Sahabat Senandika

Yayasan Spiritia

No. 13, Desember 2003

Sahabat Senandika
Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Laporan Kegiatan
Lokakarya Deklarasi
UNGASS
Oleh : J.O. Baju Pradjanto
Pada tanggal 5 – 7 November kemarin,
diadakan lokakarya tentang deklarasi UNGASS
yang diprakarsai oleh APCASO, Kuala Lumpur,
bekerjasama dengan UNAIDS dan di bantu
dengan PITA serta Yayasan AIDS Indonesia
sebagai panitia lokal, bertempat di Hotel
Menara Peninsula Jakarta. Yang diundang
sebagai peserta adalah LSM dari berbagai kota di
Indonesia dan Lembaga pemerintah, awalnya
peserta berjumlah 35 orang, akan tetapi karena

besarnya keingintahuan peserta untuk
mengikuti lokakarya ini, maka panitia
menambah jumlah kursi sebagai observer, jadi
setiap lembaga mendapat dua kursi, satu sebagai
peserta dan satu lagi sebagai observer.
Di hari pertama lebih banyak mendengarkan
dari berbagai lembaga yang membagi
pengalamannya tentang deklarasi UNGASS,
Komisi Penanggulangan AIDS yang di wakili
oleh Bapak Farid Husain, lalu dilanjutkan oleh
Depkes (P2ML) yang diwakili oleh dr Fonny,
juga ada wakil dari Genewa, setelah itu sharing
pengalaman oleh wakil dari Indonesia yang
diwakili oleh Ir Leo Mahuze dari Yasanto
Merauke, lalu dilanjutkan oleh dr Tuti Parwati
dari Bali, kemudian oleh Esthi Hudiono dari
Hotline Surya Surabaya, kemudian ditutup
dengan pengalaman oleh Kristianti dari YPI
Indramayu. Dari berbagai sharing pengalaman
tersebut mengundang banyak pertanyaan dari

peserta maupun observer.
Hari kedua peserta dan observer mulai dibagi
ke dalam kelompok kecil yang mana di dalam
kelompok tersebut peserta dan observer diminta
untuk mencari isu apa yang akan dibahas;
misalnya perawatan dan pengobatan, akses ARV

dan distribusinya, setelah itu kelompok diminta
untuk mengidentifikasi dengan deklarasi
UNGASS dan Strategi Nasional serta satu
dokumen lagi dari Departemen kesehatan,
kelompok diminta mencari pada pasal berapa
terdapat isu tersebut (dalam tiga dokumen).
Setelah itu dipresentasikan ke dalam pleno
yang kemudian dibahas satu persatu tiap
kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan
bagaimana tindak lanjut terhadap isu yang telah
diangkat masing-masing kelompok.
Pada hari terakhir, lokakarya lebih membahas
kepada apa yang akan dilakukan untuk

kedepannya, peserta dan observer diharapkan
bisa mengaplikasikan tentang masalah HIV/
AIDS dengan deklarasi UNGASS serta dengan
Stranas. Karena acara ini diadakan pada bulan
puasa, maka makan siang tidak dialokasikan
seperti biasanya, tetapi hanya istirahat selama
setengah jam. Diakhir acara diadakan
konperensi pers yang dihadiri cukup banyak
rekan pers dari berbagai media.

Daftar Isi
Laporan Kegiatan

1

Lokakarya Deklarasi UNGASS
1
“Janji Hidup” Pernyataan dan Komitmen
Konsultasi antar Pimpinan GerejaGereja Lutheran ASIA Tentang HIV/AIDS 2
Pertemuan Nasional Kelompok Dukungan

Sebaya
5

Pengetahuan adalah Kekuatan
Bagaimana Kita Dapat Mencapai
Tujuan 3 x 5 di Indonesia?
Dokter HIV di AS Tidak Peduli pada
Kesehatan Mental Pasiennya

Pojok Info
Lembaran Informasi Baru

Konsultasi

6
6
7

7
7


8

Tanya - Jawab

Tips
Tips untuk orang HIV

Positif Fund
Laporan Keuangan Positif Fund

8

8
8

8
8

Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.

