Perancangan Interior Photography Center dengan Konsep Cahaya.
i ABSTRACT
Along with the advancement of technology, the need for photography is not
only about capturing important moments in human’s life as a hobby, but the need
has become a growing business activity. At this moment, however, different photographic activities such as photo studios, photography training, exhibition, etc. tend to walk separately and are not integrated. This project explains how a photography center interior design can facilitate different photographic activities through the application of a lighting concept. The application of this concept may result in efficient, synergic, comfortable and pleasant photographic activities.
(2)
ii ABSTRAK
Sejalan dengan perkembangan teknologi, kebutuhan terhadap fotografi tidak hanya menyangkut kebutuhan atau hobi seseorang untuk mengabadikan moment penting dalam kehidupan manusia, tetapi sudah menjadi sebuah kegiatan bisnis yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Namun demikian, hingga saat ini berbagai kegiatan fotografi, seperti foto studio, kursus fotografi, pameran, dan lain-lain, cenderung dilaksanakan secara sendiri-sendiri di tempat terpisah dan belum dilaksanakan secara terintegrasi. Tulisan ini menjelaskan bagaimana perancangan interior photography center yang dapat memfasilitasi berbagai kegiatan fotografi dengan menerapkan konsep cahaya. Melalui penerapan konsep ini diharapkan berbagai kegiatan fotografi dapat dilaksanakan secara efisien, sinergis, nyaman, dan menyenangkan penggunanya.
(3)
v DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR BAGAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Perancangan 1
1.2 Identifikasi Masalah 3
1.3 Rumusan Masalah 4
1.4 Ide dan Gagasan Perancangan 4
1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Perancangan 6 1.6 Tujuan dan Manfaat Perancangan 6
1.6.1Tujuan 6
1.6.2Manfaat 7
1.7 Sistematika Penulisan 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Fotografi 10
2.1.1 Pengertian Fotografi 10
2.1.2 Sejarah Fotografi 13
2.2 Gallery Foto 14
2.2.1 Pengertian Gallery Fotografi 14
2.2.2 Jenis Gallery 15
2.2.3 Prinsip-Prinsip Perancangan Gallery 17 2.2.4 Standar Perancangan Ruang Gallery 18 2.2.4.1 Standar Luas Ruang Objek Pamer 18
(4)
vi
2.2.4.2 Standar Visual Ruang Objek Pamer 21 2.2.4.3 Standar Pencahayaan Ruang Gallery 23
2.3 Studio Foto 24
2.3.1 Pengertian Studio Foto 24
2.3.2 Ketentuan Desain Ruang 26
2.4 Ruang Kelas Fotografi 32
2.4.1 Pengertian Kelas Fotografi 32 2.4.2 Perancangan Ruang Kelas Fotografi 33
2.5 Mini Library Fotografi 39
2.6 Retail dan Printing 40
2.6.1 Pengertian Retail dan Printing 40 2.6.2 Perancangan Ruang Retail dan Printing 42
2.7 Café 43
2.7.1 Pengertian Café 43
2.7.2 Perancangan Interior Café 44 2.8 Perancangan Photography Center 46
BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI 52
3.1 Lokasi Perancangan 52
3.1.1 Deskripsi Site 53
3.1.1.1 Analisa Site 53
3.1.1.2 Denah Bumi Bandhawa Hotel 55
3.1.2 Deskripsi Fungsi 56
3.1.3 Identifikasi User 57
3.2 Flow Activity 60
3.3 Kebutuhan Ruang 61
3.4 Bubble Diagram 62
3.5 Zonning dan Blocking Ruang 62
BAB IV PERANCANGAN INTERIOR PHOTOGRAPHY CENTER 65
(5)
vii
4.2 Penerapan Konsep dalam Desain 66
4.2.1 Konsep Bentuk 67
4.2.2 Konsep Warna 68
4.2.3 Konsep Material 69
4.2.4 Konsep Pencahayaan 71
4.2.5 Konsep Penghawaan 72
4.2.6 Konsep Furniture 73
