PERANAN TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP LEVEL SUB MIKROSKOPIK SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.

(1)

PERANAN TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP LEVEL SUB MIKROSKOPIK SISWA SMA KELAS XI PADA

MATERI HIDROLISIS GARAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

NABILA FATIMAH 0908898

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

PERANAN TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP LEVEL SUB MIKROSKOPIK SISWA SMA KELAS XI PADA

MATERI HIDROLISIS GARAM

Oleh Nabila Fatimah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nabila Fatimah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NABILA FATIMAH 0908898

PERANAN TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP LEVEL SUBMIKROSKOPIK SISWA SMA KELAS XI PADA

MATERI HIDROLISIS GARAM

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,

Dr. H. Wahyu Sopandi, M.A.

NIP. 196605251990011001

Pembimbing II,

Drs. Ali Kusrijadi, M.Si.

NIP. 196706291992031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Dr.rer.nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si.


(4)

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul Peranan Teks Perubahan Konseptual Terhadap Pemahaman Konsep Level Sub Mikroskopik Siswa SMA Kelas XI pada Materi Hidrolisis Garam ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman level

sub mikroskopik yang meliputi aspek verbal dan visual akibat masih terjadinya miskonsepsi yang salah satunya disebabkan oleh buku teks. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh informasi dan gambaran tentang peranan teks perubahan konseptual terhadap pemahaman verbal dan pemahaman visual level sub mikroskopik siswa pada materi hidrolisis garam. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan desain nonequivalen control group

design. Penelitian ini melibatkan siswa SMA kelas XI di sebuah SMA di

Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 90 orang yaitu 43 orang siswa untuk kelompok kontrol dan 47 orang siswa untuk kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen membaca teks perubahan konseptual sedangkan kelompok kontrol membaca teks bukan perubahan konseptual. Instrumen penelitian berupa tes untuk mengukur pemahaman verbal dan pemahaman visual siwa pada level sub mikroskopik dengan instrumen pendukung berupa lembar angket dan pedoman wawancara. Pengolahan data secara statistik dilakukan dengan menggunakan

SPSS 17. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan efektivitas

peningkatan pemahaman verbal yang signifikan (p=0,038) antara kelompok eksperimen (N-Gain=0,16) dan kelompok kontrol (N-Gain=0,10), terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman visual yang signifikan (p=0,000) antara kelompok eksperimen (N-Gain=0,20) dan kelompok kontrol (N-Gain= 0,01). Dengan demikian, penggunaan teks perubahan konseptual dapat lebih membantu meningkatan pemahaman verbal dan pemahaman visual siswa pada level sub mikroskopik materi hidrolisis garam.

Kata Kunci: pemahaman konsep, representasi level sub mikroskopik, teks


(5)

ABSTRACT

This research that titled “Peranan Teks Perubahan Konseptual Terhadap Pemahaman Konsep Level Sub Mikroskopik Siswa SMA Kelas XI pada Materi Hidrolisis Garam” is motivated by the lack of student’s sub microscopic level understanding covering verbal and visual aspects due to mosconceptions caused by the textbook. The purpose of this research is to obtain information of the role of conceptual change text towards verbal and visual understanding of sub microscopic level in the subject of salts hydrolysis. The research method is quasy experimental nonequivalent control group design. This research involved 90 eleventh grade students that consist of 43 students in the control group and 47 students in the experimental group. The experimental group read conceptual change text while the control group read traditional text. The research instrument is a test to measure verbal and visual understanding of sub microscopic level by supporting instrument is sheet questionnaire and interview guidelines. Statistical data processing were performed using SPSS 17. The results indicate that there were differences significantly of the effectiveness increased verbal understanding (p=0,038) between the experimental group (N-Gain=0,16) and the control group (N-Gain=0,10), there were differences significantly of the effectiveness increased visual understanding (p=0,000) between the experimental group (N-Gain=0,20) and the control group (N-Gain=0,01). Thus, the using of conceptual change texts can further help increase verbal and visual understanding of students at the sub microscopic level in the subject salt hydrolysis.

Keywords: conceptual understanding, sub microscopic level, conceptual change


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL DAN PEMAHAMAN KONSEP LEVEL SUB MIKROSKOPIK MATERI HIDROLISIS GARAM A. Pemahaman Konsep ... 7

B. Miskonsepsi ... 10

C. Level Representasi Kimia ... 16

D. Teks Perubahan Konseptual ... 18

E. Analisis Level Sub Mikroskopik Pada Materi Hidrolisis Garam ... 22

F. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 32

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Definisi Operasional ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Alur Penelitian ... 36

F. Prosedur Penelitian ... 37


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 80


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Miskonsepsi Level Sub Mikroskopik Materi Hidrolisis Garam ... . 15

2.2. Tahapan-tahapan Perubahan Konseptual yang Tercantum dalam Teks Perubahan Konseptual Menurut Beberapa Peneliti ... 20

2.3. Analisis Pengertian Hidrolisis Garam pada Buku Teks BSE ... 23

2.4. Analisis Level Sub Mikroskopik Materi Hidrolisis Garam pada Buku teks BSE ... 24

3.1. Desain Penelitian (Nonequivalen Control Group Design) ... 32

3.2. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Siswa ... 39

3.3. Tingkat Perubahan Pemahaman Siswa ... 40

3.4. Penskoran Jawaban Siswa ... 41

4.1. Persentase Tingkat Pemahaman Verbal Siswa Level Sub Mikroskopik ... 45

4.2. Persentase Tingkat Perubahan Pemahaman Verbal Siswa Level Sub Mikroskopik ... 46

4.3. Pemahaman Verbal Siswa Level Sub Mikroskopik pada Materi Hidrolisis Garam ... 47

4.4. Hasil Uji Statistik Pemahaman Verbal Siswa Pada Level Sub Mikroskopik ... 48

4.5. Persentase Tingkat Pemahaman Visual Siswa Level Sub Mikroskopik ... 49

4.6. Persentase Tingkat Perubahan Pemahaman Visual Siswa Level Sub Mikroskopik ... 49

4.7. Pemahaman Visual Siswa Level Sub Mikroskopik pada Materi Hidrolisis Garam ... 50

4.8. Hasil Uji Statistik Pemahaman Visual Siswa Pada Level Sub Mikroskopik ... 51


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tiga Level Representasi Kimia dari Jonhnstone ... 17

2.2. Model Susunan Partikel dalam Larutan NaCl ... 26

2.3. Ion Na+ dan Cl- Terhidrasi dalam Larutan NaCl ... 26

2.4. Model Susunan Partikel dalam Larutan NH4Cl ... 28

2.5. Model Susunan Partikel dalam Larutan CH3COONa ... . 29

2.6. Model Susunan Partikel dalam Larutan CH3COONH4 ... . 31

3.1. Alur Penelitian ... 36

3.2. Alur Pengujian Statistik Data N-Gain ... 42

4.1. Jawaban Siswa pada Pemahaman Verbal untuk Kategori Paham pada Sub Konsep Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat ... 53

4.2. Jawaban Siswa pada Pemahaman Verbal untuk Kategori Paham pada Sub Konsep Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah ... 53