“Janji Hidup” Pernyataan
dan Komitmen Konsultasi
antar Pimpinan GerejaGereja Lutheran ASIA
Tentang HIV/AIDS
Batam, 1-4 Desember 2003
Oleh Christin Wahyuni
Pada tanggal 1-4 Desember 2003, saya dan
pdt. Emy Sahertian dari PGI (Persatuan Gereja
Indonesia) diundang untuk menghadiri
Pertemuan dan Konsultasi antar Pimpinan
Gereja-Gereja Lutheran ASIA di Batam. Pada
kesempatan ini saya menjadi pembicara pertama
sebelum sesi Pdt. Emy Sahertian sebagai
pembicara utama.
Pertemuan selama 4 (empat ) hari cukup
melelahkan namun hasilnya cukup
menyenangkan, karena ada komitment baru
dari berbagai gereja di Asia. Berikut adalah hasil

pernyataan dan komitmen dari pertemuan
tersebut:
I.
Pembukaan
Lebih dari 80 wakil peserta gereja-gereja Asia
yang ada hubungannya dengan Lutheran World
Federation dan United Evangelical Mission
berkumpul di Pulau Batam, Indonesia dalam
rangka Konsultasi Regional tentang HIV/AIDS.
Para peserta terdiri dari para Bishop, Pimpinan
Gereja, kaum awam, pimpinan kelompok
perempuan dan pemuda, Odha, mitra-mitra
oikumenis dari Indonesia, beberapa Bishop dari
Afrika, perwakilan pemuda dari Afrika dan
Latin Amerika, para pakar medik dan nara
sumber lainnya. Ini untuk pertama kalinya para
pimpinan gereja se-Asia berkumpul untuk
memperingati Hari AIDS, diskusi terbuka,
mengekspresikan kepedulian akan keadaan yang
darurat dan saling memperingati secara terbuka

atas pandemik HIV/AIDS.
Dalam empat hari pertemuan ini kami telah
diperkaya dengan berbagai presentasi para
pakar, deliberation, diskusi, kesaksian dari para
Odha yang hidup secara positif baik selama
pertemuan maupun selama kunjungan lapangan,
berbagi pengalaman, Pemahaman Alkitab,
kebaktian dan doa, telah menyadarkan kami
untuk melihat kemungkinan peranan gereja
dalam menghadapi pandemik HIV/AIDS. Kami
diperhadapkan dengan sikap kami sendiri yang
suka menghakimi, rendahnya pengetahuan dan
pengalaman dalam hidup bersama orang dengan

2

HIV/AIDS, yang telah membuka mata kami
dan menantang fungsi kegerejaan kami. Kami
mengaku atas kesalahan kami yang lalu dalam
menghadapi ancaman pandemik HIV/AIDS.


Pengalaman-pengalaman ini telah membawa
kami untuk mengokohkan janji hidup kami
yang berporos pada teologi, etika alkitab,
pelayanan pastoral, misi dan pelayanan kasih,
halangan sosial-budaya, pendidikan dan
pencegahan, globalisasi ekonomi, kerja sama
dan jejaring. HIV/AIDS bukanlah hanya
semata-mata persoalan kesehatan, tetapi juga
merupakan persoalan spiritual,sosio-politikekonomi dan berbagai tantangan terkait lainnya.
II.
PERJANJIAN KEHIDUPAN PERNYATAAN KOMITMEN
Misi dan Pelayanan Kasih
Kami komit sebagai bagian dari tubuh
Kristus akan menjadikan program persoalan
HIV/AIDS sebagai prioritas dalam misi
kegerejaan dan pelayanan kasih melalui
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan yang
memberdayakan jemaat lokal dan masyarakat
untuk:

• Konseptualisasi dan pengembangan
pemahaman dasar alkitab, teologi,dan etika
tentang semua aspek yang berkaitan erat
dengan pandemik HIV/AIDS dalam
konteks Asia serta pengalaman-pengalaman
sebagai upaya mengefektifkan sikap dalam
menghadapi pandemik tersebut.
• Melawan dan menghilangkan stigma dan
diskriminasi terhadap Odha pada
kesempatan pertama dan sekuat-kuatnya
dengan menembus rintangan-rintangan
budaya rasa malu atau takut kehilangan
muka untuk secara terbuka membicarakan
HIV/AIDS, seksualitas manusia dan
kecanduan narkoba.
• Meluruskan semua konsep dan mitos
melalui upaya penyadaran tentang
pandemik HIV/AIDS
• Mengembangkan kebijakan program HIV/
AIDS yang kontekstual atau sesuai dengan

lingkup kehidupan dan tidak eksklusif
• Menekankan betapa pentingnya keadilan
dan kesetaraan jender.
• Mengidentifikasi dan memotong akar
penyebab HIV/AIDS: kemiskinan,
kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah
tangga, konflik dan pembedaan kasta dalam
masyarakat, narkoba;
• Memahami dan transformasi globalisasi
ekonomi yang bisa mengakibatkan
meningkatnya perpindahan penduduk,

