PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V MI MA’ARIF GESING 3 MADURESO GESING KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN 2008
PENERAPAN
METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V
MI MA’ARIF GESING 3
MADURESO GESING KANDANGAN TEMANGGUNG
TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
BUDIYONO
N IM : 11406465
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN)
S A L A T I G A
TAHUN 2008
DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
JL Tentara Pelajar 2 Telp.323706 Faks. 324333 Salatiga, 50721 NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 1 (Satu) naskah Perihal: Pengajuan Naskah Skripsi a.n. Saudara Budiyono
Kepada: Yth. Ketua S ATAIN Salatiga D i-
S A L A T I G A Assalam ualaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : BUDIYONO NIM : 11406465 Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam Judul : PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK
DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN QURAN HADITS KELAS V SEMESTER II MI MA ARIF GESING 3 KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN 2008.
Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut diatas untuk dapat dimunaqasyahkan. Demikian agar menjadikan perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 1 gustus 2008 Pemb' ing, M . H A F IZ D . M .Ag. h NIP. 150 327 090
PENGESAHAN
Skripsi saudara Budiyono, Nomor Induk Mahasiswa 11406465 dengan judul
PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA
PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF
GESING 3 KANDANGAN TEMANGGUNG telah dimunaqasyahkan dalam
sidang panitia Ujian STAIN Salatiga pada hari : , tanggal yang bertepatan dengan tanggal dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar SARJANA dalam ilmu Tarbiyah.
Salatiga,.......Ramadhan 1429 H.
September 2008 M.
PANITIA UJIAN
KETUA SIDANG SEKRETARIS Dra. Hi. LILIK SRIYANTI. M.Si.
NAFIS IRKHAML M.Ag.. MA.
NIP. 150 245 903 NIP. 150 327 092
MOTTO
Seorang yang mendapat ilmu pengetahuan hanya
untuk kebaikan dunia saja, maka ilmu
pengetahuannya itu tidaklah berakar dihatinya
( Ta’limul M uta'alim )
A real friend is o n e w ho takes the hand of his
friend in tim e of distress a n d helplessness.
( Ribut W a h y u d i)
PERSEMBAHAN
Teruntuk Bapak, Simbok dan mertua, se rta Is tr i tercinta Sawati atas
perjuangannya dengan cucuran k erin g at, banting tulang, kalimah do'a
dan kasih sayangnya.
Adikku lanang Fahrodin ( T-ko/Endul/Tole ) dan adikku wedok Siti
Zahroatul Mahmudah yang telah memberikan kesempatan dan
mendukung kepada peneliti untuk menimba ilmu.
Kepada Bapak Ibu Dosen STAIN Salatiga terima kasih atas bimbingan
dan pengarahannya.
Segenap keluarga besar MI Ma'arif Gesing 3 Madureso Gesing
Kandangan Temanggung beserta jajaran pengurus dan Komite
Madrasah.
Saudara Ahmad Marzuki ( Komuk/Othonk) yang telah menemani
peneliti dalam berdialektika dan beraktif itas di sekolah dan
dimasyarakat.
Temen-temen seikat tali dan seguyonan, kelas Qasim Amin angkatan
2006 yang kompak dan semanak semuanya. Kebersamaan kita di hari
kemarin akan sangat berarti bagi kehidupan kita di hari-hari yang akan
datang.
Special buat ananda tercinta Ulfa Dwi Zaidah, masa menanti
perjuanganmu kelak di hari tua, jadilah anak yang bisa * Mikul Dhuwur
lan Mendem Je ru * terhadap kedua orang tua dan jadilah anak yang
bisa memberi manfaat terhadap orang lain.
KATA PENGANTAR
Bism illahirahm annirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWt, Tuhan semesta alam atas segala petunjuk-Nya sehingga kita tetap berjalan dalam koridor nilai-nilai Islam yang universal, rahmatan lil ‘alamin, yang mencerminkan identitas muslim sejati.
Shalawat serta salam peneliti haturkan kepada junjungan kita nabi Agung Muhammad SAW, yang telah mencerahkan kehidupan manusia dari kegelapan.
