Pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 22 Pamulang

(1)

Disusun Oleh: Evi Rahmawati NIM: 109011000191

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M / 1435 H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

vi Pamulang”.

Kata Kunci: Lingkungan Sekolah, Motivasi Belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII3 SMP Muhammadiyah 22 Pamulang.

Secara oprasional yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah lingkungan yang berkaitan dengan fisik dan non fisik, lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan saran dan prasarana yang ada di sekolah, seperti perpustakaan, laboratorium, ruangan kelas, dll. Sedangkan lingkunga non fisik adalah pola hubungan antara guru dengan murid, murid dengan murid, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud motivasi belajar siswa adalah adanya suatu dorongan yang kuat untuk melakukan kegiatan belajar, yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik, dan ekstrinsik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan penelitian lapangan, yaitu dengan melakukan teknik pengumpulan data yang berupa observasi dan angket. Obyek penelitian di sini ialah siswa kelas VIII3 SMP Muhammadiyah 22 Pamulang.

Dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, penyebaran angket maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 22 Pamulang.


(8)

vii

dan hidayah-Nya yang selalu mengalir merupakan suatu anugrah yang terindah dalam kehidupan ini. Kemudahan dan kelancaran yang diberikan oleh Allah SWT dalam penulisan skripsi ini merupakan hidayah-Nya yang sangat diharapkan oleh penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammada SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Yang telah membawa manusia kejalan yang benar dengan ajaran-ajaran yang disampaikannya.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa moril dan materil. Karena penulis yakin tanpa adanya bantuan dan dukungan tersebut rasanya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Disamping itu izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Ibu Dra. Hj. Nurlena Rifa’I, MA. Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. H Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Ibu Hj. Marhamah Saleh, LC. MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.


(9)

viii

5. Bapak M. Zuhdi, Ph.D selaku Dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan memberikan saran kepada penulis.

6. Seluruh Dosen dan Staff jurusan Pendidikan Agama Islam.

7. Bapak Drs. Hudaefi selaku Kepala sekolah SMP Muhammadiyah 22 Pamulang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.

8. Bapak Roni Boan Elarika, S.Pd. yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung.

9. Ibu Hj. Indratni Khair, S.Ag. yang senantiasa membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10.Para tata usaha sekolah, yang telah memberikan data-data dan informasi sekolah dalam penelitian ini.

11.Para siswa dan siswi kelas VIII3 yang bersedia menjadi obyek dalam penelitian ini.

12.Teristimewa untuk ayahanda tercinta H. Ach Satiri Zen dan ibunda tercinta Hj. Hasanah yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan motivasi yang tak terhingga kepada penulis.

13.Saudara dan saudariku tersayang kepada Fitri Hidayati, Dini Amalia, H. Ach Irhamsyah, Ahmad Muhajir, Muammar Salim, Nur Ali Akbar, Riayatul Millah, Dan Sofi Kamilah yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

14.Tercinta Arif Susanto sebagai orang yang istimewa dalam hidup penulis, orang yang selalu mendampingi penulis baik suka maupun duka, moril maupun materi dalam melakukan penelitian.

15. Sahabat penulis Ulvi Sayyidah dan Na’afiah Dwi Budi Utami yang

senantiasa mendoakan dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(10)

ix

17.Keluarga besar jurusan Pendidikan Agama Islam peminatan Sejarah Angkatan 2009 yang bersama-sama menyelesaikan studi S1 di Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan dan pahala dari Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Amien ya Rabbal alamin.

Jakarta, 16 April 2014


(11)

x

UJI REFERENSI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 7

G. Penelitian yang Relevan ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Lingkungan Sekolah ... 9

1. Pengertian Lingkungan Sekolah ... 9

2. Ruang Lingkup Lingkungan Sekolah ... 11

3. Sifat dan Ciri Sekolah ... 11

4. Syarat-syarat Lingkungan sekolah yang Sehat... 12

5. Tanggung Jawab Sekolah ... 14

6. Fungsi dan Peranan Sekolah ... 15

B. Motivasi Belajar ... 17

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 17

2. Macam-Macam Motivasi ... 19

3. Peran Motivasi Dalam Belajar ... 21


(12)

xi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

B. Metode Penelitian ... 27

C. Variabel Penelitian ... 27

D. Populasi dan Sampel ... 28

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 28

F. Tehnik Pengolahan Data ... 30

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penilaian ... 31

H. Tehnik Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMPM 22 Pamulang ... 36

B. Deskripsi Data ... 53

C. Analisis Data ... 79

D. Interpretasi Data ... 85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN


(13)

xii

Tabel 3.3 Angka Presentase ... 33

Tabel 3.4 Interpretasi Data ... 34

Tabel 4.1 Daftar Nama-nama Guru SMPM 22 ... 44

Tabl 4.2 Tenaga Kependidikan SMPM 22 ... 47

Tabel 4.3 Data Siswa-siswi SMPM 22 Pamulang ... 47

Tabel 4.4 Luas Lantai Sekolah ... 48

Tabel 4.5 Inventaris Kelas dan Ruang Kerja ... 49

Tabel 4.6 Tata Ruang Sekolah ... 50

Tabel 4.7 Sekolah Menyediakan Buku-buku Lengkap di Perpustakaan ... 53

Tabel 4.8 Siswa Menbaca Buku di Perpustakaan ketika jam pelajaran kosong ... 54

Tabel 4.9 Sekolah Menyediakan Laboratorium Untul Proses Pembelajaran ... ... 55

Tabel 4.10 Guru Menggunaka infokus pada saat memberikan materi pelajaran ... 55

Tabel 4.11 Sekolah Menyediakan Tempat Ibadah yang Nyaman... 56

Tabel 4.12 Lingkungan Sekolah Selalu Terjaga Kebersihannya ... 56

Tabel 4.13 Fasilitas di Sekolah Sangat Lengkap ... 57


(14)

xiii

Tabel 4.17 Siswa Memiliki Hubungan yang Harmonis dengan Guru ... 59

Tabel 4.18 Siswa Menghormati dan Menghargai Setiap Nasehat Guru ... 59

Tabel 4.19 Siswa Selalu Memperhatikan Guru Ketika Menerangkan ... 60

Tabel 4.20 Guru PAI Acuh terhadap Kondisi Kelas ... 60

Tabel 4.21 Siswa Bertanya Kepada Guru Mengenai Materi yang Belum dipahami ... 61

Tabel 4.22 Guru PAI Mendengarkan Segala Kritik yang diberikan Siswa ... 61

Tabel 4.23Siswa Terpengaruh Dengan Gaya Hidup ... 62

Tabel 4.24 Siswa Membantu Teman yang Belum Paham terhadap Mata Pelajaran PAI ... 62

Tabel 4.25 Siswa Membantu Temannya Apabila Kesulitan dalam Belajar... 63

Tabel 4.26 Siswa Selalu Berdiskusi dengan Temannya Tentang Pelajaran yang Sulit ... 63

Tabel 4.27 Rata-rata Jawaban Angket Lingkungan Sekolah ... 64

Tabel 4.28 Siswa Belajar Atas Kemauan Sendiri ... 65

Tabel 4.29 Siswa Belajar Lebih dari 3 Jam dalam Satu Malam ... 65

Tabel 4.30Siswa Menggunakan Waktu Luang Untuk Belajar ... 66

Tabel 4.31 Siswa Belajar Keras Agar Prestasinya Naik ... 66

Tabel 4.32Kondisi Jasmani Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa ... 67


(15)

xiv

Tabel 4.36 Siswa Tidak Pernah Memperhatikan Pelajaran PAI dengan Baik,

Kerena Tidak Menyukainya ... 69

Tabel 4.37 Siswa Memperbaikin Cara Belajarnya Tanpa Menuggu Arahan dari Guru ... 69

Tabel 4.38 Siswa Belajar Karena dipaksa Oleh Orang Tua ... 70

Tabel 4.39 Siswa Lebih Semangat Belajar Karena Mendapat Dorongan Dari Teman-teman ... 70

