7 Karakteristik Yang Terdapat Pada 'Minarai'(見習い) Dalam Film 'Ramen Girl'.

(1)

序論

文化家 文化 いう言葉 複雑 意味 持

言葉 い い 意味 考え方 違う方向

通訳 文化 いう 人生 様相 包 込

え 考え方や人 性格 あ 文化 伝え方 い い 方法 あ

一 映画 あ

ラーメン いう映画 Abby いう ャラクター 学ぶ

見 習 い 言 う Abby 見 習 い 工 弟 子 呼 見習

い 漢 見 見 習う 意味 表 見習い ラ

ーメン く べ 美術 包 込 あ え

彫 術や書道

John Calhoun Singleton Learning in Likely Places: Varieties of

Apprenticeship in Japan 中 Gary DeCoker 見習い い 七 ポイ

ント 書い い ポイント 見習い 鍛え 日本人 性格 包 込

七 ポイント copying the model discipline master

– desciple relations secrets, stage, and the hierarchy of study

established lineage non-verbal communication art as a

spiritual quest あ ポイント 使い出 著作者 日本文化


(2)

本論

序論 述べ 見習う 意味 見 習う いう意味

持 調べ 見習う 意味 見 習う く

意味 あ う あ 見習い 中 力量 く 魂 意

味 あ 先生 譲 受 あ く育 行

私 才能 く 性格 態度 育 行

弟子 生活 簡単 い 思う 誰 弟子

わ い John Singleton 言 絶対服従 訓育 強く求

辛抱 根気 最大 引 伸 い ラーメ

ン ー い う 映 画 出 見 習 い 七 ポ イ ン ト 記 述 べ

1. Copying the Model

見習い 初期段階 技 繰 返 押 出 初期段階 技

先生 例 挙 弟子 見 わ 弟子 似 映画 中

Abby 認 自 感知 思い ラーメン

作 あ

2. Discipline

見習 言う 弟子 力量 く 心境 訓練 練習

あ 先生 く厳 く 先生 弟子 心境 育 行 う

風 や皮肉 く付 ポイント Abby 初日 十五 遅

ーン 見

3. Master – Desciple Relations

日本 人間関係 段階 く見え 言葉 使い方や態度 人

違う 日本語 中 関係 あ あ 関係

言葉 使い方 く 目 人 向 態度 考え

い ポイント 描写 Abby Maezumi先生 許可 貰わ


(3)

4. Secrets, Stage, and the Hierarchy of Study

ポイント 要訣 日本 教え方 段階 テー あ ポ

イント Maezumi先生 Abby ラーメン 作 練習 え い

い Abby Maezumi 先生 怒 い ーン 見え

5. Established Lineage

ポイント 美術 流 歴史 大 伝え ポイン

ト 描写 Maezumi 先生 母 来 Abby 教え あ

6. Non-verbal Communication

ポイント 日本人 先生 弟子 全 授業 体要 教え

い習慣 伝え 先生 指導 い く 弟子 個

人的 先生 例 見 自 学 い ポイント Maezumi 先

生 Abby ラーメン 味わう ーン 見 Maezumi先生 Abby

作 ラーメン 満足 く 言

わ ラー

メン 捨

7 Art as a Spiritual Quest

ポイント 大事 弟子 自然 考え わ 正 く

や Abby 泣 ラーメン ープ 作 Maezumi 先生

Abby 作 ラーメン 味わう 考え 涙 流


(4)

