Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa: Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015.

(1)

EFEKTIVITAS KONSELING RASIONAL EMOTIF PERILAKU UNTUK MENINGKATKAN SELF-ESTEEM SISWA

(Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 Siswa Kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh

Ayong Lianawati 1302571

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015CIP


(2)

EFEKTIVITAS KONSELING RASIONAL EMOTIF PERILAKU UNTUK MENINGKATKAN SELF-ESTEEM SISWA

(Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 Siswa Kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015)

oleh

Ayong Lianawati

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Sekolah Pascasarjana

© Ayong Lianawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

AYONG LIANAWATI 1302571

EFEKTIVITAS KONSELING RASIONAL EMOTIF PERILAKU UNTUK MENINGKATKAN SELF-ESTEEM SISWA

(Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 Siswa Kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing

Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psikolog. NIP 19720419 200912 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. Uman Suherman AS., M.Pd. NIP 19620623 198610 1 001


(4)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa ABSTRAK

Ayong Lianawati. (2015). Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015). Pembimbing Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psikolog. Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu kuasi eksperimen dengan desain penelitian subjek tunggal tipe A-B. Teknik pengumpulan data menggunakan angket self-esteem dengan menggunakan skala Guttman. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah 287 siswa dan yang dijadikan sampel sebanyak empat siswa yang memiliki skor self-esteem rendah dengan teknik random sampling. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan studi pendahuluan, pengukuran kondisi baseline selama tiga minggu (seminggu sekali), pemberian intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku yang dilakukan selama lima sesi dalam 5 minggu dan dilanjutkan dengan analisis data. Hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa Konseling Rasional Emotif Perilaku secara empiris efektif untuk meningkatkan self-esteem siswa. Tiga siswa secara empiris terbukti efektif dalam meningkatkan empat aspek self-esteem yakni kekuasaan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue) dan kompetensi (competence), namun satu siswa secara empiris terbukti tidak efektif dalam meningkatkan aspek kompetensi.


(5)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa ABSTRACT

Ayong Lianawati. (2015). The Effectiveness of Rational Emotive Behavior Counseling to increase students’ self-esteem (Single Subject Research to four eighth grade students of SMP Negeri1 48 Surabaya Academic Year 2014/2015). Supervisor: Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psychologist. Department of Educational Psychology and Counseling, the School of Postgraduate Studies of Indonesia University of Education.

The research aims to examine the effectiveness of Rational Emotive Behavior Counseling to improve students’ self-esteem. It used quantitative approach, employing a quasi-experimental method with A-B single subject research design. The data was collected by self-esteem questionnaires using Guttman scale. The research population was consisted of a total of 287 eighth grade students of SMP Negeri 48 Surabaya academic year 2014/2015. The sample were with four students with low self-esteem detected by random sampling technique. The research was begun with a preliminary study, continued with measurement of baseline condition for three weeks (once a week), intervention of Rational Emotive Behavior Counseling given for five sessions in five weeks, and followed by data analysis. The results showed that Rational Emotive Behavior Counseling was empirically effective to improve the self-esteem of students. It is particularly proven to be empirically effective in improve four aspects of self-esteem in three students, namely power, significance, virtue, and competence; however, it is not empirically effective in improve the competence aspect of one student’s self-esteem. Keywords: Rational Emotive Behavior Counseling, Self-Esteem


(6)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii

HALAMAN HAK CIPTA ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KONSEP DASAR KONSELING RASIONAL EMOTIF PERILAKU DAN SELF-ESTEEM ... 8

A. Konseling Rasional Emotif Perilaku ... 8

B. Self-Esteem ... 24

C. Perkembangan Masa Remaja ... 32

D. Kerangka Berpikir ... 38


(7)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 40

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41

C. Variabel Penelitian ... 41

D. Instrumen Penelitian ... 42

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 43

F. Tahap-Tahap Penelitian ... 49

G. Rancangan Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk Meningkatkan Self-Esteem ... 49

H. Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk Meningkatkan Self-Esteem Siswa ... 60

B. Peningkatan Self-Esteem Siswa pada Setiap Aspek ... 122

C. Pembahasan ... 123

D. Keterbatasan Penelitian ... 131

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 133

A. Simpulan ... 134

B. Rekomendasi ... 135


(8)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Antara Emosi Negatif Dan Keyakinan Irrasional ... 12

Tabel 2.2 Karakteristik Self-Esteem Tinggi dan Self-Esteem Rendah …... 28

Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian ………. 41

Tabel 3.2 Angket Self-Esteem ………. 43

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Instrumen self-esteem ………. 46

Tabel 3.4 Uji Validitas Butir Item ……….…………. 47

Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas ………. 48

Tabel 3.6 Pemberian Skor Alternatif Jawaban………. 48

Tabel 3.7 Kategorisasi Tingkat Self-Esteem ………... 48

Tabel 3.8 Interpretasi skor Percentage Non-Overlapping Data (PND) … 59 Tabel 4.1 Indikator Perubahan Sebelum dan Sesudah Sesi Konseling Rasional Emotif Perilaku Konseli VLP ……… 72

Tabel 4.2 Indikator Perubahan Sebelum dan Sesudah Sesi Konseling Rasional Emotif Perilaku Konseli SKW ……….…….. 88

Tabel 4.3 Indikator Perubahan Sebelum dan Sesudah Sesi Konseling Rasional Emotif Perilaku Konseli NGT ……….……. 103

Tabel 4.4 Indikator Perubahan Sebelum dan Sesudah Sesi Konseling Rasional Emotif Perilaku FDL ………..…....….. 117

Tabel 4.5 Perbedaan Skor Self-Esteem Siswa pada Setiap Aspek Sebelum dan Sesudah Intervensi ……….…… 122


(9)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Profil Self-Esteem Konseli VLP Kondisi baseline……….. 62

Grafik 4.2 Profil Aspek Self-Esteem Konseli VLP Kondisi baseline …. 62 Grafik 4.3 Profil Self-Esteem Konseli VLP Setelah Intervensi ……...…. 70

Grafik 4.4 Perbedaan Aspek Self-Esteem Baseline dan Intervensi ……. 72

Grafik 4.5 Aspek Kekuasaan Konseli VLP ……….. 73

Grafik 4.6 Aspek Keberartian Konseli VLP ………. 74

Grafik 4.7 Aspek Kebajikan Konseli VLP ……….………. 75

Grafik 4.8 Aspek Kompetensi Konseli VLP ……….……… 76

Grafik 4.9 Profil Self-Esteem Konseli SKW baseline……….…. 78

Grafik 4.10 Profil Aspek Self-Esteem Konseli SKW Kondisi baseline..... 79

Grafik 4.11 Profil Self-Esteem Konseli SKW Setelah Intervensi ………… 86

Grafik 4.12 Perbedaan Aspek Self-Esteem Baseline Dan Intervensi …… 89

Grafik 4.13 Aspek Kekuasaan Konseli SKW ……… 89

Grafik 4.14 Aspek Keberartian Konseli SKW ………... 90

Grafik 4.15 Aspek Kebajikan Konseli VLP ……….. 91

Grafik 4.16 Aspek Kompetensi Konseli SKW ……….. 92

Grafik 4.17 Profil Self-Esteem Konseli NGT Kondisi baseline………… 95

Grafik 4.18 Profil Aspek Self-Esteem Konseli NGT Kondisi baseline …. 95 Grafik 4.19 Profil Self-Esteem Konseli NGT Setelah Intervensi ………… 101

Grafik 4.20 Perbedaan Aspek Self-Esteem Baseline dan Intervensi ……. 103

Grafik 4.21 Aspek Kekuasaan Konseli NGT ……….. 104

Grafik 4.22 Aspek Keberartian Konseli NGT ……… 105

Grafik 4.23 Aspek Kebajikan Konseli NGT……… 106

Grafik 4.24 Aspek Kompetensi Konseli NGT ……… 107

Grafik 4.25 Profil Self-Esteem Konseli FDL Kondisi baseline………….. 109

Grafik 4.26 Profil Aspek Self-Esteem Konseli SKW Kondisi baseline … 109 Grafik 4.27 Profil Self-Esteem Konseli FDL Setelah Intervensi ………… 116


(10)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa

Grafik 4.28 Perbedaan Aspek Self-Esteem Baseline dan Intervensi …... 118

Grafik 4.29 Aspek Kekuasaan Konseli FDL ……….. 118

Grafik 4.30 Aspek Keberartian Konseli FDL ………. 119

Grafik 4.31 Aspek Kebajikan Konseli FDL ……… 120


(11)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ………...……… 38


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

A.Latar Belakang Penelitian

Self-esteem merupakan salah satu unsur kepribadian yang sangat penting dalam memengaruhi kualitas sosial dan psikologis individu (Coopersmith, 1967, hlm. 1). Salah satu alasan pentingnya memahami self-esteem adalah untuk membantu individu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik, misalnya: bagaimana individu memaknai nasib yang dialami dalam hidupnya serta perilakunya?, bagaimana individu dapat memahami tujuan hidupnya baik dalam jangka pendek maupun panjang?, bagaimana hubungan individu dengan lingkungan sosialnya?, serta bagaimana laju kehidupan yang dijalaninya? (Mruk, 2006).

Coopersmith (1967, hlm. 4) mendefinisikan self-esteem sebagai penilaian individu terhadap dirinya untuk dipertahankan, yang sebagian penilaian tersebut berasal dari interaksi individu dengan lingkungan serta dari jumlah penghargaan, penerimaan, dan perhatian dari orang lain yang diterimanya. Terdapat dua kategori self-esteem, yakni self-esteem tinggi (positif) dan self-esteem rendah (negatif). Idealnya, individu memiliki self-esteem tinggi karena berkaitan erat dengan masa yang akan datang. Orth dan Robins (2014) menyatakan bahwa self-esteem yang tinggi berpengaruh terhadap kesuksesan dan kesejahteraan dalam domain kehidupan seperti hubungan sosial, pekerjaan, dan kesehatan. Pernyataan serupa dikemukakan Waitley (1997, hlm. 76) dalam bukunya yang berjudul “Psychology of success: developing your self-esteem” bahwa self-esteem yang dimiliki individu akan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan dalam sukses akademik, karir dan kebahagiaan secara pribadi. Mengingat


(13)

bukti bahwa self-esteem memiliki konsekuensi penting dalam dunia nyata, maka perkembangan self-esteem perlu mendapatkan perhatian secara khusus.

