Kota Salatiga dan Kota Semarang sekitar 49 kilometer atau 52 km sebelah utara
yakni Argomulyo, Tingkir,
Sidomukti, dan Sidorejo. Kota ini berada di lereng timur sehingga membuat kota ini memiliki udara yang cukup sejuk. Berdasarkan luas wilayah, Kota Salatiga menduduki peringkat kotamadya terkecil di Indonesia. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Salatiga)
Sedangkan Kabupaten Semarang merupakan daerah yang memiliki cakupan wilayah yang sangat luas sehingga memiliki potensi jumlah sumber daya manusia yang sangat banyak. Kabupaten Semarang terdiri atas 19 Ibukota Kabupaten Semarang ada(http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Semarang)
Potensi sumber daya manusia yang dimiliki Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi Indonesia melalui berbagai sektor, baik yang bersifat organisasional maupun tidak. Sumber daya manusia merupakan komponen penting di dalam sebuah organisasi, baik yang bersifat profit oriented atau non profit oriented. Oleh karena itu, suatu organisasi harus mampu mengelola sumber daya manusia dengan manajemen yang baik.
Menurut Husein Umar dalam Sumarsono (2003:16), mengartikan manajemen sumber daya manusia, atau yang sering disingkat MSDM sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu . Menurut Mulyadi dalam Abdillah (tt:2), organisasi berisikan orang-orang yang mempunyai serangkaian aktifitas yang jelas dan dilakukan secara berkelanjutan guna mencapai tujuan organisasi.
Semua tindakan yang diambil dalam setiap kegiatan diprakarsai, dan ditentukan oleh manusia yang menjadi anggota organisasi, dimana manusia sebagai pendukung utama setiap organisasi apapun bentuk organisasi itu.
Salah satu organisasi yang menerapkan manajemen sumber daya manusia adalah Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). Menurut Sumiyanto (2008:24), BMT adalah lembaga yang memadukan fungsi antara Baitul Mal dan Baitut Tamwil. Dalam fungsinya sebagai Baitul Mal, pengelola BMT berfungsi sebagai perantara antara para muzakki dan munfiqqun dengan para mustahik. Dalam fungsi Tamwil, pengelola BMT berfungsi sebagai perantara investor (kreditur dan penabung) Penulis menyimpulkan bahwa BMT adalah lembaga keuangan profit oriented yang dikelola sesuai prinsip syariat Islam.
Dari hasil wawancara penulis terhadap Ketua PBMTI Kabupaten Semarang Bapak Nur Budiarso, beliau menyatakan bahwa hingga pertengahan tahun 2014, terdapat 20 BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang yang tergabung dalam Perhimpunan Baitul Mal Wat Tamwil Indonesia (PBMTI) Korda Kabupaten Semarang. Namun, menurut pengamatan penulis, kinerja sumber daya manusia, khususnya karyawan divisi marketing pada BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang masih belum optimal bila dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional. Salah satu indikator utamanya adalah masih banyak masyarakat Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang yang belum paham bahkan belum mengetahui tentang BMT dan jenis-jenis produknya. Banyak juga masyarakat yang enggan menggunakan jasa BMT meskipun mereka telah mengetahui perihal tentang BMT. Selain itu, banyak juga terdapat persepsi yang salah dari masyarakat terhadap BMT. Permasalahan ini perlu dikaji mengingat pada dasarnya, menurut penulis konsep sistem ekonomi syariah yang diaplikasikan oleh BMT sebenarnya lebih baik daripada system ekonomi konvensional. Jadi, seharusnya masyarakat lebih memilih BMT daripada lembaga keuangan konvensional. Namun faktanya, BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang masih kalah bersaing dengan lembaga keuangan konvensional. Dan dalam hal ini, karyawan BMT, khususnya divisi marketing memegang peranan penting agar BMT dan produk-produknya bisa lebih dikenal masyarakat dan semangat kerja karyawan BMT divisi marketing perlu untuk ditingkatkan. Menurut Boyd, dkk. dalam Haryadi (2009:28), marketing atau pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran.
Dari pengertian marketing tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa setiap sumber daya manusia dari suatu organisasi mempunyai kepentingan dan tujuan individu ketika ia memutuskan bergabung pada sebuah organisasi. Beragamnya kepentingan dan tujuan pada setiap individu menjadi sebuah hal yang tidak dapat dihindari lagi Namun, tujuan organisasi harus menjadi prioritas yang lebih utama dibandingkan dengan tujuan individual seseorang ketika bergabung pada sebuah organisasi. Pada organisasi lembaga keuangan seperti BMT, divisi marketing merupakan ujung tombak organisasi. Seorang marketing, setiap harinya harus berhadapan dengan anggota maupun calon anggota pada BMT tersebut yang memiliki beragam karakter. Oleh karena itu, semangat kerja karyawan divisi
marketing harus tetap terjaga dengan baik agar tujuan BMT dapat tercapai.
