Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Harapan 1 Medan tentang Dampak Rokok terhadap Kesehatan Paru Tahun 2012

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA HARAPAN 1 MEDAN TENTANG DAMPAK ROKOK TERHADAP

KESEHATAN PARU TAHUN 2012

Oleh :

LISA YUNITA MARNAS 090100016

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA HARAPAN 1 MEDAN TENTANG DAMPAK ROKOK TERHADAP

KESEHATAN PARU TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

LISA YUNITA MARNAS 090100016

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Harapan 1 Medan tentang Dampak Rokok terhadap Kesehatan Paru Tahun 2012

NAMA : LISA YUNITA MARNAS

NIM : 090100016

Pembimbing Penguji

(dr. Parluhutan Siagian,Sp.P) (dr. Datten Bangun, MSc, Sp.FK

NIP. 1963 0405 1989 121 001 NIP. 130349092

)

Penguji

(dr. Djohan, Sp.KK

NIP. 1969 1014 1998 031 001 )

Medan, 7 Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH NIP. 1954 0220 1980 111 001


(4)

ABSTRAK

Latar Belakang: berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan 2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi merokok pada usia 15-19 tahun. Peningkatan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai dampak rokok. Rokok merupakan zat adiktif yang mengandung sekitar 4000 zat kimia, dimana 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap kesehatan paru karena paru merupakan organ utama yang memiliki kontak langsung dengan asap rokok. Kanker paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), tuberkulosis paru, pneumonia,dan asma merupakan 5 penyakit paru utama yang menyebabkan kematian di dunia.

Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMA Harapan 1 Medan mengenai dampak rokok terhadap kesehatan paru.

Metode:desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yang bersifat deskriptif analitik dimana pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling. Data diperoleh dengan metode kuesioner.

Hasil: dari sampel sebanyak 286 orang, diperoleh deskripsi hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden terhadap kesehatan paru termasuk dalam kategori baik (245 orang; 85,7%) dan sikap responden termasuk dalam kategori baik juga (258 orang; 90,2%). Data tersebut kemudian dianalisis dengan uji Fisher dan didapatkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru (p 0,394 > p 0,05).

Kesimpulan: dari hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru dan dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat adanya hubungan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sikap seseorang akan dampak rokok terhadap kesehatan paru.


(5)

ABSTRACT

Background: based Socio Economic Survey of Statistics in 2001 and 2004 showed and increase in the prevalence of smoking at age 15-19 years. The increase is due to a lack of knowledge about cigarette impact. Cigarette is an addictive substance that contains around 4000 chemical compound, which 200 of it shows harmful effect on lung’s health, lung is an organ that is directly related to cigarette smoke. Lung cancer, COPD, Lung TB, Pneumonia, and asthma are known as worlds five death causes due to lung related disease.

Objective: to know if there is any correlation of knowledge and attitude of Harapan 1 Senior high school students to cigarettes impact on lung’s health.

Methods: this research uses Cross Sectional Study design and the data are processed with both descriptive and analysis study methods. Sampling technique uses in this study is Stratified Random Sampling technique. The data was taken by quetionnaire method.

Results: as much as 286 sample was obtained in this study and the result of the study showed both respondents knowledge and attitude about impact of cigarette to lung’s health was in good criteria with data description of 245 good response for knowledge (85,7%) and 258 good response for attitude (90,2%). Fisher test was done and has p value 0,0349 (>p 0,05), which shows no correlation between knowledge and attitude to cigarette impact on lung’s health.

Conclusion: this research concludes that there is no correlation between knowledge and attitude to cigarette impact on lung’s health and need another study to see whether there is any correlation between environmental factors to peoples attitude on cigarette impact to lung’s health.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Harapan 1 Medan tentang Dampak Rokok terhadap Kesehatan Paru Tahun 2012”. Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar berkat dukungan, bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; dr. Parluhutan Siagian, Sp.P, selaku Dosen Pembimbing; dr. Datten Bangun, MSc, Sp.FK, selaku Dosen Penguji I dan dr. Djohan, Sp.KK, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak arahan, masukan, dan dukungan moril kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta Drs. H. M. Nasir, M.Pd, dan Ibunda tercinta Hj. Marwati Nurdin S.Pd, dan seluruh keluarga atas curahan cinta, kasih sayang, dan tiada henti mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih kepada seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, terutama kepada dosen dan staf departemen IKK serta seluruh pegawai Medical Education Unit (MEU). Terima kasih kepada Bapak Drs. H. Sofyan Alwi, M.Hum, selaku kepala sekolah SMA Harapan 1 Medan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut. Terima kasih kepada teman satu dosen pembimbing, Sucy Eka Syahputri dan Tharani yang telah membantu, bekerja sama, dan mendukung penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Terima ksih kepada senior dan teman-teman penulis yang telah memberikan penulis banyak dukungan moral, ide, saran, kritik, dan perbaikan yang sangat bernilai dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, khususnya Mhd. Reza Fachri, Nidia Eva Marfitha, Chairunnisa Nasution, Suci Guntari, Syarifah Nadya, Henny Ratnasari, Citra Novilia, M. Allif


(7)

Maulana Lubis, dan teman-teman seangkatan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Untuk seluruh bantuan baik moril ataupun materil yang diberikan kepada penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT memberikan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2013 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR SINGKATAN... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1.Tujuan Umum... 3

1.3.2.Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Pengetahuan... 5

2.2. Sikap... 6

2.3. Rokok... 7

2.3.1. Definisi Rokok dan Merokok ... 7

2.3.2. Jenis rokok... 8

2.3.3. Kandungan Rokok... 9

2.3.4. Kategori dan Efek Bagi Perokok... 10

2.3.5. Klasifikasi Perokok... 12

2.4. Dampak Rokok terhadap Paru... 12

2.4.1. Kanker Paru... 14


(9)

2.4.3. Tuberkulosis... 17

2.4.4. Pneumonia... 18

2.4.5. Asma... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 20

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 20

3.2. Definisi Operasional... 20

3.2.1. Aspek Pengukuran... 21

3.2.1.1. Pengetahuan... 21

3.2.1.2. Sikap... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN... 24

4.1. Jenis Penelitian... 24

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 24

4.3.1. Populasi... 24

4.3.2. Sampel... 25

4.3.3. Besar Sampel... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data... 28

4.4.1. Data Primer... 28

4.4.2. Data Sekunder... 28

4.4.3. Uji Validitas... 28

4.4.4. Uji Reliabilitas... 28

4.5. Pengolahan dan Analisis Data... 30

4.5.1. Pengolahan Data... 30

4.5.2. Analisis Data... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31

5.1. Hasil Penelitian... 31

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 31

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 31

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur... 31


(10)

5.2. Hasil Analisis Data... 32

5.2.1.Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan Responden... 32

5.2.2.Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden... 33

5.2.2.1. Distribusi Kategori Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden... 33

5.2.3.Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Sikap Responden... 34

5.2.4.Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden... 35

5.2.4.1. Distribusi Kategori Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden... 35

5.2.5.Hubungan Antara Kategori Pengetahuan dan Kategori Sikap Responden... 36

5.3. Pembahasan... 37

5.3.1. Karakteristik Resoponden... 37

5.3.2. Pengetahuan... 37

5.3.3. Sikap... 39

5.3.4. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 43

6.1. Kesimpulan... 43

6.2. Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA... 45

LAMPIRAN DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Angket Pengetahuan... 22

Tabel 3.2. Skor Pertanyaan pada Angket Sikap... 23 Tabel 4.1. Rincian Jumlah Siswa SMA Harapan 1 Medan


(11)

(Populasi)... 24 Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam

Angket... 29 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin dan Umur... 32 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan

Responden... 32 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan

Responden... 33 Tabel 5.4. Distribusi Kategori Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik

Responden... 34 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Sikap

Responden... 34 Tabel 5.6. Distribusi Frkeuensi Kategori Sikap Responden... 35 Tabel 5.7. Distribusi Kategori Sikap Berdasarkan Karakteristik

Responden... 36 Tabel 5.8. Tabulasi Silang Kategori Pengetahuan dengan Kategori Sikap

Responden tentang Dampak Rokok terhadap Kesehatan Paru... 37

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR SINGKATAN

BBLR Berat Bayi Lahir Rendah

CO Carbon Monoxide

FK Fakultas Kedokteran

IAKMI Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

LM3 Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok


(13)

PAH Polycyclic Aromatic Hydrocarbons

PPOK Penyakit Paru Obstruksi Kronis

RF Rokok Filter

RNF Rokok Non Filter

SCLC Small Cell Lung Cancer

SKM Sigaret Kretek Mesin

SKT Sigaret Kretek Tangan

SMA Sekolah Menengah Atas

SPSS Statistic Product and Service Solution

WHO World Health Organization

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kuesioner penelitian

Lampiran 3 Lembar Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Output SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Lampiran 6 Surat Izin Survei Awal Penelitian


(14)

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Ethical Clearance

Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 10 Data Induk Penelitian

Lampiran 11 Hasil Output SPSS


(15)

ABSTRAK

Latar Belakang: berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan 2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi merokok pada usia 15-19 tahun. Peningkatan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai dampak rokok. Rokok merupakan zat adiktif yang mengandung sekitar 4000 zat kimia, dimana 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap kesehatan paru karena paru merupakan organ utama yang memiliki kontak langsung dengan asap rokok. Kanker paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), tuberkulosis paru, pneumonia,dan asma merupakan 5 penyakit paru utama yang menyebabkan kematian di dunia.

Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMA Harapan 1 Medan mengenai dampak rokok terhadap kesehatan paru.

Metode:desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yang bersifat deskriptif analitik dimana pengambilan sampel dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling. Data diperoleh dengan metode kuesioner.

Hasil: dari sampel sebanyak 286 orang, diperoleh deskripsi hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden terhadap kesehatan paru termasuk dalam kategori baik (245 orang; 85,7%) dan sikap responden termasuk dalam kategori baik juga (258 orang; 90,2%). Data tersebut kemudian dianalisis dengan uji Fisher dan didapatkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru (p 0,394 > p 0,05).

Kesimpulan: dari hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru dan dibutuhkan penelitian lanjutan untuk melihat adanya hubungan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sikap seseorang akan dampak rokok terhadap kesehatan paru.


(16)

ABSTRACT

Background: based Socio Economic Survey of Statistics in 2001 and 2004 showed and increase in the prevalence of smoking at age 15-19 years. The increase is due to a lack of knowledge about cigarette impact. Cigarette is an addictive substance that contains around 4000 chemical compound, which 200 of it shows harmful effect on lung’s health, lung is an organ that is directly related to cigarette smoke. Lung cancer, COPD, Lung TB, Pneumonia, and asthma are known as worlds five death causes due to lung related disease.

Objective: to know if there is any correlation of knowledge and attitude of Harapan 1 Senior high school students to cigarettes impact on lung’s health.

Methods: this research uses Cross Sectional Study design and the data are processed with both descriptive and analysis study methods. Sampling technique uses in this study is Stratified Random Sampling technique. The data was taken by quetionnaire method.

Results: as much as 286 sample was obtained in this study and the result of the study showed both respondents knowledge and attitude about impact of cigarette to lung’s health was in good criteria with data description of 245 good response for knowledge (85,7%) and 258 good response for attitude (90,2%). Fisher test was done and has p value 0,0349 (>p 0,05), which shows no correlation between knowledge and attitude to cigarette impact on lung’s health.

Conclusion: this research concludes that there is no correlation between knowledge and attitude to cigarette impact on lung’s health and need another study to see whether there is any correlation between environmental factors to peoples attitude on cigarette impact to lung’s health.


(17)

2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa SMA Harapan 1 Medan terhadap rokok.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMA Harapan 1 Medan tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu : 1. Bagi Pihak Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan salah satu mata ajaran di sekolah, khususnya tentang bahaya merokok terhadap kesehatan terutama bagi kesehatan paru.

2. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa mengenai bahaya rokok sehingga pemahaman akan keuntungan dan kerugian terhadap rokok semakin meningkat.

3. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui pengetahuan remaja tentang bahaya merokok terhadap kesehatan dan diharapkan dapat menjadi masukan yang berharga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi bahan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan mengacu pada faktor-faktor yang belum diteliti oleh peneliti.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Misalnya seseorang mengetahui apa itu rokok.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Misalnya seseorang dapat menjelaskan dan menginterpretasikan rokok secara benar. 3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Dimana subjek mampu menggunakan pengetahuannya akan rokok dalam kondisi yang sesungguhnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya


(19)

seseorang yang tahu dan paham akan bahaya asap rokok, maka ia akan menghindar dari asap tersebut untuk menjaga kesehatannya. 5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya seseorang mengaitkan efek-efek dari asap rokok dan kandungannya yang dapat menimbulkan penyakit seperti, kanker paru dan PPOK.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Sehingga subjek akan menanggapi rokok secara positif maupun negatif.

Pengukuran pengetahuan dapat kita lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tantang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Sejauh mana pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen menurut Azwar (2009) yaitu: 1. Komponen kognitif (cognitive)

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek.

Komponen afektif (affective)

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

2. Komponen konatif (conative)

Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri


(20)

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri atas 4 tingkatan, yaitu: 1. Menerima (reiciving)

2. Merespon (responding) 3. Menghargai (valuing)

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap dimulai dari subjek mau memerhatikan rokok sebagai stimulus yang diberikan, kemudian subjek akan merespon rokok. Selanjutnya subjek mulai tertarik terhadap rokok, biasanya subjek mulai berbagi pendapat atau berdiskusikan akan rokok terhadap orang disekitarnya. Akhirnya subjek akan membuat pilihannya terhadap dengan segala risiko dari rokok tersebut. (Loren, 2009).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden. Sedangkan secara tidak langsung dapat ditanyakan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.

2.3. Rokok

2.3.1. Definisi Rokok dan Merokok

Menurut Peraturan Pemerintah RI (2003) dalam Purba (2009), rokok adalah hasil olahan tembakau termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Merokok menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas dimasyarakat (Kusuma, 2011).


(21)

2.3.2. Jenis Rokok

Menurut Purba (2009), rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini berdasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.

Rokok berdasarkan bahan pembungkus, yaitu :

1. : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung

2.

3.

4. : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi, yaitu :

1. Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun

tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2. Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan menyanyang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok berdasarkan proses pembuatannya, yaitu :

1. Sigaret Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.

2. Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin.

Rokok berdasarkan penggunaa

1. : rokok yang pada bagian pangkalnya

terdapat

2.


(22)

2.3.3. Kandungan Rokok

Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang rokok dibakar maka akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin,

gas karbon monooksida, nitogen oksida, hydrogen cyanide, ammonia,

acrolein,acetilen, benzadehyde, urethane, benzane, methanol, coumarin, 4-ethylcatechol, ortocresol, perylene dan lain-lain. Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas dan komponen padat atau partikel, sedangkan komponen padat atau partikel dibagi menjadi nikotin dan tar (Aditama, 2011).

Menurut Gondodiputro (2007) dalam Purba (2009) racun utama tembakau adalah tar, nikotin dan gas karbon monooksida.

1. Tar

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0,5-35 mg/batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru.

2. Nikotin

Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5-3 nanogram, dan semuanya diserap sehingga didalam cairan darah sekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1 ml-nya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamin yang bersifat karsinogenik. Pada paru-paru, nikotin menghambat aktivitas silia. Selain itu, nikotin juga memiliki efek adiktif dan psikoaktif. Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan fisik. Hal inilah yang menyebabkan mengapa sekali merokok susah untuk berhenti.

3. Karbon monooksida

Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang/ karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat


(23)

mencapai 3% - 6%, dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja, seseorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus tengah, sedangkan arus pinggir akan berada tetap diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, lebih kuat dibandingkan oksigen, sehingga setiap ada asap tembakau, disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO dan bukan oksigen. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan melakukan spasme, yaitu menciutkan pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung terus-menerus, maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana.

2.3.4. Kategori dan Efek Bagi Perokok Ada 2 kategori perokok yaitu :

1. Perokok aktif adalah seseorang yang secara aktif merokok.

2. Perokok pasif adalah seseorang yang sebenarnya tidak merokok, namun karena ada orang lain yang merokok di dekatnya, akhirnya ia pun terpaksa menghisap asap rokoknya. Risiko yang ditanggung oleh perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif karena daya tahan tubuh terhadap zat-zat berbahaya dari rokok lebih rendah.

Menurut Budiantoro (2009) dalam Loren (2009) dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, sebanyak 25% zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok (perokok aktif), sedangkan 75% nya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang disekelilingnya (perokok pasif). Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang


(24)

mengepul dari ujung rokok yang sedang tidak dihisap. Karena asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.

Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen, yaitu komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondenisasi menjadi pertikulat. Dengan demikian, asap rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel. Dilihat dari segi asap rokok, asap rokok dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, dan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh si perokok disebut sidestream smoke. Kedua asap tersebut mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif (Sitepoe, 2000 dalam Sumarna, 2009).