4.2.7 Konsep Keamanan 73
4.3 Perancangan General 74
4.4 Sirkulasi 77
4.5 Perancangan Area Khusus 83
4.5.1 Entrance dan Lobby 83
4.5.2 Gallery Foto 85
4.5.3 Studio Foto 87
4.5.4 Kelas Fotografi 89
4.5.5 Mini Library Fotograf 89
4.5.6 Retail dan Printing 89
4.5.7 Café 91
4.5.8 Office 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 94
5.1 Kesimpulan 94
5.2 Saran 95
DAFTAR PUSTAKA 97
(6)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Luas Objek Pamer 19
Tabel 2.2 Besarnya Penerangan, Warna Cahaya, dan Ra
(Colour Rendering/ Warna Asli) yang Dianjurkan 24
(7)
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Penerapan Cahaya sebagai Elemen pada Interior 5
Gambar 1.2 Penerapan Cahaya sebagai Elemen pada Interior 6
Gambar 2.1 Ruang Pameran Karya Seni Dua Dimensi Ukuran
50 cm x 50 cm 19
Gambar 2.2 Ruang Pameran Karya Seni Dua Dimensi Ukuran
100 cm x 100 cm 20
Gambar 2.3 Ruang Pameran Karya Seni Dua Dimensi Ukuran
200 cm x 200 cm 20
Gambar 2.4 Ruang Pameran Karya Seni Dua Dimensi Ukuran
300 cm x 300 cm 21
Gambar 2.5 Jarak Visual Karya Seni Dua Dimensi Ukuran
50 cm x 50 cm 21
Gambar 2.6 Jarak Visual Karya Seni Dua Dimensi Ukuran
100 cm x 100 cm 22
Gambar 2.7 Jarak Visual Karya Seni Dua Dimensi Ukuran
200 cm x 200 cm 22
Gambar 2.8 Jarak Visual Karya Seni Dua Dimensi Ukuran
(8)
x
Gambar 2.9 Studio Foto 27
Gambar 2.10 Contoh Hasil Foto dengan Letak Penerangan
yang Berbeda 28
Gambar 2.11 Contoh Hasil Foto dengan Letak Penerangan
yang Berbeda 28
Gambar 2.12 Contoh Hasil Foto dengan Letak Penerangan
yang Berbeda 29
Gambar 2.13 Kamera 29
Gambar 2.14 Tripod 30
Gambar 2.15 Lampu 31
Gambar 2.16 Payung 31
Gambar 2.17 Reflektor 32
Gambar 2.18 Kelas Gaya Auditorium 34
Gambar 2.19 Kelas Gaya Tatap Muka 35
Gambar 2.20 Kelas Gaya Seminar 36
Gambar 2.21 Kelas Gaya Cluster 36
(9)
xi
Gambar 2.23 Kelas Gaya Fishbowl 37
Gambar 2.24 Kelas Gaya Workstation 38
Gambar 2.25 Kelas Gaya Breakout Grouping 38
Gambar 2.26 Kelas Gaya Chevron 39
Gambar 2.27 Tinggi Konter Retail 42
Gambar 2.28 Sirkulasi pada Retail 43
Gambar 2.29 Penataan Perangkat Makan Optimal 44
Gambar 2.30 Lebar Meja Minimal 45
Gambar 2.31 Jarak Bersih Minimal untuk Kursi 45
Gambar 2.32 Jonas Photo Studio, Bandung 46
Gambar 2.33 Studio Foto di Jonas Photo Studio PVJ, Bandung 47
Gambar 2.34 Studio Foto di Jonas Photo Studio PVJ, Bandung 47
Gambar 2.35 Oktagon Gunung Sahari, Jakarta Pusat 48
Gambar 2.36 Ruang Kelas Oktagon Gunung Sahari, Jakarta Pusat 49
Gambar 2.37 Retail Oktagon Kemang Icon, Jakarta 49
(10)
xii
Gambar 2.39 Ruang Serba Guna Oktagon Kemang, Jakarta 50
Gambar 2.40 Studio Oktagon Kemang, Jakarta 51
Gambar 3.1 Lokasi Bumi Bandhawa Hotel 54
Gambar 3.2 Denah Lantai Dasar Bumi Bandhawa Hotel 55
Gambar 3.3 Denah Lantai Dua Bumi Bandhawa Hotel 56
Gambar 3.4 Bubble Diagram 62
Gambar 3.5 Zoning Blocking Lantai Dasar 63
Gambar 3.6 Zoning Blocking Lantai Dua 63
Gambar 3.7 Zoning Blocking Studio Foto 64
Gambar 4.1 Bentuk-bentuk Geometris Tegak Lurus dan Siku 67
Gambar 4.2 Konsep Warna 68
Gambar 4.3 Cermin 69
Gambar 4.4 Lantai Epoxy Abu-abu 69
Gambar 4.5 White Acrylic 70
(11)
xiii
Gambar 4.7 HPL Black Glossy 70
Gambar 4.8 LED 71
Gambar 4.9 Sandblast Glass 71
Gambar 4.10 Konsep Pencahayaan 72
Gambar 4.11 Denah General Lantai Dasar 74
Gambar 4.12 Denah General Lantai Dua 75
Gambar 4.13 Denah General Studio Foto 76
Gambar 4.14 Flow Pengunjung Umum 77