Sahabat Senandika No. 13

industri seks komersial dan perdaganagn
manusia yang menyebabkan orang berisiko
untuk tertular HIV/AIDS.
• Memperkuat kapasitas dan akuntabilitas
kepemimpinan gereja melalui kerja sama
dan jaringan yang kuat secara internal,
dengan pemerintah dan Lsm baik tingkat
internasional, regional maupun lokal.
• Memberikan pelayanan pastoral dan
konseling secara efektif.
Kami perlu menitikberatkan bahwa
penyebaran dan pelaksanaan komitmen ini
harus menjangkau mereka pada level akar
rumput melalui kampanye informasi yang
efektif.
Teologi, Kitab Suci dan Etika.
Menyadari bahwa untuk memahami secara
tepat persoalan pandemik ini maka dibutuhkan
upaya kontekstualisasi teologi dan etik, kami
komit untuk:
• Mengadakan pembaruan teologi dan etik
yang relevan terhadap tantangan yang
timbul karena HIV/AIDS berdasarkan relasi
anugerah antara Allah dan manusia serta
seluruh ciptaan-Nya merupakan kerangka
relasi antar manusia. Hal ini akan
memberikan makna baru untuk memelihara
dan memupuk gereja, masyarakat dan
keluarga.
• Mengembangkan teologi dalam konteks
Asia tentang kehidupan yang berpusat pada
makna penderitaan, maut dan kematian
dalam rangka mempromosikan hidup yang
bermartabat.
• Menguji kembali pemahaman tentang dosa
dalam pemahaman ajaran gereja Lutheran
tentang orang berdosa dan orang yang
dibenarkan karena anugerah (simul justus et
pecator) dalam rangka menghindari
kecenderungan untuk menghakimi orang
lain. Oleh karena itu pemahaman hirarkis
tentang dosa dan mudah menghakimi
dengan mengaitkan HIV/AIDS dan dosa
sangat bertentangan.
• Mengkaji ulang dan memperbaiki kebijakan
etik gereja tentang tindakan disiplin gereja
yang menolak Odha.
• Mengupayakan pemahaman teologi dan etik
tentang sexualitas manusia dalam konteks
Asia dan relasinya dengan pandemik HIV/
AIDS. Kami juga perlu mengkaji ulang
peraturan/kebijakan gereja tentang
pernikahan, perceraian dalam konteks
pasangan yang hidup dengan HIV/AIDS.
• Kontekstualisasi konsep Kitab Suci tentang

Desember 2003

“sehat”, ”penyembuhan” dan “keutuhan
atau kesembuhan”
Pendampingan Pastoral, Pelayanan
Ibadah dan Pelayanan Kasih
Menyadari bahwa pelayanan pastoral,
pelayanan ibadah dan pelayanan kasih sudah
sangat gagal dan jauh dari makna yang
sebenarnya dalam hubungan dengan HIV/AIDS
pandemik, maka kami komit untuk :
• Mendefinisikan kembali dan memperdalam
pemahaman kami tentang pendampingan
dan konseling pastoral. Perlu dimasukan
dalam kerangka tugas dan pelatihan para
pendeta serta pekerja awam yang melayani
Odha. Kami mengakui bahwa adanya
kebutuhan untuk menyediakan pelayanan
konseling yang lebih dan terjamin
kerahasiaannya dan dilaksanankan secara
kredibel dan akuntabilitas.
• Meningkatkan kemampuan para pendeta
dan konselor melalui pelatihan yang
bermutu pendidikan yang berkelanjutan.
• Menyediakan pelayanan konseling pastoral
dan rujukan dengan menghormati latar
belakang agama, bangsa, kasta dan suku.
• Menggalang pembangunan kapasitas untuk
para pimpinan gereja dalam menghadapi
pandemik HIV/AIDS.
• Mendorong para pendeta untuk juga
berkhotbah tentang realitas
• Memberdayakan kelompok berisiko
khususnya perempuan dan kaum muda
untuk mampu menghadapi tantangan HIV/
AIDS.
• Bertanggungjawab dalam pembentukan
karakter, perilaku dan nilai-nilai kehidupan
dari orang-orang pada semua level umur.
• Menyadarkan dan membantu jemaat-jemaat
lokal dalam hal membuat perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program untuk penanggulangan pandemik
HIV/AIDS. Odha harus dilibatkan dalam
semua proses secara partisipatif. Termasuk
bagaimana upaya untuk mendapatkan
pendapatan untuk dan oleh Odha
• Membangun Kelompok Pendukung Sebaya
Odha dan keluarganya untuk pendampingan
dan sharing kekuatan.
• Mendukung advokasi hukum bagi Odha
Hambatan-hambatan keagamaan dan
Sosial-Budaya
Kami menyadari bahwa hambatan-hambatan
agama dan sosial-budaya ikut membentuk sikap
penyangkalan dan pembungkaman tentang
HIV/AIDS. Kami komit untuk:

3



dibutuhkan sebelum mereka dewasa juga
dalam rangka membentuk perilaku sexual
yang bertanggungjawab. Dalam pendidikan
ini harus pula dilengkapi dengan informasi
yang tepat tentang penggunaan kondom
dalam konteks pencegahan penularan virus
HIV, informasi yang benar tentang
bahayanya memakai jarum suntik bersama
yang tidak steril dalam narkoba dan
informasi penting terkait lainnya.
• Secara berkala mempromosikah kehidupan
perkawinan yang setia dan setara dalam
konteks kesetaraan jender dan kebebasan
untuk memutuskan.
• Mengadakan program penjangkauan Odha
untuk belajar atas kesaksian hidup mereka
melalui lokakarya dan kunjungan lapangan.
• Menggelar acara Peringatan Hari AIDS
sedunia dalam jemaat baik dalam tingkat
nasional maupun lokal.
Globalisasi Ekonomi
Negara-negara Asia terlepas dari kekurangan
dan kelebihannya sedang berada pada trend
terkini globalisasi ekonomi. Kami mengakui
bahwa kemiskinan sangat meningkat secara
berisiko di mana melalui berbagai promosi massmedia telah membentuk budaya konsumerisme
yang mengusung citra seseorang tergantung dari
apa yang ia miliki bukan siapa sebenarnya
dirinya. Dalam lingkup ini banyak kaum muda
perempuan dan laki-laki terjebak dalam hidup
berpindah-pindah, sehingga meningkatnya
mobilisasi penduduk dan industri sex.. Maka
kami komit untuk:
• Mengidentifikasi relasi-relasi antar manusia
serta tantangan-tantangan ekonomi global
dan HIV/AIDS sebagaimana terkena pada
para tenaga kerja (lokal, maupun antar
negara), jaringan pekerja sex komersial dan
kelompok-kelompok berisiko lainnya.
Advokasi
Mengakui akan prinsip-prinsip HAM dalam
hubungannya dengan akses untuk mendapatkan
pelayanan yang layak maka kami komit untuk:
• Mengadvokasi untuk akses pelayanan dan
subsidi pemerintah dalam mendapatkan
Anti-Obat Retroviral (ARV) dan
pengobatan medik untuk penyakit-penyakit
aportunistik. Strategi advokasi harus
meminta perhatian para perusahaan obat
untuk menurunkan harga ARV. Juga upaya
lobby untuk dukungan melalui kebijakan
internasional ( seperti yang dilakukan
WHO: “3 by 5 Campaign) yang
memungkinkan obat ARV (dan obat-obat

4

Sahabat Senandika No. 13

Meninjau kembali sistem patriarki yang
menindas dalam gereja, masyarakat dan
keluarga.
• Meruntuhkan segala hambatan-hambatan
budaya yang negatif di Asia yang telah
menimbulkan stigma dan diskriminasi.
• Menghilangkan cara pandang fatalisme
kebanyakan orang Asia tentang hidup yang
sepenuhnya pasrah pada nasib.
• Menentang segala penggunaan bahasa yang
salah sehingga menyebabkan informasi salah
tentang fakta HIV/AIDS.
Pendidikan dan Pencegahan
Seperti diketahui bahwa hanya melalui
pendidikan dan pencegahan kita dapat
memotong penyebaran pandemik ini, maka
kami komit untuk:
• Mengumpulkan informasi yang tepat
melalui penelitian yang benar diantara para
pekerja gereja, pimpinan gereja, jemaat dan
masyarakat umum untuk mengenal
persoalan HIV/AIDS terkini, penularannya,
pengobatannya, pemahaman iman dan
budaya dalam rangka memperoleh suatu
pemahaman yang nyata tentang bahaya
pandemi ini.
• Menyebarluaskan informasi kepada semua
anggota jemaat dan masyarakat sekitarnya
dalam rangka upaya membangun
penyadaran bersama sumber-sumber daya
lokal melalui proses identifikasi dan
penyadaran tugas bersama dari para pakar
medik dan sosial. Hal ini dapat ditempuh
melalui Sekolah Minggu, Kelompok
Pemahaman Alkitab, Kelompok sel, dan
pertemuan-pertemuan gerejawi lainnya
khususnya kaum muda. Kampanye dapat
dilakukan dalam melalui pemacar radio,
lagu-lagu, tata ibadah dan doa, drama, dan
publikasi-publikasi gerejawi seperti pamflet
dan poster.
• Mendirikan Pusat Informasi tentang HIV/
AIDS dan isu-isu terkait di jemaat lokal.
• Mengembangkan dan menyediakan berbagai
bahan tata ibadah yang dapat digunakan
oleh jemaat maupun keluarga.
• Memperkenalkan isu-isu yang berkaitan
dengan HIV/AIDS dalam kurikulum
pelatihan sekolah-sekolah teologi untuk para
pendeta dan pimpinan jemaat awam.
• Mengintegrasikan ke dalam kurikulum
pendidikan kristen tentang HIV dan
kesehatan reproduksi untuk mempersiapkan
kaum muda dengan informasi dan
keterampilan hidup di mana sangat

