SIKAP SISWA SMA TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF :Studi Deskriptif tentang Sikap Siswa beserta Latar belakangnya terhadap Pendidikan Inklusif di Jawa Barat.

(1)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SIKAP SISWA SMA TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF

(Studi Deskriptif tentang Sikap Siswa beserta Latar belakangnya

terhadap Pendidikan Inklusif di Jawa Barat)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh : Basuki Rahardjo

1104497

PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SIKAP SISWA SMA TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF

(Studi Deskriptif tentang Sikap Siswa beserta Latar belakangnya

terhadap Pendidikan Inklusif di Jawa Barat)

Oleh

Drs. Basuki Rahardjo Drs. IKIP Bandung, 1992

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Basuki Rahardjo 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)


(4)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

SIKAP SISWA SMA TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF DI JAWA BARAT

(Oleh : Basuki Rahardjo, NIM : 1104497)

Tujuan dari penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah sikap siswa SMA reguler/NonABK terhadap pendidikan inklusif? (2) Bagaimanakah sikap siswa SMA yang berkebutuhan khusus terhadap pendidikan inklusif? (3) Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi siswa bersikap positif terhadap pendidikan inklusif? (4) Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi siswa bersikap negatif terhadap pendidikan inklusif? (5) apakah intervensi pemutaran film pendek dapat merubah sikap negatif siswa terhadap pendidikan inklusif?. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di 12 SMA penyelenggara pendidikan inklusif di 4 Kabupaten dan 3 Kota di wilayah Propinsi Jawa Barat.Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan angket skala sikap model Likert.. Penelitian ini melalui 2 tahap, tahap kesatu untuk menjawab pertanyaan no 1- 4, tahap kedua, proses lanjutan berupa intervensi pemutaran film untuk melihat perubahan sikap ke arah lebih positif..Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Sikap siswa SMA reguler/ Non-ABK terhadap pendidikan inklusif menunjukkan sikap yang baik, 2) Sikap siswa SMA yang berkebutuhan khusus terhadap pendidikan inklusif menunjukkan sikap yang baik; 3) Faktor-faktor yang melatar belakangi siswa bersikap positif adalah (a) Pengalaman pribadi siswa yaitu siswa telah mendapatkan informasi ABK dan Pendidikan inklusif sebelumnya, siswa pernah sekolah di SMP inlkusif dan siswa memiliki tetangga/keluarga yang berkebutuhan khusus;(b).Pengaruh orang lain yang dianggap penting, dalam hal ini orang tua menepati urutan utama sebagai sumber informasi pendidikan inklusif. (c) Media massa, siswa mendapatkan sumber informasi memanfatkan media massa yang ada. (4) Faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa bersikap negatif terhadap pendidikan inklusif adalah (a) Pengalaman pribadi siswa yang belum mendapatkan informasi mengenai ABK dan pendidikan inklusif sebelumnya, tidak memiliki keluarga/tetangga yang ABK dan riwayat pendidikan di sekolah reguler, sehingga memberikan pemahaman yang kurang kepada siswa; b), Jenis ABK dalam hal ini siswa dengan hambatan emosional menunjukkan sikap yang kurang baik terhadap pendidikan inklusif. 5) Dengan intervensi pemutaran film pendek ada perubahan skor menjadi lebih positif.


(5)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS ATTITUDES TOWARD INCLUSIVE EDUCATION IN WEST JAVA PROVINCE

(Basuki Rahardjo, NIM: 1104497)

The purpose of this study was to answer the following research questions: (1) What is the attitude of regular senior high school students/children with no special needs, towards inclusive education? (2) What is the attitudes of senior high school students with special needs toward inclusive education? (3) What factors underlying students' positive attitudes towards inclusive education? (4) What factors underlying students' negative attitudes towards inclusive education? (5) can intervention by showing a short movie change students' negative attitudes towards inclusive education? This study uses quantitative methods. This study was conducted in 12 senior high school inclusive education providers in 4 regions and 3 cities in the West Java Province. The quantitative data collection was gained through the model attitude Likert scale questionnaire. This research consists of 2 stages, that the first stage was done to answer question number 1-4, and the second phase, a further process of screening interventions to see a change toward more positive attitudes. The results showed that 1) regular senior high school students attitude/ children with no special needs shows a good attitude, 2) the attitudes of senior high school students with special needs toward inclusive education showed a good attitude 3) The factors that influnce students to be positive are a. the student's personal experience, students have got information previously about inclusive education, students have learned in an inclusive junior high school, and students have a neighbor /family with special needs. b. The influence of other people who are considered as important people, in this case the parents keep the main role as inclusive education sources; c. Mass media, students get the information from mass media 4) The factors underlying the negative attitude of students towards inclusive education are: a. Personal experiences of students who have not got information about the inclusive education, have no family/neighbours with special needs and have educational bacground in regular schools. b. students with emotional barriers show unexpected attitude towards inclusive education. 5) An intervention by showing a short movie to the students has increased the scores to be more positive


(6)

i

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Hal

Halaman Pernyataan ……….. i

Kata Pengantar ……….. ii

Ucapan Terima Kasih ……….. iii

Abstrak ……….. v

Daftar Tabel ……….. x

Daftar Gambar ……….. xi

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... 1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ……….. 5

D. Manfaat Penelitian ……….. 6

E. Definisi Konsep ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….. 9

A. Konsep Sikap ……….. 9

1. Pengertian Sikap ……….. 9

2. Struktur Sikap ……….. 10

3. Ciri Sikap ... 12

4. Faktor-Faktor Pembentuk Sikap ……….. 13

5. Pengukuran Sikap ……….. 16

6. Perubahan Sikap ……….. 19

B. Konsep Pendidikan Inklusif ……….. 20

1. Pengertian Pendidikan Inklusif ……….. 20

2. Sejarah Pendidikan Inklusif ... 21

3. Landasan Pendidikan Inklusif ……….. 22

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Inklusif ………... 24


(7)

ii

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Sikap Siswa SMAterhadap Pendidikan Inklusif... 26

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 32

A. Lokasi Populasi dan Sampel Penelitian ...………... 32

B. Desain Penelitian ………... 37

C. Metode Pengumpulan ………... 38

D. Variabel Penelitian ...……….. 38

E. Instrumen Penelitian ……….. 39

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

H. Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …….. 45

A. Hasil Penelitian ……….. 45

1. Sikap Siswa SMA reguler/Non-ABK terhadap Pendidikan Inklusif ………... 45

2. Sikap siswa SMA yang Berkebutuhan Khusus terhadap Pendidikan Inklusif ………... 45

3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa SMA Bersikap Positif terhadap Pendidikan Inklusif ... 47

4. Faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa SMA Bersikap Negatif terhadap Pendidikan Inklusif ... 57

5. Intervensi Pemutaran film dapat merubah sikap negatif siswa SMA terhadap Pendidikan inklusif ... 59

B. Pembahasan ……….. 61

1. Sikap Siswa SMA reguler/Non-ABK terhadap Pendidikan Inklusif ………... 61

2. Sikap siswa SMA yang Berkebutuhan Khusus terhadap Pendidikan Inklusif ………... 62

3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa SMA Bersikap Positif terhadap Pendidikan Inklusif ... 62


(8)

iii

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa SMA

Bersikap Negatif terhadap Pendidikan Inklusif ... 64

6. Intervensi Pemutaran film dapat merubah sikap Negatif siswa SMA terhadap Pendidikan inklusif... 65

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 68

A. Kesimpulan ……….. 68

B. Rekomendasi ……….. 69

DAFTAR PUSTAKA ……….. 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….. 74

1. Kisi-kisi instrument skala sikap ... 74

2. Instrumen skala sikap siswa SMA terhadap pendidikan inklusif .. 77

3. Pernyataan judgement ... 82

4. Hasil Validitas instrumen penelitian ... 88

5. Hasil Reliabilitas instrumen penelitian ... 90

6. Hasil Pengolahan data ... 92

7. Surat keputusan pembimbing ... 108

8. Surat pernyataan telah melakukan penelitian ... 110


(9)

iv

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Populasi Kabupaten dan Kota penyelenggara Pendidikan

Inklusif di Provinsi Jawa Barat …………... 33

3.2 Sampel Penelitian Kabupaten dan Kota penyelenggara pendidikan iklusif di Provinsi Jawa Barat .... 33

3.3 Penyebaran Kelas Siswa Berkebutuhan Khusus dan Siswa Reguler ... 34

3.4 Jadwal, tempat dan jumlah responden Penelitian ... 36

3.5 Penyebaran item obyek sikap instrumen penelitian ... 40

3.6 Penyebaran item pernyataan menurut komponen sikap ... 40

3.7 Skor arah Pernyataan positif dan negatif ... 43

3.8 Penyebaran pernyataan positif dan negatif ... 43

4.1 Rekapitulasi penyebaran latar belakang 641 siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif ... 47


(10)

v

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Langkah-langkah perubahan sikap menurut Hovland Janis &


(11)

1

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan inklusif merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti anak dengan hambatan penglihatan, anak dengan gangguan pendengaran, anak autis dan lain sebagainya untuk dapat belajar bersama-sama di kelas reguler tanpa memandang perbedaan yang ada pada mereka.

Keragaman siswa di sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif dapat menjadi sumber bagi siswa reguler maupun siswa yang berkebutuhan khusus untuk belajar saling mengenal, memahami, dan bersosialisasi. Sekolah dapat dijadikan sebagai model keragaman hidup layaknya realita kehidupan.

Pendidikan untuk semua (Education for All) sebagai salah satu tujuan pendidikan inklusif akan tercapai bila didukung oleh sekolah yang mampu menyelenggarakan pendidikan inklusif secara efektif dan efisien, dalam arti dapat melayani kebutuhan pendidikan siswa sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah hendaknya berupaya untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan inklusif di sekolah secara optimal.

Siswa sebagai fokus pembelajaran dalam layanan pendidikan inklusif dapat mengembangkan dimensi kemanusiaannya (keindividuannya, kesosialannya, kesusilaanya dan keberagamannya) menjadi manusia seutuhnya. Keberagaman siswa dapat juga menjadi


(12)

2

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber dukungan dalam keberhasilan penyelenggaraan pendidikan inklusif, hal ini dapat terlihat dari dinamika hubungan personal siswa, baik itu antar siswa reguler, antar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau antara ABK dan siswa reguler. Bagaimana penerimaan dan pemahamaan siswa reguler terhadap ABK yang ada di sekolahnya, Bagaimana kenyamanan ABK bersekolah? Apakah sering terjadi konflik di antara mereka?

Sikap siswa, baik siswa yang reguler maupun sikap ABK di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif harus menjadi perhatian khusus bagi guru, karena merupakan salah satu faktor pendukung atau penghambat keberhasilan pendidikan inklusif.

Tarsidi (2008) menyebutkan beberapa faktor pendukung keberhasilan pendidikan inklusif, yaitu:

(1) sikap positif dan keyakinan dari semua pihak akan keberhasilan pendidikan inklusif; 2) tersedianya program untuk memenuhi kebutuhan spesifik siswa; 3) tersedianya peralatan khusus dan teknologi asistif untuk mengakses program umum; 4) lingkungan fisik yang diadaptasikan sehingga lebih aksesibel bagi siswa penyandang cacat; 5) tersedianya dukungan sistem, seperti jumlah personel yang cukup, pengembangan staff, kebijakan asesmen, dan evaluasi; 6) kolaborasi guru umum, guru pembimbing khusus, dan spesialis lain; 7) metode pengajaran yang adaptif, kolaboratif, dan koperatif; 8) adanya dukungan masyarakat, termasuk dukungan penyandang cacat.

Beberapa simpulan hasil penelitian Herlina (2010:147) Sikap Guru Sekolah Dasar Terhadap Penyelenggaraan Sekolah Inklusif,antara lain: (1) Guru-guru SD di Kab. Kuninggan Jabar memiliki sikap yang cukup positif terhadap penyelenggaraan sekolah inklusif, baik dalam sikap secara umum, dalam komponen kognitif, afektif maupun konatif (2) jenis


(13)

3

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah, pelatihan pendidikan inklusif dan jumlah siswa di kelas berpengaruh secara signifikan, tetapi latar belakang pendidikan guru dan pengalaman menangani ABK tidak berpengaruh secara signnifikan terhadap sikap guru SD di kabupaten Kuningan Jabar tentang penyelenggaraan sekolah inklusif (3) secara umum SLB dipilih oleh sebagian besar guru SD di Kab, Kuningan Jabar sebagai tempat mendidik ABK, secara khusus SLB lebih dipilih sebagai tempat mendidik ABK yang tergolong tingkat sedang sampai berat atau kebutuhan khusus yang tidak secara langsung berkaitan dengan masalah akademik, sedangkan SD umum lebih dipilih sebagai tempat mendidik anak-anak dengan kebutuhan khusus yang tergolong ringan, yang berkaitan langsung dengan masalah akademik, atau memiliki bakat intelektuan dan bakat khusus lainnya.

