STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) PADA KONSEP TINGKAT KEJENUHAN LARUTAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

(1)

STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN PROCESS

ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) PADA KONSEP

TINGKAT KEJENUHAN LARUTAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kimia

oleh

Kiki Maya Wulandari NIM 1100067

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN PROCESS

ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) PADA KONSEP

TINGKAT KEJENUHAN LARUTAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Oleh

Kiki Maya Wulandari

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Kiki Maya Wulandari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagain, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

KIKI MAYA WULANDARI

STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) PADA KONSEP

TINGKAT KEJENUHAN LARUTAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Dr. Sri Mulyani, M.Si. NIP. 196111151986012001

Pembimbing II

Dr. rer. nat. Omay Sumarna, M.Si. NIP. 196404101989031025

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 196611211991031002


(4)

i

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan dengan pertimbangan adanya temuan dalam berbagai penelitian yang menyatakan bahwa salah satu penyebab kurangnya penguasaan konsep siswa pada pelajaran kimia ialah ketidakmampuan siswa untuk mempertautkan tiga level representasi kimia. Beberapa fenomena pada konsep tingkat kejenuhan larutan dapat diperoleh melalui kegiatan laboratorium yang membutuhkan keterampilan proses sains. Dalam proses pengembangan strategi pembelajaran dilakukan validasi oleh dosen dan guru kimia. Validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara indikator penguasaan konsep dengan kompetensi dasar pengetahuan, konsep dengan indikator penguasaan konsep, alat evaluasi penguasaan konsep dengan indikator penguasaan konsep, indikator keterampilan proses sains dengan kompetensi dasar keterampilan, deskripsi keterampilan proses sains dengan indikator keterampilan proses sains, alat evaluasi keterampilan proses sains dengan indikator keterampilan proses sains, kegiatan pembelajaran dengan langkah pembelajaran, serta aspek penguasaan konsep dan keterampilan proses sains dengan kegiatan pembelajaran. Hasil pengembangan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa dinyatakan valid oleh sebagian besar validator dengan beberapa perbaikan berdasarkan masukan dari validator. Secara umum kegiatan pembelajaran yang dikembangkan mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam menghubungkan kegiatan pembelajaran di kelas dengan konsep yang telah dipelajari dan level representasi kimia; membangun konsep secara mandiri melalui kegiatan menjawab pertanyaan, diskusi kelompok, dan berkontribusi aktif dalam melakukan kegiatan percobaan di kelas.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, Intertekstual, POGIL, Tingkat Kejenuhan Larutan, Penguasaan Konsep, dan Keterampilan Proses Sains.


(5)

ii

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This descriptive study aims to develop intertextual learning strategies using POGIL on the concept of solution saturation level to enhance the concept mastery and science process skills of students. In many research, it was explained that one of the cause of students’ lack of mastery on the concepts in chemistry is the students’ incapability to link the three levels of representation in chemistry. Some phenomena in the concept of solution saturation level can be experienced through some laboratory activities which require science process skills. Those which were explained are the background of this study. In the development process of the learning strategy, the validation process was done by some chemistry teachers and lecturers. The validation has a purpose to know the congruency between the concept mastery indicators and basic knowledge competency, concepts and concept mastery indicators, concept mastery evaluation tools and concept mastery indicators, science process skills indicators and basic skill competency, science process skills description and science process skills indicators, learning activities and learning steps of POGIL, concept mastery aspects and learning activities and also between science process skills and learning activities. The results of intertextual learning strategy development using POGIL on solution saturation level concept was claimed as valid results by most of the validators with some corrections based on the validators’ suggestions. Generally, the developed learning activities encourage the students to actively involved in linking learning activities in the class with the concept which has been learned, and also with three levels of representation in chemistry, built concept independently through questions answering activity, group discussion and actively contributed in experimental activity in the class.

Keywords: Learning Strategy, Intertextual, POGIL, Solution Saturation Level Concept, Concept Mastery, Science Process Skills.


(6)

v

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penjelasan Istilah... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Intertekstual ... 10

B. Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) ... 16

C. Penguasaan Konsep ... 21

D. Keterampilan Proses Sains ... 23

E. Deskripsi Materi Tingkat Kejenuhan Larutan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 32


(7)

vi

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Objek Penelitian ... 35

D. Instrumen Penelitian ... 36

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data... 37

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Indikator serta Alat Evaluasi Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains ... 39

1. Analisis Kurikulum 2013... 39

2. Penentuan Indikator Penguasaan Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan ... 48

3. Analisis Kesesuaian Indikator Penguasaan Konsep dengan Kompetensi Dasar Pengetahuan dan Indikator Penguasaan Konsep dengan Konsep serta Alat Evaluasi Penguasaan Konsep dengan Indikator Penguasaan Konsep ... 51

4. Penentuan Indikator Keterampilan Proses Sains dan Deskripsi Keterampilan Proses Sains ... 64

5. Analisis Kesesuaian Indikator Keterampilan Proses Sains dengan Kompetensi Dasar Keterampilan dan Indikator Keterampilan dengan Deskripsi Keterampilan Proses Sains serta Alat Evaluasi Keterampilan Proses Sains dengan Indikator Keterampilan Proses ... 67

B. Pengembangan Strategi Pembelajaran Intertekstual dengan POGIL pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains ... 71

1. Penjabaran Strategi Pembelajaran Intertekstual dengan POGIL pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains ... 75


(8)

vii

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Analisis Kesesuaian Kegiatan Pembelajaran dengan langkah pembelajaran POGIL serta Aspek Penguasaan Konsep dan

Keterampilan Proses Sains ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...104

B. Saran...106

DAFTAR PUSTAKA ...107


(9)

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Materi Kelarutan dan

Hasil Kali Kelarutan ... 41

Tabel 4.2. Indikator Penguasaan Konsep dan Deskripsi Konsep yang

Dikembangkan... 51

Tabel 4.3. Indikator Keterampilan Proses Sains dan Deskripsi Keterampilan

Proses Sains ... 66


(10)

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Model Representasi Kimia Menurut Johnstone ... 15

Gambar 3.1. Alur Penelitian ... 33

Gambar 4.1. Simbol ion CH3COO- dan ion Na+ yang digunakan dalam level representasi kimia tingkat kejenuhan larutan pada tesis yang berkaitan dengan level representasi kimia pada konsep tingkat

kejenuhan larutan... 72

Gambar 4.2. Simbol ion CH3COO- dan ion Na+ yang digunakan dalam

strategi pembelajaran pada penelitian ini ... 72


(11)

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Pendapat Validator Mengenai Penambahan Kompetensi Dasar ... 115

Lampiran 2 Hasil Validasi Kesesuaian Kompetensi Dasar yang Diajukan

dengan Konsep... 118

Lampiran 3 Analisis Artikel/Jurnal Mengenai Miskonsepsi pada Konsep

Tingkat Kejenuhan Larutan ... 120

Lampiran 4 Hasil Validasi Kesesuaian Indikator Penguasaan Konsep dengan

Kompetensi Dasar Pengetahuan ... 124

Lampiran 5 Hasil Validasi Kesesuaian Alat Evaluasi Penguasaan Konsep

dengan Indikator Penguasaan Konsep ... 128

Lampiran 6 Hasil Validasi Kesesuaian Indikator Keterampilan Proses Sains dengan Kompetensi Dasar Keterampilan dan Indikator Keterampilan Proses Sains dengan Deskripsi Keterampilan

Proses Sains... 141

Lampiran 7 Hasil Validasi Kesesuaian Alat Evaluasi Keterampilan Proses

Sains dengan Indikator Keterampilan Proses Sains ... 150

Lampiran 8 Hasil Validasi Kesesuaian Kegiatan Pembelajaran dengan Langkah Pembelajaran POGIL dan Kesesuaian Kegiatan Pembelajaran dengan Aspek Penguasaan Konsep dan Aspek

Keterampilan Proses Sains yang dikembangkan ... 163

Lampiran 9 Revisi Strategi Pembelajaran Intertekstual dengan POGIL untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses


(12)

1

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, salah satu mata pelajaran yang wajib untuk dipelajari oleh siswa kelompok peminatan matematika dan ilmu alam adalah pelajaran kimia. Konsep kimia secara umum berhubungan dengan struktur dan komposisi materi serta perubahan yang terjadi pada materi. Konsep tersebut dapat membuat siswa memahami berbagai hal yang terjadi di sekitarnya, sehingga kimia menjadi salah satu cabang ilmu alam yang penting untuk dipelajari.

