IMPLEMENTASI PUNISHMENT DENGAN MENGHAFAL SURAT PENDEK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PAI DI SMP ISLAM WALI SONGO SIDOARJO.

(1)

IMPLEMENTASI PUNISHMENT DENGAN MENGHAFAL SURAT PENDEK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA

PELAJARAN PAI

DI SMP ISLAM WALI SONGO SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh : Achmad Yahdi NIM. D01212070

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUHAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Achmad Yahdi, NIM D01212070, Judul Skripsi Implementasi Punishment Dengan

Menghafal Surat Pendek Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI Di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo. Skripsi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Implementasi punishment menghafal surat pendek di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo; (2) Penerapan punishment dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo; (3) Implenentasi punishment dengan menghafal surat pendek dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.

Punishment adalah suatu perbuatan yang kurang menyenangkan, berupa penderitaan yang diberikan kepada siswa sadar dan sengaja, sehingga menimbulkan kesadaran dalam hati siswa untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi. Menghafal addalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat.prestasi belajar adalah sebagai hasil yang dicapai dari usaha seseorang untuk merubah dirinya dengan jalan memperoleh kecakapan baru dan hasil perubahan itu diperoleh melalui latihan dan pengalaman.

Penilitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yang mana peneliti akan mencoba mendeskripsikan Implementasi Punishment dengan Menghafal Surat Pendek dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana kegiatan implementasi punishment dengan menghafal surat pendek di SMP Islam Wali Songo dan dapat merumuskan implementasi punishment dengan menghafal surat pendek dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo. Hasil dari penelitian ini, secara empiris akan dapat menjadi keilmuan dalam mengkontruksi paradigma punishment sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar.

Temuan dalam penelitian ini adalah kegiatan punishment menghafal surat pendek yang dilaksanakan secara rutinitas merupakan kunci utama dari suksesnya prestasi belajar mata pelajaran PAI di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo, sebagaimana teori punishment yang dikaji pada umumnya, sekolah ini menyusun perencanaan dengan matang, membuat klasifikasi punishment, menerapkan implementasi punishment dengan menghafal surat pendek secara maksimal, dan mengadakan pembinaan bagi siswa yang sering terlambat setiap sebulan sekali. Selain dari pada itu, tanggung jawab kepala sekolah yang besar, profesionalisme guru yang terus ditingkatkan, dan kedisiplinan siswa yang diterapkan juga merupakan kunci keberhasilan prestasi belajar di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Penelitian Terdahulu ... 13

F. Batasan Masalah ... 14

G. Definisi Konseptual ... 15

H. Metode Penelitian ... 17


(8)

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ... 24

A. Punishment ... 24

1. Pengertian Punishment... 24

2. Macam-macam Punishment ... 28

3. Tujuan Punishment ... 33

B. Menghafal Juz Amma ... 36

1. Pengertian Menghafal ... 36

2. Macam-macam Metode Menghafal ... 37

3. Pengertian al-Qur’an ... 39

4. Pengertian Juz Amma ... 42

5. Menghafal Juz Amma ... 44

C. Prestasi Belajar ... 49

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 49

2. Faktor-faktor Prestasi Belajar ... 52

3. Indikator Prestasi Belajar ... 59

4. Batas Minimal Prestasi Belajar ... 63

D. Implementasi Punishment dengan Menghafal Surat Pendek dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI .... 65

1. Syarat Pelaksanaan Punishment ... 65

2. Metode Menghafal Cepat ... 69


(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 73

A. Jenis Penelitian ... 73

B. Tempat Penelitian ... 75

C. Obyek Penelitian ... 75

D. Data dan Sumber Data ... 75

E. Teknik Pengumpulan Data ... 78

F. Teknis Analisi Data ... 83

G. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 93

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 93

1. Sejarah berdirinya sekolah ... 93

2. Visi dan Misi Sekolah ... 96

3. Keadaan Siswa ... 97

5. Keadaan Guru ... 98

6. Sarana dan Prasarana ... 101

B. Penerapan dan Analisa Data ... 114

1. Implementasi Punishment dengan Menghafal Surat Pendek di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo ... 116

2. Peningkatan Prestasi Belajar PAI di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo ... 121

3. Implementasi Punishment dengan Menghafal Surat Pendek dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo ... 125


(10)