Hutagalung (2010:165), dalam penelitiannya: Sikap Masyarakat Pendidikan Dasar terhadap Tunanetra Yang mengikuti pendidikan Inklusif, menunjukkan sikap negatif masyarakat pendidikan dasar tentang pendidikn inklusif. Sikap negatif ini terjadi karena belum adanya pemahaman.

Hasil seminar Agra disimpulkan bahwa sikap merupakan satu hal yang dapat menghambat implementasi pendidikan inklusif, seperti disebutkan berikut:

Pendidikan inklusif tidak terhambat oleh banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas. Pendidikan inklusif tidak perlu terhambat oleh kurangnya sumber daya materi. Hambatan sikap jauh lebih besar daripada hambatan ekonomi terhadap implementasi pendidikan inklusif. (Stubbs, 2002:31)


(14)

4

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian pada jenjang pendidikan dasar telah dilakukan dimana guru dan kepala sekolah menjadi sumber data penelitian yang berkaitan dengan pendidikan inklusif. Belum dilaksanakannya penelitian terhadap siswa secara khusus tentang sikapnya terhadap pendidikan inklusif.

Pemahaman siswa dan sikap positifnya dapat memberikan kontribusi besar dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, sehingga pendidikan untuk semua benar-benar dapat terwujud karena siswa sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan telah memahami dan mampu bersikap terhadap implementasi pendidikan inklusif.

Sikap tidaklah merupakan sistem fisiologis ataupun diturunkan, tetapi diungkapakan bahwa sikap dipandang sebagai hasil belajar diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus terhadap lingkungannya ( Mar’at, 1982:20). Untuk itu dalam kaitannya dengan sikap siswa SMA terhadap pendidikan inklusif perlu menjadi perhatian, bagaimana memberikan pengalaman kepada siswa agar sikapnya yang positif terhadap pendidikan inklusif terbentuk.

Pengalaman mengenal siswa lain yang berkebutuhan khusus akan menyadarkanya tentang keberagaman, memahami kelemahan dan kelebihan orang lain, mengasah rasa empati. Selain itu dapat memahami kelebihan dan kelemahan diri sendiri, lebih bersyukur karena mungkin lebih beruntung dibandingkan teman lainnya (siswa yang berkebutuhan khusus).

Sikap menerima keberagaman dimungkinkan akan menekan tingkat konflik antar siswa, mengurangi perkelahian antar pelajar atau tawuran antar sekolah. Untuk itu perlu terus dikenalkan kepada siswa pendidikan inklusif.

Perlu diketahui kondisi real sikap siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif. Siswa SMA sebagai generasi menjelang dewasa


(15)

5

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlu memahami sikap yang lebih menerima akan keberagaman. sikap yang positif siswa terhadap pendidikan inklusif dapat menjadi kontribusi mencapai sekolah/pendidikan yang inklusif bahkan masyarakat yang inklusif.

Berdasarkan pemikiran di atas yang menjadi latar belakang peneliti untuk meneliti lebih mendalam mengenai Sikap dan latar belakang siswa SMA bersikap terhadap Pendidikan Inklusif.

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH 1. Identifikasi Masalah

Fokus pembelajaran adalah siswa, untuk itu perlu dipahami siswa beserta latar belakangnya dalam menilai dan memandang pendidikan inklusif dalam hal ini sekolah penyelenggara pendidiakn inklusif. Sikap dan pendapat siswa tentang pendidikan inklusif dapat menjadi masukan bagi sekolah untuk lebih menjadikan sekolah lebih bermutu, karena siswa lebih memahami keinginan dan kebutuhannya dalan pendidikan.

2. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah penelitian ini disusun dalam pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah sikap siswa SMA reguler/non-ABK terhadap pendidikan inklusif?

b. Bagaimanakah sikap siswa SMA yang berkebutuhan khusus terhadap pendidikan inklusif?

c. Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi siswa SMA bersikap positif terhadap pendidikan inklusif?


(16)

6

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi siswa SMA bersikap negatif terhadap pendidikan inklusif?

e. Apakah Intervensi pemutaran film pendek dapat merubah sikap negatif siswa SMA terhadap pendidikan inklusif?

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap siswa SMA terhadap pendidikan inklusif di Propinsi Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus

Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang:

a. Sikap siswa SMA Non- ABK terhadap pendidikan inklusif.

b. Sikap siswa SMA yang Berkebutuhan Khusus terhadap pendidikan inklusif.

c. Latar belakang siswa SMA bersikap positif terhadap pendidikan inklusif

d. Latar belakang siswa SMA bersikap negatif terhadap pendidikan inklusif.

e. Intervensi pemutaran film pendek dapat mengubah sikap negatif siswa SMA terhadap pendidikan inklusif

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini, secara umum diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan serta bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan sikap siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif. Adapun secara khusus manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:


(17)

7

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Sebagai bahan masukan bagi peneliti bagaimana gambaran sikap siswa SMA terhadap pendidikan inklusif.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk memperoleh gambaran sikap siswa SMA terhadap pendidikan inklusif.ditinjau dari latar belakang siswa.

3. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dan guru untuk dapat memperoleh gambaran sebenarnya tentang sikap siswa SMA terhadap pendidikan inklusif.

4. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dan guru untuk memberikan layanan pendidikan yang lebih baik kepada siswa.

E. DEFINISI KONSEP

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap siswa terhadap pendidikan inklusif. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diperjelas batasan konsep unsur-unsur yang diteliti. Ada beberapa definisi yang dapat disampaikan, yaitu:

1. Sikap

Sikap adalah suatu keadaan dan kesiapan seseorang yang masih tertutup untuk bereaksi atau merespon terhadap suatu stimulus atau objek (Mar’at, 1982:10). Yang dimaksud dengan sikap dalam penelitian ini adalah sikap positif (mendukung) dan sikap negatif (tidak mendukung) dari siswa SMA terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif.


(18)

8

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Siswa SMA

Siswa SMA adalah peserta didik pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk SeSisakolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan atau bentuk lain sederajat yang menyelenggarakan pendidiakn inklusif. Siswa di sekolah tersebut terdiri dari Siswa reguler/Tidak berkebutuhan Khusus dan Siswa yang berkebutuhan khusus.

