PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MULTIMEDIA PADA PENINGKATAN PEMBELAJARAN SIFAT BANGUN RUANG SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KRANDEGAN TAHUN 2015/2016.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi oleh
manusia sepanjang hayatnya. Dengan adanya pendidikan, manusia dapat
berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia sesuai
dengan tujuan hidup masing-masing. Pendidikan Nasional menurut UndangUndang No. 20 Tahun 2003 bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kegiatan pembelajaran di dunia pendidikan melibatkan banyak elemenelemen yang terkait diantaranya adalah kurikulum, siswa, guru, kepala sekolah,
dan sarana prasarana. Di Indonesia kelima elemen ini sangat erat hubungannya.
Kurikulum merupakan perangkat pembelajaran yang berisi materi ajar dan
digunakan oleh lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan pembelajaran.
Sedangkan kepala sekolah sebagai pemimpin di sebuah sekolah menjadi motor
penggerak bagi guru yang akan mengajar. Kedudukan guru dalam dunia
pendidikan juga sangat dibutuhkan. Guru sebagai media penyampai pesan materi
kepada siswa dan siswa menerima materi tersebut dengan cara yang bervariasi,
tergantung dari kecerdasan, kemauan, kreativitas dan inovasi-inovasi yang dapat
guru lakukan dalam menyampaikan materi kepada siswa. Guru sebagai motivator

harus mampu membangkitkan semangat siswa, bagaimanapun latar belakang
keluarganya, maupun tantangan hidup yang dilaluinya. Guru sebagai fasilitator
bertugas memfasilitasi siswa untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya
secara optimal. Selain itu sarana prasarana juga harus mendukung pembelajaran
supaya pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan optimal.
Dalam kegiatan pembelajaran selain guru sebagai fasilitator, guru juga
dituntut mampu menciptakan situasi

aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan
1

2
menyenangkan dalam suatu kegiatan pembelajaran, khususnya Matematika.
Matematika menjadi sangat penting seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat sebagai salah satu dasar yang
memiliki nilai esensial yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan.
Matematika merupakan ilmu yang bertujuan untuk mendidik anak agar dapat
berpikir logis, kristis, sistematis, memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam
memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang Matematika, bidang lain,
maupun dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Matematika perlu dipelajari.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada tanggal
11 November 2015 pada pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 2
Krandegan, terdapat 32 siswa di kelas tersebut dan ketika pembelajaran
Matematika berlangsung terlihat bahwa saat penyampaian materi, guru lebih
dominan di dalam kelas dan menggunakan metode konvensional yaitu ceramah
tanpa menggunakan media pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan siswa
mengantuk, berbicara sendiri dengan temannya, dan tidak memperhatikan materi
saat dijelaskan oleh guru sehingga pembelajaran yang dilaksanakan kurang
berhasil dan bermakna.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan pada tanggal 11
November 2015 dengan guru kelas V yaitu Ibu Prihatin Winarsih, penyebab
rendahnya hasil belajar Matematika pada siswa kelas V adalah siswa kurang
memperhatikan saat guru menerangkan materi pembelajaran, siswa berbicara
sendiri dengan teman sebangkunya dan siswa mengantuk saat pembelajaran. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran Matematika yang dilaksanakan di
kelas tersebut kurang berhasil, sehingga ketika guru mengadakan ulangan harian
maka nilai yang didapat oleh siswa masih banyak yang di bawah KKM (65)
(dapat dilihat di lampiran 1 hal. 153 ). Selain wawancara yang dilakukan kepada
guru, peneliti juga mewawancarai beberapa siswa kelas V. Hasil dari wawancara
tersebut adalah pembelajaran Matematika yang dilaksanakan oleh guru

membosankan. Hal tersebut dikarenakan guru menggunakan metode ceramah
tanpa menggunakan media sehingga banyak siswa yang mengantuk dan berbicara
dengan teman sebangkunya. Berdasarkan hasil wawancara dari kedua sumber

3
(guru dan siswa) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika yang
dilaksanakan di kelas V SD N 2 Krandegan adalah guru menggunakan metode
konvensional yaitu ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran. Hal
tersebut menyebabkan siswa kurang memperhatikan saat guru menerangkan,
siswa berbicara sendiri dengan teman sebangkunya, dan ada siswa yang
mengantuk saat pembelajaran berlangsung.
Peran guru dalam pembelajaran Matematika merupakan faktor penentu
yang sangat dominan dalam keberhasilan dari pembelajaran tersebut. Adapun
peran guru dalam mengatasi kondisi pembelajaran Matematika yang ada di kelas
V SD N 2 Krandegan yaitu menggunakan pembelajaran yang bermakna, inovatif,
dan menyenangkan. Pada saat guru mengajar di kelas, guru harus mampu
menciptakan suatu pembelajaran yang bermakna, inovatif, dan menyenangkan.
Dengan guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional,
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika
khususnya pada materi bangun ruang.

Untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, inovatif, dan
menyenangkan, seorang guru perlu menerapkan model pembelajaran yang
inovatif. Banyak model pembelajaran yang inovatif diantaranya adalah model
Pembelajaran Kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
menggabungkan belajar individu dan kelompok. Pada penelitian kali ini, peneliti
akan menggunakan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Pembelajaran kooperatif ini

siswa lebih dahulu memahami materi dan

mengerjakan soal individu sehingga pemahaman akan semakin terasah.
Selanjutnya, siswa akan berdiskusi secara berkelompok untuk saling berbagi
pemikiran dan saling membantu dalam memahami materi. Dengan demikian
siswa akan cenderung aktif dan memahami materi dengan baik. Model ini
dikembangkan oleh Robert E. Slavin dalam karyanya Cooperative Learning
Theory, Research and Practice (2005: 187) memberikan penjelasan bahwa dasar
pemikiran di balik individualisme pembelajaran adalah para siswa memasuki
kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam.