Tabel 4.40 Siswa Mengerjakan Tugas Yang diberikan Guru ... 71

Tabel 4.41 Siswa Masuk Tepat Waktu Ketikan Pelajaran PAI Akan dimulai 71

Tabel 4.42 Siswa Menikmati Tugas Yang diberikan Oleh Guru PAI... 72

Tabel 4.43 Materi Pelajaran PAI Sangat Menarik Perhatian Siswa... 72

Tabel 4.44 Siswa Membutuhkan Bantuan Guru Dalam Belajar ... 72

Tabel 4.45 Siswa Lebih Giat Belajar Karena Mendapat Arahan dari Guru... 73

Tabel 4.46 Siswa Berharap Mendapat Pujian Atas Prestasi Yang didapatkan 73 Tabel 4.47 Guru PAI Menberikan Kepercayaan Kepada Siswa Untuk Menyelesaikan Setiap Permasalahan Yang dihadapinya ... 74

Tabel 4.48 Rata-rata Skor Jawaban Angket Motivasi Belajar ... 75

Tabel 4.49 Hasil Angket Lingkungan Sekolah ... 75

Tabel 4.50 Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa ... 77


(16)

(17)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dilaksanakan dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan pemerintah.1

Misi utama lembaga pendidikan adalah mengajarkan budi pekerti, etika, saling mengalah, dan mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Hai ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Setelah itu institusi dan tenaga pendidik yang akan mengajarkan keterampilan yang membuat benih manusia itu mampu menyokong hidupnya sendiri di masa depan.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.2

Pendidikan sekarang lebih berorientasi kepada bagaimana meningkatkan kecerdasan, prestasi, keterampilan dan bagaimana menghadapi persaingan. Pendidikan moral dan berkarakter bukan lagi merupakan faktor utama seorang anak dalam mengenyam pendidikan.

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga. Ketika anak meningkat usia enam tahun, perkembangan iptek, dan daya pikir mereka telah sedemikian rupa sehingga mereka telah membutuhkan beberapa

1

M.Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet. 1, h. 71-71

2

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Gafindo persada, 2006), h. 1.


(18)

dasar-dasar pengetahuan. Masa antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun, biasanya anak disebut masa intelek. Anak-anak telah cukup matang untuk belajar dasar-dasar berhitung, ilmu-ilmu alamiah atau kemasyarakatan, perbendaharaan atau ilmu bahasa, ilmu pengetahuan dan keagamaan.3

Sebagai pelanjut dari pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan dalam lingkungan sekolah. Apa yang sudah ditanamkan dalam keluarga dilanjutkan pada lingkungan sekolah. Oleh karena itu sekolah sering disebut sebagai lingkungan kedua setelah keluarga.

Dewasa ini pendidikan di sekolah menjadi semakin penting dan mencakup ruang lingkup yang lebih luas. Masyarakat modern menuntut adanya pendidikan yang bersifat masal. Sebagaimana halnya dengan proses sosialisasi pada umumnya, pendidikan sekolah mempunyai dua aspek penting, yaitu aspek individual dan aspek sosial. Disatu pihak pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan pribadi anak secara optimal. Dipihak lain pendidikan sekolah bertugas mendidik anak mengabdikan dirinya kepada masyarakat.4

Pengaruh sekolah terhadap masyarakan pada dasarnya tergantung kepada luas tidaknya kualitas out put (lulusan) pendidikan sekolah ini sendiri. Semakin besarnya out pun tersebut disertai kualitas yang bagus dalam artian mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, maka tentu saja pengaruhnya sangat positif bagi masyarskat. Sebaliknya apabila out put yang dikeluarkan dengan SDM yang rendah secara kualitas itu juga akan menjadi masalah, tidak saja bagi out put yang bersangkutan tetapi berpengaruh juga bagi masyarakat.

Dalam hal ini sekolahlah yang mempunyai peran penting untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Tugas guru dan pemimpin-pemimpin sekolah di samping memberikan pendidikan budi pekerti, memberikan pula dasar-dasar pengetahuan. Ketika sekolah membuka tawaran dan mampu menggaransi

3

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif,

1989), cet. 8, h. 56-57

4

St. Vembriarto, Sosiologi pendidikan, (Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia, 1993), cet. 1, h. 74.


(19)

mutu, baik sekolah pemerintah ataupun swasta, pilihan-pilihan masyarakat akan semakin banyak. Kesadaran mereka membayar tidak lagi ditentukan oleh berapa besar uang yang harus disetor, melainkan berapa baik mutu sekolahan tersebut. Untuk merespon makin bervariasinya kebutuhan dan tuntutan masyarakat, sekolah harus mampu berbeda dengan sekolah lain.5

Prestasi belajar di sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana anak-anak giat belajar dan dapat memahami pelajaran di sekolah, tapi juga kondisi lingkungan sekolahnya yang mendukung. Lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih dapat mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, anak-anak menjadi lebih sehat dan dapat berpikir secara jernih, sehingga dapat menjadi anak-anak yang cerdas dan kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat atau wahana yang paling umum digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar di Indonesia. Lingkungan sekolah yang paling dianggap dapat menumbuhkan minat dan merangsang para pelajar untuk berbuat dan membuktikan hasil pembelajaraan yang diterima, khususnya pada bidang ilmu pengetahuan alam. Dalam setiap aspek dan perilaku siswa tentunya tampak dari kebiasaan nya setiap hari. Demikianlah dengan lingkungan kelas bahkan lingkungan sekolah sekalipun. Bila lingkungan sekolah maupun lingkungan kelas termasuk ruangan kelas bersih dan ditata sebaik – baiknya, maka motivasi belajar yang timbulpun akan mengajak sahabat – sahabat untuk semangat dalam mengikuti pembelajaran.

Karena, bila lingkungan sehat maka semua mahkluk hidup yang ada disekeliling kita akan dapat bernafas dengan baik. Terutama kita sebagai siswa dapat menerima materi pembelajaran dengan baik. Karena bila ruangan kelas bersih, pastilah udara akan sejuk. Dan oleh karena itu otak dapat menjalankan fungsi dan kegunaannya dengan sempurna. Otak dapat bekerja dengan cepat. Jika lingkungan sehat dan bersih, otak dapat bekerja melebihi dari benda cepat apapun yang pernah ada. Karena otak memiliki berjuta – juta rangsangan yang meliputi dan melindungi otak agar otak dapat bekerja dengan maksimal.

5

Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet. 1, h. 48.


(20)

Setidaknya, dengan menjaga kebersihan, kita juga telah melestarikan dan menjaga maupun menghargai bakat kita dalam Iptek. Karena orang sukses pasti berasal dari lingkungan yang sehat dan bersih. Sehingga ia dapat berfokus pada pembelajaran yang ia terima.

Sekolah tak lepas dari masyarakat, sekolah didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi warga negara yang berguna dalam masyarakat. namun disamping itu masyarakat atau lingkungan laboratorium dan sumber yang penuh dengan kemungkinan untuk memperkaya pengajaran. Oleh karena itu, setiap guru harus mengenal masyarakat dan lingkungannya dan menggunakannya secara fungsional dalam pengajarannya.

Selain itu, sekolah dapat menjadi faktor penghambat proses belajar, jika ia tampil sebagai lingkungan yang tidak menyediakan tempat bagi spontanitas anak-anak. Hambatan lain yang ditimbulkan sekolah dapat dilihat melalui pembatasan terhadap keinginan atau dorongan melakukan gerakan.

Iklim sekolah yang tidak menguntungkan bagi pergerakan itu mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Duduk berjam-jam, kegiatan senam dan olahraga yang tidak cukup, kesempatan-kesempatan yang sangat sedikit untuk turut aktif dalam proses belajar, serta program-program kegiatan perjalanan yang hampir tidak ada. Gejala ini sudah seharusnya mendapat tanggapan yang kritis, bukan saja dari sudut higiene fisis, tetapi juga dalam kaitannya dengan kesehatan dan kemampuan belajar anak-anak.6

Sekolah yang sehat dan kondusif akan sangat memungkinkan para siswa mampu mengembangkan rasa harga dirinya, serta dapat bersikap yang bebas dari melakukan kesalahan. Sekolah itu akan memberikan kesempatan baginya untuk mengumpulkan pengalaman-pengalaman yang positif dalam pergaulannya dengan manusia-manusia yang lainnya.

