Persamaan Dan Perbedaan Dalam Sung Ciu Lie Dan Seserahan Pada Masyarakat Tionghoa Bangka Puak Hakka dan Sunda Di Komplek Perumahan Bumi Adipura.

(1)

ABSTRAK

Nama : Kaniya Capriani Program Studi : Sastra China

Judul : Persamaan dan Perbedaan Pada Sung Ciu LieMasyarakat Tionghoa Bangka Puak Hakkadan Seserahan Masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura

Indonesia memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan budaya dan adat istiadat, diantaranya adalah etnis Tionghoa dan etnis Sunda. Etnis Tionghoa dan etnis Sunda tersebar di beberapa kota di Indonesia. Skripsi ini menggunakan metodologi deskriptif kualitatif. Skripsi ini membahas tentang persamaan dan perbedaan dalam acara sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura. Persamaan dan perbedaan dalam acara tersebut tergambar dalam penentuan tanggal, penentuan barang hantaran, hari sung ciu lie dan seserahan dan sebagainya.

.


(2)

vi ABSTRACT

Name : Kaniya Capriani

Study Program : Bachelor Degree of Chinese Literature

Title : Similarities and Differences In Sung ciu lie and Seserahan in

Hakka Tribe of Chinese Bangka and Sundanese in Bumi

Adipura Neighborhood

Indonesia has a rich variety of ethnic groups that are rich in culture and customs, among of them areethnic Chinese and Sundanese. Ethnic Chinese and the Sundanese spread widely in all over various cities in Indonesia. This thesis uses descriptive qualitative methodologies. This thesis explain about the similarities and differences in sung ciu lie and seserahan events at Hakka tribe of Chinese Bangka and Sundanese in Bumi AdipuraNeighborhood. Similarities and differences in the events depicted in the date determination, the determination of goods conductivity, and the day of sung ciu lie and seserahan and so on.


(3)

摘要

字 : Kaniya Capriani

专业 : 中文本科

题目 :居住在 Bumi Adipura 小区的邦加客家人送日及巽达人和

seserahan 仪式的异

印尼作为多民 国家拥有丰富的文化和传统风俗,例如印尼华 和巽达 。

印尼华 和巽达 分 于多个城 。这篇论文采用定性 述研究法来分析住

在 Bumi Adipura 小区的邦加客家人送日及巽达 seserahan 这一传统风俗的异 。

这个仪式的异 表现在所选的吉日,所带的聘礼等等。


(4)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN HALAMAN PERSETUJUAN REVISI

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR. ...i

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI. ...iv

ABSTRAK. ... v

DAFTAR ISI. ... viii

DAFTAR TABEL. ... x

DAFTAR LAMPIRAN. ...xi

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian. ... 4

1.4 Manfaat Penelitian. ... 4

1.5 Metode Penelitian. ... 5

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data. ... 5

1.6 Batasan Penelitian. ... 7

BAB II LANDASAN TEORI. ... 8

2.1 Upacara Peralihan. ... 8

2.2 Sung ciu lie. ... 8

2.3 Seserahan. ... 10

2.4 Gambaran Umum Masyarakat Komplek Perumahan Bumi Adipura. ... 11

2.5 Sejarah Masyarakat Tionghoa Bangka Puak Hakka. ... 12

2.6 Sejarah Masyarakat Sunda. ... 12

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN. ... 14

3.1 Sung ciu liepadaMasyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka di Komplek Perumahan Bumi Adipura. ... 14

3.1.1 Penentuan Tanggal. ... 14

3.1.2 Lama Prosesi dan Tempat Sung ciu lie. ... 15

3.1.3 Prosesi Sung ciu lie. ... 16

3.2 Seserahan padaMasyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura. ... 19

3.2.1 Penentuan Tanggal. ... 19

3.2.2 lama Prosesi dan Tempat Sung ciu lie. ... 20

3.2.3 Prosesi Seserahan. ... 20

3.3 Persamaan dan Perbedaan pada Sung ciu lieMasyarakat Tionghoa Bangka puak Hakkadan SeserahanMasyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura. ... 22