esensial untuk infeksi aportunistik) dapat
diperoleh secara adil di negara-negara
berkembang.
Kerjasama dan Jejaringan
Menyadari bahwa gereja-gereja membutuhkan
suatu koordinasi bersama dimana bila
memungkinkan dapat mengkombinasikan
upaya-upaya melawan HIV/AIDS dengan para
pelaku lainnya di pemerintah dan masyarakat
sipil, maka kami komit untuk:
• Mengembangkan dan menguatkan
kemitraan dengan lembaga-lembaga
pemerintah seperti DEPKES dan organisasi
non pemerintah di dalam negeri, UNAIDS,
interdenominasi gereja, dan terutama
dengan para Odha.
• Mendukung kerjasama antara agama
khususnya pada pimpinan nasional.
• Menciptakan linkup pemberdayaan dalam
jemaat untuk diskusi dan perencanaan dalam
menghadapi ancaman HIV/AIDS.
• Memasukan dalam perencanaan pendanaan
gereja untuk aktifitas penanggulangan HIV/
AIDS.
• Menjamin terlaksananya program HIV/
AIDS dengan membentuk panitia
koordinasi dalam struktur gereja pada setiap
level.
• Mencari dukungan dana dari pemerintah
untuk Odha.
I.
PROGRAM LANJUT YANG
MENDESAK.
Pernyataan komitmen ini akan ditindak
lanjuti pada Konperensi para Pemimpin Gerejagereja Asia pada bulan Juni 2004 yang akan
datang.
• Untuk menegaskan kembali komitmen ini,
• Memberikan catatan pada berbagai
perencanaan oleh gereja anggota yang
dibuat pada konsultasi ini, dan
• Menentukan beberapa tindak lanjut
regional (dalam rencana kerja)
Dalam jangka pendek hal-hal yang akan
dilakukan adalah:
• Tiap gereja melakukan apa yang menjadi
prioritas pertama dan apa yang
memungkinkan dilakukan dalam waktu
dekat ini (perencanaan dan kebijakan,dll)
• Tiap gereja dapat memilih kontak person
yang menangani isu HIV/AIDS jika
memungkinkan.
• Dukungan yang tepat dan pemberdayaan
dapat dilakukan oleh sekretariat LWF
(DMD dan staf LWF)
• Menterjemahkan pernyataan ini dan

Desember 2003

menyebarluaskan ke semua lembaga gereja
dan jemaat.
• Bersamaan dengan itu pula dapat
dipertimbangkan hal-hal di bawah ini :
• Panitia Nasional (India, Indonesia, Malaysia)
dapat dimonitor segala kemajuan dan
hambatan. Bila memungkinkan dapat dipilih
komisi khusus HIV/AIDS.
• Kelanjutan Komite pada region Asia dapat
menyampaikan informasi dan perncanaan
program yang dibutuhkan. Komite regional
Asia di Bangkok dapat berperan sebagai
fasilitator komunikasi.
I.
KESIMPULAN
Jumlah mereka yang hidup dengan HIV/
AIDS di Asia telah mencapai jumlah yang
berbahaya yakni sekitar 8 juta orang. Upaya
kita untuk memerangi HIV/AIDS dan isu yang
menyertainya yaitu stigma dan diskriminasi
terhadap Odha harus menjadi prioritas utama
bagi gereja-gereja di Asia. Konsultasi ini
merupakan upaya amat penting sebagai “wakeup call”. Ada seekor singa sedang mengaum di
Jakarta,
Desember
2003rumah kita.
luar sana- 20-21
atau sudah
berada dalam
Oleh
:
Penny
Bila tidak bertindak sekarang maka akan
Pada tanggal
20-21 Desember
2003, kami dari
membawa
penderitaan
dan kematian.
Yayasan
Spiritia
memfasilitasi
Pertemuan
Pernyataan “perjanjian hidup” ini tidak
Nasional
Kelompok
Dukungan Sebaya
yang
bernilai profetis
dan bermanfaat
apabilaIhanya
diadakan
di
Jakarta.
Dalam
pertemuan
tertulis saja dan tidak diberlakukan secara nyata
kelompok
dukungan
dihadiri olehkehidupan
15 peserta
dalam tindakan
demi ini
penyelamatan
dari
Jakarta,
Karawang,
Bandung,
Yogyakarta,
itu sendiri. Kita akan mengkhianati perjanjian
Surabaya,
Bali,
Medan,
Batam, Pontianak,
ini bila kita
tidak
melakukannya
dalam kasih
Makassar,
Sorong,Allah
Timika,
Manokwari,
nyata. Perjanjian
dengan
kita melalui
Merauke
dan kita
Jayapura.
pembaptisan
mengikat kita untuk
Tujuan
diadakan
pertemuan inidan
antara
lain
mendoakan tanpa berkeputusan
bekerja
adalah:
keras bersama untuk menghadapi pandemik
• Untuk bertukar
informasi,
pengetahuan
dan
HIV/AIDS.
Kita berdoa
agar Roh
Kudus akan
pengalaman
antar
kelompok
dukungan
menguatkan dan menginspirasikan kita dalam
aksisebaya
pelayanan ini.
• Memahami pentingnya memiliki visi & misi
dalam kelompok dukungan sebaya
• mendorong kelompok dukungan sebaya
membentuk rencana kerja/kegiatan.
• membuka pikiran kelompok dukungan
sebaya agar memahami dan menerima
keberadaan
kelompok payung
disetiap daerah.
• Mendorong kelompok dukungan sebaya
untuk memfasilitasi pertemuan odha
propinsi di daerahnya masing - masing
• mendorong terciptanya kegiatan berjaringan
secara aktif antar kelompok dukungan
sebaya
Di dalam pertemuan ini semua peserta
mempresentasikan visi, misi dan program