Gambar 4.15 Flow Peserta Kelas Fotografi 79
Gambar 4.16 Flow Penyewa Studio Foto 80
Gambar 4.17 Flow Barang Pameran 82
Gambar 4.18 Potongan Lobby 83
Gambar 4.19 Potongan Lobby 84
Gambar 4.20 Perspektif Lobby 84
Gambar 4.21 Potongan Gallery Foto 85
(12)
xiv
Gambar 4.23 Perspektif Gallery Foto 86
Gambar 4.24 Potongan Studio Foto 87
Gambar 4.25 Potongan Studio Foto 88
Gambar 4.26 Perspektif Studio Foto 88
Gambar 4.27 Potongan Retail dan Printing 90
Gambar 4.28 Potongan Retail dan Printing 90
Gambar 4.29 Perspektif Retail dan Printing 91
Gambar 4.30 Potongan Café Indoor 92
Gambar 4.31 Potongan Café Indoor 92
(13)
xv
DAFTAR BAGAN
(14)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perancangan
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia fotografi pun terus mengalami perkembangan yang luar biasa dari waktu ke waktu. Dewasa ini, fotografi telah mewarnai berbagai aspek kehidupan manusia dengan mengabadikan berbagai moment penting dan objek menarik di seluruh belahan dunia. Tidak hanya itu, perkembangan dunia fotografi juga telah menarik perhatian banyak kalangan yang ingin mendokumentasikan berbagai moment, baik yang bersifat pribadi, keluarga, maupun sekedar hobi untuk mengabadikan keindahan alam atau peristiwa terkait seni dan budaya, dan peristiwa-peristiwa lainnya. Melalui fotografi seseorang dapat lebih mudah mengingat sebuah peristiwa dibandingkan dengan tulisan atau lebih mudah memahami suatu objek berita, berbagai produk yang ditawarkan, dan berbagai informasi lainnya. Oleh karena fotografi mampu menggambarkan berbagai peristiwa, maka timbulah ungkapan bahwa sebuah foto mampu berbicara lebih banyak daripada seribu kata-kata.
(15)
2
Dalam perkembangannya, dunia fotografi pun mengalami perkembangan fungsi. Selain berfungsi sebagai media yang merekam berbagai peristiwa, fotografi pun telah menjadi bagian dari seni dimana seorang fotografer dapat mengekspresikan dirinya dalam setiap karya fotografinya. Adanya fungsi-fungsi tersebut menyebabkan dunia fotografi menjadi semakin dekat dengan kehidupan dan dibutuhkan masyarakat luas. Perkembangan teknologi fotografi yang semakin maju, minat masyarakat yang ingin mengenal dunia fotografi lebih mendalam, bertambahnya jumlah komunitas fotografi, dan berbagai kebutuhan praktis lainnya merupakan fakta yang menggambarkan semakin berkembangnya dunia fotografi. Gambaran tersebut mengisyaratkan tumbuhnya demand terhadap berbagai hal terkait dengan fotografi yang perlu direspons dengan baik agar dunia fotografi benar-benar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi fotografi dewasa ini pun telah mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan bisnis seperti studio foto, kursus fotografi, pameran foto, photo library, dan berbagai kegiatan sejenis lainnya, hingga tumbuhnya komunitas pecinta fotografi. Aktivitas-aktivitas tersebut sangat mudah ditemukan di banyak kota di Indonesia, bahkan di banyak kota di dunia, dengan berbagai karakteristik desain yang ditampilkan dengan menonjolkan fungsi dan estetika masing-masing. Berbagai aktivitas yang berkaitan dengan fotografi tersebut, umumnya dilakukan secara sendiri-sendiri atau terpisah satu sama lain. Aktivitas yang satu dengan yang lain, seringkali tidak memiliki keterkaitan. Sebuah kegiatan bisnis hanya menyelenggarakan satu pelayanan saja, seperti pelayanan foto studio, kursus fotografi, atau pameran foto.