Self-esteem rendah akan memunculkan berbagai permasalahan

intrapersonal, antara lain: (1) memersepsi diri sendiri tanpa rasa hormat dan rasa mencintai, (2) mengabaikan diri sendiri meskipun tidak membenci diri sendiri, tetapi sering mengharapkan orang lain memberikan penghargaan terhadap dirinya, (3) menunjukkan perilaku dalam upaya mengisi harga diri yang hilang dengan membentuk perilaku yang tidak stabil, (4) mengidentifikasi peran-peran tertentu secara berlebihan, (5) tidak membiarkan orang lain akrab secara psikologis dengan dirinya, (6) perilaku yang senantiasa berubah-ubah dalam memilih teman dan mitra kerja, (7) tidak mampu memaafkan diri sendiri, (8) membentuk identitas diri dengan cara-cara yang negatif (Cavanagh dan Levitov, 2002).

Permasalahan lain yang akan timbul karena self-esteem rendah adalah terjadinya penolakan sosial. Leary, Mark R. (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa self-esteem berkembang sebagai monitor dalam penerimaan sosial dan self-esteem yang tinggi dapat mencegah terjadinya penolakan sosial. Selain itu self-esteem rendah juga berkontribusi terhadap maraknyakasus bullying yang seringkali terjadi di lingkungan sekolah. Hasil penelitian Khairiah, Muhdi dan Budiono (2009) membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku bullying dan tingkat self-esteem pada siswa SMPN di Surabaya. Siswa yang tidak terlibat dalam perilaku bullying cenderung mempunyai self-esteem tinggi, sedangkan siswa yang terlibat perilaku bullying memiliki self-esteem rendah dengan urutan 25% pelaku bullying, pelaku-korban bullying 26,1% dan korban bullying 34,4%.

Permasalahan self-esteem rendah jika dibiarkan berlarut-larut akan berdampak pada psikologis individu, seperti depresi dan kecemasan. Sawislo dan Ulrich (2013) membuktikan keterkaitan antara self-esteem dengan depresi dan kecemasan. Hal senada juga dikemukakan Saleh (1988) bahwa individu yang mempunyai self-esteem tinggi pada umumnya percaya pada kemampuannya sendiri, realistis, optimis dan efektif dalam menghadapi masalah-masalahnya, sehingga jarang mengalami gangguan-gangguan penyesuaian, termasuk gangguan psikologis seperti depresi.


(14)

Nurjanah (2010) dalam penelitiannya menggambarkan profil self-esteem siswa SMAN 1 Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat, dari 319 siswa yang diteliti, terdapat 150 siswa yang teridentifikasi memiliki self-esteem rendah dan 169 siswa yang memiliki self-esteem tinggi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 48 Surabaya menunjukkan bahwa masih terdapat banyak siswa memiliki self-esteem rendah. Dari 287 siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya terdapat 20.21% atau 58 siswa memiliki self-esteem rendah, 64.11% atau 184 siswa memiliki self-esteem sedang dan 15.68% atau 45 siswa memiliki self-esteem tinggi.

Hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 48 Surabaya menginformasikan bahwa masih terdapat siswa yang teridentifikasi memiliki self-esteem rendah. Self-esteem rendah pada siswa ditunjukkan dengan masih adanya siswa yang menjadi korban bullying dari teman sebaya, rasa percaya diri yang rendah, mudah menyerah, menarik diri dari lingkungan dan sulit dalam bersosialisasi.

Berdasarkan wawancara dengan dua siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya yang memiliki skor self-esteem rendah menunjukkan bahwa dirinya seringkali sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya karena beranggapan dirinya tidak pantas dan tidak layak untuk berteman dengan yang lain. Sulit menerima kondisi diri sendiri dan cenderung menginginkan hidupnya seperti orang lain yang dianggap lebih bernasib baik daripada dirinya.

Kemampuan pemahaman diri pada remaja yang belum berkembang secara optimal menyebabkan munculnya permasalahan self-esteem. Erikson (Santrock, 2007) mengemukakan bahwa individu pada masa remaja dihadapkan pada banyak pertanyaan tentang diri, siapa diri mereka, bagaimana mereka kedepannya dan apa yang menjadi tujuan hidup mereka. Semua pertanyaan tersebut mengarah pada pembentukan persepsi tentang dirinya. Persepsi melibatkan aspek kognisi yang membentuk sebuah penilaian tentang diri. Ketika individu mampu memersepsikan diri secara positif, maka akan terciptalah rasa nyaman dan bahagia dalam hidupnya yang biasanya termanifestasikan dalam rasa percaya diri, menyenangkan, mudah dalam bergaul serta memiliki emosi yang stabil. Sebaliknya, jika individu memersepsikan dirinya secara negatif yang


(15)

ditandai dengan perasaan tidak berharga, tidak percaya diri, merasa dikucilkan dan sulit untuk bergaul dengan lingkungannya maka akan membentuk self-esteem rendah.

Banyak peran baru yang dihadapi pada masa remaja, seperti status akan menjadi orang dewasa, karir atau pekerjaan dan hubungan romantisme (Erikson, dalam Santrock, 2007). Untuk menghadapi berbagai peran baru tersebut, dalam memersepsikan banyak tuntutan yang dihadapi, remaja melibatkan kognisi yang memungkinkan keterlibatan keyakinan irasionalnya. Keyakinan irasional merupakan pikiran, ide, gagasan atau persepsi negatif yang digunakan remaja dalam menilai, merespon atau menanggapi sebuah peristiwa yang dialami. Keyakinan irasional mengandung unsur kemestian, keharusan, tuntutan dan perintah (Corey, 2007). Keyakinan irasional merepresentasikan suatu logika yang salah, tidak konsisten dengan data empiris, dan menghambat dalam pencapaian tujuan. Contoh keyakinan irasional yakni menginginkan kesempurnaan, memusatkan perhatian pada hal-hal negatif dan mengabaikan hal-hal positif, membuat penalaran secara emosional, melihat diri sebagai orang yang memalukan, dan sebagainya (Ellis & Dryden, 1997).

Upaya untuk meningkatkan self-esteem siswa di sekolah seyogianya mendapat perhatian yang serius dari pihak sekolah, khususnya bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling dalam hal ini penting untuk menyelenggarakan layanan responsif. Layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera (Yusuf & Nurihsan, 2008, hlm. 28). Layanan ini bersifat kuratif sehingga strategi yang digunakan untuk membantu siswa dalam mengentaskan masalah adalah konseling. Proses konseling dilakukan secara individu dengan alasan masalah yang dialami menyangkut permasalahan intrapersonal sehingga dimungkinkan butuh pendekatan lebih mendalam.

Intervensi yang dapat diterapkan untuk menangani masalah self-esteem siswa salah satunya melalui konseling menggunakan pendekatan rasional emotif perilaku. Konseling Rasional Emotif Perilaku terbukti dapat membantu permasalahan self-esteem siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan


(16)

Tripamungkas (2013), konseling kelompok rasional emotif perilaku dapat meningkatkan self esteem siswa kelas XI-IPS 4 di SMA Negeri 1 Nganjuk.

adalah Konseling Rasional Emotif Perilaku. Self-esteem rendah akan memunculkan berbagai konflik baik konflik intrapersonal maupun interpersonal yang bersumber dari kognisi dan emosi individu sendiri. Oleh karena itu melalui konseling individu dengan menggunakan pendekatan Rasional Emotif Perilaku diharapkan dapat membantu individu agar mampu mengubah pemikiran irasional menjadi rasional. Banks & Zionts (2008) menyatakan bahwa keyakinan irasional menjadi penyebab signifikan terjadinya gangguan emosi seperti, kecemasan, rasa bersalah, kemarahan, dan depresi.

Konseling Rasional Emotif Perilaku mengajarkan tentang bagaimana mengubah keyakinan irasional menjadi rasional agar emosi dan perilaku individu menjadi lebih baik dan fungsional. Asumsi lain yang mendukung penggunaan pendekatan Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa adalah seperti ungkapan Darminto (2007) bahwa secara khusus Konseling Rasional Emotif Perilaku dapat diterapkan secara efektif untuk menangani berbagai kesulitan kognisi, emosi dan perilaku yang berkaitan dengan psikologis maupun psikopatologis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti bermaksud menguji keefektifan Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa.

B.Pertanyaan Penelitian

Merujuk pada permasalahan yang telah diidentifikasi, maka pertanyaan penelitian dalam tesis ini adalah “Apakah Konseling Rasional Emotif Perilaku efektif untuk meningkatkan self-esteem siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya?”

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah, penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi apakah Konseling Rasional Emotif Perilaku efektif untuk meningkatkan self-esteem siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya.


(17)

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual terkait permasalahan self-esteem siswa dan juga memperkaya khasanah intervensi bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien melalui pendekatan Konseling Rasional Emotif Perilaku.

2. Manfaat Praktis

a. Guru Bimbingan dan Konseling

Dari hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru bimbingan dan konseling sebagai salah satu layanan responsif dalam pengembangan program di sekolah pada bidang pribadi-sosial.

b. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa dengan menggunakan rancangan intervensi berdasarkan karakteristik setiap subjek penelitian sehingga pelaksanaan konseling lebih optimal.