Pertemuan Nasional
Kelompok Dukungan
Sebaya

5

kelompok dukungannya masing-masing. Kami
juga membahas tentang hambatan-hambatan
yang terjadi didalam kelompok dukungan
misalnya bagaimana mencari anggota baru atau
mendapatkan dana. Disamping itu juga kita
membicarakan tentang pentingnya jejaring.
Di akhir sesi kita mengadakan makan malam
dan mengundang direktur P2ML, Dr. Haikin
Rahmat yang menjelaskan tentang “3 by 5
innisiative” yaitu program WHO tentang akses
kepada tiga juta odha yang mendapat akses obat
pada tahun 2005. dan ini merupakan
kesempatan teman-teman dari daerah
menanyakan tentang akses ARV, kebijakan
pemerintah untuk mendapatkan ARV gratis dan
pelayanan medis.
Untuk mewujudkan 3 by 5 dibutuhan
keterlibatan dari berbagai pihak termasuk
keterlibatan odha, komunitas pemerintah,
sector medis dan berbagai pihak.

Pengetahuan
adalah Kekuatan

Bagaimana Kita Dapat
Mencapai Tujuan 3 x 5 di
Indonesia?
Oleh Chris W. Green
Kita semua sudah dengar tentang prakarsa
WHO yang disebut 3 x 5. Prakarsa tersebut,
yang berupaya agar 3 juta orang di negara
berkembang dapat memperoleh terapi
antiretroviral (ART) pada 2005, berarti 9.200
Odha harus diobati pada waktu itu di Indonesia.
Padahal, saat ini, kurang dari 1.000 orang
memakai ART di sini. Upaya peningkatan akses
ini kadang kala tampaknya di luar kemampuan
kita dan bahkan mustahil. Namun, ada panutan,
dan kita tidak hanya belajar dari
pengalamannya, tetapi model itu juga dapat
memberi semangat pada kita, dengan bukti
bahwa walaupun upayanya berat hasilnya dapat
dicapai.
Salah satu panutan yang pantas dipelajari oleh
kita adalah Uganda. WHO sendiri menganggap
keberhasilan di Uganda sebagai model yang baik
untuk negara lain, dengan menerbitkan studi
kasus tentang pengalaman di Uganda (‘Scaling
up antiretroviral therapy; Experience in
Uganda: case study’; WHO 2003). Dokumen ini
dapat didownload dari situs web WHO—URLnya dicantumkan di bawah.
Salah satu upaya yang sangat mempengaruhi
keberhasilan di Uganda adalah pembentukan
panitia khusus untuk mendorong penerapan

6

terapi antiretroviral. Berikut ada sedikit
informasi tentang panitia tersebut yang dikutip
dari dokumen yang dicantum di atas. Yang
sangat menarik adalah jumlah dokumen yang
dapat dibuat dalam waktu hanya lima bulan!
Untuk kita di Indonesia, seharusnya lebih
mudah, sebab kita sudah punya contoh yang
dapat dipakai sebagai dasar untuk pedoman dan
dokumen lain yang kita sangat membutuhkan
dalam waktu yang sangat mendesak...

