Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap Daya Beli Konsumen Barang Elektronika (Studi Empiris pada Konsumen Barang Elektronika di Wilayah Jalan ABC Kota Bandung).

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the effect of the imposition of VAT (PPN) and Sales Tax (PPnBM) towards consumer purchasing power on electronic goods. The population of this research was the consumer of electronic goods in the area of ABC road in Bandung by using purposive sampling method. All the samples were tested for the consumer who bought electronic goods from the stores in ABC road, Bandung. The statistical test was a multiple regression model. The research result showed that partially of Value Added Tax (VAT) does not have a significant influence on consumer purchasing power variable; while the Sales Tax on Luxury Goods has a significant positive effect on consumer purchasing power. Simultaneously of Value Added Tax (VAT) and Sales Tax on Luxury Goods (Sales Tax) have a significant influence on consumer purchasing power.


(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengenaan PPN dan PPnBM terhadap daya beli konsumen barang elektronika. Populasi dari penelitian ini adalah konsumen barang elektronika yang berada di wilayah Jalan ABC Kota Bandung dengan menggunakan metode purposive sampling untuk penentuan sampel. Sampel yang diuji adalah konsumen pada toko elektronik di wilayah Jalan ABC Kota Bandung. Uji statistik yang digunakan adalah model regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel daya beli konsumen, sedangkan variabel Pajak Penjualan atas Barang Mewah memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel daya beli konsumen. Secara simultan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap daya beli konsumen.


(3)

x

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Pajak ... 11


(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha

2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 14

2.1.1.3 Sistem Pemungutan Pajak ... 15

2.1.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 17

2.1.2.1 Pengertian PPN ... 17

2.1.2.2 Karakteristik PPN di Indonesia ... 18

2.1.2.3 Prinsip Pemungutan PPN ... 20

2.1.2.4 Subjek Pajak Pertambahan Nilai ... 21

2.1.2.5 Objek Pajak Pertambahan Nilai ... 23

2.1.2.6 Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai 25 2.1.2.7 Tarif Pajak Pertambahan Nilai ... 26

2.1.3 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ... 27

2.1.3.1 Definisi Pajak Penjualan atas Barang Mewah ... 27

2.1.3.2 Karakteristik Pajak Penjualan atas Barang Mewah . 28 2.1.3.3 Objek PPnBM ... 29

2.1.3.4 Mekanisme Pajak Penjualan atas Barang Mewah ... 38

2.1.3.5 Tarif PPnBM... 39

2.1.4 Pengusaha Kena Pajak (PKP) ... 46

2.1.4.1 Pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) ... 46

2.1.4.2 Kewajiban Pengusaha Kena Pajak ... 46

2.1.5 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) ... 47

2.1.6 Daya Beli ... 49

2.1.7 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ... 50


(5)

xii

Universitas Kristen Maranatha

2.3 Pengembangan Hipotes………. 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

3.1 Objek Penelitian ... 55

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 55

3.2.1 Variabel Bebas (Variabel Independen/X) ... 57

3.2.2 Variabel Terikat (Variabel Dependen/Y) ... 58

3.3 Sampel ... 58

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.5 Metode Analisis Data ... 59

3.6 Uji Kualitas Data ... 60

3.6.1 Uji Validitas ... 60

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 60

3.7 Uji Asumsi Klasik ... 61

3.7.1 Uji Normalitas ... 61

3.7.2 Uji Multikolinearitas ... 62

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas ... 63

3.7.4 Uji Hipotesis ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

4.1 Hasil Penelitian ... 68

4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 68

4.1.1.1 Uji Validitas ... 68

4.1.1.2 Uji Reliabilitas ... 70


(6)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

4.2.1 Uji Asumsi Dasar ... 71

4.2.1.1 Uji Normalitas. ... 71

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 72

4.2.2.1 Uji Heterokedastisitas ... 73

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas ... 74

4.2.3 Regresi Linier Berganda ... 75

4.2.3.1 Persamaan Regresi Linier Berganda ... 75

4.2.3.2 Analisis Korelasi Pearson Product Moment ... 77

4.2.3.3 Analisis Koefisien Determinasi ... 78

4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 80

4.2.4.1 Uji Simultan (Uji F) ... 80

4.2.4.2 Uji Parsial (Uji t) ... 82

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 86

5.1 Simpulan ... 86

5.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(7)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 53

Gambar 2 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 73

Gambar 3 Kurva Pengujian Hipotesis Parsial Variabel PPN (X1) ... 83


(8)

xv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Tabel Penelitian Sebelumnya ... 51