E.Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab, yakni: Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab V. Berikut penjelasan tentang masing-masing bab.

Bab I yaitu Pendahuluan, mendeskripsikan tentang latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II yaitu Konsep Dasar Konseling Rasional Emotif Perilaku dan Self-Esteem, mendeskripsikan tentang Konseling Rasional Eotif Perilaku, Self-Esteem, perkembangan masa remaja, kerangka berpikir, asumsi dan hipotesis penelitian.

Bab III yaitu Metode Penelitian, mendeskripsikan tentang pendekatan dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, variable penelitian, instrument


(18)

penelitian, pengembangan instrument penelitian, tahap-tahap penelitian, rancangan intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku dan analisis data.

Bab IV yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan, mendeskripsikan tentang hasil studi pendahuluan, lokasi dan subjek penelitian, hasil uji efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan Self-Esteem siswa, dan keterbatasan penelitian.

Bab V yaitu Simpulan dan Rekomendasi, mendeskripsikan tentang simpulan hasil penelitian dan rekomendasi. Rekomendasi ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling, dan peneliti selanjutnya.


(19)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan pokok bahasan tentang pendekatan dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, variabel penelitian, pengembangan instrumen penelitian, tahap-tahap penelitian sampai dengan analisis data yang digunakan dalam penelitian.

A.Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dipilih karena dalam pengolahan data peneliti menggunakan perhitungan statistik yang baku dan menyajikan hasil dalam bentuk angka (Cresswell, 2012).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian subjek tunggal (single subject design). Penelitian menggunakan subjek tunggal dikarenakan penelitian

sebelumnya dari Fakihatur Rahma, tentang “Penerapan Konseling Rasional

Emotif Perilaku untuk Mengurangi Perasaan Rendah Diri Siswa Kelas XI di SMK Maskumambang 2 Gresik” dengan pendekatan desainpenelitian subjek tunggal secara empiris terbukti efektif. Penelitian tentang self-esteem dilakukan oleh Tripamungkas (2013) dalam setting kelompok yakni berjudul efektivitas konseling kelompok rasional emotif perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa kelas XI-IPS 4 di SMA Negeri 1 Nganjuk. Peneliti memilih desain subjek tunggal dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan skor self-esteem secara kontinum di setiap akhir sesi konseling dari masing-masing subjek penelitia.

Desain subjek tunggal yang digunakan adalah tipe A - B yang terdiri dari dua kondisi yakni kondisi baseline dan intervensi. Kondisi baseline (A) merupakan kondisi self-esteem siswa sebelum diberikan intervensi atau perlakuan. Intervensi (B) yakni kondisi subjek penelitian selama diberikan intervensi. Intervensi yang diberikan yakni Konseling Rasional Emotif Perilaku. Pengukuran


(20)

kondisi baseline dilakukan 3 kali dalam 3 minggu (seminggu sekali) sampai kondisi sampel menunjukkan hasil yang stabil. Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku dilakukan selama 5 sesi. Desain subjek tunggal digambarkan pada bagan 3.1 berikut.

Bagan 3.1 Desain Subjek Tunggal

(Sunanto, Takeuchi & Nakata, 2006) Keterangan:

A: Baseline (Kondisi sebelum intervensi) B: Intervensi (Kondisi saat intervensi diberikan)

B.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 48 Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 287 siswa. Peneliti memilih siswa kelas VIII sebagai populasi penelitian karena siswa kelas VIII berada pada rentan usia 14-15 yang termasuk dalam kategori remaja awal. Pada usia remaja siswa kerap mengalami permasalahan self-esteem.

Subjek penelitian dipilih menggunakan random sampling. Peneliti memilih subjek yang memiliki self-esteem rendah sebanyak 4 siswa.

Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian

Nama Subyek (Inisial) Kelas Jenis Kelamin

VLP VIII-E Perempuan

SKW VIII-E Perempuan

NGT VIII-B Perempuan

FDL VIII-D Laki-laki

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Baseline Intervensi

A B


(21)

C.Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yakni Konseling Rasional Emotif Perilaku sebagai variabel bebas dan self-esteem sebagai variable terikat.

1. Konseling Rasional Emotif Perilaku

Konseling Rasional Emotif Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan serangkaian kegiatan pemberian bantuan yang dilakukan peneliti kepada empat siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya yang teridentifikasi memiliki self-esteem rendah, dengan menggunakan empat teknik yang ada dalam Konseling Rasional Emotif Perilaku yakni teknik kognitif, emotif evokatif, teknik pencitraan, dan teknik behavioral yang secara lebih spesifik menitikberatkan pada perubahan keyakinan irasional menjadi rasional terkait dengan kemampuan individu dalam melakukan penyesuaian sosial melalui tiga tahapan yaitu tahap awal (beginning stage), tahap pertengahan (midlle stage) dan tahap akhir (ending stage). Konseling dinyatakan efektif jika skor self-esteem siswa meningkat dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. konseling terdiri dari 5 sesi yang dilakukan setiap seminggu sekali selama 60 menit per sesi.

2. Self-esteem

Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian siswa terhadap dirinya yang ditunjukkan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu, cakap, layak dan berhasil sebagai seorang siswa (Coopersmith, 1967, hlm. 4)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah angket self-esteem hasil adaptasi dari

Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI) yang dikembangkan oleh Coopersmith

pada tahun 1967. Alasan pengadaptasian CSEI dikarenakan konsep self-esteem yang digunakan oleh peneliti merujuk pada teori yang dikembangkan oleh Coopersmith. Alasan lain yang mendasari penggunaan CSEI yakni dikarenakan angket tersebut sudah teruji validitas dan reliabilitasnya dalam mengukur

self-esteem. Coopersmith (1967) megukur reliabilitas CSEI pada 30 sampel

menunjukkan reliabilitas yang baik yakni r = 0.88, lima tahun kemudian CSEI diujikan kembali kepada 56 sampel menunjukkan reliabilitas yang cukup baik


(22)

yakni r = 0.70. Penelitian terbaru yang menggunakan CSEI dilakukan oleh Bayazit (2014) juga menunjukkan bahwa CSEI memiliki reliabilitas yang baik yakni r = 0.76.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Pengembangan Angket Self-Esteem

Pengembangan instrument self-esteem pada siswa berdasarkan definisi operasional self-esteem yang dikemukakan oleh Coopersmith pada bukunya yang berjudul The Antecedents of Self-Esteem pada tahun 1967 dengan aspek-aspek dan item pernyataan yang diambil dari Coopersmith

Self-esteem Inventory (CSEI). Instrumen ini disusun menggunakan skala Guttman

dengan alasan untuk memperoleh jawaban secara jelas dan tegas dengan alternatif jawaban antara “Ya” atau “Tidak”.

Tabel 3.2 Angket Self-Esteem No.

Item Pernyataan

1 Saya menghabiskan banyak waktu untuk melamun 2 Saya cukup yakin pada diri sendiri

3 Saya sering berharap menjadi orang lain 4 Saya mudah menyukai

5 Saya dan keluarga mempunyai waktu bersenang bersama 6 Saya tidak pernah khawatir tentang apa pun

7 Saya merasa sangat sulit untuk berbicara di depan kelompok 8 Saya berharap saya lebih muda

9 Ada banyak hal tentang diri saya, jika saya mau saya akan ubah 10 Saya dapat berpikir tanpa banyak kesulitan

11 Saya orang yang sangat menyenangkan 12 Saya mudah kecewa di rumah

13 Saya selalu melakukan sesuatu hal yang benar 14 Saya bangga dengan pekerjaan sendiri

15 Seseorang selalu memeberitahu saya apa yang harus dilakukan

16 Saya membutuhkan waktu lama untuk membiasakan diri dengan suatu yang baru

17 Saya sering menyesali hal-hal yang saya lakukan 18 Saya dikenal oleh orang-orang seusia saya. 19 Keluarga saya biasanya memahami perasaan saya 20 Saya tidak pernah bahagia

21 Saya berusaha mengerjakan apa yang dapat saya kerjakan sebaik mungkin 22 Saya mudah menyerah


(23)

24 Saya merasa cukup bahagia

25 Saya lebih suka berteman dengan orang yang lebih muda dari saya. 26 Keluarga saya sangat berharap pada saya

27 Saya suka dengan semua orang yang saya kenal 28 Saya ingin diperhatikan ketika dalam kelompok 29 Saya memahami diri saya

30 Hal yang paling sulit adalah menjadi diri sendiri 31 Segala sesuatu bercampur dalam hidup saya 32 Orang-orang biasanya menyetujui ide saya

33 Tidak ada orang yang memberikan perhatian pada saya saat di rumah 34 Saya tidak pernah dimarahi

35 Saya tidak mengerjakan pekerjaan saya dengan baik seperti yang saya harapkan

36 Saya dapat menentukan pilihan dan berpegang teguh pada pilihan tersebut 37 Saya sangat tidak suka menjadi laki-laki atau perempuan

38 Saya merasa pendapat saya kurang bagus 39 Saya tidak suka menjadi orang lain 40 Seringkali saya ingin pergi dari rumah 41 Saya tidak pernah merasa malu

42 Saya sering merasa kecewa

43 Saya sering merasa malu pada diri sendiri 44 Muka saya tidak seelok orang pada umumnya

45 Jika ada sesuatu yang harus katakana, biasanya akan saya katakan 46 Orang-orang sering mengerjai saya

47 Keluarga saya memahami saya 48 Saya selalu berkata benar

49 Pimpinan atau supervisor membuat saya merasa tidak cukup berkualitas 50 Saya tidak peduli apa yang terjadi pada saya

51 Saya merasa gagal

52 Saya mudah merasa kesal apabila dimarahi

53 Saya kurang begitu disukai, tidak seperti sebagian besar orang 54 Biasanya saya merasa seolah-olah keluarga terlalu menekan saya 55 Saya tahu apa yang harus saya katakan kepada orang lain

56 Saya sering merasa berkecil hati

57 Tidak ada sesuatu hal yang mengganggu saya 58 Saya tidak bisa diandalkan

2. Penimbangan Instrumen (expert judgement)

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh butir-butir item pernyataan yang sesuai dengan kondisi permasalahan self-esteem remaja di Indonesia ditinjau dari aspek-aspek self-esteem berdasarkan Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI). Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga pakar yang mencakup penimbang dari segi bahasa, konten dan konstrak.