Menurut Rahmatullah (2009) beberapa penyakit yang yang berhubungan dengan merokok pasif atau berhubungan dengan paparan asap rokok lingkungan adalah:

1. Peningkatan infeksi paru dan telinga, serta eksaserbasi akut penyakit paru kronik,

2. Gangguan pertumbuhan paru pada anak,

3. Peningkatan risiko kematian pada anak (sudden infant death

syndrome, SISD),

4. Peningkatan kemungkinan penyakit kardiovaskular dan gangguan perilaku neurologis apabila si anak tumbuh menjadi dewasa,

5. Asap rokok lingkungan merupakan penyebab penyakit pada bukan perokok,

6. Paparan asap rokok lingkungan dapat memberikan beberapa efek iritasi akut, dan

7. Paparan asap rokok lingkungan pada orang dewasa bukan perokok dapat meningkatkan risiko untuk timbulnya kanker paru dan penyakit jantung iskemik.


(25)

Dengan demikian rokok tidak hanya menimbulkan dampak yang berbahaya bagi perokok aktif tetapi juga bagi perokok pasif karena terpaksa menghirup asap rokok.

i. Klasifikasi Perokok

Klasifikasi tipe perokok menurut Smet (1994) dalam Wijayanti (2009) adalah sebagai berikut :

1. Perokok berat yaitu apabila menghisap 15 batang rokok atau lebih dalam sehari.

2. Perokok sedang yaitu apabila menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.

3. Perokok ringan yaituapabila menghisap 1-4 batang rokok setiap hari. Menurut Atmoko, Faisal, Bobian, Adisworo, dan Yunus (2011) kebiasaan merokok dapat diklasifikasikan berdasarkan Indeks Brinkmann yang didapatkan berdasarkan jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari dikalikan jumlah tahun orang tersebut mengkonsumsi rokok. Dari Indeks Brinkmann

didapatkan 3 jenis kebiasaan merokok, yaitu : 1. Bukan perokok

2. Perokok ringan ( Indeks Brinkmann 1- 200 ) 3. Perokok sedang ( Indeks Brinkmann 201- 600 ) 4. Perokok berat ( Indeks Brinkmann> 601 )

2.4. Dampak Rokok terhadap Paru

Paru-paru merupakan suatu alat tubuh yang vital bagi kehidupan manusia. Fungsi paru-paru sebagai alat pernafasan dalam proses pertukaran antara oksigen dan karbondioksida. Pernapasan dimulai dari hidung atau mulut, faring, laring, trakea, paru, bronkus, bronkeolus, dan berakhir digelembung paru (alveolus ).

Paru seorang perokok merupakan suatu alat tubuh yang langsung berhubungan dengan asap rokok yang sering menimbulkan keluhan batuk serta dahak yang banyak. Saluran napas yang kecil menjadi meradang dan menyempit


(26)

dan menurunkan kemampuan paru untuk bernapas dengan baik (Aditama, 2011). Sehingga merokok dapat menyebabkan perubahan struktur, fungsi napas serta jaringan paru-paru.

Menurut Rahmatullah (2009) adanya aktivitas merokok berulang atau terjadinya paparan asap rokok kronis akan memberikan dampak pada paru berupa beberapa efek patofisiologis sebagai berikut:

1. Perubahan pada saluran napas sentral

Yang timbul adalah perubahan-perubahan histologis pada sel epitel bronkus: silia hilang (berkurang), hiperplasia kelenjar mukus, meningkatnya jumlah sel goblet. Peneliti lain melaporkan terjadinya transformasi struktur sel epitel bila aktivitas merokok terus-menerus, yaitu perubahan bentuk epitel yang semula pseudostratified ciliated epithelium berubah menjadi karsinoma bronkogenik invasif. Kekerapan dan intensitas kejadian perubahan tersebut tergantung pada jumlah rokok yang dikonsumsi tiap hari.

2. Perubahan pada saluran napas tepi

Perubahan morfologis terjadi pula pada saluran napas tepi. Pada perokok aktif kronis yang terjadi obstruksi kronik berat saluran napas, diketahui terjadi inflamasi, atrofi, metaplasia sel goblet, metaplasia skuamosa dan sumbatan lendir pada bronkiolus terminal dan bronkiolus respiratorius.

3. Perubahan pada alveoli dan kapiler

Pada perokok juga terjadi kerusakan jaringan peribronkiolar alveoli pada perokok yang mengalami emfisema paru. Selain perubahan pada alveoli, terjadi pula pengurangan jumlah kapiler perialveolar dan terdapat penebalan intima dan tunika media pada pembuluh darah ukuran kurang dari 200 µm.

4. Perubahan fungsi imunologis

Hasil penelitian para ahli tidak seragam, namun dapat diketahui bahwa pada perokok terdapat perubahan fungsi imunologis dan inflamasi. Misalnya ditemukan: jumlah leukosit darah tepi meningkat


(27)

(leukosit polimorfonuklear, limfosit T maupun eusinofil) dan beberapa kasus peningkatan IgE.

Adapun penyakit paru yang sering timbul akibat rokok secara langsung, yaitu kanker paru dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK). Sedangkan secara tidak langsung, yaitu asma, pneumonia, dan tuberkulosis. Hal ini diperkuat oleh laporan WHO dalam World Health Report(2000) menunjukkan bahwa 5 penyakit paru utama yang merupakan sebagian dari penyebab kematian di dunia, masing-masing adalah kanker paru, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), tuberkulosis paru, pneumonia, dan asma.

2.4.1. Kanker Paru

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok. Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Perokok pasif juga berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena risiko kanker paru 2-3 kali lipat (Amin, 2009 ).

Salah satu bahan di dalam rokok yang merupakan penyebab kanker paru adalah tar. Bila seseorang menghisap rokok dalam jangka lama, maka di dalam parunya akan terjadi perubahan akibat asap rokok. Proses kanker paru dimulai dengan apa yang disebut masa “prakanker”. Perubahan pertama yang terjadi pada masa ini disebut sebagai “metaplasia skuamosa” yang ditandai dengan perubahan bentuk sel epitel pada permukaan saluran napas dan rusaknya silia atau bulu getar yang ada pada permukaan saluran napas diparu. Bila rangsangan asap rokok berlangsung terus maka metaplasia skuamosa berubah menjadi displasia, karsinoma in situ dan akhirnya menjadi kanker paru (Aditama, 2011).


(28)

Menurut Rab (2010) secara histopatologi kanker paru dapat digolongkan menjadi 4 tipe, yakni karsinoma epidermoid (25%), karsinoma sel kecil (25%), adenokarsinoma (30%), dan karsinoma sel besar (15%). Sisanya merupakan tipe yang jarang didapat, yakni karsinoid bronkial, mukoepidermoid, dan karsinoma adenoskuamosa. Ada juga pembagian dengan cara lain yang terdiri atas :

1. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC), dikenal klasifikasi TMN, dimana T adalah tumor primer, N adalah metastasis kelenjar limfe, dan M adalah metastasis jauh.

2. Small Cell Lung Cancer (SCLC), yakni sebelum tumor primer dapat dideteksi metastasis telah terjadi pada kelenjar limfe (M mungkin lebih dahulu ditemukan daripada N). SCLC juga mempunyai tingkat pembelahan yang tinggi, sehingga relatif lebih sensitif terhadap tindakan radioterapi maupun sitotastik, akan tetapi tertutup kemungkinan untuk dilakukannya tindakan operasi.

Adapun gejala klinis yang terjadi disebabkan oleh : (1) tumor itu sendiri, yaitu batuk, nyeri dada dan hemoptisis, (2) obstruksi tumor pada bronkus, yakni mengi (wheezing), stridor, atelektasis, atau dipsneu, (3) pertumbuhan tumor ke pleura, (4) metastasis ke kelenjar mediastinum, (5) metastasis jauh , ke cerebral dan ke medula spinalis. Menurut Amin (2009) prosedur diagnostik meliputi; foto rontgen dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral, pemeriksaan CT Scan dan MRI, pemeriksaan bone scanning, pemeriksaan sitologi, pemeriksaan histopatologi, pemeriksaan serologi/tumor marker. Pengobatannya dilakukan dengan terapi bedah, radioterapi, dan kemoterapi.

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003), keterkaitan rokok dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang perokok pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan oleh asap rokok. Maka pencegahan utama kanker paru berupa upaya memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan perokok aktif adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok pasif. Pencegahan harus diusahakan sebagai usaha perang terhadap rokok dan dilakukan terus-menerus. Program pencegahan


(29)

seharusnya diikuti dengan tindakan nyata anti-rokok yang melibatkan tenaga medis dan mahasiswa FK dan non-FK.