Tabel I Lanjutan Tabel Penelitian Sebelumnya ... 52

Tabel II Variabel, Indikator, dan Skala Pengukuran ... 56

Tabel III Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel PPN (X1)………. 69

Tabel IV Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel PPnBM (X2) ... 69

Tabel V Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Daya Beli Konsumen (Y) 70 Tabel VI Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 71

Tabel VII Hasil Uji Normalitas ... 72

Tabel VIII Nilai VIF Uji Multikolinieritas ... 74

Tabel IX Hasil Perhitungan Nilai Koefisien Persamaan Regresi... 76

Tabel X Nilai Koefisien Korelasi Pearson Product Moment ... 77

Tabel XI Koefisien Korelasi dan Taksirannya ... 78

Tabel XII Analisis Koefisien Determinasi ... 79

Tabel XIII Analisis Pengaruh Secara Parsial ... 80

Tabel XIV Pengujian Hipotesis Simultan (Uji-F) ... 81


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi didorong oleh kawasan Asia dengan Cina dan India sebagai penggeraknya serta negara industri maju lainnya (Bappenas:2013). Aktivitas perdagangan pun terkena imbas dari perkembangan ekonomi dunia saat ini. Ketergantungan antar negara yang satu dengan yang lainnya dalam hal memenuhi kebutuhan semakin tidak dapat dihindari, sehingga aktivitas perdagangan pun semakin tidak dapat dipisahkan. Apalagi dewasa ini perdagangan bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Jarak bukanlah lagi menjadi penghalang bagi semua orang untuk dapat bertransaksi dengan mudah.

Hal itu berlaku pula bagi Indonesia. Apalagi sekarang Indonesia sudah masuk dalam era perdagangan bebas, dimana bukan hanya melakukan aktivitas perdagangan antar daerah saja melainkan juga antar negara. Dewasa ini Indonesia termasuk salah satu negara yang berkembang perekonomiannya cukup pesat (Siti Ismijati Jenie:2010:7). Dengan kata lain aspek ekonomi adalah penting bagi kemajuan suatu negara. Kemajuan tersebut dapat dilhat dari berbagai sektor, terutama dari penerimaan negaranya.

Pajak merupakan sumber penerimaan dalam negeri yang merupakan andalan bagi penerimaan negara untuk kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan


(10)

B A B I P E N D A H U L U A N| 2

Universitas Kristen Maranatha tujuan Negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang bermakna bahwa Indonesia bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum. Maka, pemerintah harus terus mengupayakan kesejahteraan masyarakat dengan memberlakukan pajak dan meningkatkan penerimaan di bidang perpajakan. Untuk lebih meningkatkan penerimaan di bidang perpajakan, telah beberapa kali dilakukan penyempurnaan, penambahan, bahkan perubahan di bidang perpajakan (Raja Abdurrahman:2013).

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2009:1). Dari definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran wajib rakyat kepada negaranya yang bertujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara dalam rangka meningkatkan pembangunan negara. Jadi kemajuan suatu negara dapat dilihat dari penerimaan sektor pajaknya. Jika rakyat sadar akan kewajibannya sebagai warga negara yang baik, maka ia akan membayar pajak tepat waktu. Namun, yang terjadi sekarang adalah sebaliknya. Banyak warga negara yang belum atau tidak membayar pajak sesuai dengan yang seharusnya, sehingga memunculkan slogan dari Direktorat Jenderal Pajak yang berbunyi, “Orang Bijak Taat Pajak”.

Dua hal yang tidak akan dapat dihindari dari kehidupan ini adalah mengenai kematian dan pajak. Saat ini pajak semakin tidak dapat dipisahkan dari manusia. Dimana gerak langkah manusia pasti berkaitan dengan pajak. Hal ini dikatakan demikian, karena


(11)

B A B I P E N D A H U L U A N| 3

Universitas Kristen Maranatha setiap orang selalu bersinggungan dengan hal-hal yang baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pajak. Misalnya jika seseorang ingin menerima gaji atau penghasilan maka ia pun harus membayar pajak penghasilan (PPh), bahkan seseorang yang berdiam diri di rumah juga harus membayar pajak pula (PBB). Pajak merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh masyarakat baik pribadi maupun badan juga termasuk salah satu sumber pembangunan, tak terkecuali pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Setiap orang yang membeli sesuatu akan dikenakan pajak (PPN), sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap aktivitas manusia selalu berhubungan dengan pajak.

