ALARICO DA SILVA S4211002

(1)

commit to user

i

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN

ROKOK SEJAHTERA ABADI DI KABUPATEN MALANG

(TAHUN 1997 – 2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi SDM dan Pembangunan

Oleh :

ALARICO DA SILVA

S4211002

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

Halaman Persetujuan Pembimbing

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN

ROKOK SEJAHTERA ABADI DI KABUPATEN MALANG

(TAHUN 1997 – 2011)

Disusun Oleh :

ALARICO DA SILVA

S4211002

Telah disetujui Oleh Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. J.J Sarungu, MS Dr. Yunastiti Purwaningsih, MP

NIP. 19510701 198010 1001 NIP. 19590613 198403 2001

Ketua Program Studi

Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dr. AM Susilo, M.Sc


(3)

commit to user

iii

Halaman Persetujuan Penguji

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN

ROKOK SEJAHTERA ABADI DI KABUPATEN MALANG

(TAHUN 1997 – 2011)

Disusun Oleh :

ALARICO DA SILVA

S4211002

Telah disetujui Oleh Tim Penguji : Pada tanggal :

Jabatan Nama Tanda tangan

Ketua tim Penguji Dr. Siti Aisyah TR,SE,MSi ……..

Pembimbing Utama Dr. J.J Sarungu, MS …….

Pembimbing Pendamping Dr. Yunastiti Purwaningsih, MP …….

Mengetahui

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi

Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Prof. Dr.Ir. Ahmad Yunus, MS Dr. AM Susilo, M.Sc


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Alarico da Silva Nim : S4211002

Program Studi : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : ESDM dan Pembangunan

Menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar – benarnya.

Surakarta, 10 Agustus 2012 Tertanda,

Alarico da Silva


(5)

commit to user

v

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN

ROKOK SEJAHTERA ABADI DI KABUPATEN MALANG

(TAHUN 1997 – 2011)

ABSTRAK

Pengembangan perusahaan merupakan usaha untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan, karena teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya sehingga bisa memperbesar lapangan kerja . Penyerapan tenaga kerja tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti upah tenaga kerja, modal kerja, produktivitas tenaga kerja, dan pengeluaran non upah tenaga kerja . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah terhadap penyerapan tenaga kerja. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data time series selama 15 tahun

(1997- 2011) mengenai penyerapan tenaga kerja pada Perusahaan Rokok

Sejahtera Abadi di Kabupaten Malang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel upah tenaga kerja, modal, produktivitas tenaga kerja dan pengeluaran non upah berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi Malang. Berdasarkan uji signifikan parsial (uji-t) bahwa variabel upah tenaga kerja dan modal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan pengeluaran non upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Kabupaten Malang.

Kata Kunci : Penyerapan tenaga kerja, Upah, Modal Produktivitas dan Pengeluaran non upah


(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

ANALYSIS OF MANPOWER EMPLOYMENT AT ABADI SEJAHTERA

CIGARETTE COMPANY IN MALANG REGENCY (YEARS 1997 – 2011)

The development of a company is an effort of solving the problems of unemployment and poverty, particularly the one which employs labor-based technology. Such a technology enlarges the employment opportunity. The manpower employment cannot be separated from the factors affecting it such as wage, work capital, manpower productivity, and non-wage expenditure. The objective of this research is to investigate the effect of the wage, the work productivity, the work capital, and the non-wage expenditure on the manpower employment at Abadi Sejahtera Cigarette Company in Malang regency. The data of the research were the time series ones of the manpower employment at Abadi Sejahtera Cigarette Company in Malang regency for fifteen years from 1997 to 2011 on The data of the research were analyzed by using the multiple regression analysis.

The result of the research shows that the simultaneously the variables of the wage, the work productivity, the work capital, and the non-wage expenditure have an on the manpower employment at Abadi Sejahtera Cigarette Company in Malang regency. Based on the significant partial test (t-test), the following are found: (1) the wages and the work capitals have a negative and insignificant effect on the manpower employment at the company; (2) the manpower productivities have a positive and significant effect on the manpower employment at the company; but (3) the non-wage expenditures have a negative and insignificant effect on the manpower employment at Abadi Sejahtera Cigarette Company in Malang regency.

Keywords: Manpower employment, wage, capital, productivity, and non-wage


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang selalu memberikan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul :“ Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Malang ”, dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan derajat PascaSarjana (S2) program Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta .

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. AM Susilo, M.Sc selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta .

2. Dr. J.J Sarungu, MS selaku pembimbing Utama dan Dr. Yunastiti

Purwaningsih, MP selaku Pembimbing kedua, atas arahan, bimbingan, saran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan tesis. 3. Segenap dosen Program Studi Magister Ekonomi dan Sudi Pembangunan

yang telah Memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret Surakarta .

4. Segenap staf administrasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang dengan tulus memberikan motivasi dan doa sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu sumbang dan saran penulis harapkan demi penyempurnaan penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang.

Surakarta, 10 Agustus 2012

Penulis

Alarico da Silva


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI………..iii

HALAMAN PERNYATAAN…………..……… iv

ABSTRAK ... .v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ….. 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Pengertian Perusahaan ... 9

2. Pengertian Tenaga Kerja ... 11

3. Permintaan Tenaga Kerja ... 14

4. Fungsi Permintaan Perusahaan Akan Tenaga Kerja ... 18


(9)

commit to user

ix

6. Pengertian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Perusahaan ... 22

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 31

C. Kerangka Pemikiran ... 34

D. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Tipe Penelitian ... 37

B. Jenis dan Sumber Data ... 37

C. Definisi Operasional Variabel ... 38

D. Teknik Analisis Data ... 38

1. Uji asumsi klasik ... 39

2. Uji Statistik ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Gambaran Ekonomi Kabupaten Malang ... 44

1. Aspek Geografis ... 44

2. Aspek Demografi ... 45

3. Mata Pencaharian Penduduk di Kabupaten ... 45

4. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang ... 46

B. Gambaran Perusahaan Rokok di Malang ... 47

C. Gambaran Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi ... 48

D. Gambaran Data Hasil Penelitian………. 52

E. Hasil Analisis Regresi ... 54

1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 54


(10)

commit to user

x

3. Interpretasi Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Rekomendasi ... 62 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 . Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektor PDRB Tahun

2006 ... – 2010 ... 2 1.2. Perkembangan Ketenagakerjaan Kabupaten Malang

Tahun 2007 – 2009 ... 4

1.3. Jumlah Perusahaan Rokok Yang Aktif di Wilayah Malang dan

Kota Batu Tahun 2010 ...

... ...

6

1.4. ...

Alokasi Dana Bagi Hasil cukai Tembakau Kota Malang Tahun 2008– 2010 ... 7 4.1. ... Perke

mbangan Kependudukan Tahun 2006 – 2010 ... 45 4.2. ... Mata

Pencaharian Penduduk Tahun 2007 – 2010 ... 46 4.3. ...

Perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita, Pertumbuhan Ekonomi dan

Inflasi Tahun 2006-2010 ... 47

4.4. Nama Perusahaan Rokok dan Jumlah Tenaga Kerja

di Kabupaten Malang Tahun 2011……… 48 4.5. Data Sekunder Pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi


(12)

commit to user

xii

Malang Tahun 1997 – 2011……… 53 4.6. ... Hasil

Regresi ... . 54

4.7. Uji Normalitas Variabel Penelitian………...

55

4.8. ... Uji Multikolinieritas ... . 56


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1. ...

Fungsi Permintaan Tenaga Kerja ... 19 2.2. ...

Kerangka Pemikiran ... 35 4.10. ... Uji


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Penelitian 2. Data Untuk Regresi 3. Regresi

4. Normal Parametric Tests 5. T – Table Statistics

6. F – Table Statistics, α = 0.05 7. Tabel Durbin – Watson, α = 0.05


(15)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam usaha percepatan pembangunan ekonomi, perusahaan merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh Pemerintah. Strategi perusahaan yang banyak mengandalkan akumulasi modal dan teknologi tinggi telah menimbulkan polarisasi dan dualisme dalam proses pembangunan. Fakta menunjukkan bahwa sektor usaha yang modern hidup berdampingan dengan sektor pertanian yang tradisionil dan kurang produktif. Perusahaan memiliki peran strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produksi fisik masyarakat melalui perluasan lapangan usaha dan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan serta menghemat devisa, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat serta mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Pengembangan perusahaan akan membantu mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan, mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada gilirannya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan (Kuncoro, 2007 ).