Siswa yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dialami oleh masing- masing anak.(ABK: Anak Berkebutuhan Khusus). ABK yang dimaksud didalam penelitian ini adalah peserta didik yang berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, yang terdiri dari Anak Tunarungu, Anak Autis, Anak Tunanetra, Anak Tunadaksa dan lain-lain.

Sedangkan Siswa reguler adalah siswa yang tidak termasuk kedalam kategori siswa yang berkebutuhan Khusus.

3. Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif adalah system penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu


(19)

9

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya (Permendiknas nomor 70 tahun 2009 pasal satu). Pendidikan inklusif berarti bahwa sekolah harus mengakomodasi semua anak, tanpa kecuali ada perbedaan fisik, intelektual, sosial, emosional, bahasa atau kondisi lain, termasuk penyandang cacat dan anak berbakat, anak jalanan, anak yang bekerja, anak dari etnis budaya, bahasa, minoritas, dan kelompok anak-anak yang tidak beruntung dan terpinggirkan. Inilah yang dimaksud dengan one school for all (UNESCO, 1994 - dalam Alimin, 2008:7).


(20)

32

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2013 di wilayah Propinsi Jawa Barat.

2. Populasi

Menurut Sugiyono (2012: 80) “Popolasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa SMA sekolah inklusif se Jawa Barat.

Menurut informasi SK Penetapan Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklsusif Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat tahun 2012 dari 18 Kabupaten dan 9 Kota ada 10 kabupaten dan 5 kota yang menyelenggarakan pendidikan inklsusif di tingkat SMA,. Setelah menghubungi SMA penyelenggara inklusif maka didapatkan informasi walaupun sekolah tersebut terdaftar sebagai sekolah inklusif tetapi ternyata pada tahun 2013 tidak menyelenggarakan pendidikan inklusif ini hanya 8 kabupaten dan 5 kota saja yang menyelenggarakan pendidikan inkusif untuk tingkat SMA. (dapat dilihat di tabel berikut):


(21)

33

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1 Tabel Populasi

Kabupaten dan Kota yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di Provinsi Jawa Barat

8 kabupaten 5 Kota

1. Kabupaten Bandung 2. Kabupaten Bekasi 3. Kabupaten Bogor 4. Kabupaten Garut 5. Kabupaten Indramayu 6. Kabupaten Kuningan 7. Kabupaten Sukabumi 8. Kabupaten

Tasikmalaya

1. Kota Bandung 2. Kota Bekasi 3. Kota Cimahi 4. Kota Depok 5. Kota Sukabumi

3. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Karena populasi penelitian ini cukup luas meliputi SMA penyelenggara Pendidikan Inklusif di Propinsi Jawa Barat yang meliputi 8 Kabupaten dan 5 kota, maka peneliti menggunakan Teknik Cluster Random Sampling, teknik sampling daerah ini digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah yang menyelenggarakan SMA inklusif (50%) yaitu 4 Kabupaten dan 3 Kota dan tahap berikutnya menentukan kelas yang ada siswa Berkebutuhan Khusus sekolah di 4 kabupaten dan 3 kota itu secara sampling juga. Sampel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Sampel Penelitian Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat


(22)

34

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Kabupaten Bandung

(2/3 sekolah):

a. SMA BPPI Bale Endah

b. SMK 2 Baleendah 2. Kabupaten Garut (1

SMA)

SMA N 1 Garut 3. Kabupaten Sukabumi

(1 SMA)

SMA N 1 Cisaat 4. Kabupaten

Tasikmalaya (1 SMA) SMA Muhammadiyah Singaparna.

1. Kota Bandung (4/8 SMA)

a. SMAN 4 Bandung b. SMAN 6 Bandung c. MAN Cijerah d. SMA PGII Bandung 2. Kota Cimahi (2/3 SMA)

a. SMA

Muhammadiyah Cimahi

b. SMA Pasundan Cimahi

3. Kota Sukabumi (1 SMA)

SMA N 1 Sukabumi

Untuk menentukan sampel siswa diambil berdasarkan kelas yang terdapat siswa Berkebutuhan Khusus. Berikut adalah Tabel Penyebaran Siswa Berkebutuhan Khusus

Tabel 3.3

Penyebaran Kelas Siswa Berkebutuhan Khusus dan Siswa Reguler

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

Kelas ABK Non ABK

1 SMA

Muhammadiyah 1 Cimahi

93 X 1(TR) 30

XI 1 (autis 29 1 (TR) XII 1 (SL) 9

4 68

jumlah 72 2. MAN 1 Kota

Bandung

958 XII 2 (TN) 12


(23)

35

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. SMAN 4 Kota

Bandung

1213 X6 1

(autis) 35 X7 2 (SL) 28 X8 3 (SL) 33 XI

IPS1

4 (HE) 21

10 117

Jumlah 127 4. SMA Pasundan

1 Cimahi

381 XI

IPA1 1 (autis}

23 XI IPS

1

1 (SL) 1 (TR) 22

3 45

jumlah 48 5. SMA N 6 Kota

Bandung

1082 X6 1 (TN) 27

XI IPA 5

1 (TR) 35

2 62

jumlah 64

6. SMA BPPI

Baleendah Kabupaten Bandung

368 X1 1(SL) 32

jumlah 33

7. SMK 2

Baleendah Kabupaten Bandung

1117 XI tata boga

1 (SL) 29

Jumlah 30 8. SMA

Muhammadiyah Singaparna Kab.

Tasikmalaya

285 X3 1(TD)

1 (SL) 19

2 19

Jumlah 21 9. SMA N 1 Kab.