(24)

Ketiga pakar penimbang tersebut adalah (1) Eri Kurniawan, P. hD. yang merupakan pakar dalam alih bahasa, (2) Prof. Dr. Syamsu Yusuf L. N., M.Pd. dan (3) Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psikolog. yang merupakan pakar bidang Bimbingan dan Konseling (BK). Setelah memperoleh penilaian dari ketiga pakar instrumen direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang.

3. Uji Keterbacaan Instrumen

Instrumen yang telah dinilai dan direvisi selanjutnya ditelaah oleh tujuh responden dari kalangan siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya untuk mengetahui apakah setiap butir pernyataan dapat dan mudah dipahami oleh responden.

4. Uji Empirik Instrumen

Uji coba empirik (field-test) dilakukan dalam situasi dan kondisi administrasi testing yang sebenarnya sehingga respon atau jawaban subjek merupakan respon yang sesungguhnya. Oleh karena itu, subjek tidak boleh mengetahui bahwa pengenalan skala yang bersangkutan sebenarnya dilakukan sebagai suatu uji coba (Azwar, 2014, hlm. 77). Uji coba empirik dilakukan secara acak kepada 64 siswa kelas VIII dari salah satu SMP Swasta di Surabaya.

5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pengujian instrumen dilakukan kepada 64 siswa kelas VIII SMP Swasta d Surabaya. Uji coba dilakukan guna untuk mengetahui ketepatan (validity) dan keterandalan (reliability) instrumen.

a. Uji Validitas Butir Item

Instrumen yang valid dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya dikur (Sugiyono, 2011, hlm. 121). Semakin tinggi nilai validasi item pernyataan maka instrumen yang digunakan semakin valid. Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item dalam angket pengungkap self-esteem siswa.

Uji validitas item angket terlebih dahulu dihitung untuk mencari korelasi antar bagian alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan


(25)

jumlah skor tiap item. Pengolahan data hasil uji coba diolah secara statistik dengan bantuan layanan Microsoft Excel 2010. Pengujian validitas instrumen berupa skor dikotomi menggunakan korelasi point biserial dengan rumus berikut.

p

p

X

Xi

X

PB





 

1

(Arikunto,2005, hlm.79) Keterangan :

X = Rata-rata test untuk semua orang

Xi = Rata-rata pada test hanya untuk orang-orang yang menjawab benar

pada item ke-i

p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i 1-p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i

X

= Standar deviasi pada test untuk semua orang

Pengujian validitas dilakukan terhadap 58 item pernyataan dengan jumlah subjek 64 siswa. Dari 58 item diperoleh 49 item yang valid dan 9 item tidak valid.

Tabel 3.3

Hasil Uji Coba Instrumen self-esteem No item Tidak Valid 1, 4, 27, 31, 37, 38, 41, 49, 57

Valid

2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58

Keriteria pemilihan item yang valid berdasarkan koefisien korelasi item total ≥ 0,30 maka dapat dipilih item dengan daya diskriminasi tertinggi jika jumlah item yang dispesifikasikan dapat mencakup kriteria yang hendak diukur. Sebaliknya, apabila jumlah item yang lolos ternyata tidak mencukupi jumlah yang diinginkan maka dapat


(26)

sedikit menurunkan batas koefisien korelasi item total menjadi ≥ 0,25 (Azwar, 2014). Berdasarkan asumsi tersebut maka diperoleh 23 item pernyataan dari 49 pernyataan valid yang dipakai karena memiliki koefisien korelasi ≥ 0,25.

Tabel 3.4

Uji Validitas Butir Item No item Tidak

Terpakai

6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 25, 26, 28, 29, 32, 34, 35, 39, 43, 44, 46, 50, 51, 52,55

Terpakai 2, 3, 5, 10, 11, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 30, 33, 36, 40, 42, 45, 47, 48, 53, 54, 56, 58

b. Uji Reliabitilas

Reabilitas suatu instrument penelitian dikatakan baik dan dipercaya apabila menunjukkan data yang ajeg sesuai dengan kenyataan (Arikunto, 2005, hlm. 86).

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen, data uji coba diolah secara statistik dengan memanfaatkan layanan Microsoft Excel 2010. Pengujian reliabilitas diberi skor berupa skor dikotomi. Untuk mencari koefisien reliabilitas digunakan koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20) dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

KR-20 =

 





2

2

1

1

S

p

p

S

n

n

(Arikunto, 2005, hlm. 102) Keterangan :

KR-20 = Koefisien Reliabilitas KR-20 n = Jumlah item

S2 = Varians skor keseluruhan

p = Proporsi yang mendapatkan nilai benar untuk setiap item (1-p) = Proporsi yang mendapatkan nilai salah untuk setiap item

Kriteria reliabilitasnya adalah jika KR-20 0,70 maka dimensi angket reliabel (konsisten) dan jika KR-20 < 0,70 maka dimensi angket tidak reliabel. Ketentuan ini juga sejalan dengan Fraenkel dan Wallen (1993) yang mempunyai patokan sedikitnya 0,70 sebagai harga minimal bagi reliabilitas instrumen pengumpul data yang dikumpulkan.


(27)

Hasil perhitungan uji coba instrumen diperoleh harga reliabilitas sebesar 0,84 yang artinya bahwa derajat keterandalan instrumen yang digunakan sangat tinggi dan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

Kriteria untuk mengetahui tingkat reabilitas, digunakan klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Riduwan (2006, hlm. 138) sebagai berikut:

Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas

Interval Koefesien Kriteria Keterandalan 0,80-1,000 Sangat Tinggi

0,60-0,799 Tinggi

0,40-0,599 Cukup

0,20-0,399 Rendah

0,00-0,199 Sangat Rendah 6. Pedoman Skoring

Setiap item pernyataan pada alternatif jawaban diberi skor 1 dan 0. Skor 1 diberikan apabila siswa mengisi jawaban pada kolom “Ya” dan apabila siswa mengisi jawaban pada kolom “Tidak” maka diberi skor 0, ketentuan tersebut berlaku untuk item pernyataan positif. Ketentuan pemberian skor angket self-esteem sebagai berikut.

Tabel 3.6

Pemberian Skor Alternatif Jawaban

7. Kategorisasi Tingkat Self-esteem

Kategorisasi tingkat self-esteem dengan rentan dan kategorisasi berdasarkan kategorisasi yang dikemukakan Azwar (2014, hlm. 149) disajikan pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.7

Kategorisasi Tingkat Self-Esteem

Pedoman Kategorisasi

X < 14 Rendah

15 ≤ X < 20 Sedang

21 ≤ X Tinggi

Jawaban Positif Negatif

Ya 1 0


(28)

F. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan

Menyebarkan angket self-esteem kepada seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya untuk mengetahui profil self-esteem yang dimaksud dalam penelitian. Hasil angket kemudian dianalisis untuk mengetahui kategori siswa yang memiliki self-esteem tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya, peneliti memilih 4 siswa yang termasuk dalam kategori self-esteem rendah untuk dijadikan subjek penelitian.

2. Pengukuran Kondisi Baseline

Dilakukan dengan rentan waktu yang konsisten sampai mendapat kecenderungan data yang stabil. Pengukuran kondisi baseline dilakukan kepada 4 siswa yang menjadi subjek penelitian.

3. Rancangan Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku

Konseling Rasional Emotif Perilaku dirancang untuk meningkatkan

self-esteem siswa dengan berfokus pada kemampuan siswa dalam menilai dan

mengevaluasi dirinya secara rasional. Rancangan intervensi disusun secara umum untuk membantu siswa dalam meningkatkan self-esteem. Terkait permasalahan setiap siswa berbeda-beda, pelaksanaan intervensi dilapangan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan permasalahan masing-masing siswa.

G. Rancangan Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk Meningkatkan Self-Esteem Siswa

1. Rasional

Self-esteem merupakan pusat dari diri individu yang menjadi dasar dalam membangun kepribadian yang unggul (Minchinton, 1995, hlm. 20). Salah satu alasan pentingnya memahami self-esteem adalah untuk membantu idividu dalam mempelajari hal-hal tentang diri sendiri, seperti individu sebagai manusia yang unik dan bagaimana individu memaknai nasib dalam kehidupan


(29)

dan tindakannya, tujuan hidup dalam jangka pendek maupun panjang, hubungan individu dengan lingkungan sosialnya dan laju kehidupan yang dijalani (Mruk, 2006, hlm. 3).

Masa yang rentan mengalami permasalahan self-esteem rendah adalah perkembangan pada masa remaja. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa yang duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP) dengan kisaran usia antara 14-15 tahun. Sekolah yang dipilih menjadi lokasi penelitian adalah SMP Negeri 48 Surabaya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 48 Surabaya, siswa SMP Negeri 48 Surabaya dilihat dari segi ekonomi sebagian besar berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. Tidak sedikit siswa yang menganggap dirinya tidak mampu bersaing dengan sekolah lain. Jiwa kompetitif seperti keikutsertaan dalam olimpiade juga kurang diminati oleh siswa karena berfikir pasti akan kalah dengan sekolah-sekolah favorit lain yang ada di Surabaya.