Kepentingan mempelajari ilmu kimia bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Konsep kimia yang secara umum berkaitan dengan struktur materi membuat kebanyakan siswa menganggap sulit pelajaran kimia (Sirhan, 2007). Hal ini sejalan dengan pernyataan beberapa peneliti yang menyatakan bahwa kesulitan mempelajari kimia antara lain disebabkan karena konsep kimia yang bersifat abstrak (Wu, 2001; Pinarbaşi, 2006; Sirhan, 2007). Kesulitan memahami konsep yang bersifat abstrak tersebut menyebabkan kebanyakan siswa mengembangkan ide alternatif mengenai suatu topik. Ide alternatif yang dikembangkan oleh siswa terkadang tidak sesuai dengan konsep yang diterima secara ilmiah. Ide alternatif ini seringkali disebut sebagai miskonsepsi (Taber, 2009).

Salah satu miskonsepsi yang banyak dialami oleh siswa adalah pada konsep tingkat kejenuhan larutan (Adadan & Savasci, 2011; Afriyanti, 2013; Primasari, 2013; Çokadar, 2010). Tidak hanya pada siswa, miskonsepsi pada konsep ini juga dialami oleh mahasiswa (Krause & Tasooji, 2007; Mulford & Robinson, 2002; Pinarbaşi & Canpolat, 2003) dan calon dosen (Çokadar, 2010). Selain terdapat dalam diri siswa (yang dijelaskan pada berbagai penelitian), miskonsepsi mengenai konsep tingkat kejenuhan larutan juga


(13)

2

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ditemukan dalam beberapa buku pelajaran kimia yang digunakan oleh siswa di Indonesia. Miskonsepsi yang paling banyak ditemukan yaitu anggapan bahwa larutan lewat jenuh adalah larutan yang berada dalam wadah dengan zat terlarut yang tidak larut (Adadan & Savasci, 2011; Çokadar, 2010; Krause & Tasooji, 2007; Pinarbaşi & Canpolat, 2003; Afriyanti, 2013; Primasari, 2013).

Pembentukan miskonsepsi pada siswa dapat mencerminkan penguasaan konsep siswa yang kurang pada konsep tersebut. Padahal, sebelum mempelajari konsep kesetimbangan kelarutan, siswa harus memahami tingkat kejenuhan larutan terlebih dahulu. Selain itu, melalui konsep tingkat kejenuhan larutan, siswa dapat memahami terbentuknya endapan dari hasil pencampuran pereaksi pada level submikroskopis, bukan hanya melalui perhitungan (simbolis). Percobaan di laboratorium seperti kristalisasi juga merupakan aplikasi dari konsep tingkat kejenuhan larutan.

Jhonstone (1993) mengusulkan bahwa salah satu penyebab kesulitan dalam mempelajari kimia adalah ketidakmampuan siswa untuk mempertautkan tiga level representasi kimia yaitu level makroskopis, submikroskopis, dan simbolis. Level makroskopis melibatkan fenomena yang dapat diamati, level submikroskopis melibatkan sesuatu yang tidak dapat terlihat (berukuran kecil) seperti atom, molekul, ion, dan struktur, dan level simbolis melibatkan representasi dari atom, molekul, atau ion yang dapat berupa simbol, rumus, atau persamaan (Gilbert & Treagust, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kimia yang mempertautkan ketiga level representasi efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi kimia (Chandrasegaran, dkk. 2009; Herawati, dkk. 2013; Madden, dkk. 2011; Guzel & Adadan, 2013).

Saat mempelajari suatu materi kimia, hubungan ketiga level representasi seringkali diperoleh dari kegiatan di laboratorium. Dalam melakukan kegiatan tersebut, siswa harus memiliki keterampilan. Keterampilan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran kimia adalah keterampilan proses sains. Akinbobola dan Afolabi (2010) menyatakan


(14)

3

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

bahwa keterampilan proses sains penting digunakan dalam dalam transfer pengetahuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah dan berguna dalam kehidupan. Selain dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan keterampilan proses sains, penggunaan keterampilan proses sains dalam pembelajaran juga dapat mendukung pencapaian penguasaan konsep dengan baik. Kedua aspek ini saling berhubungan dan saling menguatkan satu sama lain (Sukarno, dkk. 2003). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi, beberapa kompetensi keterampilan yang harus dicapai dalam mempelajari kimia adalah merancang dan melakukan percobaan kimia yang mencakup perumusan masalah, mengajukan hipotesis, menentukan variabel, memilih instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Tuntutan kompetensi keterampilan tersebut sesuai dengan aspek keterampilan yang terdapat dalam keterampilan proses sains.

Sund dan Trowbridge (dalam Basağa, 1994) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains. Sejalan dengan hal tersebut, Wenning (2010) menyatakan bahwa penggunaan inkuiri yang dihubungkan dengan learning cycle dapat membantu mengembangkan intelektual dan keterampilan proses sains siswa menjadi lebih luas. Pembelajaran inkuiri yang dihubungkan dengan learning cycle terdapat dalam model pembelajaran process oriented guided inquiry learning (POGIL). Hanson (2006) menyatakan bahwa selain menekankan pada aspek konten, pembelajaran menggunakan POGIL juga menekankan pada aspek proses.

Menurut Hanson (2006) penekanan aspek proses dalam POGIL dilakukan untuk mengembangkan beberapa keterampilan, yaitu: pemrosesan informasi, berpikir kritis dan analitis, penyelesai masalah (problem solving), komunikasi, kerjasama kelompok (teamwork), manajemen, dan penilaian (termasuk penilaian diri). Pengembangan keterampilan tersebut dilakukan dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan lain yang mendukung.


(15)

4

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis antara lain dilakukan melalui pengembangan keterampilan menginterpretasi, menggeneralisasi, menyimpulkan, memprediksi, merangkum, dan mengklasifikasikan (Hanson dan Apple, 2004). Menurut McGregor (dalam Özgelen, 2012) keterampilan penyelesaian masalah (problem solving) antara lain dilakukukan melalui pengembangan keterampilan memprediksi dan merumuskan hipotesis. Pengembangan keterampilan-keterampilan pada aspek proses dalam POGIL sejalan dengan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam keterampilan proses sains. Hal ini dibuktikan melalui hasil penelitian Kamil (2014) yang menunjukkan bahwa penggunaan POGIL dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana strategi pembelajaran intertekstual dengan Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk

meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa?”

Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana indikator penguasaan konsep tingkat kejenuhan larutan yang dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013?