2.4.2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan istilah yang menggambarkan dua obstruksi pada paru-paru yang saling berhubungan yaitu bronkitis kronis dan emfisema, dimana emfisema merupakan kondisi antara kantung udara pada paru-paru yang rusak sehingga paru-paru kehilangan elastisitasnya. Faktor risiko terjadinya PPOK meliputi; merokok, polusi udara (debu dan bahan kimia), faktor genetik, status sosial ekonomi, nutrisi, gender. Perokok memiliki prevalensi yang lebih tinggi menderita gejala respirasi dan abnormalitas fungsi paru. Risiko PPOK pada perokok, bergantung pada banyaknya rokok yang dihisap per tahun dan status merokok saat ini (Prasetyo dan Rini, 2008). Kematian akibat PPOK pada orang yang merokok adalah sepuluh kali lebih tinggi daripada yang tidak merokok (Aditama, 2011).

Teori hubungan rokok dengan PPOK yang saat ini dipermasalahkan adalah peran keseimbangan oksidan-antioksidan dalam pemeliharaan interigitas paru. Oksidan berkemampuan merusak sel parenkim serta jaringan ikat dari ekstraseluler, melalui sifatnya sebagai bahan kimia yang elektrofilik reaktif. Asap rokok dapat meningkatkan kadar oksidan melalui peningkatan sel radang antara lain makrofag alveolar meningkat 2-4 kali, netrofil meningkat 3-5 kali, hal yang mengakibatkan bertambahnya kadar superoksida dan hidrogen peroksida. Disamping itu asap rokok sendiri juga bertindak sebagai oksidan serta menekan aktifitas silia, dan dapat mengakibatkan hipertrofi mukus (Alsagaff & Mukty, 2006).

PPOK merupakan penyakit paru-paru serius, yang membuat penderitanya semakin lama semakin sulit bernapas. Adapun gejalanya meliputi; batuk terus-menerus atau disebut juga “batuk perokok”, sesak napas jika melakukan aktivitas yang sebelumnya tidak menimbulkan kesulitan bernapas, produksi sputum berlebihan, perasaan tidak mampu bernapas, perasaan tidak mampu menarik napas dalam, dan mengi (Jackson, 2011).


(30)

Diagnosa PPOK menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003) dapat ditegakkan berdasarkan: anamnesis, pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi), pemeriksaan penunjang (faal paru, darah rutin, radiologi). Menurut Riyanto dan Hisyam (2009), obat yang umum dipakai PPOK meliputi; antikolinergik, β2 agonis, metilxantin, glukokortikosteroid sistemik, glukokortikosteroid inhaler, kombinasi β2 agonis dengan antikolinergik dalam satu inhaler, dan kombinasi β2 agonis dengan glukokortikosteroid dalam satu inhaler. Upaya berhenti merokok juga diperlukan dengan menggunakan strategi yang dianjurkan oleh Public Health Service Report USA, yaitu :

1. Ask: lakukan identifikasi perokok pada setiap kunjungan

2. Advice: terangkan tentang keburukan/dampak merokok sehingga pasien didesak mau berhenti merokok

3. Assess: yakinkan pasien untuk berhenti merokok 4. Assits: bantu pasien dalam program berhenti merokok

5. Arrange: jadwalkan kontak usaha berikutnya yang lebih intensif, bila usaha pertama masih belum memuaskan

2.4.3. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Rab, 2011). Menurut Aditama (2011) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara merokok dan tunberkulosis di Hong Kong, dimana terdapat fakta-fakta yang agresif mengenai keterlibatan tuberkulosis terhadap paru diantara perokok berdasarkan klinis, radiologi, dan mikrobiologi. Merokok dalam jangka waktu yang panjang berhubungan dengan perubahan makrofag dan limfosit dan nikotin akan menghalangi pelepasan tumour necrosis factor yang memainkan peran kunci dalam pertahanan seluler melawan infeksi Mycobacterium tuberkulosis.

Menurut Rab (2011) adapun keluhannya berupa; batuk, sputum mukoid atau purulen, nyeri dada, hemoptisis, dipsneu, demam dan berkeringat (terutama pada malam hari), berat badan berkurang, anoreksia, malaise, ronki basah di apeks


(31)

paru, wheezing (mengi) yang terlokalisir. Menurut Amin dan Bahar (2009) pemeriksaan yang dilakukan, yaitu; pemeriksaan fisis, radiologi, laboratorium (darah, sputum, dan tes tuberkulin) dan WHO memberikan kriteria, yaitu; pasien dengan sputum BTA positif dan pasien dengan sputum BTA negatif. Jenis pengobatan yang dipakai:

1. Obat primer (obat antituberkulosis tingkat satu): isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), streptomisin (S), etambutol (E)

2. Obat sekunder (obat antituberkulosis tingkat dua): kanamisin, pas (para amino salicylic acid), tiasetazon, etionamid, protionamid, sikloserin, viomisin, kapreomisin, amikasin, ofloksasin, siprofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, klofazimin.

2.4.4. Pneumonia

Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Pada sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen membuat sel-sel tidak bisa bekerja. Hal ini yang bisa membuat penderita pneumonia meninggal (Misnadiarly, 2008). Faktor predisposisi antara lain berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, diabetes melitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan penurunan kesadaran (Dahlan, 2009).

Menurut Jackson (2011)gejala yang ditimbulkan bervariasi yaitu; gejala flu, dikuti demam tinggi disertai mengigil; mungkin disertai nyeri dada tajam, sesak napas, sianosis, produksi dahak kehijauan atau dahak disertai darah. Durasi 1-3 minggu, mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit khususnya untuk lansia, anak, atau penderita penyakit kronis. Terapi pneumonia yaitu antibiotik untuk bakteri dan jamur. Pencegahan dengan cara berhenti merokok, menghindari kontak dengan orang yang batuk pilek atau flu, dan vaksinasi pneumokokus.


(32)

2.4.5. Asma

Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan nafas pendek (Purnomo, 2008). Asma merupakan gangguan inflamasi jalan napas yang menyebabkan serangan mengi, sesak, dada terasa tertekan, dan batuk (Jackson,2011). Menurut Rab (2010), asma bronkial adalah penyempitan bronkus yang bersifat reversibel yang terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan antigen.

Faktor pencetus asma adalah alergi, infeksi dan iritasi, ketidakseimbangan saraf otonom, perubahan lingkungan dan suhu (Rab, 2010). Asap rokok, semprotan obat nyamuk dan semprotan rambut dapat mencetuskan serangan asma. Penderita yang tidak merokok bisa dapat serangan asma karena berada dalam ruangan yang penuh asap rokok. Anak-anak yang menderita asma lebih sering mendapat serangan asma bila dirumahnya ada yang merokok (Sundaru, 2007). Hal ini juga diperkuat dari data yang diperoleh oleh Riskesdas yang menunjukkan bahwa kelompok mantan perokok 1,9 kali berisiko terkena asma dibandingkan dengan merokok dan kelompok bukan perokok karena penderita asma mempunyai sifat kepekaaan saluran nafas yang berlebihan sehingga merokok merupakan pemicu utama terjadinya asma. (Oemiati, Sihombing, dan Qomariah, 2010).

Gejala asma yang khas yaitu mengi (bengek) yang terjadi secara mendadak dan episodik serta memburuk pada malam hari atau dini hari dan saat cuaca dingin, olahraga dan heartburn (refluks cairan lambung). Gejala lain yaitu batuk dengan atau tanpa sputum, dada terasa tertekan seperti diremas, dan sesak napas. Pengobatannya terutama harus menghindari alergen dan iritan pernapasan yang diketahui. Gejala asma dan inflamasi jalan napas harus dikontrol dengan pengobatan. Obat “pereda cepat” atau obat penyelamat direkomendasikan untuk penggunaan segera saat onset serangan. Umumnya digunakan obat bronkodilator, seperti agonis beta kerja pendek yang dengan cepat akan merelaksasi otot pernapasan. Kortikosteroid kerja panjang mencegah inflamasi jalan napas dan digunakan untuk kontrol jangka panjang (Jackson, 2011).


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian, maka perlu dijabarkan definisi operasional dari penelitian. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan adalah menilai pengetahuan subjek terhadap rokok, akibat rokok serta kandungannya yang dapat menimbulkan penyakit paru.

2. Sikap adalah bagaimana reaksi atau respon subjek yang masih

tertutup terhadap rokok berdasarkan pengetahuan tentang rokok. 3. Rokok adalah hasil olahan tembakau termasuk cerutu atau bentuk

lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

4. Paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan (respirasi).

Sikap Siswa terhadap Rokok

Pengetahuan Siswa tentang Dampak Rokok terhadap Kesehatan Paru


(34)

5. Dampak rokok terhadap paru adalah yang dapat menimbulkan efek yang patologis, yaitu perubahan pada saluran napas sentral, perubahan ada saluran tepi, perubahan pada alveoli dan kapiler, dan perubahan fungsi imunologis (Rahmatullah,2009).

