PENGEMBANGAN MODEL BUKU TEKS PELAJARAN BERBASIS INTERTEKSTUAL PADA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR LAMPIRAN………... xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang ………... B. Rumusan Masalah………... C. Tujuan Penelitian……… D. Manfaat Penelitian……….. E. Definisi Istilah Operasional ………... 1 5 6 6 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 9

A. Representasi Ilmu Kimia………... 9

B. Intertekstual Ilmu Kimia………... 11

C. Bahan Ajar………. 13

D. Buku Teks Pelajaran……….. 14 1. Pengertian Buku Teks Pelajaran………..

2. Kriteria Buku Teks Pelajaran………... a. Aspek Isi Materi Pelajaran……….

b. Aspek Penyajian Materi……….

14 15 16 17


(2)

c. Aspek Grafika………

d. Bahasa dan Keterbacaan………

18 19

E. Teori Belajar……….. 28

F. Materi Hidrolisis Garam……… 1. Garam yang Berasal dari Asam Kuat dan Basa Kuat……….. 2. Garam yang Berasal dari Asam Kuat dan Basa Lemah…... 3. Garam yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Kuat…... 4. Garam yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Lemah... 32 32 34 37 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 39

A. Metode Penelitian……….. 43

B. Prosedur penelitian……… 46

C. Objek penelitian………. 49

D. Instrumen Penelitian……….. 50

E. Teknik Pengumpulan Data……… 52

F. Teknik Pengolahan Data……… 53

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN………... 56

A. Pengembangan Indikator dan Konsep………... 56 1. Kesesuaian Indikator dengan Standar Kompetensi……….

2. Kesesuaian Konsep dengan Indikator……….. 59


(3)

B. Pengembangan Representasi Materi Hidrolisis Garam………. 1. Konsep Hidrolisis Garam………... 2. Konsep Garam-garam yang Mengalami Hidrolisis……… 3. Konsep Tetapan Hidrolisis Garam………. 4. Konsep pH Larutan Garam yang Terhidrolisis…………...

62 62 64 66 67 C. Analisis pada Buku Teks Pelajaran yang Ada……….. 71 D. Penyusunan Model Buku Teks Pelajaran Materi Hidrolisis

Garam………

1. Pembuatan Outline Materi Hidrolisis Garam………. a. Konsep Hidrolisis Garam………... b. Konsep Garam-garam yang Mengalami Hidrolisis…... c. Konsep Tetapan Hidrolisis Garam………. d. Konsep pH Larutan Garam……… 2. Pembuatan Model Buku Teks Pelajaran sebagai Bahan

Ajar……….

a. Bagian Pendahuluan………..

b. Konsep Hidrolisis Garam………... c. Konsep Reaksi Garam dalam Air…... d. Konsep Tetapan Hidrolisis Garam………. e. Konsep pH Larutan Garam………

71 72 73 75 77 78 78 82 83 87 90 91 E. Keterbacaan Model Buku Teks Pelajaran Materi Hidrolisis

Garam……… 96


(4)

Pelajaran yang Dikembangkan………..

1. Tanggapan Guru Kimia………...

2. Tanggapan Siswa……….

98 98 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..

A. Kesimpulan………

B. Saran………..

100 100 101

DAFTAR PUSTAKA……….. 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN………. 107


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hasil studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa Sekolah Dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian (Yuwanto, 2012). Menurut Pusat Perbukuan (2007), hasil penelitian PISA tahun 2000 yang meilbatkan siswa sekolah menengah menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia menduduki peringkat ke-39, sedikit di atas Albania dan Peru. Kemampuan membaca siswa di Indonesia tersebut masih di bawah siswa Thailand (peringkat ke-32). Sementara itu, pada PISA tahun 2003 menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada posisi terbawah sampai ketiga dari bawah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa di Indonesia sangat memprihatinkan.

Salah satu hal yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah keberadaan buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran dalam sistem pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Buku teks pelajaran merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari Kompetensi Dasar (KD) yang tertuang dalam kurikulum dan digunakan oleh peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2011). Dalam berbagai literatur asing, buku teks pelajaran


(6)

diistilahkan dengan istilah textbook (Suryaman, 2007). Untuk menghindari kebingungan,dalam penelitian ini digunakan istilah buku teks pelajaran.

Buku teks pelajaran sudah dipersiapkan dari segi kelengkapan dan penyajiannya. Buku teks pelajaran memberikan fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri, baik tentang substansinya maupun tentang caranya (Suryaman, 2007). Melalui kegiatan membaca buku teks pelajaran, seseorang dapat memperoleh pengalaman tak langsung yang banyak sekali (Suryaman dan Utorodewo dalam Suryaman, 2007). Dalam pendidikan, perolehan ilmu secara langsung merupakan hal yang berharga bagi siswa. Akan tetapi, banyak bagian dalam pelajaran yang tidak dapat diperoleh dengan pengalaman langsung. Oleh karena itu, mendapatkan pengalaman tidak langsung sangatlah penting dalam pembelajaran di sekolah ataupun dalam kehidupan di luar sekolah. Dengan demikian, penggunaan buku teks pelajaran memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran untuk memudahkan ketercapaian tujuan pembelajaran sehingga buku teks pelajaran perlu mendapat perhatian yang utama.

