IMPLIKASI KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS) TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGUSAHA MIKRO DI KOTA SURABAYA.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

ZUJAJATUL ‘ILMI NIM. F14213206

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ix

ABSTRAK

Pengusaha mikro dalam mengembangkan usahanya kendala paling utama adalah oleh modal. Sebagian dari lembaga-lembaga keuangan formal lebih tertarik untuk menawarkan jasa keuangan pada pengusaha kecil ketika usaha yang dikelola telah menunjukkan keberhasilan. Di lain sisi, banyak dari rentenir yang memanfaatkan para pengusaha mikro dengan membebankan bunga yang cukup besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keadaan sosio-ekonomi nasabah koperasi syariah di Surabaya, Memahami dan menganalisis efektifitas koperasi syariah dalam pendanaan terhadap pengusaha mikro serta implikasi dari KSPPS terhadap sosial ekonomi pengusaha mikro.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi lapangan. Penelitian ini dilakukan di 3 KSPPS di Kota Surabaya juga beberapa sampel dari nasabah KSPPS, yaitu KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera, KJKS Al-Marwah Masjid Nasional Al-Akbar dan KSU Jammas Surabaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal adalah hal utama yang dibutuhkan para pengusaha. Selain itu, adanya peningkatan pendapatan dan perkembangan usaha sehingga beberapa mampu mendirikan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Hal ini juga atas dasar keikut sertaan KSPPS dalam memberi dorongan semangat dan binaan untuk anggotanya. Dari perkembangan nasabahnya juga menjadikan adanya perkembangan pada KSPPS tersebut termasuk rasio keuangan yang meningkat dan pembagian SHU yang bertambah.

Simpulan dari penelitian ini adalah peranan KSPPS sebagai wadah intermediasi pemilik modal dengan orang yang membutuhkan modal sangat membantu dalam pengembangan usaha mikro dengan ditambah pengawasan dan binaan serta penambahan ilmu keagamaan akan menjadikan usaha tidak hanya sebatas usaha, tapi juga ada niai keberkahan dalam usahanya.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prestasi ekonomi suatu negara dapat dilihat dengan berbagai ukuran agregat. Secara umum, prestasi tersebut diukur melalui sebuah besaran yang dikenal dengan istilah Pendapatan Nasional.1 Pendapatan dan pertumbuhan perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pada sektor riil. Jika pada sektor ini ada pertumbuhan yang baik, maka perekonomianpun berputar dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari pelaku usaha kecil dan menengah.

Dalam ekonomi sekuler, pembangunan ekonomi mengacu pada suatu proses di mana rakyat suatu negara atau daerah memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan kenaikan produksi barang atau jasa perkapita secara terus menerus. Pembangunan ekonomi dinyatakan sebagai kenaikan pendapatan perkapita bangsa dalam suatu masa tertentu. Pertumbuhan ekonomi mengukur kapasitas ekonomi dalam menaikkan suplai barang dan jasa. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi berarti menaikkan pendapatan nasional.2

1 Dumairy, Perekonomian Indonesia (Jakarta: Erlangga, 1996), 37.

2 M. Abdul Mannan, Toeri dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), 378.


(7)

Sumber daya alam dan perilaku manusia merupakan dua syarat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Profesor Lewis, “Pertumbuhan output per kapita di satu pihak tergantung pada sumber daya alam yang tersedia, dan dipihak lain pada perilaku manusia.”3 Ini berarti perilaku manusia merupakan pencerminan keinginan dalam pertumbuhan ekonomi, karena sumber daya yang kaya saja tidak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Perilaku manusia memainkan peranan yang sangat menentukan dalam pembangunan ekonomi.

Perilaku manusia tidak terlepas dari konsumsi, produksi dan distribusi. Prinsip pokok konsumsi harus tercermin dalam sistem produktif suatu negara. Karena produksi berarti diciptakannya manfaat, seperti juga konsumsi adalah pemusnahan produksi itu. Prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Konsep kesejahteraan ekonomi Islam terdiri dari bertambahnya pendapatan yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi pemanfaatan sumber daya secara maksimum, demikian juga melalui ikut sertanya jumlah maksimum orang dalam proses produksi.4 Islam sangat mendorong terjadinya produktivitas, seperti sabda Rasulullah saw:

:لاق اهع ه ير رم با ع

بح ه ن ا :مس و هيلع ه ىص ه لوسر لاق

يارطلا هاور( فرحا مؤ ْلا

)ربكلا ى

3 Ibid., 380.


(8)

Dari Ibnu ‘Umar r.a dari Nabi saw, ia berkata: “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang beriman yang berkarya (produktif menghasilkan berbagai kebaikan).” (HR. Thabrani dalam al Kabir, juga oleh Al Baihaqy)5

Berkaitan dengan produksi, ada empat faktor di dalamnya, yaitu tanah sebagai sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan organisasi. Sebagian besar masyarakat di Indonesia adalah pengusaha kecil menengah, di mana kendala besar yang dihadapi dalam produksi berkenaan dengan modal. Banyak lembaga keuangan baik bank maupun non-bank yang menjembatani antara pemilik modal sebagai pengerahan dana masyarakat dengan penyaluran dana kepada masyarakat. Namun, lembaga keuangan konvensional ini sangatlah tidak adil, mereka hanya mementingkan orientasi laba (profit oriented) dan adanya prinsip riba dalam transaksi. Sedangkan sebagian besar masyarakat Indonesia beragama Islam dan menginginkan transaksi dalam bentuk halal, sebagaimana pada prinsip lembaga keuangan syariah.

Berkat perjuangan panjang yang tak kenal lelah, kehadiran lembaga keuangan berasaskan syariah mulai mendapatkan tempat di Indonesia sejak sekitar awal tahun 1990an. Perbankan Islam didasarkan atas prinsip syirkah (mitra usaha) yang telah diakui dunia. Artinya, seluruh sistem perbankan di mana pemegang saham, depositor, investor dan peminjam akan berperan serta

5Azhari Herly, “Peran Pemerintah dalam Mendukung Penerapan Ekonomi Kerakyatan Berbasis


(9)

atas dasar mitra usaha. Hal ini berjalan dengan menerapkan prinsip mudha>rabah, yaitu tenaga kerja dan pemilik modal bergabung bersama-sama sebagai mitra usaha.6

Berdirinya bank syariah yang terus mengalami perkembangan membawa andil yang sangat baik dalam tatanan sistem keuangan Indonesia. Peran ini adalah sebagai upaya untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil. Oleh karenanya, keberadaannya perlu mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat muslim.

Bagaimanapun, lembaga keuangan bank memiliki sistem dan prosedur yang baku sehingga tidak mampu menjangkau masyarakat lapisan bawah dan kelompok mikro. Dengan prosedur yang panjang dan terkesan rumit, pengusaha mikro tidak dapat mengakses sumber pendanaan dari bank.7 Hal ini yang menyebabkan potensi besar yang dimiliki oleh sektor mikro kurang berkembang, sehingga dibutuhkan suatu sistem lembaga keuangan mikro untuk dapat menjembatani masyarakat kecil, seperti Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), yang sekarang ini disebut dengan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS)8

6M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, 167.

7 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Ma>l wa Tamwi>l, BMT (Yogyakarta: UII Press, 2004), v.

8 pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi yang semakin berkembang, sesuai dengan dinamika dan perubahan tatanan ekonomi dan sosial masyarakat, maka Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah sudah tidak sesuai, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan. Dalam Permen KUKM Nomor 16 Tahun 2015 huruf b.


(10)

Dibangunnya koperasi syariah ini diharapkan mampu memberikan manfaat besar bagi masyarakat kecil dan menengah, yaitu dengan meningkatkan kesejahteraan, mengembangkan sikap hidup hemat dan berpandangan kedepan. Rata-rata pada masyarakat ekonomi kecil atau menengah jarang sekali menabungkan sebagian pendapatan kerja atau usahanya. Mereka hanya akan memanfaatkan hasil tersebut untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

Perkembangan ekonomi kecil menengah ini dapat dilihat melalui dua aspek, yaitu melalui penyimpanan (dalam bentuk tabungan) dan pembiayaan. Pada model pertama ini dapat dilihat dari semakin banyaknya nilai tabungan yang ada, yang menujukkan bahwa tingkat ekonominya berkembang. Begitu juga pada pembiayaan, jika suatu usaha berkembang berarti jumlah modal yang dibutuhkan juga akan lebih besar. Ini berarti jika ekonomi meningkat pada suatu usaha, maka pembiayaan yang dibutuhkan juga akan naik.