Garut

1145 XI CI 19

jumlah 19 10 SMA N 1 Kota

Sukabumi

1533 XI

IPA 8

1 (SL) 6 CI XI 13


(24)

36

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BI OR

X11 BI SN

22

69 6

Jumah 75

11. SMA N 1

Cisaat Kab. Sukabumi

740 XD 3 (SL) 32

XG 1 (TD)

3 (SL) 30 XI

IPS1

2 (SL) 21 XI

IPA 3

3 (SL) 24

12 107

jumlah 119 12 SMA PGII 2

Kota Bandung

165 X1 1

(autis) 26 jumlah 27

Ket:

TN : Tuna Netra TD : Tuna Daksa

TR : Tuna Rungu HE : Hambatan Emosional CI : Cerdas Istimewa SL : Slow Learner

BI OR : Bakat Istimewa Olah raga BI SN : Bakat Istimewa Kesenian

Setelah menentukan jumlah siswa sebagai responden. jadwal pelaksanaan dan jumlah responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4

Jadwal, tempat dan jumlah responden pelaksanaan penelitian


(25)

37

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Waktu Tempat Jumlah

Responden 1. 04 Mei, 01

Juni, 07 Juni, 15 Juni 2013

SMA

Muhammadiyah 1 Cimahi

72 orang

2. 07 Mei 2013 MAN 1 Kota Bandung

14 orang 3. 07 Mei 2013 SMAN 4 Kota

Bandung

127 orang 4. 08 Mei 2003 SMA Pasundan 1

Cimahi

48 orang (1) 5. 15 Mei 2013 SMA N 6 Kota

Bandung

64 orang (3)

6. 17 Mei 2013 SMA BPPI

Baleendah Kabupaten Bandung

33 orang

7. 18 Mei 2013 SMK 2

Baleendah Kabupaten Bandung

30 orang

8. 20 Mei 2013 SMA

Muhammadiyah Singaparna Kab. Tasikmalaya

21 orang

9. 20 Mei 2013 SMA N 1 Kab. Garut

19 orang 10. 23 Mei 2013 SMA N 1 Kota

Sukabumi

75 orang (1) 11. 23 Mei 2013 SMA N 1 Cisaat

Kab. Sukabumi

119 orang (3)

12. 24 Mei 2013 SMA PGII 2 Kota Bandung

27 orang

Jumlah 649 (8)

Keterangan: Jumlah responden (..) adalah responden yang tidak mengisi lengkap angket. Maka jumlah responden yang memenuhi kualifikasi ada 641 responden.


(26)

38

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap:

a. Tahap Kesatu untuk memperoleh gambaran sikap siswa (Siswa reguler/Non-ABK dan siswa Berkebutuhan Khusus) terhadap pendidikan inklusif dengan mengunakan angket skala sikap, juga mendapatkan faktor-faktor yang melatar belakangi siswa bersikap positif atau negatif. Untuk menjawab pertanyaan penelitian no 1 sampai dengan 4. b. Tahap Kedua, untuk mengetahui perubahan sikap sebelum

pemutaran dan setelah pemutaran film tentang pendidikan inklusif. Tahap kedua dilakukan kepada siswa di sekolah Muhamaddyah Cimahi.

Alasan menggunakan film:

a. Media film adalah media yang lengkap untuk menyampaikan informasi, film mengandung unsur audio dan visual.

b. Siswa diberikan informasi tanpa merasa digurui (diberi ceramah)

c. Setelah diputarkan film tentang pendidikan inklusif sebanyak tiga film dalam waktu yang berbeda. Siswa kembali mengisi angket skala sikap. Kemudian dibandingkan perolehan sikap sebeum dan sesudah pemutaran film.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bermaksud untuk membuat gambaran deskriptif, fakta, kejadian atau hal khusus yang terjadi di lapangan secara sistematik, faktual dan akurat tentang sikap siswa terhadap pendidikan inklusif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.


(27)

39

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Atau lebih tepat lagi penelitian ini menggunakan metode statistik. (Sukmadinata 2005: 54)

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap siswa terhadap pendidikan inklusif. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diperjelas batasan konsep unsur-unsur yang diteliti.

Ada beberapa variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Sikap siswa terhadap pendidikan inklusif.

Sikap secara sederhana dapat didefinisikan sebagai ekspresi tentang bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap beberapa hal. Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. (Petty, cocopio, 1986 dalam Azwar S., 1995 : 6). Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Berkowitz, 1972 dalam Azwar S, 1995:5). Sikap disini adalah penilaian siswa terhadap pendidikan inklusif. 2. Latar belakang siswa, yang terdiri dari: Jenis kelamin, Usia,

Informasi mengenai ABK dan Pendidikan Inklusif, Sumber informasi ABK dan Pendidikan Inklusif, Riwayat Pendidikan Siswa SD dan SMP, Pendidikan orang Tua, Pekerjaan Orang tua, tingkat/status sosial ekonomi orang tua, Suasana emosional


(28)

40

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah , Keinginan Masuk Sendiri di sekolah, Minat, Memiliki tetangga/keluarga ABK.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian yang digunakan adalah angket skala sikap yang terdiri dari: informasi latar belakang siswa, dan daftar pernyataan yang terdiri penilaian siswa terhadap penerimaan antar siswa, guru dan KBM, aksesisibilitas dan keterlibatan orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Untuk lenkapnya dapat dilihat di lampiran skala sikap.

Penyebaran item pernyataan berdasarkan variabel pendidikan inklusif dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Penyebaran item obyek sikap instrumen penelitian

No Variabel/aspek No pernyataan Jumlah

1. Penerimaan 1,3,4,6,7,8,9,10,11,12,13,15, 16,17,18,19,20,22

18 2. Aksesibilitas 2,5,14,21,23,24,25,26,

27,28,29,44,45.

13 3. Guru dan

KBM

30,31,32,33,34,35,36,37, 38,39,40,41,42,43

14 4. Keterlibatan

Orang Tua

46,47,48,49,50,51,52 7


(29)

41

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6

Penyebaran item pernyataan menurut komponen sikap

No Aspek

sikap

No Pernyataan Jumlah

1. Kognisi 2,10,14,17,21,25,26,27,28, 38,41,42,43,44,45,46,47,48

18

2. Afeksi 1,3,4,6,7,8,9,11,18.20,22,29, 30,31,36,39,49,51.

18 3. Konasi 5,12,13,15,16,19,23,24,32,33,

34,35,37,40,48,50,52

16

Jumlah 52

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Judgement expert

Judgement para ahli diperlukan untuk menilai kelayakan instrumen penelitian sebelum digunakan. Proses ini dilakukan oleh 3 orang dosen jurusan Pendidikan Kebutuhan Khusus yang memiliki latar belakang pengetahuan bidang Bimbingan dan Konseling.

2. Validitas

Pengujian Validitas instrumen Arikunto (1995:63) dalam Riduan (2004: 137) menjelaskan bahwa instrumen dikatakan valid jika suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan suatu alat ukur dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Ketepatan). Adapun cara untuk menentukan validitas instrumen yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item


(30)

42

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen dengan menggunakan rumun Pearson Product Moment (dalam Riduan, 2004: 98) adalah :

Menghitung nilai r tiap item

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus

Membuat keputusan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan kaidah keputusan jika t hitung> t tabel berarti valid

Dari hasil perhitungan semua item dinyatakan Valid.