Penyusunan skripsi yang berjudul PENERAPAN METODE BELAJAR KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS V SEMESTER II MI MA’ARIF GESING 3 MADURESO GESING KANDANGAN TEMANGGUNG TAHUN 2008 ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Yang wujud bantuan tersebut adalah immaterial dan material.
Oleh karenanya pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang tiada terkira kepada :
1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag. sebagai ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
2. Drs. M. Hafrzd, M.Ag. sebagai pembimbing dalam penyusunan skripsi ini.
Beliau telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan, masukan yang sangat berharga bagi peneliti hingga penyusunan skripsi ini selesai.
3. Bapak serta Ibu Dosen semuanya yang membimbing peneliti sampai dengan selesai masa studi.
4. Bapak, Ibu, Mertua, Paman, ipar, Istri, adik-adikku dan ananda tercinta yang telah memberikan dorongan dan kesempatan kepada peneliti sampai terselesainya penyusunan skripsi ini.
5. Segenap sifitas akademika MI Ma’arif Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan Temanggung.
6. sahabat-sahabatku yang tidak mungkin peneliti sebutkan secara keseluruhan.
Kepada mereka semua penyusun tidak dapat memberikan balasan apa-apa kecuali untaian kata terima kasih yang tiada terkira dengan diiringi doa semoga Allah SWT. Membalas amal kebaikan mereka semua.
Setelah melalui proses panjang dan melelahkan, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang tentu masih banyak kekurangan.
Walaupun demikian peneliti berharap tulisan ini dapat menambah wawasan keilmuan bagi peneliti khususnya serta para pembaca pada umumnya. Lebih dari hanya sebuah wawasan, skripsi ini diharapkan bisa menjadi kontribusi bagi dinamika pendidikan Islam.
Akhirnya hanya kepada Allah-lah peneliti mohon petunjuk, semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Amin ...
A lham dulillahirabbal 'alami n
Salati 2008
DAFTAR ISI
Halaman
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan Hasil Penelitian
59 BAB V SIMPULAN DAN SARAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWA YA T HIDUP
ABSTRAK
“ Penerapan Metode Belajar Kelompok dalam UpayaMeningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa M ata Pelajaran Qur’an
Hadits Kelas V Semester II Ml M a ’arif Gesing 3 Kandangan
Temanggung Kata Kunci : Metode Belajar Kelompok, Ketuntasan Belajar Siswa.Metode belajar kelompok perlu diterapkan dan
dikembangkan oleh guru dengan terlebih dahulu menguasai
strategi atau langkah-langkahnya. Metode pembelajaran,
termasuk metode belajar kelompok merupakan variasi guru dalam
melaksanakan aktivitas pembelajaran selain yang konvensional
dalam bentuk ceramah. Guru perlu secara cermat memilih materi
yang tepat untuk menggunakan metode belajar ini, sehingga hasil
belajar siswa lebih optimal. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya
ditetapkan judul penelitian " Penerapan Metode Belajar Kelompok
dalam Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Mata
Pelajaran Qur'an Hadits Kelas V Semester II Ml Ma’arif Gesing 3
Kandangan TemanggungTujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah
diterapkannya Metode Belajar Kelompok khususnya mata
pelajaran Qur'an Hadits.Penelitian ini merupakan Penelitian eksperimen, dengan
Teknik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Instrumen
pembelajaran, yaitu berupa Rencana Program Pembelajaran
(RPP), tes objektif dan lembar observasi. Subjek penelitian adalah
guru dan siswa kelas V semester II Ml Ma’arif Gesing Kandangan
Temanggung sebanyak 10 orang. Penelitian ini mengambil subjek
kelas V dikarenakan kelas tersebut adalah kelas penentu, yaiitu
berhasil dan tidaknya pembelajaran dijenjang sebelumnya dan
sebagai bekal sebelum siswa menempuh Ujian Akhir pada jenjang
kelas VI.Prosedur penelitian dimulai dengan penetapan fokus
masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan
monitoring, serta analisis dan refleksi. Teknik penelitian melalui teknik
tes dan non-tes dengan analisisnya adalah ketuntasan belajar
siswa.Hasil penelitian telah mampu menjawab perumusan
masalah, mencapai tujuan penelitian dan membuktikan hipotesis
penelitian, yaitu penerapan metode belajar kelompok dapat
meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Qur'an
hadits Kelas V semester II Ml Ma'arif Gesing 3 Kandangan
Temanggung. Keadaan tersebut dibuktikan oleh hasil analisis data
bahwa : 1) Kemampuan guru dalam elaksanakan aspek-aspek
proses belajar mengajar pada siklus III lebih dari 75% berkategori
baik dan 2) nilai ulangan siswa untuk setiap siklus senantiasa
mengalami peningkatan secara signifikan , sampai dengan siklus
terakhir menunjukkan 85% siswa mendapat nilai ulangan yang telah
memenuhi kriteria belajar tuntas dengan nilai lebih dari atau sama
dengan 8,50.Peningkatan ketuntasan tersebut jauh dari keadaan
sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh penerapan metode
yang masih menggunakan metode campuran yang cenderung
menggunakan metode hafalan, ceramah dan lainnya hasil
pembelajaran hanya mencapai 50%-55% atau sama dengan 5,00-
5,50.