結論

前 析 見 ,Gary DeCoker 理 論 見 習 い 七 ポ イ ン

ト 本当 ラーメン ー 映画 見え 思い知 う

日本 先生 映画 う 躾

前 析 元 Abby 七 ポイント い い

く 出来 い 彼女 いい弟子 言え い 七

ポ イ ン ト 見 習 い 生 く い い 弟 子 活 用 倫 理 規

定 思わ

Gary DeCoker 析 在 役目 知 次 問題 出

見習い 方便 練成 あ ? 見習い 日本

人 生活 ほ 機能 あ ? 問題 答え Abby 成長 見え

映画 Maezumi 先生 峭 暴虐 人 写 矯激

く 日本 先生 躾 違わ い え

Bill Haase 経験 日本 先生 皮肉 使 弟子 く

う チャ ン 訓育 いう言葉 需要 続 い

映画 Abby 心 進境 見え 大人 最初

付 弟 子 く 当 然 目 的 く 生 い 駄 々 子

Abby 強気 付 人 変わ Abby 数十年

生活 あい 違 彼女 時間 生活 秩序立

当然 目的 思い込

見 習 い ア ー ト 練習 く 結 論

練習 私 手並 く 心緒 あ 弟子

私 弟 子 う わ い Bill

Haase 言 方便 使 私 心緒 成長

Abby う 私 大人 意志的 当然


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penulisan ... 7

1.4 Pendekatan ... 7

1.5 Organisasi Penulisan ... 9

BAB II MINARAI 2.1 Pengertian Minarai ... 11

2.2 Tujuh Karakteristik Dalam Minarai ... 15

2.2.1 Meniru Model sang Guru ... 15

2.2.2 Kedisiplinan ... 17

2.2.3 Hubungan Guru dan Muridnya ... 18

2.2.4 Rahasia, Tahap-tahap, dan Hierarki Pembelajaran ... 20

2.2.5 Kemapanan Silsilah ... 22

2.2.6 Komunikasi Non-verbal ... 24

2.2.7 Seni Sebagai Panggilan Jiwa ... 26

BAB III ANALISIS 7 KARAKTERISTIK DALAM FILM RAMEN GIRL 3.1 Pelajaran Pertama: Kesabaran dan Kesiapan Mental ... 28

3.2 Pelajaran Kedua: Lihat dan Pelajari ... 40

3.3 Pelajaran Ketiga: Tuangkan Jiwamu ... 53

BAB IV KESIMPULAN... 57

DAFTAR PUSTAKA ... v


(6)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto dalam buku yang berjudul Teori – Teori Kebudayaan mengatakan banyak ahli kebudayaan berpendapat, bahwa kata “kebudayaan” adalah salah satu dari sedikit kata yang paling kompleks pengartiannya. Mengapa? Sebab kata ini terarah pada bidang ilmu yang berbeda, dengan rangka berpikir yang juga berbeda. Ranah “kebudayaan” melingkupi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk sikap, sifat, dan pola pikir. Sebagai konsep penyampaian pun, kebudayaan memiliki beberapa media, yang salah satunya adalah film, yang merupakan salah satu mediator yang cukup representatif dalam menunjukkan kebudayaan yang bersifat audiovisual.

‘Ramen Girl’ adalah sebuah film yang dirilis pertama kali pada tahun 23 Oktober 2008 di Rusia, yang disutradarai oleh Robert Allan Ackerman. Film berdurasi 102 menit ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Abby, yang sama sekali tidak bisa bahasa Jepang berusaha membuat ramen dengan resepnya sendiri.

Film ini dimulai ketika Abby, datang ke Tokyo untuk hidup bersama kekasihnya yang bernama Nathan. Sayang, keesokan harinya Nathan harus pergi ke Osaka, dan memilih memutuskan hubungannya dengan Abby ketimbang mengajaknya ke Osaka. Pada awalnya, Abby tetap tinggal di Tokyo dengan satu harapan, Nathan akan kembali padanya. Tetapi ia dalam keadaan yang


(7)

menyedihkan; terdampar di negeri asing, ditambah tidak bisa bahasa setempat. Suatu hari, ia datang ke kedai ramen yang berada didekat apartemennya, dan ia merasa terhibur berkat ramen buatan Maezumi, pemilik kedai tersebut. Ia pun memutuskan untuk bekerja sebagai murid dibawah bimbingannya. Maezumi awalnya menolak, tetapi Abby tetap berkeras. Maezumi memberikan Abby pekerjaan kotor dan bersikap tidak bersahabat, dengan harapan Abby tidak akan mampu bertahan dan keluar. Namun, Abby membuktikan dirinya mempunyai mental yang kuat, dan bisa bangkit kembali setelah berkali-kali gagal.

Di dalam film ini dapat dilihat jelas proses pembelajaran Abby, yang di Jepang disebut dengan sebutan “minarai” (見 習 い), dengan Abby sebagai

pembelajar, disebut dengan “minaraikou” (見習い工) atau “deshi” (弟子), yang

berarti ‘desciple’ atau ‘murid’. Dilihat dari kanjinya, kata minarai memiliki

pengartian literal seseorang yang belajar dengan cara mengobservasi. Konsep

minarai ini tidak hanya berlaku dalam bidang pembuatan ramen saja, melainkan

pada semua bidang kesenian, baik seni ukir, seni pahat, seni tempa, seni kaligrafi, maupun pembuatan makanan, seperti sushi, dan tentu saja, ramen. Dulu, didalam bidang pembuatan pedang, deshi atau minaraikou tidak diperbolehkan menyentuh apapun hingga sang penempa memberikan sekop untuk membersihkan abu, atau bila didalam bidang kuliner, sampai sang itamae (板前) atau chef memberikan

panci untuk dicuci.