3.3.1 Persamaan pada Sung ciu lie Masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan SeserahanMasyarakat Sunda diKomplek Perumahan Bumi Adipura. ... 22 3.3.2 Perbedaan pada Sung ciu lie Masyarakat Tionghoa


(5)

Bangka puak Hakka dan SeserahanMasyarakat

Sunda diKomplek Perumahan Bumi Adipura. ... 24

BAB IV SIMPULAN ... 27 DAFTAR PUSTAKA. ... 30 LAMPIRAN


(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Barang sung ciu lie yang disediakan calon pengantin pria untukdiberikan kepada calon pengantin wanita dan barang yang disediakan calon pengantin wanita untuk diberikan

kepada calon pengantin pria. ... 15 Tabel 2 Barang seserahan yang disediakan calon pengantin pria

untuk diberikan kepada calon pengantin wanita dan barang yang disediakan calon pengantin wanita untuk

diberikan kepada calon pengantin pria. ... 20 Tabel 3Barang-barang hantaran dalam prosesi sung ciu lie


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Tabel Jumlah RT/RW di Komplek Perumahan Bumi Adipura LAMPIRAN 2 : Tabel Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin LAMPIRAN 3 : Tabel Angka Mobilitas Penduduk

LAMPIRAN 4 : Gambar Peta Lokasi Komplek Perumahan Bumi Adipura LAMPIRAN 5 : Hasil Wawancara Masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka LAMPIRAN 6 : Hasil Wawancara Masyarakat Sunda


(8)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perjalanan hidup, manusia terdapat tingkatan-tingkatan dalam kehidupan yang harus dijalani. Tingkatan-tingkatan kehidupan manusia berawal dari bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa sesudah menikah, masa tua hingga meninggal dunia. Pada masa peralihan dari satu tingkat ke tingkat yang lain biasanya dilaksanakan sebuah upacara untuk merayakan peralihan tersebut tak terkecuali masyarakat Indonesia. Indonesia memiliki beraneka ragam etnis, budaya dan adat istiadat, diantaranya: etnis Sunda, etnis Batak, etnis Betawi, etnis Tionghoa dan etnis lainnya, maka tidak heran apabila kita sering melihat upacara-upacara adat yang sangat unik. Setiap etnis memiliki upacara-upacara adat untuk merayakan masa peralihannya, salah satunya adalah masa peralihan dari tingkat hidup masa remaja ke tingkat hidup berkeluarga yakni melaksanakan pernikahan.

Pernikahan merupakan suatu masa dimana seseorang akan meninggalkan masa lajangnya dan siap mengarungi bahtera rumah tangga. Hilman Hadikusuma dalam bukunya Hukum Perkawinan Indonesia (2007) mengatakan bahwa pernikahan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Oleh karena itu pernikahan juga dikatakan sebagai siklus kehidupan manusia, di mana pernikahan menjadi media untuk keberlangsungan hidup suatu kelompok masyarakat. Pernikahan adat yang ada di Indonesia sangatlah beragam yaitu: pernikahan adat Jawa, pernikahan adat Minangkabau, pernikahan adat Betawi, pernikahan adat Melayu, pernikahan adat Batak, pernikahan adat Sunda dan salah satunya adalah pernikahan adat Tionghoa. Sebagai contoh masyarakat etnis Tionghoa dan Sunda, sebelum memasuki gerbang pernikahan ada beberapa prosesi yang dilakukan oleh calon pengantin dan keluarga diantaranya adalah sung ciu lie dan seserahan.