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pendidikan di sekolah yang berbasiskan proses pembelajaran di kelas pada hakekatnya merupakan tanggung jawab semua pihak, baik sekolah, pemerintah maupun masyarakat. Pihak sekolah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan proses pendidikan, pemerintah pemegang keputusan kebijakan, sedangkan masyarakat pendukung sumber daya yang diperlukan sekolah. Secara khusus dalam kenyataan pihak sekolah yang lebih banyak berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah melalui peran kepala sekolah dan para gurunya. Kepala sekolah berperan sebagai manajer, pemimpin, administrator, dan supervisor pendidikan, sedangkan guru berperan dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa di dalam kelas. Oleh karena itulah sebenarnya peranan guru yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Keadaan tersebut dikarenakan guru merupakan ujung tombak pembelajaran yang apabila gagal sering dialamatkan kepadanya.
Guru merupakan sosok yang keberadaannya tidak dapat digantikan oleh media atau fasilitas pembelajaran apapun. Kehadiran guru masih tetap diperlukan, sebagaimana dikemukakan Sopandi “kehadiran guru sebagai sosok yang berdiri di depan kelas keberadaannya sampai kapanpun tidak dapat digantikan oleh media pembelajaran secanggih apapun. Guru harus tetap
2 melaksanakan pembelajaran secara langsung di depan siswa”.1 Oleh karena itu apapun alasannya guru harus mengajar langsung di depan siswa agar tujuan pembelajaran yang ditetaptapkan dapat tercapai.
Seiring dengan perkembangan jaman, yang berdampak terhadap perubahan kurikulum pembelajaran, kualitas pembelajaran perlu selalu ditingkatkan. Keadaan tersebut dapat dimulai dengan peningkatan kompetensi para guru, baik dalam menyampaikan materi pelajaran, menggunakan metode dan teknik mengajar yang tepat, menggunakan media pembelajaran maupun kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional pada hakekatnya adalah mampu menyampaikan materi pembelajaran secara tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian untuk mencapai ke arah tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran, termasuk salah satunya menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran fisika, guru tidak cukup terfokus hanya pada satu model dan metode tertentu saja. Guru perlu mencoba menerapkan berbagai model dan metode yang sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran, termasuk dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode belajar kelompok. Pemilihan model dan metode yang tepat tersebut akan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
Sebagai suatu sistem kurikulum nasional, kurikulum Qur’an Hadits berbasis kompetensi mengakomodasi berbagi perbedaan secara tanggap dengan memadukan beragam kepentingan dan kemampuan daerah. Kurikulum
3 Qur’an Hadits berbasis kompetensi menerapkan strategi yang meningkatkan kebermaknaan pembelajaran untuk semua siswa terlepas dari latar budaya , etnik dan jender melalui pengelolaan kurikulum Qur’an Hadits berbasis madrasah. Dalam rekonseptualisasi kurikulum ini digunakan landasan filosofis Pancasila sebagai dasar pengembangan kurikulum. Penerapan filosofis pembelajaran yang mendunia seperti empat pilar belajar, yaitu : belajar menjadi diri sendiri (learning to be), belajar mengetahui (learning to
know), belajar melakukan (learning to do), dan belajar hidup dalam
kebersamaan (learning to live together). Rekonseptualisasi kurikulum ini mewujudkan kurikulum mata pelajaran Qur’an Hadits yang berbasis kompetensi yang berfokus pada : (1) kejelasan kompetensi, hasil belajar dan indikator hasil belajar siswa, (2) penilaian yang berbasis kelas dan (3) kegiatan pembelajaran yang merupakan kesatuan perangkat utuh sebagai acuan standar nasional.