Sejalan dengan perkembangan berbagai aktivitas tersebut, dewasa ini terdapat kebutuhan untuk mengintegrasikan kegiatan-kegiatan yang terpisah itu dalam sebuah photography center. Photography center ini merupakan sebuah tempat yang menyediakan berbagai fasilitas untuk terselenggaranya berbagai aktivitas fotografi. Selain memudahkan pelayanan yang terkait dengan fotografi, terintegrasinya kegiatan-kegiatan ini akan lebih memudahkan fotografer dalam menjalankan aktivitasnya. Fotografer akan lebih mudah melakukan pemotretan, mengikuti atau memberikan kursus, memamerkan hasil karya, dan kegiatan lainnya
(16)
3
karena dilakukan dalam satu kesatuan lokasi yang sama. Sebagai contoh adalah Photofusion Photography Center di London yang menyelenggarakan berbagai kegiatan fotografi dalam satu lokasi, mencakup kursus fotografi, picture library, foto studio, jasa printing dan mounting, scanning, film processing, media sosial untuk pecinta fotografi, dan lain-lain.
Terkait dengan kebutuhan adanya photography center yang menyediakan berbagai fasilitas fotografi, seperti gallery, studio foto, kelas fotografi, mini library, retail dan printing, serta café tempat berkumpul komunitas fotografi, perlu dipikirkan perancangan interior, termasuk di dalamnya pengelolaan tata cahaya, yang memungkinkan pengguna ruangan dapat melakukan berbagai aktivitasnya dengan baik dalam suasana nyaman. Pengelolaan tata cahaya dimaksud tidak hanya dapat memenuhi aspek estetika, tetapi juga memenuhi fungsi lain dalam ruangan. Demikian pentingnya pengelolaan tata cahaya dalam perancangan photography center, dan oleh karenanya, penulis memandang perlu untuk mendalami Perancangan Interior photography center dengan Konsep Cahaya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi terkait dengan perancangan photography center adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana merancang sebuah photography center yang sesuai dengan konsep cahaya dengan tema kontemporer?
b. Bagaimana memenuhi fasilitas sebuah photography center dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai?
(17)
4 1.3 Rumusan Masalah
Beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam perancangan interior photography center dengan konsep cahaya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana merancang ruang-ruang untuk aktivitas fotografi beserta sirkulasi dan pencahayaan yang sesuai dengan perancangan interior photography center?
b. Bagaimana menerapkan konsep cahaya secara terintegrasi dengan tema kontemporer pada perancangan interior photography center?
1.4 Ide dan Gagasan Perancangan
Pengembangan photography center merupakan sebuah upaya membangun fasilitas fotografi secara terintegrasi yang dapat memadukan berbagai kegiatan fotografi dalam satu lokasi. Agar seluruh kegiatan fotografi tersebut dapat dilakukan secara efisien, sinergis, dan menyenangkan diperlukan perancangan interior yang sesuai dengan karakteristik photography center itu sendiri dan para penggunanya.
Fotografi berasal dari kata foto yang berarti cahaya dan grafi yang berarti menggambar. Dengan demikian, fotografi dapat diartikan sebagai kegiatan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya (Amir Hamzah Sulaeman, 1981). Dalam hal ini, cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan fotografi. Penciptaan komposisi cahaya alami dan buatan akan menjadi elemen estetis yang dapat mempresentasikan dunia fotografi. Oleh karena itu, photography center akan didesain secara terintegrasi dengan konsep cahaya yang meliputi bentuk, warna, dan pencahayaan yang akan diterapkan berdasarkan sifat-sifat cahaya seperti refleksi (memantul), transmisi (meneruskan), dan absorsi (menyerap). Warna yang dipilih adalah warna monokrom, dengan gradasi warna hitam sampai putih.