Di film Ramen Girl ini juga dijelaskan, bahwa seorang pemilik restoran tidak bisa langsung menunjuk penerusnya begitu saja. Seorang penerus haruslah diakui oleh shishou (師匠), atau master. Sang shishou harus pertama datang ke


(8)

kedai ramen, merasakan ramen buatan muridnya, dan bila muridnya dianggap layak dan mampu membuat ramen sendiri, maka sang shishou akan memberikan restunya. Ini merupakan suatu tendensi yang fundamental. Bagi sang pemilik toko, ia bisa mendirikan toko cabang dengan muridnya, yang biasanya merupakan anaknya sendiri, sebagai kepala tokonya. Bagi muridnya ia akhirnya mendapatkan sebuah pengakuan dari hasil jerih payahnya selama bertahun-tahun masa magangnya.

Mencermati perihal magang ini, dalam bahasa Inggris istilah ini dikenal dengan ‘apprenticeship’. Sedangkan yang melakukannya disebut dengan ‘apprentice’. Kata apprenticeship ini berasal dari bahasa latin yaitu ‘apprehensus

atau ‘apprehendere’ yang memiliki definisi ‘to seize’ atau ‘untuk mendapatkan’.

Dalam kamus Noah Webster definisi kata apprentice ini adalah,

The service, state, or condition of an apprentice, in preliminary practice or training.

(Webster: 1961;91) Pelayanan, keadaan, atau kondisi seorang murid, dalam latihan atau pendidikan permulaan.

Gary DeCoker1 di dalam buku John Calhoun Singleton yang berjudul Learning in

Likely Places: Varieties of Apprenticeship in Japan (Learning in Doing: Social, Cognitive and Computational Perspectives) membuat 7 rumusan mengenai

metode minarai di Jepang, berdasarkan pengalamannya sendiri, dan dari

1Gary DeCoker adalah seorang warga negara Amerika yang pergi ke Jepang untuk mempelajari kesenian Jepang. Ia belajar 4 tahun dibawah bimbingan aliran Ootomo, yang terletak sebelah barat kotaKyoto. Ia sempat beberapa kali menjadi penerjemah untuk beberapa master dan asisten, dan tahun – tahun berikutnya ia tetap tinggal di kediaman besar aliran Ootomo untuk memperdalam pembelajarannya sekaligus bekerja sebagai salah satu staf disana. Kesenian – kesenian yang ia pelajari menyangkut drama noh, chado (茶道) atau upacara minum teh, seni bela diri, dan


(9)

jubokushou, sebuah tulisan kuno yang ditulis oleh Pangeran Sonen (1298-1356)

kepada Tenno(天皇)Gokougon (1338 – 1374) pada tahun 1352, yang berisikan

paduan untuk sang Kaisar muda dalam pembelajaran shodo (書 道), atau seni

kaligrafi. Rumusan-rumusan ini mencakup bagaimana sifat dan karakteristik orang Jepang dalam memberikan pengajaran dengan metode minarai. Perlu diketahui bahwa tujuh karakteristik ini murni berasal dari pemikiran Gary DeCoker, sehingga tujuh karakteristik ini tidak terdapat bahasa Jepangnya. Gary DeCoker mengamati secara langsung bagaimana para sensei di Jepang dalam memberikan latihan, lalu membandingkannya dengan jubokushou, sehingga dapat diketahui bahwa para sensei di Jepang memiliki karakteristik yang sama dalam melatih. Tujuh karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Copying the Model 2. Discipline

3. Master – Desciple Relations

4. Secrets, Stage, and the Hierarchy of study 5. Established Lineage

6. Non-verbal Communication 7. Art as a Spiritual Quest

Melalui 7 karakteristik ini, penulis terdorong melakukan analisis mengenai kebudayaan Jepang sebagai kebudayaan oriental yang dilihat dari kacamata kebudayaan barat sebagai kebudayaan oksidental, khususnya dalam hal memberikan pelatihan. Di dalam film Ramen Girl, terdapat banyak sekali


(10)

kesalahpahaman Abby dalam mengartikan maksud dari chef Maezumi, yang diakibatkan adanya perbedaan kebudayaan dalam konsep apprenticeship ini.