PPN dan PPnBM merupakan pajak pusat yang kewenangan pemungutannya oleh pemerintah pusat. PPN sebagai penyumbang penerimaan pajak terbesar dikenakan hanya terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan. Pertambahan nilai itu sendiri timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga, modal, sewa, tanah, upah kerja dan laba perusahaan adalah merupakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar pengenaan PPN (Tunas Hariyulianto, 1997:3).

Sesuai dengan legal karakternya sebagai pajak objektif maka PPN tidak membedakan tingkat kemampuan konsumennya. Konsumen yang memiliki kemampuan tinggi dengan konsumen yang memiliki kemampuan rendah diperlakukan sama. Dengan


(12)

B A B I P E N D A H U L U A N| 4

Universitas Kristen Maranatha demikian PPN mengandung unsur regresif, yaitu semakin tinggi kemampuan konsumen semakin ringan beban pajak yang dipikul, semakin rendah kemampuan konsumen semakin berat beban pajak yang dipikul, sehingga dalam upaya mencapai keseimbangan pembebanan pajak dan dalam upaya mengendalikan pola konsumsi yang tidak produktif dari masyarakat, maka atas penyerahan atas impor barang-barang berwujud yang tergolong mewah selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM. Sebagaimana diketahui UU PPN 1984 menerapkan tarif tunggal, yang justru lebih mempertajam dampak regresif (Sukarji, 2005:148).

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 18 Tahun 2000 yang antara lain menegaskan bahwa atas konsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah selain dikenakan Pajak Pertambahan Nilai juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagai upaya nyata untuk mencapai keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi. Diharapkan dengan pengenaan pajak tambahan berupa PPnBM terhadap konsumen yang mengkonsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah, maka dampak regresif ini dapat ditekan. Dengan kata lain asas keadilanlah yang melatar belakangi adanya pungutan lain selain PPN untuk konsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah. Suatu sistem pemungutan pajak akan mendekati asas keadilan apabila beban pajak yang dipikulkan oleh wajib pajak sepadan dengan kemampuannya.

Perpajakan yang didalamnya terdapat unsur PPN dan PPnBM merupakan juga bagian dari kebijakan fiskal pemerintah. Konsumsi barang kena pajak yang tergolong


(13)

B A B I P E N D A H U L U A N| 5

Universitas Kristen Maranatha mewah secara berlebihan pada umumnya dilakukan kelompok masyarakat yang berpenghasilan tinggi merupakan kegiatan yang kontraproduktif. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi seperti ini perlu dikurangi. Salah satu yang dapat ditempuh adalah diberikannya beban pajak tambahan terhadap kegiatan mengkonsumsi BKP yang tergolong mewah. Motif diatas itulah maka dengan kata lain, pemerintah dengan kebijakan fiskalnya yang termaterialkan dalam PPnBM, berusaha untuk mempengaruhi perilaku konsumen khususnya pola konsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah.

Hanya saja saat ini yang menjadi masalah adalah ketika definisi dari barang mewah itu sendiri yang sudah berubah. Hal itu bisa dikatakan demikian, karena telah terjadi pergesaran dan perubahan dalam masyarakat. Contoh mudahya adalah, sepuluh tahun yang lalu, ponsel atau telepon genggam merupakan barang mewah karena harganya yang mahal dan jangkauannya yang sempit. Dahulu masih jarang menemukan orang – orang yang memiliki ponsel, tetapi dewasa ini sudah berbeda. Hampir semua kalangan masyarakat sudah mengkonsumsi barang ini dan bahkan bisa dikatakan sudah menjadi kebutuhan sehari – hari yang sangat penting bagi setiap orang.

Selain hal di atas perilaku konsumen juga mengalami pergeseran yang signifikan baik secara individu maupun lingkungan. Bahkan sekarang ini perilaku konsumen tidak hanya berasal dari konsumen saja, tetapi produsen juga sekarang sudah bisa menciptakan perilaku konsumen untuk konsumennya. Contohnya adalah air minum dalam kemasan. Sebelum munculnya air minum dalam kemasan, masyarakat memenuhi kebutuhan air minum mereka dengan memasak air, kemudian produsen memproduksi


(14)

B A B I P E N D A H U L U A N| 6

Universitas Kristen Maranatha dan mengenalkan air minum dalam kemasan ke masyarakat luas disertai usaha untuk menciptakan persepsi kepada konsumennya itu sendiri bahwa air minum dalam kemasan lebih baik, sehat dan praktis. Kemudian pola konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan air minum pun menjadi berubah, dari memasak sendiri menjadi menggunakan produk air minum dalam kemasan.