BAB V PENUTUP ... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ... 60

Tabel 2.2 ... 64

Tabel 3.1 ... 78

Tabel 3.2 ... 80

Tabel 3.3 ... 82

Tabel 4.1 ... 96

Tabel 4.2 ... 97

Tabel 4.3 ... 99

Tabel 4.4 ... 110

Tabel 4.5 ... 114

Tabel 4.6` ... 115


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap manusia pastilah senantiasa membutuhkan pendidikan dalam hidupnya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan salah satu tujuan Negara Indonesia. Pendidikan yang berfungsi untuk memanusiakan manusia, sangat berperan aktif untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia agar menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlak mulia. Dengan meningkatnya sumber daya manusia, pastilah menjadi modal utama berkembangnya suatu bangsa dan negara. Sehingga baik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya sudah sadar betul tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak generasi penerus bangsa. Pentingnya pendidikan ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” 1

1 Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


(13)

2

Menurut John Dewey, Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok di mana ia hidup.2

Di dalam khazanah pemikiran pendidikan islam, ada dua istilah penting yang saling memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Dua istilah tersebut adalah “pendidikan” dan “pengajaran”. Pengajaran merupakan kiat atau strategi untuk mengaktualkan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan suatu nilai yang terus berjalan tanpa henti agar dapat diwujudkan dalam pengajaran. Kata “pendidikan” dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta‟lim”, dengan kata kerja “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta‟lim”.3

Kehidupan beragama merupakan salah satu dimensi kehidupan yang sangat penting pada setiap individu dan warga negara. Melalui pendidikan agama diharapkan mampu terwujud individu yang berkepribadian utuh sejalan dengan pandangan hidup bangsa. Untuk itu, pendidikan agama islam memiliki tugas yang sangat berat, yakni bukan hanya mencetak

2 A. Yunus, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Citra Sarana Grafika, 1999), hal. 7. 3 Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 25


(14)

3

peserta didik pada satu bentuk, tetapi berupaya untuk menumbuhkembangkan potensi yang ada pada diri mereka seoptimal mungkin serta mengarahkannya agar pengembangan potensi tersebut berjalan sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.

Jadi, pendidikan adalah proses yang mempunyai tujuan, sasaran dan obyek. Secara mutlak, pendidikan yang sebenarnya hanyalah Allah, pencipta fitrah dan pemberi berbagai potensi. Dia-lah yang memberlakukan hukum dan tahapan perkembangan serta interaksinya, dan hukum untuk mewujudkan kesempurnaan, kebaikan serta kebahagiaan. Pendidikan menuntut adanya langkah-langkah yang secara bertahap harus dilalui berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan urutan yang telah disusun secara sistematis. Kerja pendidik harus mengikuti aturan penciptaan dan pengadaan yang dilakukan Allah, sebagaimana harus mengikuti Syara‟ dan Din Allah.4

Dengan demikian, mengingat berat dan besarnya peran pendidikan agama Islam, maka perlu diformulasikan sedemikian rupa, baik yang menyangkut sarana insani maupun non insani secara komprehensif dan integral. Formulasi yang sedemikian bisa dilakukan melalui sistem pengajaran agama Islam yang baik dengan di dukung oleh sumber daya manusia (guru) yang berkualitas, metode pengajaran yang tepat, dan sarana prasarana yang memadai. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan

4 Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: CV.


(15)

4

ini, seyogyanya harus disertai dengan peningkatan mutu kompetensi yang dimiliki oleh para guru di sekolah. Sebab guru sebagai pendidik menjadi salah satu faktor terbesar dalam keberhasilan suatu pendidikan dibandingkan faktor-faktor lainnya. Sehingga seorang guru haruslah memiliki sifat bijaksana dalam memberikan pengajaran dan mengelola pembelajaran di dalam kelas.

Di sekolah yang kita kenal sebagai komunitas belajar (learning community), guru adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas perkembangan perilaku dan prestasi peserta didiknya. Baik dan buruknya perilaku dan prestasi seorang anak pun ditentukan dari bagaimana kesungguhan seorang guru dalam mendidik siswanya dan kemampuannya untuk mengelola kelas agar suasana pembelajaran di kelas menjadi kondusif. Sehingga tak dipungkiri lagi, bahwa dalam proses belajar-mengajar, seorang guru pastilah banyak menghadapi kesulitan dan berbagai macam masalah di kelas.