Panitia Nasional Uganda untuk Akses
Terapi Antiretroviral
Dalam upaya untuk meningkatkan
ketersediaan obat antiretroviral (ARV) di
Uganda, Kementerian Kesehatan (MoH)
membuat Panitia Nasional untuk Akses Terapi
ARV dengan 24 anggota yang bertugas untuk
mengawasi terapi ARV (ART). Panitia ini
terdiri dari wakil dari lembaga PBB, lembaga
donor, Odha, LSM dan organisasi masyarakat,
organisasi agama, MoH dan dokter terkemuka
dalam perawatan HIV/AIDS di fasilitas
kesehatan pemerintah dan swasta. Panitia ini
boleh meminta keterlibatan anggota lain sesuai
dengan kebutuhan.
Tugas Panitia termasuk:
• Kembangkan dokumen kebijakan untuk ART
di Uganda;
• Awasi perkembangan pedoman teknis untuk
ART;
• Perkirakan ukuran kebutuhan logistik untuk
penerapan program ART; dan
• Pantau dan evaluasi program ART.
Agar dapat melakukan tugasnya secara lebih
efisien, Panitia ART membentuk lima
subpanitia, mencakup: kebijakan; logistik;
keuangan; perawatan dan praktek klinis; dan
advokasi. Subpanitia ini bertemu dua kali
sebulan, sedangkan Panitia penuh bertemu
sekali sebulan untuk mengupdate semua anggota
tentang kemajuan subpanitia dan membangun
kesepakatan tentang masalah yang diputuskan
dalam subpanitia.
Panitia membuat draf dokumen yang berikut
dalam lima bulan:
• Kebijakan nasional untuk ART di Uganda
• Pedoman pengobatan dan perawatan ARV
untuk orang dewasa dan anak
• Pedoman penerapan untuk ART di Uganda
• Pedoman pelatihan nasional tentang ART di
Uganda
• Perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk
program ART nasional (termasuk beberapa
rencana alternatif untuk penyediaan ART)
• Perkiraan jumlah obat ARV yang dibutuhkan

Sahabat Senandika No. 13

untuk fasilitas kesehatan sektor pemerintah
• Strategi untuk advokasi ART di Uganda
Pedoman perawatan klinis di prates di dua
pusat yang memberi layanan ART, untuk
menilai apakah penggunaan adalah mudah dan
mungkin. Pedoman awal direvisi berdasarkan
penemuannya. Proses membangun kesepakatan
tentang masalah kebijakan utama
dipermudahkan oleh keanggotaan Panitia yang
multidisiplier, dan dengan melakukan beberapa
lokakarya untuk stakeholders. Pada lokakarya
tersebut orang lain diminta membagi
pendekatannya secara bebas. Dokumen diubah
sesuai dengan masukan ini.
Ada kesulitan untuk membangun kesepakatan
tentang beberapa masalah penting, misalnya
kriteria untuk menentukan siapa dapat
memperoleh ARV secara gratis di sektor
pemerintah. Panitia sudah membuat usulan
tentang masalah tersebut. Pihak berwewenang
yang lebih tinggi di pemerintah akan ambil
keputusan akhir.

Dokter HIV di AS Tidak
Peduli
pada Kesehatan
URL: http://www.who.int/3by5/publications/en/
Mental Pasiennya

bahwa mereka sadar bahwa obat anti-HIV dapat
menyebabkan masalah kesehatan jiwa, hanya 56
persen akan menyarankan penggantian terapi
pada pasien karena masalah tersebut.
Para peneliti IAPAC menyimpulkan bahwa
kesadaran yang lebih baik oleh dokter tentang
kesehatan jiwa pasiennya dapat menyebabkan
penatalaksanaan klinis yang lebih baik, dan
menyarankan bahwa dokter merujuk pasien
HIV-nya yang mengalami masalah kesehatan
jiwa untuk konseling dan perawatan khusus agar
membantu meringankan masalah kesehatan jiwa
dalam jangka waktu yang singkat yang dapat
disebabkan oleh terapi antiretroviral (ART).
Namun mereka menyarankan bahwa dokter
harus siap ‘meresepkan secara strategis’ agar
menghindari masalah psikiatri pada pasiennya.
Referensi: Zuniga JM et al. Managing psychiatric manifestations of
HIV infection. Antiretroviral Therapy 8 (suppl.1), abstract 746,
391, 2003.
URL: http://www.aidsmap.com/news/
newsdisplay2.asp?newsId=2192

Pojok Info

Oleh Michael Carter, 16 Juli 2003
Sebagian besar pasien HIV-positif di AS tidak
ditanyakan tentang kesehatan jiwanya oleh
dokter HIV-nya. Hal ini menurut penelitian AS
yang dikajikan sebagai poster di Konferensi
Patogenisis dan Pengobatan HIV Kedua
International AIDS Society di Paris, Perancis.
Penelitian tersebut meliputi wawancara
dengan 153 spesialis HIV AS dan 253 pasiennya.
Kendati lebih dari 80 persen dokter mengatakan
bahwa kesehatan jiwa pasiennya dianggap
‘prioritas tinggi’ waktu membuat keputusan
tentang pengobatan, 62 persen pasien
mengatakan bahwa mereka belum pernah
ditanya tentang kesehatan jiwa oleh dokternya.
Masalah kesehatan mental dilaporkan secara
luas oleh pasien pada para peneliti dari
International Association of Physicians in AIDS
Care (IAPAC), dengan 72 persen mengatakan
bahwa mereka mengalami depresi, 65 persen
kegelisahan, 48 persen insomnia (sulit tidur), 43
persen kelelahan, 41 persen lekas marah, dan 40
persen sulit konsentrasi dan suasana hati
berubah-ubah.
Para dokter tampaknya siap meresepkan obat
untuk membantu mengobati masalah kesehatan
jiwa, dengan 63 persen melaporkan meresepkan
antidepresi pada pasien HIV-positifnya. Namun,
kendati hampir 75 persen dokter mengatakan