Ditjen Dikdasmen melakukan penilaian terhadap buku sekolah mulai tahun 1979 sampai dengan 1996. Hasilnya menunjukkan bahwa 47,9 % buku sekolah tidak memenuhi syarat untuk dipakai di sekolah sebagai sumber pembelajaran. Buku-buku tersebut memiliki kelemahan dari segi materi, metode penyajian, bahasa dan grafika (Sitepu, 2002). Berdasarkan hasil penilaian tahap I terhadap 832 buku teks pelajaran pada tahun 2011, hanya 429


(7)

buku teks pelajaran yang lolos uji pada aspek isi, bahasa, penyajian dan kegrafikaan (Suryadi, 2011).

Salah satu faktor rendahnya kualitas buku berhubungan dengan tingkat keterbacaan buku tersebut. Suryadi (2007) melakukan penelitian mengenai tingkat keterbacaan buku teks pelajaran kimia. Hasilnya memperlihatkan bahwa buku-buku kimia memiliki tingkat keterbacaan sedang. Berdasarkan hal tersebut, tingkat keterbacaan buku teks pelajaran dapat dikatakan kurang memenuhi kriteria buku yang baik. Buku yang baik memiliki tingkat keterbacaan tinggi dan memuat materi yang sesuai kurikulum agar dapat menunjang pendidikan yang baik (Suryadi, 2007).

Pada dasarnya, ilmu kimia meliputi tiga aspek representasi yang berbeda, yakni makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik, yang ketiganya saling memiliki keterkaitan satu sama lain (Johnstone dalam Treagust et al., 2003). Menurut Wu (2003) hubungan antara ketiga level representasi kimia, pengalaman sehari-hari, dan kejadian-kejadian di kelas yang dialami siswa dapat dianggap sebagai hubungan intertekstual. Menurut Gabel dalam Wu (2003) hubungan antara representasi kimia selalu didiskusikan dalam kerangka perubahan model konseptual. Tujuannya untuk memperkaya pemahaman mengenai kimia dilihat dari segi hubungan sosial dan menghubungkan representasi kimia dengan pengalaman mereka sehari-hari menggunakan intertekstual untuk menciptakan interaksi di antara siswa. Berdasarkan hal tersebut, intertekstual dapat digunakan sebagai strategi mengembangkan buku teks pelajaran kimia dalam rangka mempermudah pemahaman siswa ketika


(8)

membaca buku kimia. Hal ini sejalan dengan apa yang ungkapkan Gkitzia (2010) bahwa representasi kimia merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari buku teks pelajaran dan memiliki peranan penting untuk membantu siswa dalam memahami konsep sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik.

Dalam rangka mengoptimalisasikan kemampuan siswa, maka diperlukan buku teks pelajaran yang berkualitas yang menyajikan konsep yang valid dalam lingkup metode ilmiah dan menghubungkan sains dengan kehidupan sehari-hari para siswa. Buku teks pelajaran yang merupakan salah satu dari bahan ajar harus memiliki kebenaran isi, penyajian yang sistematis, penggunaan bahasa dan keterbacaan yang baik, serta grafika yang fungsional (Departemen pendidikan nasional, 2008a).

Pemilihan materi pokok hidrolisis garam yang dilakukan pada penelitian ini, didasarkan karena pada dasarnya semua materi subjek kimia memiliki karakteristik yang sama yaitu meliputi ketiga level representasi. Menurut Ikhsanudin (Juwita, 2010) hidrolisis garam merupakan salah satu materi pembelajaran kimia SMA kelas XI semester genap yang pembelajarannya sering kali hanya mengutamakan level makroskopik dan simboliknya saja, bahkan lebih cenderung hanya ditekankan pada level simboliknya saja, sedangkan level sub-mikroskopiknya kurang tersentuh. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murniati (2007) terhadap siswa SMA menunjukkan bahwa siswa kesulitan merepresentasikan level sub-mikroskopik pada materi hidrolisis garam dikarenakan kurang dikembangkannya


(9)

representasi pada level tersebut. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ilyadi (2010) model mental siswa pada materi hidrolisis garam berada pada tingkat yang sangat sederhana. Hal ini menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi hidrolisis garam.

Berdasarkan analisis di atas, maka diperlukan penelitian untuk mengembangkan suatu model buku teks pelajaran berbasis intertekstual pada materi hidrolisis garam. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, didapatkan suatu model buku teks pelajaran dengan tingkat keterbacaan mudah agar membantu siswa dalam mempermudah memahami konsep kimia dan dapat meningkatkan minat baca siswa terhadap buku teks pelajaran kimia.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model buku teks pelajaran berbasis intertekstual yang dikembangkan pada materi hidrolisis garam. Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas mengenai arah penelitian, maka rumusan masalah tersebut dirinci dalam bentuk pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana indikator dan konsep materi hidrolisis garam yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Standar Isi?

