Sahabat Senandika
Yayasan Spiritia
No. 65, April 2008
Sahabat Senandika
Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Laporan Kegiatan
Pertemuan Odha Propinsi
Kalimantan Barat II
Pontianak, 17-19 Mei 2008
Oleh: Fransisca Ken & Meirinda Sebayang
Kali ini, Mei dan Ken mendapatkan kesempatan
untuk mengikuti POP yang dilaksanakan oleh
Kelompok Penggagas Pontianak Plus bekerja sama
dengan KDS Arwana, di kota Pontianak. Selama
tiga hari dari tanggal 17 – 19 April 2008, bersamasama dengan 18 peserta dari 9 Kabupaten yang ada
di Kalimantan Barat, kami saling berkenalan,
berbagi pengalaman, kekuatan dan harapan di hotel
yang sangat indah di pinggir sungai Kapuas. Meski
cuaca sering ”banyak tingkah” karena terkadang
suhunya sangat panas di siang hari dan hujan di sore
harinya, sebanyak 6 orang perempuan, 2 orang
waria dan 10 orang laki-laki ditambah beberapa
orang panitia, tetap bersemangat mengikuti
keseluruhan jalannya sesi.
Sebagai informasi, peningkatan kasus yang terjadi
di provinsi Kalimantan Barat membuat POP yang
kedua ini telah melibatkan sekurang-kurangnya 3
kabupaten baru seperti Melawi, Bengkayang dan
Putussibau sebagai peserta.
Sesuai dengan tujuan diadakannya POP, sesi-sesi
yang diberikan selama 3 hari ini seperti sesi
pengetahuan dasar HIV, Pengobatan ARV,
Kepatuhan dan efek samping serta sesi lainnya
secara berurutan dengan pemahaman yang
sederhana, mampu dibawakan oleh fasilitator dari
KP Pontianak Plus dan KDS Arwana dengan
sangat mulus. Para fasilitator mampu memecah
kebisuan dengan membawakan materi-materi
diselingi dengan canda sehingga para peserta tidak
merasa tegang dan takut.
Memang pada awalnya, yaitu pada saat sesi
perkenalan, terlihat para peserta masih sangat pasif,
masih malu untuk berinteraksi satu sama lain,
karena sebagian besar baru mengetahui status HIVnya dan belum pernah mengikuti kegiatan seperti
ini sebelumnya. Namun, perubahan sikap semakin
jelas setelah beberapa hari kemudian.
POP kali ini juga dilengkapi dengan materi-materi
yang dibawakan oleh beberapa nara sumber. Ibu
Novi dari KPA Pontianak berkesempatan
membawakan materi Peranan KPAD, Dokter
Rifka membawakan sesi mengenai IO dan IMS,
dan Dokter Bumbunan membawakan materi
mengenai motivasi diri dan terapi tertawa. Mei
mendapatkan kesempatan untuk membawakan sesi
mengenai HIV dan Perempuan.
Yang membuat POP sangat berkesan dan
meningkatkan kembali spirit dalam upaya menuju
perubahan adalah ketika diadakan sesi berbagi pada
hari kedua. Sesi ini diadakan pada malam hari
setelah makan malam. Pada sesi berbagi ini, peserta
dibagi tiga kelompok. Ken dan Mei memfasilitasi
sesi berbagi ini bersama-sama dengan semua
peserta perempuan dan waria Dua kelompok
lainnya difasilitasi oleh panitia lain yang berjenis
Daftar Isi
Laporan Kegiatan
Pertemuan Odha Propinsi Kalimantan
Barat II
Pengetahuan adalah kekuatan
ART berdenyut tidak meningkatkan
mutu hidup
Bakteri Salmonela berbahaya bagi Odha
Pejabat PNG membahas strategi untuk
menggabungkan layanan HIV/AIDS
ke dalam sistem pertanian
PI meningkatkan risiko penyakit jantung
dan NNRTI menurunkannya
Pojok Info
Lembaran Informasi Baru
1
1
2
2
3
4
5
6
6
Tips untuk Odha
7
Tips untuk Odha
7
Tanya Jawab
7
Tanya-Jawab
7
Positive Fund
8
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
”laki-laki”.
Kami saling curhat mengenai bagaimana hidup
dengan HIV. Meski berderai air mata, sesi ditutup
dengan doa dan pesan untuk tetap semangat dan
saling mendukung antar peserta.
Secara keseluruhan, POP se-Kalimantan Barat
yang ke-2 ini cukup berhasil dilaksanakan. Kendala
yang ada lebih dikarenakan kurangnya waktu dalam
penyampaian sesi materi yang dinilai cukup singkat
dan apakah bisa dipahami dengan baik mengingat
latar belakang peserta yang berbeda - beda.
Meskipun kami tidak sampai selesai mengikuti
jalannya kegiatan karena harus sudah kembali ke
ibukota, namun kami yakin peserta POP kali ini
tentunya pulang dengan kepercayaan diri yang lebih
baik dan akan lebih banyak tersenyum
sekembalinya ke rumah.
2
Pengetahuan
adalah kekuatan
ART berdenyut tidak
meningkatkan mutu hidup
Oleh: Martha Kerr, Reuters Health
Tanggal laporan: 18 Maret 2008
Mutu hidup menurun pada pasien terinfeksi HIV
yang memakai terapi antiretroviral (ART)
berdenyut berdasarkan jumlah CD4 dibandingkan
dengan mereka yang tetap memakai ART tanpa
penghentian. Hal ini berdasarkan sebuah
subpenelitian Strategies of Management of
Antiretroviral Therapy (SMART), yang dihentikan
pada Januari 2006 setelah semakin jelas bahwa
pasien dalam kelompok terapi berdenyut memiliki
tingkat mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi.
“Saya berpendapat ART berdenyut tidak berhasil
karena mengakibatkan jumlah CD4 yang lebih
rendah dan replikasi HIV secara aktif, yang
keduanya tampak meningkatkan risiko penyakit dan
kejadian berat terkait HIV, misalnya serangan
jantung, penyakit ginjal dan hati, yang sebelumnya
belum pernah dikaitkan dengan infeksi HIV,”
pemimpin penulis Dr. William J. Burman dari
Health Science Center Universitas Colorado di
Denver, AS mengatakan.
Dr. Burman dan rekan meneliti 1.225 pasien yang
terdaftar dalam penelitian SMART selama rata-rata
2,4 tahun untuk menilai mutu hidup dan
pengembangan penyakit. Pasien secara acak
dikelompokkan untuk memakai ART secara tetap
atau berdenyut yang dipandu berdasarkan jumlah
CD4.
Kebanyakan pasien (76%) memakai ART waktu
mendaftar. Jumlah median CD4 pada awal adalah
575 dan separuh pasien dilaporkan memiliki
kesehatan secara umum yang sangat baik.