4.3. Jawaban Siswa pada Pemahaman Verbal untuk Kategori Paham pada Sub Konsep Garam dari Basa Kuat dan Asam Lemah ... 53

4.4. Jawaban Siswa pada Pemahaman Verbal untuk Kategori Paham pada Sub Konsep Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah ... 54

4.5. Jawaban Siswa pada Pemahaman Verbal untuk Kategori Miskonsepsi pada Sub Konsep Garam dari Basa Kuat dan Asam Lemah ... 55

4.6. Jawaban Siswa pada Pemahaman Verbal untuk Kategori Miskonsepsi pada Sub Konsep Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah ... 56

4.7. Jawaban Siswa pada Pemahaman Verbal untuk Kategori Miskonsepsi pada Sub Konsep Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah ... 56

4.8. Jawaban Siswa pada Pemahaman Visual untuk Kategori Paham pada Sub Konsep Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat ... 60

4.9. Jawaban Siswa pada Pemahaman Visual untuk Kategori Paham pada Sub Konsep Garam dari Basa Kuat dan Asam Lemah ... 60

4.10. Jawaban Siswa pada Pemahaman Visual untuk Kategori Paham pada Sub Konsep Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah ... 61

4.11. Model Susunan Partikel pada Sub Konsep Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah Menurut Siswa ... 62

4.12. Model Susunan Partikel pada Sub Konsep Garam dari Basa Kuat dan Asam Lemah Menurut Siswa ... 62

4.13. Jawaban siswa pada Pemahaman Visual untuk Kategori Miskonsepsi pada Air Murni ... 64

4.14. Jawaban Siswa pada Pemahaman Visual untuk Kategori Miskonsepsi pada Sub Konsep Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat ... 65

4.15. Jawaban Siswa pada Pemahaman Visual untuk Kategori Miskonsepsi pada Sub Konsep Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah ... 65

4.16. Jawaban Siswa pada Pemahaman Visual untuk Kategori Miskonsepsi pada Sub Konsep Garam dari Basa Kuat dan Asam Lemah ... 66

4.17. Jawaban Siswa pada Pemahaman Visual untuk Kategori Miskonsepsi pada Sub Konsep Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah ... 66


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.1. Teks Perubahan Konseptual ... 80

A.2. Teks bukan Perubahan Konseptual ... 98

B.1. Butir Soal ... 108

B.2. Angket Hidrolisis Garam ... 114

B.3. Pedoman Wawancara Guru ... 116

B.4. Pedoman Wawancara Siswa ... 117

B.5. Judgement Validasi Teks ... 118

B.6. Kunci Jawaban Butir Soal ... 119

C.1. Klasifikasi dan Penskoran Pemahaman Verbal dan Pemahaman Visual Siswa Kelompok Kontrol ... 125

C.2. Klasifikasi dan Penskoran Pemahaman Visual dan Pemahaman Visual Siswa Kelompok Eksperimen ... 129

C.3. Klasifikasi Pemahaman Verbal Siswa Kelompok Kontrol ... 133

C.4. Klasifikasi Pemahaman Visual Siswa Kelompok Kontrol ... 137

C.5. Klasifikasi Pemahaman Verbal Siswa Kelompok Eksperimen ... 141

C.6. Klasifikasi Pemahaman Visual Siswa Kelompok Eksperimen ... 145

C.7.Pencapaian N-Gain Pemahaman Verbal Level Sub Mikroskopik Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Eksperimen ... 149

C.8. Pencapaian N-Gain Pemahaman Visual Level Sub Mikroskopik Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Eksperimen ... 150

D.1. Hasil Uji Statistika Efektifitas Peningkatan Pemahaman Verbal Siswa ... 151

D.2. Hasil Uji Statistika Efektifitas Peningkatan Pemahaman Visual Siswa ... 152

D.3. Hasil Wawancara Guru ... 153

D.4 Hasil Wawancara Siswa ... 158

D.5 Hasil Angket Siswa ... 162

D.6 Hasil Judgement Validasi Teks Perubahan Konseptual ... 163


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kimia seringkali dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit dimengerti dan sulit difahami oleh siswa. Hal ini terjadi karena kebanyakan konsep-konsep kimia merupakan konsep atau materi yang bersifat abstrak dan kompleks sehingga memerlukan kemampuan intelektual dan usaha yang besar agar dapat difahami (Ben-Zvi et al. dalam Cardellini, 2012: 2). Kesulitan yang terjadi membuat siswa hanya bisa menghafal konsep-konsep tersebut tanpa adanya pemahaman yang utuh. Ilmu kimia sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Dalam memahami konsep-kosep materi kimia maka harus terdapat penekanan dan penguasaan terhadap ketiga level representasi kimia. Menurut Johnstone (Chittlebourough dan Treagust, 2007: 274) ketiga level representasi tersebut adalah level makroskopik, level sub mikroskopik dan level simbolik. Ketiga level representasi ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Kemampuan mengaitkan ketiga level representasi ini sangat penting untuk membangun pemahaman konsep-konsep kimia yang baik dan benar.

Sebelum menerima pengalaman belajar secara formal di kelas, siswa sudah mempunyai visualisasi dan pemahaman sendiri tentang peristiwa atau fenomena alam yang dijumpai di lingkungannya sehari-hari, bahkan telah mengembangkannya secara mandiri (Berg dalam Laliyo, 2011: 2). Visualisasi dan pemahaman yang dikembangkan sendiri oleh siswa ini dikenal dengan istilah

“konsepsi”. Konsepsi ini sebagian besar belum terintegrasi atau belum relevan

dengan visualisasi dan pemahaman para kimiawan. Pengembangan konsepsi tersebut apabila terus berlanjut maka akan menimbulkan miskonsepsi (kesalahan konsep) yang tidak sejalan dengan konsep ilmiah (Yagbasan dan Gulcicek dalam Akpinar dan Tan, 2011: 139). Miskonsepsi tersebut akan mengakibatkan siswa


(12)

2

mengalami kesalahan juga untuk konsep pada tingkat berikutnya atau ketidakmampuan menghubungkan antar konsep. Hal ini mengakibatkan terjadinya rantai kesalahan konsep yang tidak terputus karena konsep awal yang telah dimiliki akan dijadikan sebagai dasar belajar konsep selanjutnya (Purtadi dan Sari, 2009: 1).