2. Bagaimana indikator keterampilan proses sains pada konsep tingkat kejenuhan larutan yang dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013? 3. Bagaimana alat evaluasi penguasaan konsep yang dikembangkan untuk

mengukur ketercapaian indikator penguasaan konsep siswa pada konsep tingkat kejenuhan larutan?

4. Bagaimana alat evaluasi keterampilan proses sains yang dikembangkan untuk mengukur ketercapaian indikator keterampilan proses sains siswa pada konsep tingkat kejenuhan larutan?


(16)

5

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. Bagaimana kegiatan pembelajaran dalam strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. Adapun tujuan khususnya adalah:

1. Mengembangkan indikator penguasaan konsep pada konsep tingkat kejenuhan larutan berdasarkan kurikulum 2013.

2. Mengembangkan indikator keterampilan proses sains melalui konsep tingkat kejenuhan larutan berdasarkan kurikulum 2013.

3. Mengembangkan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator penguasaan konsep siswa pada konsep tingkat kejenuhan larutan.

4. Mengembangkan alat evaluasi keterampilan proses sains yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator keterampilan proses sains siswa melalui konsep tingkat kejenuhan larutan

5. Mengembangkan kegiatan pembelajaran dalam strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa.

D. Manfaat Penelitian

Strategi pembelajaran yang telah dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Menjadi strategi pembelajaran alternatif yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran tingkat kejenuhan larutan yang mempertautkan ketiga level representasi kimia.


(17)

6

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Menjadi strategi pembelajaran alternatif yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran tingkat kejenuhan larutan yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. 3. Menjadi strategi pembelajaran alternatif yang dapat diimplementasikan

untuk menghindari atau menanggulangi terjadinya miskonsepsi siswa pada konsep tingkat kejenuhan larutan.

4. Memberi gambaran mengenai pengembangan keterampilan proses sains siswa melalui konsep tingkat kejenuhan larutan.

5. Memberi gambaran mengenai strategi pembelajaran intertekstual dengan menggunakan POGIL.

E. Penjelasan Istilah

Agar tidak terdapat perbedaan penafsiran, maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran intertekstual

Strategi pembelajaran adalah “perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (David dalam Sanjaya, 2006, hlm. 126). Haliday dan Hasan (dalam Wu, 2003) menyatakan bahwa teks dapat didefinisikan sebagai bahasa fungsional dalam bentuk lisan, tulisan atau medium apapun untuk mengekspresikan hal yang kita pikirkan. Berdasarkan perspektif ini, representasi kimia pada level yang berbeda (makroskopis, submikroskopis, dan simbolis), pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran dalam kelas dapat dikategorikan sebagai teks (Santa Barbara Classroom Discourse Group dalam Wu, 2003). Hubungan antar representasi, pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran dalam kelas yang dilakukan oleh siswa dapat dianggap sebagai hubungan intertekstual. Berdasarkan deskripsi mengenai strategi pembelajaran dan intertekstual di atas, strategi pembelajaran intertekstual merupakan rencana pembelajaran yang dilakukan dengan cara menghubungkan antara ketiga level representasi kimia, pengalaman


(18)

7

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam kehidupan sehari-hari, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan pembelajaran dalam kelas.

2. Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)

POGIL merupakan salah satu jenis inkuiri terbimbing yang menekankan pada aspek konten serta aspek proses dan dilakukan dalam kelompok kecil dengan pembagian peran-peran untuk setiap anggota kelompok di dalamnya (Hanson, 2006).

3. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep dapat diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa pencapaian kompetensi pengetahuan dapat dilakukan melalui kegiatan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Hal ini sesuai dengan level kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson (2001). Sesuai dengan deskripsi di atas, penguasaan konsep merupakan gambaran aspek pengetahuan seseorang yang mengacu pada taksonomi Bloom-Anderson yang meliputi: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

4. Keterampilan proses sains

Menurut Susilowati (2013, hlm. 98) “keterampilan proses sains merupakan keterampilan seseorang dalam mengkonstruksi ilmu, mengemukakan ide, mengkomunikasikan informasi, serta dapat digunakan untuk mengembangkan konsep IPA dan mengorganisasikan konten IPA”.


(19)

8

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu bab I-V. Bab I terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang penelitian memaparkan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian, rasionalisasi penelitian, dan pentingnya penelitian dilakukan. Rumusan masalah memuat permasalahan yang akan diteliti. Dalam rumusan masalah terdapat permasalahan umum yang diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian menjabarkan jawaban dari pertanyaan penelitian yang terdapat dalam bagian rumusan masalah. Manfaat penelitian memberi gambaran mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian dari segi praktik (alternatif solusi dalam memecahkan masalah) dan segi isu (memberikan pencerahan dengan memberi gambaran). Struktur organisasi skripsi memuat sistematika penulisan skrispsi dan gambaran mengenai isi dari setiap bab.

Bab II berisi teori-teori yang yang mendukung serta dapat menjadi landasan dalam penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut yang dibahas meliputi strategi pembelajaran intertekstual, level representasi kimia, POGIL, penguasaan konsep, keterampilan proses sains, dan deskripsi materi mengenai konsep tingkat kejenuhan larutan.

Di dalam bab III dibahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, langkah penelitian, objek penelitian, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data. Metode penelitian menjabarkan jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini. Langkah penelitian menguraikan prosedur pelaksanaan penelitian yang dirancang oleh peneliti. Objek penelitian memaparkan objek yang diteliti dalam penelitian. Instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data berisi instrumen yang digunakan dalam penelitian, langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data, dan cara menganalisis data yang diperoleh.

Pembahasan mengenai temuan yang diperoleh diuraikan dalam bab IV. Data temuan diperoleh dari proses pengembangan strategi pembelajaran


(20)

9

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sampai analisis data hasil validasi. Pembahasan mengenai proses pengembangan strategi pembelajaran meliputi: analisis kurikulum 2013, perumusan indikator penguasaan konsep, indikator keterampilan proses sains, konsep yang dikembangkan, deskripsi keterampilan proses sains, alat evaluasi penguasaan konsep, dan alat evaluasi keterampilan proses sains; penjabaran tiga level representasi kimia, kajian literatur mengenai POGIL, kajian literatur mengenai miskonsepsi, penjabaran strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL. Data hasil validasi yang dilakukan oleh dosen dan guru kimia dibahas sehingga diperoleh indikator penguasaan konsep, indikator keterampilan proses sains, deskripsi keterampilan proses sains, alat evaluasi penguasaan konsep, alat evaluasi keterampilan proses sains, dan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa yang valid.

Bab V berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan menguraikan hasil penelitian berupa jawaban dari rumusan masalah. Saran memaparkan ide penulis yang ditujukan untuk berbagai pihak terkait mengenai strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL.


(21)

32

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. “Metode deskriptif dapat mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan pengembangannya” (Hamdi & Bahruddin, 2014, hlm. 5). Nazir (dalam Hamdi & Bahruddin, 2014, hlm. 5) menyatakan bahwa tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat atau hubungan antar fenomena yang diselidiki.