Hitungan mutu hidup lebih rendah pada pasien
yang menerima ART berdenyut selama masa uji
coba dibandingkan dengan mutu hidup pasien yang
tetap memakai ART. Mutu hidup dinilai
berdasarkan sejumlah pengukuran, termasuk
Sahabat Senandika No. 65
kesehatan saat itu, skor unsur kesehatan fisik
(Physical Health Component Score/PHCS),
persepsi kesehatan secara umum, fungsi fisik dan
tenaga.
Begitu ART ditangguhkan terjadi penurunan
mutu hidup secara bermakna, demikian juga pada
pengembangan penyakit HIV. Satu pengecualian
adalah pasien yang tidak mengalami pengembangan
penyakit; untuk mereka pengobatan berdenyut
hanya “berdampak kecil pada perbandingan mutu
hidup,” penulis melaporkan dalam Journal of
Acquired Immunodeficiency Syndrome edisi 1
Februari 2008.
“Saya tidak tahu apakah penurunan mutu hidup
dapat diandalkan sebagai tanda kegagalan sistem
kekebalan,” Dr. Burman mengatakan. “Pentingnya
analisis ini adalah bahwa banyak pasien dan peneliti
yang berpendapat bahwa mampu menghentikan
ART akan meningkatkan mutu hidup. Sebaliknya,
kenyataan adalah menghentikan ART dikaitkan
dengan penurunan mutu hidup.”
Ringkasan: Intermittent Antiretroviral Therapy Does Not Improve
Quality of Life
Sumber: J Acquir Immune Defic Syndr 2008;47:185-193.
Edit terakhir: 10 April 2008
April 2008
Bakteri Salmonela
berbahaya bagi Odha
Oleh: Adam Legge, aidsmap.com
Tgl. laporan: 25 Maret 2008
Para peneliti beranggapan bahwa mereka sudah
mengetahui mengapa orang dengan HIV lebih
mungkin meninggal akibat keracunan makanan
yang disebabkan oleh bakteri salmonela
dibandingkan mereka yang tanpa HIV yang
biasanya hanya menderita diare.
Penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal Nature
Medicine versi internet, menganggap bahwa virus
HIV merusak dinding perut-usus yang normal
sehingga bakteri salmonela dapat menembus ke
aliran darah dan menyebabkan kematian.
Meningkatnya jumlah Odha di Afrika sub-Sahara
dikaitkan dengan besarnya peningkatan kasus yang
disebut infeksi nontyphoidal Salmonella serotype (NTS).
NTS adalah penyebab umum penyakit diare
terkait makanan di seluruh dunia tetapi cenderung
tertahan di usus, biasanya menyebabkan diare
hingga seminggu. Tetapi hampir separuh Odha di
Afrika meninggal setelah terinfeksi NTS.
Saat ini para peneliti AS dan Inggris meneliti
infeksi NTS pada kera yang terinfeksi oleh virus
perusak kekebalan kera(virussimian immunodeficiency/
SIV) yang serupa dengan HIV.
Mereka menemukan bahwa infeksi SIV
mengakibatkan hilangnya jumlah limfosit yang
disebut tipe pembantu sel T 17 (T helper type/
TH17) pada dinding ileum – bagian akhir usus
kecil. Sel CD4 adalah tipe lain limfosit T pembantu.
Sel TH17 membuat sitokin – atau pengantar zat
kimia – disebut interleukin 17 (IL-17) yang
memainkan peran penting dalam tanggapan usus
terhadap infeksi.
Penurunan pada IL-17 ini dianggap
memungkinkan dinding usus menjadi ‘bocor’,
sehingga bakteri NTS dapat menembus ke dalam
dan menginfeksi aliran darah.
Salah satu peneliti, Profesor Satya Dandekar,
ketua departemen mikrobiologi medis dan
kekebalan di Universitas California di Davis, AS
mengatakan: “Kami menemukan bahwa hewan
yang tidak terinfeksi SIV mampu menghasilkan
tanggapan terhadap pajanan bakteri, membuat sel
TH17 dalam jumlah besar.”
3
Tetapi hewan yang terinfeksi SIV memiliki
tanggapan yang lebih rendah secara bermakna atau
tidak berhasil membuat sitokin dengan jumlah yang
dapat diukur, dia mengatakan. “Tanggapan TH17
yang dilemahkan mengakibatkan penyebaran
Salmonela dari usus ke dalam darah perifer.”
Data memberi kesan bahwa TH17 mungkin
bermanfaat sebagai biomarker untuk memantau
infeksi HIV dan menguji kemanjuran vaksin serta
terapi lain. Para penulis juga menyarankan bahwa
upaya untuk meningkatkan fungsi TH17 dapat
meningkatan pengobatan antiretroviral (ARV) yang
sudah ada.
Tetapi penelitian ini juga memiliki dampak yang
lebih luas, karena gangguan pada tanggapan
kekebalan di dalam usus ini mungkin menjelaskan
bagaimana HIV dapat mempertahankan tempat
simpanan infeksi yang luput dari pengobatan.
Ringkasan: Researchers discover why salmonella
is so dangerous for people with HIV
Sumber: Raffatellu M et al. Simian immunodeficiency virus–
induced mucosal interleukin-17 deficiency promotes Salmonella
dissemination from the gut. Nature Medicine, published online,
23rd March 2008.
Edit terakhir: 17 April 2008
4
Pejabat PNG membahas
strategi untuk
menggabungkan layanan
HIV/AIDS ke dalam sistem
pertanian
Oleh: The Kaiser Daily HIV/AIDS
Report
Tanggal laporan: 21 Maret 2008
Pejabat National Agricultural Research Institute
dari Papua New Guinea baru-baru ini bertemu
dengan perwakilan Options, perusahaan kesehatan
dunia, untuk membahas cara-cara menyatukan
layanan HIV/AIDS ke dalam program penelitian
sistem pertanian. Hal ini berdasarkan laporan PostCourier Papua New Guinea.
Menurut Rachel Grellier, konsultan
pengembangan sosial di Options, apabila
penyebaran HIV tidak dicegah di Papua New
Guinea, sistem pertanian di sana akan menghadapi
hambatan makanan dan angkatan kerja karena
sistem pertanian di sana tergantung pada angkatan
kerja. Grellier mengatakan pertemuan itu bertujuan
untuk membahas masalah tersebut dengan para
stakeholder dan bagaimana mengembangkan cara
untuk menghadapi kemungkinan dampak HIV/
AIDS terhadap sistem pertanian.
Grellier mengatakan bahwa penting untuk
menentukan sistem pertanian mana yang sudah
mengalami dampak HIV/AIDS dan pada masingmasing sistem, aspek apa yang paling rentan,
menambahkan bahwa hal ini akan membantu para
stakeholder untuk mengembangkan usulan caracara menghadapi masalah ini. Menurut Grellier,
strategi yang bertujuan untuk menentang dampak
dan untuk menghadapi tanggapan yang mungkin
terjadi seharusnya dikembangkan.