(9)

2

Pada umumnya prosesi sung ciu lie dan seserahan setiap suku bangsa di Indonesia sangatlah beragam, salah satunya terdapat dalam prosesi sung ciu lie dan seserahan masyarakat Tionghoa Bangka puak

Hakka dan Sunda. Umumnya masyarakat Tionghoa di Indonesia ini

berawal dari kedatangan leluhur suku Tionghoa yang berasal dari berbagai daerah di Tiongkok untuk berimigrasi ke Indonesia. Mereka kebanyakan masih membawa dan mempercayai adat leluhurnya, sehingga masyarakat Tionghoa dikenal sebagai salah satu masyarakat yang begitu kental akan tradisi. Tradisi yang biasanya memiliki makna dibaliknya itu hingga saat ini masih banyak dipertahankan oleh calon pengantin baru, salah satunya adalah tradisi sung ciu lie. Prosesi sung ciu lie adat Tionghoa, seperti pada umumnya kebiasaan adat istiadat suatu daerah atau etnis pada sebuah acara sung ciu lie memiliki beberapa urutan prosesi yang harus dijalani, salah satunya adalah sung ciu lie masyarakat Tionghoa Bangka puak

Hakka (客家 Kè jiā) yang berada di Komplek Perumahan Bumi Adipura kecamatan Gedebage. Prosesi upacaranya pun sama dengan adat istiadat lainnya, diantaranya di mulai dari menentukan tanggal, mendiskusikan barang hantaran, dilanjutkan hingga memberikan barang hantaran (sung

ciu lie).

sung ciu lie atau prosesi seserahan adat Tionghoa, dalam rangkaian

adat Tionghoa, sung ciu lie dilakukan sebelum hari pernikahan. Hari dan waktu yang baik untuk melakukan sung ciu lie ini didiskusikan bersama kedua belah pihak keluarga. Biasanya hari untuk sung ciu lie berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, tetapi ada juga yang mempercayakan kepada orang yang ahli dalam mencarikan hari baik, untuk memilihkan sebuah tanggal yang terbaik untuk sung ciu lie. Pada umumnya sung ciu

lie dilangsungkan beberapa waktu sebelum menikah. Akan tetapi,

berdasarkan penelitian awal, dalam rangkaian adat Tionghoa Bangka puak

Hakka yang berada di Komplek Perumahan tersebut, sung ciu lie

dilakukan setelah dilaksanakannya lamaran, yaitu 3-7 hari sebelum acara pernikahan berlangsung.


(10)

3

Seserahan atau hantaran merupakan ciri khas pernikahan

Indonesia. Seserahan bisa diartikan sebagai simbol bahwa calon pengantin pria telah mampu memberikan nafkah lahir batin pada sang calon pengantin wanita (simbolisasi dari pihak pria sebagai bentuk tanggung jawab ke pihak keluarga wanita). Ada juga yang mengatakan seserahan merupakan oleh-oleh keluarga pengantin pria pada keluarga pengantin wanita. Biasanya hari untuk lamaran berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, tetapi ada juga yang menentukan berdasarkan perhitungan kalender Jawa, untuk memilihkan sebuah tanggal yang terbaik untuk lamaran. Namun, seserahan umumnya dibawa saat hari lamaran atau hari pernikahan yang bersamaan dengan mahar. Akan tetapi, berdasarkan penelitian awal, untuk rangkaian adat Sunda yang berada di Komplek Perumahan Bumi Adipura tidak jauh berbeda dengan prosesi seserahan (sung ciu lie) pada masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka, hantaran ini biasanya diserahkan pada 3-7 hari sebelum akad nikah atau acara

midodareni (adat Jawa), dan “ngeyeuk seureuh” (adat Sunda).

Umumnya masyarakat berpikir bahwa sung ciu lie dan seserahan masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda tidak memiliki persamaan, karena dari segi adat istiadat memiliki cirinya masing-masing. Mulai dari penentuan tanggal hingga memberikan barang hantaran akan sangat berbeda. Tetapi apakah sung ciu lie dalam masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka tersebut sangat berbeda dengan seserahan masyarakat Sunda atau adakah persamaan dalam tradisi tersebut. Faktor-faktor inilah yang memicu rasa keingintahuan penulis untuk meneliti dan menggali lebih dalam tentang sung ciu lie dan seserahan dari kedua etnis ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat persamaan antara dalam sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura?


(11)

4

2. Apakah terdapat perbedaan antara dalam sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui persamaan dalam sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura.

2. Untuk mengetahui perbedaan dalam sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis

Sebagai pembelajaran awal dalam melakukan penelitian, juga menambah pemahaman tentang sung ciu lie dan seserahan masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda yang berada di Komplek Perumahan Bumi Adipura.