6

Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Bandung: Remadja karya, 1987), h 11


(21)

Dalam hal anak mengalami kesulitan belajar atau tidak dapat mengintegrasikan dirinya dalam kelompok belajar sering dianggap sebagai masalah pribadi murid yang bersangkutan. Akan tetapi, bukankah banyak kesulitan yang timbulnya justru sebagai akibat struktur dan program kerja sekolah-sekolah tersebut.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa sekolah-sekolah tersebut ternyata berusaha memerangi apa yang diakibatkan sendiri, misalnya kemalasan, kurangnya perhatian, kepasifan, dan keagresifan. Berdasarkan pemikiran penulis diatas maka penulis mengambil judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah

terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Muhammadiyah 22 Setia Budi

Pamulang”.

B. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

a. Motivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah 22 masih relatif rendah b. Lingkungan sekolah kurang mempengaruhi dalam motivasi belajar

siswa SMP Muhammadiyah 22

c. Peran guru dan teman sebaya dalam memotivasi belajar siswa masih kurang mendukung.

d. Peran orang tua dalam memotivasi belajar siswa. Masih adanya orang tua yang terlihat acuh kepada anaknya, sehingga memberi kepercayaan sepenuhnya kepada sekolah dalam memberikan pendidikan.

e. Sarana dan prasarana di sekolah kurang memadai sehingga dapat mempengaruhi motivasi belajar

f. Kemajuan teknologi merupakan tantangan perubahan zaman yang mempunyai dampak negatif terhadap motivasi belajar siswa.

C. Pembatasan masalah

Melihat banyaknya masalah yang ada, maka perlu ada pembatasan masalah agar penelitian lebih terarah, antara lain:


(22)

1. Lingkungan sekolah yang dimaksud dalam skripsi ini adalah lingkungan didalam area sekolah baik fisik maupun non fisik. Lingkungan fisik seperti masjid, perpustakaan, laboratorium, lapangan, ruang muldimedia, ruang bimbingan konseling, poliklinik, dan lain-lain yang sifatnya berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar disekolah. Sedangkan lingkungan non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan antara murid dengan guru, dan antara guru dengan sesama guru, antara murid dengan sesama murid.

2. Motivasi yang dimaksud dalam skripsi ini adalah motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam individu itu sendiri, tersirat baik dari dalam tugas itu sendiri maupun pada diri siswa yang didorong oleh keinginan untuk mengetahui, tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah sebuah motivasi yang bersumber akibat pengaruh dari luar individu. Dengan adanya sebuah ajakan, suruhan, dan paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Pelajar dimotivasi dengan adanya angka, ijazah, hadiah, persaingan, dan pertentangan.

D. Perumusan Masalah

1.Bagaimana lingkungan sekolah di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang ? 2.Bagaimana motivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang ? 3. Adakah pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa

SMP Muhammadiyah 22 Pamulang ? E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan disekolah ini adalah

a. Mengetahui kondisi lingkungan sekolah di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang.

b. Mengetahui tingkat motivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang.

c. Mengetahui besarnya pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 22 Pamulang.


(23)

F. Kegunaan Penulisan

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain:

a. Bagi Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan dan kajian keilmuan tentang Lingkungan Sekolah dan motivasi belajar.

b. Bagi Sekolah atau Intuisi Pelaksana

Sebagai tambahan informasi dan dapat pula dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

c. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi mengenai pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa.

G. Penelitian yang relevan

Ada beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan referensi bagi penulis, diantaranya :

 Penelitian yang dilakukan oleh Olivia Andayani (2012) yang berjudul

“Lingkungan Sekolah Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Di SMP egeri Depok” menyimpulkan bahwa lingkungan sekolah

memiliki peran yang cukup penting dalam memotivasi siswa, ini dapat dilihat dari besarnya perhatian sekolah dalam memberikan penyuluhan kepada guru dan karyawan untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan seluruh siswa. Guru juga dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman agar dapat memotivasi siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri 13 Depok mempunyai pengaruh yang penting terhadap motivasi siswa di SMP 13 Depok.

 Penelitian yang dilakukan oleh Syukur Yakub (2012) yang berjudul

“Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMP Darul Ma’arif Jakarta” menyimpulkan bahwa kontribusi lingkungan


(24)

Sosial (IPS) sebesar 49% dan sisanya 51% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.

 Penelitian yang dilakukan oleh Afnita (2010) yang berjudul “Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Lingkungan Tempat Tinggal Siswa Terhadap

Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam” menyimpulkan bahwa ada

korelasi yang signifikan antara perhatian guru, orang tua dan lingkungan tempat tinggal siswa terhadap motivasi belajar pendidikan agama Islam. Artinya semakin besar orang tua dalam memberikan perhatian dan memilih lingkungan tempat tinggal yang baik, maka akan baik pula dalam memberikan motivasi belajar terutama pendidikan agam Islam. Begitu pula sebaliknya, semakin kurang orang tua memberikan perhatian dan memilih tempat tinggal yang kurang layak, maka anak tidak akan termotivasi untuk belajar.


(25)

BAB II KAJIAN TEORI A.Lingkungan Sekolah

1. Pengertian Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah terdiri dari dua kata yaitu, lingkungan dan sekolah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia lingkungan adalah “daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk didalamnya”.1

Menurut Zakiyah Darajat “lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak

dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baikmanusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak. Kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai

hubungan dengan seseorang”.2

Menurut Hafi Anshari “lingkungan adalah segala sesuatu yang ada

disekitar anak baik berupa benda, peristiwa, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat memberi pengaruh kuat pada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan dimana anak bergaul sehari-hari”.3

Menurut Sratain (ahli psikologi Amerika) yang dimaksud dengan lingkungan (environment) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau lift prosess.4

Jadi dapat disimpulkan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita yang berupa fisik maupun non fisik. Yang mana keduanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan pola tingkah laku dan berfikir seseorang.

1

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), h. 526

2

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: BumiAksara, 2008), cet. VII, h. 63.

3

Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 90

4

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2006), h. 32


(26)

Sedangkan sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran5

Sekolah adalah suatu lembaga yang didirikan untuk proses pembelajaran anak dibawah pengawasan guru dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan serta pembentukan moral dan karakter anak agar menjadi individu yang lebih berkualitas.

Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan , seperti yang dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju masyarakat , semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk kedalam proses pembangunan masyarakat itu. Oleh karena itu sekolah sebagai pusat pendidikan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal yaitu mengembangkan kemampuan meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia.6

Dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah seluruh komponen atau bagian yang terdapat didalam sekolah, yang mana seluruh komponen dan bagian tersebut ikut berpengaruh dan menunjang dalam proses pencapaian tujuan pendidikan yang ada di sekolah.

Secara garis besar lingkungan sekolah sangatlah berpengaruh terhadap sebuah proses pembelajaran bagi anak didik, karena bagaimanapun lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan.Pada dasarnya lingkungan mencakup:

a. Tempat (lingkungan fisik) ; keadaaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam. b. Kebudayaan (lingkungan budaya) ; dengan warisan budaya tertentu bahasa,seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan

5

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), h. 796

6

Ericson Damanik, Pengertian Sekolah, 2013,


(27)

c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) ; keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan7

2. Ruang Lingkup Lingkungan Sekolah

Dari penjelasan ruang lingkup diatas maka dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup sekolah adalah:

a. Lingkungan fisik sekolah : bangunan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, keadaan geografis di sekitar sekolah.

b. Lingkungan budaya sekolah : intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

c. Lingkungan sosial sekolah : kelompok belajar siswa, ekstrakurikuler dan intrakurikuler, proses belajar mengajar di dalam kelas.

“Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam

proses pendidikan (pakaian, kedaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dan lain-lain) dinamakan lingkungan pendidikan”.8

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi disekeliling proses pendidikan. (Manusia dan lingkungan fisik). Jadi lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang berpengaruh kedua setelah lingkungan keluarga, dan adapun keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh sebuah proses atau lingkungan sekolah saja melainkan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat juga menjadi faktor penunjang keberhasilan tersebut.

3. Sifat dan Ciri-ciri Sekolah

Pada dasarnya pendidikan disekolah merupakan bagian dari pendidikan keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dalam keluarga.

Disamping itu, pendidikan sekolah juga mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut:

a. Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang pendidikan. b. Usia siswa (anak didik) disuatu jenjang yang relatif homogen.