2. Bagaimana representasi kimia yang dikembangkan pada setiap konsep dalam materi hidrolisis garam?


(10)

3. Bagaimana tingkat keterbacaan model buku teks pelajaran berbasis intertekstual yang dikembangkan?

4. Bagaimana pandangan guru dan siswa terhadap model buku teks pelajaran berbasis intertekstual yang dikembangkan?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model buku teks pelajaran berbasis intertekstual pada materi hidrolisis garam dan mengetahui tingkat keterbacaan serta pandangan guru dan siswa terhadap model buku teks pelajaran berbasis intertekstual yang dikembangkan.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa, model buku teks pelajaran yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai bahan belajar siswa untuk lebih memahami materi hidrolisis garam.

2. Bagi guru, model buku teks pelajaran yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan guru kimia dalam melaksanakan pembelajaran pada materi hidrolisis garam sehingga diharapkan guru menjadi lebih termotivasi untuk terus menghasilkan inovasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang lebih baik.


(11)

3. Bagi peneliti selanjutnya, model buku teks pelajaran yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk melakukan penelitian lanjutan atau penelitian yang sejenis.

E.Definisi Istilah Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran mengenai sejumlah istilah yang ada pada penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah-istilah berikut:

1. Buku teks pelajaran diartikan sebagai buku yang berisi ilmu pengetahuan, yang diturunkan dari Kompetensi Dasar (KD) yang tertuang dalam kurikulum, dimana buku tersebut digunakan oleh peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2011).

2. Model merupakan pola, contoh, acuan atau ragam dari sesuatu yg akan dibuat atau dihasilkan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008)

3. Intertekstual diartikan sebagai keterkaitan di antara teks-teks yang merupakan bahasa fungsional yang menjadi satu kesatuan (Wu, 2003). 4. Representasi dalam kimia merupakan metafor, model, dan gagasan teoritis

berdasarkan sifat dasar dari alam dan kenyataan (Hoffman dan Laszlo dalam Wu, et al., 2000). Representasi kimia terdiri dari tiga level yaitu : level makroskopik, level sub-mikroskopik, dan level simbolik (Johnstone dalam Treagust et al., 2003).


(12)

5. Level makroskopik merupakan fenomena riil dan dapat dilihat, seperti fenomena kimia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati langsung (Chittleborough, 2004).

6. Level sub-mikroskopik merupakan fenomena berdasarkan observasi riil tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel mikroskopik yang tidak dapat dilihat secara langsung (Chittleborough, 2004).

7. Level simbolik merupakan representasi dari suatu kenyataan, seperti representasi simbol dari atom, molekul, dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar, maupun bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer (Chittleborough, 2004).


(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk berupa model buku teks pelajaran berbasis intertekstual. Penelitian ini merupakan bagian dari Research and Development (penelitian dan pengembangan). Metode penelitian dan pengembangan dalam bahasa Inggrisnya Research and development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011). Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.

Hampir semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun demikian, metode penelitian dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu sosial seperti pendidikan, sosiologi, psikologi, dan lain-lain. Menurut Sukmadinata (2011) produk yang dihasilkan tidak selalu berupa perangkat keras seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium tetapi dapat juga berupa perangkat lunak atau program komputer, model pendidikan, pembelajaran, atau pelatihan.


(14)

Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan diawali dengan adanya kebutuhan atau permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu. Langkah selanjutnya adalah menentukan karakteristik atau spesifikasi dari produk yang dihasilkan. Setelah itu barulah dibuat rancangan produk, atau produk awal yang masih kasar, kemudian produk tersebut diuji coba, dilakukan pengamatan dan evaluasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi diadakan penyempurnaan-penyempurnaan.

Menurut Sukmadinata (2011), dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode penelitian deskriptif, evaluatif, dan eksperimental. Pada pengembangan model buku teks pelajaran berbasis intertekstual hanya menggunakan dua metode yaitu metode deskriptif dan metode evaluatif, sedangkan metode eksperimental tidak dilakukan.

Metode penelitian deskriptif digunakan dalam penelitan awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Kondisi yang ada mencakup: (1) Kondisi produk- produk yang sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar produk yang akan dikembangkan, (2) Kondisi pihak pengguna (dalam bidang pendidikan misalnya sekolah, guru, kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya); (3) Kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan, mencakup unsur pendidik dan tenaga kependidikan, sarana, prasarana, biaya, pengelolaan, dan lingkungan pendidikan di mana produk tersebut akan diterapkan (Sukmadinata, 2011).


(15)

Pada metode penelitian deskriptif dilakukan pengkajian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi, sehingga diperoleh rumusan indikator dan konsep pada materi hidrolisis garam. Selanjutnya, dilakukan pengembangan representasi kimia materi hidrolisis sebagai bahan untuk mengembangkan model buku teks pelajaran. Selain itu juga, dilakukan analisis terhadap buku teks pelajaran yang ada untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan penyajian representasi pada buku tersebut. Berdasarkan hasil pengembangan indikator, konsep dan representasi hidrolisis garam dilakukan penyusunan model buku teks pelajaran.

Menurut Sukmadinata (2011), metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba, dan setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Dalam pengembangannya, model buku teks pelajaran yang yang telah dibuat divalidasi oleh validator dari aspek isi, penyajian materi, bahasa dan aspek grafikanya serta aspek representasi. Selanjutnya, model buku teks pelajaran yang dikembangkan dilakukan uji keterbacaan menggunakan grafik Fry dan tes rumpang. Selain itu juga, dilakukan pengumpulan tanggapan dari beberapa guru dan siswa terhadap model buku teks pelajaran yang dikembangkan. Langkah validasi dan uji tersebut merupakan rangkaian metode penelitian evaluatif untuk memperoleh koreksi dan masukan.