Tetapi PPN berbeda dengan PPnBM. Bahkan bisa dikatakan bahwa PPnBM merupakan pajak yang kurang populer di masyarakat umum. Hal itu bisa disebabkan karena karakter dari PPnBM itu sendiri, yaitu merupakan pungutan tambahan di samping PPN dan hanya dipungut satu kali, yaitu pada saat impor dan penyerahan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) pabrikan. Tidak dilanjutkan dengan mekanisme pajak keluaran dan pajak masukan. PPnBM oleh distributor akan dimasukkan ke harga pokok barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut. Maka tidak heran ada beberapa konsumen yang mengkonsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut tidak mengetahui tentang PPnBM. Karena dari pihak Direktorat Jenderal Pajak hanya mensosialisasikan PPnBM ke importir dan PKP pabrikan. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dilaksanakan berdasarkan sistem faktur sehinga atas penyerahan barang dan atau penyerahan jasa wajib dibuat Faktur Pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang dan atau penyerahan jasa yang terutang pajak (Dhyah:2010)

Pada tahun 2013 Menteri Keuangan berdasarkan kebijakan fiskal mengeluarkan PMK 121/PMK.011/2013 tentang Jenis Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor yang dikenai PPnBM. Peraturan Menteri Keuangan tersebut


(15)

B A B I P E N D A H U L U A N| 7

Universitas Kristen Maranatha menyebutkan jenis-jenis barang elektronik yang terkena pajak barang mewah. Salah satu kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah adalah barang elektronika. Barang elektronika yang dikenakan PPnBM antara lain TV di atas 21’, air conditoner (AC), radio kaset, mesin cuci, alat perekam atau reproduksi gambar, alat fotografi dan lain – lain. Dapat dikatakan sebagian besar kelompok BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor adalah rata-rata barang elektronik dan dikenakan PPnBM sebesar 10%-20% (Peraturan Menteri Keuangan 121/PMK.011/2013).

Pada masyarakat sendiri barang elektronik merupakan barang yang paling cepat mengalami reposisi, yaitu dari barang mewah ke barang yang banyak dikonsumsi hampir semua lapisan masyarakat. Pada tangal 30 Januari 2003 dengan keluarnya Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.51/203 sebanyak 20 item barang elektronika dikeluarkan dari kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah yang berarti tidak dikenakan lagi PPnBM dan hanya dikenakan PPN serta 9 item barang elektronika yang mengalami penurunan tarif PPnBM. Barang elektronik meskipun hanya merupakan barang sekunder, akan tetapi keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan adanya pengenaan pajak terhadap barang elektronik, masyarakat sebagai konsumen harus teliti dalam mengelola keuangan antara pendapatan dan pengeluaran yang berpengaruh terhadap daya beli atas barang elektronik sebagai barang kena pajak.

Berdasarkan penelitan sebelumnya, peneliti merasa bahwa penelitan ini penting karena daya beli adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam


(16)

B A B I P E N D A H U L U A N| 8

Universitas Kristen Maranatha membeli suatu barang dimana dalam hal ini merupakan barang yang dikenakan pajak (BKP). Penelitan ini juga merupakan pengembangan dari peneliti terdahulu Dyah Ayuningtias Tria Hapsari (2008) yang mengamati pengaruh PPN terhadap daya beli konsumen. Kemudian peneliti menambahkan variabel independen, yaitu Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), karena PPnBM merupakan pajak yang mempunyai relevansi dan keterikatan dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yaitu PPnBM tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa adanya PPN.

Dengan demikian, penulis akan merumuskannya dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap Daya Beli Konsumen Barang Elektronika (Studi Empiris pada Konsumen Barang Elektronika di Wilayah Jalan ABC Kota Bandung).”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial? 2. Apakah pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas


(17)

B A B I P E N D A H U L U A N| 9

Universitas Kristen Maranatha 3. Seberapa besar pengaruh pengenaan PPN dan PPnBM terhadap daya beli

konsumen barang elektronika secara parsial?

4. Seberapa besar pengaruh pengenaan PPN dan PPnBM terhadap daya beli konsumen barang elektronika secara simultan?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial.