Kegiatan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor perusahaan yang perlu diperhatikan oleh seorang perencana wilayah adalah kemampuan untuk menganalisis potensi sektor usaha apa yang potensial di wilayahnya . Jika


(16)

commit to user

keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Dengan demikian akan dapat meningkatkan Output Regional dan efisiensi lokasi di daerah yang bersangkutan. Sejalan dengan hal tersebut, maka peran sektor perusahaan semakin penting. Keadaan tersebut juga berlaku di Kabupaten Malang. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan ekonomi sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) seperti terlihat dalam Tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektor PDRB Tahun 2006 – 2010 (Dalam Persen)

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 %

Pertumbuhan Ekonomi 5,74 6,09 5,76 5,25 5,97 5,71

Primer :

1. Pertanian

2. Pertambangan & Penggalian

4,29 7,81 4,28 7,89 4,29 6,55 4,81 7,08 4,9 7 4,4 7,3 Sekunder :

3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 8,37 5,32 9,14 9,54 3,85 10,49 8,47 6,30 10,93 6,41 4,81 10,68 6,5 5,0 10,7 8,2 5,1 10,3 Tersier :

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa – jasa

6,54 4,87 6,12 3,97 7,06 5,37 5,14 4,07 5,95 4,23 5,79 4,59 4,72 3,66 5,46 5,05 6,5 4,2 6 5,0 6,1 4,5 5,6 4,4 Sumber : Bappeda Kabupaten Malang dalam Angka 2010 (diolah)

Dari Tabel 1.1 diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan trend positif dalam 5 tahun terakhir, walaupun masih lamban. Hal ini disebabkan karena kontribusi sektor yang dominan di Kabupaten Malang adalah sektor primer yang pada umumnya menghasilkan nilai tambah yang sedikit. Oleh karena itu, kontribusi ekonomi diharapkan bergeser pada sektor perusahaan. Pertumbuhan ekonomi sektoral secara lengkap dapat dilihat pada


(17)

commit to user

Tabel 1.1, dimana sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dibanding pertumbuhan Kabupaten Malang secara rerata adalah sektor bangunan sebesar 10,3 %, industri pengolahan 8,2 %, pertambangan dan penggalian 7,3 %, disusul hotel dan restoran. Sedangkan sektor jasa perusahaan 5,6 %.

Di lain pihak pemerintah ingin mengoptimalkan peranan perusahaan dalam memberikan kontribusi terhadap permintaan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja di sektor perusahaan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal dari tiap – tiap unit usahanya. Secara eksternal dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Sedangkan secara internal dipengaruhi oleh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal (teknologi), biaya bahan baku, nilai produksi, dan pengeluaran non upah tenaga kerja (Simanjuntak,1985:13).

Kondisi ketenagakerjaan dicerminkan dari jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Malang pada Tahun 2007 sejumlah 1.443.799 orang, pada Tahun 2009 menjadi 1.495.743 orang dengan peningkatan rata-rata per tahun sebesar 1,8 %, demikian juga dengan jumlah angkatan kerja sejumlah 1.043.373 pada Tahun 2007 menjadi 1.347.500 orang dengan peningkatan rata-rata per tahun sebesar 14,58 %. Sementara itu jumlah angkatan kerja tertampung disektor formal pada Tahun 2007 sebanyak 6.735 orang, pada Tahun 2009 tertampung 4.358. Jumlah pencari kerja yang terdaftar Tahun 2007 sebanyak 45.110 orang, sedangkan pada Tahun 2009 sebesar 47.263 orang. Secara lengkap kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Malang dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini :


(18)

commit to user

Tabel 1.2

Perkembangan Ketenagakerjaan Kabupaten Malang Tahun 2007 – 2009

Uraian Satuan 2007 2008 2009

Penduduk Usia Kerja Orang 1.443.799 1.487.523 1.495.743

Angkatan Kerja Orang 1.043.373 1.210.549 1.347.500

Angkatan Kerja Tertampung Orang 3.654 6.157 4.358

Pencari Kerja Orang 45.110 47.543 47.263

Jumlah Pengiriman TKI Orang 4.529 5.584 2.008

Remitansi Rp 107,8 M 95 M 84,1 M

Kebutuhan Fisik Minimum Rp 769.000 813.000 975.000

UMK Rp 743.250 802.000 954.500

Tingkat Pengangguran terbuka % 7,85 6,44 6,4

Sumber : Bappekab Malang, 2010 ( data diolah)

Pada Tahun 2007 tercatat pemberangkatan TKI sebanyak 4.529 orang , Tahun 2008 naik menjadi 5.584 orang dan Tahun 2009 turun menjadi 2.008 orang. Kebutuhan fisik minimum dari Tahun 2007 sebesar Rp 769.000,- naik di Tahun 2008 menjadi Rp 813.000,- dan Tahun 2009 naik lagi menjadi Rp 975.000,-, disisi yang lain Upah Minimum Kabupaten juga cenderung meningkat pada Tahun 2007 sebesar Rp 743.000,-, Tahun 2008 naik menjadi Rp 802.000,- dan Tahun 2009 naik lagi menjadi Rp 954.500,-. Menjadi sedikit lebih tinggi dari kebutuhan fisik minimum, dengan demikian daya beli masyarakat terhadap produk perusahaan diharapkan meningkat.

Data dari Badan Pusat Statistik Malang menunjukkan bahwa pada tahun 1997 jumlah perusahaan rokok sebanyak 226 perusahaan, tahun 1999 naik menjadi 247 perusahaan, dan tahun 2002 turun menjadi 244 perusahaan. Pertumbuhan jumlah perusahaan rokok memicu permintaan akan tenaga kerja . Dari sektor penyerapan tenaga kerja, pada kurun waktu 1997 - 2002 jumlah pekerja yang bergerak dalam


(19)

commit to user

perusahaan ini menunjukkan peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan pekerja perusahaan rokok sebesar 4,08% per tahun . Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 1997 sebanyak 181,3 ribu orang, meningkat pada tahun 1998 sebesar 8,56% (Wahuyudi, 2010).

Mempertimbangkan kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 1998 yang buruk, hal ini membuktikan bahwa perusahaan rokok mampu bertahan atau dengan kata lain tidak terpengaruh oleh krisis moneter. Namun, bila kebijakan peningkatan cukai rokok ini tidak dipikirkan secara matang, perusahaan rokok kemungkinan besar akan mengalami bangkrut. Salah satu contohnya adalah di daerah Malang pada tahun 2011, Kantor Pelayanan Pajak Bea Cukai Tipe Madya Cukai Malang mencatat bahwa terdapat 45 perusahaan rokok mengalami gulung tikar karena kenaikan tarif cukai. Dari yang semula berjumlah 224 perusahaan, kini menjadi 179 perusahaan (Anonim, 2011).

Kebangkrutan perusahaan rokok menyebabkan seluruh tenaga kerjanya berpotensi untuk menjadi pengangguran. Selain itu, ada ancaman lain yang berpotensi menyebabkan pengangguran, yaitu mekanisasi perusahaan rokok. Terutama untuk perusahaan rokok jenis sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM), dimana permintaan untuk dua produk rokok jenis ini lebih tinggi dari jenis lain, sehingga perusahaan berinovasi untuk memakai mesin

terotomasi dalam aktivitas produksinya (Tjahjaprijadi & Indarto, 2003). Berdasarkan Penyuluhan dan Layanan Informasi (PLI) KPPBC Malang, data

yang dimiliki KPPBC Malang perawal maret 2009, ada 157 perusahaan yang dicabut izin usahanya dan 56 perusahaan rokok dibekukan. Data terakhir, jumlah


(20)

commit to user

perusahaan rokok tahun 2009 di kota Malang dan wilayah kabupaten malang terdapat 347 perusahaan skala besar sampai skala kecil (Anam,2011).

Perusahaan rokok merupakan perusahaan yang banyak terdapat di Kota Malang, mulai perusahaan kecil hingga besar. Menurut data dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Kota Malang secara rerata sebesar 27,09 %, Kabupaten Malang sebesar 69,95 % dan Kota Batu sebesar 2,96 %. Tabel 1.3 di bawah ini menunjukkan banyaknya perusahaan rokok yang masih terdaftar di KPPBC untuk daerah Malang Raya.