(18)
5
Tema yang diambil dalam desain interior photography center ini adalah kontemporer. Hal ini mengacu pada adanya kecenderungan fotografi menjadi lifestyle masyarakat Indonesia pada masa kini. Peminat muda pada bisnis fotografi juga meningkat, yang terlihat dari semakin banyaknya komunitas-komunitas pecinta fotografi di Indonesia.
Gambar 1.1 Penerapan Cahaya sebagai Elemen pada Interior Sumber : Pinterest, 2014
(19)
6
Gambar 1.2 Penerapan Cahaya sebagai Elemen pada Interior Sumber : Pinterest, 2014
1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Perancangan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis membuat batasan-batasan yang menjadikan ruang lingkup perancangan interior photography center dari konsep cahaya yang terintegrasi dengan tema kontemporer, berdasarkan perspektif fotografi. Area perancangan terdiri atas gallery foto, studio foto, kelas fotografi, mini library, retail dan printing, serta café tempat berkumpul komunitas fotografi.
1.6 Tujuan dan Manfaat Perancangan
(20)
7
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan rancangan interior photography center yang terintegrasi ini adalah sebagai berikut:
a. Menghadirkan konsep cahaya secara terintegrasi dengan tema kontemporer pada perancangan interior photography center;
b. Menerapkan rancangan ruang-ruang untuk aktivitas fotografi beserta sirkulasi dan pencahayaan yang sesuai dengan perancangan interior photography center.
1.6.2 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan rancangan interior photography center yang terintegrasi ini adalah:
a. Bagi penulis, diharapkan perancangan interior photography center ini dapat membuka wawasan mengenai standar perancangan sebuah photography center yang terintegrasi dengan baik;
b. Bagi Fakultas Seni Rupa dan Desain, diharapkan mampu menambah koleksi literatur mengenai data photography center khususnya yang berkaitan dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya;
c. Bagi komunitas fotografi, sebagai media untuk mengembangkan profesi fotografer, mempublikasikan karya-karyanya, dan memperoleh informasi terbaru menganai fotografi;
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan perancangan interior photography center yang terintegrasi ini terdiri atas 5 bab, yaitu sebagai berikut :
(21)
8 1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang pemilihan topik perancangan, identifikasi masalah dan rumusan masalah, ide dan gagasan perancangan, batasan dan ruang lingkup perancangan, tujuan dan manfaat perancangan, pembatasan masalah, dan sistematika penelitian pembahasan;
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori yang mendukung perancangan tugas akhir yang dipilih, yang diambil dari studi literatur;
3. BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI
Pada bab ini dibahas mengenai proyek yang akan dibuat, analisa objek studi, serta programming;
4. BAB IV PERANCANGAN INTERIOR PHOTOGRAPHY CENTER
Pada bab ini dibahas mengenai konsep dan tema yang dipilih, yang kemudian diaplikasikan pada bentuk-bentuk rancangan;
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini disampaikan kesimpulan bagi perancangan yang telah dibuat, serta saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang akan melakukan perancangan dengan topik serupa.
(22)
94 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5
.1 Kesimpulan
Kegiatan perancangan interior photography center dengan konsep cahaya sebagaimana dikemukakan pada bagian-bagian sebelumnya menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Perancangan interior photography center dengan konsep cahaya di lokasi Bumi Bandhawa Hotel menghasilkan desain photography center yang dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan ruang untuk berbagai kegiatan fotografi yang mencakup: entrance dan receptionist; lobby; gallery foto; studio foto; kelas fotografi; mini library fotografi; retail dan printing; café; dan ruang office. Keseluruhan kegiatan fotografi dirancang dengan konsep cahaya melalui pendekatan sifat-sifatnya, yaitu refleksi (memantul), transmisi (meneruskan), dan absorsi (menyerap). Tema kontemporer terlihat dalam pemilihan bentuk, warna, dan material, yang didominasi dengan warna monocrom bergradasi warna hitam sampai putih. Diharapkan para pengguna dapat memanfaatkan photography center secara lebih efisien, sinergis, nyaman, dan menyenangkan.