Nawawi dalam Asnawi (1998:2) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan suasana batin seorang karyawan yang berpengaruh pada usahanya untuk mewujudkan suatu tujuan melalui pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut Gorda dalam Dharmaputra (tt:2), terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan, dan salah satunya yang mampu mempengaruhi orang lain akan memberikan motivasi tersendiri bagi karyawan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Seluruh rangkaian hubungan baik yang bersifat formal maupun informal antara atasan dengan bawahan, akan menciptakan hubungan yang harmonis sehingga timbul kebersamaan dalam organisasi. Dengan terbentuknya hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan karyawan akan berdampak pada meningkatnya kinerja dan semangat kerja karyawan tersebut. Dari uraian di atas, gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang atasan dapat mempengaruhi semangat kerja bawahan.
Menurut Paul Hersay dan Ken Blanchard dalam Wijaya (2008:18), gaya kepemimpinan adalah upaya untuk mempengaruhi orang orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pegawai untuk mencapai tujuan, serta mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Hasibuan dalam Yasiroh (2010:13), mengklasifikasikan gaya kepemimpinan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan partisipasif, dan gaya kepemimpinan delegatif .
Moch As’ad dalam skripsi Cahyono (2004:11) membagi gaya kepemimpinan menjadi gaya kepemimpinan autokratik, partisipatif, dan gaya kepemimpinan free rein. Dalam penelitian ini, p enulis akan menempatkan tiga tipe gaya kepemimpinan menurut Moch As’ad tersebut sebagai variabel independen yang mempengaruhi semangat kerja karyawan divisi marketing BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. signifikan terhadap semangat kerja karyawan divisi marketing BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
Penelitian yang dilakukan Waridin dan Parlinda dalam Abdilah (tt:4) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja pegawai. Penelitian yang dilakukan Rasyid (2008) dari Universitas Merdeka Malang menyatakan bahwa hasil penelitian di Perusahaan Knalpot Roda Jaya Malang, variabel gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan partisipasi, dan free rein berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan. Sedangkan secara parsial, didapatkan hasil variabel gaya kepemimpinan partisipasif ternyata mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap semangat kerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan Maisadana (2006) tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. Bank Sumut Cabang Stabat menunjukkan bahwa secara simultan, variabel gaya kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan otoriter berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Stabat. Variabel gaya kepemimpinan
laissez faire tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada PT. Bank
Sumut Cabang Stabat. Secara parsial diantara variabel bebas yang diteliti ternyata variabel gaya kepemimpinan otoriter merupakan paling dominan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2006) dari Universitas Merdeka Malang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan otokratik, partisipatif, dan free
rein secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan. Variabel free rein leadership ternyata mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap semangat kerja karyawan.
Dari penelitian Etik (2009), diketahui bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh signifikan terhadap semangat kerja BPR Nusamba Sligi.
Variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap semangat kerja adalah gaya kepemimpinan partisipatif.
Tabel 1.1 Penemuan Research Gap PenelitianIsu Penulis Hasil Waridin (2005) Gaya Kepemimpinan berpengaruh
Pengaruh Gaya negatif dan tidak signifikan terhadap Kepemimpinan skinerja pegawai.
Terhadap Anwar Rasyid (2008)
Gaya Kepemimpinan berpengaruh Semangat Kerja negatif dan tidak signifikan terhadap
Karyawan semangat kerja karyawan Maisadana (2006) Gaya Kepemimpinan Otokratik berpengaruh paling dominan terhadap motivasi kerja karyawan
Gaya Kepemimpinan Dewi (2006) Gaya Kepemimpinan Free Rein yang berpengaruh paling dominan terhadap berpengaruh semangat kerja karyawan paling dominan
Etik (2009) Gaya Kepemimpinan Partisipasif berpengaruh paling dominan terhadap semangat kerja karyawan
Sumber: Waridin (2005), Anwar Rasyid (2008), Maisadana (2006), Dengan uraian latar belakang dan penelitian terdahulu yang menghasilkan penelitian yang berbeda tentang gaya kepemimpinan yang berpengaruh paling dominan terhadap semangat kerja karyawan, penulis mencoba menyajikan skripsi dengan judul
“PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP
SEMANGAT KERJA KARYAWAN DIVISI MARKETING BAITUL MAL
WAT TAMWIL (BMT) DI KOTA SALATIGA DAN KABUPATEN
SEMARANG”.B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut yaitu:
1. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan otokratik terhadap semangat kerja karyawan BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang?
2. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan Partisipasif terhadap semangat kerja karyawan BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang?
3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan free rein terhadap semangat kerja karyawan BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang?
4. Apa jenis gaya kepemimpinan yang paling berpengaruh dominan terhadap semangat kerja karyawan divisi marketing BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya terhadap semangat kerja karyawan pada BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam berbagai penelitian dan juga latihan penerapan teori-teori pengetahuan yang penulis terima dan dipelajari.
b. Bagi STAIN Salatiga Penelitian bermanfaat untuk menyediakan informasi serta menyediakan bahan acuan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya.
c. Bagi BMT Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau bahan masukan bagi BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang terutama mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja dan mengetahui gaya kepemimpinan yang paling berpengaruh dominan terhadap semangat kerja karyawan.
D. Sistematika Penulisan
Secara global, penulis menyajikan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang pendahuluan skripsi secara keseluruhan yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II TELAAH PUSTAKA Pada bab ini berisi tentang telaah pustaka yaitu landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pikir teoritik, dan hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian, variabel yang digunakan yaitu variabel bebas (independent
variable) dan variable terikat (dependent variable) beserta definisi opersionalnya,
populasi dan teknik penentuan sampel, metode pengumpulan data serta metode yang digunakan dalam menganalisi data dalam penelitian.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Bagian berisikan data dan profil singkat objek penelitian. Dalam bagian ini, penulis mulai menyajikan data dan hasil penelitian dan mulai menganalisis data yang diperoleh.
BAB V PENUTUP Bagian ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian penulis, yang pada prinsipnya merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian yang ada serta berisikan saran-saran bagi berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian serta isi penelitian yang berdasar pada kesimpulan. Selain itu, pada bab ini juga memaparkan keterbatasan yang dialami penulis dalam melakukan penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka Penelitian yang dilakukan Ningsih dalam Syaiyid, dkk. (tt:2) menyebutkan
bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap semangat kerja karyawan di UPPTI Universitas Brawijaya Malang. Sedangkan penelitian yang dilakukan Waridin dan Parlinda dalam Abdillah (tt:4), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja pegawai. Penelitian yang dilakukan Malvinas (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh signifikan terhadap Semangat Kerja karyawan di PT. Prima Rasa Lestari.
Menurut Rahardian (2009) gaya kepemimpinan partisipasif memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap semangat kerja pada lembaga bimbingan belajar CV. Neutron Yogyakarta Cabang Malang . Rasyid (2008) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan partisipasif, dan free berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja dan gaya kepemimpinan
rein
partisipasif (X2) mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap semangat kerja karyawan.
Maisadana (2006) melakukan penelitian dengan judul meneliti Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pada PT. Bank Sumut Cabang Stabat. Hasil penelitian menunjukkan secara serempak disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan demokratis dan gaya otoriter berpengaruh gaya kepemimpinan laissez faire tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Stabat. Gaya kepemimpinan otoriter memiliki pengaruh paling dominan terhadap motivasi kerja karyawan.
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah Penulis mencoba meneliti tentang bagaimana pengaruh gaya kepemimipinan Otokratik, Partisipasif, dan Free Rein terhadap semangat kerja dan tipe gaya kepemimpinan yang paling berpengaruh dominan terhadap semangat kerja karyawan dengan objek yang diteliti dikhususkan kepada karyawan divisi marketing BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.
B. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)
Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul mal dan
baitut tamwil . Sesuai pengertian istilahnya, BMT melaksanakan dua jenis
kegiatan, yaitu baitul mal dan baitut tamwil. Sebagai baitul mal, BMT menerima titipan zakat, infaq, dan shadaqah serta menyalurkan (tasaruf) sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan sebagai baitut tamwil, BMT bergiat mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan pengusaha kecil bawah dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan ekonomi.
Sebagai Baitut tamwil, BMT terutama berfungsi sebagai suatu lembaga keuangan syariah. Lembaga keuangan syariah yang melakukan upaya penghimpunan dan penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah yang paling mendasar dan yang sering digunakan adalah sistem bagi hasil yang kebanyakan BMT berupaya menjalankan fungsi keuangan syariah tersebut secara profesional dan patuh kepada syariah. Upaya meningkatkan profesionalisme membawa BMT kepada berbagai inovasi kegiatan usaha dan produk usaha. Sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing, BMT berkreasi menciptakan bentuk, nama dan jenis kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana. BMT sering menggunakan slogan atau semboyan yang dianggap bisa menjadi ciri khas mereka, yang biasanya juga diilhami oleh kondisi masyarakat yang dilayani.