Tabel 1.3

Jumlah Perusahaan Rokok yang Aktif di Wilayah Malang dan Kota Batu

Tahun 2010

NO Wilayah Jumlah Perusahaan Persentase (%)

1. Kota Malang 55 27,09

2. Kabupaten Malang 142 69,95

3. Kota Batu 6 2,96

Total 203 100

Sumber : KPPBC Madya Malang, 2010

Perusahaan rokok di Kota Malang terbagi menjadi tiga golongan yaitu golongan I (Perusahaan besar) yang jumlah produksinya 2 Miliar batang per tahun, golongan II (Perusahaan Menengah) yang jumlah produksinya di bawah 2 Miliar batang per tahun dan golongan III (Perusahaan Kecil) yang memproduksi kurang dari 500 juta batang per tahun. Perusahaan rokok yang berada diwilayah Kota Malang sebagian besar merupakan perusahaan perseorangan. Pada umumnya pemilik mendirikan sendiri perusahaan tersebut dan sebagian lagi meneruskan dari usaha keluarga sebelumnya.


(21)

commit to user

Data jumlah Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT) yang dialokasikan untuk Kota Malang dari tahun 2008 sampai 2010. Dana alokasi tersebut meningkat pesat dari tahun 2008 yang hanya berkisar 4 miliar rupiah meningkat menjadi 17 miliar pada tahun 2009 dan 18 miliar pada 2010. Peningkatan yang cukup signifikan tersebut menunjukkan bahwa semakin besarnya kontribusi yang dihasilkan dari perusahaan rokok di Kota Malang.

Tabel 1.4 di bawah ini menunjukkan besarnya alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT) Kota Malang dari tahun 2008-2010 (Anonim,2011).

Tabel 1.4

Alokasi Dana Bagi Hasil cukai Tembakau Kota Malang Tahun 2008 - 2010

No Tahun Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (Rp)

1. 2008 4.050.158.500

2. 2009 17.628.730.000

3. 2010 18.082.709.381

Sumber : Keputusan Mentri Keuangan, 2010

Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi yang berada di Kabupaten Malang adalah salah satu perusahaan yang memproduksi dengan teknologi padat karya. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan Rokok Sejahtera Abadi tidak lepas dari faktor-faktor pendukung dalam proses produksi yang berupa tenaga kerja yang dipekerjakan, maka penelitian ini terfokus pada penyerapan tenaga kerja dengan judul : “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Perusahaan Rokok


(22)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh Upah, Produktivitas Tenaga Kerja, Modal dan Pengeluaran non Upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Kabupaten Malang?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1 . Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui besarnya pengaruh upah,

produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Kabupaten Malang.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan – kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada para pengambil kebijakan dalam merumuskan langkah – langkah dan strategi – strategi untuk pengembangan lebih lanjut lagi pada perusahaan Rokok Sejahtera Abadi. b. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak lain yang


(23)

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Perusahaan

Perusahaan adalah institusi atau lembaga yang menggunakan atau memanfaatkan dan mengorganisasi faktor – faktor produksi untuk menghasilkan dan menjual barang – barang dan jasa – jasa. Perusahaan ada / diadakan karena memanfaatkan faktor kelangkaan. Meskipun sumber daya alam menyediakan semua kebutuhan yang bermanfaat dan berguna untuk manusia akan tetapi sumber daya itu tersedia dalam bentuk yang terpisah satu sama lain. Untuk menyatukannya menjadi barang yang bisa dimanfaatkan maka harus dirangkai. Perusahaan bisa saja berfungsi sebagai penghasil barang dan jasa atau juga berfungsi sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Jadi pada intinya perusahaan memiliki beberapa fungsi utama yaitu :

a. Memproduksi macam dan sejumlah barang dan atau jasa.

b. Sebagai perantara bahan baku bagi individu maupun perusahaan lainnya baik untuk digunakan langsung atau sebagai bahan dasar setengah jadi.

c. Hubungan yang saling memanfaatkan dan menguntungkan antara

perusahaan dengan pemiliknya.

d. Sebagai lembaga yang memanfaatkan dan memberikan kompensasi


(24)

commit to user

Suatu perusahaan dibentuk dengan memperhatikan pertimbangan ekonomi dan administratif yaitu :

a. Relatif mudah mendapatkan kepercayaan karena dikerjakan secara

bersama – sama sehingga memberikan keyakinan bagi calon pemanfaat dana yang akan dimanfaatkannya.

b. Relatif mudah mengelolahnya karena perusahaan berisikan orang – orang

terampil dan terlatih dibidangnya.

c. Biaya – biaya transaksi akan bisa ditekan karena dikerjakan secara fokus dan dalam jumlah yang banyak.

d. Bisa menghasilkan kondisi di mana terjadi skala ekonomis dalam produksi yaitu suatu kondisi di mana produksi mengeluarkan biaya yang relatif sangat rendah dengan hasil yang relatif sangat tinggi.

e. Perusahaan biasanya berintikan orang – orang yang dapat memproduksi barang secara lebih ekonomis.

Pada kenyataannya organisasi atau lembaga yang digolongkan sebagai perusahaan terdiri dari 3 macam yaitu ( Putong, 2007 : 180) :

a. Perusahaan perorangan (Proprietornsip) b. Kerjasama usaha – Persekutuan (Partnerships) c. Perseroan (Companies)

Tujuan utama perusahaan adalah untuk memanfaatkan sumber daya guna mendapatkan manfaat (Benefit) darinya. Dalam pengertian komersial manfaat bisa berupa manfaat negatif yang sering diistilahkan rugi (loss) atau manfaat positif yang disebut sebagai untung (profit). Dalam ilmu ekonomi istilah untung dan rugi


(25)

commit to user

merujuk hanya pada dua “kutub” besar dalam bisnis yaitu kutub biaya (TC) dan kutub penerimaan (TR). Dalam hal ini bila TC > TR maka perusahaan rugi, bila TC < TR maka perusahaan untung, bila TC = TR maka perusahaan tidak mendapatkan keuntungan tapi juga tidak mengalami kerugian (BEP).

Secara umum perusahaan (business) adalah suatu organisasi di mana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan secara umum ialah untuk memperoleh laba. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut. Terdapat tiga jenis perusahaan yang beroperasi untuk menghasilkan laba yaitu : a) Perusahaan Manufaktur (Manufacturing) yang mengubah input dasar menjadi produk yang dijual kepada masing-masing pelanggan. b) Perusahaan Dagang (Merchandising) menjual produk kepada pelanggan tanpa mengubah bentuk barang dan jasanya. c) Perusahaan Jasa (Service) yang menghasilkan jasa untuk pelanggan (Anonim,2012).

2. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan sumber daya manusia untuk melaksanakan

pekerjaan. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua

arti. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha


(26)

commit to user

kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. SDM mengandung (Sudarsono, 1983) :

a. Aspek kuantitas dalam arti jumlah penduduk yang mampu bekerja

b. Aspek kualitas dalam arti jasa kerja yang tersedia dan diberikan untuk

produk

Secara garis besar, tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tenaga kerja rohaniah atau tenaga kerja pikir dan tenaga kerja jasmaniah atau tenaga kerja fisik. Tenaga kerja rohaniah lebih banyak menggunakan kekuatan pikir dalam proses produksi. Tenaga kerja ini memerlukan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang cukup luas dalam menangani usaha-usaha produksi. Tenaga kerja ini dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu (Purwo, 2000: 45) :

a. Managerial skill

Tenaga kerja yang mampu dan cakap memimpin organisasi, perusahaan - perusahaan besar.

b. Tehnological skill

Tenaga kerja yang mampu dan cakap dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.

c. Organization skill

Tenaga kerja yang mampu dan cakap mengatur berbagai usaha dalam


(27)

commit to user

Tenaga kerja jasmaniah merupakan tenaga kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan fisik yang berupa keterampilan fisik dalam melaksanakan produksi. Tenaga kerja ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (Purwo, 2000: 45) : a.Tenaga kerja terdidik (skilled labour)

Tenaga kerja yang memerlukan pendidikan khusus, seperti operator, perawat, asisten apoteker, pilot, dan lain-lain

b.Tenaga kerja terlatih (trained labour)

Tenaga kerja yang memerlukan pengalaman latihan, seperti montir, masinis, juru ketik, dan lain-lain.

c.Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled labour)

Tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan maupun latihan, seperti pesuruh, kuli pasar, kuli bangunan, dan lain-lain.