(23)
95
Dengan demikian, perancangan ini telah dapat menghimpun berbagai kegiatan fotografi seperti studio foto, tempat kursus fotografi, ruang pameran, dan kegiatan fotografi lainnya, yang semula cenderung terpisah dan tidak memiliki kaitan satu dengan yang lain menjadi lebih terintegrasi. Keunggulan lain dari photography center ini adalah pengunjung khusus maupun umum dapat diakomodasikan dalam konsep ini;
b. Konsep pencahayaan yang diterapkan pada perancangan interior photography center telah dapat memberikan efek yang sangat penting pada tata cahaya dalam interior dan berhasil membangun rasa nyaman dan menyenangkan dalam photography center. Pencahayaan di lobby, gallery foto, serta retail dan printing yang menggunakan pencahayaan yang redup bahkan nyaris gelap dapat memberi efek dramatis dan memunculkan efek geometris dengan dipasangnya banyak lampu LED yang ditanam di dalam acrylic putih. Sedangkan pada ruang-ruang kelas fotografi, café, dan mini library fotografi yang menggunakan pencahayaan alami dan dibantu dengan pencahayaan buatan lampu downlight dapat menerangi seluruh ruangan. Khusus gallery foto, pemasangan lampu spotlight dapat menerangi objek pameran sehingga terlihat lebih fokus. Konsep cahaya tersebut dipadukan dengan sarana berupa furniture kontemporer dan prasarana berupa ruang-ruang yang disesuaikan dengan fungsinya (tata ruang, pemilihan material, sirkulasi) dapat memenuhi kebutuhan pengguna dalam penyedian berbagai fasilitas yang tersedia.
5
.2 Saran
Terkait dengan kegiatan perancangan interior photography center dengan konsep cahaya sebagaimana telah dikemukakan pada bagian sebelumnya dan dalam upaya mengembangkan desain dan konsep tersebut pada perancangan yang akan datang, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
(24)
96
a. Dalam menghasilkan rancangan yang sesuai dengan kebutuhan, desainer interior perlu melakukan survey terlebih dahulu untuk membandingkan secara akurat antara kebutuhan dengan bangunan yang akan dirancang. Kesesuaian antara kebutuhan dengan karakteristik bangunan yang akan dirancang akan menghasilkan rancangan yang efisien dan sesuai dengan preferensi pengguna dan pengunjung photography center;
b. Dalam merancang interior photography center, sebaiknya terlebih dahulu mencari, memilih, dan menentukan apa yang menjadi keunikan dari fotografi. Setelah mendapatkan sisi menarik dari fotografi, barulah menentukan konsep desain yang akan diterapkan. Keunikan dari fotografi tersebut, dapat dilihat dari cara seorang fotografer yang sedang mengambil gambar suatu moment. Biasanya hal ini ditunggu oleh para peminat fotografi. Situasi seperti ini dapat ditampilkan dalam rancangan, sehingga menghasilkan desain yang menarik dan memiliki keistimewaan tersendiri.
c. Ketika mendesain suatu ruang publik, sebaiknya diperhatikan karakterisitik pengguna ruang tersebut. Sehingga tujuan penyediaan fasilitas yang ada dalam ruang publik tersebut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh para penggunanya.
(25)
97
DAFTAR PUSTAKA
Albertus Indratno. 2014. Peta Omzet Bisnis Fotografi. Yogyakarta: Pustaka Ananda Srva.
Amir Hamzah Sulaeman. 1982. Teknik Kamar Gelap untuk Fotografi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_____. 2011. Bandung Citizen Magazine.
Berman, Barry dan Evans, Joel R. 2011. Retail Management : a Strategic Approach. New York : Prentice Hall.
_____. 2014. Brosur Bumi Bandhawa Hotel.
_____. 2011.Collins English Dictionary. Glasgow : Harper Collins.
Davenport, Alma. 1991. The History of Photography. Mexico City : University of New Mexico Press.
e-journal.uajy.ac.id. 2014.
_____. 2013. International Design School. _____. 2014. Free Dictionary.
Globaljust.org. 2013. Gallery Public.