(16)

B.Prosedur Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang terdapat pada latar belakang masalah, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan model buku teks pelajaran berdasarkan representasi ilmu kimia pada materi hidrolisis garam. Untuk memperjelas pengembangan model buku teks pelajaran yang dilakukan, disajikan langkah-langkah utama yang ditempuh dalam bentuk alur penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1


(17)

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

Revisi Kajian Penelitian terkait

Kajian Teori Belajar Panduan Pengembangan Bahan

Ajar Depdiknas

Validasi

Revisi

Pengembangan Representasi konsep hidrolisis garam

Validasi

Revisi

Penyusunan Model Buku Teks Pelajaran Materi hidrolisis

Garam

Analisis Buku Teks Pelajaran yang Ada

Panduan Pengembangan Indikator Depdiknas

Analisis Data Temuan Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan Validasi

Uji Keterbacaan


(18)

Berdasarkan alur penelitan pada bagan di atas, penelitian ini diawali dengan mengembangkan indikator dan konsep dengan cara mengkaji indikator dan konsep pada penelitian terkait, mengkaji Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Standar Isi serta mengacu pada panduan pengembangan indikator yang dikembangkan oleh Depdiknas (2008c). Indikator ini diturunkan berdasarkan Kompetensi Dasar, sedangkan konsep diturunkan berdasarkan indikator. Indikator dan konsep yang telah disusun selanjutnya divalidasi kesesuaiannya oleh dosen. Indikator dikaji kesesuaiannya dengan Kompetesi dasar dan konsep dikaji kesesuaiannya dengan indikator.

Dalam pengembangan model buku teks pelajaran dilakukan pula pengembangan representasi kimia materi hidrolisis garam sebagai bahan dalam mengembangkan model buku teks pelajaran. Dalam pengembangan representasi kimia materi hidrolisis, dilakukan pengkajian terhadap level representasi kimia dan analisis terhadap penelitian terkait sebagai dasar dalam mengembangkan representasi materi hidrolisis garam. Representasi materi hidrolisis garam yang dikembangkan selanjutnya divalidasi kesesuaiannya oleh dosen.

Pada penelitian ini dilakukan pula analisis pada buku teks pelajaran yang ada untuk mengetahui penyajian representasi kimia pada buku tersebut. Data yang diperoleh dijadikan acuan dalam pengembangan model buku teks pelajaran agar diperoleh model buku teks pelajaran yang lebih baik.


(19)

Langkah selanjutnya adalah melakukan penyusunan model buku teks pelajaran materi hidrolisis garam. Penyusunannya mengacu pada panduan pengembangan bahan ajar yang dikembangkan oleh Depdiknas (2008a), pengembangan representasi kimia hidrolisis garam serta teori belajar. Buku teks pelajaran yang telah disusun selanjutnya divalidasi oleh validator. Validasi yang dilakukan mencakup aspek kelayakan isi, penyajian materi, aspek keterbacaan, aspek grafika dan aspek representasi kimia. Saran dan komentar hasil validasi dijadikan revisi untuk memperbaiki model buku teks pelajaran.

Model buku teks pelajaran yang telah direvisi selanjutnya diuji keterbacaannya. Uji keterbacaan dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan grafik Fry dan tes rumpang. Setelah itu, dilakukan pengumpulan tanggapan dari guru dan siswa untuk mengetahui pengaruh model buku teks pelajaran yang dikembangkan terhadap motivasi belajar siswa.

Langkah – langkah yang telah dilakukan akan menghasilkan data, yang selanjutnya dianalisis untuk dilakukan pembahasan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan penelitian.

C.Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah model buku teks pelajaran berbasis intertekstual yang dikembangkan pada materi hidrolisis garam.


(20)

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Arikunto (2006) menyebutkan bahwa instrumen berfungsi untuk memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tabel kesesuaian indikator dengan Kompetensi Dasar dan konsep dengan Indikator

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui apakah antara indikator dan Kompetensi Dasar dan konsep dengan indikator telah sesuai atau belum. Indikator dan konsep yang dikembangkan selanjutnya divalidasi untuk memperoleh indikator dan konsep yang sesuai dengan materi hidrolisis garam untuk siswa SMA kelas XI.

2. Tabel validasi representasi materi hidrolisis

Tabel validasi representasi kimia materi hidrolisis digunakan untuk menghimpun data mengenai validitas level representasi kimia pada materi hidrolisis garam.

3. Tabel analisis buku teks pelajaran yang ada

Tabel ini merupakan instrumen yang berfungsi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan buku teks pelajaran yang ada, khususnya pada aspek representasi kimianya.


(21)

4. Lembar validasi buku teks yang dikembangkan

Lembar validasi buku teks pelajaran merupakan lembar aspek kelayakan isi, penyajian materi, grafika, bahasa dan representasi kimia pada model buku teks pelajaran yang dikembangkan yang diisi oleh validator dalam rangka mengevaluasi model buku teks pelajaran yang telah dikembangkan.