2. Untuk mengetahui apakah pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengenaan PPN dan PPnBM

terhadap daya beli konsumen barang elektronika secara parsial.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengenaan PPN dan PPnBM

terhadap daya beli konsumen barang elektronika secara simultan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitan ini, diantaranya: 1. Bagi Peneliti


(18)

B A B I P E N D A H U L U A N| 10

Universitas Kristen Maranatha Untuk memenuhi sebagian dari persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi program strata satu (S1) Fakultas Ekonomi, Jurusan Akutansi Universitas Kristen Maranatha, serta menambah wawasan tentang pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.

2. Bagi Pembaca

Untuk memahami pengaruh antara pengenan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap daya beli konsumen pada barang elektronika.

3. Bagi Konsumen

Dapat memberikan informasi yang riil dan pengetahuan mengenai tarif pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.

4. Bagi Pihak Lain

Penelitan ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi para pihak-pihak yang berkepentingan dan Penulis mengharapkan penelitan ini dapat dijadikan sebagai media informasi dan referensi untuk penelitan selanjutnya dalam mengembangkan dan mendalami kembali masalah ini.


(19)

55 Universitas Kristen Maranatha

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:13) objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliabel tentang suatu hal (variabel tertentu).

Dari definisi di atas, maka objek penelitan yang digunakan dalam penelitan ini adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan daya beli konsumen barang elektronika.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2010:58) adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang ditetapkan dalam suatu penelitan yang dimakudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya.

Variabel, indicator, dan skala pengukuran dapat dilihat paada Tabel II sebagai berikut :


(20)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 56

Universitas Kristen Maranatha Tabel II

Variabel, Indikator, dan Skala Pengukuran

No. Variabel Indikator No. Pertanyaan Skala Pengukuran

1. Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) (X1)

Unsur – unsur : a. Tarif PPN b. Kepatuhan c. Pengenaan PPN d. Mekanisme pengenaan PPN

e. Subjek Pajak

1 2 3 4 5 Likert

2. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) (X2)

Unsur – unsur : a. Objek PPnBM b. Mekanisme PPnBM c. Tarif PPnBM d. Subjek PPnBM e. Fungsi PPnBM 1 2 3 5 6 3 7 4 8 Likert

3. Daya Beli Konsumen (Y)

Unsur – unsur : a. Perubahan Pendapatan Konsumen b. Perubahan Harga Barang c. Perubahan Cita Rasa Konsumen 1 2 3 4 5 8 2 6 7 Likert


(21)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 57

Universitas Kristen Maranatha 3.2.1 Variabel Bebas (Variabel Independen/X)

Variabel bebas atau juga variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat atau variabel dependen (Sugiyono, 2011:61).

Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (X1)

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap pertambahaan nilai atau transaksi penyerahan barang dan atau jasa kena pajak dalam pendistribusiannya dari produsen dan konsumen di dalam daerah pabean. Penelitian ini berfokus pada PPN atas konsumsi BKP, dalam hal ini adalah barang elektronika.

b. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) (X2)

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang digolongkan sebagai barang mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan, mengimpor, atau mengekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut didalam daerah pabean dalam lingkungan perusahan atau pekerjanya. PPnBM itu diantaranya penggolongan barang mewah, tarif, pemungutan PPnBM, pengusaha kena pajak, dan pengenaan PPnBM.


(22)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 58

Universitas Kristen Maranatha 3.2.2 Variabel Terikat (Variabel Dependen/Y)

Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:61).

Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah daya beli konsumen. Daya beli adalah kemampuan membayar untuk memperoleh barang yang dikehendaki atau diperlukan, dengan asumsi pengenaan PPN dan PPnBM mempengaruhi tingkat daya beli konsumen barang elektronika.

3.3 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian (Sugiyono, 2010:117)

Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik probability sampling dan non-probability sampling. Teknik probabilitas ini menggunakan metode sampel area (area sampling) dengan menetapkan kriteria konsumen yang berada di wilayah Jalan ABC Kota Bandung. Sedangkan pada teknik non-probability sampling ini menggunakan metode purposive sampling, artinya pemilihan sampel dengan didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan yang telah ditentukan penulis.


(23)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 59

Universitas Kristen Maranatha

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan data primer dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran mengenai seberapa besar pengaruh pengenaan PPN dan PPnBM terhadap daya beli konsumen barang elektronika. Adapun perolehan data primer ini dilakukan dengan menggunakan teknik angket dengan cara menyebarkan kuesioner kepada konsumen barang elektronika di wilayah Jalan ABC Kota Bandung. Kuesioner-kuesioner tersebut disebarkan dengan cara datang langsung ke toko-toko elektronik yang dituju dan juga melalui beberapa perantara.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deksriptif. Statistik deskriptif akan menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variabel yang diukur.