3. Reliabilitas

Adapun langkah-langkanya adalah sebagai berikut: a) Menghitung total skor

b) Menghitung korelasi product moment

c) Menghitung realibilitas seluruh tes dengan rumus Spearman Brown

d) Mencari r tabel

e) Membuat keputusan dengan membandingkan r hitung dan r tabel dengan kaidah keputusan jika r hitung>r tabel berarti reliabel

Dari hasil perhitungan semua item dinyatakan Reliabel


(31)

43

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan menggunakan skala sikap.

Azwar (2011: 95) menjelaskan bahwa:

skala sikap ( attitude scales) merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu obyek. Dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu/responden. Dari jawaban responden tersebut kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen penelitian mengenai sikap siswa terhadap pendidikan inklusif. Dengan menggunakan sistem skala sikap model Likert. Skala ini berisikan seperangkat pernyataan yang menggambarkan subyek sikap. Pernyataan yang disampaikan kepada responden terbagi menjadi dua bagian subyek sikap, yaitu pernyataan yang memiliki arah positif/mendukung dan pernyatan yang memiliki arah negatif/tidak mendukung.

Untuk pengolahan data, maka setiap jawaban yang diberikan oleh responden akan diberi skor, dengan sistem penilaian skala lima . untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel skor arah pernyataan negatif dan positif, dan tabel penyebaran pernyataan negatif dan positif dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 3.7

Skor Arah Pernyataan Positif dan Negatif No Arah

Pernyataan

SS S R TS STS

1. Positif/ Mendukung


(32)

44

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Negatif/tidak

mendukung

0 1 2 3 4

Keterangan:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

R : Ragu-ragu

TS ; Tidak Setuju STS : Sangat Tidak setuju

Tabel 3.8

Penyebaran Pernyataan Positif dan negatif

No Pernyataan No Pernyataan Jumlah

1. Positif 2,4,5,10,11,13,14,19,21,22, 23,24,25,26, 27,28,32,33, 34,37,38,41,42,43,44,45,46, 47,48,50,52

31

2. Negatif 1,3,6,7,8,9,12,15,16,17,18, 20,29,30,31,35,36,39, 40,49,51

21

Jumlah 52

H. Analisis Data

Teknik pengolahan data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memberi kode dan skor pada insrumen yang telah dikembalikan 2. Menentukan skala penilaian terhadap jawaban yang diberikan

responden pada instrumen berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.


(33)

45

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Skor yang diperoleh tiap responden dijumlahkan, setelah itu

jumlah skor tersebut dibagi dengan banyaknya item pernyataan, kemudian hasil bagi tersebut dijumlahkan seluruhnya, lalu

hasilnya dibagi kembali dengan banyaknya responden. Atau dapat dilihat pada rumus berikut:

Xakhir ∑x : jumlah item pernyataan penelitian

∑item : jumlah rata-rata dari hasil bagi skor total dengan banyaknya item

∑X : Jumlah responden seluruhnya

∑n : nilai rata-rata akhir untuk menjawab pertanyaan penelitian

Xakhir : Jumlah skor total tiap responden

(Natawidjaya, 1997:29 dalam Aminawa; 2010 ) Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

0 s.d 0,49 = Sikap yang sangat buruk 0,5 s.d 1,49 = sikap yang buruk

1,5 s.d 2,49 = sikap yang kurang baik 2,50 s.d 3,49 = sikap yang baik

3,50 s.d 4,00 = silap yang sangat baik


(34)

68

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sikap siswa SMA reguler/non ABK terhadap pendidikan inklusif di Jawa Barat menunjukkan sikap yang baik dengan kecenderungan ke arah positif

2. Sikap siswa SMA Berkebutuhan Khusus terhadap pendidikan inklusif di Jawa Barat menunjukkan sikap yang baik dengan kecenderungan ke arah positif .

3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa bersikap positif terhadap pendidikan inklusif adalah: (a). Pengalaman pribadi siswa yaitu siswa telah mendapatkan informasi ABK dan Pendidikan inklusif sebelumnya, siswa pernah bersekolah di SMP inlkusif dan siswa memiliki tetangga/keluarga yang berkebutuhan khusus; (b). Pengaruh orang lain yang dianggap penting, dalam hal ini orang tua menepati urutan utama sebagai sumber informasi pendidikan inklusif. (c). Media massa, banyak memberikan informasi siswa mengenai ABK dan Pendidikan Inklusi.

4. Faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa bersikap negatif terhadap pendidikan inklusif adalah: (a). Pengalaman pribadi siswa yang belum mendapatkan informasi mengenai ABK dan pendidikan inklusif sebelumnya, tidak memiliki keluarga/tetangga yang ABK dan riwayat pendidikan di sekolah reguler, sehingga memberikan


(35)

69

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemahaman yang kurang kepada siswa. (b), Jenis ABK dalam hal ini siswa dengan hambatan emosional menunjukkan sikap yang kurang baik terhadap pendidikan inklusif.

5. Intervensi yang dapat merubah sikap negatif siswa terhadap pendidikan inklusif dapat dilakukan berbagai cara. Salah satu cara intervensi adalah berupa pemutaran film pendek tentang pendidikan inklusif yang berisikan informasi dan contoh pelaksanaan pendidian inklusif.

Dengan pemutaran film pendek ada perubahan skor menjadi lebih positif. Hal ini ditunjukkan pada kecenderungan sikap ke arah positif yang meningkat setelah pemutaran film.

B. Rekomendasi

Dari kesimpulan diatas didapatkan bahwa sikap siswa terhadap pendidikan inklusif secara keseluruhan sudah baik, telah menunjukkan ke arah sikap positif. Namun ada beberapa hal yang kiranya dapat ditingkatkan untuk menuju arah sikap yang lebih positif. Untuk itu, peneliti menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Untuk Orang tua

Menjalin kerjasama dengan pihak sekolah mengikuti kegiatan perkumpulan orang tua untuk dapat memecahkan berbagai masalah yang mungkin timbul dan berbagi solusinya.

2. Untuk Guru

a. Guru aktif memberikan informasi baik kepada siswa ABK maupun Non-ABK mengenai ABK dan Pendidikan Inklusif


(36)

70

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Guru berusaha menciptakan sekolah yang menyenangkan, dan menemukan bersama siswa hal-hal apa yang dapat menciptakan suasana sekolah lebih menyenangkan.