Kurang lebih satu juta infeksi menular seksual
(IMS) didiagnosis di Papua New Guinea setiap
tahun.
Dalam berita terkait, WHO memperkirakan
kurang lebih satu juta IMS yang dapat
disembuhkan yang ditularkan di Papua New
Guinea setiap tahun, Manish Jain direktur program
Save the Children Fund di Papua New Guinea
mengatakan.
Sahabat Senandika No. 65
Jain mengatakan prevalensi IMS di sana adalah di
antara yang tertinggi di dunia. Berdasarkan laporan
yang baru-baru ini diterbitkan oleh National AIDS
Council, orang yang hidup dengan IMS 40% lebih
rentan terhadap HIV dibandingkan orang yang
tidak memiliki IMS. Dia menambahkan HIV
menyebar secara cepat dan mudah di wilayah
prevalensi tinggi IMS jenis lain.
Sebuah penelitian oleh Institute of Medical
Research di Papua New Guinea dilakukan di antara
orang berisiko tinggi HIV di provinsi Eastern
Highlands menemukan 21% kejadian gonore, 19%
klamidia, 24% sifilis dan 51% trikomoniasis.
Tambahannya, 74% orang mempunyai sedikitnya
satu jenis IMS dan 43% mempunyai lebih dari satu;
tetapi kurang dari 1% orang yang menerima
pengobatan, Jain menambahkan.
Jain menandatangani kesepakatan bersama
dengan pemerintah daerah Eastern Highlands yang
bertujuan menerapkan program peningkatan klinik
IMS serta pencegahan dan pengobatan IMS.
Artikel asli: Papua New Guinea Officials Discuss Strategies To
Integrate HIV/AIDS Services Into Agricultural System
Edit terakhir: 17 April 2008
April 2008
PI meningkatkan risiko
penyakit jantung dan
NNRTI menurunkannya
Oleh: aidsmeds.com
Tanggal laporan: 21 Maret 2008
Protease inhibitor (PI) dikaitkan dengan
peningkatan tingkat fibrinogen dalam darah –
tanda risiko penyakit jantung – sementara NNRTI
dikaitkan dengan penurunan tingkat fibrinogen
dalam darah. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian
yang diterbitkan dalam jurnal AIDS edisi 30 Maret
2008.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa PI
sedikit meningkatkan risiko serangan jantung pada
Odha. Peningkatan risiko tersebut ditemukan tidak
tergantung pada perubahan kolesterol, trigliserid
dan gula darah sehingga para peneliti
mempertanyakan apakah ada hubungan yang lebih
kuat antara penggunaan PI dan tanda penyakit
kardiovaskular lainnya.
Erin Madden, MPH, dari Universitas California,
San Francisco, AS dan rekan berpendapat bahwa
peningkatan tingkat fibrinogen dalam darah
mungkin membantu menjelaskan peningkatan
risiko serangan jantung akibat PI. Tingkat
fibrinogen - protein yang berperan kunci terhadap
penyumbatan darah yang tinggi – sangat dikaitkan
dengan aterosklerosis, penumpukkan lemak dan
jaringan bekas luka pada pembuluh darah yang
meningkatkan risiko penyakit jantung dan serangan
jantung.
Tim Madden bekerja dengan data yang
melibatkan 1.131 Odha yang mendaftar dalam
penelitian Fat Redistribution and Metabolic Change
in HIV Infection (FRAM), membandingkan data
peserta HIV-negatif yang terdaftar dalam penelitian
Coronary Artery Risk Development in Young
Adults (CARDIA). Kelompok Madden
menemukan bahwa orang yang memakai rejimen
pengobatan yang mengandung PI memiliki tingkat
fibrinogen yang 11% lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol yang HIV-negatif. Orang yang
memakai rejimen yang berbasis NNRTI memiliki
tingkat fibrinogen yang 10% lebih rendah
dibandingkan kelompok kontrol. Orang yang
memakai rejimen yang berbasis PI dan NNRTI
memiliki tingkat fibrinogen yang kurang lebih
sebanding dengan kelompok kontrol.
5
Setelah mengendalikan terhadap berbagai faktor,
orang yang memakai PI indinavir dan ritonavir
memiliki kaitan yang paling besar terhadap
peningkatan tingkat fibrinogen. Orang yang
memakai ritonavir dosis rendah untuk
mengingkatkan tingkat indinavir memiliki tingkat
fibrinogen 8% lebih tinggi dibandingkan orang
yang memakai indinavir tanpa ritonavir. Sebaliknya,
nevirapine dan efavirenz masing-masing dikaitkan
dengan penurunan tingkat fibrinogen.
Tim Madden menyimpulkan bahwa peningkatan
risiko serangan jantung yang terlihat pada PI dalam
penelitian lain mungkin karena PI berpotensi
memperburuk aterosklerosis. Tim ini juga
mengatakan bahwa data tersebut memberi kesan
bahwa NNRTI mungkin memiliki dampak
perlindungan, tetapi untuk mengkonfirmasi temuan
mereka tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut
yang meneliti dampak obat antiretroviral (ARV)
secara individual terhadap fibrinogen dan ciri-ciri
aterosklerosis lainnya.
Ringkasan: PIs Increase Heart Disease Risk, and NNRTIs Decrease
It
Sumber: AIDS. 22(6):707-715
Edit terakhir: 17 April 2008
Pojok Info
Lembaran Informasi Baru
Pada April 2008, Yayasan Spiritia telah menerbitkan
16 lembaran informasi yang direvisi:
• Informasi Dasar
Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran
Informasi
• Terapi Antiretroviral
Lembaran Informasi 450—Darunavir
Lembaran Informasi 461—Enfuvirtide
• Infeksi Oportunistik
Lembaran Informasi 500—Infeksi Oportunistik
Lembaran Informasi 518—Wasting AIDS
Lembaran Informasi 519—Herpes Simpleks
Lembaran Informasi 523—Steatosis
• Efek Samping
Lembaran Informasi 550—Efek Samping
Lembaran Informasi 551—Kelelahan
Lembaran Informasi 552—Anemia
Lembaran Informasi 553—Lipodistrofi
Lembaran Informasi 554—Diare
Lembaran Informasi 557—Masalah Tulang
Lembaran Informasi 558—Depresi
• Topik Khusus
Lembaran Informasi 910—Daftar Interaksi
Obat NNRTI/PI
Lembaran Informasi 911—Daftar Interaksi
Obat NRTI
Untuk memperoleh lembaran revisi ini atau seri
Lembaran Informasi lengkap, silakan hubungi
Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman belakang
atau browse ke situs web Spiritia:
6
Sahabat Senandika No. 65
Tips untuk Odha
Tips untuk Odha
Melawan TB
Vaksinasi
Rata-rata, di Inggris dan Negara-negara Eropa
lainnya, anak usia sekolah (12-14 tahun) diberi
vaksinasi BCG untuk melawan TB. Namun
demikian, vaksinasi tidak memberikan perlindungan
yang menyeluruh terhadap TB, dan banyak kasus
anak-anak yang sudah diberi BCG pada waktu
kecil tetap mengalami TB. Orang dengan HIV
tidak boleh diberikan BCG karena vaksin BCG
adalah vaksin hidup yang sudah dilemahkan dan
bisa menyebabkan penyakit serupa TB.