2. Bagi akademis

Memberikan kontribusi pada pengembangan teori terutama yang berkaitan dengan kebudayaan Tionghoa khususnya mengenai persamaan dan perbedaan dalam sung ciu lie dan seserahan masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda.

3. Bagi peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan serta menjadi sumber informasi


(12)

5

atau masukan mengenai sung ciu lie dan seserahan masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda bagi peneliti selanjutnya dalam bidang yang sama.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang akan membahas secara mendalam mengenai sung

ciu lie dan seserahan masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda

beserta persamaan dan perbedaan tersebut.

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu hal penting dalam sebuah penelitian.dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

1. Metode Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan kepada responden yang telah ditentukan yaitu masyarakat Tionghoa Bangka puak

Hakka dan masyarakat suku Sunda.

2. Metode Kepustakaan

Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat diperoleh melalui studi atau kajian kepustakaan. Nazir (2005: 93) menyatakan bahwa studi kepustakaan atau studi literatur, selain dari mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat sehingga situasi yang diperlukan. Teknik yang digunakan dalam metode kepustakaan ini adalah penyajian kajian pustaka secara deskriptif dengan analisis. Penyajian kajian pustaka secara deskriptif dengan analisis selain


(13)

6

berbentuk deskripsi juga disertai penjelasan tentang perbedaan dan persamaannya. Dengan demikian, kajian pustaka menunjukkan di mana posisi penulis dalam kaitannya dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan, apakah menolak, mengkritik, menerima, dan atau yang lainnya (Ratna dalam Prastowo, 2012:84).

Penyusunan metode kepustakaan meliputi beberapa langkah sebagai berikut:

1. Membaca karya ilmiah hasil penelitian sebelumnya yang terkait.

2. Mencatat hasil intrepretasi terhadap bahan bacaan.

3. Menyusun kajian pustaka berdasarkan hasil analisis terhadap karya ilmiah sebelumnya yang relevan.

Sumber kajian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah buku teks dan handbook.

1.6 Batasan Penelitian

Batasan penelitian dari penelitian ini dilakukan di Komplek Bumi Adipura, Kecamatan Gedebage, Bandung Timur, provinsi Jawa barat dan objek penelitiannya adalah masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan masyarakat suku Sunda.


(14)

28 BAB IV SIMPULAN

Umumnya masyarakat Indonesia berpikir bahwa prosesi sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tinghoa Bangka puak Hakka dan Sunda tidak memiliki banyak persamaan, karena dari segi budaya dan adat istiadat memiliki keistimewaannya tersendiri. Mulai dari penentuan tanggal hingga acara tersebut berlangsung akan sangat berbeda. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada berbagai macam acara sung ciu lie dan seserahan yang memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaan dalam tradisi sung ciu lie dan seserahan memiliki makna yang sama yaitu suatu pemberian dari pihak calon pengantin pria kepada calon pengantin wanita, juga merupakan simbol tanggung jawab dari pihak pengantin pria yang akan meminang calon pasangannya. Selain itu juga, ada beberapa persamaan yang ada di dalam sung ciu lie dan seserahan, yaitu:

1. Waktu pelaksanaan sung ciu lie dan seserahan dilakukan setelah prosesi lamaran dan sebelum hari pernikahan, yaitu 3-7 hari sebelum pernikahan.

2. Dalam prosesi ini pula, masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda yang ada di Komplek Perumahan Bumi Adipura mengajak kedua keluarga besar untuk ikut serta dalam acara prosesi tersebut.

3. Tidak ada makanan, buah-buahan dan barang yang pantang dibawa dalam prosesi tersebut.

4. Dalam menentukan barang hantaran, biasanya merupakan hasil diskusi dari kedua belah pihak dan jumlah baki yang ditentukan dalam sung ciu lie dan seserahan jumlahnya sama, yaitu 6 atau 8 buah.


(15)

29

5. Barang-barang hantaran yang disediakan calon pengantin pria dan wanita dalam prosesi sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura memiliki beberapa persamaan, adalah emas/uang, pakaian/kain, buah-buahan, makanan dan perawatan tubuh (perfume).