Yarroch et al. (Chandrasegaran et al., 2007: 294) mengungkapkan bahwa salah satu penyebab timbulnya miskonsepsi siswa dalam memahami konsep kimia adalah ketidakmampuan siswa dalam mengaitkan ketiga level representasi yang digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena kimia. Ketidakmampuan siswa dalam mengaitkan ketiga level representasi kimia dapat disebabkan oleh kurang lengkapnya informasi yang diterima oleh siswa tersebut. Salah satu sumber informasi yang digunakan oleh siswa adalah buku teks. Balci (2006: 2) mengungkapkan bahwa penjelasan dalam buku teks adalah salah satu penyebab timbulnya miskonsepsi pada siswa. Dalam penelitiannya, Nuraeni (2008: 98) mengungkapkan bahwa buku teks dapat menyebabkan miskonsepsi karena buku teks yang beredar tidak ada yang menjelaskan level sub mikroskopik secara utuh baik penjelasan verbal maupun visual. Penjelasan verbal maupun penjelasan visual merupakan hal yang penting dalam memahami konsep pada level sub mikroskopik (Bucat dan Mocerino, 2009: 11). Laliyo (2011: 3) mengungkapkan bahwa representasi level sub mikroskopik merupakan faktor kunci pada kemampuan mengaitkan ketiga level representasi kimia. Ketidakmampuan merepresentasikan level sub mikroskopik dapat menghambat kemampuan memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena makroskopik dan representasi simbolik (Kozma dan Rusell dalam Laliyo, 2011: 3).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan lemahnya penguasaan konsep siswa pada level sub mikroskopik serta masih terdapatnya siswa yang mengalami miskonsepsi pada beberapa materi kimia, antara lain: hidrolisis garam; level sub mikroskopik 1,53% dan miskonsepsi 28,09% (Selviyanti, 2009: 84); kelarutan dan hasil kali kelarutan; level sub mikroskopik 6,1% dan miskonsepsi 44,3% (Pithaloka, 2009: 123).


(13)

3

Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa adalah dengan menggunakan multimedia dalam pembelajaran. Dalam penelitiannya, Solikha (2008: 66) mengungkapkan terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep materi hidrolisis garam yang signifikan antara siswa yang menggunakan software multimedia interaktif dengan siswa yang belajar secara konvensional. Namun, peningkatan yang diperoleh masih termasuk dalam kategori sedang. Penelitian lain (Fauziah, 2012: 87) menunjukkan bahwa penggunaan multimedia dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada level sub mikroskopik terutama pada pemahaman visual namun masih kurang dalam meningkatkan pemahaman verbalnya. Lebih rendahnya peningkatan pemahaman verbal tersebut dimungkinkan karena kurangnya penjelasan berupa teks dalam multimedia yang digunakan.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka dilakukan upaya lain untuk meningkatkan pemahaman verbal dan pemahaman visual siswa pada level sub mikroskopik serta mengurangi miskonsepsi yang terjadi pada siswa yaitu dengan memperbaiki teks kimia. Sampai saat ini buku teks masih merupakan sumber informasi utama bagi siswa (Adisendjaja, 2007: 2). Sebagai sumber informasi utama, seharusnya buku teks kimia dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia secara utuh, salah satunya dengan menyajikan penjelasan ketiga level representasi kimia khususnya level sub mikroskopik secara lengkap. Fakta lain menunjukkan bahwa miskonsepsi sebagai hasil dari pemahaman siswa yang belum terintegrasi dengan konsep ilmiah bersifat tahan lama dan sulit diubah (Ozmen, 2007: 413) serta cenderung mnghalangi penerimaan atau bergabungnya suatu pengetahuan baru. Untuk itu, buku teks yang disusun harus mampu membuat siswa dapat mengalami sendiri suatu proses perubahan konseptual yaitu proses penerimaan, penggunaan dan pengintegrasian konsep baru dan pengaplikasian konsep tersebut dalam kondisi yang baru. Teks yang dimaksud menyajikan empat tahapan perubahan konseptual yang dikembangkan oleh Posner, et al. (1982: 214) yaitu dissatisfaction, intelligible, plausible, dan fruitful.

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait keefektifan penggunaan teks perubahan konseptual dalam meningkatkan pemahaman konsep dan mengurangi


(14)

4

miskonsepsi pada siswa pada beberapa materi kimia, antara lain: atom dan molekul (Gunay, 2005); laju reaksi (Balci, 2006); larutan (Pinarbasi, 2006); kesetimbangan kimia (Ozmen, 2007); asam dan basa (Cetingul dan Geban 2011); Alkena (Sendur dan Toprak, 2013). Namun demikian, teks perubahan konseptual yang dikembangkan oleh peneliti-peneliti tersebut belum menekankan ketiga level representasi kimia. Oleh karena itu, teks perubahan konseptual yang dikembangkan pada penelitian ini memuat ketiga level representasi kimia khususnya penjelasan level sub mikroskopik baik penjelasan secara verbal maupun penjelasan secara visual.

Salah satu materi kimia yang mengandung konsep abstrak adalah hidrolisis garam (Ikhsanudin dan Widhiyanti, 2007: 3). Oleh karena itu, dalam materi ini sangat dibutuhkan kemampuan siswa dalam memahami level sub mikroskopik dalam larutan garam agar siswa dapat memahami konsep materi hidrolisis garam secara utuh. Merujuk pada kondisi-kondisi di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terkait peranan teks perubahan konseptual terhadap

pemahaman konsep level sub mikroskopik siswa pada materi hidrolisis garam.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini adalah tidak adanya teks hidrolisis garam yang memuat penjelasan secara verbal dan visual secara lengkap untuk mendukung pemahaman level sub mikroskopik siswa. Sementara pemahaman level sub mikroskopik merupakan faktor kunci dalam mengaitkan ketiga level representasi kimia untuk memahami konsep kimia secara utuh. Pemahaman level sub mikroskopik meliputi pemahaman verbal dan pemahaman visual. Peranan teks perubahan konseptual digunakan untuk mengkaji pemahaman konsep pada ketiga level representasi kimia secara umum, pemahaman konsep pada ketiga level representasi kimia berdasarkan gender, dan pemahaman konsep pada level sub mikroskopik dilihat dari aspek pemahaman verbal dan pemahaman visualnya.


(15)

5

Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemahaman verbal dan pemahaman visual pada level sub mikroskopik, variabel bebas adalah teks bacaan siswa yaitu teks perubahan konseptual untuk kelompok eksperimen dan teks

bukan perubahan konseptual untuk kelompok kontrol dan variabel kontrol adalah

alokasi waktu membaca teks, rentang waktu dari pretes ke postes, dan materi yang diujikan hanya materi hidrolisis garam pada konsep sifat garam.

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana peranan teks perubahan konseptual terhadap pemahaman konsep

level sub mikroskopik siswa pada materi hidrolisis garam?”

Agar penelitian lebih terarah, maka dari rumusan masalah yang umum tersebut diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana efektivitas peningkatan pemahaman verbal level sub mikroskopik siswa yang menggunakan teks perubahan konseptual dibandingkan dengan siswa yang menggunakan teks bukan perubahan konseptual pada materi hidrolisis garam?

2. Bagaimana efektivitas peningkatan pemahaman visual level sub mikroskopik siswa yang menggunakan teks perubahan konseptual dibandingkan dengan siswa yang menggunakan teks bukan perubahan konseptual pada materi hidrolisis garam?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang peranan teks perubahan konseptual terhadap pemahaman konsep level sub mikroskopik siswa pada materi hidrolisis garam. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memperoleh informasi dan gambaran tentang peranan teks perubahan konseptual terhadap pemahaman verbal level sub mikroskopik siswa pada materi hidrolisis garam.