Fakta dimasyarakat, banyak komunitas atau perorangan yang mengambil kesempatan kepada pengusaha ekonomi kecil dalam keadaan butuh dana atau modal. Mereka meminjamkan uang lebih mudah tanpa persyaratan khusus dan tidak berbelit-belit, akan tetapi, pengembalian atau bunga yang diminta tinggi di atas batas wajar, sehingga masyarakat yang seharusnya setelah meminjam modal bisa melakukan saving, justru sebaliknya, akan lebih besar pengeluaran dari pada pendapatan yang diterima. Ini dikarenakan peminjam harus mengembalikan pinjaman ditambah bunga pinjaman pada rentenir. Jika tidak segera dibayar, hal


(11)

tersebut akan mempersulit peminjam, karena diterapkan adanya bunga berbunga. Meski seperti itu, masih banyak masyarakat yang menggunakan jasa rentenir. Apakah hal ini erat kaitannya dengan kurangnya edukasi masyarakat akan keberadaan koperasi syariah atau lembaga keuangan mikro syariah yang mampu menjadi solusi utama, atau ada pengaruh lingkungan yang mana keberadaan KSPPS tidak mudah dijangkau keberadaannya, atau bisa jadi kurangnya akses informasi masyarakat karena minimnya sosialisasi, ataupun bisa juga disebabkan persaingan dengan lembaga pinjaman yang lain.

Lebih unik lagi, sebagian dari lembaga-lembaga keuangan formal lebih tertarik untuk menawarkan jasa keuangan pada pengusaha kecil ketika usaha yang dikelola telah menunjukkan keberhasilan. Saat-saat awal, di mana pengusaha memerlukan modal pembiayaan lembaga-lembaga keuangan formal tidak memberikan perhatian yang maksimal. Padahal, bagi pengusaha mikro, keberadaan modal menjadi penting. Hasil penelitian dari Dedi Takari, dkk (2007) dalam Muhammad (2009), yang meneliti faktor yang mempengaruhi pertumbuhan UKM menemukan bahwa salah satu kendala yang dihadapi pengusaha kecil adalah modal. Modal yang digunakan pengusaha kecil seperti modal kerja, uang tunai dan persediaan barang-barang untuk kegiatan usaha, peralatan dan perlengkapan usaha serta barang-barang modal lainnya pada umumnya mengandalakan modal sendiri.9 Permasalahan


(12)

seperti ini terkadang menjadikan banyak kalangan pengusaha mikro mengambil langkah mudah untuk mendapatkan pembiayaan rentenir.

Padahal koperasi syariah dinilai mampu menjangkau kalangan ekonomi kecil menengah dengan memberikan pelayanan produk tabungan maupun pembiayaan yang dibutuhkan oleh masyarakat ekonomi kecil dan menengah. Di sini, diharapkan konstribusi dan peran aktif koperasi syariah dalam mengedukasi serta membina masyarakat kecil dan menengah pada pengembangan ekonominya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai mekanisme operasional koperasi syariah. Untuk itu, penelitian ini mengambil judul “IMPLIKASI KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS) TERHADAP SOSIAL EKONOMI

PENGUSAHA MIKRO DI KOTA SURABAYA”.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang muncul adalah:

1. Bagaimana peranan dan implikasi dari Koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah dalam mempengaruhi perkembangan pengusaha mikro?

2. Bagaimana perilaku konsumsi, produksi dan distribusi dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi kecil menengah?


(13)

3. Bagaimana keadaan sosial ekonomi nasabah koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah sebelum dan sesudah bergabung dengan koperasi syariah?

4. Bagaimana efektifitas koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah dalam pendanaan terhadap pengusaha mikro?

5. Bagaimana implikasi dari Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) terhadap sosial ekonomi pengusaha mikro di Surabaya?

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus maka dibutuhkan adanya batasan masalah. Penelitian ini memfokuskan pada:

1. Keadaan sosial ekonomi nasabah KSPPS sebelum dan sesudah bergabung dengan KSPPS.

2. Efektifitas KSPPS dalam pendanaan terhadap pengusaha mikro.

3. Implikasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) terhadap sosial ekonomi pengusaha mikro di Surabaya.

Hal di atas menjadikan koperasi syariah mengetahui sejauh mana implikasi dan peranan Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) terhadap sosial ekonomi pengusaha mikro.

C. Rumuslan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana keadaan sosial ekonomi nasabah KSPPS sebelum dan sesudah


(14)

2. Bagaimana efektifitas KSPPS dalam pendanaan terhadap pengusaha mikro?

3. Bagaimana implikasi dari KSPPS terhadap sosial ekonomi pengusaha mikro di Surabaya?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi keadaan sosial ekonomi nasabah KSPPS di Surabaya. 2. Memahami dan menganalisis efektifitas KSPPS dalam pendanaan

terhadap pengusaha mikro.

3. Memahami dan menganalisis implikasi dari Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) terhadap sosial ekonomi pengusaha mikro di Surabaya.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna bagi banyak pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Kegunaan dari Segi Teoritis

Sebagai upaya untuk menambah dan memperluas wawasan serta pengetahuan tentang pengaruh sosio-ekonomi koperasi syariah terhadap pengembangan ekonomi kecil dan menengah, sehingga dapat dijadikan


(15)

informasi bagi para pembaca dan menambah pengetahuan tentang koperasi syariah yang ada.

2. Kegunaan dari Segi Praktis

a. Bagi penulis, sebagai wahana untuk mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama studi di Perguruan Tinggi dengan membaca kejadian sesungguhnya di lapangan.

b. Bagi Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) atau lembaga keuangan syariah, sebagai tambahan informasi dan dapat menjadi pengukuran hasil dari penerapan yang telah dilakukan pada perkembangan ekonomi kecil menengah.

c. bagi pihak lain, sebagai pengetahuan gambaran lembaga keuangan syariah yang bergerak dibidang mikro. Bagi pemerintah, lebih menyokong ketersediaan dana pertumbuhan koperasi di Indonesia.

F. Kerangka Teoritik

1. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah

Kata koperasi berasal dari cooperation, secara bahasa berarti kerja sama.10 Kerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama untuk kepentingan dan kemanfaatan bersama. Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan


(16)

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berasarkan asas kekeluargaan.11

Dalam menjalankan usahanya, ada koperasi yang hanya melaksanakan satu bidang usaha dan ada yang melakukan usahanya secara multi tujuan. Sebaliknya, ada koperasi yang meluaskan usahanya dalam berbagai usaha yang menghasilkan keuntungan. Modal usaha koperasi didapatkan dari uang simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, pinjaman, pengumpulan hasil usaha, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat gerak koperasi.12

Munculnya koperasi syariah bisa dikatan sebagai koreksi atas koperasi yang ada selama ini yang dinilai tidak sejalan dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam pandangan KOSINDO (Koperasi Syariah Indonesia), koperasi syariah merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional melalui pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya.

Pendekatan yang dilakukan bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:13

11 Agus Wijaya, dkk., Kewirausahaan Koperasi: Studi Kasus Koperasi Karyawan Universitas

Surabaya (Sidoarjo: Brilian Internasional, 2010), 3.

12 Sahrawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2012), 133.

13 Hafidz Abdurrahman dan Yahya Abdurrahman, Bisnis dan Muamalah Kontemporer (Bogor: Al-Azhar Freshzone Publishing. 2014), 15.


(17)

a. Koperasi dipandang sebagai suatu bentuk syirkah yang sering disebut al-jam’iyah at ta’a>wuniyah dan ada pula yang menyebutnya ash-shirka at-ta’a>wuniyah. Sebagian menilai koperasi sejalan dengan syirkah dalam Islam. Pandangan ini contohnya adalah pandangan KOSINDO. Konsep pendirian Koperasi Syariah menggunakan konsep shirkah mufa>wad}ah, yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Masing-masing partner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajiban. Azas usaha koperasi syariah berdasarkan konsep gotong royong, dan tidak dimonopoli oleh salah seorang pemilik modal. Begitu juga dalam keuntungan dan kerugian harus dibagi sama dan proporsional.

b. Mengkonversi kegiatan dan usaha koperasi sehingga dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Pendekatan ini digunakan oleh semua kalangan dan tampak lebih menonjol.

Koperasi syariah dalam melaksanakan kegiatannya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah Islam, antara lain:14

1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.

2) Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen (istiqamah).

3) Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional.

14 Ibid., 16.


(18)

4) Pembagian SHU (Sisa Hasil Usaha) dilakukan secara adil.

5) Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan profesional menurut sistem bagi hasil.

6) Jujur, amanah dan mandiri.

7) Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya ekonomi dan sumber daya informasi secara optimal.