Berdasarkan studi pendahuluan dengan menggunakan angket self-esteem terhadap seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya atau 287 siswa diketahui; 20.21% (58) siswa termasuk dalam kategori self-esteem rendah, 64.11% (184) siswa termasuk dalam kategori sedang dan 15.68% (45) siswa termasuk dalam kategori tinggi. Hasil wawancara dengan siswa yang termasuk dalam kategori self-esteem rendah mengatakan bahwa dirinya merasa tidak berkompeten dan cenderung tidak percaya diri dalam berbagai hal, baik dalam hal akademik maupun sosial.

Banyaknya siswa yang memiliki self-esteem rendah seyogianya mendapat perhatian lebih dari pihak-pihak terkait agar siswa mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya. Jika siswa memiliki

self-esteem rendah maka akan berdampak pada banyaknya masalah. Masalah yang

mungkin akan timbul karena self-esteem rendah antara lain: (1) mempersepsi diri sendiri tanpa rasa hormat dan rasa mencintai, (2) mengabaikan diri sendiri meskipun tidak membenci diri sendiri, tetapi sering mengharapkan orang lain memberikan penghargaan terhadap dirinya, (3) menunjukkan perilaku dalam upaya mengisi harga diri yang hilang dengan bentuk perilaku sintetik, (4)


(30)

beridentifikasi secara berlebihan terhadap peran-peran tertentu, (5) tidak membiarkan orang lain akrab secara psikologis dengan dirinya, (6) perilaku yang senantiasa berubah-ubah dalam memilih teman dan mitra kerja, (7) tidak mampu memaafkan diri sendiri, (8) menemukan dirinya dengan cara-cara negatif (Cavanagh dan Levitov, 2002).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu siswa meningkatkan self-esteem di sekolah yakni melalui penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling seperti layanan responsive. Layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan pertolongan dengan segera. (Yusuf dan Nurihsan, 2008, hlm. 28). Layanan ini bersifat kuratif sehingga strategi yang digunakan untuk membantu siswa dalam mengentaskan masalah adalah konseling. Proses konseling dilakukan secara individu dengan alasan masalah yang dialami menyangkut permasalahan intrapersonal sehingga dimungkinkan butuh pendekatan lebih mendalam.

Dari berbagai macam pendekatan konseling yang ada, pendekatan konseling yang diasumsikan relevan dalam membantu permasalahan self-esteem adalah Konseling Rasional Emotif Perilaku. Self-esteem rendah akan memunculkan berbagai konflik baik konflik intrapersonal maupun interpersonal yang biasanya bersumber dari kognisi dan emosi individu itu sendiri. Oleh karena itu melalui konseling individu dengan menggunakan pendekatan Rasional Emotif Perilaku diharapkan dapat membantu individu agar mampu mengubah pemikiran irasional menjadi rasional. Banks (2008) menyatakan bahwa keyakinan irasional menjadi penyebanb signifikan terjadinya gangguan emosi seperti, kecemasan, rasa bersalah, kemarahan, dan depresi.

Konseling Rasional Emotif Perilaku mengajarkan individu tentang bagaimana menggantikan keyakinan irasional menjadi keyakinan rasional untuk mengubah perasaan dan perilaku individu menjadi lebih baik dan lebih fungsional. Asumsi lain yang mendukung penggunaan pendekatan konseling rasional emotif perilaku untuk meningkatkan self-esteem adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Darminto (2007) yang menyatakan, secara khusus


(31)

konseling Rasional Emotif Perilaku dapat diterapkan secara efektif untuk menangani berbagai kesulitan kognisi, emosi dan perilaku yang berkaitan dengan psikologis maupun psikopatologis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penelitian bermaksud untuk menguji keefektifan konseling individu dengan menggunakan pendekatan Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa.

2. Tujuan Intervensi

Tujuan intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku adalah untuk meningkatkan self-esteem siswa dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki dengan merubah cara berpikir yang irasional menjadi rasional dan realistis.

Tujuan intervensi sesuai dengan kompetensi dasar dalam program bimbingan dan konseling ASCA pada bidang pribadi sosial yakni siswa memperoleh sikap, pengetahuan dan ketrampilan intrapersonal yang dapat membantu siswa dalam memahami dan menghargai diri sendiri serta orang lain.

3. Asumsi Intervensi

Asumsi intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku adalah sebagai berikut.

a. Individu memainkan peran penting dalam kesulitannya melalui caranya dalam menginterpretasikan situasi atau peristiwa dilingkungan (masalah bersumber dari kognisinya). (Ellis dalam Darminto, 2007) b. Restrukturisasi dalam Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk

mengubah disfungsional kognitif antara lain tentang tanggung jawab terhadap masalah emosi yang dialaminya, memiliki gagasan bahwa dirinya mampu dalam mengubah gangguan yang dialami secara signifikan (Corey, 2007)

4. Kompetensi Pelaksana Intervensi

Pelaksanaan Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa seyogianya didukung kompetensi memadai yang dimikili oleh peneliti sekaligus berperan sebagai pemberi intervensi. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh peneliti adalah sebagai berikut.


(32)

a. Memiliki pemahaman dan pengetehatuan yang memadai mengenai konsep self-esteem.

b. Memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan dalam pelaksanaan Konseling Rasional Emotif Perilaku.

c. Memahami karakteristik siswa yang merupakan subjek penelitian. d. Menunjukkan penerimaan tanya syarat terhadap konseli sebagai

manusia yang tidak lepas dari kesalahan.

e. Mampu berperan sebagai motivator yang aktif-direktif serta komunikator yang terampil selaku mitra terapeutik bagi konseli.

5. Sasaran Intervensi

Sasaran intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku adalah siswa SMP Negeri 48 Surabaya yang teridentifikasi memiliki self-esteem rendah. Pemilihan siswa yang memiliki self-esteem rendah dilakukan berdasarkan tujuan dari penelitian yaitu menguji keefektifan Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatan self-esteem siswa.

6. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku Intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa berlangsung 5 sesi. Masing-masing sesi intervensi konseling dilaksanakan dengan waktu kurang lebih 60 menit dalam satu kali pertemuan setiap minggunya.

Keseluruhan sesi intervensi mencakup tiga tahap utama dan sepuluh sub-tahap dalam Konseling Rasional Emotif Perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Windy Dryden & Michael Neenan (2004, hlm. 73). Berikut adalah tahapan utama dan sub-tahap pelaksanaan Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa.

1) Tahap awal (beginning stage) a) Membangun aliansi kerja

b) Mengajarkan model ABC pada konseli 2) Tahap pertengahan (middle stage)

a) Mengatasi keraguan-keraguan konseli

b) Mempertimbangkan untuk mengubah fokus masalah


(33)

d) Mendorong konseli untuk terlibat dalam tugas-tugas yang relevan e) Membantu konseli menginternalisasikan keyakinan rasional baru

dengan menggunakan teknik-teknik utama dalam konseling rasional emotif perilaku

f) Mengatasi hambatan terhadap perubahan

g) Mendorong konseli untuk memelihara dan meningkatkan apa yang telah dicapai

h) Mendorong konseli untuk menjadi konselor bagi dirinya sendiri 3) Tahap akhir (ending stage)

Tahap akhir adalah tahap dimana siswa sudah menunjukkan peningkatan self-esteem sekaligus pertemuan penutup. Dalam tahap akhir peneliti diperkenankan memberikan penghargaan terhadap konseli atas peran aktif dalam mengikuti sesi intervensi konseling. 7. Teknik Konseling yang Digunakan

Setiap sesi konseling menggunakan beragam teknik yang ada dalam pendekatan Rasional Emotif Perilaku, yang mencakup teknik Kognitif, teknik pencitraan, teknik emotif-evokatif, dan teknik behavioral. Berikut teknik yang digunakan disetiap sesinya.

1) Pada sesi 1, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Konseli diminta membayangkan gambaran mengenai peristiwa negatif yang menjadi peristiwa pemicu (A) dan mengubah emosi negatif tidak sehat yang mengiringi peristiwa negative tersebut menjadi emosi negatif yang sehat atau disebut Pencitraan rasional emotif (rational emotive imagery),

b) Konselor menceritakan kepada konseli pengalaman pribadinya ketika menghadapi suatu masalah, keyakinan irrasional yang muncul saat itu ada dan bagaimana mengatasi keyakinan irrsional tersebut atau keterbukaan diri konselor (counselor self-disclosure).

c) Konseli diberikan tugas rumah yang berkaitan dengan kognitifnya. Setelah koseli terampil dalam pengisian formulir, konseli didorong untuk lebih aktif mempertanyakan keyakinan irasional dan rasional tanpa menggunakan formulir atau cognitive homework forms.


(34)

2) Pada sesi 2, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Konseli diajak untuk mempraktikkan latihan-latihan fisik dan psikis agar dapat merasa rileks, konsentrasi, mengontrol emosi, mengurangi ketegangan dan mengendurkan syaraf-syaraf.

b) Konselor membacakan cerita atau kisah yang dapat meneguhkan keyakinan rasional dan menunjukkan kepada konseli bahwa banyak sumber rasionalitas yang dapat digunakan selain metode standart dalam konseling atau disebut juga teknik cerita dan kisah (stories, mottoes, parables, and aphorisms).

3) Pada sesi 3, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Koseli diajak untuk mempraktikkan latihan-latihan fisik dan psikis agar dapat merasa rileks, konsentrasi, mengontrol emosi, mengurangi ketegangan dan mengendurkan syaraf-syaraf.

b) Konseli disuruh mempertanyakan hal-hal tentang kayakinan irrasional yang harus ditantang dan diubah atau DIBS (disputing irrational beliefs).

c) Konseli diminta untuk menggunakan kalimat yang lebih positif untuk mengekspresikan keyakinan rasional seperti mengganti “tidak bisa melakukan” dengan “belum melakukan” atau dikenal juga dengan sebutan Presisi semantic (semantic precision).

d) Konseli diminta membuat daftar yang memuat tentang sisi negatif dan sisi positif dari permasalahan yang dialami atau suatu konsep tertentu atau mereferensikan (referenting).

e) Konseli diberikan tugas rumah yang berkaitan dengan kognitifnya. Setelah koseli terampil dalam pengisian formulir, konseli didorong untuk lebih aktif mempertanyakan keyakinan irasional dan rasional tanpa menggunakan formulir atau cognitive homework forms.