Selain itu, pandangan masyarakat pada umumnya siswa hanya dipandang sebagai botol kosong yang siap diisi air. Siswa di kelas diharuskan untuk duduk, diam, dengar, dan hafal saja. Maka interaksi yang berlangsung satu arah ini hanya akan menjadikan alur proses belajar yang membosankan. Hal ini tentunya akan menyebabkan rendahnya motivasi dan prestasi belajar siswa. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru


(16)

5

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.5 Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan pengelolaan yang digunakan guru di kelas. Selain itu selama ini kebanyakkan guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang banyak didominasi guru. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilaksanakan seseorang sebagai penerima pelajaran (siswa), sedangkan mengajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar dan mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pembelajaran. Apabila seorang guru kesal dengan perilaku muridnya, mestinya punishment yang

diberikan kepada murid tersebut adalah guru memberikan teguran kepadanya terlebih dahulu. Apabila teguran guru tidak dihiraukannya, seorang guru menampak raut muka kesal (misalnya tatapan mata manatap tajam kepada siswa bersangkutan) dan lain sebagainya. Proses pembelajaran PAI sudah barang tentu materi yang diajarkan terkandung pembahasan seputar akidah, akhlak, sirah yang sifat nuansanya begitu spiritual. Oleh sebab itu, peranan seorang guru PAI dalam menyetting

5 Pupuh Fathurorrahman, dkk., strategi belajar mengajar-strategi mewujudkan pembelajaran

bermakna melalui penanaman konsep umum dan konsep islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), hal. 5


(17)

6

pembelajaran sangat diperlukan. Anatara lain perlunya persiapan yang matang ketika ingin mengajar.

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mempersiapkan masa depan. Oleh karena itu sebagai tenaga pendidik harus pintar-pintar mensiasati agar siswa termotivasi menjadi lebih baik salah satunya dengan cara menerapkan punishment. Punishment

(hukuman) adalah sebuah cara untuk mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan tata tertib yang berlaku secara umum. Punishment juga

bepengaruh terhadap hasil belajar siswa, awal mulanya pasti banyak yang berfikir jika punishment adalah sesuatu hal yang buruk seperti banyak

kasus yang terjadi akhir- akhir ini di sekolah-sekolah adanya punishment

yang berbentuk kekerasan sehingga menyebabkan siswa merasa terauma atau siswa mengalami luka-luka tetapi punishment yang dimaksut saat ini

bukanlah punishment yang hanya merugikan orang-orang, kita harus mulai

berfikir positif agar suatu hal menjadi positif begitu juga dengan

punishment (hukuman).

Tidak semua hukuman itu buruk karena banyak sekali punishment

yang sangat bermanfaat contohnya siswa terlambat sehingga siswa harus menghafalkan surat-surat pendek itu kan sangat bermanfaat dalam pendalaman tentang islam. Ada beberapa fungsi penting dalam punishment

adalah membatasi perilaku sehingga tidak akan mengulangi untuk kedua kalinya, bersifat mendidik, memperkuat motifasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak diharapkan. Siswa di SMP Islam Wali


(18)

7

Songo Sidoarjo adalah SMPyang berbeda pada SMP lain pada umumnya, guru-guru di SMP ini sangat berupaya keras dalam meningkatkan prestasi belajar siswa salah satunya dengan adanya punishment. SMP Islam Wali

Songo Sidoarjo memiliki tenaga pendidik yang terdiri dari guru-guru senior dan guru-guru baru, tetapi perbedaan usia mereka menjadikan mereka saling bertukar ilmu satu sama lain. Penunjang prestasi belajar siswa yaitu punishment, punishment istilah ini sering didengar dengan arti

hukuman. Banyak sekali yang berfikir bahwa hukuman itu bersifat menyiksa atau menakutkan tetapi berbeda sekali dengan hukuman yang diberikan oleh guru di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo ini, guru-guru tidak memberikan hukuman yang bersifat menyiksa atau merugikan siswa karena hukuman semacam itu hanya akan mengganggu psikologis siswa, sehingga siswa merasa takut dan tertekan di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo ini guru memberikan hukuman yang bermanfaat untuk siswa contohnya yang terlambat masuk sekolah disuruh untuk menghafalkan surat-surat pendek.