Menjalin dan menguatkan kerjasama di antara anggota, antar koperasi, serta dengan lembaga lainnyaKoperasi syariah di Indonesia dalam periode terakhir berkembang cukup pesat dan continu dalam mengembnagkan usahanya memenuhi kebutuhan para anggotanya. Koperasi syariah menerapkan beberapa aspek dalam menjalankan kegiatannya termasuk aspek keseimbangan, keadilan dan kerjasama.

Melalui perkembangan koperasi tersebut diharapkan manfaat berupa:

a. Meningkatkan kesejahteraan anggota

b. Mengemangkan sikap hidup hemat, ekonomis dan berpandangan ke depan

c. Memberikan pelayanan modal bagi anggota d. Melatih diri berpikir dan bermusyawarah

e. Belajar memimpin dan mengembagan tanggung jawab f. Mengembangkan sikap dan kebiasaan menabung g. meningkatkan kepercayaan pihak lain15


(19)

2. Pengembangan UMKM

Semua kebutuhan ekonomi membutuhkan perencanaan, baik konsumen yang membelanjakan pendapatannya maupun produsen yang memutuskan apa yang akan diproduksi. Masalah perencanaan erat kaitannya dengan masalah bagaimana cara memperoleh sumber keuangan, terutama pada ekonomi kecil menengah.

Peran usaha kecil menegah ini sangat besar terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Oleh karenanya, perlu dijalankan beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk pengembangan usaha kecil menengah, di antaranya:16

a. Meningkatkan akses kesempatan terhadap hal-hal yang saat ini sedikit atau tertutup peluangnya terhadap pengembangan ekonomi rakyat. Misalnya akses terhadap tanah, modal dan teknologi.

b. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha antar pelaku ekonomi. Peningkatan posisi transaksi ekonomi ini bisa dilakukan melalui pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana perhubungan yang akan memperlancar pemasaran produknya.

c. Dalam kaitannya dengan otonomi daerah, maka proses industrialisasi harus mengarah ke pedesaan dengan memanfaatkan potensi lokal yang umumnya adalah agroindustri. Dalam hal itu perlu dihindari terjadinya penggusuran ekonomi rakyat.

16 Binti Inayatuz Zahro, Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) serta Pengaruhnya

terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai Penggerak Perekonomian di Indonesia, dalam http://nayyasemangat.blogspot.com (23 Oktober 2012).


(20)

d. Peningkatan keterampilan SDM (Sumber Daya Manusia) disertai dengan peningkatan perangkat perundangan yang tidak kondusif bagi pengembangan usaha kecil.

Upaya optimalisasi lembaga keuangan syariah (terutama koperasi syariah) akan semakin efektif jika terjalin kerjasama yang baik antara lembaga, pemerintah dan pengusaha kecil. Sehingga usaha kecil menengah bisa dikembangkan dan bisa dijadikan penyetor GDP (Gross Domestic Product) terbesar di Indonesia. Melalui program yang didukung oleh lembaga keuangan syariah, pemerintah dan pengusaha kecil menengah diharapkan usaha kecil menengah mampu berkembang dan semakin kuat eksistensinya dalam perekonomian di Indonesia, sehingga perekonomian di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan perekonomian bisa menjadi lebih meningkat.17

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan tidak merupakan pengulangan dari penelitian yang telah ada.

Penelitian sebelumnya adalah tesis yang berjudul Peran Bank Syariah dalam Mengoptimalkan UMKM Kota Yogyakarta yang ditulis oleh Ninik Hariyati. Tujuan dari penelitian tesebut adalah untuk mengetahui


(21)

peran pembiayaan bank syariah dalam mengoptimalkan UMKM di Yogyakarta dan mengidentifikasi faktor yang menjadi kendala pengoptimalan UMKM tersebut. Hasil analisa data yang diperoleh menujukkan bahwa jenis usaha rata-rata adalah kerajinan dengan lama usaha satu sampai dua tahun. Kendala yang sering timbul adalah modal, karena usaha menengah sampai kecil terbentur dengan modal dan mereka tidak dapat pinjaman karena agunan yang diberikan tidak memenuhi syarat. Menurutnya, dengan adanya lembaga keuangan syariah maka sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha. Solusi yang diberikan bank syariah adalah memberikan pinjaman kepada pengusaha agar perusahaannya tidak tutup.18

Penelitian kedua, adalah penulis Abd. Rouf Wajo, tentang kontribusi Lembaga Keuangan Syariah terhadap sektor Usaha Mikro (Studi atas BMT Yaumi di Ternate). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa mekanisme pembiayaan dana BMT Yaumi terhadap sektor usaha mikro dilakukan dalam beberapa tahapan, pertama: pengenalan persyaratan administratif yang telah ditetapkan oleh pihak BMT untuk dipatuhi setiap nasabah sebagai bentuk perjanjian kerja sama kemitraan antar BMT dengan pengusaha mikro untuk menghindari upaya-upaya penyelewengan yang dilakukan pihak nasabah maupun BMT. Kedua: wawancara dilakukan untuk menganalisa permohonan pembiayaan nasabah. Ketiga: observasi atau studi

18 Ninik Hariyati, “Perbankan Syariah dalam Mengoptimalkan UMKM Kota Yogyakarta” (Tesis—UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010).


(22)

kelayakan dilakukan oleh pihak BMT (devisi simpan pinjam), guna mengidentifikasi keadaan nasabah terutama yang terkait dengan identitas, jenis dan kondisi usaha nasabah. Sedangkan kontribusi BMT Yaumi sebagai lembaga intermediasi dalam pengembangan sektor usaha mikro di Ternate cukup signifikan.19

Penelitian selanjutnya oleh Herri dan kawan-kawannya yang bekerjasama dengan BI (Bank Indonesia) dan Center for Banking Research (CBR)- Andalas University, mengenai peran BPR dalam Pembiayaan UMK di Sumatera Barat. Dalam penelitian ini ada empat pokok pembahasan, yaitu sejauh mana peran BPR dalam pembiayaan UMK, mengidentifikasi kendala yang dihadapi BPR untuk meningkatkan peran dalam pembiayaan UMK, mengetahui kondisi persaingan antar BPR dan lembaga lainnya, serta prospek BPR ke depan dalam pembiayaan UMK. Dari hasil penelitian diperoleh bahwasanya BPR di Sumatera Barat telah berperan dalam menjalankan fungsi intermediasi, terlihat dari peningkatan jumlah dana yang dihimpun dan disalurkan pada nasabah. Untuk kendala yang dihadapi berkenaan dengan tingginya suku bunga, kurangnya sosialisasi, minimnya SDM, keterbatasan modal kerja dan keterbatasan skim pembiayaan.20

19Abd. Rauf Wajo, “Kontribusi Lembaga Keuangan Syariah terhadap Sektor Usaha Mikro (Studi

atas BMT Yaumi di Ternate)” (Tesis—UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2005).

20 Herri dkk., Studi Peningkatan Peran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam Pembiayaan Usaha


(23)

H. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa unit Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang terletak di Surabaya dan sekitarnya, yaitu KSPPS Mu'amalah Berkah Sejahtera Surabaya, KJKS Al-Marwah Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dan KSU Jammas Surabaya.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,21 yaitu penelitian yang menghasikan gambaran atau data deskriptif dari objek yang diteliti. Berdasarkan tempat penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan obyek. Tujuan studi kasus adalah untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yangbersangkutan yang berarti bahwa studi kasus disifatkan sebagai suatu penelitian yang eksploratif dan deskriptif.22

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tantang peranan koperasi syariah dan pengaruh sosio ekonomi koperasi syaiah terhadap pengembangan ekonomi kecil dan menengah. Juga, studi kasus yang digunakan adalah studi kasus observasi, yang mengutamakan teknik

21 Penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 8.

22 Ismail Nawawi Uha, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: CV Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), 83.


(24)

pengumpulan datanya melalui observasi peran serta atau pelibatan. Sedangkan fokus studinya pada organisasi tertentu atau beberapa segi organisasinya.23

3.Sumber Data

Sumber data yang dgunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber data primer

Sumber data primer yaitu subjek penelitian yang dijadikan sebagai sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data secara langsung24 (wawancara). Dalam hal ini subjek penelitian yang dimaksud adalah Manajer administrasi keuangan, AO, administrasi pembiayaan maupun nasabah dari koperasi syariah tersebut.

d. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang bukan hasil dari pengumpulan oleh peneliti sendiri. Data tersebut berupa dokumen, catatan buku arsip dari orang lain yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Sumber data sekunder yang digunakan adalah data-data dokumentatif dari Koperasi syariah tentang jurnal atau neraca keuangan dan slip-slip transaksi dari nasabah.