Fenomena yang terjadi pada madrasah saat ini masih adanya sistem guru kelas, hal tersebut membuka kemungkinan bagi seorang guru untuk mengalami kesulitan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena guru dituntut untuk mengejar target materi yang cukup banyak dan harus diselesaikan pada tiap-tiap semester, sehingga seringkah guru mengabaikan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Mata pelajaran Qur’an Hadits yang kita anggap mudah, dan sebenarnya itu membutuhkan banyak variasi metode, media maupun sumber
4 belajar yang lain, tidak luput dari masalah-masalah tersebut. Hal ini disebabkan karena mata pelajaran Qur’an Hadits mengandung materi yang memerlukan praktek keija langsung. Melalui praktek siswa akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru melalui eksperimen sehingga kesan yang diperoleh akan mendalam. Oleh sebab itu, penghasilan pengajaran Qur’an
Hadits akan bergantung pada keberhasilan dalam proses belajar mengajar, sedangkan keberhasilan siswa tidak hanya tergantung pada sarana dan prasarana, pendidikan maupun kurikulum, metode, akan tetapi tergantung juga pada seorang guru yang mempunyai posisi sangat strategis dalam upaya meningkatkan prestasi siswa dalam menggunakan strategi pembelajaran yang tepat sasaran.
Pemilihan metode pembelajaran akan membawa pengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran, sehingga seorang guru dituntut untuk mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan suatu materi mata pelajaran. Pada kenyataannya saat ini, sebagian besar guru hanya menggunakan metode ceramah dan hafalan saja dalam mengelola kegiatan pembelajaran mata pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah. Selain itu kurikulum saat ini belum mampu untuk mendorong siswa dalam belajar secara aktif, ditambah lagi sekolah ini dengan keterbatasan sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran Qur’an Hadits di MI kurang berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Model pembelajaran kooperatif dengan metode belajar kelompok sangat tepat dalam membantu siswa memecahkan masalah yang dihadapi bersama,
5 sehingga pemahaman setiap siswa menjadi merata. Keadaan tersebut sebagaimana dikemukakan Mudjiono. Bahwa belajar kelompok memiliki beberapa keuntungan2, yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional;
2. Mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan;
3. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar, sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab; dan
4. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
Berdasarkan konsep tersebut menunjukkan bahwa metode belajar kelompok perlu diterapkan dan dikembangkan guru dengan terlebih dahulu menguasai strategi atau langkah-langkahnya. Metode pembelajaran, termasuk metode belajar kelompok merupakan variasi guru dalam melaksanakan pembelajaran selain yang konvensional dalam bentuk ceramah. Guru perlu secara cermat memilih materi yang tepat untuk menggunakan metode belajar ini, sehingga hasil belajar siswa lebih optimal. Keberadaan penerapan metode belajar kelompok untuk mata pelajaran Qur’an Hadits sangat diperlukan. Para siswa dapat saling sharing pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama. Keadaan tersebut
6 memberikan manfaat sebagai pengalaman belajar yang nyata bagi para siswa apalagi mata pelajaran Qur’an Hadits secara keseluruhan lebih menekankan kepada praktik dibandingkan dengan hanya memahami konsep secara abstrak saja.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan selanjutnya menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam bentuk penelitian, sehingga judul yang ditetapkan :
Penenerapan M etode B elajar Kelom pok dalam Upaya M eningkatkan “
Ketuntasan B elajar Sisw a M ata Pelajaran Qur*an H adits K elas V Sem ester
I I M adrasah Ibtidaiyah M a ya r if Gesing 3 Gesing Kandungan Temanggung . ”
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan pembelajaran merupakan hal yang sangat kompleks yang dialami guru dan siswa. Permasalahn guru adalah cara menyampaikan materi pelajaran yang tepat, sedangkan siswa menyerap materi pelajaran secara keseluruhan (tuntas). Berbagai upaya telah dilakukan kepala sekolah, guru dan siswa dalam memecahkan permasalahan tersebut, namun demikian dari waktu ke waktu permasalahan tersebut tetap ada, seiring dengan perubahan dan perkembangan dunia pendidikan. Demikian pula halnya dengan pembelajaran Qur’an Hadits beberapa permasalahan yang ditemui berdasarkan hasil observasi adalah sebagai berikut.