Peraturan dibuat untuk menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran dari proses pendidikan dapat dihindarkan. Di setiap sekolah peraturan yang dibuat berbeda, bergantung dari manajemen sekolah masing-masing. Dalam proses pendidikan, peraturan/tata tertib yang dibuat oleh sekolah banyak yang menerapkan hukuman

(punishment). Berbeda dengan sekolah lain. Punishment diartikan sebagai


(19)

8

dijatuhkan kepada anak didik yang melakukan kesalahan, agar anak didik tersebut menyadari kesalahannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulangi kesalahannya.6 Dalam literatur islam hukum diistilahkan „iqab, jaza‟, dan uqubah. Adapun tujuan dari pemberian hukuman ini sebagai efek jera.

Namun apabila seorang guru ingin memberikan punishment atau sangsi

kepada siswanya haruslah mempertimbangkan lebih matang, apakah perbuatannya setimpal dengan sangsi yang akan diberikan. Menjadi pertanyaan apakah hukuman itu harus berpusat kepada fisik seorang peserta didik tidak juga dilarang, sebagaimana yang penulis paparkan di atas adalah mempertimbangkan terlebih dahulu konsekuensinya apabila menghukum bagian fisik. Sebagai contoh menjewer telinga siswa, mencubit, mengunting rambut gondrong siswa dengan compang camping karena tidak mengindahkan peraturan sekolah, hal tersebut hal yang wajar dilakukan oleh seorang guru, selama dalam batas tidak berlebihan.

Ada faktor untuk membuat peserta didik disiplin datang ke sekolah dengan hukuman (Punishment). Adanya punishment yang sudah

diterapkan oleh guru diharapkan dapat menumbuhkan motivasi peserta didik agar tidak terlambat datang ke sekolah. Penulis dan guru berupaya meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI melalui punishment.

Punishment di terapkan pada keterlambatan peserta didik datang ke


(20)

9

sekolah yang mana sudah dilaksanakan oleh guru. Penulis berkolaborasi dengan guru bimbingan konseling (BK) untuk menghafalkan surat pendek dalam hal meningkatkan prestasi belajar mata pelajar PAI, sehingga dengan adanya punishment diharapkan peserta didik disiplin waktu dan

hafal surat-surat pendek.

Guru sebagai komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah harus memiliki kemampuan yang memadai. Guru harus mempunyai keterampilan dan kemampuan profesional untuk meningkatkan kemampuan mengajar, agar menarik dan tidak membosankan. Selain itu, guru juga harus memiliki kepribadian yang menarik dan kesungguhan dalam melaksanakan tanggung jawabnya di depan peserta didik sehingga peserta didik dapat termotivasi untuk belajar dan prestasi belajarnya meningkat. Guru juga merancang suatu program pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didiknya, misalnya dengan merancang program pembelajaran yang menyenangkan karena belajar yang menyenangkan tidak ada lagi batasan dalam diri peserta didik. Kecerdasan peserta didik dapat berkembang sehingga kompetensi meningkat tercermin dari meningkatnya prestasi belajar peserta didik. Sebagaimana telah diketahui, proses belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Selain itu proses belajar mengajar yang khusus sehingga dapat tercapainya perubahan tingkah laku yang di inginkan sebagai hasil belajar. Sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik “Prestasi belajar adalah sebagai hasil yang


(21)

10

dicapai dari usaha seseorang untuk merubah dirinya dengan jalan memperoleh kecakapan baru dan hasil perubahan itu diperoleh melalui latihan dan pengalaman”.7

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan pada jenjang sekolah menengah pertama, maka perlu adanya peningkatan prestasi belajar pada peserta didik. Dengan demikian guru sangat berperan aktif terhadap perilaku agama peserta didiknya disekolah dan sangat menentukan prestasi belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat diketahui dari prestasi belajar peserta didik yang diperoleh. Prestasi belajar peserta didik dikaitkan dengan tinggi rendahnya nilai yang dicapai peserta didik, daya serap peserta didik serta prestasi peserta didik.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti ketika masih melaksanakan PPL2 di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo diperoleh informasi bahwa proses punishment yang diterapkan di sekolah tersebut menggunakan