4) Pada sesi 4, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Konseli menuliskan pernyataan rasional untuk mengahadapi masalah dalam sebuah kartu ukuran 5x3cm dan menggunakannya sebagai pengingat atau disebut juga dengan self-statemen.


(35)

b) Konseli diminta membayangkan suatu situasi dimana ia menggunakan keyakinan irrasional kemudian mengganti dengan keyakinan rasional (coping imagery).

5) Pada sesi 5, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Konseli diberikan hukuman atau hadiah setiap kali gagal atau berhasil melakukan suatu tugas (Hadiah dan hukuman)

b) Konseli mempraktikkan bagaimana “diri rasional” bertindak dalam menghadapi berbagai keadaan (gladi perilaku).

8. Format Isian Tertulis

Format yang digunakan dalam Konseling Rasional Emotif Perilaku berjumlah empat macam yakni; angket Self-esteem, jurnal kegiatan, lembar monitoring diri, dan lembar observasi. Format angket self-esteem, jurnal kegiatan dan lembar monitoring diri diisi oleh siswa dan lembar observasi diisi oleh peneliti. Berikut penjelasan tentang format-format tersebut.

1) Angket self-esteem merupakan instrument pengungkap self-esteem yang diadaptasi dari Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI) yang dikembangkan oleh Coopersmith pada tahun 1967.

2) Jurnal kegiatan, lembar monitoring diri, dan lembar observasi dirancang sesuai dengan komponen yang ada dalam Konseling Rasional Emotif Perilaku. Format-format isian tersebut diuji keterbacaan oleh beberapa siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya. 9. Evaluasi dan Indikator Keberhasilan

Evaluasi terhadap keberhasilan intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa menggunakan angket self-esteem yang diberikan kepada siswa. Selain evaluasi keberhasilan secara umum, evaluasi proses juga dilakukan dengan melihat pencapaian tujuan pada setia sesi dengan menggunakan jurnal kegiatan, lembar monitoring diri dan lembar observasi.

Indikator keberhasilan pada masing-masing sesi adalah sebagai berikut.


(36)

1) Siswa menyatakan kesungguhannya dalam mengikuti setiap sesi konseling sampai pada sesi akhir yakni sesi 5.

2) Siswa mampu memahami secara garis besar proses Konseling Rasional Emotif Perilaku (memahami model ABCDEF)

3) Siswa mampu mendeskripsikan siapa dirinya, kelebihan dan kekurangannya.

4) Siswa memahami konsep self-esteem dan aspek-aspek self-esteem 5) Teridentifikasinya pikiran irasional sebagai penyebab self-esteem

rendah.

6) Siswa memahami permasalahan yang dihadapi dan penting untuk segera ditangani.

b. Pada sesi 2, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

1) Siswa mampu mengidentifikasi berbagai pikiran irasionalnya dan menggantikan dengan pikiran rasional.

2) Siswa mampu mengaplikasikan model ABC dan DEF

3) Self-esteem siswa meningkat yang ditunjukkan berdasarkan hasil angket self-esteem, format isian rekaman pikiran, jurnal 2 dan lembar monitor diri.

c. Pada sesi 3, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

1) Siswa mampu menyusun rencana untuk meningkatkan self-esteem serta upaya peningkatan kekuasaan.

2) Self-esteem siswa meningkat yang ditunjukkan berdasarkan hasil angket self-esteem, jurnal 3 dan lembar monitor diri.

d. Pada sesi 4, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

1) Siswa mampu berpikir secara logis dan sistematis sehingga dapat meminimalkan munculnya keyakinan irasional.

2) Self-esteem siswa meningkat yang ditunjukkan berdasarkan hasil angket self-esteem, jurnal 4 dan lembar monitor diri.

e. Pada sesi 5, indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut.

1) Siswa mampu menjadi konselor bagi dirinya sendiri sebagai upaya untuk meningkatkan self-esteem


(37)

2) Self-esteem siswa meningkat yang ditunjukkan berdasarkan hasil angket self-esteem, jurnal 4 dan lembar monitor diri.

H. Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa maka digunakan dua teknik analisis data, yakni analisis visual dan analisis statistik.

1. Analisis Visual

Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan statistik deskriptif sederhana. Analisis data dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap sasaran perilaku yang hendak diintervensi dengan menggunakan analisis visual. Analisis visual yakni analisis dengan cara melakukan penggalian data secara langsung dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk grafik (split-middle technique). Barlow, Nock & Hersen (2008) menjelaskan bahwa bukti adanya intervensi yang efektif ditunjukkan oleh adanya perbedaan yang berarti antara nilai rata-rata kondisi subjek. Karena jenis data yang dianalisis merupakan data nominal maka dalam penelitian ini menggunakan skor modus. Untuk itu komponen penting yang dianalisis dengan cara ini adalah banyaknya data dalam setiap kondisi yang dikenal dengan panjang kondisi (level) dan kecenderungan arah grafik (trend).

2. Analisis Statistik

Untuk melihat keefaktifan perubahan data yang terjadi pada subyek maka dilakukan analisis statistik sederhana. Nourbakhsh & Ottenbacher (1994) menjelaskan teknik dua standart deviasi (two standart deviation method) adalah teknik analisis statistik yang digunakan untuk melihat efektivitas antara kondisi baseline dan intervensi.

Untuk mempertegas pengaruh intervensi maka selanjutnya dianalisis dengan menghitung percentage Non-Overlapping Data (PND) antara kondisi baseline dengan kondisi intervensi (Morgan & Morgan, 2009). Karena Konseling Rasional Emotif Perilaku diharapkan dapat meningkatkan self-esteem siswa maka PND dihitung dengan menggunakan data yang paling bawah dari skor baseline dan dibuat garis lurus dari titik tersebut. Secara


(38)

khusus, analisis visual dan deskriptif dilakukan dengan tujuan memeriksa jumlah titik pada kondisi intervensi yang berada dibawah garis titik terbawah pada baseline. Pedoman interpretasi skor PND menggunakan panduan dari Morgan & Morgan (2008).

Tabel 3.8

Interpretasi skor Percentage Non-Overlapping Data (PND) Nilai PND Interpretasi

>90% Sangat efektif

70 – 90% Efektif

50 70% Dipertanyakan


(39)

Ayong Lianawati, 2015

BAB V

SIMPULAN DN REKOMENDASI

Pada bab ini dikemukakan mengenai simpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi penelitian bagi guru Bimbingan dan Konseling dan Peneliti selanjutnya.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil uji efektivitas, dapat disimpulkan bahwa Konseling Rasional Emotif Perilaku efektif untuk meningkatkan self-esteem empat siswa yang menjadi subjek penelitian. Efektivitas tersebut dapat dilihat dari adanya kenaikan skor self-esteem berdasarkan analisis grafik pada kondisi baseline dan intervensi. Tiga subjek penelitian yakni VLP, SKW dan FDL mengalami peningkatan pada empat aspek self-esteem dan subjek NGT tidak meningkat pada aspek kompetensi.

Secara khusus, selain dilihat dari perubahan berdasarkan analisis grafik pada kondisi baseline dan intervensi, perubahan juga dilihat dari perilaku empat subjek penelitian sebelum dan setelah diberikan intervensi Konseling Rasional Emotif Perilaku. Masing-masing subjek penelitian menunjukkan perubahan yang positif terkait dengan permasalahan yang dialaminya.

Gambaran singkat perubahan pada masing-masing subjek penelitian. VLP yang awalnya mengganggap dirinya adalah sosok yang bodoh dan tidak mampu dalam bidang akademik memunculkan perilaku pasif ketika dikelas serta tidak berani mencoba hal baru. Perilaku yang ditampakkan VLP sedikit berubah selama intervensi. VLP sudah mulai berani untuk bertanya kepada guru ketika ada materi yang tidak dimengerti. SKW mengganggap dirinya jelak secara fisik dan dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi sehingga dirinya merasa tidak pantas punya teman. Perilaku yang muncul yakni SKW sering menyendiri dan sulit untuk mengenal orang baru. hasil akhir dari pelaksanaan intervensi selama lima minggu SKW mampu mengenal dan menjalin pertemanan terhadap dua siswa lain di luar kelasnya. NGT seringkali membandingkan hidupnya dengan


(40)

Ayong Lianawati, 2015

orang lain. NGT merasa nasibnya tidak sebaik teman-temannya dan merasa kurang beruntung karena keluarganya tidak memberikan perhatian yang ia perlukan. Di sekolah NGT cenderung menghindar dan menarik diri dari lingkungan yang berdampak pula pada proses belajarnya. Ketika ada tugas kelompok NGT jarang sekali untuk ikut untuk belajar kelompok. Selama intervensi NGT mulai bisa memahami kondisi keluarganya, akan tetapi dalam hal yang berkaitan dengan akademik ia sulit untuk merubahnya. FDL adalah siswa yang suka bertingkah semaunya sendiri dan sering melanggar peraturan sekolah. FDL seringkali keluar kelas ketika jam pelajaran. Hal tersebut ia lakukan karena ketika di rumah segala perilakunya selalu dikendalikan oleh orang tuanya. Akhir dari pelaksanaan intervensi FDL mulai bisa mengurangi intensitas kebiasaan keluar pada saat jam pelajaran.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, rekomendasi untuk guru Bimbingan dan Konseling, peneliti selanjutnya adalah:

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian menunjukkan Konseling Rasional Emotif Perilaku efektif untuk meningkatkan self-esteem siswa. Guru Bimbingan dan Konseling dapat menggunakan pendekatan Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa. Dalam pelaksanaan intervensi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru Bimbingan dan Konseling, antara lain:

a. Pelaksana intervensi yang belum mendapatkan lisensi sebagai konselor (sudah menempuh program profesi konselor) dapat melakukan konsultasi secara intensif kepada konselor untuk setiap sesi konseling. b. Waktu atau jam pemberian intervensi menjadi salah satu pertimbangan

yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan kondisi psikologis konseli. Kondisi fisik konseli berpengaruh terhadap keefektifan proses konseling.


