Sahabat Senandika

Yayasan Spiritia

No. 57, Agustus 2007

Sahabat Senandika
Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Laporan Kegiatan
Kongres Nasional Odha
dan Ohidha II 2007
Peningkatan Pemberdayaan dan
Keterampilan dalam Menghadapi
HIV dan AIDS
29 Juli – 2 Agustus 2007
Sukabumi, Jawa Barat
Latar Belakang
Ÿ Pertemuan Odha Nasional telah
diadakan sebanyak empat kali dan juga
beberapa pelatihan keterampilan. Saat ini
semakin terlihat banyak orang yang
hidup dengan HIV dan terdampak oleh

AIDS mencapai tingkat dasar
pemberdayaan dan terlibat aktif dalam
upaya penanggulangan HIV dan AIDS
secara nasional. Untuk memfasilitasi
mereka yang telah terlibat aktif untuk
dapat saling bertemu dan mendiskusikan
perkembangan-perkembangan yang
terbaru seputar HIV dan AIDS, sebuah
kongres Odha nasional telah
direncanakan oleh Yayasan Spiritia setiap
dua tahun sekali.
Ÿ Kongres Nasional Odha I telah
dilaksanakan pada tahun 2005 lalu
dihadiri oleh kurang lebih 124 peserta
dari 25 provinsi dengan jumlah Odha
sekitar 80% dan sisanya terdiri dari
Ohidha.
Ÿ Dengan tema ”Peduli AIDS – Jangan
Hanya Slogan”, Yayasan Spiritia bekerja
sama dengan teman-teman aktivis HIV

dan AIDS dari berbagai daerah sebagai
panitia pelaksana, didukung penuh oleh
Ford Foundation sebagai penyandang
dana utama dan pendukung tambahan
lain seperti KPA Nasional, IHPCPAusAID, FHI/ASA-USAID dan Palang
Merah Indonesia, telah melaksanakan

Kongres Nasional Odha dan Ohidha II
tahun 2007.
Ÿ Kongres Nasional Peningkatan
Pemberdayaan dan Keterlibatan
Menghadapi HIV dan AIDS Kedua ini
dilaksanakan pada tanggal 29 Juli sampai
dengan 2 Agustus dihadiri oleh 262
peserta dari 76 Kabupaten dan kota di
27 provinsi di Indonesia.
Ÿ Komposisi peserta adalah sebanyak 54%
peserta laki-laki, 37% perempuan dan
waria 9% dengan Odha sebanyak 78%
dan sisanya Ohidha. Pemilihan peserta

didasari oleh seleksi abstrak yang
dilakukan oleh tim panelis.
Tujuan :
Ÿ Menjadi wadah pendukung bagi Odha
dan Ohidha di seluruh Indonesia untuk
bertemu, berbagi pengalaman serta
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan.
Ÿ Meningkatkan peran serta Odha dan
Ohidha dalam upaya penanggulangan
HIV dan AIDS.

Daftar Isi
Laporan Kegiatan
Kongres Nasional Odha dan Ohidha II

Pengetahuan adalah kekuatan
40 persen kasus AIDS baru adalah ibu
rumah tangga
Ketahanan hidup membaik diantara

Odha IDU; ARV bukan satu-satunya
faktor
PrPP dan penjadwalan hubungan seks
mengurangi risiko terkait dengan
pembuahan alami

Tips
Tips untuk Odha

1
1

3
3

4

5

7

7

Tanya Jawab

8

Tanya jawab

8

Positive Fund

8

Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.

Ÿ

Meningkatkan solidaritas Odha dan

membangun jejaring Odha dan Ohidha
nasional.
Ÿ Meningkatkan pengetahuan Odha dan
Ohidha mengenai penyakit HIV dan
pengobatannya
Bentuk kegiatan
Upacara Pembukaan
Pembukaan dilakukan pada hari pertama yang akan
dihadiri oleh para peserta dan beberapa undangan.
Kongres secara resmi dibuka oleh Ibu Nafsiah
Mboi selaku sekretaris Komisi Penanggulangan
AIDS Nasional.
Upacara Penutupan
Penutupan dilakukan pada hari terakhir yang
dihadiri oleh setiap peserta dan beberapa
undangan. Pada kesempatan ini Ibu Bronwyn
Nicholas dari AusAID hadir untuk menutup
jalannya kongres yang kemudian diikuti oleh
hiburan dan ramah tamah.
Sidang Paripurna