(22)

11

metode menghafal juz amma. Karena diyakini guru bahwa metode tersebut tindakan yang mendidik dan sesuai dengan lembaga pendidikan yang bernuansa islam. Penerapan punishment di SMP Islam Wali Songo

Sidoarjo memiliki pembagian dalam mengahafal juz amma dan tingkatan tersebut sudah disesuaikan dengan tingkat kelas. Metode ini diterapkan agar siswa disiplin dalam hal waktu terutama kehadiran ke sekolah.

Implementasi punishment dengan menghafal surat-surat pendek di

SMP Islam Wali Songo Sidoarjo, temuan peneliti yang didapatkan dilapangan adalah bahwasanya bentuk hukuman (punishment) yang

diterapkan yaitu teguran dan hukuman yang bersifat pendidikan. Disamping itu tujuan dari penerapan hukuman (punishment) dengan

mengahafal surat pendek yaitu menumbuhkan rasa kesadaran peserta didik supaya tidak mengulangi kesalahan yang pernah dibuatnya, menumbuhkan rasa kesadaran peserta didik supaya memahami peraturan yang telah diterapkan oleh sekolah, menumbuhkan prestasi belajar dalam mata pelajaran PAI.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijabarkan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah skripsi yang berjudul: Implementasi Punishment

Dengan Menghafal Surat Pendek Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI Di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.


(23)

12

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi punishment menghafal surat pendek di SMP

Islam Wali Songo Sidoarjo ?

2. Bagaimana prestasi belajar mata pelajaran PAI sebelum dan sesudah implementasi punishment dengan menghafal surat pendek di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo ?

3. Adakah peningkatan prestasi belajar mata pelajaran PAI melalui implementasi punishment menghafal surat pendek di SMP Islam Wali

Songo Sidoarjo ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan penelitian yaitu:

1. Mendeskripsikan implementasi punishment menghafal surat pendek di

SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.

2. Mengetahui penerapan punishment dapat meningkatkan prestasi

belajar mata pelajaran PAI di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.

3. Mengetahui implementasi punishment dengan mengahafal surat

pendek dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo


(24)

13

D. Manfaat Penelitian

Teori yang dilakukan diharapkan akan bermanfaat: 1. Bagi Peneliti

Untuk dapat mengimplementasikan ilmu dan teori yang diperoleh selama dibangku perkuliahan.

2. Bagi Lembaga

Bagi lembaga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan dalam meningkatkan punishment dengan menghafal

surat-surat pendek dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI. 3. Bagi Almamater

Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang mengambil topik yang sama dan menambah khasanah perbendaharaan penelitian di UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan pembahasan “punishment dengan menghafal

surat-surat pendek dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI” yang masih belum dijumpai hingga proposal ini mulai disusun. Penulis hanya menjumpai beberapa penelitian yang berkaitan dengan tema penelitian ini, diantaranya :

1. Sri Rejeki Rachmasari, NIM 13802242005. Penerapan Metode Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mengetik Sistem 10 Jari Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 1


(25)

14

Tempel. Skripsi ini fokus pada: nilai rata-rata mengetik sistem 10 jari

kelas X SMK Muhammadiyah 1 Tempel dengan menggunakan metode

reward dan punishment pada materi pokok mengetik sistem 10 jari

dapat meningkatkan kemampuan siswa dan sudah melampaui target yang ditetapkan.

2. Hasanah, NIM D01207077. Pengaruh Kepribadian Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII Di Madrasah Tsanawiyah Saiful Ulum Kec. Tanjung Bumi Kab.

Bangkalan. Skripsi ini fokus pada: kepribadian guru mata pelajaran

aqidah akhlak, prestasi belajar siswa kelas VII, dan pengaruh kepribadian guru mata pelajaran aqidah akhlak terhadap prestasi belajar siswa kelas VII.