7
1. Menurunnya aktivitas siswa dalam pembelajaran Qur’an Hadits dengan ditandai sedikitnya pertanyaan yang muncul dari siswa dalam kegiatan pembelajaran Qur’an Hadits.
2. Tidak semua siswa memiliki buku ajar sesuai dengan yang dianjurkan guru.
3. Nilai rata-rata setiap ulangan berkisar 6,0 dengan tingkat ketuntasan belajar 61% yang berarti belum mencapai tuntas belajar.
4. Untuk saat sekarang fasilitas kurang lengkap, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar guru cenderung menggunakan pembelajaran model ceramah, sehingga siswa menjadi jenuh.
Jika kondisi tersebut tidak segera diperbaiki, maka akan lebih menurunkan kualitas pembelajaran Qur’an Hadits. Oleh karena itu agar proses pembelajaran lebih menarik, guru perlu mendesain proses pembelajaran dengan salah satunya menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui metode diskusi kelompok.
C. Rumusan Masalah Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah dalam penelitian ini, berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Apakah metode Belajar Kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Mata Pelajaran Qur’an
8 Hadits Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Gesing Kandangan Temanggung ?
2. Apakah dengan penerapan metode belajar kelompok dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Qur’an Hadits Kelas V Semester
II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan Temanggung ?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Secara Umum Memperbaiki dan atau meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga akan terwujudnya misi profesional kependidikan yang diemban oleh guru, untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru, meningkatkan budaya meneliti guna memperbaiki kineija guru dalam pembelajaran.
2. Secara Khusus
a. Mengetahui peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diterapkannya Metode Belajar Kelompok Mata Pelajaran Qur’an Hadits pada siswa Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan Temanggung.
b. Mengetahui hasil penerapan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penerapan metode belajar kelompok mata pelajaran Qur’an
9 Hadits pada siswa Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Madureso Gesing Kandangan Temanggung.
E. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan kepada Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan dan Departemen Agama beserta jajarannya pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya penerapan metode belajar kelompok untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Qur’an Hadits Kelas V Semester II Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Gesing 3 Gesing Kandangan Temanggung.
Memperbaiki metode belajar kelompok mata pelajaran Qur’an Hadits yang telah ada secara lebih menarik, merangsang kreativitas dan menambah motivasi bagi siswa.
2. Memperkaya khasanah pendidikan yang berhubungan dengan proses kegiatan belajar-mengajar Qur’an Hadits di sekolah.
3. Penelitian tindakan kelas memberikan manfaat kepada:
a. Murid, yaitu meningkatnya nilai kreativitas, motivasi belajar, sikap ilmiah, kedisiplinan dan tanggung jawab.
b. Guru, yaitu menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya, meningkatkan kinerja yang lebih profesional dan penuh inovasi serta memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
c. Sekolah, yaitu mengembangkan kualitas sekolah yang lebih kondusif dan penuh dengan daya inovasi maupun kreativitas.
10
d. Dengan memahami dan kemudian mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, maka kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran makin meningkat kualitasnya.