5. Tabel jumlah kalimat dan kata sulit

Tabel ini merupakan instrumen untuk mengetahui tingkat keterbacaan model buku teks pelajaran menggunakan grafik Fry. Tabel berisi kolom rata-rata jumlah kalimat dan rata-rata-rata-rata jumlah suku kata dari seratus kata.

6. Tes rumpang (Cloze Test)

Tes ini merupakan instrumen yang berfungsi untuk menguji keterbacaan model buku teks pelajaran yang dikembangkan oleh siswa. Tes ini berisi suatu wacana yang tidak lengkap. Pada wacana, ada beberapa bagian yang dikosongkan. Hasil tes dianalisis sehingga diperoleh data mengenai keterbacaan model buku teks pelajaran yang dikembangkan.

7. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa. Angket terhadap guru dan siswa digunakan untuk menghimpun data mengenai pengaruh model buku teks pelajaran yang dikembangkan terhadap motivasi belajar siswa.


(22)

E.Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahap berikut:

1. Melakukan validasi indikator dan konsep hidrolisis garam yang telah dikembangkan untuk melihat kesesuaiannya. Indikator harus sesuai dengan Kompetensi Dasar sedangkan konsep harus sesuai dengan indikator. Validasi tersebut dilakukan oleh dosen dengan mengisi instrumen lembar validasi kesesuaian indikator terhadap Kompensi Dasar dan konsep terhadap indikator.

2. Melakukan validasi level representasi materi hidrolisis yang telah dikembangkan untuk melihat kesesuaian antara konsep dengan representasi kimia yang terdiri dari level makroskopik, level sub-mikroskopik dan level simbolik. Validasi tersebut dilakukan oleh dosen dengan mengisi instrumen lembar validasi representasi materi hidrolisis . 3. Menganalisis buku teks pelajaran yang ada, berdasarkan aspek representasi

kimianya. Analisis tersebut dilakukan oleh peneliti yang dibuat dalam bentuk tabel.

4. Melakukan validasi model buku teks pelajaran yang telah dikembangkan. Validasi dilakukan oleh tim dosen dengan mengisi lembar validasi model buku teks pelajaran yang dikembangkan. Validasi model buku teks pelajaran mencakup aspek kelayakan isi, penyajian materi, grafika, kebahasaan serta representasi kimia.

5. Melakukan uji keterbacaan menggunakan grafik Fry. Uji ini dilakukan dengan cara mengambil uraian bagian awal, tengah dan akhir. Banyaknya


(23)

kata pada setiap uraian adalah 100 buah kata. Setiap uraian dihitung rata-rata jumlah kalimatnya. Selanjutnya, dilakukan penghitungan rata-rata-rata-rata jumlah suku kata dari seratus kata tersebut dan dikalikan 0,6. Hasil perhitungan kemudian dimasukkan kedalam grafik Fry.

6. Melakukan uji keterbacaan model buku teks pelajaran menggunakan tes rumpang. Uji ini dilakukan dengan memberikan tes rumpang kepada siswa. Siswa diminta untuk mengisi tes rumpang tersebut secara lengkap. 7. Menyebarkan angket tanggapan kepada guru dan siswa untuk mengetahui

pengaruh model buku teks pelajaran yang dikembangkan terhadap motivasi belajar siswa.

F.Teknik Pengolahan Data

Berdasarkan instrumen yang digunakan maka akan dilakukan pengolahan data melalui analisis deskriptif pada:

1. Tabel kesesuaian antara indikator dengan kompetensi dasar dan konsep dengan Indikator.

2. Tabel validasi representasi materi hidrolisis garam. 3. Tabel analisis buku teks pelajaran yang ada.

4. Lembar validasi aspek kelayakan isi, penyusunan materi, grafika, kebahasaan dan representasi kimia pada model buku teks pelajaran yang dikembangkan.


(24)

6. Hasil tes rumpang yang dilakukan terhadap 43 siswa kelas XII dan 38 siswa kelas XI. Untuk mengolah tes rumpang setiap siswa dilakukan dengan menggunakan rumus :

Skor tes tiap siswa =

Selanjutnya, hasil skor tes tiap siswa dirata-ratakan sehingga diperoleh diperoleh tingkat keterbacaan suatu model buku teks pelajaran. Kriterianya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kriteria Tingkat Keterbacaan

Skor Tingkat Keterbacaan

Skor tes > 50% Mudah Skor tes 35 - 50% Sedikit Sukar Skor tes < 35% Sangat Sukar

(Sitepu, 2006)

7. Angket tanggapan guru dan siswa

Langkah yang dilakukan dalam pengolahan data hasil angket terhadap guru dan siswa:

a. Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan skala Likert yang dimodifikasi sesuai dengan apa yang tercantum dalam penilaian (Sukmadinata, 2011). Setiap pertanyaan memiliki pilihan empat item yang masing-masing diberi skor sperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3.2 Skor Pernyataan Penilaian Angket

Pilihan Item Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Kurang Setuju 2

Tidak Setuju 1

b. Penjumlahan skor tiap item berdasarkan pengelompokkan jawaban untuk indikator yang sama.