B. Langkah Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa. Untuk memperoleh hal tersebut, dilakukan proses pengembangan. Adapun langkah penelitian yang dilakukan dalam proses tersebut secara umum digambarkan pada Gambar 3.1. berikut:


(22)

33

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Analisis Kurikulum 2013

Kajian literatur mengenai penguasaan konsep (Taksonomi

Bloom-Anderson)

Kajian literatur mengenai keterampilan proses sains

Kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan level representasi kimia pada konsep tingkat

kejenuhan larutan

Kajian literatur mengenai POGIL

Kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya mengenai

miskonsepsi pada konsep tingkat kejenuhan larutan

Perumusan indikator serta alat evaluasi penguasaan konsep dan keterampilan proses sains; Pengembangan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains

Pengembangan instrumen (usulan penambahan KD 3.14.a dan 4.14.a, kesesuaian indikator penguasaan konsep dengan KD 3.14, indikator penguasaan konsep dengan konsep, alat evaluasi penguasaan konsep dengan indikator penguasaan konsep, indikator keterampilan p roses sains dengan KD 4.14, deskripsi keterampilan proses sains dengan indikator keterampilan proses sains, alat evaluasi keterampilan proses sains dengan indikator keterampilan proses sains); Pengembangan instrumen (kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan langkah pembelajaran POGIL serta

aspek penguasaan konsep dan keterampilan proses dengan kegiatan pembelajaran)

Validasi Analisis

Indikator penguasaan konsep, alat evaluasi penguasaan konsep, indikator keterampilan proses sains, alat evaluasi keterampilan proses sains, dan strategi

pembelajaran intertekstual dengan POGIL yang valid Tahap Perencanaan

Tahap Pengumpulan Data

Tahap Analisis Data

revisi


(23)

34

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Tahap perencanaan pengembangan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa yang meliputi:

a. Analisis kompetensi inti dan kompetensi dasar pada konsep tingkat kejenuhan larutan dalam kurikulum 2013.

b. Kajian literatur mengenai penguasaan konsep, dan aspek keterampilan proses sains.

c. Perumusan indikator penguasaan konsep berdasarkan kompetensi dasar yang sesuai (KD 3.14.a), indikator penguasaan konsep berdasarkan konsep, alat evaluasi penguasaan konsep berdasarkan indikator penguasaan konsep, indikator keterampilan proses sains berdasarkan kompetensi dasar yang sesuai (KD 4.14.a), alat evaluasi keterampilan proses sains berdasarkan indikator keterampilan proses sains dan deskripsi keterampilan proses sains.

d. Kajian literatur mengenai tiga level representasi kimia pada konsep tingkat kejenuhan larutan dalam buku-buku teks kimia universitas dan hasil penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumnya, kajian literatur mengenai POGIL, dan kajian literatur mengenai miskonsepsi pada konsep tingkat kejenuhan larutan.

e. Pengembangan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa.

f. Penyusunan format validasi instrumen penelitian.

2. Tahap pengumpulan data dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa yang meliputi:

a. Proses validasi instrumen kesesuaian indikator penguasaan konsep dan indikator penguasaan konsep dengan konsep dengan kompetensi dasar pengetahuan (KD 3.14).

b. Proses validasi instrumen kesesuaian alat evaluasi penguasaan konsep dengan indikator penguasaan konsep.


(24)

35

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c. Proses validasi instrumen kesesuaian indikator keterampilan proses sains dengan kompetensi dasar keterampilan (KD 4.14) dan indikator keterampilan proses sains dengan deskripsi keterampilan proses sains. d. Proses validasi instrumen kesesuaian alat evaluasi keterampilan proses

sains dengan indikator keterampilan proses sains.

e. Proses validasi instrumen kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan langkah pembelajaran serta kegiatan pembelajaran dengan aspek penguasaan konsep dan aspek keterampilan proses sains.

3. Tahap analisis data hasil validasi dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa meliputi:

a. Pengkajian data hasil validasi kesesuaian antar variabel yang divalidasi dan masukan-masukan dari setiap validator yang dapat digunakan untuk merevisi indikator penguasaan konsep, konsep yang dikembangkan, alat evaluasi penguasaan konsep, indikator keterampilan proses sains, deskripsi keterampilan proses sains, alat evaluasi keterampilan proses sains dan hasil pengembangan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains.

b. Penggambaran strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa dalam bentuk deskripsi dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan.

C. Objek Penelitian

Pada penelitian ini objek yang diteliti adalah konsep tingkat kejenuhan larutan. Konsep tingkat kejenuhan larutan dianalisis untuk mengembangkan level makroskopis, submikroskopis, dan simbolis pada konsep tingkat kejenuhan larutan berdasarkan buku-buku teks kimia universitas dan penelitian terkait representasi kimia pada konsep tingkat kejenuhan larutan yang telah dilakukan. Selain itu, analisis ini juga dilakukan untuk mengembangkan strategi


(25)

36

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pembelajaran intertekstual dengan POGIL untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tabel validasi kesesuaian indikator penguasaan konsep dengan kompetensi dasar pengetahuan dan indikator penguasaan konsep dengan konsep

Instrumen ini berupa tabel yang berisi kolom kompetensi dasar pengetahuan (KD 3.14), indikator penguasaan konsep, konsep, validasi kesesuaian, dan saran perbaikan. Tabel tersebut divalidasi untuk memperoleh kesesuaian antar variabelnya.

2. Tabel validasi kesesuaian alat evaluasi penguasaan konsep dengan indikator penguasaan konsep

Instrumen ini berupa tabel yang berisi kolom indikator penguasaan konsep, alat evaluasi penguasaan konsep, validasi kesesuaian, dan saran perbaikan. Tabel tersebut divalidasi untuk memperoleh kesesuaian antar alat evaluasi penguasaan konsep dan indikator penguasaan konsep.

3. Tabel validasi kesesuaian indikator keterampilan proses sains dengan kompetensi dasar keterampilan dan indikator keterampilan proses sains dengan deskripsi keterampilan proses sains

Instrumen ini berupa tabel yang berisi kolom kompetensi dasar keterampilan (KD 4.14), indikator keterampilan proses sains, deskripsi keterampilan proses sains, validasi kesesuaian, dan saran perbaikan. Tabel tersebut divalidasi untuk memperoleh kesesuaian antar variabelnya.

4. Tabel validasi kesesuaian alat evaluasi penguasaan konsep dengan indikator penguasaan konsep

Instrumen ini berupa tabel yang berisi kolom indikator keterampilan proses sains, alat evaluasi keterampilan proses sains, validasi kesesuaian, dan saran perbaikan. Tabel tersebut divalidasi untuk memperoleh kesesuaian antar indikator keterampilan proses sains dan alat evaluasi keterampilan proses sains.


(26)

37

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. Tabel validasi kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan langkah pembelajaran serta aspek penguasaan konsep dan keterampilan proses sains dengan kegiatan pembelajaran.

Instrumen ini berupa tabel yang berisi kolom langkah pembelajaran POGIL; kolom kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kolom tujuan tindakan pembelajaran, tindakan guru, pengalaman belajar siswa; kolom aspek penguasaan konsep, aspek keterampilan proses sains; kolom validasi kesesuaian, dan saran perbaikan. Tabel tersebut divalidasi untuk memperoleh kesesuaian antar variabelnya.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil validasi kesesuaian variabel-variabel dalam instrumen penelitian seperti yang telah dijabarkan dalam bagian instrumen penelitian. Dalam proses pengumpulan data, instrumen tabel kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan langkah pembelajaran serta kesesuaian aspek penguasaan konsep dan aspek keterampilan proses sains yang dikembangkan dengan kegiatan pembelajaran divalidasi oleh tiga belas validator yang terdiri dari lima dosen dan delapan guru kimia. Sedangkan instrumen tabel validasi kesesuaian indikator penguasaan konsep dengan kompetensi dasar pengetahuan dan indikator penguasaan konsep dengan konsep, kesesuaian alat evaluasi penguasaan konsep dengan indikator penguasaan konsep, kesesuaian indikator keterampilan proses sains dengan kompetensi dasar keterampilan dan indikator keterampilan proses sains dengan deskripsi keterampilan proses sains, dan kesesuaian alat evaluasi penguasaan konsep dengan indikator penguasaan konsep divalidasi oleh dua belas validator yang terdiri dari lima dosen dan tujuh guru kimia.