BAB II A. Kajian Teori
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1. Hakekat Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan sebagai satu kesatuan yang utuh antara siswa dengan guru. Belajar dan mengajar sering pula disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Dalam kondisi belajar siswa menerima materi yang diberikan oleh guru, sedangkan guru itu sendiri memberikan materi sesuai yang ditetapkan dalam kurikulum. Dalam belajar dan mengajar ini terdapat interaksi aktif antara murid dan guru, sehingga dapat dikatakan belajar dan mengajar kurang serasi abapila terjadi hanya satu arah komunikasi saja. Oleh karena itu belajar dan mengajar harus menjadi satu kesatuan. Namun demikian untuk lebih memahami konsep belajar dan mengajar dalam konsep (pengertian) perlu dijelaskan secara terpisah.
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks karena itu belajar sangat sulit untuk diamati, sebab meskipun dari luar kelihatan belum belajar, namun dapat saja siswa tersebut telah. memperoleh sesuatu yang banyak dari lingkungannya, kondisi tersebut menunjukkan siswa itu sudah belajar. Istilah belajar dan pembelajaran
12 yang kita jumpai dalam kepustakaan asing adalah learning dan Istilah learning mengandung pengertian proses perubahan Instruction. yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan istilah instruction mengandung pengertian proses yang terpusat pada tujuan (goal directed teaching process) yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya (pree-planed). Proses belajar yang terjadi adalah proses pembelajaran, yakni proses membuat orang lain aktif melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. Gagne mengemukakan “belajar adalah suatu perilaku”3. Pada saat orang belajar, maka aktivitas yang baik menjadi meningkat, sebaliknya apabila orang tersebut tidak belajar, maka aktivitas yang baik menjadi menurun. Dalam belajar diperoleh beberapa hal yaitu kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan aktivitas belajar serta konsekuensi yang bersifat menguatkan aktivitas belajar tersebut. Sedangkan Gagne mengemukakan “belajar merupakan kegiatan yang kompleks”4. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Orang setelah belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari simulasi yang berasal dari lingkungan serta proses kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar.
Sementara itu Winkel mengemukakan “belajar adalah suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan 3 Darsono, Belajar dan Pembelajaran ( Semarang : IKIP Semarang, 2001) him. 4.
13 keterampilan dan nilai sikap”5. Dengan demikian belajar merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan kemampuan tingkah laku dan keterampilan ke arah yang lebih baik. Selanjutnya secara lebih rinci Ausubel mengemukakan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi6, yaitu sebagai berikut.
a. Berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan.
b. Menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang merupakan fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa yang telah ada.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan
(berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu, tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Sedangkan konsep
5 Ibid, him 11
14 mengajar Sudjana mengemukakan “sebagai suatu proses, yaitu mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar dan pada tahap berikutnya adalah memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar”7.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa dan guru di dalam kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran sehubungan dengan materi tertentu.
2. Kriteria Tuntas Belajar
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil atau tuntas, setiap guru memiliki pandangan masing- maasing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi, kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku dan yang telah disempurnakan, antara lain bahwa “ Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai “.8 Karena itulah, suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus (TIK) dari bahan tersebut.
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut.
7 Sudjana,
M etode Statistik ( Bandung : Tarsito, 2000 ) him. 29.
15 Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara belajar. Grinder menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang kombinasi antara visual, auditori dan kinestik9. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan arah yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pembelajaran harus bersifat multi sensori dan penuh dengan variasi.
Untuk dapat mengelola dan merancang program pembelajaran dan proses pembelajaran, seorang guru hendaknya mengenal faktor penentu kegiatan pembelajaran. Faktor penentu tersebut antara lain :
a. Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan b. Karakteristik mata pelajaran, yang meliputi tujuan, isi pelajaran, urutan, dan cara mempelajarinya.
c. Karakteristik siswa, mencakup usia, jenis kelamin, dan lainnya
d. Karakteristik lingkungan/ setting pembelajaran, mencakup kualitas dan kuantitas prasarana, alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya.
e. Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran, kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman pendidikannya dan lainnya.
16 Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif.