(25)

c. Jumlah skor tiap item kemudian dirata-ratakan berdasarkan jumlah responden.

d. Kategorisasi nilai dalam interval skala kontinum

Hasil rata-rata dari setiap item kemudian dikategorikan menurut skala kontinum yang dimodifikasi dari Sugiyono (2011).

e. Setelah diketahui posisi skor rata-rata dalam skala kemudian dijelaskan dalam deskriptif naratif.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dalam pengembangan model buku teks pelajaran berbasis intertekstual pada materi hidrolisis garam kelas XI , didapatkan kesimpulan hasil penelitian yaitu:

1. Indikator yang dikembangkan sebanyak 3 indikator yaitu mendeskripsikan proses hidrolisis garam, menentukan garam-garam yang mengalami hidrolisis, menghitung pH larutan garam yang mengalami hidrolisis. Untuk konsepnya diperoleh 4 konsep yang terdiri dari hidrolisis garam, garam-garam yang mengalami hidrolisis, tetapan hidrolisis garam-garam dan pH larutan garam.

2. Representasi kimia yang dikembangkan didasarkan pada konsep yang telah divalidasi. Representasi materi hidrolisis garam meliputi level makroskopik, level sub-mikroskopik dan simbolik dari keempat konsep. Level makroskopik berupa fenomena riil mengenai percobaan sifat asam-basa larutan garam; percobaan penentuan nilai Ka asam dan Kb basa dari garam

serta percobaan pengukuran pH larutan garam menggunakan pH meter. Level sub-mikroskopik yang dikembangkan menjelaskan mengenai proses reaksi hidrolisis yang terjadi pada anion dan/atau kation dari garam; reaksi kesetimbangan yang terjadi pada reaksi hidrolisis garam dan hubungannya dengan nilai Ka dan/atau Kb, Kh dan Kw; dihasilkannya ion H+ dan ion OH


(27)

-yang menyebabkan pH larutan garam dapat dihitung. Level simbolik -yang dikembangkan berupa persamaan reaksi hidrolisis yang terjadi pada berbagai jenis garam, gambar molekuler reaksi hidrolisis garam, penurunan rumus penentuan tetapan hidrolisis garam dan penurunan rumus penentuan pH larutan garam.

3. Tingkat keterbacaan model buku teks pelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil uji tes rumpang diperoleh rata-rata keterbacaan untuk sampel A (siswa SMA kelas XII) sebesar 86,48% . Sementara itu, untuk sampel B (siswa SMA kelas XI) diperoleh rata-rata keterbacaan sebesar 71,85%. Berdasarkan nilai tersebut, model buku teks pelajaran materi hidrolisis garam memiliki tingkat keterbacaan mudah baik untuk kelas XI ataupun kelas XII. Berdasarkan uji menggunakan grafik Fry, tingkat keterbacaan untuk model buku teks pelajaran hidrolisis garam berbasis intertekstual yang dikembangkan adalah mudah.

4. Model buku teks pelajaran hidrolisis garam berbasis intertekstual yang dikembangkan menghasilkan tanggapan positif dari guru kimia maupun siswa SMA.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran yang dapat dijadikan masukan untuk pengembangan penelitian. Penelitian ini baru sampai pada tahap pengembangan model buku tek pelajaran dan tanggapan guru dan siswa terhadap model buku teks pelajaran tersebut. Oleh karena itu diharapkan pada


(28)

penelitian selanjutnya dilakukan uji coba terhadap model buku teks pelajaran yang telah dihasilkan sehingga dapat diperoleh data mengenai pengaruh model buku teks pelajaran terhadap pembelajaran kimia di SMA.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Arifin, M. dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2009). Standar Penilaian Buku Teks Pelajaran. [Online]. Tersedia: www.puskurbuk.net/.../Perbukuan [27 Mei 2012]

Chittleborough, G. (2004). The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing Mental Models of Chemical Phenomena. Thesis. Science and Mathematics Education Centre.

Chittleborough, G., Bette D., John K. G., David F. T., (2009). Linking the Macroscopic and Submicroscopic Levels: Diagrams”. Multiple Representations in Chemical Education Springer Science. DOI 10.1007/978-1-4020-8872-8 9. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Erlangga : Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008a). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008b). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. (2008c). Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008d). Panduan Umum Pengembangan Silabus. Jakarta: Depdiknas.


(30)

Departemen Pendidikan Nasional. (2008e) . Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. [Online]. Tersedia : http://akademik.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/PERMENDIKNAS-NOMOR-2-TAHUN-2008.doc [14 Agustus 2012]

Dori, Y.J dan Hameiri M., (2003). “Multidimensional Analysis System for Quantitative Chemistry Problems : Symbol, Macro, Micro, and Process Aspect”. Journal of Research in Science Teaching. 40, 278-302.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Gkitzia, V., Katerina S., Chryssa T., (2010). “Development and Application of Suitable Criteria for The Evaluation of Chemical Representation in School Textbook”. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 12,5-14.