F. Teknik Analisis Data

Hasil validasi kelima instrumen yang diperoleh dari setiap validator dijabarkan kemudian dianalisis secara deskriptif. Dalam proses pengolahan data dilakukan pengkajian untuk setiap komentar dan saran yang diberikan oleh setiap validator. Hasil kajian dianalisis kembali untuk memperoleh indikator


(27)

38

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penguasaan konsep, konsep yang dikembangkan, alat evaluasi penguasaan konsep, indikator keterampilan proses sains, deskripsi keterampilan proses sains, alat evaluasi keterampilan proses sains, dan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa yang valid. Dalam hal ini validitas yang dimaksud adalah validitas internal. Arikunto (1993, hlm. 160) menyatakan bahwa validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen

mendukung “missi” instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari


(28)

104

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Indikator penguasaan konsep yang dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013 terdiri dari lima indikator, yaitu: Menyebutkan pengertian larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya; Menyimpulkan ciri-ciri larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya; Mengidentifikasi larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya; Mengilustrasikan keadaan partikel dalam larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya; Mengkritisi pernyataan yang berkaitan dengan larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya.

2. Indikator keterampilan proses sains yang dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013 terdiri dari sepuluh indikator, yaitu: Menyimpulkan jenis larutan berdasarkan tingkat kejenuhan larutan; Membuat model berupa gambar partikel zat terlarut yang merepresentasikan keadaan partikel dalam larutan belum jenuh, larutan jenuh, larutan lewat jenuh; Mengkomunikasikan model yang dibuat mengenai tingkat kejenuhan larutan; Mengamati perubahan yang terjadi pada larutan belum jenuh, larutan jenuh, dan larutan lewat jenuh; Menafsirkan ciri-ciri larutan belum jenuh, larutan jenuh, dan larutan lewat jenuh; Merumuskan hipotesis mengenai identifikasi larutan berdasarkan tingkat kejenuhan; Mengidentifikasi variabel yang terdapat dalam percobaan pembuatan larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya; Merancang percobaan pembuatan larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya; Mengukur volume pelarut; Melakukan percobaan membuat larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya.

3. Alat evaluasi penguasaan konsep yang dikembangkan terdiri dari sepuluh butir soal. Alat evaluasi tersebut meminta siswa untuk: Menyebutkan definisi larutan belum jenuh, larutan jenuh, dan larutan lewat jenuh;


(29)

105

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Menyimpulkan ciri-ciri larutan dari hasil pengamatan penambahan zat terlarut ke dalam tiga jenis larutan yang memiliki tingkat kejenuhan yang berbeda; Mengidentifikasi jenis larutan berdasarkan serangkaian proses pelarutan, satu bagian proses pelarutan, atau berdasarkan gambaran partikel zat terlarut dalam larutan belum jenuh, larutan jenuh dan larutan lewat jenuh; Mengilustrasikan keadaan partikel zat terlarut dalam larutan belum jenuh, larutan jenuh, dan larutan lewat jenuh yang terdapat pada serangkaian proses pelarutan; Mengkritisi pernyataan yang kurang tepat mengenai larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya.

4. Alat evaluasi keterampilan proses sains yang dikembangkan terdiri dari delapan butir soal essay dan dua alat evaluasi berupa rubrik penilaian tes kinerja. Alat evaluasi berupa soal essay meminta siswa untuk: Menyimpulkan jenis larutan berdasarkan serangkaian proses pelarutan atau berdasarkan gambaran partikel zat terlarut dalam larutan belum jenuh, larutan jenuh, dan larutan lewat jenuh; Membuat model yang merepresentasikan partikel zat terlarut dalam larutan yang terdapat pada serangkaian proses pelarutan; Mengkomunikasikan model yang dibuat, yaitu model yang merepresentasikan partikel zat terlarut dalam larutan dengan cara menjelaskannya secara tertulis; Mengamati perubahan yang terjadi dalam larutan berdasarkan ilustrasi yang diberikan, yaitu ilustrasi penambahan zat terlarut ke dalam tiga jenis larutan yang memiliki tingkat kejenuhan yang berbeda; Menafsirkan ciri-ciri larutan belum jenuh, larutan jenuh, dan larutan lewat jenuh berdasarkan informasi jenis larutan yang diperoleh dari data hasil penambahan zat terlarut ke dalam tiga jenis larutan yang memiliki tingkat kejenuhan berbeda; Merumuskan hipotesis mengenai kemungkinan jumlah zat terlarut yang akan melarut dalam suatu larutan (yang diketahui konsentrasi dan nilai kelarutannya), bila sejumlah zat terlarut dimasukkan ke dalam larutan tersebut; Mengidentifikasi variabel yang terdapat dalam percobaan pembuatan larutan lewat jenuh. Sedangkan alat evaluasi berupa rubrik penilaian tes berisi rubrik penilaian tes kinerja terdiri dari aspek yang dinilai, kriteria


(30)

106

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penilaian, dan skor maksimal. Aspek yang dinilai dalam alat evaluasi ini yaitu kemampuan siswa dalam mengukur volume pelarut menggunakan gelas ukur dan melakukan percoban pembuatan larutan berdasarkan tingkat kejenuhannya.

5. Kegiatan pembelajaran dalam strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL pada konsep tingkat kejenuhan larutan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa menggunakan percobaan pembuatan larutan lewat jenuh dan data pengujian larutan lewat jenuh. Konsep larutan belum jenuh dan larutan jenuh dipelajari melalui data yang merepresentasikan kedua jenis larutan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan digunakan untuk membimbing siswa memahami konsep tingkat kejenuhan larutan. Secara umum kegiatan pembelajaran yang dikembangkan mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam menghubungkan kegiatan pembelajaran di kelas dengan konsep yang telah dipelajari dan level representasi kimia; membangun konsep secara mandiri melalui kegiatan menjawab pertanyaan, diskusi kelompok, dan berkontribusi aktif dalam melakukan kegiatan percobaan di kelas.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti memberi beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk menghindari miskonsepsi dalam konsep kimia, pembelajaran kimia perlu menekankan hubungan tiga level representasi kimia.

2. Penelitian ini dilakukan sampai pada tahap pengembangan strategi sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut yang menguji coba strategi pembelajaran untuk mengetahui dampak strategi pembelajaran yang telah dikembangkan terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa.

3. Sebelum mengimplementasikan strategi pembelajaran intertekstual dengan POGIL untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan


(31)

107

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

proses sains pada konsep tingkat kejenuhan larutan maka perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran ketercapaian pengalaman belajar siswa seperti yang diharapkan. Data hasil uji coba tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki strategi supaya diperoleh hasil yang lebih optimal.


(32)

107

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adadan, E. & Savasci, F. (2011). An analysis of 16–17-year-old students' understanding of solution chemistry concepts using a two-tier diagnostic instrument. International Journal of Science Education, 34 (4), hlm. 513-544.

Adams, K. (2012). Beginning chemistry teachers use of the triplet relationship during their first three years in the classroom. (Disertasi). Arizona State University, Arizona.