Julius Panero dan Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta : Erlangga.
Kelby, Scott. 2013. The Digital Photography Book. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.
(26)
98
Lasa. 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta : Pinus.
Levy, Michael dan Weitz, Barton. 2001. Retailing Management. Boston : Irwin McGrauw-Hill.
Locker, Pam. 2010. Basic Interior Design : Exhibition Design. Switzerland : AVA Publishing SA.
Merriam – Webster. 1964. Dictionary. Amerika Serikat : Encyclopedia Britanica. Neufert, Ernst. 1997. Data Arsitek. Jakarta : Erlangga.
_____. 1998. Oxford Dictionary.
Risch, Ernest H. 1991. Retail Merchandising. New Jersey : MacMillan Publishing Company.
ronitadp.wordpress.com. 2014. static.panoramio.com. 2014.
Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : CV Sagung Seto. Szarowski. 1980. The Photographers Eye. New York : Museum of Modern Art.
Thompson. G. 1978. The Museum Environment. London : Butterworth & Co. Ltd. _____. 1977. The First Photograph – Heliography.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Ummu Hany Almasitoh. 2012. Jurnal : Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran.
(27)
99
Vintageclothingaccessoriescentral.com. 2014. Setting Up the Fashion Photo Student.
W.J.S. Poerwadarminta.1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
www.ahlidesain.com. 2014. Bagaimana Memulai Studio Foto Rumahan. www.ehow.com. 2014. How to Design and Art Gallery.
www.motret.com. 2014.
Yuda Kurniawan. 2011. Pengenalan Jenis-Jenis Foto dan Teknis Dasar Pemotrean.
(1)
94 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5
.1 Kesimpulan
Kegiatan perancangan interior photography center dengan konsep cahaya sebagaimana dikemukakan pada bagian-bagian sebelumnya menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Perancangan interior photography center dengan konsep cahaya di lokasi Bumi Bandhawa Hotel menghasilkan desain photography center yang dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan ruang untuk berbagai kegiatan fotografi yang mencakup: entrance dan receptionist; lobby; gallery foto; studio foto; kelas fotografi; mini library fotografi; retail dan printing; café; dan ruang office. Keseluruhan kegiatan fotografi dirancang dengan konsep cahaya melalui pendekatan sifat-sifatnya, yaitu refleksi (memantul), transmisi (meneruskan), dan absorsi (menyerap). Tema kontemporer terlihat dalam pemilihan bentuk, warna, dan material, yang didominasi dengan warna monocrom bergradasi warna hitam sampai putih. Diharapkan para pengguna dapat memanfaatkan photography center secara lebih efisien, sinergis, nyaman, dan menyenangkan.
(2)
95
Dengan demikian, perancangan ini telah dapat menghimpun berbagai kegiatan fotografi seperti studio foto, tempat kursus fotografi, ruang pameran, dan kegiatan fotografi lainnya, yang semula cenderung terpisah dan tidak memiliki kaitan satu dengan yang lain menjadi lebih terintegrasi. Keunggulan lain dari photography center ini adalah pengunjung khusus maupun umum dapat diakomodasikan dalam konsep ini;
b. Konsep pencahayaan yang diterapkan pada perancangan interior photography center telah dapat memberikan efek yang sangat penting pada tata cahaya dalam interior dan berhasil membangun rasa nyaman dan menyenangkan dalam photography center. Pencahayaan di lobby, gallery foto, serta retail dan printing yang menggunakan pencahayaan yang redup bahkan nyaris gelap dapat memberi efek dramatis dan memunculkan efek geometris dengan dipasangnya banyak lampu LED yang ditanam di dalam acrylic putih. Sedangkan pada ruang-ruang kelas fotografi, café, dan mini library fotografi yang menggunakan pencahayaan alami dan dibantu dengan pencahayaan buatan lampu downlight dapat menerangi seluruh ruangan. Khusus gallery foto, pemasangan lampu spotlight dapat menerangi objek pameran sehingga terlihat lebih fokus. Konsep cahaya tersebut dipadukan dengan sarana berupa furniture kontemporer dan prasarana berupa ruang-ruang yang disesuaikan dengan fungsinya (tata ruang, pemilihan material, sirkulasi) dapat memenuhi kebutuhan pengguna dalam penyedian berbagai fasilitas yang tersedia.