Kegiatan belajar dan mengajar dikelas memang dapat menstimulasi belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Metode belajar bersama yang terbaik, semisal pelajaran menyusun gambar, memenuhi persyaratan ini. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran yang pertama kali dilakukan adalah merumuskan tujuan tujuan pembelajaran. Kemudian menetukan atau memilih materi, metode, dan alat peraga yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dimaksud. Ketuntasan belajar (daya serap) adalah merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa10.. Adapun kriteria ketuntasan belajar yang digunakan adalah sesuai yang dikeluarkan Tim Khusus11 adalah sebagai berikut.
Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar dengan M etode Belajar Kelompok
10 Sularyo, ( Semarang : PPS Unnes, 2004 ) him. 6.
Pola Pelaksanaan Belajar Tuntas dan Analisis Ketuntasan Belajar
11 Tim Khusus, ( Jakarta
17
a. Setiap materi/pokok uji/soal/ yang merupakan ketercapaian TIK mencapai ketuntasan apabila telah dikuasai oleh 65% siswa sekelas.
b. Setiap siswa mencapai ketuntasan belajar bila telah menguasai sekurang-kurangnya 65% (atau memperoleh nilai 6,5) dari keseluruhan materi pokok uji.
c. Setiap kelas siswa (seluruh siswa dalam kelas) mencapai ketuntasan belajar bila jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 sebanyak 85% dari jumlah siswa di kelas itu.
Dengan demikian kriteria ketuntasan belajar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan yang ditetapkan oleh peraturan/ketentuan tersebut.
3. Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam rangka mencapai interaksi belajar mengajar, maka perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga terpadunya dua kegiatan yaitu kegiatan mengajar oleh guru dan kegiatan belajar oleh siswa yang berdaya guna dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar, karena lemahnya sistem komunikasi dapat mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian tujuan. Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dan siswa, sebagaimana dikemukakan Sudjana yaitu : a) komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah, b) komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, dan
1
18
^
c) komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi . Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: a. Komunikasi sebagai Aksi atau Komunikasi Satu Arah
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif tetapi siswanya pasif, sehingga komunikasi seperti ini jelas kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar. Contoh jenis kegiatan pembelajaran ini adalah dengan metode ceramah.
b. Komunikasi sebagai Interaksi atau Komuikasi Dua Arah Pada komunikasi ini guru dan siswa bersama-sama berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Keduanya saling memberi dan menerima, sehingga pola komunikasi ini lebih baik daripada yang pertama, sebab kegiatan guru dan siswa relatif sama, tetapi komunikasi antar siswa masih kurang atau sama sekali tidak ada.
c. Komunikasi Banyak Arah atau Komunikasi sebagai Tranaksi Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa, tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pembelajaran yang mengembangkan kegiatan secara optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Contoh jenis kegiatan pembelajaran ini adalah dengan metode diskusi, simulasi dan belajar kelompok. 1
2
19 Berdasarkan ketiga pola komunikasi tersebut pola komunikasi tranaksi merupakan model yang paling optimal untuk mendapatkan pola komunikasi yang paling efektif antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, termasuk di dalam pola tranaksi ini adalah metode belajar kelompok. Oleh karena itu pemilihan motode belajar kelompok dalam penelitian ini sudah sesuai, mengingat tujuan antara yang diharapkan adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa sebelum mencapai tujuan akhir yaitu kenaikan jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar.
4. Tipe Hasil Belajar
Tipe hasil belajar terdiri dari : ranah kognitif, afektif dan psikomotor13. Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki.