(16)

6

2. Memperoleh informasi dan gambaran tentang peranan teks perubahan konseptual terhadap pemahaman visual level sub mikroskopik siswa pada materi hidrolisis garam.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian terkait penggunaan teks perubahan konseptual pada materi hidrolisis garam ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Guru

a. Memberikan informasi tentang media teks yang dapat digunakan untuk memperkenalkan susunan partikel dalam larutan sehingga siswa dapat lebih mudah memahami level sub mikroskopik pada materi hidrolisis garam.

b. Memberikan informasi tentang keefektifan penggunaan teks perubahan konseptual pada materi hidrolisis garam.

c. Memberikan kemudahan dalam mengajarkan materi hidrolisis garam melalui penggunaan teks perubahan konseptual.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Memberikan gambaran untuk dilakukan penelitian lain terkait penggunaan teks perubahan konseptual pada materi hidrolisis garam yang diterapkan dalam proses pembelajaran.

b. Memberikan gambaran untuk dilakukan penelitian lain terkait pengembangan teks perubahan konseptual pada materi kimia yang lain.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy experimental dengan desain nonequivalent control group design. Pada desain ini baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak (Sugiyono, 2012: 116). Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pretes dan postes dengan alat tes yang sama. Tes ini bertujuan untuk mengukur pemahaman verbal dan pemahaman visual siswa pada materi hidrolisis garam. Pada saat penelitian berlangsung, siswa pada kelompok eksperimen ditugaskan untuk membaca teks perubahan konseptual. Sementara pada kelompok kontrol ditugaskan untuk membaca teks bukan perubahan konseptual yaitu teks BSE yang merupakan buku pegangan siswa. Kedua teks ini diberikan kepada siswa yang belum menerima materi hidrolisis garam. Siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberi waktu yang sama yaitu satu minggu untuk membaca dan memahami teks yang diberikan. Setelah selesai, kedua kelompok kembali diberi postes dengan jenis tes yang sama pada saat pretes. Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Desain Penelitian (Nonequivalen Control Group Design)

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

G1 O1 X1 O2

G2 O3 X2 O4

(Wiersma dan Jurs, 2009: 169)

Keterangan:

G1 : kelompok eksperimen

G2 : kelompok kontrol

O1 : pretes kelompok eksperimen

O2 : postes kelompok eksperimen

O3 : pretes kelompok kontrol

O4 : postes kelompok kontrol

X1 : Perlakuan (membaca teks perubahan konseptual)

X2 : Perlakuan (membaca teks bukan perubahan


(18)

33

Nabila Fatimah, 2013

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini pada awalnya melibatkan 124 siswa SMA kelas XI di salah satu SMA yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Subyek yang diperlukan dalam penelitian ini adalah subyek yang memenuhi kriteria, yaitu siswa yang mengikuti pretes, membaca teks dan mengikuti postes. Berdasarkan hasil analisis 11 orang tidak membaca teks, 6 orang tidak memberi keterangan apakah membaca teks atau tidak, 13 orang hanya mengikuti pretes, 4 orang hanya mengikuti postes dan 90 orang siswa memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Dari hasil tersebut maka subyek yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 90 orang siswa dengan rincian 43 orang siswa pada kelompok kontrol dan 47 orang siswa pada kelompok eksperimen.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran dalam menterjemahkan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti mencantumkan beberapa definisi terkait istilah-istilah yang digunakan, yaitu.

1. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk menerapkan apa yang dipelajari dalam satu pengaturan tepat pada kondisi yang lain (Weerawardhana, 2003: 3). Pemahaman konsep dalam kimia melibatkan kemampuan mengkaitkan ketiga level reperesentasi kimia yaitu, level makroskopik, sub mikroskopik, dan simbolik (Weerawardhana, 2003: 3). Dalam penelitian ini pemahaman konsep dibatasi hanya pada pemahaman level sub mikroskopik yang meliputi pemahaman verbal yaitu kemampuan siswa dan menjelaskan penyebab sifat asam basa garam dan pemahaman visual yaitu kemampuan siswa dalam menggambarkan kondisi susunan partikel dalam larutan garam.


(19)

34

Nabila Fatimah, 2013

2. Level Sub Mikroskopik

Level sub mikroskopik merupakan representasi yang didasarkan pada teori partikel suatu zat yang digunakan untuk menjelaskan fenomena nyata dalam bentuk pergerakan dari suatu partikel seperti elektron, molekul dan atom (Johnstone dalam Chittleborough dan Treagust, 2007: 274). Pada materi hidrolisis garam keberadaan level ini diperlihatkan oleh penjelasan penyebab sifat asam basa garam serta penggambaran susunan partikel di dalam larutan garam.

3. Teks Perubahan Konseptual

Teks perubahan konseptual adalah teks yang dirancang untuk mengubah miskonsepsi siswa pada level representasi kimia dengan konsep-konsep ilmiah melalui serangkaian tahapan yang memuat empat kondisi perubahan konseptual yaitu dissatisfaction, intelligible, plausible, dan fruitful.

4. Pemahaman Visual

Pemahaman visual adalah kemampuan penerjemahan suatu konsep, ide atau gagasan yang bersifat abstrak ke dalam bentuk gambar sebagai bentuk representasi yang konkret. Pemahaman visual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan menggambarkan kondisi susunan partikel di dalam larutan garam.

5. Pemahaman Verbal

Pemahaman verbal adalah kemampuan penerjemahan suatu konsep, ide atau gagasan yang bersifat abstrak ke dalam bentuk lisan ataupun tulisan sebagai bentuk representasi yang konkret. Pemahaman verbal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan menjelaskan penyebab sifat asam basa dari larutan garam dalam bentuk tulisan.

6. Hidrolisis Garam

Hidrolisis garam adalah reaksi penguraian molekul air oleh anion yang berasal dari asam lemah dan/atau kation yang berasal dari basa lemah pembentuk


(20)

35

Nabila Fatimah, 2013

suatu garam. Konsep hidrolisis garam yang dikaji pada penelitian ini adalah sifat

asam basa dari larutan garam.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah butir soal, lembar angket dan pedoman wawancara dengan rincian sebagai berikut.

1. Butir Soal

Butir soal digunakan dalam tes tertulis untuk mengukur pemahaman konsep level sub mikroskopik pada materi hidrolisis garam. Butir soal yang digunakan merupakan modifikasi dari butir soal yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Selviyanti (2009: 143). Dalam butir soal tersebut terdapat beberapa hal yang mengalami perbaikan yaitu pada level makroskopik. Pada instrumen Selviyanti (2009: 143), butir soal pada level makroskopik secara langsung menanyakan perubahan yang terjadi pada kertas lakmus apabila dicelupkan ke dalam larutan garam. Pada penelitian ini, sebelum pertanyaan tersebut, disajikan fenomena dari kegunaan garam-garam dalam kehidupan sehari-hari. Instrumen butir soal ini digunakan oleh tiga orang peneliti dengan pengukuran data yang berbeda. Dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil data hasil tes siswa pada level sub mikroskopik saja.