4
Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012: 246-247), Team Assisted
Individualization (TAI) adalah model pembelajaran kooperatif dimana setiap
siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru
kemudian hasil belajar individu dibawa ke kelompok untuk didiskusikan bersama
anggota kelompok lainnya dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan

jawaban

sebagai

tanggung

jawab

bersama.

Tipe


ini

mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran
individual. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe Team
Assisted Individualization (TAI) ini siswa lebih mengalami pembelajaran
Matematika yang bermakna khususnya pada materi bangun ruang. Menurut
Shoimin (2014: 200-201) terdapat 8 tahap dalam menggunakan tipe Team
Assisted Individualization dalam pelaksanaanya. Adapun tahap-tahapnya yaitu,
(1) placement test; (2) teams; (3) teaching group; (4) student creative; (5) team
study; (6) fact test; (7) team score and recognition; (8) whole class unit. Tahaptahap dalam model tipe tersebut sangat cocok digunakan untuk meningkatkan
pembelajaran Matematika khususnya materi bangun ruang supaya lebih
menyenangkan dan bermakna.
Selain menggunakan model pembelajaran yang inovatif, pembelajaran
akan bermakna jika model tersebut dikolaborasikan dengan media yang menarik
perhatian siswa. Salah satu media yang dapat digunakan untuk membuat siswa
tertarik dalam mengikuti proses belajar adalah multimedia. Multimedia memiliki
kelebihan yaitu terdiri dari beberapa macam media, sehingga siswa memiliki
pengalaman beragam dari berbagai media dan dapat menghilangkan kejenuhan
siswa dalam belajar. Menurut Anitah (2010: 57) tujuan penggunaan multimedia
dalam pendidikan dan pelatihan adalah melibatkan pebelajar dalam pengalaman

multi sensori untuk meningkatkan kegiatan belajar. Multimedia memiliki
kelebihan yaitu terdiri dari beberapa macam media,

dan sesuai dengan

karakteristik siswa kelas V yaitu tahap perkembangan operasional konkret,
sehingga siswa memiliki pengalaman beragam dari berbagai media dan dapat
menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar.

5
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melaksanakan
penelitian berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe

Team Assisted

Individualization dengan Multimedia pada Peningkatan Pembelajaran Sifat
Bangun Ruang Siswa Kelas V SD Negeri 2 Krandegan Tahun 2015/2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah dapat
ditulis sebagai berikut:

1.

Bagaimana penerapan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization
dengan multimedia dalam peningkatan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang
pada siswa kelas V SD Negeri 2 Krandegan Tahun Ajaran 2015 / 2016 ?

2.

Apakah penerapan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization
dapat meningkatkan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas
V SD Negeri 2 Krandegan Tahun Ajaran 2015/2016?

3.

Apakah kendala dan solusi dalam penerapan model kooperatif tipe Team
Assisted Individualization dalam peningkatan pembelajaran sifat-sifat bangun
ruang pada siswa kelas V SD Negeri 2 Krandegan Tahun Ajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

oleh peneliti, maka dapat dituliskan beberapa tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan

penerapan

model

kooperatif

tipe

Team

Assisted

Individualization dengan multimedia dalam pembelajaran sifat-sifat bangun
ruang pada siswa kelas V SD Negeri 2 Krandegan Tahun Ajaran 2015 / 2016.
2. Mendeskripsikan peningkatan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan
menerapkan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization dengan

multimedia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Krandegan Tahun

Ajaran

2015/2016.
3. Mendeskripskan kendala dan solusi yang ditemukan dalam penerapan model
kooperatif

tipe

Team

Assisted

Individualization

dalam

peningkatan


6
pembelajaran sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri 2
Krandegan Tahun Ajaran 2015/2016.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah serta tujuan penelitian yang diuraikan
sebelumnya, manfaat penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya:
a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang penerapan model
kooperatif tipe team assisted individualization dengan multimedia dapat
meningkatkan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang.
b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penerapan
model kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
c. Sebagai wawasan dan pengetahuan baru bagi pembaca.
d. Sebagai kontribusi terhadap pengembangan teori-teori yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
e. Sebagai

bahan

rujukan

untuk

meningkatkan

mutu

pembelajaran

Matematika.

2. Manfaat Praktis
Berikut perincian manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini:
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini mengembangkan kemampuan peneliti sebagai calon guru
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization dengan multimedia dalam pembelajaran sifat-sifat bangun
ruang pada siswa kelas V SD Negeri 2 Krandegan tahun 2015/2016.
b. Bagi Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan ini, guru dapat lebih terampil
menggunakan pembelajaran inovatif, guru akan terbiasa melakukan
penelitian kecil yang tentu sangat bermanfaat bagi perbaikan proses belajar
mengajar. Selain itu penelitian ini juga dapat sebagai masukkan

7
pengetahuan bagi guru tentang model pembelajaran inovatif yang nyata
(real) dan bermakna yang dapat diterapkan kepada siswa.
c. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yaitu dapat meningkatkan
pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun ruang siswa kelas V SD
Negeri 2 Krandegan.
d. Bagi Sekolah.
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang banyak dalam
rangka memperbaiki pembelajaran di dalam kelas, peningkatan kualitas
sekolah dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah lain. Di samping itu, dapat
juga sebagai acuan dan referensi bagi penelitian berikutnya.