Dilakukan setiap pagi hari, dengan menghadirkan
beberapa pembicara dari luar dengan topik
menarik. Salah satunya adalah Peranan KPA dan
UNAIDS dengan Ibu Nafsiah Mboi dan Ibu
Nancy Fee sebagai pembicara.
Pelatihan Keterampilan
Dilakukan dalam beberapa kelas secara paralel
setiap harinya dengan berbagai materi untuk
meningkatkan keterampilan dan berbagi
pengalaman antarpeserta. Materi yang diangkat
antara lain adalah Komunikasi dengan media
dengan Bapak Mayong Suryolaksono sebagai
pembicara, Manajemen Organisasi oleh Ibu Palupi
Widjajanti dari IHPCP-AusAID dan yang lainnya.
Presentasi Poster
Dilakukan di tempat khusus setiap hari, presentasi
poster sebanyak 129 poster ditampilkan oleh
peserta kepada para peserta lain dalam bentuk
poster.
Presentasi Oral/Lisan

Dilakukan dalam beberapa kelas secara paralel
setiap hari, abstrak peserta terpilih disampaikan
oleh pembuatnya dihadapan para peserta lainnya
dalam bentuk oral. Kongres Nasional kali ini diisi
dengan sesi yang didasari presentasi abstrak oral
oleh 70 peserta. Topik-topik yang disajikan antara
lain mengenai perawatan, dukungan dan
pengobatan, media, advokasi dan lainnya

2

Topik Khusus
Dilakukan dalam beberapa kelas secara paralel
setiap hari, dipilih isu atau topik khusus yang sedang
hangat atau menjadi isu yang sering dibicarakan
banyak pihak dan terkait dalam penanggulangan
HIV/AIDS, seperti: perempuan, pengobatan,
Keterlibatan lebih luas oleh Odha dan lainnya.
Sesi Debat
Dilakukan pada malam hari di hari kedua kongres

dengan pernyataan “Odha harus ikut menanggung
biaya ARV”, debat menghadirkan pembicarapembicara pakar seperti dr.Budiarto dari IHPCPAusAID dan Profesor Wirawan dari KPA Bali
dalam menghangatkan suasan debat.
Sesi Lain
Selain sesi-sesi yang telah disebutkan, Tim Perumus
Jaringan Odha Nasional juga telah melaksanakan
pertemuan internal dan sosilisasi
pertanggungjawaban hasil dari rumusan Jaringan
Odha Nasional kepada seluruh peserta pada hari
terakhir kongres. Selain itu, diadakan pula sesi-sesi
satelit seperti sesi Continuum of care yang
difasilitasi oleh FHI/ASA-USAID dan sesi Positive
Sex oleh IHPCP-AusAID

Hasil
Kongres Nasional Odha dan Ohidha II tahun
2007 berjalan dengan baik. Antusias yang besar dari
para peserta terlihat dari pertanyaan-pertanyaan
yang alot dilontarkan peserta di sesi-sesi kongres
seperti pada saat sesi debat dan sesi perkembangan

ARV. Meskipun sesi-sesi telah selesai dilaksanakan,
para peserta masih bersemangat untuk saling
berkumpul untuk saling tukar pengalaman. Selain
itu, beberapa peserta mengadakan pertemuan
diluar jam sesi, seperti pertemuan KDS wilayah
Jawa, Kalimantan dan Sulawesi serta pertemuan
komunitas NA (Narcotic Anonymous).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
peserta kongres di sela-sela sesi, sebagian peserta
menyatakan bahwa materi-materi yang
disampaikan pada saat kongres sangat bermanfaat,
tidak hanya mengenai pengobatan dan perawatan
tetapi juga materi-materi lainnya seperti
kepemimpinan dan manajemen organisasi. Selain
itu, kongres kedua sangat berbeda dibandingkan
kongres pertama. Hal ini terlihat dengan
pembicara-pembicara sesi adalah orang-orang yang
handal di bidangnya.
Pernyataan berbeda datang dari Vince
Crisostomo dari Jaringan Odha seAsia Pasifik yang

turut berpartisipasi secara penuh selama kongres.