Afriyanti, I. (2013). Reduksi miskonsepsi siswa melalui pembelajaran remedial menggunakan strategi konflik kognitif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. (Tesis). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Akinbobola, A. & Afolabi, F. (2010). Analysis of science process skills in West African senior secondary school certificate physics practical examinations in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientific Research, 5 (4), hlm. 234-240.

Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Cruikshank, K. A., Mayer,

R. E., Pintrich, P. R. … Wittrock, M. C. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom’s educational objectives. New York: Addison Wesley Longman Inc.

Arikunto, S. (1996). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Basağa, H. (1994). The effect of the inquiry teaching method on biochemistry and science process skill achievements. Biochemical Education. 22(1), hlm. 29-32.

Brady, L. (1985). Models and methods of teaching. Australia: Prentice-Hall.

Brown, T. L., LeMay, H. E., Bursten, B. E, Murphy, C. J., & Woodward, P. (2012). Chemistry: The central science. Edisi keduabelas. Boston: Prentice Hall.

Çalik, M & Ayas, A. (2005). An analogy activity for incorporating students’ conceptions of types of solutions. Asia-Pacific Forumon Science Learning and Teaching, 6 (2), hlm. 1-13.


(33)

108

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Carin, A. A. (1997). Teaching modern science. Edisi Ketujuh. New Jersey: PrenticeHall.

Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F. & Mocerino, M. (2009). Emphasizing

multiple levels of representation to enhance students’ understandings of the changes occurring during chemical reactions. Journal of Chemical Education, 26 (12), hlm. 1433-1436.

Chang, R. & Overby, J. (2011). General chemistry: The essential concepts. Edisi keenam. New York: Mc-Graw Hill Companies.

Çokadar, H. (2010). First year prospective teachers' perceptions of chemical solution types and solubility. Asian Journal of Chemistry, 22 (1), hlm. 137-147.

Coll, R & Treagust, D. (2001). Learners’ use of analogy and alternative

conceptions for chemical bonding. Australian Science Teachers Journal, 48(1), hlm. 29-50.

Danili, E. & Reid, N. (2006). Cognitive factors that can potentially affect pupils’ test performance. Chemistry Education Research and Practice, 7(2), hlm. 64-83.

Davidowitz, B., & Chittleborough, G. (2009). Linking the Macroscopic and Sub-microscopic Levels: Diagrams. Dalam Gilbert, J.K. & Treagust, D. F. (Penyunting). Multiple representations in chemical education: models and modeling in science education (hlm. 169-191). UK: Springer

Dewi, S. (2008). Keterampilan proses sains. Bandung: Tinta Emas Publishing.

Ebbing, D. D., & Gammon, S. D., (2009). General chemistry. New York: Houghton Mifflin Company.

Esler, W. & Esler. M. (1993). Teaching elementary science. Edisi keenam. Belmont: Wadsworth Publishing Company.

Fathurrohman, P. & Sutikno, S. (2009). Strategi belajar mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Firman, H. (2013). Evaluasi pembelajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.


(34)

109

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gabel, D. (1993). Use of the particle nature of matter in developing conceptual understanding. Symposium: Lecture and learning: Are they compatible?, 70 (3), hlm. 193-194.

Gilbert, J.K. & Treagust, D. F. (2009). Multiple representations in chemical education:models and modeling in science education. UK: Springer

Gkitzia, V., Salta, K., Tzougraki, C. (2011). Development and application of suitable criteria for the evaluation of chemical representations in school textbooks. Chemistry Education Research and Practice, 12, hlm. 5-14.

Guzel, B. Y. & Adadan, E. (2013). Use of multiple representations in developing

preservice chemistry teachers’ understanding of the structure of matter. International Journal of Environmental & Science Education, 8 (1), hlm. 109-130.

Hamdi, A. S. & Bahruddin, E. (2014). Metode penelitian kuantitatif aplikasi dalam pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Hanson, D & Apple, D. (2004). Process- Oriented guided inquiry learning- Assessment: Process- The missing element. [Online]. Diakses dari

http://www.pkal.org/documents/hanson-apple_process--the-missing-element.pdf.

Hanson, D. (2006). Instructor’s guide to process-oriented guided-inquiry learning. Stony Brook University-SUNY: Pacific Crest.

Hanson, D. (2015, 8 Agustus). Exploration and concept formation stage in POGIL. [Posel mailing list]. Diakses dari https://mail.google.com/mail/u/0/#imp/14f3fcc00e48e4a1

Herawati, R.F., Mulyani, S., & Redjeki, T. (2013). Pembelajaran kimia berbasis multiple representasi ditinjau dari kemampuan awal terhadap prestasi belajar laju reaksi siswa SMA Negeri I karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2 (2), hlm. 38-43.

Hinton, M. E., & Nakhleh, M. B. (1999). Students’ microscopic, macroscopic,

and symbolic representations of chemical reactions. The Chemical Educator, 4(4), 1–29.

Jespersen, N. D., Brady, J. E., & Hyslop, A. (2012). Chemistry: The molecular nature of matter. Hoboken: Jhon Wiley and Sons, Inc.


(35)

110

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Jhonstone, A. (1993). The development of chemistry teaching: A changing response to changing demand. Symposium on Revolution and Evolution in Chemical Education, 70 (90), hlm. 701-705.

Jhonstone, A. (2000). Teaching of chemistry - logical or psychological?. Chemistry Education: Research And Practice in Europe, 1(1), hlm. 9-15.

Kamil, Y. (2014). Pengaruh praktikum laju reaksi berbasis process oriented guided inquiry learning terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa SMK. (Tesis). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kelly, R. M., Barrera, J. H., & Mohamed, S. C. (2010). An analysis of

undergraduate general chemistry students’ misconceptions of the

submicroscopic level of precipitation reaction. Journal of Chemical Education. 87(1), hlm. 113-118.

Kozma, R., Chin, E., Russell, J., & Marx, N. (2000). The roles of representations and tools in the chemistry laboratory and their implications for chemistry learning. The Journal of The Learning Sciences, 9(2), hlm. 105–143. Krause, A. dan Tasooji, A. (2007). Diagnosing students’ misconceptions on

solubility and saturation for understanding of phase diagrams. [Online].

Diakses dari

http://icee.usm.edu/ICEE/conferences/asee2007/papers/413_DIAGNOSIN G_STUDENTS__MISCONCEPTIONS_ON_S.pdf

Krause, S. & Sodeye, O. 2013. The effect of a visually-based intervention on students’ misconceptions related to solutions, solubility and saturation. [Online]. Diakses dari

Kratwohl, D. (2002). A revision of Bloom’s taxonomy: An overview. Theory into Practice, 41(4), hlm 212-218.

Madden, S.P, Jones, L.L, & Rahm, J. (2011). The role of multiple representations in the understanding of ideal gas problems. Chem. Educ. Res. Pract, 12, hlm. 283–293.

Majid, A. (2011). Perencanaan pembelajaran: Mengembangkan standar kompetensi guru. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

Mc Murry, J.E. & Fay, R.C. (2003). Chemistry. Edisi Keempat. Philadelphia: brooks/cole publishing Company.


(36)

111

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Metafisika, K. (2014). Pengembangan model buku teks pelajaran berbasis representasi kimia pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan. (Tesis). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Moeller, T., Bailar, J. C., Kleinberg, J. Guss, C. O, Castellion, M. E. & Metz, C. (1980). Chemistry with inorganic qualitative analysis. New York: Academic Press, Inc.