Desember 2003

Lembaran Informasi Baru
Pada Desember 2003, Yayasan Spiritia telah
menerbit satu lagi lembaran informasi untuk
Odha, sbb:
• Terapi Antiretroviral
Lembaran Informasi 417—Terapi Berdenyut
Dengan ini, sudah diterbitkan 79 lembaran
informasi dalam seri ini.
Juga ada lima lembaran informasi yang direvisi:
• Informasi Dasar
Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran
Informasi
• Infeksi Oportunistik
Lembaran Informasi 508—Sarkoma Kaposi
(KS)
• Obat-Obatan untuk Infeksi Oportunistik
Lembaran Informasi 531—Siprofloksasin
• Efek Samping
Lembaran Informasi 553—Lipodistrofi
• Topik Khusus
Lembaran Informasi 610—Perempuan dan
HIV
Untuk memperoleh lembaran baru/revisi ini
atau seri Lembaran Informasi komplet, silakan
hubungi Yayasan Spiritia dengan alamat di
halaman belakang. Anggota milis WartaAIDS
dapat akses file ini dengan browse ke:


7

Konsultasi

Positif Fund

Tanya - jawab

Laporan Keuangan Positif
Fund

T: Saya seorang Odha, bolehkah saya
memelihara binatang?
J: Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV
masih dan dapat menyimpan peliharaannya
karena binatang itu bermanfaat bagi mereka.
Bagaimanapun, Odha harus tahu risiko
kesehatannya terkait dengan mempunyai
peliharaan atau merawat binatang. Binatang
dapat membawa infeksi opportunistik yang
mungkin dapat membahayakan. Jadi, jika kita
ingin memelihara binatang, kita harus belajar
tentang jenis binatang yang kita inginkan.
Beberapa tindakan pencegahan yang sederhana
sangat dibutuhan ketika menangani peliharaan
atau binatang. Misalnya :
Kucing: membersihkan rumah kucing setiap
hari untuk mengurangi risiko penyakit
toxoplasma dan diare. Gunakan sarung tangan
dan cuci tangan segera setelah membersihkan
rumah kucing. Jika anda mendapatkan cakaran
atau gigitan, bersihkan luka segera untuk
menghindari infeksi bartonela.
Burung: Beli burung yang sehat saja untuk
mengurangi risiko infeksi.
Reptil: Hindari memelihara reptil seperti ular,
kadal dan kura-kura. Kebanyakan reptil
membawa bakteri salmonela yang menyebabkan
diare atau infeksi darah. Jika anda menyentuh
berbagai macam reptil, segera cuci tangan
dengan air dan sabun untuk mengurangi risiko
dari salmonella.

Periode D esember 2003
Saldo awal 1 D esember 2003

12,169,425

Penerimaan di bulan Desember 2003
Total penerimaan

600,000
12,769,425

Pengeluaran selama bulan Desember:
Item

Jumlah

Pengobatan

934,500

Transportasi

74,000

Komunikasi

0

Peralatan / Pemeliharaan

0

Modal Usaha

0

Total pengeluaran

Saldo akhir Positive Fund per 30 N

1,008,500

11,760,925

Sahabat Senandika
Diterbitkan sekali sebulan oleh

Yayasan Spiritia
dengan dukungan

Tips
Tips untuk orang HIV
SANGAT PENTING! Jika kadar CD4 di
bawah 200, atau Anda mengalami gejala AIDS
apa pun (seperti jamur dalam mulut atau
vagina), minta dokternya meresepkan
kotrimoksazol setiap hari. Ini untuk mencegah
beberapa penyakit, termasuk pneumonia
pneumocystis carinii (yang disebabkan jamur)
dan toksoplasmosis, yang dapat mempengaruhi
otak. Penyakit ini dapat mematikan.
Obat tersebut sangat murah, bahkan
seharusnya tersedia gratis di Puskesmas.

8

T H E FORD
AT I ON
DA
FOU N D

Kantor Redaksi:
Jl Radio IV/10
Kebayoran Baru
Jakarta 12130
Telp: (021) 7279 7007
Fax: (021) 726-9521
E-mail: yayasan_spiritia@yahoo.com
Editor:
Hertin Setyowati
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk
diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus
mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum
melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi
dengan dokter.

Sahabat Senandika No. 13