Sahabat Senandika No. 57

Menurut Vince kongres ini merupakan kongres
terbaik dibandingkan kongres tingkat internasional
yang pernah ia ikuti. Vince melihat kebersamaan
yang tinggi antara sesama peserta dari berbagai
wilayah di Indonesia.
Berbagai pihak pendukung baik dari badan
donor, instansi terkait maupun pihak manajemen
hotel bekerja sama dengan sangat baik untuk
keberhasilan tersebut.
Meskipun demikian, beberapa kendala terjadi
pada saat sesi presentasi oral. Minat para peserta
untuk berpartisipasi dan saling mendukung peserta
lainnya di sesi tersebut sangat rendah. Hal ini terlihat
dari sedikitnya jumlah peserta yang hadir pada saat
sesi presentasi oral.
Tantangan dan Hambatan
Padatnya jadwal sesi, membuat beberapa peserta
letih dan jatuh sakit sehingga tidak dapat mengikuti
sesi selanjutnya.
Kasus terkait relaps narkoba ikut menjadi
tantangan yang dihadapi oleh panitia untuk tetap
menjalankan Kongres agar tetap tertib dan
terkendali serta membuat nyaman peserta lainnya.
Animo beberapa pihak sangat tinggi untuk dapat
berpartisipasi di kongres, hal ini terlihat dengan
adanya kasus penyusupan orang yang tidak
terdaftar sebagai peserta.
Rekomendasi
Kongres Nasional Odha dan Ohidha merupakan
salah satu wadah yang cukup efektif dan
dibutuhkan dalam upaya peningkatan keterlibatan
dan pengetahuan serta memperluas jaringan Odha
dan Ohidha untuk dapat saling mendukung
antarsesama.
Pelibatan pihak lain untuk mengadakan sesi-sesi
satelit , lokakarya atau pementasan lain dapat
menjadi alternatif untuk memperkaya
keberlangsungan kongres serta memperluas
jaringan kerja sama
Dibutuhkan sebuah sesi untuk memfasilitasi
kebutuhan teman-teman dari kelompok gay dan
waria khususnya peningkatan keterampilan dan
pengetahuan pada kegiatan-kegiatan serupa.
Sidang paripurna sebaiknya menjadi pengantar
untuk keseluruhan topik untuk satu hari.
Pemilihan lokasi kegiatan harus
mempertimbangkan banyaknya peserta kongres.
Pemilihan beberapa hotel di lokasi yang sama dapat
membuat nyaman peserta kongres tanpa harus
menjadikannya dalam satu hotel/venue.

Agustus 2007

Pengetahuan
adalah kekuatan
40 persen kasus AIDS baru
adalah ibu rumah tangga
Oleh: Apiradee Treerutkuarkul,
Bangkok Post (5 Juli 2007)
Meningkatnya jumlah ibu rumah tangga yang
tertular HIV/AIDS dari suami adalah masalah
serius yang sangat memprihatinkan, Menteri
Kesehatan Masyarakat Mongkol Na Songkhla
mengatakannya dalam sebuah seminar baru-baru
ini. Aktivis AIDS menghimbau pengaktifan
kembali kampanye yang mempromosikan
penggunaan kondom untuk mencegah penularan
yang terus meningkat.
Berbicara pada seminar AIDS nasional ke-11, Dr.
Mongkol mengatakan bahwa dia khawatir tentang
peningkatan tingkat infeksi dalam dua tahun
terakhir, terutama di antara pasangan suami istri.
Kurang lebih 40 persen di antara 18.000 kasus
baru yang ditemukan setiap tahun adalah ibu rumah
tangga. Jumlah ini relatif tinggi dibandingkan
dengan kelompok berisiko yang lain, misalnya lakilaki yang berhubungan seks dengan laki-laki, 28
persen, dan pekerja seks komersial (PSK), 10
persen. Sebagian besar tertular virus dari suami
yang berhubungan seks dengan orang lain.
Dr. Mongkol mengatakan dia merencanakan
meluncurkan kampanye “kondom keluarga” dan
juga mendorong pasangan suami istri untuk tetap
setia/ monogami.
“Memakai kondom harus dianggap sebagai
bentuk saling menghormati terhadap pasangan
sehingga suami dan istri akan terhindar dari infeksi
menular seksual (IMS) seperti HIV/AIDS. Istri
harus memperjuangkan kesepakatan yang lebih baik
dengan suami,” dia mengatakan.
Komite AIDS nasional sedang melakukan proyek
bersama Mechai Viravaidya, yang banyak dikenal
sebagai Mr Kondom. Mereka akan menghimbau
pengelola hotel untuk membantu menempatkan
kondom gratis di kamar hotel, dia mengatakan.