Dan sebagai penutup, penulis akan sedikit mengenalkan ramenyang merupakan objek pembelajaran Abby. Ramen (ラ ー メ ン) adalah salah satu

makanan Jepang yang berasal dari Cina. Awalnya, ramen disajikan dengan kuah dari kaldu daging atau ikan dengan rasa miso (味 噌) dan tambahan-tambahan

seperti chashu (チャーシュー) atau irisan daging babi,nori (海苔) atau rumput

laut, kamaboko (かまぼこ), dan jagung. Namun dalam perkembangannya, hampir

setiap kedai ramen memiliki ciri khasnya tersendiri. Ivan Orkin2 dalam majalah Jselect mengatakan:

One of the reasons I chose ramen was I thought it was one of the only areas of the Japanese cuisine that I could do whatever I wanted. If I did washoku or tempura or udon or sushi or any of those things, there’s basically a rule book that you’ve got to stick to, and if you go too far off, your legitimacy goes out of the window

(Jselect: 2009;4) Salah satu alasan mengapa saya memilih ramen adalah karena saya pikir itu (ramen) adalah satu - satunya area di makanan Jepang dimana saya bisa melakukan apa saja yang saya mau. Bila saya membuat washoku atau

tempura atau udon atau sushi atau apapun yang seperti itu, ada sebuah

buku peraturan yang harus anda patuhi, dan bila anda terlalu keluar dari peraturan tersebut, legitimasi anda dapat melenceng jauh.

Berdasarkan hal tersebut, di Jepang sendiri terdapat banyak varian ramen. Tetapi, beberapa yang paling menonjol dan dikenal di seluruh Jepang ialah ramen dari daerah Sapporo, Kitakata, Tokyo, dan Yokohama.

2

Ivan Orkin adalah pemilik sekaligus chef dari “Ivan Ramen”, sebuah kedai ramen yang berlokasi di Tokyo. Hanya dalam jangka waktu 18 bulan semenjak ia mendirikan tokonya di


(11)

Ada pendapat yang mengatakan, bahwa ramen masuk ke Jepang karena murahnya harga tepung yang diimpor dari Amerika setelah Perang Dunia ke-2, pada saat yang bersamaan, pasukan Jepang baru kembali dari pendudukan di China. Banyak dari prajurit ini telah menjadi terbiasa dengan masakan China, dan selanjutnya mendirikan restoran-restoran China di Jepang. Atas dasar murahnya harga tepung saat itu, menjaga harga ramen tetap rendah, dan hal ini membuat masakan ramen menjadi terkenal dalam waktu singkat.

Pendapat lain mengatakan, kata ramen berasal dari bahasa China“la

mian” (拉 麺), yang berarti “mie yang ditarik”. Ada juga yang mengatakan,

berasal dari kata “lao mian” (老麺), “lu mian” (鹵麺), yaitu mie yang dimasak

dengan kuah yang kental, atau juga “laomian” (撈) berarti “mengeruk” yang

dilihat dari penggambaran cara memasak mie dengan merebusnya dalam air mendidih, lalu mengeruknya dengan saringan.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulis akan membahas minarai berdasarkan interaksi yang terjadi antara Abby dan Maezumi dalam film drama Ramen Girl. Yang akan dibahas adalah: 1. Apakah metode minarai hanyalah sebatas cara orangJepang dalam

memberikan pelatihan kemampuan saja? Atau minarai melatih hal yang lain juga?

2. Menggunakan tujuh karakteristik sebagai sebuah kode etik dalam minarai, apakah Abby sudah termasuk murid yang baik? Bila tidak, bagaimanakah sebaiknya seorang deshi bersikap?


(12)

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan skripsi adalah untuk memahami dan mendeskripsikan konsep dari metode minarai melalui media film Ramen Girl.

1.4 Pendekatan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis akan menggunakan ‘pendekatan moral’. Tetapi sebelum masuk dalam ‘pendekatan moral’, sebenarnya apakah definisi dari kata ‘moral’ itu sendiri? Kata ‘moral’ berasal dari bahasa latin yaitu

‘morālis’ atau ‘mores’, yang berarti ‘cara-cara’, ‘aturan’, ‘karakter’, atau ‘tingkah laku’. Moral memiliki dua pengertian, yaitu pengertian secara deskriptif dan secara normatif. Moral secara normatif menilai suatu perbuatan, dan membuat suatu pernyataan benar atau salah secara obyektifnya.Sedangkan secara deskriptif, moral meracu pada apa yang dianggap benar atau salah oleh suatu masyarakat tertentu. Penulis akan menggunakan moralitas, karena didalam penulisan ini nilai-nilai moral yang akan digunakan hanya menyangkut satu kelompok masyarakat saja.