5
.2 Saran
Terkait dengan kegiatan perancangan interior photography center dengan konsep cahaya sebagaimana telah dikemukakan pada bagian sebelumnya dan dalam upaya mengembangkan desain dan konsep tersebut pada perancangan yang akan datang, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
(3)
96
a. Dalam menghasilkan rancangan yang sesuai dengan kebutuhan, desainer interior perlu melakukan survey terlebih dahulu untuk membandingkan secara akurat antara kebutuhan dengan bangunan yang akan dirancang. Kesesuaian antara kebutuhan dengan karakteristik bangunan yang akan dirancang akan menghasilkan rancangan yang efisien dan sesuai dengan preferensi pengguna dan pengunjung photography center;
b. Dalam merancang interior photography center, sebaiknya terlebih dahulu mencari, memilih, dan menentukan apa yang menjadi keunikan dari fotografi. Setelah mendapatkan sisi menarik dari fotografi, barulah menentukan konsep desain yang akan diterapkan. Keunikan dari fotografi tersebut, dapat dilihat dari cara seorang fotografer yang sedang mengambil gambar suatu moment. Biasanya hal ini ditunggu oleh para peminat fotografi. Situasi seperti ini dapat ditampilkan dalam rancangan, sehingga menghasilkan desain yang menarik dan memiliki keistimewaan tersendiri.
c. Ketika mendesain suatu ruang publik, sebaiknya diperhatikan karakterisitik pengguna ruang tersebut. Sehingga tujuan penyediaan fasilitas yang ada dalam ruang publik tersebut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh para penggunanya.
(4)
97
DAFTAR PUSTAKA
Albertus Indratno. 2014. Peta Omzet Bisnis Fotografi. Yogyakarta: Pustaka Ananda Srva.
Amir Hamzah Sulaeman. 1982. Teknik Kamar Gelap untuk Fotografi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_____. 2011. Bandung Citizen Magazine.
Berman, Barry dan Evans, Joel R. 2011. Retail Management : a Strategic Approach. New York : Prentice Hall.
_____. 2014. Brosur Bumi Bandhawa Hotel.
_____. 2011.Collins English Dictionary. Glasgow : Harper Collins.
Davenport, Alma. 1991. The History of Photography. Mexico City : University of New Mexico Press.
e-journal.uajy.ac.id. 2014.
_____. 2013. International Design School. _____. 2014. Free Dictionary.
Globaljust.org. 2013. Gallery Public.
Julius Panero dan Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta : Erlangga.
Kelby, Scott. 2013. The Digital Photography Book. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.
(5)
98
Lasa. 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta : Pinus.
Levy, Michael dan Weitz, Barton. 2001. Retailing Management. Boston : Irwin McGrauw-Hill.
Locker, Pam. 2010. Basic Interior Design : Exhibition Design. Switzerland : AVA Publishing SA.
Merriam – Webster. 1964. Dictionary. Amerika Serikat : Encyclopedia Britanica. Neufert, Ernst. 1997. Data Arsitek. Jakarta : Erlangga.
_____. 1998. Oxford Dictionary.
Risch, Ernest H. 1991. Retail Merchandising. New Jersey : MacMillan Publishing Company.
ronitadp.wordpress.com. 2014. static.panoramio.com. 2014.
Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : CV Sagung Seto. Szarowski. 1980. The Photographers Eye. New York : Museum of Modern Art.
Thompson. G. 1978. The Museum Environment. London : Butterworth & Co. Ltd. _____. 1977. The First Photograph – Heliography.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Ummu Hany Almasitoh. 2012. Jurnal : Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran.
(6)
99
Vintageclothingaccessoriescentral.com. 2014. Setting Up the Fashion Photo Student.
W.J.S. Poerwadarminta.1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
www.ahlidesain.com. 2014. Bagaimana Memulai Studio Foto Rumahan. www.ehow.com. 2014. How to Design and Art Gallery.
www.motret.com. 2014.
Yuda Kurniawan. 2011. Pengenalan Jenis-Jenis Foto dan Teknis Dasar Pemotrean.