3

Mr. Mechai, yang mengkampanyekan
penggunaan kondom di antara PSK ketika
Thailand mulai terserang virus ini, mendesak
pemerintah untuk lebih memperhatikan program
pencegahan.
“Lisensi wajib bukanlah jalan keluar terhadap
masalah AIDS. Hal ini justu mencerminkan
kegagalan Thailand dalam mempromosikan
kampanye pencegahan” dia mengatakannya dalam
seminar.
Mr. Mechai, ketua Population and Community
Development Association, ditunjuk Komite AIDS
nasional untuk mengawasi sub-panel yang
mempromosikan penggunaan kondom.
Remaja dianggap sebagai kelompok yang
berisiko karena hasil survei terkini menunjukkan
kurang lebih 67 persen di antara 6.000 responden,
berusia 18-19 tahun, tidak menggunakan kondom
saat berhubungan seks, dia mengatakan.
Sementara itu, ketua Partai Demokrat Abhisit
Vejjajiva mengatakan bahwa Thailand harus bekerja
sama dengan anggota negara ASEAN lain saat
memberi izin kepada perusahaan obat dalam negeri
untuk menerima hak paten obat dari perusahaan
farmasi besar.
Artikel asli: 40% of new Aids cases are
housewives

4

Ketahanan hidup membaik
diantara Odha IDU; ARV
bukan satu-satunya faktor
Oleh: Adam Legge, aidsmap.com
(16 Juli 2007)
Odha pengguna narkoba suntikan (IDU) saat ini
mempunyai tingkat ketahanan hidup yang serupa
dengan IDU yang bukan Odha, berdasarkan
penelitian besar Spanyol.
Walaupun penggunaan terapi antiretroviral (ART)
yang lama telah menunjukkan manfaat yang
dramatis terhadap ketahanan hidup pada Odha
secara umum, masih ada keraguan tentang apakah
manfaat ini sudah terlihat pada seluruh kelompok
pasien, terutama pasien IDU.
Para peneliti Spanyol membandingkan tingkat
ketahanan hidup antara IDU Odha dan bukan
Odha sejak 1987 hingga 2004.
Mereka membagi periode tersebut menjadi tiga
bagian: mulai 1987 sampai 1991 (era monoterapi
antiretroviral), 1992 sampai 1996 (era kombinasi
dua jenis obat dan era terapi pengalihan metadon
bagi pecandu heroin diperkenalkan di Spanyol) dan
1997 sampai 2004 (era terapi antiretroviral tiga
jenis, di waktu program metadon sudah diterapkan
secara penuh di Spanyol).
Secara keseluruhanl 1.206 IDU diamati selama
masa ini di pusat pengobatan di University Hospital
Germans Trias I Pujol, dekat Barcelona.
Kebanyakan adalah laki-laki (81%) dan 59%
terinfeksi HIV dan 92% terinfeksi HCV. Para
peneliti mempunyai data tindak lanjut selama
kurang lebih sepuluh tahun.
Masa ketahanan hidup bagi IDU yang tidak
terinfeksi HIV bertahan tetap selama tiga tahun
masa penelitian.
Sebagaimana yang diharapkan, tingkat kematian
lebih tinggi secara bermakna pada IDU yang
terinfeksi HIV pada kedua masa penelitian
pertama. Pada puncaknya, IDU yang terinfeksi
HIV tiga kali lebih mungkin meninggal
dibandingkan dengan IDU yang tidak terinfeksi
HIV.
Tetapi tingkat ketahanan hidup untuk kelompok
ini meningkat secara bermakna sejak 1997 dan
pada pasien yang dilibatkan sejak 1997 hingga 2004
tingkat ketahanan hidupnya jelas sama pada kedua
kelompok.