2. Lembar Angket

Angket yang disusun berupa pertanyaan tertutup. Angket diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan teks perubahan konseptual mengenai materi hidrolisis garam.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang disusun berupa pertanyaan terbuka (open-ended). Tujuan dari dilakukannya wawancara adalah untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa tentang penggunaan teks perubahan konseptual mengenai materi hidrolisis garam.


(21)

36

Nabila Fatimah, 2013

E. Alur Penelitian

Bagan alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini.

F.

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Mengidentifikasi masalah

Penyusunan teks perubahan konseptual

Analisis level sub mikroskopik dan miskonsepsi materi hidrolisis garam

Penyempurnaan butir soal Analisis SK dan KD

materi hidrolisis garam

Penyusunan angket siswa Penyusunan pedoman wawancara Validasi Revisi Pelaksanaan Pretes Perlakuan Pelaksanaan Postes Pengolahan Data Analisis Temuan Penarikan Kesimpulan Pemberian Angket Pelaksanaan Wawancara Kelompok Kontrol (membaca teks

bukan perubahan konseptual)

Kelompok Eksperimen (membaca teks perubahan konseptual)

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Pengolahan data dan Penarikan


(22)

37

Nabila Fatimah, 2013

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi kedalam empat tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, analisis data dan penarikan kesimpulan. Keempat tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Mengidentifikasi masalah penelitian.

b. Analisis SK dan KD materi hidrolisis garam.

c. Analisis level sub mikroskopik dan miskonsepsi pada buku teks materi hidrolisis garam untuk mengetahui kekurangan yang dapat diperbaiki dalam teks perubahan konseptual.

d. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan teks perubahan konseptual.

e. Mengidentifikasi konsep-konsep yang berkaitan dengan teks perubahan konseptual.

f. Membandingkan unsur-unsur yang terdapat dalam teks perubahan konseptual dari berbagai penelitian.

g. Merumuskan unsur-unsur yang terdapat dalam teks perubahan konseptual secara umum berdasarkan hasil kajian pustaka.

h. Mengkonsultasikan unsur-unsur teks perubahan konseptual yang telah dirumuskan kepada dosen pembimbing.

i. Menyusun teks perubahan konseptual berdasarkan unsur-unsur teks perubahan konseptual yang telah dikonsultasikan pada dosen pembimbing.

j. Penyempurnaan butir soal materi hidrolisis garam yang telah dikembangkan oleh Selviyanti (2009).

k. Penyusunan angket dan pedoman wawancara.

l. Melakukan validasi teks perubahan konseptual dan instrumen penelitian yang telah disusun melalui pertimbangan dosen ahli (judgement experts). m. Melakukan revisi terhadap teks perubahan konseptual dan instrumen

yang telah melalui tahap validasi.


(23)

38

Nabila Fatimah, 2013

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan pretes mengenai materi hidrolisis garam.

b. Setelah dilakukan pretes, masing-masing siswa pada kelompok kontrol diberi teks bukan perubahan konseptual (Buku Sekolah Elektronik) mengenai materi hidrolisis garam sedangkan pada kelompok eksperimen diberi teks perubahan konseptual. Siswa pada masing-masing kelompok diberi waktu yang sama yaitu satu minggu untuk membaca dan memahami isi dari teks yang diberikan.

c. Setelah pemberian teks, dilakukan postes dengan menggunakan soal yang sama dengan soal pretes.

d. Penyebaran angket kepada siswa yang membaca teks perubahan konseptual serta mengikuti pretes dan postes.

e. Pelaksanaan wawancara kepada guru dan siswa untuk mengetahui tanggapan mereka terkait penggunaan teks perubahan konseptual.

3. Tahap Analisis Data

a. Mengkategorikan jawaban siswa berdasarkan tingkat pemahaman.

b. Mengolah skor akhir pretes dan postes berdasarkan pemahaman verbal dan pemahaman visual level sub mikroskopik pada masing-masing sub konsep materi hidrolisis garam.

c. Menganalisis jawaban angket siswa.

d. Menganalisis hasil wawancara dengan guru dan siswa.

e. Mengkonsultasikan temuan penelitian kepada dosen pembimbing.

4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah seluruh data yang diperoleh dianalisis dan kesimpulan tersebut disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diajukan.


(24)

39

Nabila Fatimah, 2013

G. Teknik Pengolahan Data 1. Pengolahan Data Tes Tertulis

a. Pengklasifikasian Tingkat Pemahaman Siswa

Masing-masing jawaban siswa diklasifikasikan dengan mengacu kepada kriteria yang dikembangkan oleh Abraham et al. (Calik dan Ayas, 2005: 33). Pengklasifikasian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya siswa yang berada pada kategori tingkat pemahaman tertentu dengan adanya perlakuan berupa pemberian teks perubahan konseptual dan teks bukan perubahan konseptual. Klasifikasi tingkat pemahaman siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Pemahaman Siswa

Kriteria Klasifikasi Jawaban Kode Angka Kategori

 Jawaban yang diberikan mengulang pertanyaan

 Jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan pertanyaan

 Tidak ada jawaban

0 Tidak paham (TP)

Jawaban yang diberikan mengandung jawaban yang salah, tidak logis dan tidak sesuai dengan teori yang sebenarnya sehingga informasi yang diberikan menyimpang

1

Spesifik Miskonsepsi

(SM)

Jawaban yang diberikan menunjukkan pemahaman konsep namun juga membuat pernyataan yang mengandung miskonsepsi 2 Paham Sebagian dengan Spesifik Miskonsepsi (PSSM)

Jawaban yang diberikan hanya mengandung satu atau

beberapa komponen jawaban yang valid 3

Paham Sebagian (PS)

Jawaban yang diberikan mengandung semua

komponen jawaban yang valid 4

Paham Keseluruhan


(25)

40

Nabila Fatimah, 2013

Dari masing-masing kategori pada Tabel 3.2 kemudian dilakukan pengkategorian seperti pada Tabel 3.3. Pengkategorian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya siswa yang mengalami perubahan pemahaman konsep baik pemahaman verbal maupun pemahaman visual.

Tabel 3.3 Tingkat Perubahan Pemahaman Siswa

Naik Terjadi perubahan pemahaman menuju tingkat yang lebih tinggi (dari tingkat tidak paham menjadi paham sebagian dengan spesifik miskonsepsi, paham sebagian atau paham keseluruhan. Dari tingkat paham sebagian dengan spesifik miskonsepsi menjadi paham sebagian atau paham keseluruhan. Dari tingkat paham sebagian menjadu paham keseluruhan. Dari tingkat miskonsepsi menjadi tidak paham)

Turun Terjadi perubahan pemahaman menuju tingkat yang lebih rendah (dari tingkat paham menjadi miskonsepsi. Dari paham sebagian dengan spesifik miskonsepsi menjadi miskonsepsi atau tidak paham. Dari paham sebagian menjadi paham sebagian dengan spesifik miskonsepsi atau miskonsepsi atau tidak paham. Dari paham keseluruhan menjadi paham sebagian atau paham sebagian dengan spesifik miskonsepsi atau miskonsepsi atau tidak paham)

Tetap Tidak terjadi perubahan pemahaman

b. Penskoran Data Tes Tertulis

Jawaban siswa pada tes tertulis hidrolisis garam diklasifikasikan kedalam dua kategori yaitu kategori pemahaman verbal dan kategori pemahaman visual. Penskoran jawaban siswa pada masing-masing kategori dapat dilihat pada Tabel 3.4. Klasifikasi yang digunakan mengacu pada kriteria yang dikembangkan oleh Abraham et al. (Calik dan Ayas, 2005: 33) berdasarkan tingkat pemahaman. Penskoran dilakukan pada masing-masing sub konsep yaitu garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat, garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah, garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah, dan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah.