7

Hasbullah, Dasar-dasarIlmuPendidikan, h 33 8


(28)

c. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.

d. Isi pendidikan (materi) lebih banyak yang bersifat akademis dan umum.

e. Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dimasa yang akan datang.

Berkenaan dengan sumbangan sekolah terhadap pendidikan itulah, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Tumbuh sesudah keluarga b. Lembaga pendidikan formal

c. Lembaga pendiidkan yang tidak bersifat kodrati9

4. Syarat-syarat Lingkungan Sekolah Yang Sehat a. Lapangan bermain

Fasilitas lapangan bermain adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya yang berhubungan dengan ketangkasan dan pendidikan jasmani. Selain itu lapangan bermain juga dapat digunakan untuk kegiatan bermain siswa, kegiatan upacara/apel pagi, dan kegiatan perayaan/pentas seni yang memerlukan tempat yang luas.

b. Pepohonan rindang

Semakin pesatnya pertumbuhan sebuah daerah menyebabkan pepohonan rindang habis ditebangi untuk dijadikan bangunan, terlebih jika harga tanah ikut melonjak naik. Inilah yang menjadikan jumlah oksigen berkurang. Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak. Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat, padahal nutrisi yang kita makan sehari-hari disampaikan oleh darah ke seluruh tubuh kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.

9


(29)

c. Sistem sanitasi dan sumur resapan air

Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting sebuah lingkungan layak untuk ditinggali. Dengan sistem sanitasi yang bersih, maka seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar mengajar. Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri air hujan agar tidak menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor lingkungan sekolah, atau bahkan membahayakan apabila didiami oleh jentik-jentik nyamuk.

d. Tempat pembuangan sampah

Sampah adalah salah satu musuh utama yang mempengaruhi kemajuan suatu peradaban. Semakin bersih suatu tempat, maka semakin beradab pula orang-orang di tempat itu. Terbukti dari kesadaran penduduk-penduduk di negara maju yang sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dalam masalah sampah di sekolah, perlunya ditumbuhkan kesadaran bagi seluruh warga sekolah untuk turut menjaga lingkungan. Caranya adalah dengan menyediakan tempat pembuangan sampah berupa tong-tong sampah dan tempat pengumpulan sampah akhir di sekolah, dan memberikan contoh kepada siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.

e. Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung

Adanya kasus di beberapa daerah, misalnya lingkungan sekolah yang dekat dengan pabrik yang bising dan berpolusi udara, atau lingkungan sekolah yang berada di pinggir jalan raya yang selalu padat, atau bahkan lingkungan sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan ketidaknyamanan akibat bau-bau tak sedap. Kasus-kasus tersebut adalah kasus yang perlu penanganan langsung dan serius dari pemerintah. Lingkungan sekitar sekolah yang seperti itu akan dapat menyebabkan siswa cenderung tidak nyaman belajar, atau bahkan penurunan kualitas kecerdasan akibat polusi tersebut. Karena itulah sudah saatnya pemerintah memperhatikan generasi penerusnya ini, karena beberapa kasus terjadi malah diakibatkan pemerintah itu sendiri. Contohnya, sebuah sekolah yang sudah


(30)

berada di lingkungan yang mendukung, tapi tiba-tiba harus merasakan imbas dari pembangunan proyek di sekitar sekolah itu akibat pemerintah yang tidak mengindahkan sistem tata kota yang sudah ada.

f. Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat

Banyak sekali adanya kasus tentang bangunan sekolah yang roboh di Indonesia. Entah itu karena bangunannya sudah tua, ataupun bangunan baru yang dibangun dengan asal-asalan. Ini juga adalah kewajiban pemerintah untuk mengatasinya. Karena bangunan sekolah sudah semestinya dibangun dengan kokoh dan memiliki syarat-syarat bangunan yang sehat, seperti ventilasi yang cukup dan luas masing-masing ruang kelas yang ideal.10 Jadi lingkungan sekolah dapat dikatakan sehat apabila segala sesuatu yang ada disekitarnya baik didalam maupun diluar sekolah dapat menunjang proses pencapaian tujuan pendidikan yang mana didukung dari faktor kelengkapan fasilitas sekolah, kebersihan, serta kenyamanan lingkungan.

5. Tanggung Jawab Sekolah

Sebagai pendidikan yang bersifat formal, sekolah menerima fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas sebagai berikut:

a. Tanggung jawab formal kelembagaan, sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan yang berlaku, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.

b. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan, dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan bangsa c. Tanggung jawab fungsional, ialah tanggung jawab profesional,

pengelola, dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya.11

Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sumbangan sekolah sebagai lembaga pendidikan, diantaranya adalah:

10

Lutfi Nur Azizah, Lingkungan Sehat Disekolah, 2013, ( http://lingkungansehat-mts3mojoroto.blogspot.com/)

11


(31)

a. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.

b. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar, atau tidak dapat diberikan di rumah.

c. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan, seperti membaca, menulis, berhitung, serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.

d. Disekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, dan membedakan benar salah.12

6. Fungsi Dan Peranan Sekolah

Berbicara mengenai fungsi dan peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya, dilain sisi juga mempunyai fungsi dalam pengembangan kecerdasan, pikiran, dan ilmu pengetahuan.

Sekolah adalah tempat mendidik dan mengajar anak-anak. Sekolahmempunyaitata tertib dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh murid-murid. Sekolah didirikan dengan tujuan menarik masyarakat ketingkatan yang lebih tinggi. Tujuan sekolah melaksanakan dasar yang pokok yaitu, mendidik semua anak-anak dengan pendidikan yang sebenarnya, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat dikemudian hari. Apabila anggota itu buruk dan lemah, niscaya masyarakat akan buruk dan lemah pula. Apabila tiap-tiap anggota masyarakat itu sempurna, niscaya masyarakat akan sempurna pula. Maka kemajuan masyarakat tidak akan tercapai, kecuali dengan baiknya sekolah-sekolah rakyat.13

Sekolah merupakan waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa

12

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, h. 34-35

13

Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT Hidakarya Agung), h.29


(32)

anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam kegiatan sekolah anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas. “Sedangkan tugas sekolah ialah mempersiapkan anak-anak untuk mengisi kebutuhan masyarakat tempat tiggalnya dan untuk menempuh kehidupan yang sempurna, sehingga mereka

mendapat kebahagiaan bersama masyarakatnya.”14

Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga maka sekolah bertugas mendidik, mengajar, serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.

Sementara itu, dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah melalui kurikulum, antara lain sebagai berikut:

a. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).

b. Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah.

c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi nusa dan bangsa, serta bagi agama dan negara15

Jadi secara garis besar pembentukan pola pikir,kecerdasan serta sebuah karakter pribadi anak yang baik itu semua tidak lepas dari peran sekolah.Menurut

Suwarno dalam bukunya “Pengantar Umum Pendidikan” sebagaimana dikutip

oleh Hasbullah, fungsi sekolah sebagai berikut:

a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan Disamping mengembangkan pribadi anak didik, fungsi sekolah yang lebih penting adalah menyampaikan pengetahuan.

b. Spesialisasi

14

Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, h. 29

15


(33)

Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang khusus mendidik dan mengajar.

c. Efisiensi

Pendidikan disekolah dilaksanakan secara terprogram dan sistematis, didalam sekolah dapat dididik sejumlah besar anak secara sekaligus. d. Sosialisasi

Sekolah mempunyai peranan penting dalam proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, yang dapat beradaptasi dengan baik dimasyarakat.

e. Konservasi dan Transmisi cultural

Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat, dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan.

f. Transisi dari rumah ke masyarakat

Disekolah seorang anak mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan untuk hidup dimasyarakat.16

Selain itu fungsi sekolah adalah mewariskan nilai-nilai kebudayaan masa lalu kepada generasi muda, membahas, menilai secara kritis, danmenyeleksi nilai kebudayaan masa kini untuk memberikan kecakapan, keterampilan kepada generasi muda agar dapat hidup dan produktif, serta mengembangkan daya cipta untukmemperbaiki keadaan masa kini dan menciptakan keadaan yang lebih baik untuk masa datang.17

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan, pengasalan, dan motivasi.Kata “motif”, dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif juga dapat katakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan

16

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, h. 50-51

17

Tim Didaktik Metodik IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta; PT.Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.5, h 111.