Mulford, D. & Robinson, W. (2002). An inventory for alternate conceptions among first-semester general chemistry students. Journal of Chemical Education, 79 (6), hlm. 739-744.

Mulyono (2012). Strategi pembelajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Mulyono (2013). Handout perkuliahan perencanaan pembelajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Munthe, B. (2009). Desain pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Campion, A. (2012). Principle of modern chemistry. Edisi ketujuh. Washington: Brooks/Cole Cengange Learning.

Özgelen, S. (2012). Students’ scince process skills within a cognitive domain framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 8 (4), hlm. 283-292.

Özmen, H. (2008). Determination of students’ alternative conceptions about chemical equilibrium: A review of research and the case of Turkey. Chemistry Education Research and Practice. 9, hlm. 225-233.

Padilla, M. J. (1990). The science process skills. [Online]. Diakses dari https://www.narst.org/publications/research/skill.cfm.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi.


(37)

112

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Petrucci, R. H., Herring, F. G., Madura, J. D., & Bissonette, C. (2011). General chemistry: Principles and modern applications. Edisi kesepuluh. Toronto: Pearson Education, Inc.

Pinarbaşi, T & Canpolat, N. (2003). Students’ understanding of solution chemistry concepts. Journal of Chemical Education, 80 (11), hlm. 1328-1332.

Pinarbaşi, T. (2006). An investigation of effectiveness of conceptual change

text-oriented instruction on students’ understanding of solution concepts.

Research in Science Education. 36, hlm. 313-335.

Primasari, M. (2013). Analisis pemahaman konsep siswa high and low achievers pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan proses pembelajaran di SMA unggulan Padang. (Tesis). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rauf, R. A. A., Rasul, M. S., Mansor, A. N., Othman, Z., & Lyndon, N. (2013). Inculcation of science process skills in a science classroom. Asian Social Science, 9(8), hlm. 19-23.

Rezba, R. J., Sprague, C., Fiel, R. L. (2002). Learning and assessing science process skills. Edisi Keempat. Dubuque: Kendall/Hunt Publishing Company.

Roqib, M. (2009). Ilmu pendidikan islam: Pengembangan pendidikan integrative di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Rusman, R. (2010). Model-model pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.

Semiawan, C. R., Tangyong, A. F., & Belen, S. (1990). Pendekatan keterampilan proses. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Şendur, G., Toprak, M., & Pekmez, E. S. (2010). Analyzing of students’ misconceptions about chemical equilibrium. International conference on


(38)

113

Kiki Maya Wulandari, 2015

Strategi Pembelajaran Intertekstual D engan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil) Pada Konsep Tingkat Kejenuhan Larutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D an Keterampilan Proses Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

new trends on education and their implication (hlm. 1-7). Antalya: ICONTE.

Silberberg, M. S. (2007). Principle of general chemistry. New York: McGraw-Hill.

Sirhan, G. (2007). Learning difficulties in chemistry: an overview. Journal of Turkish Science Education, 4 (2), hlm. 2-20.

Sudjana, N. & Suwariyah, W. (1991). Model-model mengajar CBSA. Bandung: Penerbit Sinar Baru Bandung.

Sugrue, B. (1998). Equity issues in collaborative group assessment: Group composition and performance. (Tesis). University of California, Los Angeles.

Sukarno, Permanasari, A. & Hamidah, I. (2013). The profile of science process skill (SPS) student at secondary high school (case study in Jambi). International Journal of Scientific Engineering and Research (IJSER). 1(1), hlm. 79-83.

Suparno, A. (2001). Membangun kompetensi belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Susilowati (2013). Membelajarkan IPA dengan integrative science tinjauan scientific process skills dalam implementasinya pada kurikulum 2013. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA (hlm 95-103). Yogyakarta: Fakultas MIPA UNY.

Taber, K. (2009). Challenging misconceptions in the chemistry classroom: resources to support teachers. Educació Química Edu, 4, hlm. 13-20.

Talanquer, V. (2011). Macro, submicro, and symbolic: the many faces of the

chemistry “triplet”. International Jurnal of Science Education, 33 (2), hlm. 179-195.

Tawil, M. & Liliasari. (2014) Keterampilan-keterampilan sains dan implementasinya dalam pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan: Pendidikan lintas bidang. Bandung: IMTIMA.


(1)

Gabel, D. (1993). Use of the particle nature of matter in developing conceptual understanding. Symposium: Lecture and learning: Are they compatible?, 70 (3), hlm. 193-194.

Gilbert, J.K. & Treagust, D. F. (2009). Multiple representations in chemical education: models and modeling in science education. UK: Springer

Gkitzia, V., Salta, K., Tzougraki, C. (2011). Development and application of suitable criteria for the evaluation of chemical representations in school textbooks. Chemistry Education Research and Practice, 12, hlm. 5-14. Guzel, B. Y. & Adadan, E. (2013). Use of multiple representations in developing

preservice chemistry teachers’ understanding of the structure of matter. International Journal of Environmental & Science Education, 8 (1), hlm. 109-130.

Hamdi, A. S. & Bahruddin, E. (2014). Metode penelitian kuantitatif aplikasi dalam pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Hanson, D & Apple, D. (2004). Process- Oriented guided inquiry learning- Assessment: Process- The missing element. [Online]. Diakses dari

http://www.pkal.org/documents/hanson-apple_process--the-missing-element.pdf.

Hanson, D. (2006). Instructor’s guide to process-oriented guided-inquiry learning. Stony Brook University-SUNY: Pacific Crest.

Hanson, D. (2015, 8 Agustus). Exploration and concept formation stage in

POGIL. [Posel mailing list]. Diakses dari

https://mail.google.com/mail/u/0/#imp/14f3fcc00e48e4a1

Herawati, R.F., Mulyani, S., & Redjeki, T. (2013). Pembelajaran kimia berbasis multiple representasi ditinjau dari kemampuan awal terhadap prestasi belajar laju reaksi siswa SMA Negeri I karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2 (2), hlm. 38-43.

Hinton, M. E., & Nakhleh, M. B. (1999). Students’ microscopic, macroscopic,

and symbolic representations of chemical reactions. The Chemical Educator, 4(4), 1–29.

Jespersen, N. D., Brady, J. E., & Hyslop, A. (2012). Chemistry: The molecular nature of matter. Hoboken: Jhon Wiley and Sons, Inc.


(2)

Jhonstone, A. (1993). The development of chemistry teaching: A changing response to changing demand. Symposium on Revolution and Evolution in Chemical Education, 70 (90), hlm. 701-705.

Jhonstone, A. (2000). Teaching of chemistry - logical or psychological?. Chemistry Education: Research And Practice in Europe, 1(1), hlm. 9-15. Kamil, Y. (2014). Pengaruh praktikum laju reaksi berbasis process oriented

guided inquiry learning terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa SMK. (Tesis). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kelly, R. M., Barrera, J. H., & Mohamed, S. C. (2010). An analysis of

undergraduate general chemistry students’ misconceptions of the

submicroscopic level of precipitation reaction. Journal of Chemical Education. 87(1), hlm. 113-118.

Kozma, R., Chin, E., Russell, J., & Marx, N. (2000). The roles of representations and tools in the chemistry laboratory and their implications for chemistry learning. The Journal of The Learning Sciences, 9(2), hlm. 105–143. Krause, A. dan Tasooji, A. (2007). Diagnosing students’ misconceptions on

solubility and saturation for understanding of phase diagrams. [Online].