(26)

41

Nabila Fatimah, 2013

Tabel 3.4 Penskoran Jawaban Siswa

Kriteria Klasifikasi Jawaban Kode Angka Skor

 Jawaban yang diberikan mengulang pertanyaan

 Jawaban yang diberikan mengandung jawaban yang salah

 Tidak ada jawaban

0

0 Jawaban yang diberikan tidak logis dan tidak sesuai dengan

teori yang sebenarnya sehingga informasi yang diberikan menyimpang

1

Jawaban yang diberikan menunjukkan pemahaman konsep namun juga membuat pernyataan yang mengandung miskonsepsi

2 1

Jawaban yang diberikan hanya mengandung satu atau

beberapa komponen jawaban yang benar 3 2

Jawaban yang diberikan mengandung semua komponen

jawaban yang benar 4 3

c. Perhitungan N-Gain (<g>)

Untuk mengetahui efektivitas peningkatan pemahaman siswa baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen, maka dilakukan perhitungan

N-Gain (<g>) pada jawaban siswa dari masing-masing konsep materi hidrolisis

garam. N-Gain (<g>) diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1999: 1) berikut.

Dimana Spos adalah skor postes, Spre adalah skor pretes dan Smaks adalah skor maksimum pokok uji. Perolehan N-Gain pada masing-masing konsep diklasifikasikan berdasarkan kategori pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kategori N-Gain

Perolehan <g> Kategori <g> > 0,7 Tinggi 0,3 > <g> < 0,7 Sedang <g> < 0,3 Rendah


(27)

42

Nabila Fatimah, 2013

d. Perhitungan Persentase Pemahaman Siswa

Tahap selanjutnya adalah perhitungan persentase pemahaman siswa secara keseluruhan pada saat pretes dan postes dilakukan. Perhitungan ini dilakukan baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen untuk mengetahui persentase pemahaman siswa pada saat pretes dan postes. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

e. Pengujian Statistik Data N-Gain

Untuk mengetahui tingkat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen maka dilakukan uji statistik terhadap data N-Gain dengan menggunakan program SPSS 17. Alur dari uji statistik dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Alur Pengujian Statistik Data N-Gain

Data N-Gain setiap siswa pada pemahaman verbal dan visual

Uji Normalitas

Uji Homogenitas Varians

data normal

Uji Mann-Whitney data tidak normal

Uji t

kesimpulan Data mentah

(Skor pretes dan postes siswa)

Uji t’ data homogen


(28)

43

Nabila Fatimah, 2013

Pengujian secara statistik ini bertujuan untuk menguji hipotesis nol yang diajukan. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah Uji Dua Pihak (Two Tail

Test) dengan Ho dan Ha sebagai berikut.

Ho: Tidak terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman verbal yang signifikan antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen. Ha: Terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman verbal yang

signifikan antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen. Ho: Tidak terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman visual yang

signifikan antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen. Ha: Terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman visual yang

signifikan antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen. Langkah pertama yang dilakukan pada uji statistik ini adalah uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Data N-Gain pemahaman verbal dan pemahaman visual diuji normalitasnya dengan menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Jika nilai tingkat signifikansi (p) > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal, tetapi jika nilai tingkat signifikansi (p) < 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal.

Jika data berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah variansi populasi data yang diuji homogen atau tidak. Data dikatakan homogen apabila nilai tingkat signifikansi (p) > 0,05, sedangkan jika nilai tingkat signifikansi (p) < 0,05 maka data dikatakan tidak homogen. Setelah uji normalitas dan uji homogenitas, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah uji perbedaan dua rata-rata (uji t) yang dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman baik pemahaman verbal maupun pemahaman visual. Uji beda dua rata-rata juga dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Jika data berdistribusi normal maka digunakan uji parametrik dengan menggunakan Independent-Sample Test. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka Independent-Sample Test yang digunakan adalah t. Jika data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka digunakan uji t’. Sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal maka uji yang


(29)

44

Nabila Fatimah, 2013

digunakan adalah uji non-parametrik berupa uji Mann-Whitney. Kriteria pengambilan keputusan dari uji beda rata-rata adalah sebagai berikut.

a. Jika nilai tingkat signifikansi (p) > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman verbal yang signifikan antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen/ tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman visual yang signifikan antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen. b. Jika nilai tingkat signifikansi (p) < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman verbal yang signifikan antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen/ terdapat perbedaan peningkatan pemahaman visual yang signifikan antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen.

2. Angket

Data angket diolah dengan menggunakan skala Guttman. Data yang diperoleh berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif) yaitu “ya” atau “tidak” (Sugiyono, 2012: 139). Untuk mengetahui besar persentase dalam angket digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

P = Persentase jawaban f = Frekuensi jawaban

n = Banyaknya siswa (responden)

3. Analisis Data Wawancara

Pengolahan data untuk wawancara dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Mengubah hasil wawancara dari bentuk lisan ke bentuk tulisan. b. Menganalisis jawaban hasil wawancara.

c. Menggabungkan data hasil wawancara dengan data sekunder lainnya serta


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa teks perubahan konseptual berperan lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep level sub mikroskopik siswa pada materi hidrolisis garam dibandingkan dengan teks bukan perubahan konseptual. Hal ini dapat dilihat dari efektivitas peningkatan baik pada pemahaman verbal maupun pemahaman visual level sub mikroskopik seperti berikut ini.

1. Efektivitas peningkatan pemahaman verbal siswa yang menggunakan teks perubahan konseptual (N-Gain = 0,16) lebih besar dibandingkan dengan siswa yang menggunakan teks bukan perubahan konseptual (N-Gain = 0,10). Terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman verbal yang signifikan (p = 0,038) antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen.

2. Efektivitas peningkatan pemahaman visual siswa yang menggunakan teks perubahan konseptual (N-Gain = 0,20) lebih besar dibandingkan dengan siswa yang menggunakan teks bukan perubahan konseptual (N-Gain = 0,01). Terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman visual yang signifikan (p = 0,000) antara siswa kelompok kontrol dan siswa kelompok eksperimen.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Teks perubahan konseptual memberikan efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan teks bukan perubahan konseptual dalam meningkatkan pemahaman verbal dan pemahaman visual level sub mikroskopik pada materi


(31)

72

hidrolisis garam. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan teks perubahan konseptual sebagai salah satu sumber pegangan dan informasi dalam menyampaikan materi hidrolisis garam.