Mencegah TB-Memperbaiki sistem imunitas
dengan terapi anti HIV
Salah satu cara terbaik untuk mencegah TB bagi
orang yang HIV positif adalah untuk memperbaiki
sistem imunitas. Pengobatan dengan kombinasi
yang efektif dari ARV bisa meningkatkan imunitas
tubuh, sehingga tubuh kita bisa melawan TB dan
infeksi lainnya.
Mencegah TB-Meminum obat anti TB
(profilaksis)
Orang dengan TB laten terkadang diberikan obat
anti TB atau obat-obatan untuk mencegah TB
menjadi aktif. Pada umumnya, diberikan obat
isoniazid, yang diberikan kurang lebih selama 6
bulan. Pencegahan ini juga direkomendasikan bagi
orang-orang HIV positif yang datang dari
komunitas yang memiliki tingkat TB yang tinggi,
termasuk daerah Afrika dan sub kontinen India,
terutama jika mereka tes kulit (PPD) positif.
Orang-orang yang HIV negatif yang juga kontak
langsung dengan orang dengan TB aktif harus
menerima pengobatan ini. Namun demikian, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dengan
pendekatan ini, karena hal ini bisa menimbulkan
resistansi jika kita menggunakan profilaksis TB
tetapi ternyata kita mempunyai TB aktif dan salah
didiagnosis. Selain itu, isoniazid bisa menyebabkan
efek samping dan bisa berinteraksi dengan
beberapa obat anti-HIV, terutama ddI dan d4t.
Isoniazid juga bisa memberatkan fungsi kerja hati.
Oleh karena itu, ada baiknya jika kita terus
memantau fungsi hati kita sepanjang kita meminum
isoniazid.
April 2008
Membantu diri kita sendiri
Kita bisa membantu diri kita sendiri dengan
memakan makanan yang bergizi dan sehat. Selain
itu, kita juga harus tinggal dirumah yang
mempunyai ventilasi yang baik karena kuman TB
bisa dibawa keluar sehingga kuman TB tersebut
bisa mati karena terkena sinar ultraviolet (sinar
matahari)
Tanya Jawab
Tanya-Jawab
T: Pasangan saya ODHA sudah sejak thn 2004
dan menggunakan ARV, CD4 nya sejak awal
menggunakan ARV selalu naik, Oya... pasangan
saya cek CD4 tiap 6 bulan sekali, dan terakhir
kemaren periksa CD4nya naik tidak begitu banyak
hanya 2, yang tadinya 429 sekarang hanya 431, kirakira apa penyebabnya ya, padahal pasangan saya
sudah hidup cara sehat. Apa mungkin pada saat
periksa dia memang dalam keadaan lelah karna
belakangan tidurnya tidak teratur karna sibuk
dengan pekerjaannya sehingga bisa menyebabkan
CD4 nya tidak naik, pasangan saya jadi agak
murung karna dia tidak mendapatkan hasil yang
memuaskan, sedangkan kesehatan ODHA kan
biasanya bisa juga di ukur dari CD4 nya.
J: Ada beberapa kemungkinan, tetapi kita harus
paham bahwa ukuran CD4 tidak memberi angka
yang mutlak, seperti bila kita mengukur berat
badan. Hasil 430 bisa berarti jumlah CD4
sebenarnya di bawah 400 atau di atas 500. Jadi
mungkin tes enam bulan yang lalu seharusnya 400
dan tes baru seharusnya 500, sebuah peningkatan
yang bermakna.
Hasil tes CD4 sangat tergantung pada jam berapa
contoh darah diambil, apakah kita mempunyai
infeksi lain (mis. flu), apakah kita stres atau capek,
dll. Jadi sebaiknya kita tidak terlalu tertekan oleh
satu angka; yang penting lihat kecenderungan. (Ya,
saya tahu gampang dibilang, sulit dilakukan! Tetapi
ingat stres/murung juga menekankan CD4!)
7
Kita juga dapat lihat CD4%, yang biasa juga
tercatat dalam laporan dari lab. Kalau angka ini
naik, itu mungkin lebih dipercaya dari CD4 mutlak.
Kalau kita ragu, sebaiknya kita mengulangi tes
CD4, atau menunggu hasil enam bulan berikut.
Namun mungkin CD4 memang menurun. Jadi
tidak salah bila kita memperhatikan kepatuhan
terhadap terapi - apakah pasangan benar-benar
tidak pernah lupa dosis atau hanya bilang begitu?
Mungkin membutuhkan pendekatan yang sangat
peka untuk mengetahui. Tetapi kalau kepatuhan
memang mulai turun, sebaiknya diambil intervensi
secepatnya agar tidak timbul resistansi.
Selain itu, memang ada sedikit orang yang
mengalami kegagalan terapi, walau 100% patuh.
Hal ini dapat terjadi akibat perbedaan dalam
metabolisme atau pencernaan, atau beberapa alasan
lain. Yang jelas, bila CD4-nya tidak naik atau
bahkan turun pada tes berikut, harus ditelitikan
alasan bersama dengan dokter, dan dilakukan
intervensi yang sesuai.
Pertanyaan dijawab pada tanggal: 12 November 2007
melalui website Yayasan Spiritia
Positive Fund
Laporan Keuangan Positive Fund
Yayasan Spiritia
Periode A pril 2008
Saldo awal 1 April 2008
17,025,569
Penerimaan di bulan
April 2008
1,081,000+
_________
Total penerimaan
18,106,569
Pengeluaran selama bulan April:
Item
Jumlah
Pengobatan
823,700
Transportasi
60,000
Komunikasi
0
Peralatan / Pemeliharaan
0
Modal Usaha
0+
_________
883,700-
Total pengeluaran
Saldo akhir Positive Fund
per 30 A pril 2008
17,222,869
Sahabat Senandika
Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia
dengan dukungan
T H E FORD
FOU N D
AT I O N
DA
Kantor Redaksi:
Jl. Johar Baru Utara V No 17
Jakarta Pusat 10560
Telp: (021) 422 5163 dan (021) 422 5168
Fax: (021) 4287 1866
E-mail: [email protected]
Editor:
Caroline Thomas
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk
diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus
mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum
melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi
dengan dokter.