Menurut Sugiyono (2012: 206) pengertian statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.


(24)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 60

Universitas Kristen Maranatha

3.6 Uji Kualitas Data

3.6.1 Uji Validitas

Uji Validitas Item adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan seberapa valid suatu item pertanyaan mengukur variabel yang diteliti. Sebuah nstrumen dikatakan valid jika instrument tersebut benar-benar mampu mengukur besarnya variabel yang diteliti (Suliyanto, 2009:146). Pengujian validitas dengan mengunakan Pearson corelation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyan dengan total skor (Ghozali, 2010:46). Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Kriteria pengujiannya adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyan dengan skor total mempunyai tingkat signifikasi dibawah (≤ 0,05) maka butir pertanyan tersebut dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing- masing butir pertanyaan mempunyai tingkat diatas (≥ 0,05) maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid (Santoso, 2009:168).

3.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabiltas adalah alat untuk menguji konsistensi jawaban dari responden. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian ini mengunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan nilai sebesar 0,06. Apabila Cronbach Alpha dari suatu variabel ≥ 0,06 maka butir pertanyaan dalam instrumen penelitan tersebut adalah reliabel atau dengan


(25)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 61

Universitas Kristen Maranatha kata lain berarti dapat diandalkan, sebaliknya jika nilai Cronbach Alpha < 0,06 maka butir pertanyan tersebut dinyatakan tidak reliabel (Ghozali, 2010:41-42).

3.7 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Penelitian yang menggunakan alat analisis regresi berganda harus mengenali asumsi-asumsi yang mendasarinya. Jika asumsi-asumsi ini tidak terpenuhi, hasil analisis mungkin berbeda dengan kenyataan. Uji asumsi klasik terhadap model regresi yang digunakan, dilakukan agar dapat diketahui apakah model regresi tersebut merupakan model regresi yang baik atau tidak (Ghozali, 2009:62).

3.7.1 Uji Normalitas

Pengujian asumsi normalitas untuk menguji data variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Jika data berdistribusi normal, maka analisis data dan pengujian hipotesis digunakan statistik parametrik. Data yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Uji statistik yang digunakan dalam menguji normalitas adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Data memiliki distribusi normal, karena memiliki nilai sig di atas 0,05 atau tingkat


(26)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 62

Universitas Kristen Maranatha signifikansi / level of signifikan ( ) yang digunakan sebesar 10% (0,10). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

Ho: Data Terdistribusi Normal.

H1: Data tidak berdistribusi normal.

Adapun syarat penerimaan atau penolakan hipotesis adalah:

• H0 diterima jika nilai p-value pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) > level of signifikan ( ).

• H0 ditolak jika nilai p-value pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) < level of signifikan ( ).

3.7.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antar variabel independen dalam suatu model regresi linear berganda. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Alat statistik yang sering digunakan yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dari aspek berikut ini:

a. Jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. Keterangan : VIF adalah Variance Inflation Factor.

b. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70 maka model dapat dinyatakan bebas dari multikolinearitas, jika nilai


(27)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 63

Universitas Kristen Maranatha korelasi lebih dari 0,70 berarti terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinearitas.

c. Jika nilai koefisien dereminan, baik R2 ataupun Adjusted R2 di atas 0,60 namun

tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka diasumsikan model terkena multikolinearitas,

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah uji untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya heterokedastisitas dalam penelitian ini digunakan uji korelasi Spearman, yaitu dengan menghitung korelasi masing-masing variabel bebas dengan daya beli konsumen dan residual (error). Hipotesis yang dibuat adalah sebagai berikut:

• H0 : p = 0 : Terbebas dari heteroskedastisitas. • H0 : p 0 : Terdapat heteroskedastisitas.

Jika tingkat signifikansi hasil tes heteroskedastisitas lebih kecil signifikan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa dalam model regresi terdapat gejala heteroskedastisitas.


(28)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 64

Universitas Kristen Maranatha

3.7.4 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan mengunakan metode analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independen. Model persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + e Keterangan :

Y : Daya Beli Konsumen

X1 : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

X2 : Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

a : Konstanta

bx : Koefisien regresi

e : Error

Linearitas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda. Suatu model regresi berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas, seperti normalitas data, bebas dari multikolineritas, dan heteroskedastisitas. Model regresi linear berganda dikatakan model yang baik jika memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik.