23 Ibid., 84


(25)

4. Metode Pengumpulan Data

Hal yang harus dilakukan dalam penelitian adalah menentukan teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data, antara lain: a. Studi lapangan

1) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data-data dengan melakukan review terhadap dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diangkat, yaitu hasil dari pendapatan atau transaksi nasabah dalam bentuk pembayaran pembiayaan atau tabungan.

2) Interview, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tatap muka atau wawancara yang mana dikaitkan dengan pengamatan fakta di lapangan dan mengajukan pertanyaan dalam wawancara pada pihak koperasi syariah untuk memberikan data yang diperlukan dalam proses penelitian.

b. Studi pustaka

Pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku atau penelitian terdahulu yang membahas dan berhubungan dengan objek penelitian, antara lain mengenai Koperasi Jasa Keuangan Syariah serta operasionalnya dan pengembangan UMKM.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah mengenai sosio-ekonomi kecil menengah koperasi syariah, pengembangan ekonomi kecil menengah nasabah koperasi syariah serta analisis pengaruh sosio-ekonomi koperasi syariah terhadap pengembangan


(26)

ekonomi kecil menengah adalah deskriptif analisis, yaitu menggambarkan dan menganalisis bagaimana implementasi dan pengaruh adanya koperasi syariah serta peranannya terhadap sosio ekonomi masyarakat kecil menengah, yang mana akan nampak pada hasil dari hubungan transaksi nasabah dengan koperasi syariah.

Analisis data sendiri adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.25 Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.aktivitas dalam analisis dilakukan secara interaktif dan terus menerus. Aktivitas analisis data antara lain:26

a. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, fokus pada hal penting, dicari tema dan polanya. Dalam suatu situasi sosial, peneliti dalam mereduksi data akan memfokuskan pada masyarakat mikro kecil, pekerjaan atau usaha yang dilakukan, dan rumah tinggalnya.

b. Penyajian Data

Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian data yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

25 Sugiyono, Metode Penelitian, 244. 26 Ibid., 246


(27)

c. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan dalam kualitatif merupakan temuan baru dari yang belum ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran objek yang sebelumnya masih belum jelas.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini. Dan agar dapat dipahami permasalahannya lebih sistematis dan kronologis, maka pembahasan ini akan disusun penulis sebagai berikut:

Bab pertama, berisi pendahuluan untuk pengantar tesis secara keseluruhan. Bab ini terdiri dari sub bab yaitu latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian (meliputi: daerah dan jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data) dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, menguraikan tentang pokok-pokok landasan penulisan tesis, yang merupakan materi-materi yang dikumpulkan dan dipilih dari berbagai sumber tertulis yang dipakai sebagai bahan acuan dalam pembahasan atas topik, yang meliputi pembahasan mengenai teori koperasi syariah, implementasi, pengaruh dan peranannya pada era kekinian serta UMKM.


(28)

Bab ketiga, menjelaskan mengenai nasabah atau masyarakat dari beberapa koperasi syariah di daerah Surabaya dan bagaimana operasional yang dijalankan KSPPS dan pengaruh KSPPS juga peranannya pada ekonomi kecil menengah. Pada bab ini, penulis menggambarkan keadaan lapangan tempat penelitian.

Bab keempat, adalah analisis data dan hasil penelitian yang telah dilakukan di tiga koperasi syariah Surabaya. Analisis tersebut berkaitan dengan hasil immplikasi dan peran serta koperasi syariah serta pengaruhnya terhadap sosio-ekonomi nasabah dan pengembangan hasil ekonomi kecil menengah.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini pula akan disimpulkan hasil pembahasan untuk menjelaskan sekaligus menjawab persoalan yang telah diuraikan.


(29)

BAB II

KOPERASI SYARIAH DAN UMKM

A. Peranan Koperasi Syariah

1.Sejarah Singkat Koperasi di Indonesia

Koperasi merupakan suatu wadah bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya serta berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.1 Koperasi di

Indonesia bermula pada tahun 1896 di Purwekerto Jawa Tengah, R. Aria Wiriatmadja atau Tirto Adisuryo mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang kepada rentenir. Koperasi itu kemudian dibantu pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah Belanda. Pada tahun 1933-an koperasi syariah mengalami perkembangan pesat, pemerintah kolonial Belanda khawatir jika koperasi dijadikan tempat pusat perlawanan, akhirnya koperasi dibatasi. Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya, dan tanggal tersebut ditetapkannya sebagai Hari Koperasi Indonesia.2

1 Hendrojogi, Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2007),20.

2 Hafidz Abdurrahman dan Yahya Abdurrahman, Bisnis dan Muamalah Kontemporer (Bogor: Al

Azhar Freshzone Publishing, 2014), 4.


(30)

Tahun 1967 dibuat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian. Selanjutnya UU ini diperbarui dan diganti dengan UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. UU inilah yang mengatur tentang perkoperasian hingga sekarang.3

2. Peran Koperasi Syariah

Ada beberapa peran atau fungsi yang harus dijalankan oleh koperasi. Pertama, koperasi berperan membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

Kedua, kopearsi berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan anggotanya dan masyarakat lingkunganya.

Ketiga, koperasi berperan memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar ketahanan perekonomian nasional.

Keempat, koperasi berperan memperkokoh perekonomian rakyat sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.4

Selain dari itu, melalui perkembangan koperasi diharapkan manfaat berupa:

3 Hafidz Abdurrahman dan Yahya Abdurrahman, Bisnis dan Muamalah Kontemporer, 5. 4 Agus Wijaya, dkk., Kewirausahaan Koperasi, 7


(31)

a. Meningkatkan kesejahteraan anggota

b. Mengemangkan sikap hidup hemat, ekonomis dan berpandangan ke depan

c. Memberikan pelayanan modal bagi anggota

d. Melatih diri berpikir dan bermusyawarah

e. Belajar memimpin dan mengembagan tanggung jawab

f. Mengembangkan sikap dan kebiasaan menabung

g. meningkatkan kepercayaan pihak lain5

3. Penetapan Tujuan dan Sasaran Pembiayaan dalam Keuangan Mikro Islam

Tujuan kegiatan keuangan “corporate” adalah memaksimalkan

keuntungan (profit) para pemegang saham dengan indikasi keberhasilannya berupa earning per share (laba perlembar saham),

sedangkan tujuan kegiatan keuangan “micro” adalah memaksimalkan benefit bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dengan indikasi keberhasilannya adalah:

a. Mengurangi Kemiskinan

b. Memberdayakan kaum wanita atau penduduk yang serba kekurangan

c. Menciptakan lapangan pekerjaan

d. Membantu pertumbuhan usaha yang ada

e. Mendorong pengembangan usaha yang baru6

5 Sahrawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, 124

6 Ahmad Subagyo, Keuangan Mikro Syariah: Suatu Pengantar (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana


(32)

Copestake, dalam Ahmad Subagyo (2015) menyatakan bahwa tujuan utama microfinance tidak hanya mengejar keuntungan maksimal, tetapi memaksimalkan fungsi kemanfaatan bagi pihak yang dilayani saat ini dan di masa yang akan datang. Dilain sisi, pendapat Muhammad

Yunus menolak indikator keberhasilan microfinance dengan pendapatan

perkapita. Menurutnya, definisi keberhasilan pembangunan adalah peningkatan kualitas hidup 50% populasi terbawah. Yusuf menganalogikan indikator kapitalis dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi dengan lokomotif kereta api dan gerbongnya. Ketika lokomotif dibangun dengan harapan dapat menarik gerbong-gerbong dibelakangnya, dengan cara mengayakan sebagian kecil penduduk suatu negeri dengan harapan dapat menarik rakyat miskin untuk menjadi sejahtera adalah hal yang salah.7

Webster, dkk dalam Ahmad Subagyo (2015) menyebutkan bahwa tujuan keuangan mikro adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan lapangan kerja dan peluang pendapatan melalui pendirian dan peluasan usaha mikro

b. Meningkatkan produktivitas dan pendapatan kelompok rentan, terutama kaum wanita dan orang kecil.

c. Mengurangi ketergantungan keluarga pedesaan pada tanaman rawan kekeringan melalui deversifikasi kegiatan dalam menghasilkan pendapatan.


(33)

Sedangkan tujuan keuangan mikro sebagai organisasi pengembangan adalah melayani kebutuhan keuangan dari pasar yang belum terlayani atau tidak cukup dilayani sebagai cara mencapai tujuan

pengembangan.8

Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan sebagai alat ukur masyarakat miskin dan mempertimbangkan pembaruan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menaggulangi kemiskinan. Selain itu garis kemiskinan dapat digunakan sebagai pembatas antara masyarakat yang kehidupannya kekurangan dan tidak sehingga berguna bagi pemerintah dan lembaga amal dalam menjalankan fungsinya.