8
Sahabat Senandika No. 65
No. 65, April 2008
Sahabat Senandika
Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Laporan Kegiatan
Pertemuan Odha Propinsi
Kalimantan Barat II
Pontianak, 17-19 Mei 2008
Oleh: Fransisca Ken & Meirinda Sebayang
Kali ini, Mei dan Ken mendapatkan kesempatan
untuk mengikuti POP yang dilaksanakan oleh
Kelompok Penggagas Pontianak Plus bekerja sama
dengan KDS Arwana, di kota Pontianak. Selama
tiga hari dari tanggal 17 – 19 April 2008, bersamasama dengan 18 peserta dari 9 Kabupaten yang ada
di Kalimantan Barat, kami saling berkenalan,
berbagi pengalaman, kekuatan dan harapan di hotel
yang sangat indah di pinggir sungai Kapuas. Meski
cuaca sering ”banyak tingkah” karena terkadang
suhunya sangat panas di siang hari dan hujan di sore
harinya, sebanyak 6 orang perempuan, 2 orang
waria dan 10 orang laki-laki ditambah beberapa
orang panitia, tetap bersemangat mengikuti
keseluruhan jalannya sesi.
Sebagai informasi, peningkatan kasus yang terjadi
di provinsi Kalimantan Barat membuat POP yang
kedua ini telah melibatkan sekurang-kurangnya 3
kabupaten baru seperti Melawi, Bengkayang dan
Putussibau sebagai peserta.
Sesuai dengan tujuan diadakannya POP, sesi-sesi
yang diberikan selama 3 hari ini seperti sesi
pengetahuan dasar HIV, Pengobatan ARV,
Kepatuhan dan efek samping serta sesi lainnya
secara berurutan dengan pemahaman yang
sederhana, mampu dibawakan oleh fasilitator dari
KP Pontianak Plus dan KDS Arwana dengan
sangat mulus. Para fasilitator mampu memecah
kebisuan dengan membawakan materi-materi
diselingi dengan canda sehingga para peserta tidak
merasa tegang dan takut.
Memang pada awalnya, yaitu pada saat sesi
perkenalan, terlihat para peserta masih sangat pasif,
masih malu untuk berinteraksi satu sama lain,
karena sebagian besar baru mengetahui status HIVnya dan belum pernah mengikuti kegiatan seperti
ini sebelumnya. Namun, perubahan sikap semakin
jelas setelah beberapa hari kemudian.
POP kali ini juga dilengkapi dengan materi-materi
yang dibawakan oleh beberapa nara sumber. Ibu
Novi dari KPA Pontianak berkesempatan
membawakan materi Peranan KPAD, Dokter
Rifka membawakan sesi mengenai IO dan IMS,
dan Dokter Bumbunan membawakan materi
mengenai motivasi diri dan terapi tertawa. Mei
mendapatkan kesempatan untuk membawakan sesi
mengenai HIV dan Perempuan.
Yang membuat POP sangat berkesan dan
meningkatkan kembali spirit dalam upaya menuju
perubahan adalah ketika diadakan sesi berbagi pada
hari kedua. Sesi ini diadakan pada malam hari
setelah makan malam. Pada sesi berbagi ini, peserta
dibagi tiga kelompok. Ken dan Mei memfasilitasi
sesi berbagi ini bersama-sama dengan semua
peserta perempuan dan waria Dua kelompok
lainnya difasilitasi oleh panitia lain yang berjenis
Daftar Isi
Laporan Kegiatan
Pertemuan Odha Propinsi Kalimantan
Barat II
Pengetahuan adalah kekuatan
ART berdenyut tidak meningkatkan
mutu hidup
Bakteri Salmonela berbahaya bagi Odha
Pejabat PNG membahas strategi untuk
menggabungkan layanan HIV/AIDS
ke dalam sistem pertanian
PI meningkatkan risiko penyakit jantung
dan NNRTI menurunkannya
Pojok Info
Lembaran Informasi Baru
1
1
2
2
3
4
5
6
6
Tips untuk Odha
7
Tips untuk Odha
7
Tanya Jawab
7
Tanya-Jawab
7
Positive Fund
8
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
”laki-laki”.
Kami saling curhat mengenai bagaimana hidup
dengan HIV. Meski berderai air mata, sesi ditutup
dengan doa dan pesan untuk tetap semangat dan
saling mendukung antar peserta.
Secara keseluruhan, POP se-Kalimantan Barat
yang ke-2 ini cukup berhasil dilaksanakan. Kendala
yang ada lebih dikarenakan kurangnya waktu dalam
penyampaian sesi materi yang dinilai cukup singkat
dan apakah bisa dipahami dengan baik mengingat
latar belakang peserta yang berbeda - beda.
Meskipun kami tidak sampai selesai mengikuti
jalannya kegiatan karena harus sudah kembali ke
ibukota, namun kami yakin peserta POP kali ini
tentunya pulang dengan kepercayaan diri yang lebih
baik dan akan lebih banyak tersenyum
sekembalinya ke rumah.
2
Pengetahuan
adalah kekuatan
ART berdenyut tidak
meningkatkan mutu hidup
Oleh: Martha Kerr, Reuters Health
Tanggal laporan: 18 Maret 2008
Mutu hidup menurun pada pasien terinfeksi HIV
yang memakai terapi antiretroviral (ART)
berdenyut berdasarkan jumlah CD4 dibandingkan
dengan mereka yang tetap memakai ART tanpa
penghentian. Hal ini berdasarkan sebuah
subpenelitian Strategies of Management of
Antiretroviral Therapy (SMART), yang dihentikan
pada Januari 2006 setelah semakin jelas bahwa
pasien dalam kelompok terapi berdenyut memiliki
tingkat mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi.
“Saya berpendapat ART berdenyut tidak berhasil
karena mengakibatkan jumlah CD4 yang lebih
rendah dan replikasi HIV secara aktif, yang
keduanya tampak meningkatkan risiko penyakit dan
kejadian berat terkait HIV, misalnya serangan
jantung, penyakit ginjal dan hati, yang sebelumnya
belum pernah dikaitkan dengan infeksi HIV,”
pemimpin penulis Dr. William J. Burman dari
Health Science Center Universitas Colorado di
Denver, AS mengatakan.
Dr. Burman dan rekan meneliti 1.225 pasien yang
terdaftar dalam penelitian SMART selama rata-rata
2,4 tahun untuk menilai mutu hidup dan
pengembangan penyakit. Pasien secara acak
dikelompokkan untuk memakai ART secara tetap
atau berdenyut yang dipandu berdasarkan jumlah
CD4.
Kebanyakan pasien (76%) memakai ART waktu
mendaftar. Jumlah median CD4 pada awal adalah
575 dan separuh pasien dilaporkan memiliki
kesehatan secara umum yang sangat baik.