(29)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 65

Universitas Kristen Maranatha Dalam membuktikan kebenaran uji hipotesis yang diajukan, maka digunakan uji statistik terhadap output yang dihasilkan dari persaman regresi, uji statistik yang dimaksud meliputi:

a. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis sebagai Adjusted R Square. Nilai R2 sebesar 1, berarti fluktuasi variabel

dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar

antara 0-1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2009:87).

Korelasi tidak menunjukan sebab akibat, namun pada korelasi dijelaskan kuat atau besarnya tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya.

b. Uji Signifikansi Simultan (uji statistik F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilhat pada tabel ANOVA. Untuk mengetahui variabel-variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar


(30)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 66

Universitas Kristen Maranatha 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak,

sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005:53).

Hipotesis yang akan digunakan dalam pengujian ini adalah :

H0: βi = 0 Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap daya beli konsumen.

H0 : βi = 0 Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap daya beli konsumen.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (uji statistik t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing- masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilhat pada tabel Coeficientsa.

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing variabel independen dengan tingkat signifikansi yang digunakan 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha

diterima, sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005:5).


(31)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 67

Universitas Kristen Maranatha Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :

1) Pajak Pertambahan Nilai

H0 : βi = 0 Pajak Pertambahan Nilai tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap daya beli konsumen.

H0 : βi ≠ 0 Pajak Pertambahan Nilai mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap daya beli konsumen.

2) Pajak Penjualan atas Barang Mewah

H0 : βi = 0 Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap daya beli konsumen. H0 : βi ≠ 0 Pajak Penjualan atas Barang Mewah mempunyai pengaruh


(32)

86

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil perhitungan dan analisis pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap Daya Beli Konsumen Barang Elektronika (Studi Empiris pada Konsumen Barang Elektronika di Wilayah Jalan ABC Kota Bandung)”, dapat disimpulkan :

1. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Daya Beli Konsumen, namun Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Daya Beli Konsumen;

2. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Daya Beli Konsumen;

3. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berpengaruh sebesar 0,0101 atau 1,01% terhadap Daya Beli Konsumen sedangkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) berpengaruh sebesar 0,3660 atau 36,60% terhadap Daya Beli Konsumen;


(33)

B A B V K E S I M P U L A N D A N S A R A N| 87

Universitas Kristen Maranatha 4. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPnBM) secara simultan memiliki pengaruh sebesar 37,6% terhadap Daya Beli Konsumen (Y), sedangkan sisanya sebesar 62,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati di dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel – variabel

independen lainnya yang dapat memperkuat atau melemahkan variabel independen.

2) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas wilayah sampel penelitian bukan hanya di wilayah Kota Bandung melainkan di wilayah lain atau di kota besar lainnya, sehingga jumlah sampel dapat bertambah dan tingkat generalisasi menjadi lebih tinggi.

3) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menerapkan metode penelitian yang berbeda yang dapat membuat data menjadi lebih berkualitas.


(34)

88 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2009), Balai Pustaka, Jakarta.

Ghozali, Imam. (2009), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan ke IV, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

Hartono, Jogiyanto. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- Pengalaman, Edisi 209, BPFE, Yogyakarta.

Ilyas, W.B., Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia (Buku Satu), Edisi revisi, Penerbit Salemba Empat. Yogyakarta.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan (Edisi revisi), Edisi revisi 2011, Andi Offset, Yogyakarta.

Nugroho, B.A. (2005). Strategi Jitu Memilih Statistik Penlitian dengan SPSS, CV Andi Offset, Yogyakarta.

Resmi, Siti. (2011). Perpajakan: Teori dan Kasus, (Buku Dua), Salemba Empat, Yogyakarta.

Soemarso, S.R. (2007). Perpajakan Pendekatan Komprehensif, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak,, Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Qualitative and Quantitative Research Methods). Alfabeta, Bandung.

Sukardji, Untung. (2003). Pajak Pertambahan Nilai, Edisi Revisi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suliyanto. (2005). Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(35)

89

Universitas Kristen Maranatha http://www.tarif.depkeu.go.id/ diakses hari Kamis, 9 Oktober 2014.

http://ilmuakuntansi.web.id/


(1)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 66

Universitas Kristen Maranatha 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak,

sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima

(Nugroho, 2005:53).

Hipotesis yang akan digunakan dalam pengujian ini adalah :

H0: βi = 0 Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap daya beli konsumen.

H0: βi = 0 Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap daya beli konsumen. c. Uji Signifikansi Parameter Individual (uji statistik t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing- masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilhat pada tabel Coeficientsa.