Di dalam masyarakat terdapat diferensiasi pekerjaan dari yang paling sederhana sampai pada pekerjaan yang paling kompleks. Jenis pekerjaan dilihat dari perbedaan persyaratan jenis dan tingkat pengetahuan, keterampilan, kemahiran dan keahlian, termasuk juga tanggung jawab yang dituntut adalah sebagai berikut (Nawawi, 1990: 82) :

a. Pekerja kasar

Pekerjaan yang dapat dilakukan hampir semua orang tanpa memerlukan pendidikan dan latihan khusus.

b. Pekerja teknis / terampil


(28)

commit to user

Pekerja yang memerlukan pendidikan dan latihan tekhnis sederhana,

sehingga orang-orang dengan pendidikan terendah dapat

mengerjakannya apabila diberi latihan sedikit. 2) Pekerja teknis tingkat menengah

Pekerja yang memerlukan pendidikan dan latihan tingkat menengah, karena memerlukan keterampilan tekhnis yang relatif tinggi atau tingkat menengah. Pekerjaan itu pada umumnya harus dilaksanakan oleh orang – orang yang mendapat pendidikan atau kejuruan tingkat menengah .

c. Pekerjaan profesional

Pekerjaan profesional adalah jenis pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, kemahiran, dan keahlian khusus. Pekerjaan professional dibedakan menjadi:

1) Pekerjaan profesional tingkat menengah 2) Pekerjaan profesional tingkat tinggi

d. Pekerjaan profesionalisme yang bersifat spesialisasi

Pada tingkatan ini didalam melaksanakan pekerjaan seseorang dituntut untuk berkemampuan tinggi dan memikul tanggung jawab atas ketepatan perwujudannya sesuai dengan tuntutan didalam volume dan beban kerjanya yang semakin kompleks dan mengkhusus.

3. Permintaan Tenaga Kerja

Apabila seorang pengusaha meminta suatu faktor produksi, maka hal itu dilakukannya bukan untuk memperoleh kepuasan langsung yang diharapkannya


(29)

commit to user

dari faktor produksi tersebut. Pengusaha tersebut menginginkan faktor-faktor produksi karena harapan akan hasil yang diperolehnya, misalkan permintaan pengusaha akan tenaga kerja (Winardi 1988).

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada pembeli tersebut. Akan tetapi pengusaha mempekerjakan seseorang karena membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Dengan kata lain, tergantung dari pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand (Simanjuntak, 1985).

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah sebagai berikut :

a. Perubahan Tingkat Upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

1) Naiknya tingkat upah akan menaikan biaya produksi perusahaan, selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit yang diproduksi . Biasanya para konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang yaitu dengan mengurangi konsumsi atau


(30)

commit to user

bahkan tidak membeli sama sekali. Akibatnya banyak hasil produksi yang tidak terjual dan terpaksa produsen mengurangi jumlah produksinya. Turunnya target produksi akan mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan karena turunnya pengaruh skala produksi yang disebut dengan efek skala produksi atau Scale Efect Product.

2) Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha akan lebih suka dengan menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal sepeti mesin dan lain-lain. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin ini disebut efek subsitusi atau substitution effect

(Sumarsono, 2003).

b. Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja

1) Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila permintaan akan hasil produksi

perusahaan meningkat,produsen cenderung untuk menambah

kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya.

2) Apabila harga barang-barang modal turun, maka biaya produksi turun dan tentunya mengakibatkan pula harga jual per unit barang akan turun. Pada keadaan ini produsen cenderung akan meningkatkan


(31)

commit to user

produksinya barangnya karena permintaan bertambah besar. Disamping itu permintaan tenaga kerja akan bertambah besar karena peningkatan kegiatan produksi. Efek selanjutnya akan terjadi apabila harga barang-barang modal turun adalah efek subsitusi. Keadaan ini dapat terjadi karena produsen cenderung untuk menambah jumlah barang-barang modal (mesin) sehingga terjadi kapital intensif dalam proses produksi. Jadi secara relatif penggunaan tenaga kerja berkurang. Apabila seorang pengusaha meminta suatu faktor produksi maka hal itu dilakukan bukan untuk memperoleh kepuasan langsung yang diharapkannya dari faktor produksi tersebut. Ia menginginkan faktor-faktor produksi karena harapan akan hasil daripadanya, misalkan permintaan pengusaha akan tenaga kerja (Winardi,1995).

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang atau jasa. Konsumen membeli barang yaitu karena memberi nikmat (utility) kepada pembeli tersebut. Akan tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand. Dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari apa yang telah dilakukannya, yaitu berwujud upah. Permintaan tenaga kerja dapat diartikan


(32)

commit to user

sebagai jumlah tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah (Simanjuntak, 2001).

4. Fungsi Permintaan Perusahaan Akan Tenaga Kerja

Perusahaan dalam melakukan proses produksi disebabkan oleh satu alasan, yaitu karena adanya permintaan akan output yang dihasilkarmya. Jadi permintaan akan input akan timbul karena adanya permintaan akan output. Inilah sebabnya mengapa permintaan input tersebut oleh ahli ekonomi Alfred Marshall sebagai

derived demand atau permintaan turunan. Permintaan akan output sendiri

dianggap sebagai "permintaan asli" karena timbul langsung dari adanya kebutuhan manusia (Boediono, 1982:89). Dari teori perilaku produsen diketahui bahwa posisi keuntungan maksimum (posisi keseimbangan) produsen tercapai apabila memenuhi syarat:

MR = MC ...(2.1) Dalam hal ini MR merupakan nilai rupiah produksi marginal yang diperoleh dari mengalikan harga produk yang berlaku dengan produksi marginal. Sehingga dapat dibuat persamaan sebagai berikut ( Simanjuntak, 2001) :

VMP = P.MPTK ...(2.2) Jumlah nilai VMP menggambarkan tambahan pendapatan yang diterima oleh pengusaha bila menambah penggunaan tenaga kerja satu unit lagi.

Bila perusahaan menggunakan garis wage rate sebagai dasar maka tambahan biaya yang harus dibayar perusahaan adalah sama dengan tingkat upah (W) berfungsi sebagai MC adalah W, sehingga posisi optimal adalah :


(33)

commit to user

VMP = W ... (2.3) Jadi dalam rangka menambah keuntungan, pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan tenaga kerja selama MR lebih besar dari pada W, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :

Upah VMPTK

W1 Laba Maksimum

W

W2 D

D = MPTK x P 0 A N B Kuantitas

Tenaga Kerja Gambar 2.1

Fungsi Permintaan Tenaga Kerja

Keterangan :

Dari gambar di atas, garis DD menggambarkan nilai hasil marjinal tenaga kerja (VMPTK) untuk setiap kuantitas tenaga kerja. Bila misalnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sebanyak OA (orang), maka nilai hasil kerja orang dinamakan VMPTK nya dan besarnya sama dengan MPTK x P = W1. Nilai ini lebih besar dari tingkat upah yang sedang berlaku (W). Oleh sebab itu, laba pengusaha akan bertambah dengan menambah tenaga kerja baru.

Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan tenaga kerja hingga ON. Di titik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPTK x P sama dengan upah yang dibayarkan pada karyawan. Dengan kata lain,


(34)

commit to user

pengusaha mencapai laba maksimum bila MPTK x P = W . Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari pada ON, misalnya OB maka akan mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah pada tingkat yang berlaku (W), padahal hasil nilai marginal yang diperolehnya sebesar W2 yang lebih kecil

dari pada W. Jadi pengusaha cenderung untuk menghindari jumlah tenaga kerja yang lebih besar dari pada ON. Penambahan tenaga kerja yang lebih besar dari ON dapat dilaksanakan hanya bila pengusaha yang bersangkutan dapat membayar upah dibawah W atau pengusaha dapat menaikkan harga barang. Laba maksimal dapat diperoleh dengan melalui empat persamaan berikut (Simanjuntak, 2001) :

a. MPR = (MPL).(MR) b. MPR = (MPL).P c. P. (MPL) = W d. MPL =

Keterangan :

MPL = Marginal Product Labour

MR = Marginal Revenue

P = Price


(35)

commit to user

5. Pengertian Produksi

Istilah “produksi” secara umum diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen oleh komoditi itu. Produksi adalah transformasi atau perubahan menjadi barang produk atau proses dimana input diubah menjadi output. Dalam suatu produksi diusahakan untuk mencapai efisiensi produksi, yaitu menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang paling rendah untuk mendapatkan hasil yang optimum. Dalam artian tersebut, produksi merupakan konsep yang lebih luas daripada pengolahan, karena pengolahan ini hanyalah sebagai bentuk khusus dari produksi (Meiners, 1994).