Definisi miskin menurut Umar Ibn Al-Khathab, adalah:9

a. Bukanlah miskin orang yang tidak memiliki harta, tetapi miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan yang tidak mencukupi kebutuhannya. b. Orang yang memiliki harta kurang dari satu auqiyah10. Satu auqiyah

setara dengan 2,295 gram emas.

8 Ahmad Subagyo, Keuangan Mikro Syariah, 105. 9 Ibid., 106

10 Diriwayatkan dari Abdurrozaq (11:94-95), Abu Ubaid.548, Ibnu Hamz, al Muballa (4:278),

al-muttaqi Al-Hindi (6:606) dalam Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khattab (Jakarta: Khalifa, 2006), 294. Seorang wanita datang kepada Umar r.a. meminta zakat,


(34)

Dalam menentukan tujuan ada prinsip etika keuangan mikro yang membedakan dengan keuangan konvensional. Dalam ekonomi konvensional tidak ada penduan etikanya, yang ada hanya hukum-hukum ekonomi an sich yaitu rasionalisme. Sedangkan dalam keuangan mikro ada istilah yang disebut dengan Ethical Finance (Microfinance). Ethical Finance terbagi menjadi tiga kategori, yaitu inclusive finance, selective finance, dan Compliant finance.11

Gambar 2.1 Jenis Etika Keuangan Mikro

Inclusive finance yaitu keuangan yang mendorong perlawanan terhadap kemiskinan. Keuangan mikro dibangun untuk tujuan kemanusiaan dan sosial yang menjadi perhatian nasional maupun

maka beliau berkata padanya, “jika kamu memiliki satu auqiyah, maka tidak halal bagimu zakat”. Auqiyah setara dengan 40 dirham. Dirham adalah mata uang perak dengan berat 2,295

gram.

11 Ibid., 108-109.

Ethical Finance

Compliant Finance Selective

Finance Inclusive

Finance

Rules and Codes of Conduct

Inclusion Criteria Exclusion

Criteria Sosial and


(35)

internasional baik pemerintah, negara donor, Bank Pembangunan dan NGO).

Selective finance yaitu mendorong sektor-sektor ekonomi yang dipilih atas kesadaran dan kesepakatan bersama masyarakat. Keuangan mendorong dalam pembiayaan yang didukung secara etis yang bersifat subjektif, di mana secara umum menyepakati bahwa objek yang dibiayai adalah sesuatu yang baik, di antaranya tidak membiayai peternakan babi, pembangunan industri tembakau dan alkohol, perjudian, pornografi; serta mendorong untuk pembiayaan yang ramah lingkungan, kebudayaan, seni dan sosial.

Compliant finance yaitu keuangan yang patuh aturan kelompok dan regulasi organisasi yang mengarah pada kejujuran, keadilan, dan keterbukaan. Etika berarti mengakomodir dan menerima kebiasaan dan adat istiadat setempat yang baik sehingga dapat mengurangi resiko conflict of interest antara organisasi yang bergerak di microfinance

dengan stakeholders (masyarakat, pemerintah, kelompok-kelompok

keagamaan, dan lain sebagainya).

Keuangan konvensional memiliki sasaran para pemilik modal (dana), logika rasionalismenya adalah bahwa uang akan mengalir ke wilayah-wilayah yang dapat memberikan keuntungan atau return yang lebih tinggi dengan ketidakpastian yang lebih rendah. Sedangkan sasaran


(36)

keuangan mikro sebaliknya, yaitu pada masyarakat atau penduduk yang berpenghasilan rendah.12

Sasaran keuangan mikro harus dapat diidentifikasi secara jelas sesuai dengan klasifikasi dan persyaratan yang ditentukan. Sasaran dan target keuangan mikro adalah masyarakat yang memiliki usaha mikro dengan skala usaha sebagai berikut:13

a. Pengusaha mikro memiliki kekayaan bersih paling bayak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Pengusaha mikro memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

4. Mode Pembiayaan Keuangan Mikro Islam di Indonesia

Akad-akad dasar pembiayaan syariah yang dipraktikkan di koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah ataupun lembaga-lembaga keuangan mikro meliputi Musha>rakah, mud}a>rabah, murabah}ah, sala>m, dan ijarah muntahiya bi at-tamli>k.14

12 Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khattab, 110-111.

13 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bab IV,

Pasal 6.

14Murabahah menjadi produk unggunal di Indonesia sedangkan Rahn menjadi produk unggulan di

Malaysia, Musha>rakah dipraktikkan di Negara Iran dan Australia, Sala>m dan istis}na’

dipraktikkan di Philipina, dan mud}a>rabah menjadi produk unggul di wilayah Timur Tengah. Dalam Ahmad Subagyo, Keuangan Mikro Syariah, 115.


(37)

a. Mud}a>rabah

Mud}a>rabah berasal dari kata dha>rb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.15

Mud}a>rabah adalah simpanan yang dapat disetor dan ditarik oleh nasabah sewaktu-waktu dengan adanya bagi hasil antara pemilik dana dan pengusaha.16 Secara teknis, mud}a>rabah adalah akad kerjasama

usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (s}a>h}ibul ma>l) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mud}a>rabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.17

Secara umum, landasan dasar syariah mud}a>rabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini.

1) Al-Quran

18

”... dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

karunia Allah SWT ...” (al-Muzzammil: 20)

15Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah; dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001),

95.

16 Muhammad Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Mal wat-Tamwil (BMT),

(Yogyakarta: Citra Media, 2006),

17Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 95. 18 Al-Quran


(38)

Yang menjadi wajhuddila>lah (هلادلا هجو) atau argumen dari surat al-Muzzammil ayat 20 adalah adanya kata yad}ribun yang sama dengan akar kata mud}a>rabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.19

20

”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka

bumi; dan carilah karunia Allah SWT...” (al-Jumu’ah: 10)





21

”Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu....” (al-Baqarah: 198)

Makna dari Surah al-Jumu‘ah: 10 dan al-Baqarah: 198 adalah sama-sama mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan, yaitu dalam bentuk usaha.

2) Hadith

ِبِّلَطُمْلا ِدْبَع ْنِب ُساَبَعْلا ََِدِّيَس َناَك :َلاَق ُهَنَا اَمُهْ َع ُه َيِضَر ِساَبَع ُنْبا ىَوَر

ِهِب ُلِزَْ ي َاَو اًرََْ ِهِب ُكُلْسَيَا ْنَأ ِهِبِحاَص ىَلَع َطَرَ تْشِا ٌةَبَراَضُم َلاَمْلا َعَفَد اَذِإ

19Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 95. 20 Al-Quran


(39)

اَد ِهِب ىََِْشَيَاَو ًًِداَو

ُهَطْرُش َغَلَ بَ ف َنَمَض َكِلاَذ َلَعَ ف ْنِإَف ٍةَبْطَر ِدَبَك َتاَذ ًةَب

َُزاَجَأَف ْمَلَسَو ِهْيَلَع ُه ىَلَص ه ُلْوُسَر

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mud}a>rabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi aturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW. dan Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Thabrani)

َنِهْيِف ٌثَاَث ْمَلَسَو ِهْيَلَع ُه ىَلَص ِه ُلْوُسَر َلاَق ِهْيِبَأ ْنَع ٍبْيَهُص ِنْب ِحِلاَص ْنَع

ِعْيَ بْلِل َا ِتْيَ بْلِل ِِْْعَشلِِ ُِّبلْا ُطَاْخَأَو ُةَضَراَقُمْلاَو ٍلَجَأ ََِإ ُعْيَ بْلا ُةَكَرَ بْلا

Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga

hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqa>rad}ah (mud}a>rabah), dan mencampur gandum dengan tepung

untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah no.

2280, kitab at-Tijarah) 3) Ijma’

Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara


(40)

mud}a>rabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid.22

4) Qiyas

Mud}a>rabah diqiyaskan pada musyaqqah (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun). Manusia diciptakan ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mud}a>rabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan keduanya, yaitu untuk kemaslahatan manusia

dalam memenuhi kebutuhan mereka.23

Selain pada landasan di atas, menurut ahli fiqih dari madzhab Hanafi, sarakhsi (w.483/1090), mud}a>rabah diizinkan karena orang memerlukan kontrak ini. Sementara faqih dari madzhab Maliki, Ibn Rusyd (w.595/1198), menganggap kebolehannya sebagai suatu kelonggaran yang khusus.24

b. Musha>rakah

Musha>rakah adalah kegiatan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan

22Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, 96.

23 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 226.