3. Feril Antoni Santoso, NIM D01207107. Pengaruh Perhatian Orang Tua Dirumah Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Bidang Studi

Pendidikan Agama Islam di SMA Mujahiddin Surabaya. Skripsi ini

berfokus pada: mengetahui perhatian orang tua siswa, mengetahui prestasi belajar siswa, dan mengetahui pengaruh antara perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam.

F. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pembahasan , maka penulis memaparkan pembatasan masalah. Hal ini berguna agar pembahasan tidak keluar dari ruang lingkup permasalahan penelitian meliputi :


(26)

15

1. Penerapan punishment dengan menghafal surat-surat pendek pada

kelas 8 yang terlambat datang ke sekolah di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.

2. Program meningkatkan prestasi belajar PAI mata pelajaran al-Qur‟an dan Hadits di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.

3. Pelaksanaan penerapan punishment dengan menghafal surat-surat

pendek pada kelas 8 yang terlambat datang ke sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar PAI mata pelajaran al-Qur‟an dan Hadits di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.

G. Definisi Konseptual

Menurut Hamruni (2008: 120), “punishment adalah penderitaan yang

diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh pendidik setelah siswa melakukan pelaggaran atau kesalahan”. Menurut Ivancevich, Konopaske dan Matteson (Gania, 2006: 226), “punishment didefinisikan sebagai

tindakan menyajikan konsekuensi yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan sebagai hasil dari dilakukanya perilaku tertentu”. Menurut Wahyudin (2003: 22) ada beberapa tujuan punishment yaitu:

1. Hukuman atau sanksi adalah untuk melemahkan atau menghilangkan respon atau perilaku tertentu anak yang dipandang menyimpang.

2. Hukuman harus dilaksanakan secara imbang dan proporsional. 3. Pemberian sanksi harus sudah melalui kejelasan masalah sehingga


(27)

16

4. Diutamakan penerapan sanksi menggunakan non materi agar anak tidak menjadi materialistis.

Dalam proses mengahafal juz amma, setiap orang mempunyai metode dan cara yang berbeda-beda. Metode sangat penting dalam mencapai keberhasilan menghafal al-Qur‟an. Sebab, berhasil dan tidaknya suatu tujuan ditentukan oleh metode yang merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. Demikian pentingnya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran. Sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil apabila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode karena, metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran: tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi.8

Sebuah metode dikatakan baik dan cocok manakala bisa mengantar kepada tujuan yang dimaksud. Begitupun dalam menghafal juz amma, metode yang baik akan berpengaruh kuat terhadap proses hafalan, sehingga tercipta keberhasilan dalam mengahafal. Selain itu, dengan menggunakan dan memahami metode yang efektif, bisa dipastikan kekurangan-kekurangan yang ada pasti teratasi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal juz amma. Namun, metode apapun yang dipakai dalam menghafal juz amma tidak akan terlepas dari pembacaan yang

8 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002).


(28)

17

ulang sampai dapat mengucapkannya tanpa melihat mushaf sedikitpun. Proses menghafal juz amma dilakukan melalui proses bimbingan seseorang yang sudah paham dan hafal atau guru tahfizh.9

Prestasi belajar adalah sebagai hasil yang dicapai dari usaha seseorang untuk merubah dirinya dengan jalan memperoleh kecakapan baru dan hasil perubahan itu diperoleh melalui latihan dan pengalaman.10 Secara keseluruhan definisi konseptual dari judul penelitian ini adalah “Implementasi Punishment dengan Menghafal Surat-surat Pendek dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo”. Di mana prestasi belajar ini penulis tidak mengambil semua mata pelajaran PAI melainkan penulis membatasi dengan mengambil prestasi belajar dalam mata pelajaran al-Qur‟an dan Hadits, karena penulis ingin mengetahui kemampuan peserta didik dalam menghafal surat-surat pendek yang sebelumnya sudah diterapkan di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo pada punishment keterlambatan peserta didik datang ke sekolah.

H. Metode Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian pada SMP Islam Wali Songo Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

9 Ahmad Zainal Abidin, Kilat dan Mudah Hafal Juz Amma, (Yogyakarta: Sabil, 2015), hal. 23 10 Oemar Hamalik, Prestasi Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 32.