Dalam ilmu ekonomi, terdapat tiga masalah pokok berupa mencari jawaban atas pertanyaan :

a. Apa (what) yang akan diproduksi dan berapa jumlahnya.

b. Bagaimana (how) cara menghasilkan/memproduksi barang dan atau jasa tersebut.

c. Untuk siapa (for whom) barang dan atau jasa tersebut diproduksi. Perusahaan yang akan menghasilkan suatu produk menghadapi keterbatasan faktor produksi, sehingga perusahaan memilih alternatif terbaik yang akan digunakan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Cara perusahaan menghasilkan produk yang diinginkan tergambar dalam proses produksi. Setiap proses produksi memiliki elemen utama sistem


(36)

commit to user

produksi yaitu input, proses dan output. Input merupakan sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi, proses merupakan cara yang digunakan untuk menghasilkan produk dan output merupakan produk yang ingin dihasilkan.

Produksi adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum ( Putong, 2002).

6. Pengertian Penyerapan Tenaga Kerja Pada Perusahaan

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha. Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh upah,produktivitas tenaga kerja,modal dan pengeluaran non upah. Hubungan antara upah dengan jumlah tenaga kerja adalah negatif. Semakin meningkatnya upah tenaga kerja, maka jumlah tenaga kerja akan menurun. Hubungan antara Produktivitas tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja adalah positif karena semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka hasil produksi semakin tinggi. Menurunnya modal usaha akan menyebabkan tenaga kerja menurun sehingga hubungan antara modal dan tenaga kerja adalah negatif, dan hubungan antara pengeluaran non upah dengan tenaga kerja adalah negatif karena semakin tinggi pengeluaran non upah maka tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan rokok Sejahtera Abadi semakin menurun.


(37)

commit to user

Dalam penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Rejekiningsih, 2004).

Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Dalam dunia usaha tidaklah memungkinkan mempengaruhi kondisi tersebut, maka hanyalah pemerintah yang dapat menangani dan mempengaruhi faktor eksternal. Dengan melihat keadaan tersebut maka dalam mengembangkan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan faktor internal dari perusahaan yang meliputi upah tenaga kerja,

produktivitas tenaga kerja, modal, serta pengeluaran non upah. Adapun faktor

tersebut diuraikan sebagai berikut :

a. Upah

Di dalam teori ekonomi, upah diartikan sebagai pembayaran ke atas jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan di antara pembayaran kepada pegawai tetap dengan pembayaran ke atas jasa – jasa pekerja kasar dan tidak tetap ( Sukirno, 2002 : 354)

Kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah. Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap, berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain. Situasi ini mendorong pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan input-input lain yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang maksimum. Fungsi upah secara umum, terdiri dari (Kuncoro, 2001) :


(38)

commit to user

1) Untuk mengalokasikan secara efisien kerja manusia, menggunakan sumber daya tenaga manusia secara efisien, untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

2) Untuk mengalokasikan secara efisien sumber daya manusia

Sistem pengupahan (kompensasi) adalah menarik dan menggerakkan tenaga kerja ke arah produktif, mendorong tenaga kerja pekerjaan produktif ke pekerjaan yang lebih produktif.

3) Untuk menggunakan sumber tenaga manusia secara efisien

Pembayaran upah (kompensasi) yang relatif tinggi adalah mendorong manajemen memanfaatkan tenaga kerja secara ekonomis dan efisien. Dengan cara demikian pengusaha dapat memperoleh keuntungan dari pemakaian tenaga kerja. Tenaga kerja mendapat upah (kompensasi) sesuai dengan keperluan hidupnya.

4) Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi

Akibat alokasi pemakaian tenaga kerja secara efisien, sistem perupahan (kompensasi) diharapkan dapat merangsang, mempertahankan stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Sudarsono (2003), perubahan tingkat upah akan mempengaruhi

tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

1) Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Konsumen akan memberikan respon apabila terjadi kenaikan harga


(39)

commit to user

barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect. 2) Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak

berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut dengan efek substitusi tenaga kerja (substitution effect).

b. Produktivitas tenaga kerja

Produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran kemampuan pekerja dalam menghasilkan output. Hal ini karena produktivitas merupakan hasil yang diperoleh oleh suatu unit produksi dengan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dengan produktivitas kerja yang tinggi menunjukkan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja juga tinggi. Produktivitas mengandung pengertian filosofis-kualitatif dan kuantitatif-teknis operasional. Secara filosofis-kualitatif, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan (Ananta, 1993:21).


(40)

commit to user

Produktivitas dapat juga didefinisikan sebagai produksi yang diciptakan oleh seorang pekerja pada suatu waktu tertentu. Kenaikan produktivitas berarti pekerja itu dapat menghasilkan lebih banyak barang pada jangka waktu yang sama, atau suatu tingkat produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih singkat. Kenaikan produktivitas disebabkan oleh beberapa faktor, yang terpenting adalah kemajuan teknologi memproduksi, pertambahan kepandaian, ketrampilan tenaga kerja, dan perbaikan dalam organisasi perusahaan (Sukirno, 2002).

Untuk definisi kerja secara kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan per satuan waktu (Simanjuntak,1985:19). Produktivitas dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan antara hasil kerja yang telah dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan dalam waktu tertentu. Satuan ukurannya adalah angka yang menunjukkan ratio antara output dan input. Kenaikan produktivitas berarti pekerja dapat menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau suatu tingkat produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih singkat. Menurut Sudarsono (1988:28) produktivitas dapat diformulasikan sebagai berikut :

PRTK = ……….(2.4)

Keterangan : PRTK = Produktivitas tenaga kerja Q = Volume produksi

TK = Banyaknya tenaga kerja


(41)

commit to user

1) Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumber daya

yang lebih sedikit.

2) Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang.

3) Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama.

4) Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil.

c. Modal

Modal adalah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melakukan proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat – alat atau mesin produksi yang efisien. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing – masing berperan langsung dalam proses produksi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar produktivitas dan pendapatan. Modal terbagi dua yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menurut fungsi kerjanya dapat dibedakan menjadi modal kerja dan modal tetap. Sedangkan modal pasif dapat dibedakan antara modal sendiri dan modal asing atau modal badan usaha dan modal kreditur/uang. Modal kerja adalah biaya – biaya yang dikeluarkan untuk operasi perusahaan dalam satu periode (dalam jangka pendek) meliputi kas, persediaan barang, depresiasi bangunan dan depresiasi mesin ( Riyanto, 1997).


(42)

commit to user

Menurut Mubyarto (1986), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi lainnya digunakan untuk menghasilkan barang-barang baru, dalam hal ini adalah hasil produksi. Modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Modal tidak bergerak (modal tetap), merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu kali proses produksi. Modal tetap dapat berupa tanah, bangunan, dan mesin-mesin yang digunakan.

2) Modal bergerak (modal variabel), adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dipakai dalam satu kali proses produksi. Modal bergerak dapat berupa biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku atau bahan-bahan penunjang produksi.