24 Abdullah Saed, Menyoal Bank Syariah; kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum


(41)

dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.25

International Islamic Bank of Investment and Development mendefinisikan musya>rakah sebagai suatu metode yang didasarkan pada keikutsertaan bank dan pencari pembiayaan untuk suatu proyek tertentu dan keikutsertaan dalam menghasilkan laba atau rugi.26

Landasan Syariah kegiatan Musya>rakah terdapat dalam al-Quran, as-sunnah, ijma’ dan kaidah fiqh.

1) Al-Quran



27

“…….Maka mereka berserikat pada sepertiga…..(QS. An Nisa:12).

















28

Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui

25Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah), 90. 26 Abdullah Saed, Menyoal Bank Syariah, 93. 27 Al-Quran


(42)

bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. (QS. Shad: 24)

2) As-Sunnah

Hadith riwayat Abu Daud dan Hakim dan menyahihkan

sanadnya, dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi saw bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah swt berfirman, “Aku adalah yang ketiga pada dua orang yang bersekutu, selama

salah seorang dari keduanya tidak menghianati temannya, Aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila salah seorang

menghianatinya.”

Dari hadits di atas, maksudnya adalah Allah akan menjaga dan menolong dua orang yang bersekutu dan menurunkan berkah pada pandangan mereka. Jika salah seorang yang bersekutu itu menghianati temannya, Allah akan menghilangkan pertolongan dan keberkahan tersebut.29

3) Al-Ijma’

Ulama Islam sepakat bahwa syirkah diperbolehkan. Hanya saja, mereka berbeda pendapat tentang jenisnya.30 Menurut Ibnu

Qudamah dalam kitabnya al-Mughni, telah berkata, “Kaum

muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara globalwalaupun berbeda pendapat dalam beberapa elemen

darinya.”31

29 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, 185-186. 30 Ibid.,186.


(43)

4) Kaidah Fiqh

لصاا

يف ةلماعملا ةحاباا اا نا لدي ليلد ىلع اهميرحت

32

“Hukum asal dalam semua brntuk muamalah adalah boleh dilakukan

kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

Maksud kaidah di atas adalah bahwa dalam setiap muamalah dan transaksi, pada dasarnya adalah boleh, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, kerjasama (mud}a>rabah atau musha>rakah), perwakilan, dan lain-lain, kecuali yang tegas-tegas diharamkan seperti mengakibatkan kemudaratan, tipuan, judi dan riba.33

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No: 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, telah ditetapkan bahwa dalam kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan musha>rakah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:34

32 Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah. 33 A.Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 130.

34 Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),


(44)

1) LKS dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan bersama-sama menyediakan dana dan/atau barang untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu.

2) Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati.

3) LKS berdasarkan kesepakatan dengan nasabah dapat menunjuk nasabah untuk mengelola usaha.

4) Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang. 5) Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka

barang yang diserahkan harus dinilai secara tunai berdasarkan kesepakatan.

6) Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah.

7) Biaya operasional dibebankan pada modal bersama sesuai

dengan kesepakatan.

8) Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan dalam

bentuk nisbah yang disepakati.

9) Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi modal masing-masing, kecuali jika terjadi kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian dari salah satu pihak.


(45)

10)Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak dan tidak berlaku surut.

11)Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang yang besarnya berbeda-beda berdasarkan kesepakatan pada awal akad. 12)Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan metode bagi

untung atau rugi atau metode bagi pendapatan.

13)Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan keuangan nasabah.

14)Pengembalian pokok pembiayaan dilakukan di akhir periode akad atau dilakukan secara angsuran berdasarkan aliran kas masuk.

15)LKS dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi

resiko apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat dalam akad karena kelalaian atau kecurangan.

c. Murabah}ah

Mura>bah}ah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual-beli dimana lembaga keuangan syariah menyebut jumlah keuntungannya. Lembaga keuangan syariah ataupun koperasi syariah bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank atau lembaga keuangan lainnya dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati


(46)

harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS), mura>bah}ah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.35

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 menempatkan mura>bah}ah sebagai salah satu akad yang digunakan sebagai dasar dalam pnyaluran pembiayaan. Ini termaktub dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) huruf d dan Pasal 21 huruf b angka 2 yang mengamanatkan bahwa salah satu kegiatan usaha Bank Umum Syariah, UUS dan BPRS adalah menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad mura>bah}ah, sala>m dan istis}na’. Definisi operasional pembiayaan mura>bah}ah menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sevagai keuntungan yang disepakati.36

Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang ketentuan mura>bah}ah meliputi lima hal, yaitu:37

1) Ketentuan umum mura>bah}ah dalam LKS menyangkut keharusan LKS untuk melakukan akad mura>bah}ah yang bebas riba serta tidak memperjual belikan barang yang diharamkan syariah. Dalam hal

35 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: RajaGrafindo, 2004),

88.

36 Pasal 19 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008.

37 Atang Abd. Hakim, Fikih Perbankan Syariah: Transformasi Fikih Muamalah ke dalam


(47)

pembiayaan, LKS dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati spesifikasinya. Penentun margin keuntungan atas dasar kesepakatan yang ditetapkan di awal pembiayaan dan tidak mengalami perubahan selama periode pembiayaan.

2) Ketentuan mura>bah}ah kepada nasabah, meliputi; tuntutan

kejujuran seperti menepati janji atas transaksi perjanjian yang telah disepakati bersama pihak bank; nasabah dapat dikenakan kewajiban membayar ganti rugi jika ia membatalkan pesanan yang sudah diperjanjikan dengan pihak LKS.

3) Jaminan mura>bah}ah yang diminta LKS dari nasabah. Ini bertujuan

agar nasabah serius dalam pesanannya.

4) Hutang dalam mura>bah}ah, jika nasabah menjual barang yang ia beli

dari LKS selama masa transaksi, baik mendapat keuntungan atau kerugian, ia tetap wajib menyelesaikan hutangnya kepada LKS sesuai dengan jangka waktu yang disepakati.

5) Penundaan pembayaran dalam mura>bah}ah diberlakukan bagi

nasabah yang dinyatakan pailit d. Sala>m

Sala>m secara bahasa berarti salaf, yaitu taqdi>m (terdahulu). Secara istilah sala>m berarti transaksi jual beli yang pembayarannya dilakukan di muka secara tunai, sementara barangnya di kemudian


(48)

hari.38 Pada saat akad, sifat barang yang menjadi objek jual serta

batasan waktu penyerahan disepakati antara pembeli dan penjual. Dasar hukum sala>m di antaranya:39

1) Qs. Al-Baqarah ayat 282

40

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu

menuliskannya ...”

2) Hadith

“Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim: Bahwasannya Nabi SAW. datang ke Madinah dan penduduk Madinah terbiasa melakukan jual beli kurma dengan sistem salaf. Nabi bersabda:

“Barang siapa yang mempraktikkan jual beli dengan sistem salaf maka hendaklah takaran, timbangan, serta waktu penundaan

penyerahan barangnya diketahui dengan jelas.”

Adapun ketentuan barang sebagai objek jual menurut fatwah DSN MUI adalah sebagai berikut:41

1) Barang harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang 2) Barang harus jelas spesifikasinya

3) Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum diterima

38 Atang Abd. Hakim, Fikih Perbankan Syariah, 232. 39 Ibid

40 Al-Quran


(49)

4) Barang tidak boleh ditkar, kecuali dengan barang sejenis sesuai dengan kesepakatan

Mengenai waktu penyerahan barang, sesuai dengan waktu yang disepakati. Apabila barang tidak tersedia sesuai dengan kesepakatan, maka LKS diperkenankan untuk: menolak barang dan meminta pengembalian dana, atau meminta pergantian barang dengan yang sejenis dan nilai yag setara, dan atau menunggu sampai barang tersedia. Jika kualitas barang lebih tinggi dari yang disepakati, maka LKS tidak wajib membayarkan tambahan kecuali ada kesepakatan sebelumnya. Sebaliknya, apabila kualitas barang lebih rendah maka LKS tidak diperkenankan meminta potongan harga kecuali ada kesepakatan sebelumnya.42

e. Ijar>ah Muntahiya bi Al-Tamli>k

Ija>rah berasal dari bahasa Arab al-ajr, yang secara bahasa berarti ganjaran, balasan atas kebaikan, balasan atas perbuatan, dan pergantian. Secara terminologi, ija>rah adalah akad untuk memperoleh manfaat sebagai pengganti dari barang yang disewakan, barang itu jelas dan manfaatnya bersesuaian.43 Prinsip ija>rah hampir sama dengan jual beli

mura>bah}ah. Perbedannya terletak pada objek transaksi. Pada akad jual

42 Atang Abd. Hakim, Fikih Perbankan Syariah, 236. 43 Ibid., 253.


(50)

beli, objek transaksinya adalah barang. Sedangkan ija>rah objeknya adalah barang dan atau jasa (al-‘amal).