Ilyadi, F. (2010). Profil Model Mental Siswa pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. Skripsi Sarjana UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Johari dan Rahmawati. 2010. Chemistry 2B for Senior High School Grade XI Semester 2. Jakarta: Esis

Juwita, F. (2010). Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi Sarjana UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Kusmana, S.(2008). Memilih Buku Teks Pelajaran Berstandar. [Online]. Tersedia:

http://suherlicentre.blogspot.com/2008/06/memilih-buku-teks-pelajaran-berstandar.html [14 Agustus 2012]

Muchlis, M. (2008). Hakikat dan Fungsi Buku Teks. [Online]. Tersedia:

http://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.html [20 Februari 2012]

Murniati. (2007). Analisis Miskonsepsi Level Mikroskopis Siswa Salah Satu SMA Negeri di Kota Bandung pada Materi Larutan Asam Basa, Garam, Penyangga dan Hidrolisis. Skripsi Sarjana UPI Bandung : Tidak diterbitkan


(31)

Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta : DIVA Press.

Premono, S., Anis W., Nur H., (2009). SMA/MA Kelas XI Kimia. Jakarta: Pusat perbukuan Depdiknas

Purba, M.(2006). Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Pusat Bahasa Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia: http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ [25 Mei 2012]

Pusat Perbukuan. (2007). Laporan Keterbacaan. [Online]. Tersedia: http://suherlicentre.blogspot.com/2008/10/hut-70-tahun-profdryus-rusyana.html [24 Oktober 2012]

Sitepu, B.P. (2002). Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi. Buletin pusat Perbukuan Depdiknas, VI, 22-25.

Sitepu, B.P., (2010). Keterbacaan. [Online]. Tersedia: http://bintangsitepu.wordpress.com/2010/09/11/keterbacaan/ [16 Oktober 2012]

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung.

Sukmadinata, N. S., (2011). Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.

Suryadi, A. (2007). “Tingkat Keterbacaan Wacana Sains dengan Teknik Klos”. Jurnal Sosioteknologi. 10, 196-200.

Suryadi, B. (2011). Hasil Penilaian Buku Teks Pelajaran tahap I. Buletin BNSP [Online],VI, 15-16. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id/?p=889 [4 November 2012].

Suryaman, M. (2007). “Dimensi-dimensi Kontekstual di dalam Penulisan Buku Teks Pelajaran”. Jurnal Diksi. 12, 1-12.


(32)

Tarigan, H.G dan tarigan Dj. (1986). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung : Angkasa

Treagust D. F., Chitteleborough G., Mamiala T.L., (2003). “The role of Submicroscopic and Symbolic Representation in Chemical Explanation”. Int. J. Sci. Educ., 25, 1353-1368.

Wibowo, M.E. (2005). Hati-Hati Menggunakan Buku Pelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/5702869/11-Pengembangan-Bahan-ajar [14 November 2011]

Wu, H.K et al. (2000). Promoting Conceptual Understanding of Chemical Representations: Students’ Use A Visualization Tool In The Classroom. Makalah pada pertemuan tahunan National Association of Research in Science Teaching 28 April-1 Mei 2000, New Orleans, LA.

Wu, H.K. (2003). “Linking The Microscopic View Of Chemistry To Real Life Experiences: Intertextuality In A High-School Science Classroom”. Science Education. 87, 868-891.

Yuwanto, E. (2012). Minat Baca Anak Indonesia Memprihatinkan. Republik Online [Online]. Tersedia: http://www.republika.co.id/kanal/pendidikan/berita-pendidikan[4 November 2012]


(1)

Laila Fitriah, 2013

Pengembagan Model Buku Teks Pelajaran Berbasis Intertekstual Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang menyebabkan pH larutan garam dapat dihitung. Level simbolik yang dikembangkan berupa persamaan reaksi hidrolisis yang terjadi pada berbagai jenis garam, gambar molekuler reaksi hidrolisis garam, penurunan rumus penentuan tetapan hidrolisis garam dan penurunan rumus penentuan pH larutan garam.

3. Tingkat keterbacaan model buku teks pelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil uji tes rumpang diperoleh rata-rata keterbacaan untuk sampel A (siswa SMA kelas XII) sebesar 86,48% . Sementara itu, untuk sampel B (siswa SMA kelas XI) diperoleh rata-rata keterbacaan sebesar 71,85%. Berdasarkan nilai tersebut, model buku teks pelajaran materi hidrolisis garam memiliki tingkat keterbacaan mudah baik untuk kelas XI ataupun kelas XII. Berdasarkan uji menggunakan grafik Fry, tingkat keterbacaan untuk model buku teks pelajaran hidrolisis garam berbasis intertekstual yang dikembangkan adalah mudah.

4. Model buku teks pelajaran hidrolisis garam berbasis intertekstual yang dikembangkan menghasilkan tanggapan positif dari guru kimia maupun siswa SMA.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran yang dapat dijadikan masukan untuk pengembangan penelitian. Penelitian ini baru sampai pada tahap pengembangan model buku tek pelajaran dan tanggapan guru dan siswa terhadap model buku teks pelajaran tersebut. Oleh karena itu diharapkan pada


(2)

penelitian selanjutnya dilakukan uji coba terhadap model buku teks pelajaran yang telah dihasilkan sehingga dapat diperoleh data mengenai pengaruh model buku teks pelajaran terhadap pembelajaran kimia di SMA.