Sahabat Senandika No. 57

Bahkan sesungguhnya risiko kematian ditemukan
sedikit lebih rendah dibandingkan mereka yang
terinfeksi HIV tetapi perbedaan ini secara statistik
tidak bermakna.
Para penulis menunjukkan bahwa hanya sepertiga
di antara IDU yang terinfeksi HIV yang diteliti
memakai ART dan faktor lain sepertinya berperan
terhadap kemajuan ketahanan hidup di antara IDU
yang baru terinfeksi HIV.
Hal ini termasuk akses pada program metadon,
profilaksis untuk infeksi oportunistik, intervensi
pengurangan dampak buruk (harm reduction)
termasuk juga kunjungan perawatan ke klinik secara
rutin.
Sebagian besar IDU yang terinfeksi HIV dalam
penelitian ini tidak mempunyai penekanan
kekebalan yang berat dan belum dianggap layak
untuk pengobatan ART.
Bukti fungsi kekebalan yang masih bertahan di
antara IDU yang terinfeksi HIV terlihat juga pada
penelitian lain dan disebut sebagai dampak
“kesehatan pengguna narkoba” dan menjelaskan
kemampuan IDU untuk tetap memakai narkoba,
sering secara berat, tanpa penyakit yang
melemahkan terkait HIV.
Belum ada kesimpulan yang dapat dibuat tentang
dampak dari koinfeksi karena secara umum para
IDU yang terinfeksi HIV yang dilibatkan juga
terinfeksi HCV, mereka menambahkan.
Ringkasan: Survival improving among injecting
drug users with HIV; ARVs not the only factor
Sumber: Muga R et al. Survival of HIV-infected injection drug
users (IDUs) in the highly active antiretroviral therapy era, relative
to sex- and age-specific survival of HIV-uninfected IDUs. Clinical
Infectious Diseases 45:370-376, 2007

Agustus 2007

PrPP dan penjadwalan
hubungan seks
mengurangi risiko terkait
dengan pembuahan alami
Oleh: Edwin J. Bernard,
aidsmap.com (23 Juli 2007)
Perempuan HIV-negatif dapat menjadi hamil
secara aman dengan melakukan hubungan seks
tanpa kondom dengan pasangan laki-laki yang
HIV-positif – asalkan viral load dalam air maninya
tidak terdeteksi. Hal ini disampaikan dalam
konferensi IAS keempat di Sydney, Australia
berdasarkan sebuah penelitian kecil Swiss.
Kombinasi antara konseling pasangan, skrining
IMS, dan hubungan seks yang dijadwalkan –
dengan dua dosis tenofovir sebagai “perlindungan
secara psikologis” sebagai profilaksis prapajanan
(PrPP) – sudah menghasilkan tingkat kehamilan di
atas 70%, dan tidak ada penularan HIV.
“Jutaan” frustrasi dengan kehamilan yang
dibantu
Teknik kehamilan yang dibantu telah menolong
pasangan heteroseksual yang berstatus berbeda
untuk merencanakan kehamilan secara aman sejak
1992. Apabila laki-lakinya adalah HIV-positif, hal
ini biasanya termasuk ‘mencuci sperma’ dan
pembuahan buatan.
Tetapi pada kenyataannya, banyak pasangan
diskordan (satu pasangan terinfeksi HIV, satu tidak)
melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan
harapan terjadi pembuahan alami – suatu tindakan
yang memajan pasangan yang HIV-negatif
terhadap risiko penularan. Sering kali, tindakan ini
berasal dari frustrasi dengan teknik yang lebih aman
yang dapat mahal dan sulit dijangkau.
“Kemungkinan ada berjuta-juta pasangan HIV
diskordan di seluruh dunia melakukan seks tanpa
kondom dengan tujuan membuahkan kehamilan,”
ditulis Dr. Pietro Vernazza dari Rumah Sakit St
Gallen Cantonal, Swiss sebagai komentar dalam
jurnal AIDS tahun lalu. Dan survei baru-baru ini
yang melibatkan 500 pasangan diskordan
menemukan bahwa “hampir separuh pasangan
yang tidak berhasil hamil dengan pembuahan
buatan mencoba pembuahan langsung dengan
hubungan seks tanpa kondom, dan terjadi
sedikitnya satu penularan.” (Barriero 2006)
Di sisi lain, sebuah penelitian baru di Spanyol
meneliti 62 pasangan yang salah satunya HIVpositif (22 perempuan dan 40 laki-laki) dan