3. Untuk Sekolah

Sosialisasi mengenai ABK dan Pendidikan khusus harus diadakan karena siswa banyak yang belum mengenal ABK dan pendidikan inklusif.

4. Peneliti lain:

a. Mencoba dan meneliti bentuk intervensi lain selain pemutaran film, yang mungkin akan memberikan perubahan sikap yang lebih positif terhadap Pendidikan Inklusif.

b. Meneliti lebih dalam untuk menemukan faktor-faktor lain yang melatar belakangi siswa bersikap positif ataupu negatif terhadap Pendidikan Inklusif.


(37)

71

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (1999). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan

Belajar.Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Alimin, Z. (2010). Menjangkau Anak-Anak Yang Terabaikan Melalui Pendekatan Inklusif Dalam Pendidika. [Online]. Tersedia : http://z-

alimin.blogspot.com/2010/03/menjangkau-anak-anak-yang-terabaikan.html [12 Februari 2013]

Aminawa, O. (2008). Sikap Kepala Sekolah dan Guru terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif terhadap Kepala Sekolah dan Guru SD di SD Reguler yang telah melaksanakn Pendidikan

Inklusif di Propinsi Jawa Barat). Tesis Magister pada SPs UPI:

tidak diterbitkan.

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2007) Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta : Depdiknas

Dyah S. (2008) Pengkajian Pendidikan inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. (Online). Tersedia: http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah undangan/DYAH%20S Pengkajian%20Pendidikan%inklusif,pdf (9 Januari 2009)

Herlina (2010). Sikap Guru Sekolah Dasar Terhadap Penyelenggaraan Sekolah Inklusif (Studi megenai pengaruh jenis sekolah, latar belaang pendidikan guru, pelatihan pendidikan inklusif, julh siswa di kelas dan pengalaman menangani anak berkebutuhan khusus terhadap sikap guru sekolah dasar di kab. Kuningan jabar

tentangg penyelenggara sekolah inklusif).Tesis Magister pada SPs UPI: tidak diterbitkan.


(38)

72

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hurlock, B.E (1978). Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi keenam, Jakarta: Erlangga.

Hurlock, B.E (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelimaa, Jakarta: Erlangga.

Hutagalung, L (2010). Sikap Masyarakat Pendidikan Dasar trhadap Tunanetra yang mengikuti Pendidikan Inklusif (Studi deskriptif tentaang sikap masyarakat pendidikan dasar terhadap tunanetra yang mengikuti Pendidikan Inklusif di 3 Kecamatan di kota medan) Tesis Magister pada SPs UPI: tidak diterbitkan.

Kementrian Pendidikan nasional. (2010). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional

Kurnaaedi, U (2006). Peranan Guru Pembimbing khusus di Sekolah Dasar Berbasis Inklusif (Penelitian Deskriptif tentang Peran Guru Pembimbing Khusus di Sekolah Dasar Berbasis Inklusif di Jawa Barat). Tesis pada prodi PKKh SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mar’at. (1986). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Galia

Rahayu-Ningsih, U. (2005). Psikologi Umum 2. [Online]. Tersedia :

nurul_q.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9095/bab1-sikap-1. [10 Februari 2013]

Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2005) Metode penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.


(39)

73

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skjөrten, M.D. (2003). Menuju Inklusi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar (terjemahan oleh Susi Septaviana Rakhmawati). Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Stubbs, S. (2002). Inclusive Education Where There Are Few Resources (terjemahan oleh Susi Septaviana R). (Online) Tersedia: http://www.eenet.org.uk/theory-practice/IE few resources Bahasa. pdf. (10 Januari 2007)

Smith-David, J. (2005). Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Nuansa.

Tarsidi, D. (2008 a). Hakikat Sikap. [Online]. Tersedia : http://d-tarsidi.blogspot.com/2008/05/hakikat-sikap.html [11 Februari 2013]

Tarsidi, D. (2008 b). Pembentukan Sikap. [Online]. Tersedia : http://d-tarsidi.blogspot.com/2008/06/pembentukan-sikap.html.[11 Februari 2013]

Tarsidi, D. (2008 c). Metode-Metode Pengukuran Sikap Dan

Permasalahannya. [Online]. Tersedia :

http://d- tarsidi.blogspot.com/2008/05/metode-metode-pengukuran-sikap-dan.html [11 Februari 2013]

Tarsidi, D. (2008 d). Perubahan Sikap. [Online]. Tersedia : http://d-tarsidi.blogspot.com/2008/06/perubahan-sikap.html [11 februari 2013]

Tarsidi, D. (2008 e). Bab 3 : Konsep-konsep Utama: Apakah Sesungguhnya Pendidikan Inklusif Itu? [Online]. Tersedia : http://d- tarsidi.blogspot.com/2008/06/pendidikan-inklusif-konsep-konsep-utama.html [11 Februari 2013]


(1)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sikap siswa SMA reguler/non ABK terhadap pendidikan inklusif di Jawa Barat menunjukkan sikap yang baik dengan kecenderungan ke arah positif

2. Sikap siswa SMA Berkebutuhan Khusus terhadap pendidikan inklusif di Jawa Barat menunjukkan sikap yang baik dengan kecenderungan ke arah positif .

3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa bersikap positif terhadap pendidikan inklusif adalah: (a). Pengalaman pribadi siswa yaitu siswa telah mendapatkan informasi ABK dan Pendidikan inklusif sebelumnya, siswa pernah bersekolah di SMP inlkusif dan siswa memiliki tetangga/keluarga yang berkebutuhan khusus; (b). Pengaruh orang lain yang dianggap penting, dalam hal ini orang tua menepati urutan utama sebagai sumber informasi pendidikan inklusif. (c). Media massa, banyak memberikan informasi siswa mengenai ABK dan Pendidikan Inklusi.

4. Faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa bersikap negatif terhadap pendidikan inklusif adalah: (a). Pengalaman pribadi siswa yang belum mendapatkan informasi mengenai ABK dan pendidikan inklusif sebelumnya, tidak memiliki keluarga/tetangga yang ABK dan riwayat pendidikan di sekolah reguler, sehingga memberikan


(2)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemahaman yang kurang kepada siswa. (b), Jenis ABK dalam hal ini siswa dengan hambatan emosional menunjukkan sikap yang kurang baik terhadap pendidikan inklusif.