(29)

18

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dari Juni sampai Agustus 2016

3. Metode Pengumpulan Data

Sehubungan dengan penulisan proposal ini, penulis menggunakan sumber dan teknik sebagai berikut :

1. Wawancara langsung dengan Kepala Sekolah dan guru SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.

2. Observasi dengan cara terjun lapangan di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.

3. Studi kepustakaan dengan metode ini penulis banyak membaca buku untuk mencari informasi guna mendukung penelitian ini.

4. Metode Penelitian

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas.11


(30)

19

Strategi pengumpulan data penelitian kualitatif bersifat interaktif dan fleksibel, oleh karena itu terdapat beberapa strategi yang penulis lakukan dalam pengumpulan data yaitu:

a. Teknik Wawancara atau Interview

Pengumpulan data dengan wawancara adalah cara atau teknik untuk mendapatkan informasi atau data dari interviewee atau

responden dengan wawancara secara langsung face to face, antara

interviewer dengan interviewee. Teknik yang digunakan dalam

mengumpulkan data yang menggunakan wawancara adalah metode wawancara, sedangkan alat pengumpulan datanya adalah pedoman wawancara/interview. Seperti halnya dalam metode

angket, yang menjadi sumber data atau subjek penelitian adalah orang atau responden, seperti mahasiswa, petani, dosen, para demonstran dan lain sebagainya.

Alat pengumpulan data adalah pedoman wawancara, yang berupa: catatan anekdot (Anacdotal Record), catatan berkas

(Insindental Record), daftar cek (Check List), skala nilai (Rating

Scale), peralatan mekanik (Mechanical Davices). Dalam teknik

wawancara interviewer bertatap muka langsung dengan responden

atau yang diwawancarai atau interviewee.12

12 Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), hal.


(31)

20

b. Teknik Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data dengan observasi disebut metode observasi. Alat pengumpulan datanya adalah panduan observasi, sedangkan sumber data bisa berupa benda tertentu, atau kondisi tertentu, atau situasi tertentu, atau proses tertentu, atau perilaku orang tertentu.

Metode pengumpulan data dengan observasi ini dapat digunakan dalam penelitian filosofis, penelitian historis, penelitian eksperimen, dan penelitian deskriptif. Tujuan dari pengumpulan data dengan observasi ini biasanya untuk membuat deskripsi atas perilaku atau frekuensi atas suatu kejadian seperti berapa pengguna jalan tol pada hari minggu.13

c. Teknik Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah cara mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda, dan yang lainnya.

Teknik pengambilan data dengan menggunakan metode ini dianggap lebih mudah dibanding dengan teknik pengambilan data yang lain seperti angket, wawancara, observasi ataupun tes. Pelaksanaan metode ini dapat dilakukan dengan sederhana, peneliti cukup memegang check list untuk mencatat informasi atau


(32)

21

data yang sudah ditetapkan. Apabila data atau informasi tersebut diketemukan maka peneliti tinggal memberikan tanda ditempat yang sesuai. Sedangkan apabila ada informasi atau data yang diketemukan yang tidak terdapat dalam daftar check list, peneliti

dapat mencatat dengan kalimat bebas.14

I. Sistematika Pembahasan

Bab satu ini mengawali seluruh rangkaian pembahasan yang terdiri dari: Konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, konseptualisasi dan sistematika pembahasan.

Bab dua dalam kajian pustaka, penulis menyajikan landasan teori berisi kajian dan/atau analisis teoritis untuk menyusun kerangka pemikiran teoritis dalam upaya pemecahan masalah penelitian dan/atau pencapaian tujuan penelitian. Dalam hal ini perspektif teoritis tentang punishment dengan menghafal surat-surat pendek dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Bab tiga dalam hal ini diuraikan secara eksplisit semua hal yang berkaitan dengan elemen-elemen yang ada atau boleh ada sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih. Rancangan bagian ini berbeda berdasarkan jenis penelitiannya. Bab ini rangkaian pembahasan yang terdiri dari: jenis

14 Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), hal.