Hitungan mutu hidup lebih rendah pada pasien
yang menerima ART berdenyut selama masa uji
coba dibandingkan dengan mutu hidup pasien yang
tetap memakai ART. Mutu hidup dinilai
berdasarkan sejumlah pengukuran, termasuk
Sahabat Senandika No. 65
kesehatan saat itu, skor unsur kesehatan fisik
(Physical Health Component Score/PHCS),
persepsi kesehatan secara umum, fungsi fisik dan
tenaga.
Begitu ART ditangguhkan terjadi penurunan
mutu hidup secara bermakna, demikian juga pada
pengembangan penyakit HIV. Satu pengecualian
adalah pasien yang tidak mengalami pengembangan
penyakit; untuk mereka pengobatan berdenyut
hanya “berdampak kecil pada perbandingan mutu
hidup,” penulis melaporkan dalam Journal of
Acquired Immunodeficiency Syndrome edisi 1
Februari 2008.
“Saya tidak tahu apakah penurunan mutu hidup
dapat diandalkan sebagai tanda kegagalan sistem
kekebalan,” Dr. Burman mengatakan. “Pentingnya
analisis ini adalah bahwa banyak pasien dan peneliti
yang berpendapat bahwa mampu menghentikan
ART akan meningkatkan mutu hidup. Sebaliknya,
kenyataan adalah menghentikan ART dikaitkan
dengan penurunan mutu hidup.”
Ringkasan: Intermittent Antiretroviral Therapy Does Not Improve
Quality of Life
Sumber: J Acquir Immune Defic Syndr 2008;47:185-193.
Edit terakhir: 10 April 2008
April 2008
Bakteri Salmonela
berbahaya bagi Odha
Oleh: Adam Legge, aidsmap.com
Tgl. laporan: 25 Maret 2008
Para peneliti beranggapan bahwa mereka sudah
mengetahui mengapa orang dengan HIV lebih
mungkin meninggal akibat keracunan makanan
yang disebabkan oleh bakteri salmonela
dibandingkan mereka yang tanpa HIV yang
biasanya hanya menderita diare.
Penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal Nature
Medicine versi internet, menganggap bahwa virus
HIV merusak dinding perut-usus yang normal
sehingga bakteri salmonela dapat menembus ke
aliran darah dan menyebabkan kematian.
Meningkatnya jumlah Odha di Afrika sub-Sahara
dikaitkan dengan besarnya peningkatan kasus yang
disebut infeksi nontyphoidal Salmonella serotype (NTS).
NTS adalah penyebab umum penyakit diare
terkait makanan di seluruh dunia tetapi cenderung
tertahan di usus, biasanya menyebabkan diare
hingga seminggu. Tetapi hampir separuh Odha di
Afrika meninggal setelah terinfeksi NTS.
Saat ini para peneliti AS dan Inggris meneliti
infeksi NTS pada kera yang terinfeksi oleh virus
perusak kekebalan kera(virussimian immunodeficiency/
SIV) yang serupa dengan HIV.
Mereka menemukan bahwa infeksi SIV
mengakibatkan hilangnya jumlah limfosit yang
disebut tipe pembantu sel T 17 (T helper type/
TH17) pada dinding ileum – bagian akhir usus
kecil. Sel CD4 adalah tipe lain limfosit T pembantu.
Sel TH17 membuat sitokin – atau pengantar zat
kimia – disebut interleukin 17 (IL-17) yang
memainkan peran penting dalam tanggapan usus
terhadap infeksi.
Penurunan pada IL-17 ini dianggap
memungkinkan dinding usus menjadi ‘bocor’,
sehingga bakteri NTS dapat menembus ke dalam
dan menginfeksi aliran darah.
Salah satu peneliti, Profesor Satya Dandekar,
ketua departemen mikrobiologi medis dan
kekebalan di Universitas California di Davis, AS
mengatakan: “Kami menemukan bahwa hewan
yang tidak terinfeksi SIV mampu menghasilkan
tanggapan terhadap pajanan bakteri, membuat sel
TH17 dalam jumlah besar.”
3
Tetapi hewan yang terinfeksi SIV memiliki
tanggapan yang lebih rendah secara bermakna atau
tidak berhasil membuat sitokin dengan jumlah yang
dapat diukur, dia mengatakan. “Tanggapan TH17
yang dilemahkan mengakibatkan penyebaran
Salmonela dari usus ke dalam darah perifer.”
Data memberi kesan bahwa TH17 mungkin
bermanfaat sebagai biomarker untuk memantau
infeksi HIV dan menguji kemanjuran vaksin serta
terapi lain. Para penulis juga menyarankan bahwa
upaya untuk meningkatkan fungsi TH17 dapat
meningkatan pengobatan antiretroviral (ARV) yang
sudah ada.
Tetapi penelitian ini juga memiliki dampak yang
lebih luas, karena gangguan pada tanggapan
kekebalan di dalam usus ini mungkin menjelaskan
bagaimana HIV dapat mempertahankan tempat
simpanan infeksi yang luput dari pengobatan.
Ringkasan: Researchers discover why salmonella
is so dangerous for people with HIV
Sumber: Raffatellu M et al. Simian immunodeficiency virus–
induced mucosal interleukin-17 deficiency promotes Salmonella
dissemination from the gut. Nature Medicine, published online,
23rd March 2008.
Edit terakhir: 17 April 2008
4
Pejabat PNG membahas
strategi untuk
menggabungkan layanan
HIV/AIDS ke dalam sistem
pertanian
Oleh: The Kaiser Daily HIV/AIDS
Report
Tanggal laporan: 21 Maret 2008
Pejabat National Agricultural Research Institute
dari Papua New Guinea baru-baru ini bertemu
dengan perwakilan Options, perusahaan kesehatan
dunia, untuk membahas cara-cara menyatukan
layanan HIV/AIDS ke dalam program penelitian
sistem pertanian. Hal ini berdasarkan laporan PostCourier Papua New Guinea.
Menurut Rachel Grellier, konsultan
pengembangan sosial di Options, apabila
penyebaran HIV tidak dicegah di Papua New
Guinea, sistem pertanian di sana akan menghadapi
hambatan makanan dan angkatan kerja karena
sistem pertanian di sana tergantung pada angkatan
kerja. Grellier mengatakan pertemuan itu bertujuan
untuk membahas masalah tersebut dengan para
stakeholder dan bagaimana mengembangkan cara
untuk menghadapi kemungkinan dampak HIV/
AIDS terhadap sistem pertanian.
Grellier mengatakan bahwa penting untuk
menentukan sistem pertanian mana yang sudah
mengalami dampak HIV/AIDS dan pada masingmasing sistem, aspek apa yang paling rentan,
menambahkan bahwa hal ini akan membantu para
stakeholder untuk mengembangkan usulan caracara menghadapi masalah ini. Menurut Grellier,
strategi yang bertujuan untuk menentang dampak
dan untuk menghadapi tanggapan yang mungkin
terjadi seharusnya dikembangkan.