Dalam rumusan yang sederhana, Mubyarto (1973) memberikan definisi modal adalah barang atau uang, yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru. Dalam artian yang lebih luas, menurut pandangan ekonomi non-Marxian, modal mengacu kepada asset yang dimiliki seseorang sebagai kekayaan yang tidak segera dikonsumsi melainkan, atau disimpan, atau dipakai untuk menghasilkan barang/jasa baru (investasi). Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang. Sejumlah uang menjadi modal apabila ditanam atau diinvestasikan untuk menjamin adanya suatu kembalian. Dalam arti ini modal juga mengacu kepada investasi itu sendiri yang berupa alat-alat finansial seperti deposito, stok barang, ataupun surat saham yang mencerminkan hak atas sarana produksi, atau dapat pula berupa sarana produksi


(43)

commit to user

fisik. Kembalian dapat berupa pembayaran bunga, ataupun klaim atas suatu keuntungan. Modal yang berupa barang, mencakup modal tetap dalam bentuk bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan distribusi, dan barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk memproduksi barang/jasa baru; dan modal berputar, dalam bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang berada dalam proses untuk diolah menjadi barang jadi. Ada penggunaan istilah modal untuk mengacu kepada arti yang lebih khusus, misalnya modal sosial dan modal/sumber daya manusia. Istilah yang pertama mengacu kepada jenis modal yang tersedia bagi kepentingan umum, seperti rumah sakit, gedung sekolahan, jalan raya dan sebagainya; sedangkan istilah yang kedua mengacu kepada faktor manusia produktif yang meliputi faktor kecakapan dan keterampilan manusia. Menyelenggarakan pendidikan misalnya, disebut sebagai suatu investasi dalam modal/sumber daya manusia.

d. Pengeluaran Non Upah

Pengeluaran non upah adalah seluruh pengeluaran untuk tenaga kerja diluar upah yang meliputi tunjangan sosial, tunjangan pajak maupun asuransi yang dibayar perusahaan per bulan. Pengeluaran untuk tenaga kerja non upah merupakan salah satu biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan (Anonim,2010).

Pendapatan Non Upah adalah sebagai berikut:

1) Fasilitas adalah kenikmatan dalam bentuk nyata/natura yang diberikan perusahaan oleh karena hal-hal yang bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, seperti fasilitas kendaraan (antar


(44)

commit to user

jemput pekerja atau lainnya), pemberian makan secara cuma - cuma, sarana ibadah, tempat penitipan bayi, koperasi, kantin dan lain-lain. 2) Bonus adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan pembayaran

yang diterima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas, besarnya pembagian bonus diatur berdasarkan kesepakatan.

3) Tunjangan Hari Raya (THR) dan Pembagian Keuntungan lainnya.

Komponen-komponen pendapatan tersebut sangat penting dipertegas oleh perusahaan mengingat akan menjadi pedoman untuk perhitungan hal-hal sebagai berikut (Sunaryo, 2011) :

1) Komponen Upah yang dipergunakan untuk Tunjangan Hari Raya adalah : Upah satu bulan ditambah tunjangan-tunjangan tetap.

2) Komponen Upah yang dipergunakan untuk Upah Lembur :

a) Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka dasar perhitungan upah lembur adalah 100 % dari upah.

b) Dalam hal upah terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap, apabila upah pokok tambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75 % keseluruhan upah, maka dasar perhitungan upah lembur 75 % dari keseluruhan upah.

3) Komponen Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan Upah Minimum: Upah pokok termasuk tunjangan tetap.


(45)

commit to user

4) Komponen Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima yang tertunda, terdiri atas : Upah pokok dan segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang dibagikan kepada pekerja/buruh dan keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu yang diberikan kepada pekerja/buruh secara cuma-cuma, yang apabila catu harus dibayar pekerja/buruh dengan subsidi, maka sebagai upah dianggap sebagai selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh pekerja/buruh. Selain itu, Perusahaan juga perlu memperhatikan penegasan antara tunjangan tetap dengan tunjangan tidak tetap serta pendapatan lain yang sebenarnya tidak termasuk dalam bentuk tunjangan.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irsan (1993), dalam studinya mengenai faktor –faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri pengolahan di Indonesia, dengan menggunakan analisis regresi linear berganda secara OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis menunjukkan variabel upah, modal dan nilai tambah berpengaruh negatif dengan signifikansi pada tingkat 1 persen, sementara untuk kemajuan teknologi berpengaruh negatif dengan signifikan pada tingkat 10 persen.

Penelitian yang dilakukan Ernaro (2001), mengenai Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Pengolahan secara Keseluruhan dan Khusus pada Industri Kecil Makanan dan Minuman di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan


(46)

commit to user

bahwa variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan dan minuman di Indonesia. Untuk variabel nilai tambah mempunyai pengaruh yang signifikan dan bersifat positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan dan minuman. Dari dua penelitian yang dilakukan oleh Irsan dan Ernaro menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja, modal, dan nilai tambah sama - sama berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Industri Pengolahan di Indonesia dan pada Industri kecil makanan dan minuman di Indonesia.

Kuncoro (2002) meneliti tentang upah sistem bagi hasil dan penyerapan tenaga kerja, dengan analisis regresi menggunakan model logaritma natural pada industri tembakau dan sepatu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor upah dan output. Nilai untuk variabel upah negatif maka pengaruhnya menunjukkan arah berlawanan. Pada industri rokok dan tembakau koefisien pada variabel upah adalah sebesar -0,85,pada industri alas kaki dan sepatu koefisien variabel upah sebesar - 0,54 yang berarti setiap 1 % kenaikan upah akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta masing – masing industri sebesar 0,85 dan 0,54. Dilihat dari angka absolutnya elastisitas substitusi pada industri tembakau tampak lebih besar dari pada industri sepatu. Hasil ini dapat dinaikkan apabila dipertimbangkan kenyataan industri produk tambahan bersifat padat karya . Elastisitas output terhadap kesempatan kerja untuk industri rokok dan tembakau serta industri alas kaki dan sepatu masing-masing 0,57 dan 0,68.


(47)

commit to user

Rejekiningsih (2004) meneliti tentang mengukur besarnya peranan industri kecil dalam perekonomian Jawa Tengah dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa jumlah unit usaha dan output industri kecil di Jawa Tengah periode 1991 – 1997 berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja adalah positif dan elastisitas yang berarti bertambahnya jumlah unit usaha akan menambah jumlah tenaga kerja yang terserap.

Zamrowi (2007),meneliti tentang analisis penyerapan tenaga kerja pada industry kecil mebel di Kota Semarang dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, pengeluaran non upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan modal berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyadi (2008), meneliti tentang faktor – faktor yang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi di Desa Sendang Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut :

1 . Pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja di industri kecil konveksi adalah tidak elastis , artinya jika ada kenaikan 1 persen upah akan ada penurunan sebesar 0,526 % tenaga kerja yang terserap pada industri kecil konveksi dengan asumsi faktor lainnya konstan . Dengan turunnya upah berarti ada tambahan kesempatan tenaga kerja, sehingga akan ada permintaan tenaga kerja baru yang meningkat.


(48)

commit to user

2. Pengaruh biaya bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja di industri kecil konveksi adalah tidak elastis, artinya jika ada kenaikan 1 % biaya bahan baku akan ada penurunan sebesar 0,729 % tenaga kerja yang terserap pada industri kecil konveksi dengan asumsi faktor lainnya konstan . Dengan turunnya biaya bahan baku berarti ada tambahan kesempatan tenaga kerja, sehingga akan ada permintaan tenaga kerja baru yang meningkat.

3. Nilai produksi elastis terhadap penyerapan tenaga kerja , artinya jika ada kenaikan 1 % nilai produksi akan ada kenaikan sebesar 0,548 % tenaga yang terserap di industri kecil konveksi dengan asumsi faktor lainnya konstan . Bertambahnya jumlah nilai produksi akan menambah jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri kecil konveksi .

C. Kerangka Pemikiran

Dari hasil penelitian terdahulu tersebut dengan obyek penelitian di industri kecil maka pada penelitian ini ditambahkan dua variabel lainnya yaitu variabel produktivitas tenaga kerja dan variabel pengeluaran non upah untuk menguji apakah tambahan variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan Rokok Sejahtera Abadi Malang.

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan beberapa penelitian dari peneliti terdahulu yang secara substansional mempunyai kesamaan baik dalam


(49)

commit to user

kajian teori maupun model analisis yang digunakan, maka untuk keperluan penelitian ini disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Malang

Penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok dipengaruhi oleh upah (lnX1), produktivitas tenaga kerja (lnX2), modal (lnX3) dan pengeluaran Non upah

(lnX4). Perubahan tingkat upah mempunyai pengaruh negatif maka pengaruhnya

menunjukkan arah berlawanan terhadap penyerapan tenaga kerja, semakin tinggi tingkat upah maka pihak perusahaan akan mengurangi jumlah permintaan tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja mempunyai pengaruh positif, dengan semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka perusahaan akan menambah jumlah tenaga kerja. Modal untuk pembelian mesin produksi yang efisien mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, dengan semakin meningkatnya modal pembelian mesin maka pihak perusahaan akan menurunkan permintaan tenaga kerja. Selain itu pengeluaran non upah mempunyai pengaruh negatif maka pengaruhnya menunjukkan arah berlawanan terhadap penyerapan tenaga kerja,

Upah (lnX1) ‾

Penyerapan Tenaga Kerja (lnY)

Modal (lnX3)

Pengeluaran Non Upah (lnX4) Produktivitas Tenaga Kerja (lnX2)+


(50)

commit to user

dengan semakin tinggi pengeluaran non upah maka pihak perusahaan akan mengurangi jumlah permintaan tenaga kerja.

D. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian serta kerangka pemikiran tersebut , maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

diduga upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.

1. Upah diduga berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok.

2. Produktifitas tenaga kerja diduga berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok.

3. Modal diduga berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok .

4. Pengeluaran non upah diduga berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok.


(51)

commit to user

37

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian

Berdasarkan jenis permasalahan yang diteliti, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kausal kuantitatif dan tipe penelitian adalah studi kasus dengan data time series mengenai penyerapan tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi Malang.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data time series

selama 15 tahun (1997 – 2011). Data yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja yang terserap, upah, produktivitas tenaga kerja, modal, dan pengeluaran non upah pada Perusahaan Rokok Sejahtera abadi Malang. Data lainnya yang dikumpulkan untuk mendukung dalam analisis penelitian ini meliputi : Perkembangan perusahaan,data jumlah unit usaha. Data diambil dari kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, Kantor Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, jurnal ilmiah, hasil penelitian dan laporan - laporan hasil penelitian terdahulu serta publikasi ilmiah lainnya yang ada kaitannya dengan permasalahan ini.


(52)

commit to user

C. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel penelitian didefinisi operasionalkan sebagai berikut :

1. Penyerapan Tenaga Kerja (lnY) adalah sejumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan oleh pengusaha rokok dalam memproduksi rokok per tahun selama 15 tahun dengan satuan orang.

2. Upah tenaga kerja (lnX1) adalah pembayaran ke tenaga kerja pada perusahaan

rokok per tahun selama 15 tahun dengan satuan rupiah.

3. Produktivitas tenaga kerja (lnX2) adalah jumlah rokok yang dapat dihasilkan

oleh satu orang tenaga kerja dengan satuan per pak per tahun selama 15 tahun. 4. Modal (lnX3) adalah dana yang digunakan dalam proses produksi saja, tidak

termasuk nilai tanah dan bangunan yang ditempati, atau lebih dikenal dengan modal pembelian mesin dan peralatan dengan satuan rupiah selama 15 tahun. 5. Pengeluaran non upah (lnX4) adalah seluruh pengeluaran untuk tenaga kerja

di luar upah yang meliputi tunjangan sosial, tunjangan pajak maupun asuransi yang dibayar perusahaan rokok Sejahtera Abadi per tahun selama 15 tahun dengan satuan rupiah.

D. Teknik Analisis Data

Alat yang digunakan untuk menganalisis pengaruh upah, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah terhadap jumlah tenaga kerja yang

terserap adalah Regresi berganda dengan model sebagai berikut

(Ghozali,2009:143) :


(53)

commit to user

Atau linier dapat dinyatakan sebagai berikut :

Ln = Lnβ0+ β1LnX1t+ β2LnX2t+ β3LnX3t+ β4LnX4t + ε………..(3.2)

Keterangan :

LnY = Jumlah tenaga kerja yang terserap di perusahaan rokok LnX1 = Upah tenaga kerja

LnX2 = Produktivitas tenaga kerja

LnX3 = Modal

LnX4 = Pengeluaran non upah

t = Waktu/Tahun

β0 = Intersep

β1, β2, β3,β4 = Koefisien regresi parsial

ε = Faktor pengganggu (disturbance error) Ln = Logaritma natural

1. Uji asumsi klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel bebas

(independent). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di

dalam model regresi dapat dilihat dari nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris. Bila R2 sangat tinggi maka antar variabel bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90). Selain nilai R2 dapat dilihat nilai toleransi dan nilai Varian Inflation Factor (VIF). Nilai toleransi mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat


(54)

commit to user

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (VIF = 1/toleransi). Apabila nilai VIF lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa model regresi terdapat indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2009).

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi OLS dalam bentuk varians gangguan yang dihasilkan oleh OLS tidak bernilai konstan. Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap maka disebut homoskadastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskadastisitas (Yuwono, 2005:121-123).

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi ialah adanya korelasi antara variabel itu sendiri,pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Pengujian untuk mengetahui masalah autokorelasi adalah dengan metode Durbin – Watson. Formulasi statistik Durbin – Watson adalah (Nachrowi, 2008:135) :


(55)

commit to user

dengan DW adalah statistik Durbin – Watson, dan adalah gangguan

estimasi dan t maupun t – 1 menyatakan observasi terakhir dan observasi sebelumnya.

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan Uji Durbin – Watson ( DW test ) yaitu membandingkan antara nilai DW statistik dengan nilai (Firdaus, 2011:161) :

1) Jika Ho tidak ada serial korelasi positif, maka jika d < dL : menolak Ho , d > dU : tidak menolak Ho, dan dL < d < dU : pengujian tidak meyakinkan.

2) Jika Ho tidak ada serial korelasi negatif, maka jika :

d > 4 - dL : menolak Ho

d < 4 – dL : tidak menolak Ho

4 – dU < d < 4 - dU : pengujian tidak meyakinkan.

3) Jika Ho adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif, maka jika :

d < dL : menolak Ho d > 4 - dL : menolak Ho

dU < d < 4 - dU : tidak menolak Ho

dL < d < dU : pengujian tidak meyakinkan.


(56)

commit to user

2. Uji Statistik

a. Uji F ( Uji Simultan )

Uji F (Uji Simultan), dengan maksud menguji apakah kesimultanan tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan,dengan tingkat keyakinan 95 % (α = 0,05). Menghitung dengan formulasi (Setiawan,2010:63) :

F = ………..………(3.4)

Keterangan :

R2 = Koefisien determinan

n = jumlah data

k = jumlah variabel independen termasuk konstanta.

Hipotesis yang digunakan untuk uji F, dirumuskan sebagai berikut : Ho : β1 > β2>β3 > β4 > 0 (tidak ada pengaruh ) dan Ha : β1 < β2< β3 <

β4< 0 (ada pengaruh dan signifikan),bila nilai < - , maka Ho

diterima dan bila nilai > - , maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel-variabel yang digunakan ada pengaruh secara simultan.

b. R2 ( Koefisien Determinasi )

Pengujian koefisien determinasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Nilai R2 mempunyai range antara 0 – 1. Jika nilai R2 mendekati 0 (nol) maka antara variabel bebas dan variabel terikat tidak ada


(57)

commit to user

keterkaitan, tetapi jika nilai R2 mendekati 1 maka antara variabel bebas dan variabel terikat ada keterkaitan (Firdaus,2011:131).

c. Uji t ( Uji Parsial )

Pengujian uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan satu variabel bebas secara signifikan individual dalam menerangkan variabel terikatnya dengan formulasi sebagai berikut (Ghozali,2009:17) :

…..……….….(3.5) Keterangan :

βi = Koefisien Regresi Se βi = Penyimpangan baku.

Alat ini untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis yang digunakan untuk uji t dirumuskan sebagai berikut :

Ho : β1 > β2 >β3 > β4 > 0 (tidak ada pengaruh ) dan Ha : β1 < β2< β3 <


(58)

commit to user

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Ekonomi Kabupaten Malang 1. Aspek Geografis

Kabupaten Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya yang secara geografis terletak pada posisi 112,060 - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan dengan mencakup wilayah seluas 11.006 Ha atau 110,06 Km2. Kabupaten Malang menduduki urutan kedua terluas setelah Kabupaten Banyuwangi dari 38 kabupaten/kota di Wilayah Propinsi Jawa Timur. Dari seluruh total luas tersebut, lebih dari 50 % merupakan lahan pertanian yang berupa sawah, tegalan dan perkebunan. Sedangkan pemanfaatan untuk pemukiman penduduk sekitar 13,68 % .

Kabupaten Malang dikelilingi oleh enam kabupaten dan Samudera Indonesia. Sebelah Utara-Timur, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Lumajang.