5. Intervensi yang dapat merubah sikap negatif siswa terhadap pendidikan inklusif dapat dilakukan berbagai cara. Salah satu cara intervensi adalah berupa pemutaran film pendek tentang pendidikan inklusif yang berisikan informasi dan contoh pelaksanaan pendidian inklusif.

Dengan pemutaran film pendek ada perubahan skor menjadi lebih positif. Hal ini ditunjukkan pada kecenderungan sikap ke arah positif yang meningkat setelah pemutaran film.

B. Rekomendasi

Dari kesimpulan diatas didapatkan bahwa sikap siswa terhadap pendidikan inklusif secara keseluruhan sudah baik, telah menunjukkan ke arah sikap positif. Namun ada beberapa hal yang kiranya dapat ditingkatkan untuk menuju arah sikap yang lebih positif. Untuk itu, peneliti menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Untuk Orang tua

Menjalin kerjasama dengan pihak sekolah mengikuti kegiatan perkumpulan orang tua untuk dapat memecahkan berbagai masalah yang mungkin timbul dan berbagi solusinya.

2. Untuk Guru

a. Guru aktif memberikan informasi baik kepada siswa ABK maupun Non-ABK mengenai ABK dan Pendidikan Inklusif


(3)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Guru berusaha menciptakan sekolah yang menyenangkan, dan menemukan bersama siswa hal-hal apa yang dapat menciptakan suasana sekolah lebih menyenangkan.

3. Untuk Sekolah

Sosialisasi mengenai ABK dan Pendidikan khusus harus diadakan karena siswa banyak yang belum mengenal ABK dan pendidikan inklusif.

4. Peneliti lain:

a. Mencoba dan meneliti bentuk intervensi lain selain pemutaran film, yang mungkin akan memberikan perubahan sikap yang lebih positif terhadap Pendidikan Inklusif.

b. Meneliti lebih dalam untuk menemukan faktor-faktor lain yang melatar belakangi siswa bersikap positif ataupu negatif terhadap Pendidikan Inklusif.


(4)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (1999). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan

Belajar.Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Alimin, Z. (2010). Menjangkau Anak-Anak Yang Terabaikan Melalui Pendekatan Inklusif Dalam Pendidika. [Online]. Tersedia : http://z-

alimin.blogspot.com/2010/03/menjangkau-anak-anak-yang-terabaikan.html [12 Februari 2013]

Aminawa, O. (2008). Sikap Kepala Sekolah dan Guru terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif terhadap Kepala Sekolah dan Guru SD di SD Reguler yang telah melaksanakn Pendidikan Inklusif di Propinsi Jawa Barat). Tesis Magister pada SPs UPI: tidak diterbitkan.

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2007) Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta : Depdiknas

Dyah S. (2008) Pengkajian Pendidikan inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. (Online). Tersedia: http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah undangan/DYAH%20S Pengkajian%20Pendidikan%inklusif,pdf (9 Januari 2009)

Herlina (2010). Sikap Guru Sekolah Dasar Terhadap Penyelenggaraan Sekolah Inklusif (Studi megenai pengaruh jenis sekolah, latar belaang pendidikan guru, pelatihan pendidikan inklusif, julh siswa di kelas dan pengalaman menangani anak berkebutuhan khusus terhadap sikap guru sekolah dasar di kab. Kuningan jabar

tentangg penyelenggara sekolah inklusif).Tesis Magister pada SPs UPI: tidak diterbitkan.


(5)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hurlock, B.E (1978). Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi keenam, Jakarta: Erlangga.

Hurlock, B.E (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelimaa, Jakarta: Erlangga.

Hutagalung, L (2010). Sikap Masyarakat Pendidikan Dasar trhadap Tunanetra yang mengikuti Pendidikan Inklusif (Studi deskriptif tentaang sikap masyarakat pendidikan dasar terhadap tunanetra yang mengikuti Pendidikan Inklusif di 3 Kecamatan di kota medan) Tesis Magister pada SPs UPI: tidak diterbitkan.

Kementrian Pendidikan nasional. (2010). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional

Kurnaaedi, U (2006). Peranan Guru Pembimbing khusus di Sekolah Dasar Berbasis Inklusif (Penelitian Deskriptif tentang Peran Guru Pembimbing Khusus di Sekolah Dasar Berbasis Inklusif di Jawa Barat). Tesis pada prodi PKKh SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mar’at. (1986). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya.

Jakarta: Galia

Rahayu-Ningsih, U. (2005). Psikologi Umum 2. [Online]. Tersedia : nurul_q.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9095/bab1-sikap-1. [10 Februari 2013]

Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2005) Metode penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

Basuki Rahardjo, 2013

Sikap Siswa SMA Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Tentang Sikap Siswa Beserta Latar Belakangnya Terhadap Pendidikan Inklusif Di Jawa Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skjөrten, M.D. (2003). Menuju Inklusi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar (terjemahan oleh Susi Septaviana Rakhmawati). Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Stubbs, S. (2002). Inclusive Education Where There Are Few Resources

(terjemahan oleh Susi Septaviana R). (Online) Tersedia: http://www.eenet.org.uk/theory-practice/IE few resources Bahasa. pdf. (10 Januari 2007)

Smith-David, J. (2005). Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Nuansa.

Tarsidi, D. (2008 a). Hakikat Sikap. [Online]. Tersedia : http://d-tarsidi.blogspot.com/2008/05/hakikat-sikap.html [11 Februari 2013]

Tarsidi, D. (2008 b). Pembentukan Sikap. [Online]. Tersedia : http://d-tarsidi.blogspot.com/2008/06/pembentukan-sikap.html.[11 Februari 2013]

Tarsidi, D. (2008 c). Metode-Metode Pengukuran Sikap Dan

Permasalahannya. [Online]. Tersedia :

http://d- tarsidi.blogspot.com/2008/05/metode-metode-pengukuran-sikap-dan.html [11 Februari 2013]

Tarsidi, D. (2008 d). Perubahan Sikap. [Online]. Tersedia : http://d-tarsidi.blogspot.com/2008/06/perubahan-sikap.html [11 februari 2013]

Tarsidi, D. (2008 e). Bab 3 : Konsep-konsep Utama: Apakah Sesungguhnya Pendidikan Inklusif Itu? [Online]. Tersedia : http://d- tarsidi.blogspot.com/2008/06/pendidikan-inklusif-konsep-konsep-utama.html [11 Februari 2013]