Kurang lebih satu juta infeksi menular seksual
(IMS) didiagnosis di Papua New Guinea setiap
tahun.
Dalam berita terkait, WHO memperkirakan
kurang lebih satu juta IMS yang dapat
disembuhkan yang ditularkan di Papua New
Guinea setiap tahun, Manish Jain direktur program
Save the Children Fund di Papua New Guinea
mengatakan.
Sahabat Senandika No. 65
Jain mengatakan prevalensi IMS di sana adalah di
antara yang tertinggi di dunia. Berdasarkan laporan
yang baru-baru ini diterbitkan oleh National AIDS
Council, orang yang hidup dengan IMS 40% lebih
rentan terhadap HIV dibandingkan orang yang
tidak memiliki IMS. Dia menambahkan HIV
menyebar secara cepat dan mudah di wilayah
prevalensi tinggi IMS jenis lain.
Sebuah penelitian oleh Institute of Medical
Research di Papua New Guinea dilakukan di antara
orang berisiko tinggi HIV di provinsi Eastern
Highlands menemukan 21% kejadian gonore, 19%
klamidia, 24% sifilis dan 51% trikomoniasis.
Tambahannya, 74% orang mempunyai sedikitnya
satu jenis IMS dan 43% mempunyai lebih dari satu;
tetapi kurang dari 1% orang yang menerima
pengobatan, Jain menambahkan.
Jain menandatangani kesepakatan bersama
dengan pemerintah daerah Eastern Highlands yang
bertujuan menerapkan program peningkatan klinik
IMS serta pencegahan dan pengobatan IMS.
Artikel asli: Papua New Guinea Officials Discuss Strategies To
Integrate HIV/AIDS Services Into Agricultural System
Edit terakhir: 17 April 2008
April 2008
PI meningkatkan risiko
penyakit jantung dan
NNRTI menurunkannya
Oleh: aidsmeds.com
Tanggal laporan: 21 Maret 2008
Protease inhibitor (PI) dikaitkan dengan
peningkatan tingkat fibrinogen dalam darah –
tanda risiko penyakit jantung – sementara NNRTI
dikaitkan dengan penurunan tingkat fibrinogen
dalam darah. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian
yang diterbitkan dalam jurnal AIDS edisi 30 Maret
2008.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa PI
sedikit meningkatkan risiko serangan jantung pada
Odha. Peningkatan risiko tersebut ditemukan tidak
tergantung pada perubahan kolesterol, trigliserid
dan gula darah sehingga para peneliti
mempertanyakan apakah ada hubungan yang lebih
kuat antara penggunaan PI dan tanda penyakit
kardiovaskular lainnya.
Erin Madden, MPH, dari Universitas California,
San Francisco, AS dan rekan berpendapat bahwa
peningkatan tingkat fibrinogen dalam darah
mungkin membantu menjelaskan peningkatan
risiko serangan jantung akibat PI. Tingkat
fibrinogen - protein yang berperan kunci terhadap
penyumbatan darah yang tinggi – sangat dikaitkan
dengan aterosklerosis, penumpukkan lemak dan
jaringan bekas luka pada pembuluh darah yang
meningkatkan risiko penyakit jantung dan serangan
jantung.
Tim Madden bekerja dengan data yang
melibatkan 1.131 Odha yang mendaftar dalam
penelitian Fat Redistribution and Metabolic Change
in HIV Infection (FRAM), membandingkan data
peserta HIV-negatif yang terdaftar dalam penelitian
Coronary Artery Risk Development in Young
Adults (CARDIA). Kelompok Madden
menemukan bahwa orang yang memakai rejimen
pengobatan yang mengandung PI memiliki tingkat
fibrinogen yang 11% lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol yang HIV-negatif. Orang yang
memakai rejimen yang berbasis NNRTI memiliki
tingkat fibrinogen yang 10% lebih rendah
dibandingkan kelompok kontrol. Orang yang
memakai rejimen yang berbasis PI dan NNRTI
memiliki tingkat fibrinogen yang kurang lebih
sebanding dengan kelompok kontrol.
5
Setelah mengendalikan terhadap berbagai faktor,
orang yang memakai PI indinavir dan ritonavir
memiliki kaitan yang paling besar terhadap
peningkatan tingkat fibrinogen. Orang yang
memakai ritonavir dosis rendah untuk
mengingkatkan tingkat indinavir memiliki tingkat
fibrinogen 8% lebih tinggi dibandingkan orang
yang memakai indinavir tanpa ritonavir. Sebaliknya,
nevirapine dan efavirenz masing-masing dikaitkan
dengan penurunan tingkat fibrinogen.
Tim Madden menyimpulkan bahwa peningkatan
risiko serangan jantung yang terlihat pada PI dalam
penelitian lain mungkin karena PI berpotensi
memperburuk aterosklerosis. Tim ini juga
mengatakan bahwa data tersebut memberi kesan
bahwa NNRTI mungkin memiliki dampak
perlindungan, tetapi untuk mengkonfirmasi temuan
mereka tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut
yang meneliti dampak obat antiretroviral (ARV)
secara individual terhadap fibrinogen dan ciri-ciri
aterosklerosis lainnya.
Ringkasan: PIs Increase Heart Disease Risk, and NNRTIs Decrease
It
Sumber: AIDS. 22(6):707-715
Edit terakhir: 17 April 2008
Pojok Info
Lembaran Informasi Baru
Pada April 2008, Yayasan Spiritia telah menerbitkan
16 lembaran informasi yang direvisi:
• Informasi Dasar
Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran
Informasi
• Terapi Antiretroviral
Lembaran Informasi 450—Darunavir
Lembaran Informasi 461—Enfuvirtide
• Infeksi Oportunistik
Lembaran Informasi 500—Infeksi Oportunistik
Lembaran Informasi 518—Wasting AIDS
Lembaran Informasi 519—Herpes Simpleks
Lembaran Informasi 523—Steatosis
• Efek Samping
Lembaran Informasi 550—Efek Samping
Lembaran Informasi 551—Kelelahan
Lembaran Informasi 552—Anemia
Lembaran Informasi 553—Lipodistrofi
Lembaran Informasi 554—Diare
Lembaran Informasi 557—Masalah Tulang
Lembaran Informasi 558—Depresi
• Topik Khusus
Lembaran Informasi 910—Daftar Interaksi
Obat NNRTI/PI
Lembaran Informasi 911—Daftar Interaksi
Obat NRTI
Untuk memperoleh lembaran revisi ini atau seri
Lembaran Informasi lengkap, silakan hubungi
Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman belakang
atau browse ke situs web Spiritia:
6
Sahabat Senandika No. 65
Tips untuk Odha
Tips untuk Odha
Melawan TB
Vaksinasi
Rata-rata, di Inggris dan Negara-negara Eropa
lainnya, anak usia sekolah (12-14 tahun) diberi
vaksinasi BCG untuk melawan TB. Namun
demikian, vaksinasi tidak memberikan perlindungan
yang menyeluruh terhadap TB, dan banyak kasus
anak-anak yang sudah diberi BCG pada waktu
kecil tetap mengalami TB. Orang dengan HIV
tidak boleh diberikan BCG karena vaksin BCG
adalah vaksin hidup yang sudah dilemahkan dan
bisa menyebabkan penyakit serupa TB.