(3)

Laila Fitriah, 2013

Pengembagan Model Buku Teks Pelajaran Berbasis Intertekstual Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Arifin, M. dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2009). Standar Penilaian Buku Teks Pelajaran. [Online]. Tersedia: www.puskurbuk.net/.../Perbukuan [27 Mei 2012]

Chittleborough, G. (2004). The Role of Teaching Models and Chemical

Representations in Developing Mental Models of Chemical Phenomena. Thesis.

Science and Mathematics Education Centre.

Chittleborough, G., Bette D., John K. G., David F. T., (2009). Linking the Macroscopic and Submicroscopic Levels: Diagrams”. Multiple Representations

in Chemical Education Springer Science. DOI 10.1007/978-1-4020-8872-8 9.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Erlangga : Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008a). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008b). Panduan Pengembangan Materi

Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. (2008c). Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008d). Panduan Umum Pengembangan Silabus. Jakarta: Depdiknas.


(4)

Departemen Pendidikan Nasional. (2008e) . Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia. [Online]. Tersedia :

http://akademik.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/PERMENDIKNAS-NOMOR-2-TAHUN-2008.doc [14 Agustus 2012]

Dori, Y.J dan Hameiri M., (2003). “Multidimensional Analysis System for Quantitative Chemistry Problems : Symbol, Macro, Micro, and Process Aspect”. Journal of Research in Science Teaching. 40, 278-302.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Gkitzia, V., Katerina S., Chryssa T., (2010). “Development and Application of Suitable Criteria for The Evaluation of Chemical Representation in School Textbook”. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 12,5-14. Ilyadi, F. (2010). Profil Model Mental Siswa pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam.

Skripsi Sarjana UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Johari dan Rahmawati. 2010. Chemistry 2B for Senior High School Grade XI

Semester 2. Jakarta: Esis

Juwita, F. (2010). Implementasi Strategi Pembelajaran Intertekstual pada Materi

Hidrolisis Garam. Skripsi Sarjana UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Kusmana, S.(2008). Memilih Buku Teks Pelajaran Berstandar. [Online]. Tersedia:

http://suherlicentre.blogspot.com/2008/06/memilih-buku-teks-pelajaran-berstandar.html [14 Agustus 2012]

Muchlis, M. (2008). Hakikat dan Fungsi Buku Teks. [Online]. Tersedia:

http://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hakikat-dan-fungsi-buku-teks.html [20 Februari 2012]

Murniati. (2007). Analisis Miskonsepsi Level Mikroskopis Siswa Salah Satu SMA

Negeri di Kota Bandung pada Materi Larutan Asam Basa, Garam, Penyangga dan Hidrolisis. Skripsi Sarjana UPI Bandung : Tidak diterbitkan


(5)

Laila Fitriah, 2013

Pengembagan Model Buku Teks Pelajaran Berbasis Intertekstual Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta : DIVA Press.

Premono, S., Anis W., Nur H., (2009). SMA/MA Kelas XI Kimia. Jakarta: Pusat perbukuan Depdiknas

Purba, M.(2006). Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Pusat Bahasa Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia: http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ [25 Mei 2012]

Pusat Perbukuan. (2007). Laporan Keterbacaan. [Online]. Tersedia: http://suherlicentre.blogspot.com/2008/10/hut-70-tahun-profdryus-rusyana.html [24 Oktober 2012]

Sitepu, B.P. (2002). Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi. Buletin pusat

Perbukuan Depdiknas, VI, 22-25.

Sitepu, B.P., (2010). Keterbacaan. [Online]. Tersedia: http://bintangsitepu.wordpress.com/2010/09/11/keterbacaan/ [16 Oktober 2012] Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta :

Bandung.

Sukmadinata, N. S., (2011). Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.

Suryadi, A. (2007). “Tingkat Keterbacaan Wacana Sains dengan Teknik Klos”.

Jurnal Sosioteknologi. 10, 196-200.

Suryadi, B. (2011). Hasil Penilaian Buku Teks Pelajaran tahap I. Buletin BNSP [Online],VI, 15-16. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id/?p=889 [4 November 2012].

Suryaman, M. (2007). “Dimensi-dimensi Kontekstual di dalam Penulisan Buku Teks Pelajaran”. Jurnal Diksi. 12, 1-12.


(6)

Tarigan, H.G dan tarigan Dj. (1986). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung : Angkasa

Treagust D. F., Chitteleborough G., Mamiala T.L., (2003). “The role of Submicroscopic and Symbolic Representation in Chemical Explanation”. Int.

J. Sci. Educ., 25, 1353-1368.

Wibowo, M.E. (2005). Hati-Hati Menggunakan Buku Pelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/5702869/11-Pengembangan-Bahan-ajar [14 November 2011]

Wu, H.K et al. (2000). Promoting Conceptual Understanding of Chemical Representations: Students’ Use A Visualization Tool In The Classroom. Makalah pada pertemuan tahunan National Association of Research in Science Teaching 28 April-1 Mei 2000, New Orleans, LA.

Wu, H.K. (2003). “Linking The Microscopic View Of Chemistry To Real Life Experiences: Intertextuality In A High-School Science Classroom”. Science

Education. 87, 868-891.

Yuwanto, E. (2012). Minat Baca Anak Indonesia Memprihatinkan. Republik Online [Online]. Tersedia: http://www.republika.co.id/kanal/pendidikan/berita-pendidikan[4 November 2012]