6. Beberapa barang hantaran sung ciu lie memiliki makna yang sama dengan barang hantaran seserahan adalah tebu dalam barang hantaran sung ciu lie menyiratkan simbol manis dalam menjalankan perkawinan. Buah-buahan dalam barang hantaran sunda juga menyiratkan simbol manis dalam menjalankan pernikahan.

Selain memiliki persamaan dalam prosesi tersebut, sung ciu lie dan seserahan yang ada di masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura pun memiliki beberapa perbedaan, yaitu:

1. Dalam penentuan tanggal, masyarakat Tionghoa Bangka puak

Hakka di komplek perumahan ini, memilih berkonsultasi kepada

peramal untuk menentukan hari dan tanggal yang tepat berdasarkan penanggalan kalender Lunar. Masyarakat Sunda menentukannya dengan didasari hari libur agar seluruh keluarga bisa hadir dalam prosesi tersebut.

2. Pemilihan waktu, masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka memilih waktu sebelum jam 10.00 pagi, dikarenakan masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka memiliki kepercayaan bahwa jika mengadakan acara sung ciu lie tepat pada jam 10.00 pagi, maka kehidupan pernikahan akan sial. Sedangkan dalam pemilihan waktu, masyarakat Sunda yang ada di komplek perumahan ini lebih bebas untuk memilih jam pelaksanaan prosesi.

3. Dalam menentukan tempat, masyarakat Tionghoa Bangka puak


(16)

30

rumah calon mempelai wanita untuk melaksakan acara sung ciu lie, karena lebih terasa kekeluargaan dan hemat. Masyarakat Sunda di komplek tersebut memiilih di gedung atau hotel sebagai tempat untuk diadakannya acara seserahan, karena lebih praktis dan luas. 4. Dalam mengenakan pakaian, calon pengantin pria Tionghoa Bangka

puak Hakka di Komplek Perumahan Bumi Adipura mengenakan kemeja dan celana, sedangkan calon pengantin wanita mengenakan kemeja dan rok atau cheongsam. Calon pengantin pria Sunda di komplek tersebut mengenakan batik dan celana, sedangkan calon pengantin wanita mengenakan kebaya dan samping.

5. Beberapa barang-barang yang tidak ada dalam prosesi sung ciu lie dan seserahan pada masayarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura adalah lilin merah, kaki babi, botol champagne, sirih ayu (daun sirih) dan tebu.

6. Beberapa barang hantaran sung ciu lie memiliki makna yang berbeda dengan barang hantaran seserahan, barang tersebut adalah pakaian/kain, buah-buahan, makanan kue mangkok, makanan tradisional, uang, sirih ayu, lilin, kaki babi, peraawatan tubuh, sepatu dan tas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tionghoa Bangka dan masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura memiliki pelbagai macam persamaan dan perbedaan. Meskipun memiliki persamaan dan perbedaan dalam tata cara tersebut, masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda masih melestarikan adatnya masing-masing.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Gennep, Arnold, 1990. The Rites of Passage. Chicago: Chicago University Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1996. Jakarta: Balai Pustaka

Manusia dan Kebudayaan Han. 2013. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Marcus A.s. 2003. Hari-hari Raya Tionghoa. Jakarta: Penerbit Marwin.

Nio, Joe Lan. 1993. Peradaban Tionghoa Selajang Pandang. Jakarta: Penerbit Keng Po.

Prawirasuganda. 1964. Upatjara Adat Di Pasundan. Bandung: Penerbit Sumur Bandung.

Rika Theo dan Fennie Lie. 2014. Kisah, Kultur, dan Tradisi Tionghoa Bangka. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

R.G. Soekadijo. 1993. Antropologi Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Siregar Johni, dkk. 1979. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Barat. Jakarta: Penerbit Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Suryani, Elis. 2010. Ragam Pesona Budaya Sunda. Bandung : Ghalia Indonesia.

PUBLIKASI ELEKTRONIK/SURAT KABAR

Herman Tan. 2014. Tradisi Sangjit Dalam Budaya Tionghoa.