Dalam www.philosophy.lander.edu disebutkan:

Descriptive morals isa study of human behavior as a consequence of beliefs about what is right or wrong, or good or bad, insofar as that behavior is useful or effective. In a sense, morals is the study of what is thought to be right and what is generally done by a group, society, or a culture. In general, morals correspond to what actually is done in a society.


(13)

Moral deskriptif adalah sebuah pembelajaran akan tingkah laku manusia sebagai konsekuensi dari pengertian akan benar atau salah, baik dan buruk, selama tingkah laku tersebut berguna dan efektif. Jadi, moral adalah pembelajaran mengenai apa yang dipikir benar dan biasanya dilakukan di dalam grup, masyarakat, atau budaya. Secara umumnya, moral berkorespondensi dengan apa yang dilakukan sebenarnya didalam suatu masyarakat.

Jadi bisa ditarik kesimpulan, bahwa moral secara deskriptif merujuk pada nilai-nilai kemasyarakatan, suatu kode tertentu dalam bertingkah laku, atau adat-istiadat yang dipakai dan diimplementasikan didalam suatu tatanan masyarakat tertentu, dan menjadi ukuran dasar dalam menentukan baik-buruknya sikap dan perilaku seseorang dalam masyarakat. Bila orang tersebut mengikuti nilai moral masyarakatnya, ia adalah seorang individu yang bermoral. Bila tidak, maka ia individu yang ‘amoral’, yang hidup diluar peraturan yang ada dan biasanya merugikan orang lain. Di sini ditekankan frasa “masyarakat tertentu”, karena memang nilai-nilai moral setiap masyarakat berbeda. Dalam setiap tatanan masyarakat yang berbeda, memiliki peraturan, etiket, adat-istiadat, dan hukumnya masing-masing, sehingga apa yang dianggap salah disuatu tempat, belum tentu salah ditempat lain. Dan moralitas tidak hanya menyangkut aspek sosial dan kebudayaan saja, tetapi juga bidang ideologi, politik, dan ekonomi. Sebagai contoh, menurut agama Kristen, memakan daging babi adalah suatu hal yang normal. Tetapi tidak demikian menurut hukum agama Islam, yang mengharamkan daging babi.

Lalu, apakah definisi dari ‘pendekatan moral’ itu? Pendekatan moral, adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam menganalisis sesuatu dengan bidang moral sebagai tolok ukurnya. Pendekatan ini melihat suatu sikap dan


(14)

perilaku seseorang berdasar suatu nilai kemasyarakatan tertentu, dan menilainya apakah seseorang tersebut telah menjalankan peranannya dengan baik atau tidak. Bila tidak, maka akan diutarakan bagaimana berperilaku yang seharusnya, yang sesuai dengan perannya dalam masyarakat.

Penulis menggunakan pendekatan ini, karena bila dilihat dari tujuan penulisan diatas, selain penulis ingin memberikan pemahaman, pendeskripsian, serta implementasi konkret karakteristik - karakteristik dalam minarai yang dikemukakan oleh Gary DeCoker, penulis juga ingin memberikan gambaran bagaimana seorang deshiyang baik, dan yang akan diterima didalam dunia

apprenticeship Jepang melalui film Ramen Girl sebagai media. Bila kita

membicarakan ‘baik dan buruk’, pasti ada suatu nilai-nilai tertentu yang menjadi pegangan dan tolok ukur ‘baik’ atau ‘buruk’nya sikap dan perbuatan seseorang. Di sini, penulis menggunakan 7 karakteristik teori Gary DeCoker, sebagai nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang (khususnya non-Jepang) yang ingin menjadi deshi. Bila tidak, maka akan terdapat suatu ‘gap’ kebudayaan,

seperti yang terjadi didalam film ‘Ramen Girl’.

1.5 Organisasi Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi dalam 4 bagian, sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan, yang membahas hal-hal mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, metode, dan teknik penelitian serta organisasi penulisan akan diuraikan.


(15)

Bab II merupakan Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan membahas teori-teori yang berhubungan dengan minarai, termasuk didalamnya 7 karakteristik minarai yang merupakan teori dasar penulisan.