Diakses dari

http://icee.usm.edu/ICEE/conferences/asee2007/papers/413_DIAGNOSIN G_STUDENTS__MISCONCEPTIONS_ON_S.pdf

Krause, S. & Sodeye, O. 2013. The effect of a visually-based intervention on

students’ misconceptions related to solutions, solubility and saturation.

[Online]. Diakses dari

Kratwohl, D. (2002). A revision of Bloom’s taxonomy: An overview. Theory into Practice, 41(4), hlm 212-218.

Madden, S.P, Jones, L.L, & Rahm, J. (2011). The role of multiple representations in the understanding of ideal gas problems. Chem. Educ. Res. Pract, 12, hlm. 283–293.

Majid, A. (2011). Perencanaan pembelajaran: Mengembangkan standar kompetensi guru. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

Mc Murry, J.E. & Fay, R.C. (2003). Chemistry. Edisi Keempat. Philadelphia: brooks/cole publishing Company.


(3)

Metafisika, K. (2014). Pengembangan model buku teks pelajaran berbasis representasi kimia pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan. (Tesis). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Moeller, T., Bailar, J. C., Kleinberg, J. Guss, C. O, Castellion, M. E. & Metz, C. (1980). Chemistry with inorganic qualitative analysis. New York: Academic Press, Inc.

Mulford, D. & Robinson, W. (2002). An inventory for alternate conceptions among first-semester general chemistry students. Journal of Chemical Education, 79 (6), hlm. 739-744.

Mulyono (2012). Strategi pembelajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Mulyono (2013). Handout perkuliahan perencanaan pembelajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Munthe, B. (2009). Desain pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., & Campion, A. (2012). Principle of modern

chemistry. Edisi ketujuh. Washington: Brooks/Cole Cengange Learning. Özgelen, S. (2012). Students’ scince process skills within a cognitive domain

framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 8 (4), hlm. 283-292.

Özmen, H. (2008). Determination of students’ alternative conceptions about chemical equilibrium: A review of research and the case of Turkey. Chemistry Education Research and Practice. 9, hlm. 225-233.

Padilla, M. J. (1990). The science process skills. [Online]. Diakses dari https://www.narst.org/publications/research/skill.cfm.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi.


(4)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Petrucci, R. H., Herring, F. G., Madura, J. D., & Bissonette, C. (2011). General chemistry: Principles and modern applications. Edisi kesepuluh. Toronto: Pearson Education, Inc.

Pinarbaşi, T & Canpolat, N. (2003). Students’ understanding of solution chemistry concepts. Journal of Chemical Education, 80 (11), hlm. 1328-1332.

Pinarbaşi, T. (2006). An investigation of effectiveness of conceptual change

text-oriented instruction on students’ understanding of solution concepts.

Research in Science Education. 36, hlm. 313-335.

Primasari, M. (2013). Analisis pemahaman konsep siswa high and low achievers pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan proses pembelajaran di SMA unggulan Padang. (Tesis). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rauf, R. A. A., Rasul, M. S., Mansor, A. N., Othman, Z., & Lyndon, N. (2013). Inculcation of science process skills in a science classroom. Asian Social Science, 9(8), hlm. 19-23.

Rezba, R. J., Sprague, C., Fiel, R. L. (2002). Learning and assessing science process skills. Edisi Keempat. Dubuque: Kendall/Hunt Publishing Company.

Roqib, M. (2009). Ilmu pendidikan islam: Pengembangan pendidikan integrative di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Rusman, R. (2010). Model-model pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.

Semiawan, C. R., Tangyong, A. F., & Belen, S. (1990). Pendekatan keterampilan proses. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Şendur, G., Toprak, M., & Pekmez, E. S. (2010). Analyzing of students’ misconceptions about chemical equilibrium. International conference on


(5)

new trends on education and their implication (hlm. 1-7). Antalya: ICONTE.

Silberberg, M. S. (2007). Principle of general chemistry. New York: McGraw-Hill.

Sirhan, G. (2007). Learning difficulties in chemistry: an overview. Journal of Turkish Science Education, 4 (2), hlm. 2-20.

Sudjana, N. & Suwariyah, W. (1991). Model-model mengajar CBSA. Bandung: Penerbit Sinar Baru Bandung.

Sugrue, B. (1998). Equity issues in collaborative group assessment: Group composition and performance. (Tesis). University of California, Los Angeles.

Sukarno, Permanasari, A. & Hamidah, I. (2013). The profile of science process skill (SPS) student at secondary high school (case study in Jambi). International Journal of Scientific Engineering and Research (IJSER). 1(1), hlm. 79-83.

Suparno, A. (2001). Membangun kompetensi belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Susilowati (2013). Membelajarkan IPA dengan integrative science tinjauan scientific process skills dalam implementasinya pada kurikulum 2013. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA (hlm 95-103). Yogyakarta: Fakultas MIPA UNY.

Taber, K. (2009). Challenging misconceptions in the chemistry classroom: resources to support teachers. Educació Química Edu, 4, hlm. 13-20. Talanquer, V. (2011). Macro, submicro, and symbolic: the many faces of the

chemistry “triplet”. International Jurnal of Science Education, 33 (2), hlm. 179-195.

Tawil, M. & Liliasari. (2014) Keterampilan-keterampilan sains dan implementasinya dalam pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan: Pendidikan lintas bidang. Bandung: IMTIMA.


(6)

Treagust, D., Chittleborough, G., & Mamiala, T. (2003). The role of submicroscopic and symbolic representations in chemical explanations. International Journal of Science Education, 25 (11), hlm. 1353-1368. Tosun, C. & Taskesenligil, Y. (2012). The eect of problem-based learning on

undergraduate students’ learning about solutions and their physical

properties and scientific processing skills. Chemical Education Research and Practice, 14, hlm. 36-50.

Waller, K. (2015). Writing instructional objectives. [Online]. Diakses dari http://www.naacls.org/docs/announcement/writing-objectives.pdf.

Wenning, C. (2010). The levels of inquiry model of science teaching. J.Phys. Tchr. Educ. 6(2), hlm. 9-16.

Whitten, K. W., Davis, R. E., Peck, L. M., & Stanley, G. (2004). General chemistry. Edisi ketujuh. Australia: Thomson Brooks/Cole.

Wu, H. K., Krajcik, J. S., & Soloway, E. (2001). Promoting understanding of chemical representations: students' use of a visualization tool in the classroom. Journal of Research In Science Teaching, 38 (7), hlm. 821-842. Wu, H. K. (2003). Linking the microscopic view of chemistry to real-life experiences: intertextuality in a high-school science classroom. Sci Ed. 87, hlm. 868-891.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model process oriented guided inquiry learning (pogil) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

11 94 302

PENGARUH MODEL PROCESS ORIENTED GUIDED INQUARY LEARNING (POGIL) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI.

0 5 19

Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.

1 2 46

PENGEMBANGAN RANCANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN INKUIRI BERBASIS MODEL PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 10 32

PENGARUH PRAKTIKUM LAJU REAKSI BERBASIS PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMK.

5 13 37

PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 1 46

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN POGIL PADA MATERI ASAM BASA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA - repository UPI S KIM 1101094 Title

0 0 3

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) PADA KONSEP TINGKAT KEJENUHAN LARUTAN - repository UPI S KIM 1200377 Title

0 0 4

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN EFIKASI DIRI SISWA SMA MELALUI MODEL PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) PADA KONSEP PEMBUATANKOLOID - repository UPI T KIM 1402037 Title

0 1 3

METODE PENELITIAN - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP NEGERI 3 PRINGGABAYA LOMBOK TIMUR - Repository UNRAM

0 0 11