Berdasarkan prinsip dan adanya kesamaan dengan mura>bah}ah, dapat ditarik kesimpulan bahwa ija>rah adalah akad pemindahan manfaat dari barang yang disewakan dengan ketentuan; penyewa berkewajiban membayar uang sewa serta berhak memanfaatkan barang sewaan; jenis barang diketahui; lamanya proses sewa berdasarkan kesepakatan; dan barang sewaan kembali pada pemilik setelah jatuh tempo pengembalian atau dibeli oleh penyewa (ija>rah bi al-tamli>k).44

Pada lembaga keuangan syariah, ija>rah adalah lease contract di mana LKS menyewakan peralatan seperti gedung atau alat transportasi kepada nasabah berdasarkan atas pembebanan biaya yang telah ditentukan secara pasti sebelumnya.

B. Pemberdayaan Usaha Mikro

Pemberdayaan usaha kecil mengandung arti menyiapkan dan menjadikan usaha kcil memiliki kemampuan atau kekuatan untuk berpijak di atas kakinya sendiri (mandiri).45 Makna pemberdayaan berarti memberi

kekuasaan atau wewewnang agar seseorang atau sekelompok orang memiliki kemampuan dan keberdayaan.

44 Ibid., 254.


(51)

Upaya ke arah pemberdayaan usaha kecil sesungguhnya mengandung stigma negatif di mana usaha kecil sebagai usaha yang memiliki ketidakberdayaan. Pada sisi lain, pemberdayaan usaha kecil mengisyaratkan fakta adanya dikotomi antara dua kekuatan yang semestinya berdampingan secara sinergik, yaitu usaha kecil sebagai representasi dari ekonomi rakyat versus ekonomi kuat.

Ekonomi rakyat adalah sebuah tatanan ekonomi yang terdiri dari sejumlah usaha kecil, dikelola oleh rakyat, modal dan akumulasinya masih sangat terbatas, teknologi dan manajemennya bersifat tradisional, padat karya, dan output produksinya diperuntukkan pada rakyat.46

Peran UMKM sangat besar terhadap pertumbuhan dan pengembangan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari sumbangan terhadap PDB yang mencapai hampir 60% lebih yang disumbangan UMKM terhadap perekonomian di Indonesai. UMKM adalah salah satu komponen yang mampu bertahan di tengah krisis yang melanda Indonesia, ini dapat di buktikan ketika krisis yang terjadi tahun 2008. UMKM masih bisa survival di tengah gulung tikarnya usaha-usaha besar.

Selain itu sektor UMKM menjadi salah satu penyumbang ekonomi terbesar di Indonesia. Memasuki era liberalisasi ekonomi dan perdagangan ke depan, tentunya usaha kecil semakin menghadapi tantangan hebat dalam persaingan dengan pihak asing yang produknya beredar di Indonesia.


(52)

Langkah-langkah penguatan ekonomi harus segera di terapkan mengingat UMKM berkontribusi besar dalam perekonomian nasional.

Beberapa desain strategis yang bisa dilakukan untuk pengembangan

UMKM sebagai berikut diantaranya:47

a. Meningkatkan akses kesempatan (acces of opportunity) terhadap hal-hal yang saat ini sangat sedikit atau tertutup peluangnya untuk pengembangan ekonomi rakyat. Misalnya akses terhadap proses produksi seperti tanah,modal dan teknologi.

b. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha antar pelaku

ekonomi.Peningkatan posisi transaksi ekonomi ini bisa dilakukan melalui pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana perhubungan yang akan memperlancar pemasarn produknya.

c. Dalam kaitannya otonomi daerah maka proses industrialisasi harus mengarah ke perdesaan dengan memanfaatkan potensi local,yang umumnya adalah agroindustri. Dalam proses itu perlu di hindari terjadinya

“penggusuran” ekonomi rakyat.

d. Peningkatan keterampilan SDM disertai dengan peningkatan perangkat peraturan perundangan yang benar-benar melindungi UMKM dan mengkaji nulang perangkat perundangan yang tidak kondusif bagi pengembangan usaha kecil.

Dengan pengembangan UMKM ini ,di harapkan perekonomian bisa membaik secara berangsur-angsur.UMKM memberikan pengaruh yang


(53)

besar terhadap perekonomian di Indonesia karena UMKM bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja sehingga angka pengangguran di Indonesi bisa berkurang,UMKM juga membayar pajak kepada pemerintah sehingga uang dari pembayarannya itu bisa digunakan untuk pembanguna sarana umum dan perbaikan perekonomian di Indonesia.

UMKM mengambil peran penting dalam kemajuan perekonomian di Indonesia, oleh sebab itu pemerintah harus memberikan dukungan dan bantuan kepada UMKM agar bisa berkembang dengan baik dan tidak kalah saing dengan produk luar.

Berdasarkan informasi dari data Usaha Kecil Menengah (UKM), BPS pada bulan Mei 2008 telah menjelaskan beberapa indikator kunci

UMKM sebagai berikut:48

a. Pertumbuhan PDB Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bila dirinci

menurut skala usaha mencapai 6,4 persen dan Usaha Besar (UB) tumbuh 6,2 persen. Pada tahun 2007 total nilai PDB Indonesia mencapai Rp 3.957,4 triliun, dimana UKM memberikan kontribusi sebesar Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari total PDB Indonesia.

b. Jumlah populasi UKM pada tahun 2007 mencapai 49,8 juta unit usaha

atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia.


(54)

c. Nilai investasi fisik UKM yang dinyatakan dengan angka Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada tahun 2007 mencapai Rp 462,01 triliun atau 46,96 persen terhadap total PMTB Indonesia.

Pengembangan ekonomi rakyat tidak dapat dicapai hanya dengan mengandalkan strategi pertumbuhan. Telah terbukti bahwa dampak kebijakan yang hanya mengandalkan pertumbuhan, justru semakin memperlebar jurang kesenjangan. Karena itulah strategi pembangunan ekonomi kita bertumpu pada trilogi pembangunan.49

Upaya pengembangan ekonomi rakyat melalui UMKM, perlu diarahkan utuk mendorong perubahan struktural, yaitu dengan memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian nasional. Perubahan struktural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisonal ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dari ketergatungan kepada kemandirian. Perubahan struktural ini mensyaratkan langkah-langkah dasar yang meliputi pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan, penguasaan teknologi, serta pemberdayaan sumber daya manusia.

Pengembangan sosio-ekonomi masyarakat memusatkan

perhatiannya pada tiga hal, yaitu:50

49 Hasna, Membangun Ekonomi Rakyat melalui Usaha, dalam hasna921.blogspot.co.id

(21September 2015).

50 Parmadiseme, Pendekatan Sosio Ekonomi, dalam https://parmadiseme.wordpress.com/ (21


(55)

a.Analisis sosial terhadapproses ekonomi, misalnyaproses pembentukan harga pelaku ekonomi

b.Analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan instansi lain dari masyarakat, misalnya hubungan antara ekonomi dengan agama

c.Studi tentang perubahan institusi dan parameter budaya yang menjadi konteks bagi landasan ekonomi masyarakat, misalnya semangat kewirausahaan.

C. Permasalahan dan Kebijakan UMKM

Ada beberapa permasalahan bagi UMKM, yaitu:51

1. Kurangnya Permodalan dan terbatasnya Akses Pembiayaan

Permodalan merupakan faktor utama yang diperuntukkan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UMKM,oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, mengandalkan modal dari pemilikdengan jumlah terbatas. Sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh lembaga keuangan tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi UMKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UMKM memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan anggunan.

51 Hasna, Membangun Ekonomi Rakyat melalui Usaha, dalam hasna921.blogspot.co.id


(56)

Terkait dengan hal ini, UMKM juga menjumpai kesulitan dalam hal akses terhadap sumber pembiayaan. Selama ini yang cukup familiar adalah mekanisme pembiayaan yang disediakan oleh Lembaga Keuangan dimana disyaratkan adanya agunan.

2. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Sebagian usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbtasan kualitas sumber daya manusia usaha kecil baik dri segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu, dengan keterbatasan kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untukmeningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh:

a. Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar

b. Mentalitas pengusaha UMKM

3. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

Upaya pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah dari tahun ke tahun diperhatikan dan dievaluasi perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan Produk Domestik Brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja,ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto. Keseluruhan indikator ekonomi


(57)

tersebut dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UMKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksaaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

4. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang dimiliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang juga UMKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang dsebabkan karena mahalnya harga sewa atau tempat yang kurang strategis.

5. Implikasi otonomi daerah

Dengan berlakunya undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang kemudian di ubah dengan UU No. 32 Tahun 2004, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupaya pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada UMKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing UMKM. Di samping itu, semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.