(34)

aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan

sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.18

Motif-motif ini hanya aktif pada saat-saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi, maka motif atau daya penggerak menjadi aktif. Motif atau daya penggerak yang telah menjadi aktif inilah disebut motivasi.

Menurut Alisuf Sabri “Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi

pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan atau tujuan yang nyata ingin dicapai”.19

Motivasi adalah suatu terhadap diri kita agar kita melakukan sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bersumber dari mana saja, entah itu dari diri kita sendiri ataupun dari orang lain. Dorongan yang kita sebut motivasi itu juga yang menjadi suatu sumber tenaga seseorang dalam mengerjakan suatu hal agar seseorang mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Menurut Hamzah“Belajar adalah suatu pengalaman yang diperoleh berkat

adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menunjukkan suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”.20

Dari pengertian salah satu ahli diatas maka, belajar adalah suatu proses atau semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga

18

Sadirman A.M, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.73

19

AlisufSabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, h. 128. 20

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. 3, h. 22.


(35)

menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sebelum dan sesudah belajar.

Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan bukan hanya melalui sekolah tetapi melalui lingkungan dan interak sisosial.

“Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu”.21

“Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan bersemangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar”.22

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa harsat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.23

2. Macam-macam Motivasi

Menurut Sartain sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto, motif-motif itu dibagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Physiological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniyah, seperti lapar, haus, dan sebagainya.

2. social motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia yang laindalam masyarakat, seperti dorongan estetis, dan dorongan ingin selalu berbuat baik (etika).24

21

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, h. 23

22

Sadirman A.M, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.75.

23

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, h. 23

24


(36)

Jadi bisa dikatakan bahwasannya kedua motif ini sangatlah erat kaitannya antara satu sama lain. Dan juga bisa dikatakan bahwasannya motif yang kedua lebih tinggi dan luas tingkatannya dibandingkan dengan motif yang pertama.

Sebagaimana juga dikutip oleh Ngalim Purwanto, Woodworth mengadakan klasifikasi motif-motif, ia membedakan atau membagi motif-motif itu menjadi dua bagian, seperti unlearned motives ialah motif-motif pokok yang tidak dipelajari dan learned motives ialah motif-motif yang dipelajari. Yang termasuk dalam unlearned motives adalah motif-motif yang timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan dalam tubuh seperti lapar, haus, sakit, dan sebagainya yang semuanya itu menimbulkan dorongan dalam diri untuk minta supaya dipenuhi, atau menjauhkan diri dari padanya. Selanjutnya Woodworth menyatakan bahwa motif-motif pada seseorang itu berkembang melalui kematangan, latihan, dan belajar.25

Dengan melalui latihan dan kehidupan sehari-hari, maka unlearnedmotives pada seseorang makin berkembang dan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut:

a. Tujuan-tujuan dan motif-motif menjadi lebih mengkhusus. b. Motif-motif itu semakin berkombinasi menjadi motif-motif yang

lebih kompleks.

c. Tujuan-tujuan perantara, dapat menjadi atau berubah menjadi tujuan yang sebenarnya.

d. Motif-motif itu dapat timbul karena adanya perangsang-perangsang baru (perangsang buatan), motif-motif wajar dapat berubah menjadi motif bersyarat.26

Sehubungan dengan uraian diatas, sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto, maka Woodworth kemudian menggolongkan atau membagi motif-motif itu menjadi tiga golongan:

a. Kebutuhan-kebutuhan organis, yakni motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh, seperti lapar,

25

Ngalim Purwanto, PsikologiPendidikan, h. 62.

26


(37)

haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan bergerak, dan beristirahat, atau tidur.

b. Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives), yaitu motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari kita. Dalam hal ini motif itu timbul bukan atas kemauan kita, tetapi karena perangsang dari luar yang menarik kita. c. Motif obyektif, ialah motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu

objek atau tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (kita menyadarinya).

Emergency motives dan objective motives adalah motif-motif yang tergantung pada hubungan-hubungan individu dengan lingkungannya.27

3. Peran Motivasi dalam Belajar

Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara memenuhi kebutuhan siswa. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan untuk diterima dan dicintai, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan untuk merealisasikan diri. Adapun fungsi dari motivasi dalam pembelajaran diantaranya: a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan

timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

27


(38)

Dapat diambil sebuah kesimpulan bahwasannya sebuah motivasi sangatlah berperan penting dalam penentuan keberhasilan dalam sebuah tujuan.Dapat disimpulkan bahwa motivasi itu sendiri dalam islam sangat terkait dengan masalah niat. Karena niatpun merupakan sebuah pendorong dalam melakukan sebuah kegiatan. Seperti dalam sebuah hadits dari Umar bin Khatab tentang niat. Karena motivasi itu disebut juga pendorong maka penggerak dan pendorong itu tidak jauh dari naluri baik bersifat negati ataupun positif. Dan sesungguhnya motivasi itu mengarahkan pada suatu tujuan.

Sebagai mana hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

نينمؤملا ريمأا نع

Dari Amirul Mukminun Abu Hafsah Umar Bin Al-Khattab Bin Nufail Bin Abdil Uzza Bin Rayyah Bin Abdillah Bin Razaah Bin Adiyy Bi Ka’ab Bin Luay Bin Ghalib Al-Quraisiy Al-Adawi Radhiyallahu Anhu, dia berkata:

“Saya mendengar Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Amal perbuatan pasti disertai dengan niat, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya. Siapa yang hijrah semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya; siapa yang hijrah karena dunia yang akan dia dapatkan, atau hijrah karena seorang perempuan


(39)

yang akan dia nikahi, maka hijrahnya sesuai dengan tujuannya,”” (Muttafaq Alaih). 28

Dari hadits diatas niat merupakan suatu bentuk motivasi yang mana dengan adanya niat atau motivasi tersebut seseorang dapat terdorong untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dan tujuannya. Dan adapun hasil dari suatu pekerjaan sangat mementukan seberapa besar niat atau motivasi serta usahanya dalam proses pencapaian tujuan.

Ayat tentang motivasi belajar



























Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat di atas menjelaskan bahwa barang siapa yang belajar atau mencari ilmu dengan ikhlas niat hanya karena Allah SWT semata maka Allah akan meninggikan derajatnya. Hal yang demikian merupakan salah satu bentuk dari motivasi intrinsik, dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang timbul dari dalam diri seseorang dengan niat hanya kerena Allah, maka niscaya Allah akan meninggikan derajatnya.

28

Penterjemah Zainuddin Hamidy dkk, Shahih Bukhari, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet. 13, h. 1.


(40)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Faktor-faktor pendorong timbulnya tingkah laku atau motivasi itu ada dua macam yaitu:

a. Motivasi Intrinsik ialah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan, dan sebagainya.

b. Motivasi Ekstrinsik ialah motivasi yang datangnya dari luar diri individu, motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, seperti: belajar karena takut kepada guru, karena ingin lulus, atau ingin memperoleh nilai tinggi, yang semuanya itu tidak berkaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan,29

Dapat dijelaskan bahwasannya, siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan orang yang terdidik,berpengetahuan, dan ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dan perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

5. Indikator Berkembangnya Motivasi

Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat diketahui melalui proses belajar mengajar dikelas, di antaranya:

a. Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh

b. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan c. Mempunyai antusias yang tinggi

29

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1996), Cet. 2, h. 85.


(41)

d. Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas e. Ingin identitasnya diakui orang

f. Tindakan, kebiasaan, dan moralnya selalu dalam kontrol diri g. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali h. Selalu terkontrol oleh lingkungan.30

Selain itu, menurut Sardiman sebagaimana dikutip oleh Ali Imran bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah:

a. Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu yang lama

b. Tidak mudah putus asa

c. Tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh

d. Menunjukkan minat yang besar terhadap berbagai masalah belajar e. Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung pada orang lain f. Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin

g. Dapat mempertahankan pendapatnya h. Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini i. Senang mencari dan memecahkan masalah.31 C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan penjelasan mengenai lingkungan sekolah di atas, dapat diketahui bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga. Ketika anak meningkat usia enam tahun, perkembangan iptek, dan daya berpikir mereka telah sedemikian sehingga mereka telah membutuhkan beberapa dasar-dasar pengetahuan.32

Sedangkan tugas sekolah ialah mempersiapkan anak-anak untuk mengisi kebutuhan masyarakat tempat tinggalnya dan untuk menempuh kehidupan yang

30

Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1996) cet. Ke 1 , h. 30.