(41)

Ayong Lianawati, 2015

c. Dalam membangun hubungan baik dengan konseli diperlukan kesabaran dari pelaksana intervensi. Ketika konseli belum merasa nyaman dengan keberadaan fasilitator maka konseli cenderung tertutup terhadap permasalahannya.

d. Penggunaan Konseling Rasional Emotif Perilaku cocok untuk karakteristik konseli yang aktif dan terbuka.

2. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya ketika menggunakan Konseling Rasional Emotif Perilaku sebagai salah satu pendekatan untuk membantu permasalahan konseli hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain: a. Rancangan intervensi yang dijadikan sebagai dasar pemberian bantuan

hendaknya dirancang untuk masing-masing subjek penelitian berdasarkan karakteristik masalah yang dihadapi konseli karena satu rancangan intervensi kurang optimal jika digeneralisasikan untuk empat subjek penelitian.

b. Instrumen yang diberikan kepada konseli di setiap akhir sesi konseling hendaknya dilakukan pengacakan item pernyataan untuk menghindari kebosanan konseli dalam mengisi dan untuk menghindari bias keakuratan data.


(42)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015).

DAFTAR PUSTAKA

Alami, Ali.. et al., (2014). Adolescents’ Self-Esteem in Single and Two-Parent Families. Int J Community Based Nurs Midwifery. 2014 Apr; 2(2): 69–76. Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Arikunto. (2005). Menajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Atin, Bila, Samuel., Asare Doku Winifre., Dorothy Awuah-Peasah. (2012). The Effects of Parenting on the Self-Esteem of Adolescents: A study at Labadi Presbyterian Secondary School (Ghana). Research on Humanities and Social Sciences Vol.2 No.11 (2012).

Azwar, Saifuddin. (2014). Penyusunan Skala PSikologi (Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Banks & Zionts. (2008). REBT Use With Childern And Adolescents Who Have Emotional And Behavior Disorders In Educational Setting: A Review Of The Literature. Journal. Rational-Emotif Cognitive-Behavior Therapy 27:51-65. DOI 10.1007/s10942008-0081-x.

Barlow, D. H. Mathew, K. Nock & Michael Hersen. (2008). Single Case Experimental Designs: Strategies for Studying Behavior Change (3rd Edition). New York: Pearson.

Beck, Judith S. (1995). Cognitive Behavior Therapy. New York: Guilford Press. Branden, Nathaniel. (1992) The Power Of Self-Esteem. Florida, USA: Health

Communications, Inc. Deerfield Beach.

Brummelman, E., Thomaes, S., Overbeek G., Castro B., Hout MA., Bushman BJ. (2014). On Fieding those hungry for praise: person praise backfires in children with low self-esteem. J.Exp Psycchol Gen. 2014 Feb; 143(1): 9-14. DOI: 10.1037/a0031917.

Cavanagh, Michael E., & Justin E. Levitov. (2002). The Counseling Experience: A theoretical and practical approach. New Orleans: Waveland Press Inc. Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi (Kartini Kartono, Trans). Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents Of Self-Esteem. San Francisco: Freeman and Company.


(43)

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi Bandung: PT. Refika Aditama.

____________, (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. USA: Thomson Higher Education.

Cresswell, Jhon W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, And

Evaluating Quantitative And Qualitative Research. Buston: Pearson

Education.

Darminto, Eko. (2007). Teori-Teori Konseling. Surabaya: Unesa University Press. Deborah J. Laible A., Gustavo, Carlob., and Scott C. Roeschc. (2004). Pathways to Self-Esteem in Late Adolescence: The Role of Parent and Peer Attachment, Empathy, and Social Behaviors. Journal of Adolescence 27:6 (December 2004), pp. 703–716; doi 10.1016/j.adolescence.2004.05.005.

Dryden, W. (2003). The REBT pocket companion for clients. New York: Albert Ellis Institute.

Dryden,W. & Neenan M. (2004). Rational Emotive Behavior Counseling in Action. New York: Sage Publisher.

E. Alpay. Self-concept and self-esteem. Departement of Chemical Engieering and Chemical Technology, Imperial College of Science, Technology and Medicine, Prince Consort Road, London. SW7 2BY.

Ellis, A., & Dreyden, W. (1997). The practice of Rational Emotif Behavior Therapy. New York: Spinger.

Erol, & Ulrich Orth. (2011). Self-esteem development from age 14 to 30 years: a longitudinal study. American psychological association 002-3514/11/$12.00 DOI: 10.1037/a0024299.

Fakihatur Rahma. Penerapan Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk Mengurangi Perasaan Rendah DIri Siswa Kelas XI di SMK Maskumambang 2 Gresik. Tersedia di Http://Www.Scribd.Com/Doc/234726739/Penerapan- Konseling-Rasional-Emotif-Perilaku-Untuk-Mengurangi-Perasaan-Rendah-Diri-Siswa-Kelas-Xi-Di-Smk-Maskumambang-2-Gresik#Scribd

Fraenkel, J.R & Wallen, N.E. (1993). How To Design And Evaluate Research In Education. 2nded. New York, McGraw-Hill Inc.

Guindon, M. H. (2010). Self-esteemAcross lifespan. New York: Routledge Taylor & Francis Group.


(44)

Horner, R. H., Carr, E. G., Halle, J., McGee, G., Odom, S., & Wolery, M. (2005). The Use of Single-Subject Research to Identify Evidence-Based Practice in Special Education. Council for Exceptional Children. 71(2), 165-179.

Irawati & Hajat. (2012). Hubungan Antara Harga Diri (Self-Esteem) Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMKN 48 Di Jakarta Timur. EconoSains- Volume x, Nomor 2, Agustus 2012.

Jan, Muzamil., dan afiyah, Ashraf. (2008). An Assesment Of Self-Esteem Among Omen. Stud Home Comm Sci, 2(2): 133-139.

James, William. (1980). The Principles of psychology. book for free on: www.Abika.com.

Joseph, Adriana B. (2014). Childhood Trauma, Self-Esteem, and Helping Behaviors: Does History of Trauma Predict Helping?. Electronic Theses & Dissertations. Paper 1130.

Kanus, Evelyn. (2014). Differences in Self-Esteem Scores of Students Whose Parents Abuse Alcohol and Those Who Do Not in Kosirai Division, Nandi North District, Kenya. International Journal of Humanities and Social Science Vol. 4 No. 5; March 2014 278.

Khairiah, Muhdi & Budiono. (2009). Korelasi antara perilaku bullying dan tingkat self-esteem pada pelajar dua buah SMPN di Surabaya. Online: Http://Journal.Unair.Ac.Id/Filerpdf/Perilaku%20bullying%20%20dan%20ting kat%20self-Esteem_Khairiah.Pdf.

Leary, Mark R. (2010). Making Sense Of Self-Esteem. Current Directions in sychological Science, Vol. 8, No. 1 pp. 32-35.

Minchinton, Jerry (1995). Maximum Self-Esteem. Kuala Lumpur: Golden Books Centre Sdn. Bhd.

Monks, F., Knoers & Haditono, S. R. (2006). Psikologi Perkembangan:

Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Morgan, D. L., & Morgan, R. K. (2009). Single Case Research Methods for the Behavioral and Health Sciences. Los Angeles: Sage.

Mruk, C. J. (2006). Self-esteem research, Theory, and Practic: Toward a positif psychology of self-esteem (3rd. ed.). New York: Spinger.

Nourbakhsh, Mohammad Reza & Kenneth J. Ottenbacher. (1994). The Statistical Analysis of Single-Subject Data: A Comparative Examination. Journal of American Physical Therapy Association. Vol. 74. No. 8, pp. 768-776.


(1)

140

Sarwono, Sarlito W. (2002). PSikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Seligman, L. (2001). System, Strategies, And Skill Of Counseling And Psychotherapy. NJ: Upper Saddle River.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sunanto, J. Takeuchi & Nakata. (2006). Penelitian Dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Steinberg, Laura. (1993). Adolescence. New York: McGraw-Hill.

Tankersley, M., Harjusola-Webb & Landrum, T. J. (2008). Using Single-Subject Research to Establish the Evidence Base of Special Education. Intervention in School and Clinic. 44(2), 83-90.

Tadjri, imam (2008). Model Konseling Kelompok Berbasis Pendekatan Rasional Emotive Therapy Untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja. (Disertasi) Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tripamungkas, (2013). Penerapan Layanan Konseling Kelompok Rasional Emotif Perilaku Untuk Meningkatkan Self-Esteem Siswa Kelas Xi Ips-4 Di Sma Negeri 1 Nganjuk. (Skripsi, Universitas Negeri Surabaya, 2013). Retrieved from http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/3375 Waitley, D. (1997). Psychology of success: developing your self-esteem (3rd. ed.).

New York. Spinger.

Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Rosdakarya.


(2)

Ayong Lianawati, 2015

Efektivitas Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk meningkatkan self-esteem siswa (Penelitian Subjek Tunggal terhadap 4 siswa kelas VIII SMP Negeri 48 Surabaya Tahun Ajaran 2014/2015).

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alami, Ali.. et al., (2014). Adolescents’ Self-Esteem in Single and Two-Parent Families. Int J Community Based Nurs Midwifery. 2014 Apr; 2(2): 69–76. Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Arikunto. (2005). Menajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Atin, Bila, Samuel., Asare Doku Winifre., Dorothy Awuah-Peasah. (2012). The Effects of Parenting on the Self-Esteem of Adolescents: A study at Labadi Presbyterian Secondary School (Ghana). Research on Humanities and Social Sciences Vol.2 No.11 (2012).