Bab III merupakan isi dari karya tulis ini. Pada bab ini, penulis akan menganalisis tujuh karakteristik minarai yang muncul dalam film Ramen Girl. Dari film tersebut akan disebutkan adegan-adegan yang menggambarkan karakteristik minarai, dan akan dihubungkan dengan kehidupan sang murid, yang memang sering terbentur dengan 7 sifat tersebut.

Bab IV merupakan kesimpulan dari karya tulis ini. Seluruh analisis yang telah dibuat akan dimuat dalam bab ini. Pada bab ini juga akan disertakan dengan sinopsis, daftar pustaka, riwayat hidup penulis, serta lampiran-lampiran lainnya bila dibutuhkan.


(16)

BAB 4

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian analisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil dua kesimpulan mengenai 7 karakteristik dalam metode minarai dalam film ‘Ramen Girl’. Kesimpulan yang pertama adalah metode minarai bukanlah sekedar metode yang digunakan sensei Jepang dalam melatih kemampuan muridnya. Dan hal ini dapat dilihat dalam perkembangan jiwa Abby selama ia menerima pelatihan dari Maezumi sensei. Dari hal tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa minarai tidak hanya sekedar belajar kesenian. Hal yang pertama dilatih bukanlah keterampilan, melainkan emosi si murid. Bill Haase sendiri mengatakan bahwa untuk menjadi murid, awalnya harus belajar untuk bagaimana menjadi murid itu sendiri. Dengan metode ini, mental murid pun turut berkembang. Seperti Abby, bisa menjadi lebih dewasa, berkeinginan kuat dan memiliki tujuan yang jelas dalam hidup ini.Karena tujuan akhir dari minarai bukanlah menguasai suatu kesenian, tetapi menguasai diri sendiri.

Dan meskipun mungkin tidak persis seperti filmnya, para sensei di Jepang pun tidak jauh berbeda sikapnya dalam melatih. Contoh nyatanya adalah pengalaman Bill Haase, yang mengatakan bahwa sensei di Jepang memang menggunakan sindiran kasar, yang memang digunakan untuk menantang kita untuk lebih berusaha.

Dan dalam analisis bab 3, penulis menggunakan 7 karakteristik yang merupakan teori Gary DeCoker sebagai suatu kode etik dalam metode ini, yang


(17)

memisahkan antara murid yang baik dan yang tidak, dan menyimpulkan bahwa Abby pada awalnya jelas bukanlah seorang deshi yang baik, meskipun pada akhirnya ia dapat mengubah dirinya sendiri menjadi seorang deshi yang berhasil. Karena dengan adanya kode etik ini, secara otomatis perilaku seorang deshi mau tidak mau harus disesuaikan dengan kode etik tersebut, bila si deshi ingin menjadi seorang murid yang baik. Sedangkan dapat dilihat dalam seluruh film tersebut, Abby kerap bersikap melawan tujuh karakteristik tersebut.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Mudji, Sutrisno dan Hendar Putranto. 2005. Teori – Teori Kebudayaan.

Yogyakarta: Kanisius

Shimura, Izuru. 1967. Koujien. Tokyo: Iwanami Shoten

Singleton, John. 1998. Learning in Likely Places: Varieties of Apprenticeship in

Japan. New York: CambridgeUniversity Press

Webster, Noah. 1961. Webster’s New 20th Century Dictionary of the English Languange Unabridged. United State of America: New World Publishing

Company

Film

Ramen Girl. 2008. Warner Bros dan Media 8 Entertainment.

Internet

Ramen King (Maret 2009):

www.peoline.com/Ramen%20King.pdf

訓育の検索結果(November 2001):

http://dic.search.yahoo.co.jp/search?rkf=2&dtype=2&ei=utf-8&p=%E8%A8%93%E8%82%B2

Morals, Ethics, and Metaethics (Oktober 2009):


(1)

Moral deskriptif adalah sebuah pembelajaran akan tingkah laku manusia sebagai konsekuensi dari pengertian akan benar atau salah, baik dan buruk, selama tingkah laku tersebut berguna dan efektif. Jadi, moral adalah pembelajaran mengenai apa yang dipikir benar dan biasanya dilakukan di dalam grup, masyarakat, atau budaya. Secara umumnya, moral berkorespondensi dengan apa yang dilakukan sebenarnya didalam suatu masyarakat.