3.2.1. Aspek Pengukuran 3.2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur dengan metode angket berupa kuesioner dengan skala ordinal. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 12 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Hasil ukur dengan melakukan pengukuran tingkat pengetahuan berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden menggunakan skala pengukuran (Arikunto, 2007) dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi b. Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi c. Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 40% dari nilai tertinggi

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden

berdasarkan sistem skoring adalah : a. Skor 9 hingga 12 : baik b. Skor 5 hingga 8 : cukup c. Skor 0 hingga 4 : kurang


(35)

Tabel 3.1. Skor Pertanyaan pada Angket Pengetahuan

No. Skor

A B C

1. 0 1 0

2. 1 0 0

3. 0 1 0

4. 0 1 0

5. 1 0 0

6. 0 1 0

7. 1 0 0

8. 0 1 0

9. 0 0 1

10. 1 0 0

11. 0 0 1

12. 0 0 1

3.2.1.2. Sikap

Sikap diukur dengan metode angket berupa kuesioner dengan skala ordinal. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 10 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban setuju atau tidak setuju. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Hasil ukur dengan melakukan pengukuran sikap berdasarkan pertanyaan yang diberikan kepada responden menggunakan skala pengukuran (Arikunto, 2007) dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi b. Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi c. Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 40% dari nilai tertinggi

Dengan demikian, penilaian terhadap sikap responden berdasarkan sistem skoring adalah :

a. Skor 8 hingga 10 : baik b. Skor 4 hingga 7 : cukup c. Skor 0 hingga 3 : kurang


(36)

Tabel 3.2. Skor Pertanyaan pada Angket Sikap

No. Skor

Setuju Tidak Setuju

1. 0 1

2 0 1

3. 1 0

4. 0 1

5. 1 0

6. 1 0

7. 0 1

8. 1 0

9. 1 0


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat deskriptif dan analitik dengan desain sekat silang (Cross Sectional Study), yaitu penelurusuran sesaat yang artinya subjek diamati hanya sesaat atau satu kali pada setiap responden. Penelitian ini dilakukan terhadap sekumpulan objek yang jumlahnya banyak, dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMA Harapan-1 Medan tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Septermber 2012. Tempat penelitian dilakukan di SMA Harapan 1 Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Wahyuni, 2007). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa SMA Harapan 1 Medan. Jumlah siswa sebanyak 1120 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rincian Jumlah Siswa SMA Harapan 1 Medan (Populasi)

Kelas Jurusan Banyaknya kelas Jumlah Siswa

1 - 7 kelas 520 orang

2 IPA

IPS

6 kelas 2 kelas

320 orang

3 IPA

IPS

5 kelas 2 kelas

280 orang


(38)

4.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Pengambilan Sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode Probability Sampling, yaitu Stratified Random Sampling, dimana tehnik penarikan sampel dengan membagi populasi sasaran di dalam strata (golongan) menurut karakteristik tertentu yang dianggap penting oleh peneliti , status sosio ekonomi, atau area geografis, lalu melakukan penarikan sampel dari masing-masing strata (Wahyuni, 2007).

4.3.3. Besar Sampel

Sebelum menghitung jumlah sampel, terlebih dahulu perlu diketahui tiga hal (Lameshow et al., 1990, dikutip Ariawan, 1998 dalam Notoatmodjo, 2010), yakni:

a. Perkiraan proporsi untuk sifat tertentu yang terjadi dalam populasi. Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka P (proporsi = 0,50 atau 50%)

b. Presesi adalah derajat ketepatan yang diinginkan, berarti

penyimpangan terhadap populasi, biasanya 0.05 (5%) atau 0,10 (10%)

c. Derajat kepercayaan

Besarnya sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan perhitungan dengan rumus berdasarkan Wahyuni (2007):

N . Z2 1-α/2 . P. (1-P)

n =

(N-1).d2 + Z2 1-α/2 . P. (1-P) Keterangan :

n : besar sampel minimal N : jumlah populasi

Z1-α/2: nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (biasanya 95%=1,96)


(39)

d : kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut : n : besar sampel minimal

N : 1120 Z1-α/2 : 1,96 P : 0.50 (50%) d : 0,05 (5%)

N . Z2 1-α/2 . P. (1-P)

n =

(N-1) d2 + Z2 1-α/2 . P. (1-P) 1120 . (1,96)2 . 0,50 . (1-0.50)

n =

(1120-1). (0,05)2 + (1,96)2 . 0,50 . (1-0,50)

1120. 3,8416. 0,50. 0,5

n =

1119. 0,0025 + 3,8416. 0,50. 0,5

1075,648

n =

2,7975 + 0,9604

1075,648

n =

3,7579

n = 286,23646

Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% (1,96) dan tingkat ketetapan relatif adalah sebesar 5% (0,05). Maka jumlah sampel yang


(40)

diperoleh dengan menggunakan rumus tersebut adalah setelah dibulatkan sebanyak 286 orang.

Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada siswa sebagai berikut:

1. Kelas 1A : 1/22 x 286 = 13 orang

2. Kelas 1B : 1/22 x 286 = 13 orang

3. Kelas 1C : 1/22 x 286 = 13 orang

4. Kelas 1D : 1/22 x 286 = 13 orang

5. Kelas 1E : 1/22 x 286 = 13 orang

6. Kelas 1F : 1/22 x 286 = 13 orang

7. Kelas 1G : 1/22 x 286 = 13 orang

8. Kelas 2 IPA1 : 1/22 x 286 = 13 orang 9. Kelas 2 IPA2 : 1/22 x 286 = 13 orang 10.Kelas 2 IPA3 : 1/22 x 286 = 13 orang 11.Kelas 2 IPA4 : 1/22 x 286 = 13 orang 12.Kelas 2 IPA5 : 1/22 x 286 = 13 orang 13.Kelas 2 IPA6 : 1/22 x 286 = 13 orang 14.Kelas 2 IPS1 : 1/22 x 286 = 13 orang 15.Kelas 2 IPS2 : 1/22 x 286 = 13 orang 16.Kelas 3 IPA1 : 1/22 x 286 = 13 orang 17.Kelas 3 IPA2 : 1/22 x 286 = 13 orang 18.Kelas 3 IPA3 : 1/22 x 286 = 13 orang 19.Kelas 3 IPA4 : 1/22 x 286 = 13 orang 20.Kelas 3 IPA5 : 1/22 x 286 = 13 orang 21.Kelas 3 IPS1 : 1/22 x 286 = 13 orang 22.Kelas 3 IPS2 : 1/22 x 286 = 13 orang


(41)

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak sekolah yang berhubungan dengan jumlah siswa.

4.4.3. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Angket yang telah selesai disusun akan diuji validnya dengan menggunakan program SPSS.

Angket penelitian ini yang telah disusun dengan jumlah pertanyaan sebanyak 12 pertanyaan tentang pengetahuan dan 10 pertanyaan tentang sikap. Telah dilakukan uji validitas pada 20 orang responden pada salah satu sekolah di kota Medan pada bulan Agustus 2012.

Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden 20 orang dengan taraf signifikan 0,1 adalah 0,444. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

4.4.4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu.


(42)

Angket penelitian ini yang disusun sebelumnya telah diuji reliabilitas. Sampel untuk uji reliabilitas adalah 20 orang responden dilakukan pada salah satu sekolah dikota Medan. Uji reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2012.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam Angket

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,524 Valid 0,788 Reliabel

2 0,546 Valid Reliabel

3 0,481 Valid Reliabel

4 0,662 Valid Reliabel

5 0,590 Valid Reliabel

6 0,560 Valid Reliabel

7 0,519 Valid Reliabel

8 0,653 Valid Reliabel

9 0,528 Valid Reliabel

10 0,596 Valid Reliabel

11 0,459 Valid Reliabel

12 0,482 Valid Reliabel

Sikap 1 0,656 Valid 0,804 Reliabel

2 0,662 Valid Reliabel

3 0,656 Valid Reliabel

4 0,697 Valid Reliabel

5 0,497 Valid Reliabel

6 0,658 Valid Reliabel

7 0,581 Valid Reliabel

8 0,542 Valid Reliabel

9 0,465 Valid Reliabel


(43)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Menurut Wahyuni (2007), pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu.