(1)

Universitas Kristen Maranatha

atau masukan mengenai sung ciu lie dan seserahan masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda bagi peneliti selanjutnya dalam bidang yang sama.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang akan membahas secara mendalam mengenai sung

ciu lie dan seserahan masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda

beserta persamaan dan perbedaan tersebut.

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu hal penting dalam sebuah penelitian.dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

1. Metode Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan kepada responden yang telah ditentukan yaitu masyarakat Tionghoa Bangka puak

Hakka dan masyarakat suku Sunda.

2. Metode Kepustakaan

Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat diperoleh melalui studi atau kajian kepustakaan. Nazir (2005: 93) menyatakan bahwa studi kepustakaan atau studi literatur, selain dari mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat sehingga situasi yang diperlukan. Teknik yang digunakan dalam metode kepustakaan ini adalah penyajian kajian pustaka secara deskriptif dengan analisis. Penyajian kajian pustaka secara deskriptif dengan analisis selain


(2)

6

berbentuk deskripsi juga disertai penjelasan tentang perbedaan dan persamaannya. Dengan demikian, kajian pustaka menunjukkan di mana posisi penulis dalam kaitannya dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan, apakah menolak, mengkritik, menerima, dan atau yang lainnya (Ratna dalam Prastowo, 2012:84).

Penyusunan metode kepustakaan meliputi beberapa langkah sebagai berikut:

1. Membaca karya ilmiah hasil penelitian sebelumnya yang terkait.

2. Mencatat hasil intrepretasi terhadap bahan bacaan.

3. Menyusun kajian pustaka berdasarkan hasil analisis terhadap karya ilmiah sebelumnya yang relevan.

Sumber kajian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah buku teks dan handbook.

1.6Batasan Penelitian

Batasan penelitian dari penelitian ini dilakukan di Komplek Bumi Adipura, Kecamatan Gedebage, Bandung Timur, provinsi Jawa barat dan objek penelitiannya adalah masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan masyarakat suku Sunda.


(3)

28

Universitas Kristen Maranatha BAB IV

SIMPULAN

Umumnya masyarakat Indonesia berpikir bahwa prosesi sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tinghoa Bangka puak Hakka dan Sunda tidak memiliki banyak persamaan, karena dari segi budaya dan adat istiadat memiliki keistimewaannya tersendiri. Mulai dari penentuan tanggal hingga acara tersebut berlangsung akan sangat berbeda. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada berbagai macam acara sung ciu lie dan seserahan yang memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaan dalam tradisi sung ciu lie dan seserahan memiliki makna yang sama yaitu suatu pemberian dari pihak calon pengantin pria kepada calon pengantin wanita, juga merupakan simbol tanggung jawab dari pihak pengantin pria yang akan meminang calon pasangannya. Selain itu juga, ada beberapa persamaan yang ada di dalam sung ciu lie dan seserahan, yaitu:

1. Waktu pelaksanaan sung ciu lie dan seserahan dilakukan setelah prosesi lamaran dan sebelum hari pernikahan, yaitu 3-7 hari sebelum pernikahan.

2. Dalam prosesi ini pula, masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda yang ada di Komplek Perumahan Bumi Adipura mengajak kedua keluarga besar untuk ikut serta dalam acara prosesi tersebut.

3. Tidak ada makanan, buah-buahan dan barang yang pantang dibawa dalam prosesi tersebut.

4. Dalam menentukan barang hantaran, biasanya merupakan hasil diskusi dari kedua belah pihak dan jumlah baki yang ditentukan dalam sung ciu lie dan seserahan jumlahnya sama, yaitu 6 atau 8 buah.


(4)

29

5. Barang-barang hantaran yang disediakan calon pengantin pria dan wanita dalam prosesi sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura memiliki beberapa persamaan, adalah emas/uang, pakaian/kain, buah-buahan, makanan dan perawatan tubuh (perfume).