Mencegah TB-Memperbaiki sistem imunitas
dengan terapi anti HIV
Salah satu cara terbaik untuk mencegah TB bagi
orang yang HIV positif adalah untuk memperbaiki
sistem imunitas. Pengobatan dengan kombinasi
yang efektif dari ARV bisa meningkatkan imunitas
tubuh, sehingga tubuh kita bisa melawan TB dan
infeksi lainnya.
Mencegah TB-Meminum obat anti TB
(profilaksis)
Orang dengan TB laten terkadang diberikan obat
anti TB atau obat-obatan untuk mencegah TB
menjadi aktif. Pada umumnya, diberikan obat
isoniazid, yang diberikan kurang lebih selama 6
bulan. Pencegahan ini juga direkomendasikan bagi
orang-orang HIV positif yang datang dari
komunitas yang memiliki tingkat TB yang tinggi,
termasuk daerah Afrika dan sub kontinen India,
terutama jika mereka tes kulit (PPD) positif.
Orang-orang yang HIV negatif yang juga kontak
langsung dengan orang dengan TB aktif harus
menerima pengobatan ini. Namun demikian, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dengan
pendekatan ini, karena hal ini bisa menimbulkan
resistansi jika kita menggunakan profilaksis TB
tetapi ternyata kita mempunyai TB aktif dan salah
didiagnosis. Selain itu, isoniazid bisa menyebabkan
efek samping dan bisa berinteraksi dengan
beberapa obat anti-HIV, terutama ddI dan d4t.
Isoniazid juga bisa memberatkan fungsi kerja hati.
Oleh karena itu, ada baiknya jika kita terus
memantau fungsi hati kita sepanjang kita meminum
isoniazid.
April 2008
Membantu diri kita sendiri
Kita bisa membantu diri kita sendiri dengan
memakan makanan yang bergizi dan sehat. Selain
itu, kita juga harus tinggal dirumah yang
mempunyai ventilasi yang baik karena kuman TB
bisa dibawa keluar sehingga kuman TB tersebut
bisa mati karena terkena sinar ultraviolet (sinar
matahari)
Tanya Jawab
Tanya-Jawab
T: Pasangan saya ODHA sudah sejak thn 2004
dan menggunakan ARV, CD4 nya sejak awal
menggunakan ARV selalu naik, Oya... pasangan
saya cek CD4 tiap 6 bulan sekali, dan terakhir
kemaren periksa CD4nya naik tidak begitu banyak
hanya 2, yang tadinya 429 sekarang hanya 431, kirakira apa penyebabnya ya, padahal pasangan saya
sudah hidup cara sehat. Apa mungkin pada saat
periksa dia memang dalam keadaan lelah karna
belakangan tidurnya tidak teratur karna sibuk
dengan pekerjaannya sehingga bisa menyebabkan
CD4 nya tidak naik, pasangan saya jadi agak
murung karna dia tidak mendapatkan hasil yang
memuaskan, sedangkan kesehatan ODHA kan
biasanya bisa juga di ukur dari CD4 nya.
J: Ada beberapa kemungkinan, tetapi kita harus
paham bahwa ukuran CD4 tidak memberi angka
yang mutlak, seperti bila kita mengukur berat
badan. Hasil 430 bisa berarti jumlah CD4
sebenarnya di bawah 400 atau di atas 500. Jadi
mungkin tes enam bulan yang lalu seharusnya 400
dan tes baru seharusnya 500, sebuah peningkatan
yang bermakna.
Hasil tes CD4 sangat tergantung pada jam berapa
contoh darah diambil, apakah kita mempunyai
infeksi lain (mis. flu), apakah kita stres atau capek,
dll. Jadi sebaiknya kita tidak terlalu tertekan oleh
satu angka; yang penting lihat kecenderungan. (Ya,
saya tahu gampang dibilang, sulit dilakukan! Tetapi
ingat stres/murung juga menekankan CD4!)
7
Kita juga dapat lihat CD4%, yang biasa juga
tercatat dalam laporan dari lab. Kalau angka ini
naik, itu mungkin lebih dipercaya dari CD4 mutlak.
Kalau kita ragu, sebaiknya kita mengulangi tes
CD4, atau menunggu hasil enam bulan berikut.
Namun mungkin CD4 memang menurun. Jadi
tidak salah bila kita memperhatikan kepatuhan
terhadap terapi - apakah pasangan benar-benar
tidak pernah lupa dosis atau hanya bilang begitu?
Mungkin membutuhkan pendekatan yang sangat
peka untuk mengetahui. Tetapi kalau kepatuhan
memang mulai turun, sebaiknya diambil intervensi
secepatnya agar tidak timbul resistansi.
Selain itu, memang ada sedikit orang yang
mengalami kegagalan terapi, walau 100% patuh.
Hal ini dapat terjadi akibat perbedaan dalam
metabolisme atau pencernaan, atau beberapa alasan
lain. Yang jelas, bila CD4-nya tidak naik atau
bahkan turun pada tes berikut, harus ditelitikan
alasan bersama dengan dokter, dan dilakukan
intervensi yang sesuai.
Pertanyaan dijawab pada tanggal: 12 November 2007
melalui website Yayasan Spiritia
Positive Fund
Laporan Keuangan Positive Fund
Yayasan Spiritia
Periode A pril 2008
Saldo awal 1 April 2008
17,025,569
Penerimaan di bulan
April 2008
1,081,000+
_________
Total penerimaan
18,106,569
Pengeluaran selama bulan April:
Item
Jumlah
Pengobatan
823,700
Transportasi
60,000
Komunikasi
0
Peralatan / Pemeliharaan
0
Modal Usaha
0+
_________
883,700-
Total pengeluaran
Saldo akhir Positive Fund
per 30 A pril 2008
17,222,869
Sahabat Senandika
Diterbitkan sekali sebulan oleh
Yayasan Spiritia
dengan dukungan
T H E FORD
FOU N D
AT I O N
DA
Kantor Redaksi:
Jl. Johar Baru Utara V No 17
Jakarta Pusat 10560
Telp: (021) 422 5163 dan (021) 422 5168
Fax: (021) 4287 1866
E-mail: [email protected]
Editor:
Caroline Thomas
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk
diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus
mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum
melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi
dengan dokter.
8
Sahabat Senandika No. 65