31

Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, h. 30-31.

32

Ahmad D. Marimba, Pengantar filsafat pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1989), h. 60.


(42)

sempurna, sehingga mereka mendapat kebahagiaan bersama masyarakatnya.33 Jelasnya, bisa dikatakan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan, sikap, dan minat sebagian besar pembentukan kepribadian yang dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukkan betapa penting dan besar pengaruh dari sekolah.34

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya betapa pentingnya sebuah motivasi dalam peningkatan mutu (kualitas) anak didik. Karena ketika siswa memiliki motivasi yang kuat maka siswa tersebut akan memiliki semangat serta keinginan yang kuat untuk meningkatkan prestasinya dalam segala hal khususnya dalam prestasi akademiknya.

Jadi menurut penulis, sekolah itu selain tempat mengajarkan kita dasar keilmuan seperti tulis-menulis, membaca dan mendengarkan, sekolah juga harus mempersiapkan kita agar menjadi orang yang mampu menyerap, mengolah, mempraktikkan dan mengambil ilmu dari masyarakat, termasuk ekonomi dan sosial. Semisal, dulu di sekolah tidak ada Internet, nah kita harus belajar sendiri untuk bisa mengenal, menggunakan dan memanfaatkan Internet setidaknya untuk diri sendiri dan syukur-syukur dapat dimanfaatkan untuk orang banyak. Jadi Istilahnya, sekolah yang baik bagi penulis adalah sekolah yang bisa membentuk siswanya kelak setelah lulus bisa berkembang sendiri di lingkungan dengan mempergunakan otak mereka sendiri yang telah diisi tetek bengek keilmuan yang dibutuhkan di masyarakat dalam perkembangan zamannya. Karena ilmu pengetahuan, masyarakat dan kehidupan, ekonomi, sosial, pola pikir generasi

terdidik dan segala macamnya (atau kita sebut saja “Perkembangan Zaman”) terus

berkembang dan maju. Artinya sekolah juga harus terus bisa mengikuti perkembangannya dengan perubahan-perubahan strategi, langkah-langkah yang up to date juga agar bisa memenuhi tuntutan “Perubahan Zaman” sehingga anak didiknya dapat berhasil untuk hidup mapan di dunia masyarakat baik secara nasional maupun kelak secara global. Dan itu semua tidak lepas dengan yang namanya motivasi.

33

Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT HidakaryaAgung),h. 29.

34


(43)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu anggapan teoritis yang dapat dipertegas atau ditolak secara empiris.35Dapat juga dipandang sebagai konklusi, suatu klonkusi yang sifatnya sangat sementara.36Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan sekolah dengan motivasibelajar.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan sekolah dengan motivasi belajar

35

Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik, (Jakarta: Galia Indonesia, 1983), Cet. 6, h. 274.

36

Sutrisno Hadi, Metodologi Research 1, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1980), h. 63.


(44)

27

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Tempat penelitian ini beralamat Jl. Surya Kencana Nomor 29, Pamulang Barat, Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Propinsi Banten 15417Telepon: (021)74706439, Fax: (021) 7405324, Website:www.smpm22.sch.id., e-mail: smpmduadua@yahoo.co.id

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode analisis data yaitu dengan cara menganalisis data kuantitatif yang diperjelas dari hasil penelitian berupa data dan informasi mengenai permasalahan yang dibahas. Peneliti ini menggunakan metode penelitian lapangan, yaitu: Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian lapangan ini dilakukan oleh penulis untuk mengetahui langsung kepada objek yang akan diteliti. Sesuai dengan masalah yang hendak diteliti, metode penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.

C. Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.1 “variabel terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, dimana variabel bebasnya adalah lingkungan sekolah dan variabel terikatnya adalah motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 22 Pamulang.

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarata: Rineka Cipta, 2006), cet. 13, h. 161


(45)

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik yang sama2. Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran populasi adalah kelas VIII SMP Muhammadiyah 22 Pamulang. Jumlah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 22 Pamulang sebanyak 143 yang terbagi atas 4 kelas.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian populasi yang akan diselediki.3 Teknik pengambilan sampel mengggunakan proposive Sample, penelitian ini atas persetujuan dari guru yang menentukan bahwa kelas VIII3 yang diambil sampel untuk penelitian peneliti. Pengambilan sampel tersebut sebanyak 40 siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Penulis melakukan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui langsung bahan atau data yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan sekolah.

2. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh keterangan tertentu dari responden yang kadang-kadang tersebar tempat tinggalnya. 4 Angket ini disebarkan kepada sampel penelitian, yaitu sebagian siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 22 Pamulang.

2

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999, Cet II ), h. 133

3

Ine I. AmirmanYousda, Penelitian dan Statistik Penelitian, (Jakarta: BumiAksara, 1993), cet. 1, h. 134

4

S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. 2, h. 142.


(46)

Dibawah ini merupakan kisi-kisi instrumen yang akan digunakan peneliti untuk memperoleh data melalui pengumpulan data angket.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen

No. Variabel Dimensi

Variabel

Indikator Butir Soal 1. Lingkungan Sekolah Lingkungan

Fisik

Lingkungan Non Fisik

Kelengkapan

fasilitas sekolah, Keadaan sekitar sekolah, Sarana dan prasarana sekolah, Suasana sekolah

Hubungan siswa dengan teman-temannya,

Hubungan siswa dengan guru, Tata tertib serta segala peraturan sekolah

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

2. Motivasi Belajar Motivasi Intrinsik

Motivasi Ekstrinsik

Tekun menghadapi tugas, Senang dan rajin penuh semangat, Keinginan mendalami materi yang diberikan, Peran guru dan orang tua, Peraturan serta tata tertib sekolah,

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

11, 12, 13, 14,


(47)

Penghargaan

(Reward) atas sebuah prestasi

15, 16, 17, 18, 19, 20

F. Metode Pengolahan Data

Setelah data kuantitatif diperoleh dengan alat pengumpul data diatas, maka selanjutnya diadakan pengolahan data adapunlangkah-langkahnyasebagaiberikut:

1. Editing adalah memeriksa sedetail mungkin terhadap angket yang akan disebarkan kepada responden.

2. Cooding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban pada responden menurut macam-macamnya.

3. Scoring, setelah memalui tahapan editing, maka selanjutnya dengan memberikan skor terhadap pernyataan yang yang terdapat pada angket.

Tabel 3.2 Skala Penlilaian Instrumen

No Pilihan Bobot Skor (+) Bobot Skor (-)

1 A (selalu) 4 1

2 B (sering) 3 2

3 C (kadang-kadang) 2 3

4 D (tidak pernah) 1 4

4. Tabulating adalah memindahkan jawaban dalam angket dan dikelompokan ke dalam tabel frekuensi.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penilaian

Dalam penelitian ini dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas untuk dapat mengetahui apakah item-item yang digunakan mengukur apa yang seharusnya dan dapat diandalkan konsistensinya.


(48)

1. Validitas

Validitas berasal dari kata valid yang berarti suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. 5 untuk mengetahui apakah instrument tersebut sudah benar mengukur apa yang seharusnya diukur, maka uji validitas ini menggunakan rumus Product Moment dengan cara menghitung antar skor tiap-tiap item dengan skor total. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

: Koefisien korelasi antara x dan y

N : Jumlah responden uji coba

∑ : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

∑ : Jumlah skor tiap-tiap item

∑ : Jumlah skor total

∑ 2 :

Jumlah kuadrat seluruh skor x

∑ 2

: Jumlah kuadrat seluruh skor y

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur suatu gejala yang sama. 6 Uji reliabilitas ini dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

r =

( 1-

)

5

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif Kualitatifdan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 121.