6. Beberapa barang hantaran sung ciu lie memiliki makna yang sama dengan barang hantaran seserahan adalah tebu dalam barang hantaran sung ciu lie menyiratkan simbol manis dalam menjalankan perkawinan. Buah-buahan dalam barang hantaran sunda juga menyiratkan simbol manis dalam menjalankan pernikahan.

Selain memiliki persamaan dalam prosesi tersebut, sung ciu lie dan seserahan yang ada di masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura pun memiliki beberapa perbedaan, yaitu:

1. Dalam penentuan tanggal, masyarakat Tionghoa Bangka puak

Hakka di komplek perumahan ini, memilih berkonsultasi kepada

peramal untuk menentukan hari dan tanggal yang tepat berdasarkan penanggalan kalender Lunar. Masyarakat Sunda menentukannya dengan didasari hari libur agar seluruh keluarga bisa hadir dalam prosesi tersebut.

2. Pemilihan waktu, masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka memilih waktu sebelum jam 10.00 pagi, dikarenakan masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka memiliki kepercayaan bahwa jika mengadakan acara sung ciu lie tepat pada jam 10.00 pagi, maka kehidupan pernikahan akan sial. Sedangkan dalam pemilihan waktu, masyarakat Sunda yang ada di komplek perumahan ini lebih bebas untuk memilih jam pelaksanaan prosesi.

3. Dalam menentukan tempat, masyarakat Tionghoa Bangka puak


(5)

Universitas Kristen Maranatha

rumah calon mempelai wanita untuk melaksakan acara sung ciu lie, karena lebih terasa kekeluargaan dan hemat. Masyarakat Sunda di komplek tersebut memiilih di gedung atau hotel sebagai tempat untuk diadakannya acara seserahan, karena lebih praktis dan luas. 4. Dalam mengenakan pakaian, calon pengantin pria Tionghoa Bangka

puak Hakka di Komplek Perumahan Bumi Adipura mengenakan kemeja dan celana, sedangkan calon pengantin wanita mengenakan kemeja dan rok atau cheongsam. Calon pengantin pria Sunda di komplek tersebut mengenakan batik dan celana, sedangkan calon pengantin wanita mengenakan kebaya dan samping.

5. Beberapa barang-barang yang tidak ada dalam prosesi sung ciu lie dan seserahan pada masayarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura adalah lilin merah, kaki babi, botol champagne, sirih ayu (daun sirih) dan tebu.

6. Beberapa barang hantaran sung ciu lie memiliki makna yang berbeda dengan barang hantaran seserahan, barang tersebut adalah pakaian/kain, buah-buahan, makanan kue mangkok, makanan tradisional, uang, sirih ayu, lilin, kaki babi, peraawatan tubuh, sepatu dan tas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sung ciu lie dan seserahan pada masyarakat Tionghoa Bangka dan masyarakat Sunda di Komplek Perumahan Bumi Adipura memiliki pelbagai macam persamaan dan perbedaan. Meskipun memiliki persamaan dan perbedaan dalam tata cara tersebut, masyarakat Tionghoa Bangka puak Hakka dan Sunda masih melestarikan adatnya masing-masing.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Gennep, Arnold, 1990. The Rites of Passage. Chicago: Chicago University Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1996. Jakarta: Balai Pustaka

Manusia dan Kebudayaan Han. 2013. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Marcus A.s. 2003. Hari-hari Raya Tionghoa. Jakarta: Penerbit Marwin.

Nio, Joe Lan. 1993. Peradaban Tionghoa Selajang Pandang. Jakarta: Penerbit Keng Po.

Prawirasuganda. 1964. Upatjara Adat Di Pasundan. Bandung: Penerbit Sumur Bandung.

Rika Theo dan Fennie Lie. 2014. Kisah, Kultur, dan Tradisi Tionghoa Bangka. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

R.G. Soekadijo. 1993. Antropologi Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Siregar Johni, dkk. 1979. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Jawa Barat. Jakarta: Penerbit Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Suryani, Elis. 2010. Ragam Pesona Budaya Sunda. Bandung : Ghalia Indonesia.

PUBLIKASI ELEKTRONIK/SURAT KABAR

Herman Tan. 2014. Tradisi Sangjit Dalam Budaya Tionghoa.