Ridwan (2004) menyatakan bahwa visi BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota sehingga mampu berperan sebagai wakil Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Masing-masing BMT dapat saja merumuskan visinya sendiri. Karena visi sangat dipengaruhi oleh lingkungan bisnisnya, latar belakang masyarakatnya serta visi pendirinya. Namun demikian, prinsip perumusan visi harus sama dan tetap dipegang teguh.
Menurut Ridwan (2004) misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran-berkemajuan, serta makmur-maju berkeadilan berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT. Dalam melakukan usahanya, BMT berpegang teguh pada prinsip utama sebagai berikut : a. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikan pada prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata.
b. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif, adil, dan berakhlak mulia.
c. Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Semua pengelola pada setiap tingkatan, pengurus dengan semua lininya serta anggota, dibangun rasa kekeluargaan, sehingga akan tumbuh rasa saling melindungi dan menanggung.
d. Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap, dan cita-cita antar semua elemen BMT. Antara pengelola dengan pengurus harus memiliki satu visi dan bersama-sama anggota untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.
e. Kemandirian, yakni mandiri di atas semua golongan politik. Mandiri juga berarti tidak tergantung dengan dana
- –dana pinjaman dan bantuan tetapi senantiasa proaktif untuk menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya.
f. Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi dilandasi dengan dasar keimanan.
g. Istiqomah, konsisten, konsekuen, berkelanjutan, dan tanpa pernah putus asa.
Selain hal tersebut di atas, ada beberapa fungsi BMT yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak
2) Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan. 3) Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan kepada para pegawainya.
4) Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.
C. Gaya Kepemimpinan
Menurut Paul Hersay dan Ken Blanchard dalam Wijaya (2008:18), Gaya kepemimpinan adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk ikut dalam tujuan bersama. Gaya kepemimpinan tersebut meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisaisi, memotivasi perilaku pegawai untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya .
Menurut Thoha dalam Cahyono (2004:11), gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan dipengaruhi perilaku orang yang dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. Menurut Heidjrachman dan Husnan dalam Wijaya (2008:18), Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu. Dari beberapa pengertian di atas, dapat untuk dapat mempengaruhi atau memimpin orang lain agar tujuan organisasi yang diinginkan dapat tercapai dengan tidak mengesampingkan kepentingan individu di dalamnya.
Dalam artikel publikasi ilmiah Melvani (2012:20), studi kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh Gibson dan Ivancevich mengidentifikasikan dua bentuk perilaku pemimpin yaitu :
1. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (The Job Centered).
Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang manajer akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya agar sesuai dengan yang diharapkan manajer. Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini lebih mengutamakan keberhasilan dari pekerjaan yang hendak dicapai daripada perkembangan kemampuan bawahannya.
2. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan (The Employee Centered ).
Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi pekerjaannya untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikutsertakan pekerjaannya dalam mengambil suatu keputusan.
1. Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan
Karakteristik seorang pemimpin menurut Stephen R. Covey dalam Ritawaty (2012:22) didasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Seorang yang belajar seumur hidup: Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, bejajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang b. Berorientasi pada pelayanan: Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpjn dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
c. Membawa energi yang positif: Setiap orang mempunyai energi dan semangat.
Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin hams dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin haras dapat menunjukkan energi yang positif, seperti:
d. Percaya pada orang lain: Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
e. Keseimbangan dalam kehidupan: Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi pada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat.
f. Melihat kehidupan sebagai tantangan: Kata 'tantangan' sering diinterpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
g. Sinergi: Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan, Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut
The New Brolier Webster International Dictionary , sinergi adalah satu kerja
kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang, atasan, staf, teman sekerja.
h. Latihan mengembangkan diri sendiri: Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:
- pemahaman materi;
- memperluas materi melalui belajar dan pengalaman;
- mengajar materi kepada orang lain;
- mengaplikasikan prinsip-prinsip;
- memonitoring hasil;
- merefleksikan kepada hasil;
- menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;
- pemahaman baru; dan - kembali menjadi diri sendiri lagi.