6


(49)

Keterangan :

r : Koefisien reliabilitas yang dicari k : Jumlah butir pertanyaan (soal)

: Varians butir-butir pertanyaan (soal)

: Varians skor tes7

Sebelum dimasukan ke dalam Alpha terlebih dahulu harus diketahui jumlah varians butir, maka menggunakan rumus varians sebagai berikut :

Keterangan :

: Varians butir

∑ i : Jumlah skor jawaban tiap butir8

H. Analisis Data

Tehnik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang digunakan agar data tersebut dapat dipahami oleh peneliti dan juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian tersebut. Untuk menganalisis data, penulis menggunakan dua cara:

1. Tehnik Persentase

Tehnik persentase yaitu perhitungan dengan cara memberikan persen pada jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Adapun rumusan yang digunakan adalah:

P : f x 100% N

7

Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki, Statistik Terapan untuk Penelitian ilmu-ilmu sosial, (Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 2002), Cet. II, h. 330.

8

Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki, Statistik Terapan untuk Penelitian ilmu-ilmu sosial, h. 330.


(50)

Keterangan:

P = Angka Persentase

F = Frekuensi jumlah responden N = Jumlah data responden

Tabel 3.3 Angka Persentase

No Angka Presentase

1 81%-100% Sangat Baik

2 61%-80% Baik

3 41%-60% Cukup

4 21%-49% Kurang Baik

5 0%-20% Tidak Baik

Dengan rumus dan interpretasi data sebagai berikut: Mean =

9

A.Sangat baik jika nilainya pada interval = 81-100% B. Baik, jika interval = 61% - 80%

C.Cukup baik jika interval = 41% - 60% D.Kurang baik, jika interval 21% - 49% E. Tidak baik, jika interval 0% - 20%

2. Tehnik Product Moment Correlation

Tehnik Product Moment Correlation adalah perhitungan dengan cara mencari hasil perkalian dari moment-moment variabel yang dikorelasikan. Adapun rumusan yang dipergunakan adalah:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

9


(51)

: Angka indeks korelasi “r” product moment

N : Jumlah responden

∑ : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

∑ : Jumlah skor x

∑ : Jumlah skor y

∑ 2 :

Jumlah skor yang di kuadratkan dalam sebaran x

∑ 2

: Jumlah skor yang disebarkan dalam sebaran y

Setelah didapatkan perhitungan dengan cara mencari hasil perkalian dari moment-moment variable yang dikorelasikan maka langkah selanjutnya adalah diadakan interpretasi data dengan dua cara yaitu:

a. Interpretasi dengan cara sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil

perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment.

Tabel 3.4 Interpretasi Data

No Besarnya “r” Product

Moment Interpretasi

1 0,00 – 0,20 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan.

2 0,21 – 0,40 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.

3 0,41 – 0,70 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.

4 0,71 – 0,90 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.


(52)

5 0,91 – 1,00 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

b. Interpretasi dengan menggunakan table dengan rumus: df = N – nr

Keterangan:

df = Degrees of Freedom N = Number of Causes

nr = Banyaknya variable yang dikorelasikan

Setelah itu hasilnya dicocokkan dengan table nilai koefisien korelasi “r”

product moment baik pada taraf signifikan 5% ataupun pada taraf signifikan 1% kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak, dengan kriteria pengujian;

“r” hitung > “r” tabel Pada taraf signifikan 5% dan 1%, maka Ha diterima

dan Ho ditolak, ini berarti terdapat korelasi yang signifikanantara bimbingan keagamaan orang tua dengan pelaksanaan ibadah shalat siswa.


(53)

36

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang.

Menilik perkembangan kelembagaan SMP Muhammadiyah dalam konteks historisnya tidak bisa dilepaskan begitu saja dari induk pengayomnya Peguruan Muhammadiyah setiabudi Pamulang. Angka 22 di belakang nama SMP Muhammadiyah yang menjadi identitas khas institusi pendidikan ini adalah nomor urut keberadaannya di tempat semula sekolah ini didirikan yakni DKI Jakarta. Sehingga angka tersebut tetap digunakan meskipun keberadaannya kini secara struktur kelembagaan dalam persyarikatan Muammadiyah berada di bawah ayoman Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Tangerang Selatan. Di tempat asalnya di bilangan Setiabudi Karet Jakarta Selatan, SMP Muhammadiyah 22 mulai beroperasi secara resmi sejak tahun 1968. Sedangkan setelah perpindahannya ke kawasan Pamulang mulai beroperasi sejak tahun 1991 meskipun izin operasionalnya baru diterbitkan pada tahun 1992.

Perguruan Muhammadiyah Setiabudi Pamulang berdiri pada tahun 1991, di atas lahan seluas 15.000 m2 (1,5 hektar). Perguruan ini berlokasi di Jalan Surya Kencana No. 29, Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang , Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Luas total bangunan yang ditempati sekarang adalah 7.665 m2.

Perguruan ini mengelola dan menyelenggarakan empat jenjang pendidikan sekaligus , yaitu: 1) TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12 (TK ABA 12) yang secara struktural dikelola oleh Bagian Pendidikan Dasar


(54)

dan Menengah Pimpinan Cabang Aisyiyah 1Setiabudi , Jakarta Selatan; 2) Sekolah Dasar Muhammadiyah 12 Pamulang (SDM 12); 3) Sekolah Menengah Pertama 22 Pamulang ( SMPM 22); dan Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 25 Pamulang (SMAM 25).

Kecuali SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, semua unit pendidikan tersebut di atas adalah unit unit pendidikan yang dipindahkan dari unit-unit pendidikan yang telah didirikan sebelumnya oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Setiabudi, Jakarta Selatan. Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 25 Pamulang mulai diselenggarakan pengelolaannya sejak berpindah ke Jalan Surya Kencana Pamulang, pada tahun 1991. Unit pendidikan dengan Registrasi Izin Operasional No. 130.02/Kep/E. 1992 telah meluluskan empat belas angkatan . Sementara Sekolah Dasar Muhammadiyah 12 Pamulang , semula bernama SD Muhammadiyah 12 Jakarta. Unit Pendidikan bernomor Izin operasional 2264/I.02/Kep/ E.1992 ini telah berdiri sejak tahun 1961, dan sejak tahun 1991 dipindahkan ke lokasi yang baru di Pamulang. Dan sejak saat itu namanya berubah menjadi SD Muhammadiyah 12 Setiabudi Pamulang. Begitu juga dengan Sekolah Menengah Pertama 22 Setiabudi Pamulang, semula bernama SMP Muhammadiyah Setiabudi Jakarta, telah berdiri seiring didirikannya SD Muhammadiyah 12.

Pencantuman nama Setiabudi pada nama perguruan dimaksudkan sekedar mengingatkan bahwa perguruan ini adalah perguruan yang masih dikelola secara struktural oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Setiabudi Karet Jakarta Selatan. Pendirian Perguruan Muhammadiyah Setiabudi Pamulang selain dengan

1

Khusus untuk Taman Kanak-kanak ditangani dan dikelola oleh Bagian Pendidikan Dasar dan Menengah salah satu Organisasi Otonom dalam persyarikatan Muhammadiyah, yaitu Aisyiyah. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah hanya berwenang mengelola pendidikan dari mulai Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah menengah Atas. Khusus untuk TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12 (TK ABA 12) yang berada di lingkunganm Perguruan Muhammadiyah Setiabbudi Pamulang , secara manajerial dikelola bersama-sama oleh Perguruan Muhammadiyah Setiabidi Pamulang, namun secara administratif pengelolaan ditangani langsung oleh Pimpinan Cabang Aisyiyah Setiabudi Karet Jakarta Selatan.