5

memakai terapi antiretroviral (ART), dengan viral
load tidak terdeteksi dalam darah. Di antara 76
kehamilan alami di antara pasangan ini selama
kurun waktu tujuh tahun tidak ada pasangan yang
tidak terinfeksi menjadi terinfeksi.
Mencuci sperma “sudah tidak tepat lagi”
apabila viral load tidak terdeteksi
Dr. Vernazza mengatakan pada konferensi bahwa
dia dan beberapa ahli reproduksi bantuan Eropa
menyimpulkan bahwa “mencuci sperma sudah
tidak tepat lagi” apabila pasangan laki-lakinya
mempunyai viral load dalam air mani yang tidak
terdeteksi. “Dengan penekanan viral load pada air
mani risiko [penularan HIV] menuju nol,’ dia
mengatakan, “dan mungkin sangat, sangat dekat
dengan nol.”
Oleh karena itu, Dr. Vernazza dan rekan
membentuk program uji coba yang menawarkan
metode alternatif yang mengurangi risiko dengan
memanfaatkan teknik pembuahan alami yang
diubah. Dua puluh pasangan mendaftar antara
Maret 2004 dan Maret 2007; enam pasangan
mengaku bahwa mereka pernah mencoba
melakukan hubungan seks tanpa kondom, dan 21
pasangan setuju memakai cara yang mengurangi
risiko yang diusulkan. Semua pasangan laki-laki
yang HIV-positif memakai ART dengan viral load
dalam darah dan air mani yang tidak terdeteksi.
Setelah konseling pasangan, dan skrining IMS
pada kedua pasangan, hubungan seks dianjurkan
untuk dilakukan pada satu hari waktu kemungkinan
kehamilan adalah yang tertinggi – 36 jam setelah
hormon luteinising (LH) mencapai tingkat tertinggi.
Pasangan perempuan HIV-negatif menerima dua
dosis tunggal tenofovir sebagai PrPP, saat LH
tertinggi dan 24 jam kemudian (36 jam dan 12 jam
sebelum melakukan hubungan seks).
Setelah mencoba tiga kali dengan cara ini, 11 di
antara 21 perempuan (52%) menjadi hamil.
Kejadian ini meningkat menjadi 15 di antara 21
(71%) setelah mencoba sepuluh kali. Semua
perempuan mempunyai hasil tes antibodi HIV
negatif tiga bulan setelah pajanan terakhir.
PrPP hanya sebagai “pelindung secara
psikologis”
Selama sesi tanya jawab setelah presentasinya, Dr.
Vernazza mengatakan dia berpendapat bahwa
PrPP menjadi intervensi tambahan yang
mengurangi risiko tetapi terutama dipakai sebagai
“pelindung secara psikologis. Banyak masalah
psikologis terkait ini [untuk pasangan],” dia
mengatakan. “Saya mengatakan pada mereka
bahwa risikonya [penularan HIV] kecil – antara satu