2. Jenis – jenis Gaya Kepemimpinan
Robbins dalam Syaiyid (tt:2), mengidentifikasikan gaya kepemimpinan yang dibedakan sebagai berikut: a. Kepemimpinan direktif, yaitu kepemimpinan memberi kesempatan pada pengikutnya untuk mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, menjadwalkan pekerjaan yang akan dilakukan dan memberi pedoman yang spesifik mengenai cara menyelesaikan tugas.
b. Kepemimpinan suportif, yaitu kepemimpinan yang ramah dan menunjukkan perhatian kepada para pengikutnya atau bawahannya.
c. Kepemimpinan partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan dimana pemimpin berkonsultasi dengan bawahan serta meminta dan menggunakan saran-saran bawahan dalam rangka mengambil keputusan.
d. Kepemimpinan Orientasi Prestasi, yaitu gaya kepemimpinan yang mengajukan tantangan yang menarik bagi bawahan dan merangsang untuk mencapai tujuan, serta melaksanakannya dengan baik.
Blanchard dalam Ritawaty (2012:20) mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah: a. Directing
Gaya yang tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf yang ada belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi overcommunicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan membuang-buang waktu waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan
- –aturan dan proses yang detail kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detail yang sudah dikerjakan.
b. Coaching Pemimpin tidak hanya memberikan detail proses kerja dan aturan yang harus dilaksanakan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima berbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila bawahan telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini pemimpin perlu memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan bawahan.
c. Supporting
Supporting adalah suatu gaya kepemimpinan dimana pemimpin
memfasilitasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila bawahan telah mengenal teknik
- –teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan pimpinan. Dalam hal
- – saran bawahan mengenai peningkatan kinerja.
d. Delegating Delegating merupakan suatu gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila bawahan sepenuhnya telah paham dan efisien dalam pekerjaan, sehingga pimpinan dapat melepas bawahan menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Sedangkan dalam penelitian lain, Moch As’ad dalam Cahyono (2004:11) membagi gaya kepemimpinan menjadi: a. The Autocratic Leader
Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahannya terpusat di tangannya. Seorang pemimpin yang otokratik menanggap bahwa ialah yang berkompeten untuk memutuskan, dan punya perasaan bahwa bawahannya tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri, atau ia mungkin mempunyai alasan-alasan lain untuk beranggapan mempunyai posisi yang kuat untuk mengarahkan dan mengawasi. Seorang otokrat mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimumkan penyimpangan dari arah yang ia berikan.
b. The Participative Leader Apabila seorang pemimpin menggunakan gaya partisipatif, ia tidak pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari para bawahannya mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan secara serius mendengarkan dan menilai pikiran-pikiran para bawahannya dan menerima sumbangan pikiran mereka, sejauh pemikiran mereka tersebut bisa dipraktikkan. Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para bawahannya sehingga pikiran-pikiran mereka akan selalu meningkat dan makin matang. Para bawahan juga didorong agar meningkatkan kemampuan dan mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pemimpin akan lebih sportif dalam kontak dengan para bawahannya dan bukan menjadi sikap diktator. Meskipun tentu saja wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan terletak pada pimpinan.
c. The Free Rein Leader Dalam gaya kepemimpinan free rein, pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para bawahan, dalam artian pemimpin agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri didalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pimpinan tidak akan membuat peraturan- peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya sedikit melakukan kontak dengan bawahan. Dengan demikian para bawahan dituntut untuk memiliki kemampuan atau keahlian yang tinggi.
Selain gaya kepemimipinan yang diklasifikasikan oleh tokoh tersebut di atas, ada tipe gaya kepemimpinan lain, salah satunya adalah gaya kepemimipinan Islam. Menurut Hafidhuddin (2003:13), gaya kepemimpinan Islam tidak seperti satu tipe dengan tipe yang lain. Seolah-olah jika manajer yang otokratis tidak demokratis. Begitu pula sebaliknya. Gaya kepemimpinan Islam memiliki sisi-sisi yang terkadang menyatu di dalamnya. Harus tegas, terbuka, mau bermusyawarah, dan memiliki pemahaman yang mendalam terhadap tujuan organisasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan
Menurut Schmidt dalam Asnawi (1999:88), faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan ada 3 macam yaitu: a. Hal-hal yang bersumber dari pimpinan meliputi latar belakang pengetahuan dan pengalaman.
b. Hal-hal yang bersumber dari bawahan meliputi kematangan, kebebasan bertindak, kemandirian, dan keinginan memperoleh wewenang dan tanggungjawab.
c. Hal-hal yang bersumber dari situasi lingkungan meliputi gaya yang lebih disukai kelompok kerja, sifat dari tugas, dan tekanan waktu.
D. Semangat Kerja
Hasibuan dalam Yulistian, dkk (tt:4). menyatakan bahwa semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai kecakapan yang maksimal. Dengan demikian, semangat kerja yang tinggi akan merangsang karyawan untuk berkarya dan beraktifitas lebih baik.