2. Kegiatan membaca ternyata dapat meningkatkan pemahaman verbal dan pemahaman visual siswa pada materi hidrolisis garam. Oleh karena itu, guru perlu membiasakan siswa untuk membaca sebagai bekal pengetahuan awal agar siswa lebih siap menerima materi pelajaran di kelas.

3. Penggunaan teks perubahan konseptual dapat meningkatkan pemahaman verbal maupun pemahaman visual pada materi hidrolisis garam. Namun, peningkatan pemahaman verbal masih lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan pemahaman visual. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya lain untuk meningkatkan pemahaman verbal siswa salah satunya dengan membiasakan siswa mengungkapkan gagasan atau ide terhadap suatu fenomena, dengan begitu siswa akan terbiasa berpikir abstrak.

4. Melihat adanya peran teks perubahan konseptual dalam meningkatkan pemahaman konsep materi hidrolisis garam maka perlu adanya pengembangan teks perubahan konseptual pada materi kimia lainnya.

5. Butir soal yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa adalah butir soal paralel, agar dapat dibedakan antara siswa yang menghapal dengan siswa yang benar-benar paham dengan konsep yang disajikan.

6. Para pengembang buku teks disarankan untuk menyajikan penjelasan verbal dan penggambaran level sub mikroskopik untuk membantu menjelaskan fenomena makroskopik. Selain itu juga, buku teks perlu dilengkapi dengan penjelasan miskonsepsi selain penjelasan konsep ilmiahnya. Dengan adanya penyajian tentang miskonsepsi ini diharapkan munculnya miskonsepsi pada siswa dapat dikurangi.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y. H. (2007). “Identifikasi Kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU”. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi UPI, Bandung.

Akpinar, A. dan Tan, M. (2011). “Developing, Implementing, and Testing A Conceptual Change Text about Relativity”. Journal of Education Science,

ISSN 1308-8971.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Asri, N. (2012). Fakta Minat Baca di Indonesia. [Online]. Tersedia: http://sahabat guru.wordpress.com/2012/08/29/fakta-minat-baca-di-indonesia/. [31 Juli 2013]

Balci, C. (2006). Conceptual Change Text Oriented Instruction To Facilitate

Conceptual Change In Rate Of Reaction Concepts. A Thesis Submitted to

The Graduate School of Natural and Applied Sciences Middle East Technical University.

Barke, et al. (2009). “Students’ Misconceptions and How to Overcome Them”.

Springer-Verlag Berlin Heidelberg, DOI 10.1007/978-3-540-70989-3_2.

Beerenwinkel, A. (2006). Fostering Conceptual Change in Chemistry Classes


(33)

74

Bucat, B. dan Mocerino, M. (2009). “Learning at The Sub-micro level: Structural

Representation”. Kumpulan Jurnal dalam Multiple Representations In

Chemical Education Models and Modeling in Science Education 4, DOI

10.1007/978-1-4020-8872-8-5.

Calik, M. dan Ayas, A. (2005). “A Cross-Age Study on The Understanding of Chemical Solutions and Their Components”. International Education

Journal. 6, (1), 30-41.

Cardellini. (2012). “Chemistry: Why the Subject is Difficult?”. Journal of

Universidad Nacional Autoname de Mexico, ISSNE 1870-8404

Cetingul, I dan Geban, O. (2011). “Using Conceptual Change Texts with

Analogies for Misconceptions in Acids and Bases”. H.U. Journal of

Education. 41, 112-123.

Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F., dan Mocerino, M. (2007). “The

Development of A Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument for Evaluating Secondaryschool Students’ Ability to Describe And Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels Of Representation”. Chemistry Educational Research and Practice. 8, (3), 293-307.

Chittleborough, G. dan Treagust, D. F. (2007). “The Modelling Ability of Non -Major Chemistry Students and Their Understanding of The Sub Microscopic Level. Chemistry Education Research and Practice. 8 (3), 274-292.


(34)

75

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Permendiknas Nomor 11

tentang Buku Teks Pelajaran. Jakarta: Depdikbud

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2007). Permendiknas Nomor 16

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta:

Depdikbud

Deratzou, S. (2006). A Qualitative Inquiry into the Effects of Visualization on

High School Chemistry Students’ Learning Process of Molecular Structure. A Thesis Submitted to The Faculty of Dexel University.

Fauziah, L. (2012). Penggunaan Video Sifat Diskontinu Materi Untuk

Meningkatkan Pemahaman Siswa Level Submikroskopik Pada Materi Wujud Zat Dan Perubahannya. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia

FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Firman, H. (2013). Evaluasi Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Gunay, B. (2005). Conceptual Change Text Oriented Instruction to Facilitate

Conceptual Change in Atoms and Moleculs. A Thesis Submitted to The

Graduate School of Natural and Applied Science Middle East Technical University.

Hailikari, T. (2009). Assesing University Students Prior Knowledge. A Disertation to The University of Helsinki Department of Education Research Report.

Hake, R R. (1999). “Analyzing Change/Gain Scores”. Journal Dept. of Physics,


(35)

76

Ikhsanuddin, dan Widhiyanti, T. (2007). “Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa pada Topik Hidrolisis Garam dan Sifat Koligatif Larutan”. Artikel pada Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung.

Kalsum, S., Devi, P. K., dan Syahrul, H. (2009). Kimia 2 Kelas XI SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Laliyo, L. A. R. (2011). “Model Mental Siswa dalam Memahami Perubahan Wujud Zat”. Jurnal Penelitian dan Pendidikan Universitas Negeri

Gorontalo. 8, (1), 1-12.

Merino, C dan Sanmarti, N. (2008). “How Young Children Model Chemical

Change”. Chemistry Education Research and Practice. 9, 196-207.

Nuraeni, A. (2008). Analisis Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia SMA,

Pembelajaran, Dan Pemahaman Siswa pada Materi Hidrolisis Garam.

Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ozmen, H. (2007). “The Effectiveness of Conceptual Change Texts in Remediating High School Students’ Alternative Conceptions Concering

Chemical Equilibrium”. Asia Pasific Education Review. 8 (3), 413-425.

Ozmen, H. (2011). “Turkish Primary Students Conceptions about the Particulate Nature of Matter”. International Journal of Environment & Science. 6, (1), 99-121.

Partana, C. F. dan Wiyarsi, A. (2009). Mari Belajar Kimia untuk SMA-MA Kelas


(36)

77

Permana, I. (2009). Memahami Kimia SMA/MA untuk Kelas XI Program Ilmu

Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Nasional.

Pinarbasi, et al. (2006). “An Investigation of Effectiveness of Conceptual Change Text oriented Instruction on Students’ Understanding of Solution

Concepts”. Springer. DOI: 10.1007/s11165-005-9003-4

Pithaloka, Y. (2009). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik dan

Simbolik Siswa SMA pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Posner, et al. (1982). “Accommodation of a Science Conception: Toward a Theory of Conceptual Change”. Journal from Department of Education. 66, (2), 211-227.