Jadi bisa ditarik kesimpulan, bahwa moral secara deskriptif merujuk pada nilai-nilai kemasyarakatan, suatu kode tertentu dalam bertingkah laku, atau adat-istiadat yang dipakai dan diimplementasikan didalam suatu tatanan masyarakat tertentu, dan menjadi ukuran dasar dalam menentukan baik-buruknya sikap dan perilaku seseorang dalam masyarakat. Bila orang tersebut mengikuti nilai moral masyarakatnya, ia adalah seorang individu yang bermoral. Bila tidak, maka ia individu yang ‘amoral’, yang hidup diluar peraturan yang ada dan biasanya merugikan orang lain. Di sini ditekankan frasa “masyarakat tertentu”, karena memang nilai-nilai moral setiap masyarakat berbeda. Dalam setiap tatanan masyarakat yang berbeda, memiliki peraturan, etiket, adat-istiadat, dan hukumnya masing-masing, sehingga apa yang dianggap salah disuatu tempat, belum tentu salah ditempat lain. Dan moralitas tidak hanya menyangkut aspek sosial dan kebudayaan saja, tetapi juga bidang ideologi, politik, dan ekonomi. Sebagai contoh, menurut agama Kristen, memakan daging babi adalah suatu hal yang normal. Tetapi tidak demikian menurut hukum agama Islam, yang mengharamkan daging babi.

Lalu, apakah definisi dari ‘pendekatan moral’ itu? Pendekatan moral, adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam menganalisis sesuatu dengan bidang moral sebagai tolok ukurnya. Pendekatan ini melihat suatu sikap dan


(2)

perilaku seseorang berdasar suatu nilai kemasyarakatan tertentu, dan menilainya apakah seseorang tersebut telah menjalankan peranannya dengan baik atau tidak. Bila tidak, maka akan diutarakan bagaimana berperilaku yang seharusnya, yang sesuai dengan perannya dalam masyarakat.

Penulis menggunakan pendekatan ini, karena bila dilihat dari tujuan penulisan diatas, selain penulis ingin memberikan pemahaman, pendeskripsian, serta implementasi konkret karakteristik - karakteristik dalam minarai yang dikemukakan oleh Gary DeCoker, penulis juga ingin memberikan gambaran bagaimana seorang deshiyang baik, dan yang akan diterima didalam dunia apprenticeship Jepang melalui film Ramen Girl sebagai media. Bila kita membicarakan ‘baik dan buruk’, pasti ada suatu nilai-nilai tertentu yang menjadi pegangan dan tolok ukur ‘baik’ atau ‘buruk’nya sikap dan perbuatan seseorang. Di sini, penulis menggunakan 7 karakteristik teori Gary DeCoker, sebagai nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang (khususnya non-Jepang) yang ingin menjadi deshi. Bila tidak, maka akan terdapat suatu ‘gap’ kebudayaan, seperti yang terjadi didalam film ‘Ramen Girl’.

1.5 Organisasi Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi dalam 4 bagian, sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan, yang membahas hal-hal mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, metode, dan teknik penelitian serta organisasi penulisan akan diuraikan.


(3)

Bab II merupakan Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan membahas teori-teori yang berhubungan dengan minarai, termasuk didalamnya 7 karakteristik minarai yang merupakan teori dasar penulisan.

Bab III merupakan isi dari karya tulis ini. Pada bab ini, penulis akan menganalisis tujuh karakteristik minarai yang muncul dalam film Ramen Girl. Dari film tersebut akan disebutkan adegan-adegan yang menggambarkan karakteristik minarai, dan akan dihubungkan dengan kehidupan sang murid, yang memang sering terbentur dengan 7 sifat tersebut.

Bab IV merupakan kesimpulan dari karya tulis ini. Seluruh analisis yang telah dibuat akan dimuat dalam bab ini. Pada bab ini juga akan disertakan dengan sinopsis, daftar pustaka, riwayat hidup penulis, serta lampiran-lampiran lainnya bila dibutuhkan.


(4)

BAB 4

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian analisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil dua kesimpulan mengenai 7 karakteristik dalam metode minarai dalam film ‘Ramen Girl’. Kesimpulan yang pertama adalah metode minarai bukanlah sekedar metode yang digunakan sensei Jepang dalam melatih kemampuan muridnya. Dan hal ini dapat dilihat dalam perkembangan jiwa Abby selama ia menerima pelatihan dari Maezumi sensei. Dari hal tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa minarai tidak hanya sekedar belajar kesenian. Hal yang pertama dilatih bukanlah keterampilan, melainkan emosi si murid. Bill Haase sendiri mengatakan bahwa untuk menjadi murid, awalnya harus belajar untuk bagaimana menjadi murid itu sendiri. Dengan metode ini, mental murid pun turut berkembang. Seperti Abby, bisa menjadi lebih dewasa, berkeinginan kuat dan memiliki tujuan yang jelas dalam hidup ini.Karena tujuan akhir dari minarai bukanlah menguasai suatu kesenian, tetapi menguasai diri sendiri.