6

per seratus ribu dan satu perjuta – tetapi selama
bertahun-tahun mereka melakukan seks yang lebih
aman dengan keyakinan bahwa risikonya besar,
sehingga mereka menginginkan perlindungan ini.”
Dia menambahkan bahwa risiko dan keuntungan
metode ini, dibandingkan dengan pembuahan yang
dibantu secara tradisional, dijelaskan secara panjang
lebar pada sesi konseling, dan kebanyakan pasangan
cukup yakin untuk mencobanya. “Membutuhkan
waktu lebih lama untuk meyakinkan beberapa
dokter,” dia mencatat. Dia menambahkan bahwa
seluruh dunia menaruh minat pada metode
hubungan seks yang dijadwalkan ini.
Justru, dalam wawancara di jurnal AIDS
Treatment Update edisi Agustus/September, Dr.
Carole Gilling Smith, yang memimpin Viral Illness
Fertility Programme di Rumah Sakit Chelsea &
Westminster, London, Inggris, mengatakan adalah
penting untuk mengakui kenyataan bahwa ada
pasangan yang lebih mungkin akan memakai
metode pembuahan alami daripada metode
dibantu. “Selama beberapa tahun berikutnya,
adalah penting untuk melihat risiko pembuahan
alami dan bagaimana cara tersebut dibandingkan
dengan standar yang berlaku saat ini,” dia
mengatakan. “Hal ini secara etis pasti sulit, tetapi
dengan kenyataan bahwa orang memilih
pembuahan secara alami, kita perlu menelitinya
tanpa mendorong secara aktif sampai kita
mempunyai lebih banyak bukti tentang
keamanannya.”
Dr. Vernazza mengatakan di konferensi bahwa
mereka sedang merencanakan sebuah penelitian
prospektif yang juga menilai penggunaan kondom
oleh pasangan. “Pada saat ini,” dia mengatakan,
“kita tidak dapat mengatakan bahwa penggunaan
kondom telah berubah [setelah intervensi ini].
Tetapi hal ini memang mengkhawatirkan.”
Ringkasan: PrEP and timed intercourse reduces
HIV transmission risk associated with natural
conception
Sumber:
Vernazza P et al. Pre-exposure profilaksis and timed intercourse
for HIV-discordant couples willing to conceive a child. Fourth
IAS Conference on HIV Pathogenesis, Treatment and Prevention,
Sydney, abstract MOPDC01, 2007.
Vernazza P et al. HIV-discordant couples and parenthood: how are
we dealing with the risiko of transmission? AIDS 20(4): 635-636,
2006.
Barreiro P et al. Natural pregnancies in HIV-serodiscordant
couples receiving successful antiretroviral therapy. J Acquir
Immune Defic SynDr. 43(3): 324-326, 2006.

Sahabat Senandika No. 57

Tips
Tips untuk Odha
13 pesan dasar gizi seimbang
1. Makanlah aneka ragam makanan yaitu
makanan sumber tenaga (karbohidrat),
zat membangun (protein), serta zat
pengatur (vitamin dan mineral)
2. Makanlah makanan untuk memenuhi
kebutuhan energi. Kebutuhan tersebut
dapoat dipenuhi dari 3 sumber utama,
yaitu karbohidrat, protein dan lemak.
Satu gram karbohidrat akan
menghasilkan 4 kkal energi, satu gram
protein akan menghasilkan 4 kkal energi,
sedangkan satu gram lemak akan
menghasilkan 9 kkal energi.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat,
setengah dari kebutuhan energi. WHO
(1990) menganjurkan agar 55-75 persen
konsumsi energi total berasal dari
karbohidrat kompleks yangs etara
dengan 3-4 piring nasi, sedangkan
konsumsi gula sebaiknya dibatasi 5-10
persen dari jumlah kecukupan energi atau
sekitar 3-4 sendok perhari.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak
sampai seperempat dari kecukupan
energi. Mengkonsumsi lemak hewani
secara berlebihan dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah arteri dan
penyakit jantung koroner.
5. Gunakan garam beriodium untuk
mencegah timbulnya Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium (GAKI). GAKI
dapat menghambat perkembangan
tingkat kecerdasan anak, penyakit
gondok, dan kretin (kerdil). Dianjurkan
untuk mengkonsumsi garam tidak lebih
dari 6 gram (1 sendok teh) per hari.
6. Makanlah makanan sumber zat besi
untuk mencegah anemia. Sumber yang
baik adalah sayuran berwarna hijau,
kacang-kacangan, hati, telur dan daging.
Terutama dari lauk hewani, karena zat
besi dalam lauk hewani diserap lima kali
lebih tinggi.