Azwar, Saifuddin. (2014). Penyusunan Skala PSikologi (Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Banks & Zionts. (2008). REBT Use With Childern And Adolescents Who Have Emotional And Behavior Disorders In Educational Setting: A Review Of The Literature. Journal. Rational-Emotif Cognitive-Behavior Therapy 27:51-65. DOI 10.1007/s10942008-0081-x.

Barlow, D. H. Mathew, K. Nock & Michael Hersen. (2008). Single Case Experimental Designs: Strategies for Studying Behavior Change (3rd Edition). New York: Pearson.

Beck, Judith S. (1995). Cognitive Behavior Therapy. New York: Guilford Press. Branden, Nathaniel. (1992) The Power Of Self-Esteem. Florida, USA: Health

Communications, Inc. Deerfield Beach.

Brummelman, E., Thomaes, S., Overbeek G., Castro B., Hout MA., Bushman BJ. (2014). On Fieding those hungry for praise: person praise backfires in children with low self-esteem. J.Exp Psycchol Gen. 2014 Feb; 143(1): 9-14. DOI: 10.1037/a0031917.

Cavanagh, Michael E., & Justin E. Levitov. (2002). The Counseling Experience: A theoretical and practical approach. New Orleans: Waveland Press Inc. Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi (Kartini Kartono, Trans). Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents Of Self-Esteem. San Francisco: Freeman and Company.


(3)

137

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi Bandung: PT. Refika Aditama.

____________, (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. USA: Thomson Higher Education.

Cresswell, Jhon W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, And Evaluating Quantitative And Qualitative Research. Buston: Pearson Education.

Darminto, Eko. (2007). Teori-Teori Konseling. Surabaya: Unesa University Press. Deborah J. Laible A., Gustavo, Carlob., and Scott C. Roeschc. (2004). Pathways to Self-Esteem in Late Adolescence: The Role of Parent and Peer Attachment, Empathy, and Social Behaviors. Journal of Adolescence 27:6 (December 2004), pp. 703–716; doi 10.1016/j.adolescence.2004.05.005.

Dryden, W. (2003). The REBT pocket companion for clients. New York: Albert Ellis Institute.

Dryden,W. & Neenan M. (2004). Rational Emotive Behavior Counseling in Action. New York: Sage Publisher.

E. Alpay. Self-concept and self-esteem. Departement of Chemical Engieering and Chemical Technology, Imperial College of Science, Technology and Medicine, Prince Consort Road, London. SW7 2BY.

Ellis, A., & Dreyden, W. (1997). The practice of Rational Emotif Behavior Therapy. New York: Spinger.

Erol, & Ulrich Orth. (2011). Self-esteem development from age 14 to 30 years: a longitudinal study. American psychological association 002-3514/11/$12.00 DOI: 10.1037/a0024299.

Fakihatur Rahma. Penerapan Konseling Rasional Emotif Perilaku untuk Mengurangi Perasaan Rendah DIri Siswa Kelas XI di SMK Maskumambang 2 Gresik. Tersedia di Http://Www.Scribd.Com/Doc/234726739/Penerapan- Konseling-Rasional-Emotif-Perilaku-Untuk-Mengurangi-Perasaan-Rendah-Diri-Siswa-Kelas-Xi-Di-Smk-Maskumambang-2-Gresik#Scribd

Fraenkel, J.R & Wallen, N.E. (1993). How To Design And Evaluate Research In Education. 2nded. New York, McGraw-Hill Inc.

Guindon, M. H. (2010). Self-esteemAcross lifespan. New York: Routledge Taylor & Francis Group.


(4)

Horner, R. H., Carr, E. G., Halle, J., McGee, G., Odom, S., & Wolery, M. (2005). The Use of Single-Subject Research to Identify Evidence-Based Practice in Special Education. Council for Exceptional Children. 71(2), 165-179.

Irawati & Hajat. (2012). Hubungan Antara Harga Diri (Self-Esteem) Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMKN 48 Di Jakarta Timur. EconoSains- Volume x, Nomor 2, Agustus 2012.

Jan, Muzamil., dan afiyah, Ashraf. (2008). An Assesment Of Self-Esteem Among Omen. Stud Home Comm Sci, 2(2): 133-139.

James, William. (1980). The Principles of psychology. book for free on: www.Abika.com.

Joseph, Adriana B. (2014). Childhood Trauma, Self-Esteem, and Helping Behaviors: Does History of Trauma Predict Helping?. Electronic Theses & Dissertations. Paper 1130.

Kanus, Evelyn. (2014). Differences in Self-Esteem Scores of Students Whose Parents Abuse Alcohol and Those Who Do Not in Kosirai Division, Nandi North District, Kenya. International Journal of Humanities and Social Science Vol. 4 No. 5; March 2014 278.

Khairiah, Muhdi & Budiono. (2009). Korelasi antara perilaku bullying dan tingkat self-esteem pada pelajar dua buah SMPN di Surabaya. Online: Http://Journal.Unair.Ac.Id/Filerpdf/Perilaku%20bullying%20%20dan%20ting kat%20self-Esteem_Khairiah.Pdf.

Leary, Mark R. (2010). Making Sense Of Self-Esteem. Current Directions in sychological Science, Vol. 8, No. 1 pp. 32-35.

Minchinton, Jerry (1995). Maximum Self-Esteem. Kuala Lumpur: Golden Books Centre Sdn. Bhd.

Monks, F., Knoers & Haditono, S. R. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Morgan, D. L., & Morgan, R. K. (2009). Single Case Research Methods for the Behavioral and Health Sciences. Los Angeles: Sage.

Mruk, C. J. (2006). Self-esteem research, Theory, and Practic: Toward a positif psychology of self-esteem (3rd. ed.). New York: Spinger.

Nourbakhsh, Mohammad Reza & Kenneth J. Ottenbacher. (1994). The Statistical Analysis of Single-Subject Data: A Comparative Examination. Journal of American Physical Therapy Association. Vol. 74. No. 8, pp. 768-776.


(5)

139

Nugent A. Frank. (1990). An Introduction To The Profession In Counseling. New York: Spinger.

Nurjanah, Neneng. (2011). Efektivitas konseling analisis transaksional untuk meningkatkan self-esteem siswa: studi kasus terhadap siswa SMAN 1 Cikalongwetan kabupaten bandung barat (Thesis, Universitas pendidikan Indonesia, 2011). Retrieved from http://repository.upi.edu/tesisview.php?. Nurmela, Katherine. (2012). Relationships between self-esteem, personality

characteristics, and body image. WSU Psychology Student Journal, Issue A. Leary, Mark R. (2010). Making sense of self-esteem. Current Directions in

Psychological Science, Vol. 8, No. 1 pp. 32-35.

Oni, Adesoji A. (2010). Peer Group Pressure As A Determinant Of Adolescent Social Adjustment In Nigerian Schools. Asian Pacific Journal of Educators and Education, Vol. 25, 189–202, 2010.

Orth, U & Robins, R. (2014). The Development of Self-esteem. Association for psychological science. Current Direction in Psychological Science 2014, volume 23(5) 381-387. DOI: 10.1177/0963721414547414.

Riduwan. (2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta

Robins, W., Tracy L., Trzesniewski, Potter & Gosling. (2001). Personality Correlates of Self-Esteem. Journal of Research in Personality 35, 463-482. DOI: 10.1006/jrpe.2001.2324, avaible online at http://www.idealibrary.com.

Roy, Bharati., & Smritikana Mitra Ghosh. (2012). Pattern of Adjustment among Early and Late Adolescent School Students. International Indexed & Referred Research Journal, July, 2012. ISSN- 0974-2832, RNI-RAJBIL 2009/29954;VoL.IV *ISSUE-42.

Rosenberg, M. (1980). Conceiving the Self. New York: Basic Books.

Salwislo, Julia Friederike., & Ulrich Orth. (2013). Does Low Self-Esteem Predict Depression and Anxiety? A Meta-Analysis of Longitudinal Studies. Psychological Bulletin 2013, Vol. 139, No. 1, 213-240.

Saleh, Achmad. (1988). Hubungan antara Perilaku Asertif, Stress, dan Self-Esteem dengan Depresi pada Mahasiswa Baru. Jurnal Psikologi Tahun XVI No. 1, Juli 1988. Hal. 34-37.

Santrock, John W. (2007). Remaja Edisi 11 jilid 1. (Benedictine Widyasinta, Trans). Jakarta: Erlangga.


(6)

Sarwono, Sarlito W. (2002). PSikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Seligman, L. (2001). System, Strategies, And Skill Of Counseling And Psychotherapy. NJ: Upper Saddle River.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sunanto, J. Takeuchi & Nakata. (2006). Penelitian Dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Steinberg, Laura. (1993). Adolescence. New York: McGraw-Hill.

Tankersley, M., Harjusola-Webb & Landrum, T. J. (2008). Using Single-Subject Research to Establish the Evidence Base of Special Education. Intervention in School and Clinic. 44(2), 83-90.

Tadjri, imam (2008). Model Konseling Kelompok Berbasis Pendekatan Rasional Emotive Therapy Untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja. (Disertasi) Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tripamungkas, (2013). Penerapan Layanan Konseling Kelompok Rasional Emotif Perilaku Untuk Meningkatkan Self-Esteem Siswa Kelas Xi Ips-4 Di Sma Negeri 1 Nganjuk. (Skripsi, Universitas Negeri Surabaya, 2013). Retrieved from http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/3375 Waitley, D. (1997). Psychology of success: developing your self-esteem (3rd. ed.).

New York. Spinger.

Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Rosdakarya.