Dan meskipun mungkin tidak persis seperti filmnya, para sensei di Jepang pun tidak jauh berbeda sikapnya dalam melatih. Contoh nyatanya adalah pengalaman Bill Haase, yang mengatakan bahwa sensei di Jepang memang menggunakan sindiran kasar, yang memang digunakan untuk menantang kita untuk lebih berusaha.

Dan dalam analisis bab 3, penulis menggunakan 7 karakteristik yang merupakan teori Gary DeCoker sebagai suatu kode etik dalam metode ini, yang


(5)

memisahkan antara murid yang baik dan yang tidak, dan menyimpulkan bahwa Abby pada awalnya jelas bukanlah seorang deshi yang baik, meskipun pada akhirnya ia dapat mengubah dirinya sendiri menjadi seorang deshi yang berhasil. Karena dengan adanya kode etik ini, secara otomatis perilaku seorang deshi mau tidak mau harus disesuaikan dengan kode etik tersebut, bila si deshi ingin menjadi seorang murid yang baik. Sedangkan dapat dilihat dalam seluruh film tersebut, Abby kerap bersikap melawan tujuh karakteristik tersebut.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Mudji, Sutrisno dan Hendar Putranto. 2005. Teori – Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius

Shimura, Izuru. 1967. Koujien. Tokyo: Iwanami Shoten

Singleton, John. 1998. Learning in Likely Places: Varieties of Apprenticeship in Japan. New York: CambridgeUniversity Press

Webster, Noah. 1961. Webster’s New 20th Century Dictionary of the English Languange Unabridged. United State of America: New World Publishing Company

Film

Ramen Girl. 2008. Warner Bros dan Media 8 Entertainment.

Internet

Ramen King (Maret 2009):

www.peoline.com/Ramen%20King.pdf

訓育の検索結果(November 2001):

http://dic.search.yahoo.co.jp/search?rkf=2&dtype=2&ei=utf-8&p=%E8%A8%93%E8%82%B2

Morals, Ethics, and Metaethics (Oktober 2009): http://philosophy.lander.edu/ethics/types.html


Dokumen yang terkait

汉语趋向补语“起来”的引申意义在印尼语的翻译方式.

0 0 12

é²è¿ ã€Šç‹‚äººæ—¥è®°ã€‹çš„å°å°¼æ–‡ç‰ˆçš„ç¿»è¯‘é—®é¢˜çš„åˆ†æž.

1 1 7

Fenomena SŌSHOKUKEI DANSHI 「草食系男子」Dalam Serial Drama Otomen 「オトメン-乙男」.

0 8 23

Analisis Penggunaan 接続詞 それで, それに, それからDalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Sintaksis dan Semantik).

0 2 69

Analisis Kesinoniman Verba 理解する, 分かる dan 知る Dalam Kalimat Bahasa Jepang (kajian Semantik).

0 2 34

â€œã€Šå®¶æœ‰å„¿å¥³ã€‹ç”µè§†å‰§å¯¹æé«˜å­¦ä¹ æ±‰è¯­çš„å ´è¶£çš„å½±å“â€.

0 0 11

Nilai Moral Yang Terkandung Dalam 動物の民話(Doubutsu No Minwa).

0 2 17

Analisis Penggunaan 終助詞 よ,ぞ dan ぜ Yang Terdapat Dalam Game 'Brave Saga' (Kajian Pragmatik).

0 4 49

Peranan Ninja Dalam Film Azumi dan Azumi 2 - 'Death Or Love' 『あずみ』と『あずみ2“Death or Loveâ€œã€ã®æ˜ ç”»ã®å¿è€ ã®å½¹å‰².

1 8 43

NILAI-NILAI MORAL DALAM CERPEN SHINYUU KARYA SATO KOYO ä½è—¤ç´ éŒ²ã«æ›¸ã‹ã‚ŒãŸçŸ­ç·¨å°èª¬ã€Œè¦ªå‹ã€ã«ã‚ã‚‹é“ç¾© - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 1 8