(1)

BAB V PENUTUP

Berdasarkan pemaparan pada Bab III dan Bab IV, penulis menyimpulkan hal-hal yang telah didapat selama penelitian yang telah dilakukan. Adapun kesimpulan dan sarannya adalah sebagai berikut:

A. KESIMPULAN

1. Banyak dari masyarakat membuka usaha menggantungkan dengan modalnya sendiri dikarenakan takut dengan sistem yang ada sekarang seperti rentenir, sehingga usaha yang dijalankan terkesan pasif dan berkembangnya lama. Sedangkan pengusaha mikro yang mendapatkan permodalan dari lembaga keuangan yang baik, akan menjadi baik pula perkembangan usaha yang tengah dijalankan. Terbukti dari beberapa nasabah yang penulis teliti, sebelum bergabung dengan KSPPS permodalan dan pendapatan hanya seadanya, sedangkan setelah bergabung dengan KSPPS, usahanya semakin berkembang setelah melakukan pembiayaan penambahan modal usaha, karena di koperasi disarankan pula membuka rekening simpanan guna mempermudah pembayaran angsuran melalui debet rekening. Ini menjadikan nasabah terbiasa dengan manabung juga.

2. Koperasi Syariah merupakan salah satu dari lembaga-lembaga keuangan sebagai intermediasi pemilik modal dengan orang yang


(2)

101

101

membutuhkan dana. Kualifikasi khusus dengan persyaratan mudah yang harus dipenuhi untuk nasabah yang ingin mendapatkan pendanaan tidak harus menunggu lama, sekitar 3-4 hari dari masa pengajuan. Pihak koperasi syariah juga bijaksana dalam mengambil keputusan bagi calon anggota yang hendak mengajukan pendanaan sebagai usaha. Dari ketiga KSPPS yang telah diteliti, dalam pelaksanaan sebagai lembaga keuangan, yang paling efektif menjalankankan dan membina anggota adalah KSPPS MBS.

3. Peran koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah terhadap perkembangan pengusaha mikro dijalankan dengan salah satu produk andalan adalah pembiayaan mur>abah}ah. Pendapatan dari pengusaha

mikro semakin meningkat dan dapat membuka lapangan usaha bagi orang lain. Selain itu, kepada nasabah, pihak KSPPS tidak melepas begitu saja, adanya pembinaan dan ilmu-ilmu yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari maupun mengenai pengelolaan pendapatan. Ini menjadikan nasabah merasa puas dan percaya dan terus melakukan transaksi kepada pihak KSPPS.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan, dapatlah kiranya penulis memberikan saran:

1. Diadakannya pengawasan dan pembinaan yang maksimal untuk anggota dan nasabah yang mengajukan pembiayaan di koprasi syariah


(3)

untuk usahan, agar usaha tersebut lebih berkembang dengan struktur yang baik sehingga dapat dengan jelas para pengusaha mikro dalam laporan keuangannya.

2. KSPPS lebih mengoptimalkan pembiayaan mura>bah}ah produktif

kepada pengusaha mikro sehingga dapat mengangkat sosial ekonomi keluarganya sendiri, perkembangan usaha dan mampu menciptakan lapangan-lapangan kerja bagi yang lain.


(4)

10

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran

Abdurrahman, Hafidz dan Yahya Abdurrahman. Bisnis dan Muamalah Kontemporer. Bogor: Al-Azhar Freshzone Publishing. 2014.

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah; dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. 2001.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar, Cetakan VIII. 2007.

Burhanuddin,A spek Hukum Lembaga Keuangan Syariah.Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.

Djazuli, A. Kaidah-Kaidah Fikih. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010.

Dumairy.Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1996. Fatwa DSN MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000

Hakim, Atang Abdul. Fikih Perbankan Syariah: Transformasi Fikih Muamalah ke dalam Perundang-Undangan. Bandung: Refika Aditama. 2011.

Hasna, Membangun Ekonomi Rakyat melalui Usaha, dalam hasna921.blogspot.co.id (21September 2015).

Hariyati, Ninik. “Perbankan Syariah dalam Mengoptimalkan UMKM Kota Yogyakarta”. Tesis—UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2010.

Hendrojogi. Koperasi: A sas-A sas, Teori dan Praktik. Jakarta: PT rajaGrafindo Persada. 2007.

Herly, Azhari. “Peran Pemerintah dalam Mendukung Penerapan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Syariah”, dalam http://stei-iqra-annisa.ac.id/berita.html (10 Mei 2013).

Herri dkk., Studi Peningkatan Peran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam Pembiayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Sumatera Barat, dalam www.bi.go.id (27 Desember 2007).


(5)

Karim, Adiwarman. Bank Islam A nalisis Fikih dan Keuangan. Jakarta: RajaGrafindo. 2004.

K. Lubis, Sahrawardi.Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2000. _______ dan Farid Wajdi. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta Timur: Sinar

Grafika. 2012.

Kepmen Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah Republik Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 dalam permen KUKM Nomor 16 Tahun 2015.

Mannan, M. Abdul.Toeri dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa. 1997.

Muhammad. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.

Mulyono, Sri. Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Skonomi UI. 2006.

Parmadiseme, Pendekatan Sosio Ekonomi, dalam https://parmadiseme.wordpress.com/ (21 September 2015).

Priyo Hastono, Sutanto. A nalisis Data; Modul.Jakarta: FKM UI. 2004. Ridwan, Muhammad. Manajemen Baitul Ma>l W a Tamwi>l, BMT.

Yogyakarta: UII Press. 2004.

_______. Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Mal wat-Tamwil (BMT). Yogyakarta: Citra Media. 2006.

Saed, Abdullah. Menyoal Bank Syariah; Kritik atas Interpretasi Bung Bank Kaum Neo-Revalis.Jakarta: Paramadina. 2004.

Subagyo, Ahmad. Keuangan Mikro Syariah: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media. 2015.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2008.

Suparyanto. Tujuan, Kerangka Teori, Kerangka Konseptual dan Kerangka Operasional Penelitian (www.dr-suparyanro.blogspot.com, 27/11/2009).


(6)

10✂

Uha, Ismail Nawawi, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: CV Dwiputra Pustaka Jaya. 2012.

Wajo, Abd. Rauf. “Kontribusi Lembaga Keuangan Syariah terhadap Sektor Usaha Mikro (Studi atas BMT Yaumi di Ternate)”. Tesis—UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2005.

Wijaya, Agus, dkk., Kewirausahaan Koperasi: Studi Kasus Koperasi Karyawan Universitas Surabaya. Sidoarjo: Brilian Internasional. 2010. Yusuf, Muhammad.Bank Kaum Miskin. Jakarta:Penerbit Marjin Kiri. 2004. Zahro, Binti Inayatuz. Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

serta Pengaruhnya terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai Penggerak Perekonomian di Indonesia, dalam http://nayyasemangat.blogspot.com (23 Oktober 2012).


Dokumen yang terkait

Fungsi Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam Meningkatkan Ekonomi Rumah Tangga di Nagari Tanjuang Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar

1 65 117

Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan

1 49 107

Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam BMT Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Padangsidimpuan.

9 105 81

Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam Terhadap Pengembangan usaha Mikro dan Kecil di Kota Padangsidimpuan.

30 148 79

Analisis Perbandingan Koperasi Simpan Pinjam (KOPDIT) Dengan Koperasi Unit Desa (KUD) Di Kabupaten Karo( Studi Kasus : Kopdit Unam Dan Kud Sada Kata )

7 160 53

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Pada Koperasi Menurut PP No.9 Tahun 1995 (Studi Pada Koperasi Pegawai Negeri Guru SD Kec, Binjai Barat Di Kota Binjai)

0 30 154

IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI SEDEKAH TERPIMPIN PADA PEMBIAYAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH (MITRA USAHA IDEAL) BUNGAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM.

0 0 127

PENGARUH UTILITARIAN VALUE DAN HEDONIC VALUE TERHADAP LOYALITAS ANGGOTA PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS) AMANAH UMMAH SURABAYA.

0 3 108

ANALISIS PROSEDUR SIMPANAN DIRHAM BAROKAH KSPPS (KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH) ANDA KANTOR CABANG KARANGGEDE Tugas Akhir - ANALISIS PROSEDUR SIMPANAN DIRHAM BAROKAH KSPPS (KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH) ANDA KANTOR CABANG

1 7 100

ANALISIS KELENGKAPAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS) SESUAI DENGAN STANDAR AKUNTANSI KOPERASI SYARIAH (SURVEY PADA KSPPS DI KOTA PADANG) - Politeknik Negeri Padang

0 0 7