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. 2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis. 6. Analisis data

4.5.2. Analisis data

Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskritif dengan menggunakan program komputer yaitu Statistic Product and Service Solution


(44)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deksripsi Lokasi Penelitian

SMA Harapan 1 Medan merupakan salah satu sekolah yang terfavorit di kota Medan adapun lokasi sekolah tersebut terletak di Jalan Imam Bonjol No. 35, kelurahan Jati, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara. Batas-batas sekolahnya adalah sebagai berikut :

d. Batas Utara : Jalan Slamet Riyadi e. Batas Selatan : Jalan Sudirma

f. Batas Timur : Jalan Saman Hudi

g. Batas Barat : Jalan Haji Misbah

Berdasarkan data dari pihak sekolah jumlah seluruh siswa SMA Harapan 1 Medan tahun 2012 sebanyak 1120 orang. Dengan rincian terdapat 22 kelas yaitu kelas 1 terdapat 7 kelas, kelas 2 terdapat 8 kelas dan kelas 3 terdapat 7 kelas.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Harapan 1 Medan dengan total responden 286 orang. Karakteristik responden yang diamati adalah jenis kelamin dan umur.

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, hasil penelitian ini memperoleh sebagian besar responden adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 182 orang (63,6%), kemudian perempuan sebanyak 104 orang (36,4%). Sedangkan berdasarkan karakteristik umur, hasil penelitian ini memperoleh responden yang terbanyak terdapat pada umur 16 tahun yaitu sebanyak 108 orang (37,8%), dan yang paling sedikit terdapat pada umur 18 tahun yaitu 1 orang (0,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut:


(45)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Karakteristik Responden Jumlah (orang)

Persentase (%)

JenisKelamin Laki-laki 182 63,6

Perempuan 104 36,4

Total 286 100,0

Umur (tahun) 13 5 1,7

14 30 10,5

15 81 28,3

16 108 37,8

17 61 21,3

18 1 0,3

Total 286 100,0

5.2. Hasil Analisis Data

5.2.1. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan Responden

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden untuk setiap pertanyaan mengenai pengetahuan tentang bahaya rokok terhadap kesehatan paru dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Pengetahuan Responden

Pertanyaan Benar Salah

n % n %

1. Pengertian rokok 248 86,7 38 13,3

2. Pengertian rokok filter 230 80,4 56 19,6

3. Tiga racun utama rokok 191 66,8 95 33,2

4. Kandungan rokok penyebab kanker 96 33,6 190 66,4

5. Kandungan rokok penyebab

kecanduan

222 77,6 64 22,4

6. Pengertian perokok pasif 282 98,6 4 1,4

7. Pengertian perokok aktif 280 97,9 6 2,1

8. Perbandingan bahaya asap rokok

terhadap perokok pasif dan aktif

197 68,9 89 31,1

9. Organ yang rusak akibat rokok 281 98,3 5 1,7

10. Penyakit paru akibat rokok 278 97,2 8 2,8

11. Gejala penyakit paru akibat rokok 280 97,9 6 2,1


(46)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui dan menjawab dengan benar pertanyaan keenam tentang pengertian perokok pasif yaitu sebanyak 282 orang (98,6%). Sedangkan responden yang banyak menjawab salah terdapat pada pertanyaan keempat tentang kandungan rokok penyebab kanker sebanyak 96 orang (33,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut:

5.2.2. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden

Data lengkap distribusi frekuensi kategori pengetahuan responden berdasarkan skor jawaban dari soal pengetahuan. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kategori pengetahuan responden tertinggi terdapat pada kategori baik yaitu sebanyak 245 orang (85,7%) dan terendah terdapat pada kategori kurang yaitu 4 orang (1,4%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden

Kategori Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)

Baik 245 85,7

Cukup 37 12,9

Kurang 4 1,4

Total 286 100,0

5.2.2.1. Distribusi Kategori Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden

Data lengkap distribusi kategori pengetahuan responden berdasarkan karakteristik responden.Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang memiliki pengetahuan baik paling banyak berasal dari responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 162 orang (89,0%), sedangkan berdasarkan umur yang memiliki pengetahuan baik pada umur 13 tahun 5 orang (100,0%) dan 18 tahun sebanyak 1 orang (100,0%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.


(47)

Tabel 5.4. Distribusi Kategori Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden

Karakteristik Kategori Pengetahuan Total

Responden Baik Cukup Kurang n %

n % n % n %

Jenis kelamin

Laki-laki 162 89,0 18 9,9 2 1,1 182 100,0

Perempuan 83 79,8 19 18,3 2 1,9 104 100,0

Umur (tahun)

13 5 100,0 0 0 0 0 5 100,0

14 27 90,0 3 10,0 0 0 30 100,0

15 73 90,1 6 7,4 2 2,5 81 100,0

16 88 81,5 18 16,7 2 1,9 108 100,0

17 51 83,6 10 16,4 0 0 61 100,0

18 1 100,0 0 0 0 0 1 100,0

5.2.3. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Sikap Responden Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden untuk setiap pertanyaan mengenai sikap tentang bahaya rokok terhadap kesehatan paru dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan Sikap Responden

Pertanyaan Setuju Tidak Setuju

n % n %

1. Tetap berada diruangan penuh asap rokok

6 2,1 280 97,9

2. Merokok menunjukkan anak gaul 5 1,7 281 98,3

3. Menolak jika ditawari rokok 246 86,0 40 14,0

4. Merokok pada saat depresi 33 11,5 253 88,5

5. Menutupi hidung dan mulut jika

ada asap rokok

257 89,9 29 10,1

6. Membantu teman/ orang terdekat

untuk tidak merokok

264 92,3 22 7,7

7. Mengikuti kebiasaan teman/ orang tua merokok

13 4,5 273 95,5

8. Ikut serta menyukseskan Hari

tanpa Tembakau

263 92,0 23 8,0

9. Tidak merokok didepan orang yang tidak merokok

253 88,5 33 11,5

10. Tidak merokok karena rokok

berbahaya bagi kesehatan


(48)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki sikap dan menjawab dengan benar pertanyaan kedua bahwa tidak setuju jika dengan merokok menunjukkan anak yang gaul yaitu sebanyak 281 orang (98,3%). Sedangkan responden yang banyak menjawab salah terdapat pada pertanyaan ketiga dengan sikap tidak setuju menolak jika ditawari rokok sebanyak 40 orang (14,0%)

5.2.4. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden

Data lengkap distribusi frekuensi kategori sikap responden berdasarkan skor jawaban dari soal pertanyaan sikap dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden

Kategori Sikap Jumlah (orang) Persentase (%)

Baik 258 90,2

Cukup 27 9,4

Kurang 1 0,3

Total 286 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kategori sikap responden tertinggi terdapat pada kategori baik yaitu sebanyak 258 orang (90,2%) dan terendah terdapat pada kategori kurang yaitu 1 orang (0,3%).

5.2.4.1. Distribusi Kategori Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden Data lengkap distribusi kategori sikap responden berdasarkan karakteristik responden.Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang memiliki sikap baik paling banyak berasal dari responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 101 orang (97,1%), sedangkan berdasarkan umur yang memiliki sikap baik pada umur 18 tahun yaitu sebanyak 1 orang (100,0%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.7.


(49)

Tabel 5.7. Distribusi Kategori Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden

Karakteristik Kategori Sikap Total

Responden Baik Cukup Kurang n %

n % n % n %

Jenis kelamin

Laki-laki 157 86,3 24 13,2 1 0,5 182 100,0

Perempuan 101 97,1 3 2,9 0 0 104 100,0

Umur (tahun)

13 4 80,0 1 20,0 0 0 5 100,0

14 29 96,7 1 3,3 0 0 30 100,0

15 78 96,3 3 3,7 2 2,5 81 100,0

16 102 94,4 5 4,6 1 0,9 108 100,0

17 44 72,1 17 27,9 0 0 61 100,0

18 1 100,0 0 0 0 0 1 100,0

5.2.5 Hubungan Antara Kategori Pengetahuan dan Kategori Sikap Responden

Berdasarkan tabulasi silang kategori pengetahuan dengan kategori sikap responden tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru diperoleh kategori responden terbanyak memiliki pengetahuan baik sebanyak 245 responden (100,0%) dengan sikap yang baik yaitu sebanyak 219 responden (89,4%), dan yang berpengetahuan baik dengan sikap cukup dan kurang sebanyak 26 responden (10,6%). Sedangkan dari 41 responden (100,0%) yang berpengetahuan cukup dan kurang memiliki sikap yang baik sebanyak 39 responden (95,1%), dan berpengetahuan cukup dan kurang memiliki sikap yang cukup dan kurang sebanyak 2 responden (4,9%).