(55)

tujuan ekspansi2 dan perluasan jaringan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Setiabudi Jakarta Selatan, juga dikarenakan lahan yang ditempati oleh perguruan Muhammadiyah ketika masih berlokasi di Jalan Setiabudi Jakarta Selatan sudah dianggap kurang kondusif untuk ditempati sebagai lahan pendirian lembaga pendidikan . Di samping juga karena lahan yang semula ditempati akan terkena proyek pembangunan oleh PT .Duta Anggada

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya Perguruan inii berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 1,5 hektare, dengan luas total bangunan 7.665 m2.3Sampai saat ini, Perguruan Muhammadiyah Setiabudi Pamulang telah berhasil mengembangkan berbagai pelayanan dan fasilitas diantaranya :

a. Gedung pemanen yang dibangun 4 lantai yang dipergunakan sebagai pusat berbagai aktifitas manajerial-administratif perguruan , dan utamanya aktifitas pelayanan jasa pendidikan.

b. Ruang belajar standard yang dilengkapi dengan Pendingin ruangan (AC)

c. Ruang Bimbingan dan Konseling ( BK ) untuk semua unit penddidikan

d. Laboratorium IPA ( Fisika , Kimia dan Biologi ) sebanyak dua ruangan , masing –masing untuk SMAM 25 Pamulang dan SMPM 22 Pamulang

e. Laboratorium Komputer sebanyak tiga ruangan , masing-masing untuk SDM 12, SMPM 22, dan SMAM 25

2

Dari hasil wawancara denga bapak Roni Boan Elarika, Selasa, 11 Maret 2014, Pukul 09.30

3

Luas tanah ini belum termasuk luas tanah dan bangunan yang belum lama ini dibeli oleh Perguruan Muhammadiyah Setiabudi Pamulang, yang sedianya akan dipergunakan sebagai Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan serta Rumah Biologi . Informasi ini diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Pusdiklatbang ( Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan ) Perguruan Muhammadiyah Setiabudi Pamulang, Bapak Drs. Maneger Nasution, MA pada tanggal 15 Januari 2008. Keterangan tambahan diperoleh dari Drs. M. Badrus, Kepala Sekolah unit Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 22 Pamulang


(1)

r

Nomor : Un.0 l/FI./KM .01.3 1...12013 L a m p . :. . . .

Hal : Observasi

Nama NIM

Jurusan /Prodi Semester

Tembusan:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jakarta 26November 2013

Kepada Yth.

Kepala SMP Muham madiyah 22 D i

Tempat

As s alamu' alaikum w r.w b.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa: Evi Rahmawati 1 0 9 0 1 1 0 0 0 1 9 r Pendidikan Agama Islam IX (Sembilan)/canjil

adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian skripsi denganjudul "Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 22 Parnulang", mahasiswa tersebut memerlrrkan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya.

Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Was s alamu' alaikum wnwb

a.n. Dekan

Kabag. Tata Usaha

KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA FITK

Jl. lt. H. Juanda No 95 Cioutat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-066 Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: : 01 H a l 1 t 1

SURAT

PERMOHONAN

IZIN OBSERVASI

, Drs. Ja'farffi1V6.


(2)

r

N o m o r : U n . 0 1 / F . 1 / K M . 0 1 . 3 1 . . . 1 2 0 1 3 Lamp. . Outline/Proposal

Hal : Permohonan lzin Penelitian

Tembusan: 1. Dekan FITK

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 27 November 2013

Kepada Yth.

Kepala sekolah SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang d i

Tempat

Assal am u' at aiku m wr. wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama : Evi Rahmawati

N I M : 1 0 9 0 1 1 0 0 0 1 9 1 Jurusan : Pendidikan Agama lslam Semester : lX (sembilan)

Judul Skripsi : Pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa d i S M P M u h a m m a d i y a h 2 2 P a m u l a n g

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalam u' al aiku m wr.wb.

a.n. Dekan

Kajur Pendidikan Agama Islam

, M.Ag KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 541 2 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082

Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: : 01 H a l 1 t 1

SURAT

PERMOHONAN

IZIN PENELITIAN


(3)

t j

MAJELIS PENDIDTKAN DASAR DAN MENENGAH PERGURUAN MUHAIVIMADTYAH SETIABUDI PAMULANG

Piagam Pendirien No. 130/102/Kep/E.92

SMP

MUHAMMADIYAH

22 SETIABUDI

PAMUTNG

SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN)

P e n y e l e n g g a r a K e l a s O l a h R a g a d a n K e l a s P r o g r e s i f

Jt. Surya Kencana No.29 Pamulang Barat - Pamulang - Kota Tangerang Selatan - Banten Tetp. {02r) 74706439, Fax. (021) 7405324 Kode Pos : 15417

Website: www.smpm22pamulang.sch.id E-mail: smpm22pamulang@gmail.com

SURAT KETERANGAN

Nomor : 265 II<ET llII.4. AU / N20 1' 4

Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala SMP Muhammadiyah 22 Pamulang Kota Tangerang Selatan :

N a m a Jabatan

Nama Sekolah Alamat Sekolah

detrgan ini menerangkan bahwa :

Nama

Tempat/Tgl. Lahir NIM

Jurusan Semester

Drs. HIJDAEFI Kepala Sekolah

SMP MUHAMMADIYAH 22 P AMULANG

Jl. Surya Kencana No. 29 Pamulang Barat Telp.74706439 Pamulang, Kota Tangerang Selatan, 15417

EVI RAHMAWATI Jakarta' 09 April 1991 1 0 9 0 0 1 1 1 0 C 0 1 9 1 Pendidikan Agama Islam IX (Sembilan)

nama tersebut di atas benar telah melaksankan penelitian (riset) di SMP Muhammadiyah22 Setiabudi Pamulang Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinva.


(4)

{

t

I

Nama NIM Fakultas Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

UJI REFERENSI Evi Rahmawati

1 0 9 0 1 1 0 0 0 1 9 1

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH TERIIADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII3 SMP MUHAMMADIYAH 22 P AMALANG

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Judul Buku

Hafi Anshari, , Pengantar llmu Pendidikan, Surabaya: UsahaNasional. 1982.

M Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara.2003. cet. 1.

Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.2003. cet. 1

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 2012

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif Dana Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1999, Cet II Hasbullah, Dasar-dasar llmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Gafindo persada, 2006.

Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,1996 cet. Ke. 1.


(5)

I

9 . Sardiman A,M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

1 0 . Ahmad Marimba D, Pengantar Fil,safat Pendidikan Islam,

Bandung: PT Al-Ma'arif, 1989, cet. 8.

:\-1 :\-1 . Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuk| Statistik Terapan untuk Penelitian ilmu-ilmu sosial, Yogyakarta : Gadjah Mada University press, 2002.

t 2 . Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik, Jakarta: Galia

Indonesia. 1983. Cet. 6.

+-1 3 . Ngalim Purwanto, Psikologi Penddikan, Bandung:

Remadja Karya, 1985, cet. 2.

-t

1 4 . Nasution S. Metode Research (Penelitian Ilmiah),

Jakarta: BumiAksara. 1996. cet.2.

+

l 5 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakafia: Pedoman ilmu jaya, 1993, cet. K e . 1

\

1 6 . Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarla Pedoman Ilmu Jaya,1996,

Cet.2.

1 7 . Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah,

Bandung: Remadja karya, 1987 .

J-1 8 . Harnzah Uno B, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: PT Bumi Aksara.2008" cet. 3. h.22.

1 9 . St Vembriarto, ,Sosiologi pendidikan, Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia, T993, cet. 1 . _\

20. Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: PT Hidakarya Agung.


(6)

E

F

I

t R&D, Bandung: Alfabeta, 2010.

Suharsimi Arikunto, Manajemen penelitian, Jakarta: PT.Rineka Cipta,2005

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, , C e t . 1 3

Sutrisno Hadi, Metodologi Research l, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1980.

Tim Didaktik Metodik IKIP Surabaya, Pengantar Didahik Metodik Kurikulum PBM, Jakarta; PT.Raja Grafindo Persada" 1995.

Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Departemen Agama RI, 2006. Witherington, H.C dkk, Teknik-teknik Belajar dan Mengajar, Bandung: Jemmars, 1986, cet. 3.

Ine I, Yousda Amirman ,Penelitian dan Statistik Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, cet.I.

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara,2008, cet. VII.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Viii3 Smp Muhammadiyah 22 Pamulang

4 63 161

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 7 85

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X dan XI Ips SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

0 3 15

PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII Prestasi Belajar IPS Terpadu Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Lingkungan Sekolah Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 10 Sur

0 0 16

PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII Prestasi Belajar IPS Terpadu Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Lingkungan Sekolah Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 10 Sur

0 3 9

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Atas Negeri

0 2 18

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KESULITAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Kesulitan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri

0 2 18

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KESULITAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Kesulitan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri

0 3 13

PENGARUH INTERAKSI BELAJAR DAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Pengaruh Interaksi Belajar dan Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 17

PENGARUH INTERAKSI BELAJAR DAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Pengaruh Interaksi Belajar dan Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 14