Purtadi, S. dan Sari, P. L. (2009). “Analisis Miskonsepsi Konsep Laju dan Kesetimbangan Kimia pada Siswa SMA”. Makalah pada Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY, Yogyakarta.

Selviyanti. (2009). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik Dan

Simbolik Siswa SMA Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam. Skripsi pada

Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sendur, G. dan Toprak, M. (2013). “The Role of Conceptual Change Texts to

Improve Students’ Understanding of Alkenes”. Chemistry Education


(37)

78

Siswati. (2010). “Minat Membaca Pada Mahasiswa (Studi deskriptif pada

Mahasiswa Fakultas Psikologi UNDIP Semester I)”. Jurnal Psikologi

Universitas Diponegoro. 8, (2), 124-134.

Solikha. (2008). Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap

Peningkatan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan

Fisika. Jakarta: PT. Grasindo

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suwardi., Soebiyanto., dan Widiasih, E. (2009). Panduan Pembelajaran Kimia

untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional.

Tarigan, H.G. (1986). Telaah Buku Teks Bahas Indonesia. Bandung: Angkasa

Utami, B., dkk. (2009). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Weerawardhana, A. (2003). “Developing Conceptual Understanding of Chemical

Equilibrium through the Use of Computer-based Visualization Software”. A paper submitted to 9th International conference on Sri Lanka Studies.

Wiersma, W. dan Jurs, S. G. (2009). Research Methods in Education: An


(38)

79

Wu, H. K., Krajcik, J.S., dan Soloway, E. (2001). “Promoting Conceptual Understanding of Chemical Representations: Students’ Use of a Visualization Tool in The Classroom”. Journal of Research in Science


(1)

Bucat, B. dan Mocerino, M. (2009). “Learning at The Sub-micro level: Structural

Representation”. Kumpulan Jurnal dalam Multiple Representations In Chemical Education Models and Modeling in Science Education 4, DOI 10.1007/978-1-4020-8872-8-5.

Calik, M. dan Ayas, A. (2005). “A Cross-Age Study on The Understanding of Chemical Solutions and Their Components”. International Education Journal. 6, (1), 30-41.

Cardellini. (2012). “Chemistry: Why the Subject is Difficult?”. Journal of Universidad Nacional Autoname de Mexico, ISSNE 1870-8404

Cetingul, I dan Geban, O. (2011). “Using Conceptual Change Texts with

Analogies for Misconceptions in Acids and Bases”. H.U. Journal of Education. 41, 112-123.

Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F., dan Mocerino, M. (2007). “The Development of A Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument for Evaluating Secondaryschool Students’ Ability to Describe And Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels Of Representation”. Chemistry Educational Research and Practice. 8, (3), 293-307.

Chittleborough, G. dan Treagust, D. F. (2007). “The Modelling Ability of Non -Major Chemistry Students and Their Understanding of The Sub Microscopic Level. Chemistry Education Research and Practice. 8 (3), 274-292.


(2)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Permendiknas Nomor 11 tentang Buku Teks Pelajaran. Jakarta: Depdikbud

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2007). Permendiknas Nomor 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdikbud

Deratzou, S. (2006). A Qualitative Inquiry into the Effects of Visualization on High School Chemistry Students’ Learning Process of Molecular Structure. A Thesis Submitted to The Faculty of Dexel University.

Fauziah, L. (2012). Penggunaan Video Sifat Diskontinu Materi Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Level Submikroskopik Pada Materi Wujud Zat Dan Perubahannya. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Firman, H. (2013). Evaluasi Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Gunay, B. (2005). Conceptual Change Text Oriented Instruction to Facilitate Conceptual Change in Atoms and Moleculs. A Thesis Submitted to The Graduate School of Natural and Applied Science Middle East Technical University.

Hailikari, T. (2009). Assesing University Students Prior Knowledge. A Disertation to The University of Helsinki Department of Education Research Report.

Hake, R R. (1999). “Analyzing Change/Gain Scores”. Journal Dept. of Physics, Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.


(3)

Ikhsanuddin, dan Widhiyanti, T. (2007). “Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa pada Topik Hidrolisis Garam dan Sifat Koligatif Larutan”. Artikel pada Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI, Bandung.

Kalsum, S., Devi, P. K., dan Syahrul, H. (2009). Kimia 2 Kelas XI SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Laliyo, L. A. R. (2011). “Model Mental Siswa dalam Memahami Perubahan Wujud Zat”. Jurnal Penelitian dan Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. 8, (1), 1-12.

Merino, C dan Sanmarti, N. (2008). “How Young Children Model Chemical Change”. Chemistry Education Research and Practice. 9, 196-207.

Nuraeni, A. (2008). Analisis Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia SMA, Pembelajaran, Dan Pemahaman Siswa pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ozmen, H. (2007). “The Effectiveness of Conceptual Change Texts in Remediating High School Students’ Alternative Conceptions Concering Chemical Equilibrium”. Asia Pasific Education Review. 8 (3), 413-425. Ozmen, H. (2011). “Turkish Primary Students Conceptions about the Particulate

Nature of Matter”. International Journal of Environment & Science. 6, (1), 99-121.


(4)

Permana, I. (2009). Memahami Kimia SMA/MA untuk Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Pinarbasi, et al. (2006). “An Investigation of Effectiveness of Conceptual Change Text oriented Instruction on Students’ Understanding of Solution

Concepts”. Springer. DOI: 10.1007/s11165-005-9003-4

Pithaloka, Y. (2009). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik dan Simbolik Siswa SMA pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Posner, et al. (1982). “Accommodation of a Science Conception: Toward a Theory of Conceptual Change”. Journal from Department of Education. 66, (2), 211-227.

Purtadi, S. dan Sari, P. L. (2009). “Analisis Miskonsepsi Konsep Laju dan Kesetimbangan Kimia pada Siswa SMA”. Makalah pada Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY, Yogyakarta.

Selviyanti. (2009). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik Dan Simbolik Siswa SMA Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sendur, G. dan Toprak, M. (2013). “The Role of Conceptual Change Texts to

Improve Students’ Understanding of Alkenes”. Chemistry Education Research and Practice.


(5)

Siswati. (2010). “Minat Membaca Pada Mahasiswa (Studi deskriptif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UNDIP Semester I)”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. 8, (2), 124-134.

Solikha. (2008). Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: PT. Grasindo

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suwardi., Soebiyanto., dan Widiasih, E. (2009). Panduan Pembelajaran Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Tarigan, H.G. (1986). Telaah Buku Teks Bahas Indonesia. Bandung: Angkasa

Utami, B., dkk. (2009). Kimia untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Weerawardhana, A. (2003). “Developing Conceptual Understanding of Chemical Equilibrium through the Use of Computer-based Visualization Software”. A paper submitted to 9th International conference on Sri Lanka Studies.

Wiersma, W. dan Jurs, S. G. (2009). Research Methods in Education: An Introduction. United State of America: Pearson.


(6)

Wu, H. K., Krajcik, J.S., dan Soloway, E. (2001). “Promoting Conceptual

Understanding of Chemical Representations: Students’ Use of a

Visualization Tool in The Classroom”. Journal of Research in Science Teaching. 38, (7), 821-842.