Hasil analisis variabel kategori pengetahuan dengan kategori sikap diperoleh nilai hitung p sebesar 0,394 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap responden tentang bahaya rokok terhadap kesehatan paru dan dapat dilihat pada tabel 5.8 sebagai berikut:


(50)

Tabel 5.8. Tabulasi Silang Kategori Pengetahuan dengan Kategori Sikap Responden tentang Dampak Rokok terhadap Kesehatan Paru

Kategori Kategori Sikap Total Pengetahuan Baik Cukup & Kurang n % p

n % n %

Baik 219 89,4 26 10,6 245 100,0 0,394*

Cukup & Kurang 39 95,1 2 4,9 41 100,0

*nilai signifikan (p=0,05)

5.3. Pembahasan

5.3.1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi karakterisrik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin. Responden yang dipilih mewakili dari masing-masing kelas, sehingga dari tabel 5.1 responden terbanyak terdapat pada umur 16 tahun yaitu sebanyak 108 orang (37,8%) dan yang paling sedikit terdapat pada umur 18 tahun yaitu 17 orang (0,3%). Sedangkan menurut jenis kelamin terlihat pada tabel 5.2 responden terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 182 orang (63,6%), kemudian perempuan sebanyak 104 orang (36,4%).

5.3.2. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Dimana penelitian dilakukan pembagian angket yang telah valid untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden.

Dari hasil penelitian mengenai pengetahuan siswa tentang bahaya rokok terhadap kesehatan paru diperoleh sebanyak 248 responden (86,7%) mengetahui bahwa rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas, hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI (2003) dalam Purba (2009), rokok adalah hasil olahan tembakau termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan yang dibungkus dengan kertas. Sebanyak 230 responden (80,4%) menjawab


(51)

dengan benar bahwa rokok filter rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat bahwa tiga racun utama rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida, dan sebanyak 96 responden (33,6%) menjawab dengan benar bahwa kandungan rokok yang menyebabkan kanker adalah tar yang merupakan sejenis cairan kental berwarna coklat atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Sedangkan nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik tetapi nikotin memiliki efek aditif dan psikoaktif (Gondodiputro (2007) dalam Purba (2009)) dan sebanyak 222 responden (77,6%) menjawab dengan benar bahwa kandungan rokok yang membuat kecanduan adalah nikotin.

Sebanyak 282 responden (98,6%) menjawab dengan benar bahwa perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok orang lain dan sebanyak 280 responden (97,9%) yang mengetahui bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok. Disamping itu sebanyak 197 responden (68,9%) yang mengetahui bahaya asap rokok pada perokok aktif lebih kecil daripada perokok pasif. Hal ini dijelaskan oleh Budiantoro (2009) dalam Loren (2009) dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) yang mengatakan, sebanyak 25% zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok (perokok aktif), sedangkan 75% nya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang disekelilingnya (perokok pasif).

Selain itu, sebanyak 281 responden (98,3%) telah memiliki pengetahuan yang baik bahwa organ yang rusak akibat rokok adalah paru-paru, dan sebanyak 278 responden (97,2%) mengetahui bahwa penyakit paru yang disebabkan rokok adalah kanker paru seperti yang dilaporkan WHO (2008), kanker paru merupakan urutan pertama penyebab kematian akibat rokok. Sebanyak 280 responden (97,9%) mengetahui gejala umum penyakit paru akibat rokok adalah batuk dan sesak napas dan sebanyak 239 responden (83,6%) mengetahui bahwa jika pembuluh darah pecah akibat iritasi (luka) pada saluran napas yang terjadi yaitu batuk darah.


(52)

Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 245 responden (85,7%) yang berpengetahuan baik, 37 responden (12,9%) yang berpengetahuan cukup, dan 4 responden (1,4%) yang berpengetahuan kurang. Sedangkan berdasarkan karakteriktik responden dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin yang memiliki pengetahuan baik paling banyak berasal dari responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 162 orang (89,0%) dibandingkan perempuan hanya 83 orang (79,8%), dan berdasarkan umur antara 13-18 tahun yang memiliki pengetahuan baik terdapat pada umur 13 tahun 5 orang (100,0%) dan 18 tahun sebanyak 1 orang (100,0%).

Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas pengetahuan tentang rokok terhadap kesehatan paru pada siswa SMA Harapan 1 Medan tahun 2012 berada pada tingkat baik dimana laki-laki lebih mengetahui dibandingkan perempuan dan umur 13 dan 18 tahun juga lebih tahu. Menurut asumsi peneliti, ini disebabkan karena para siswa telah banyak mendapatkan informasi mengenai rokok baik dari sekolah maupun dari berbagai media yang tersedia.

5.3.3. Sikap

Dalam penelitian sikap, pengukuran juga dilakukan dengan menggunakan angket yang berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan rokok. dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden dapat merespon dengan baik bahaya rokok terhadap kesehatan paru terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar. Hal ini terlihat dari tabel hasil bahwa sebanyak 280 responden (97,9%) menyatakan setuju untuk tidak tetap berada pada ruangan yang penuh asap rokok, 281 responden (98,3%) menyatakan tidak setuju bahwa dengan merokok dapat menunjukkan anak yang gaul, sebanyak 246 responden (86,0%) menyatakan setuju akan menolak jika ditawari rokok, sebanyak 253 responden (88,5%) menyatakan tidak setuju akan merokok pada saat mengalami depresi, sebanyak 257 responden (89,9%) menyatakan setuju untuk menutup hidung dan mulut jika ada asap rokok. Sedangkan sebanyak 264 responden (92,3%) menyatakan setuju membantu teman/ orang terdekat untuk tidak merokok, sebanyak 273 responden (95,5%) menyatakan tidak setuju mengikuti kebiasaan


(53)

oarang tua/ teman yang merokok, sebanyak 263 responden (92,0%) menyatakan setuju untuk ikut serta dalam menyukseskan hari tanpa tembakau, sebanyak 253 responden (88,5%) menyatakan setuju jika dia seorang perokok tidak akan merokok didepan orang yang tidak merokok, dan sebanyak 266 responden (93,0%) menyatakan setuju untuk tidak merokok karena tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan.

Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 258 responden (90,2%) memiliki sikap yang baik, 27 responden memiliki sikap yang cukup, dan 1 responden yang memiliki sikap yang kurang baik.Sedangkan berdasarkan karakteristik responden dari hasil penelitian diperoleh berdasarkan jenis kelamin yang memiliki sikap baik paling banyak berasal dari responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 101 orang (97,1%) dibandingkan laki-laki sebanyak 157 orang (86,3%), dan berdasarkan umur antara 13-18 tahun yang memiliki sikap baik terdapat pada umur 18 tahun yaitu sebanyak 1 orang (100,0%).

Dari hasil terlihat bahwa mayoritas siswa SMA Harapan 1 Medan memiliki sikap yang baik terhadap rokok dimana perempuan lebih memiliki sikap yang baik dibandingkan laki-laki dan umur 18 tahun juga memiliki sikap yang baik.

Dimana sikap dimulai dari subjek mau memerhatikan rokok sebagai stimulus yang diberikan, kemudian subjek akan merespon rokok. Selanjutnya subjek mulai tertarik terhadap rokok, biasanya subjek mulai berbagi pendapat atau berdiskusikan akan rokok terhadap orang disekitarnya. Akhirnya subjek akan membuat pilihannya terhadap dengan segala risiko dari rokok tersebut. (Loren, 2009). Hal ini menunjukkan responden mampu menilai bahwa dampak rokok sangat berbahaya bagi kesehatan sehingga memiliki sikap yang baik.

5.3.4. Hubungan Antara Kategori Pengetahuan dan Kategori Sikap Responden

Pada tabel 5.7 digunakan tabel 2x2 karena setelah dilakukan dengan tabel 3x3 tidak layak untuk diuji dengan Chi Square karena ada sel yang nilai expected


(54)

penggabungan sel, kelompok pengetahuan cukup digabungkan dengan kelompok pengetahuan kurang. Alasan peneliti menggabungkan kedua kelompok karena jumlah responden yang termasuk dalam kelompok pengetahuan kurang hanya sedikit (empat responden) sehingga digabungkan dengan kelompok pengetahuan cukup. Begitu juga dengan kelompok sikap cukup digabungkan dengan kelompok sikap kurang karena kelompok sikap kurang hanya sedikit (satu responden). Setelah dilakukan penggabungan sel masih tidak memenuhi syarat Chi Square

maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher (Dahlan, 2009). Sehingga didapatkanhasil analisis hubungan variabel kategori pengetahuan dengan kategori sikap diperoleh nilai hitung p uji Fisher yaitu sebesar 0,394 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap responden tentang bahaya rokok terhadap kesehatan paru.