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Blitar.

Sebelah Barat-Utara, berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Mojokerto. Letak geografis ini menyebabkan Kabupaten Malang memiliki posisi yang cukup strategis.


(59)

commit to user

2.Aspek Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Malang sebanyak 2.419.889 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki – laki 1.230.461 jiwa (50,8 %) dan perempuan 1.189.428 jiwa (49,2 %). Tingkat pertumbuhan rata- rata 5 tahun terakhir 0,4 %, dan tingkat kepadatan sebesar 685 jiwa/km2. Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Malang 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1

Perkembangan Kependudukan Tahun 2006 – 2010

Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

Luas Wilayah Km2 3.535 3.535 3.535 3.535 3.535

Jumlah Penduduk Jiwa 2.419.822 2.401.624 2.413.779 2.419.887 2.443.609

Jumlah Laki – laki Jiwa 1.218.739 1.221.001 1.227.297 1.230.461 1.233.691

Jumlah Perempuan Jiwa 1.201.083 1.180.623 1.186.482 1.189.426 1.191.309

Pertumb Penduduk % 1,08 -0,75 0,57 0,25 0,21

Kepadatan Penduduk Jiwa/km2 688 679 683 685 686

Sumber : BPS Kabupaten Malang, 2010

Dari data di atas (Tabel 4.1) pertumbuhan dalam 5 tahun rata – rata sebesar 0,5 % namun sebagai konsekuensi daerah penyangga kota Malang dan kota Batu serta percepatan pembangunan lingkar kota Malang dan wilayah Malang Selatan dengan terbukanya jalan lintas selatan maka untuk 5 tahun kedepan diasumsikan pertumbuhan penduduk rata – rata 0,8 %.

3. Mata Pencaharian Penduduk di Kabupaten Malang

Mata pencaharian penduduk hampir 40 % didominasi sektor pertanian, 18,25 % di sektor industri, 11,07 % di sektor jasa perusahaan dan sisanya 31,80 % di sektor yang lain, secara rinci mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini :


(1)

commit to user

sebesar 3,478 (F- tabel : α=0,05, df1=4, df2=10) atau nilai signifikansi sebesar

0,000 lebih kecil dari 0,05.

b. Koefisien Determinasi (R2 )

Persentasi hubungan semua variabel independen terhadap variabel dependen ditunjukkan oleh besarnya Koefisien Determinasi ( R2) sebesar 0,968, hal ini menunjukkan variabel upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah hanya mampu menjelaskan variasi variabel penyerapan tenaga kerja sebesar 96,8 %, sedangkan sisanya 3,20 % dijelaskan oleh variasi variabel lain diluar model penelitian ini.

c. Uji t (Uji statistik secara parsial)

Upah tenaga kerja (lnX1) mempunyai nilai t-hitung sebesar -0,627 lebih

kecil dari t-tabel sebesar -1,796 atau nilai signifikansi sebesar 0,544 lebih besar dari 0,05, dengan demikian upah tenaga kerja tidak signifikan secara statistik terhadap penyerapan tenaga kerja (lnY). Produktivitas tenaga kerja (lnX2) mempunyai nilai t-hitung sebesar 4,707 lebih besar dari t-tabel sebesar

-1,976 atau nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05, dengan demikian produktivitas tenaga kerja signifikan secara statistik terhadap penyerapan tenaga kerja (lnY). Modal (lnX3) mempunyai nilai t-hitung

sebesar -0,215 lebih kecil dari –t-tabel sebesar -1,796 atau nilai signifikansi sebesar 0,834 lebih besar dari 0,05, dengan demikian modal tidak signifikan secara statistik terhadap penyerapan tenaga kerja (lnY). Pengeluaran non upah (lnX4) mempunyai nilai t-hitung sebesar -3,553 lebih besar dari t-tabel sebesar


(2)

commit to user

demikian pengeluaran non upah signifikan secara statistik terhadap penyerapan tenaga kerja (lnY). .

3. Interpretasi Hasil Penelitian

Pembahasan hasil analisis regresi secara parsial sebagai berikut :

a. Pengaruh upah tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja

Variabel upah tenaga kerja (lnX1) menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar

-0,182 dengan signifikansi 0,544 yang artinya tidak signifikan pada level 0,05. Koefisien regresi pada variabel upah tenaga kerja berpengaruh negatif dan nilai tersebut dapat diartikan bahwa jika upah tenaga kerja naik 1 % maka tidak ada penyerapan tenaga kerja dengan asumsi variabel lain konstan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kuncoro (2002) meneliti tentang upah sistem bagi hasil dan penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah upah tenaga kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.

b. Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja

Variabel produktivitas tenaga kerja (lnX2) secara statistik signifikan

berpengaruh terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (lnY) dan mempunyai hubungan positif. Hipotesis yang diajukan diterima. Besarnya koefisien regresi variabel produktivitas tenaga kerja sebesar 0,295 artinya produktivitas tenaga kerja naik sebesar 1 % maka penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 0,295% dengan asumsi variabel lain konstan. Implikasinya dalam penelitian ini adalah permintaan tenaga pada perusahaan rokok Sejahtera


(3)

commit to user

Abadi Malang ditambah karena produktivitas tenaga kerja meningkat. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zamrowi (2007),meneliti tentang analisis penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mebel di Kota Semarang dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.

c. Pengaruh modal terhadap penyerapan tenaga kerja

Variabel modal (lnX3) menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi sebesar -

0,025 dengan signifikansi 0,834 yang artinya tidak signifikan pada level 0,05. Koefisien regresi pada variabel modal menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh negatif dan nilai tersebut dapat diartikan bahwa jika modal naik 1 % maka tidak ada penyerapan tenaga kerja dengan asumsi variabel lain konstan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima. Penelitian ini tidak mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Irsan (1993), meneliti tentang faktor –faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri pengolahan di Indonesia dan Ernaro (2001), meneliti tentang analisis penyerapan tenaga kerja pada industri pengolahan secara keseluruhan dan khusus pada industri kecil makanan dan minuman di Indonesia dengan menggunakan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa modal berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

d. Pengaruh pengeluaran non upah terhadap penyerapan tenaga kerja

Variabel pengeluaran non upah tenaga kerja (lnX4) secara statistik signifikan


(4)

commit to user

signifikansi sebesar 0,005 dan mempunyai hubungan negatif. Hipotesis yang diajukan diterima. Besarnya koefisien regresi variabel pengeluaran non upah sebesar -0,791 artinya pengeluaran non upah naik dengan 1 % maka penyerapan tenaga kerja menurun sebesar 0,791% dengan asumsi variabel lain konstan. Implikasinya dalam penelitian ini adalah pengeluaran non upah tenaga kerja menurun, maka tenaga kerja pada perusahaan rokok Sejahtera Abadi Malang meningkat. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zamrowi (2007),meneliti tentang analisis penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mebel di Kota Semarang dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa pengeluaran non upah berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan :

1. Secara simultan variabel upah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah berpengaruh terhadap penyerapan

tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Malang.

2. Secara parsial variabel upah tenaga kerja dan modal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan pengeluaran non upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada Perusahaan Rokok Sejahtera Abadi di Malang.

B. Rekomendasi

1. Terkait dengan hasil penelitian bahwa dengan adanya kenaikan Upah tenaga kerja maka tidak ada penyerapan tenaga kerja, sehingga sebaiknya perusahaan rokok Sejahtera Abadi Malang mempertahankan upah tenaga kerja tersebut. Hal ini penting karena kenaikan upah dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan Produktivitas tenaga kerja sangat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja, untuk itu perusahaan harus


(6)

commit to user

mengoptimalkan kemampuan tenaga kerja sehingga mampu

menghasilkan keuntungan bagi perusahaan rokok Sejahtera Abadi Malang.

3. Supaya perusahaan dapat meningkatkan jumlah produksi, maka harus mengoptimalkan modal. Sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa modal yang digunakan meningkat maka tidak ada penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok Sejahtera Abadi Malang.

4. Pengeluaran non upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, sehingga turunnya pengeluaran non upah menyebabkan meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada perusahaan rokok Sejahtera Abadi. Untuk menghindari peningkatan pengeluaran non upah, maka perusahaan rokok Sejahtera Abadi perlu menerapkan pengeluaran non upah tahunan.