Mengenai perubahan status abilitas itu ( Tipe hasil belajar ), menurut Bloom, masing-masing matra atau domain dirinci menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level o f competence ). Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut:
a) Kognitif Domain:
1. Knowledge ( pengetahuan, ingatan)
2. Comprehension ( pemahaman, menjelaskan, meringkas contoh )
3. Analysis ( menguraikan, menentukan hubungan )
20
4. Synthesis ( mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru)
5. Evaluation ( menilai )
6. Application ( menerapkan )
b) Affectif Domain:
1. Recieving ( sikap menerima )
2. Responding ( memberikan respon )
3. Valuing ( nilai)
4. Organization ( organisasi)
5. Characterization ( karakterisasi)
c) Psychomotor Domain:
1. Initiatory level
2. Pre-routine level
3. Rountinized level Dengan demikian soal yang dipergunakan sebagai alat uji dalam penelitian ini mengacu pada TPK yang telah ditetapkan dengan tingkat kesukaran soal disusun agar memenuhi kriteria ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Selanjutnya hasil tes dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Namun demikian, dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian, diantaranya : Valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan obyektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna.14
21
5. Pembelajaran Kelompok
Metode pembelajaran adalah teknik penyajian pelajaran yang dipergunakan guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Metode mengajar bersifat fleksibel dan sangat tergantung dengan berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan. Dengan kata lain dapat dikatakan “ No Sngle method is
the best ", tidak ada satu metode yang terbaik, yang ada adalah metode
yang sesuai. Ada berbagai macam teknik penyajian dari yang tradisional yang telah dipergunakan sejak dulu sampai dengan pada teknik modem yang dipergunakan sekarang ini.
Sedangkan yang dimaksud belajar kelompok adalah mengajar dengan belajar bekeija sama ( group work ). Dengan kata lain guna memberi tugas kepada murid secara kelompok untuk diselesaikan bersama. Pengelompokan ini dapat didasarkan pada kesamaan minat, kemampuan individu, jenis tugas, sumber, daerah, tempat tinggal, atau bisa juga jenis kelamin. Dalam pelaksanaannya perlu ada penjelasan permasalahan, pekeijaan, tugas yang harus diselesaikan. Disamping itu perlu ada pembagian tugas, mekanismen keija yang jelas, serta perlu ada dorongan dan bimbingan dalam bekeijasama dan penyelesaian tugas.15
Teknik pembelajaran kelompok merupakan salah satu strategi belajar mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu
22
kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai dengan 5 siswa, mereka bekeijasama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan guru. Kerja kelompok adalah kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar, di mana keberhasilan kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari individu anggota kelompok tersebut16. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono mengemukakan kerja kelompok berarti kerja kepemimpinan dan keterpimpinan yang perlu dipelajari siswa untuk bekal dalam kehidupannya nanti” 17 1 . Selanjutnya
8 secara lebih lengkap Burton menjelaskan “kerja kelompok ialah cara individu mengadakan relasi dan kerjasama dengan individu lain untuk bekerja sama. Relasi di dalam kelompok demokratis artinya setiap individu berpartisipasi, ikut serta secara aktif dan turut bekerjasama, sehingga individu akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan 1 o mengalami perubahan sikap”. Keuntungan yang diperoleh dari adanya pembelajaran dengan pendekatan kelompok adalah sebagai berikut, a) siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara aktif dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi, b) siswa mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi dan berfikir kritis dan c) terjadinya hubungan yang positif antar siswa.
16 Roesstiyah, Strategi Belajar M engajar ( Jakarta: Rineka Cipta, 2001 ) him.. 34.
17 Ibid him 14
23 Dengan demikian pembelajaran kelompok berhubungan dengan proses belajar yang dilakukan siswa secara bersama-sama melalui komunikasi interaktif dengan dipimpin oleh seorang pemimpin untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan materi pelajaran.
6. Keuntungan Pembelajaran Kelompok
Untuk membentuk manusia demokratis harus ditekankan pelaksanaan kerjasama atau keija kelompok, karena menurut para ahli pendidikan prinsip keijasama lebih banyak faedahnya daripada sistem persaingan. Nasution19 mengemukakan beberapa manfaat dari keija kelompok sebagai berikut: a. Mempertinggi hasil belajar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
b. Keputusan kelompok lebih mudah diterima setiap anggota, bila mereka turut memikirkan dan memutuskan bersama-sama.
c. Mengembangkan perasaan sosial dan pergaulan sosial yang baik.
d. Meningkatkan rasa percaya diri anggota kelompok.
Sedangkan Roestiyah keuntungan menggunakan teknik keija kelompok adalah : a) mengembangkan keterampilan bertanya, b) siswa lebih intensif dalam melakukan penyelidikan, c) mengembangan bakat kepemimpinan, d) guru lebih memperhatikan siswa, e) siswa lebih aktif, dan f) mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa20.
Ibid 19 hlm.22.