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing variabel independen dengan tingkat

signifikansi yang digunakan 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha

diterima, sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho


(2)

B A B I I I M e t o d e P e n e l i t i a n | 67

Universitas Kristen Maranatha Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :

1) Pajak Pertambahan Nilai

H0 : βi = 0 Pajak Pertambahan Nilai tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap daya beli konsumen.

H0 : βi ≠ 0 Pajak Pertambahan Nilai mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap daya beli konsumen. 2) Pajak Penjualan atas Barang Mewah

H0 : βi = 0 Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap daya beli konsumen. H0 : βi ≠ 0 Pajak Penjualan atas Barang Mewah mempunyai pengaruh


(3)

86

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil perhitungan dan analisis pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPnBM) terhadap Daya Beli Konsumen Barang Elektronika (Studi Empiris pada

Konsumen Barang Elektronika di Wilayah Jalan ABC Kota Bandung)”, dapat

disimpulkan :

1. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Daya Beli Konsumen, namun Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Daya Beli Konsumen;

2. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Daya Beli Konsumen;

3. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berpengaruh sebesar 0,0101 atau 1,01% terhadap Daya Beli Konsumen sedangkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) berpengaruh sebesar 0,3660 atau 36,60% terhadap Daya Beli Konsumen;


(4)

B A B V K E S I M P U L A N D A N S A R A N| 87

4. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) secara simultan memiliki pengaruh sebesar 37,6% terhadap Daya Beli Konsumen (Y), sedangkan sisanya sebesar 62,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati di dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel – variabel

independen lainnya yang dapat memperkuat atau melemahkan variabel independen.

2) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas wilayah sampel penelitian bukan hanya di wilayah Kota Bandung melainkan di wilayah lain atau di kota besar lainnya, sehingga jumlah sampel dapat bertambah dan tingkat generalisasi menjadi lebih tinggi.

3) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menerapkan metode penelitian yang berbeda yang dapat membuat data menjadi lebih berkualitas.


(5)

88 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2009), Balai Pustaka, Jakarta.

Ghozali, Imam. (2009), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan ke IV, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

Hartono, Jogiyanto. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- Pengalaman, Edisi 209, BPFE, Yogyakarta.

Ilyas, W.B., Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia (Buku Satu), Edisi revisi, Penerbit Salemba Empat. Yogyakarta.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan (Edisi revisi), Edisi revisi 2011, Andi Offset, Yogyakarta.

Nugroho, B.A. (2005). Strategi Jitu Memilih Statistik Penlitian dengan SPSS, CV Andi Offset, Yogyakarta.

Resmi, Siti. (2011). Perpajakan: Teori dan Kasus, (Buku Dua), Salemba Empat, Yogyakarta.

Soemarso, S.R. (2007). Perpajakan Pendekatan Komprehensif, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak,, Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Qualitative and Quantitative Research Methods). Alfabeta, Bandung.

Sukardji, Untung. (2003). Pajak Pertambahan Nilai, Edisi Revisi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suliyanto. (2005). Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(6)

89

Universitas Kristen Maranatha http://www.tarif.depkeu.go.id/ diakses hari Kamis, 9 Oktober 2014.

http://ilmuakuntansi.web.id/


Dokumen yang terkait

Prosedur pembayaran Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Di KPP Pratama Medan Kota

1 83 72

Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM) terhadap Daya Beli Konsumen pada Barang Elektronika (Studi Empiris pada Konsumen Barang Elektronika di Glodok Jakarta Kota)

10 103 127

Analisis pengaruh pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualanatas barang mewah (PPNBM) terhadap daya beli konsumen pada barang elektronika : studi empiris pada konsumen barang elektronikka di wilayah tangerang selatan

1 21 105

Pengaruh penerapan PMK NO-121/PMK.011/2013 atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPNBM) terhadap daya beli konsumen pada barang elektronika: studi empiris konsumen barang elektronika di Wilayah DKI Jakarta

3 13 134

Pengaruh Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Terhadap Daya Beli Konsumen (Studi Kasus di KPP Pratama Cirebon)

17 77 46

Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM) terhadap Daya Beli Konsumen Alat Fotografi (Studi Empiris pada Perhimpunan Amatir Foto di Kota Bandung).

1 7 18

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

0 0 26

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

0 0 49

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

0 1 55

PENGARUH PENGENAAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA TERHADAP DAYA BELI KONSUMEN DI KOTA PALEMBANG

0 0 12