Agustus 2007

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai
berumur 6 bulan. Pemberian ASI secara
eksklusif ini sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Setelah
itu perlu diebrikan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
seperti buah, sayur, ikan, hati yang
dihaluskan sesuai perkembangan usia
anak.
8. Biasakan makan pagi (sarapan). Untuk
memelihara ketahanan fisik dan
meningkatkan produktivitas kerja.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
tidak sarapan justru meningkatkan suatu
hormone yang memicu pertambahan
berat badan. Makan pagi tidak perlu
makanan berat, yang penting sehat,
bergizi, dan mudah dicerna.
9. Minumlah air bersih, aman, dan cukup
jumlahnya, yaitu minimal 2 liter atau
setara dengan 8 gelas setiap harinya, agar
proses metabolisme dalam tubuh dapat
berlangusng dengan lancar dan seimbang.
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga
secara teratur, untuk melancarkan
sirkulasi darah dan getah bening.
11. Hindari minuman keras. Minuman
beralkohol dapat merusak fungsi hati.
12. Makanlah makanan yang aman bagi
kesehatan, yaitu bebas dari cemaran
bahan kimia dan mikroba berbahaya,
yang dapat menyebabkan sakit.
13. Bacalah label pada makanan yang
dikemas, untuk mengetahui komposisi
bahan penyusun, komposisi gizi, serta
tanggal kadaluarsa dari makanan
kemasan.
Sumber: Majalah Nirmala Edisi Agustus 2007

7

Tanya Jawab

Positive Fund
Laporan Keuangan Positive Fund

Tanya jawab
T: Saya pernah melakukan seks bebas dengan
kondom. Apakah itu bisa menyebabkan penyakit
AIDS?? Saya bingung sekali. Saya takut dan
menyesal telah melakukan seks bebas semacam itu..
Kn kita tidak tahu apakah orang yang melakukan
seks dengan kita itu mengidap penyakit AIDS atau
tidak.. Saya sudah menggunakan kondom tapi saya
tetap takut. Apakah jika sudah menggunakan
kondom sudah aman dari AIDS??
Trus apakah ada obat yang dapat menekan
penyakit AIDS ini?? Benarkah buah merah dapat
bermanfaat untuk mencegah penyakit AIDS ini??
Demikian pertanyaan saya seputar AIDS. Terima
kasih atas perhatiannya....
J: Kalau Anda benar-benar memakai kondom
dengan cara yang benar tanpa pelicin yang dasar
minyak sebelum memasukkan sampai keluar, risiko
Anda terinfeksi HIV sangat amat rendah, menjelang
nol. Namun kondom tidak sama efektif untuk
mencegah semua infeksi menular seksual...
Ada obat, yang disebut sebagai antiretroviral atau
ARV yang dapat menekankan penggandaan virus
dalam darah. Obat ini hanya harus dipakai setelah
sistem kekebalan tubuh menjadi cukup rusak,
biasanya lebih dari lima tahun setelah terinfeksi,
tetapi setelah dimulai, harus dipakai untuk seumur
hidup.
Buah merah mungkin bermanfaat untuk
memperpanjang masa sebelum harus pakai ARV
(seperti juga berbagai buah berwarna merah lain
seperti tomat). Namun buah merah tidak dapat
menggantikan ARV, dan saya yakin buah merah
tidak efektif sama sekali untuk mencegah infeksi
menular seksual apa pun.
Pertanyaan diajukan di website Yayasan Spiritia
dan dijawab oleh Babe.

Yayasan Spiritia
Periode A gustus 2007

Saldo awal 1 Agustus 2007

17,806,669

Penerimaan di bulan
Agustus 2007

1,517,250+
_________

Total penerimaan

19,323,919

Pengeluaran selama bulan Agustus :
Item

Jumlah

Pengobatan

500,000

Transportasi

0

Komunikasi

0

Peralatan / Pemeliharaan

0

Modal Usaha

0+
__________
500,000-

Total pengeluaran

Saldo akhir Positive Fund
per 31 A gustus 2007

18,823,919

Sahabat Senandika
Diterbitkan sekali sebulan oleh

Yayasan Spiritia
dengan dukungan
T H E FORD
FOU N D
AT I O N
DA

Kantor Redaksi:
Jl. Johar Baru Utara V No 17
Jakarta Pusat 10560
Telp: (021) 422 5163 dan (021) 422 5168
Fax: (021) 4287 1866
E-mail: yayasan_spiritia@yahoo.com
Editor:
Caroline Thomas
Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk
diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus
mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon).
Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum
melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi
dengan dokter.

8

Sahabat Senandika No. 57