Menurut Notoadmodjo (2003) dalam Loren (2009) berpendapat bahwa pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya. Ini dapat diartikan bahwa semakin seseorang mengerti dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai dampak rokok terhadap kesehatan paru, maka orang tersebut cenderung akan bersikap lebih baik. Tetapi tidak selamanya orang yang punya pengetahuan baik akan memiliki sikap yang baik, atau sebaliknya pengetahuan yang kurang akan memiliki sikap yang kurang baik.

Dari hasil penelitian ada beberapa responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi sikapnya yang kurang baik mengenai dampak rokok dan ada beberapa responden yang memiliki pengetahuan yang kurang tetapi sikapnya baik mengenai dampak rokok. Dan dalam pembentukan sikap ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu pengaruh orang lain yang dianggap penting, ,media massa, lembaga pendidikan, dan lembaga agama (Azwar, 2005 dalam Loren, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan Komalasari dan Helmi (2000) dalam Nasution (2007) juga mengatakan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan teman sebaya.


(55)

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi pembentukan sikap kita. Seseorang yang biasanya dianggap penting bagi seseorang adalah orang tua, guru, teman, orang yang status sosialnya lebih tinggi, dan lain-lain. Dalam penelitian ini orang tua, guru, dan teman terdekat adalah orang yang sangat mempengaruhi sikap responden terhadap rokok. Pengetahuan responden yang sebagian besar baik dan sikap responden yang baik kemungkinan dikarenakan orang tua, guru, dan teman terdekat mereka juga yang memiliki sikap baik atau postif terhadap rokok.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa, seperti televisi, radio, surat kabar, dan lain-lain, mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa ada yang membawa pesan-pesan berisi sugesti yang dapat mengarahkan sikap seseorang. Salah satu informasi sugestif dalam media massa yaitu iklan yang selalu dimanfaatkan dalam memperkenalkan suatu produk atau program baru. Pengetahuan dan sikap responden yang baik juga dikarenakan media massa banyak memperkenalkan tentang rokok, sehingga walaupun ada beberapa responden pengetahuan yang kurang tetapi mereka sudah memiliki sikap yang baik terhadap rokok.

Lembaga pendidikan serta agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Misalnya di lingkungan sekolah ada pelajaran mengenai rokok dan bahayanya bagi kesehatan. Dalam penelitian ini sebagian responden sudah memahami hal tersebut.

Dari berbagai faktor tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran para siswa SMA Harapan 1 Medan tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru sudah baik. Namun, ada beberapa responden yang pengetahuan dan sikapnya yang kurang mengenai dampak rokok. Hal ini kemungkinan karena faktor lingkungan setempat yang masih belum memahami mengenai dampak rokok sehingga menimbulkan sikap yang kurang baik terhadap rokok.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pengujian hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan siswa SMA Harapan 1 Medan tentang dampak rokok

terhadap kesehatan paru terbanyak pada kategori baik diperoleh sebanyak 245 responden (85,7%), dimana laki-laki lebih tahu dibandingkan perempuan, dan umur 13 tahun dan 18 tahun juga memiliki pengetahuan yang baik.

2. Sikap siswa SMA Harapan 1 Medan tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru terbanyak pada kategori baik diperoleh sebanyak 258 responden (90,2%), dimana perempuan lebih bersikap baik dibandingkan laki-laki, dan umur 18 tahun juga memiliki sikap yang baik.

3. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMA

Harapan 1 Medan tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru (p=0,394 > p=0,05).

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti, sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Sekolah

Memberikan penyuluhan mengenai dampak rokok terhadap kesehatan paru pada siswa-siswi disekolah tersebut untuk meningkatkan pengetahuan mereka terhadap dampak rokok yang berbahaya bagi kesehatan.

2. Bagi Siswa

Kepada seluruh siswa di SMA Harapan 1 Medan diharapkan untuk lebih memperluas pengetahuan mengenai rokok agar dapat


(57)

melakukan pencegahan terhadap faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap yang tidak baik supaya dapat terhindar dari dampak rokok yang berbahaya bagi kesehatan.

3. Bagi Peneliti

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dalam meneliti apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMA Harapan 1 Medan tentang dampak rokok terhadap kesehatan paru tahun 2012.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya, untuk meneliti tidak hanya hubungan antara pengetahuan dan sikap saja, tetapi faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sikap terhadap rokok juga perlu diteliti.


(1)

umur responden * kategori pengetahuan Crosstabulation kategori pengetahuan

Total baik cukup kurang

umur responden 13 Count 5 0 0 5

% within umur responden

100.0% .0% .0% 100.0%

14 Count 27 3 0 30

% within umur responden

90.0% 10.0% .0% 100.0%

15 Count 73 6 2 81

% within umur responden

90.1% 7.4% 2.5% 100.0%

16 Count 88 18 2 108

% within umur responden

81.5% 16.7% 1.9% 100.0%

17 Count 51 10 0 61

% within umur responden

83.6% 16.4% .0% 100.0%

18 Count 1 0 0 1

% within umur responden

100.0% .0% .0% 100.0%

Total Count 245 37 4 286

% within umur responden

85.7% 12.9% 1.4% 100.0%

Pertanyaan Sikap

Pertanyaan Sikap No 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 6 2.1 2.1 2.1

tidak setuju 280 97.9 97.9 100.0


(2)

Pertanyaan Sikap No 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 5 1.7 1.7 1.7

tidak setuju 281 98.3 98.3 100.0

Total 286 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap No 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak setuju 40 14.0 14.0 14.0

setuju 246 86.0 86.0 100.0

Total 286 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap No 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 33 11.5 11.5 11.5

tidak setuju 253 88.5 88.5 100.0

Total 286 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap No 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak setuju 29 10.1 10.1 10.1

setuju 257 89.9 89.9 100.0

Total 286 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap No 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 22 7.7 7.7 7.7

setuju 264 92.3 92.3 100.0


(3)

Pertanyaan Sikap No 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 13 4.5 4.5 4.5

tidak setuju 273 95.5 95.5 100.0

Total 286 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap No 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 23 8.0 8.0 8.0

setuju 263 92.0 92.0 100.0

Total 286 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap No 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak setuju 33 11.5 11.5 11.5

setuju 253 88.5 88.5 100.0

Total 286 100.0 100.0

Pertanyaan Sikap No 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 20 7.0 7.0 7.0

setuju 266 93.0 93.0 100.0

Total 286 100.0 100.0

Total Skor Sikap dalam Kategori

Kategori Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 258 90.2 90.2 90.2

cukup 27 9.4 9.4 99.7


(4)

Kategori Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 258 90.2 90.2 90.2

cukup 27 9.4 9.4 99.7

kurang 1 .3 .3 100.0

Total 286 100.0 100.0

Kategori Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden

Jenis Kelamin Responden * Kategori Sikap Crosstabulation kategori sikap

Total baik cukup kurang

jenis kelamin responden

laki-laki Count 157 24 1 182

% within jenis kelamin responden

86.3% 13.2% .5% 100.0%

perempuan Count 101 3 0 104

% within jenis kelamin responden

97.1% 2.9% .0% 100.0%

Total Count 258 27 1 286

% within jenis kelamin responden


(5)

Umur Responden * Kategori Sikap Crosstabulation kategori sikap

Total baik Cukup kurang

umur responden 13 Count 4 1 0 5

% within umur responden

80.0% 20.0% .0% 100.0%

14 Count 29 1 0 30

% within umur responden

96.7% 3.3% .0% 100.0%

15 Count 78 3 0 81

% within umur responden

96.3% 3.7% .0% 100.0%

16 Count 102 5 1 108

% within umur responden

94.4% 4.6% .9% 100.0%

17 Count 44 17 0 61

% within umur responden

72.1% 27.9% .0% 100.0%

18 Count 1 0 0 1

% within umur responden

100.0% .0% .0% 100.0%

Total Count 258 27 1 286

% within umur responden

90.2% 9.4% .3% 100.0%

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Tingkat pengetahuan *

Tingkat sikap


(6)

Tingkat pengetahuan * Tingkat sikap Crosstabulation Tingkat sikap

Total Baik

Cukup & Kurang Tingkat

pengetahuan

Baik Count 219 26 245

% within Tingkat pengetahuan

89.4% 10.6% 100.0% Cukup &

Kurang

Count 39 2 41

% within Tingkat pengetahuan

95.1% 4.9% 100.0%

Total Count 258 28 286

% within Tingkat pengetahuan

90.2% 9.8% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 1.308a 1 .253

Continuity Correctionb .739 1 .390 Likelihood Ratio 1.532 1 .216

Fisher's Exact Test .394 .199

Linear-by-Linear Association

1.303 1 .254 N of Valid Cases 286

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,01.