(33)

22

penelitian, waktu dan tempat penelitian, obyek penelitian, data dan sumber data, pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab empat ini terdiri dari beberapa sub bab yang berkaitan dengan hasil dan pembahasan dalam penelitian. Analisis data dalam bagian ini berisi tentang paparan data, yang disajikan dengan topik sesuai dengan pertanyaan penelitian dan hasil analisis data. Pembahasan berisi tentang gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori dan dimensi, posisi temuan penelitian terhadap teori, selain itu dibahas pula penafsiran dan penjelasan dari temuan/teori yang diungkap dilapangan. Dalam hal ini tentang punishment dengan menghafal surat-surat pendek dalam meningkatkan kecerdasan peserta didik di SMP Islam Wali Songo Sidoarjo.

Bab lima ini berisikan simpulan dan saran. Simpulan berisi tentang kesimpulan temuan pokok berdasarkan permasalahan penelitian yang diteliti. Simpulan yang dibuat harus benar-benar relevan dengan masalah penelitian yang diangkat. Simpulan dinyatakan dengan kalimat yang ringkas, dan tidak bertele-tele. Saran berisi tentang implikasi, tindak lanjut penelitian dan saran-saran atau rekomondasi yang diajukan untuk melanjutkan penelitian. Perlu diungkap pula saran terkait kelemahan yang ada dalam penelitian.


(34)

BAB II KAJIAN TEORI A. Punishment

1. Pengertian Punishment

Hukuman menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata Punishment yang berarti Law (hukuman) atau siksaan”.1 Dalam

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hukuman memiliki arti peraturan resmi yang menjadi pengatur.2 Sedangkan menurut istilah ada beberapa

pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan tentang

punishment (hukuman), diantaranya adalah sebagai berikut:

Menurut M. Ngalim Purwanto “punishment (hukuman) adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran,kejahatan atau kesalahan”.3

Adapun menurut Ny. Roestiyah N.K. punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dari orang yang lebih tinggi kedudukannya untuk pelanggaran dan kejahatan, yang bermaksud untuk memperbaiki kesalahan anak dan bukan untuk mendendam.4 Menurut Uyoh Saduloh punishment (hukuman) adalah

1 John M. Echole dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal.

456.

2 Ananda S. dan S. Priyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika Putra Press,

2010), hal.196

3 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006), hal. 186.


(35)

24

sesuatu yang diberikan karena anak berbuat kesalahan, anak melanggar suatu aturan yang berlaku, sehingga dengan diberikannya hukuman, anak tidak akan mengulangi kesalahan tersebut, dan hukuman diberikan sebagai suatu pembinaan bagi anak untuk menjadi pribadi susila”.5

Sedangkan menurut Alisuf Sabri, punishment (hukuman) adalah tindakan pendidik yang sengaja dan secara sadar diberikan kepada anak didik yang melakukan suatu kesalahan, agar anak didik tersebut menyadari kesalahannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengualnginya. Selain itu menurut Ali Imron, punishment (Hukuman) adalah suatu sanksi yang diterima oleh seseorang akibat dari pelanggaran atau aturan-aturan yang telah ditetapkan.6

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan, bahwa punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan yang kurang menyenangkan, yang berupa penderitaan yang diberikan kepada siswa secara sadar dan sengaja, sehingga menimbulkan kesadaran dalam hati siswa untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Punishment (hukuman) sebagai alat pendidikan, meskipun mengakibatkan penderitaan (kesusahan) bagi si siswa yang terhukum, namun dapat juga menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk mempergiat aktivitas belajar siswa (meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa). Selain itu, rasa takut yang timbul dari hukuman

5 Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 124. 6 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), hal. 44.


(36)

25

dapat mempunyai pengaruh yang bermanfaat atas keinginan-keinginan tertentu.7 Dengan adanya punishment (hukuman) itu diharapkan supaya

siswa dapat menyadari kesalahan yang diperbuatnya, sehingga siswa jadi berhati-hati dalam mengambil tindakan.

2. Punishment dalam Pendidikan Islam

Dalam teori belajar yang banyak dianut oleh para behaviorist, hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.

Sebagai contoh, di sekolah-sekolah berkelahi adalah sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan dan jika tingkah laku ini dilakukan oleh seorang siswa maka salah satu cara untuk menghilangkan tingkah laku itu adalah dengan hukuman. Selain itu, mengerjakan tugas sekolah adalah sebuah tingkah laku yang diharapkan, dan jika seorang siswa lalai dan tidak mengerjakan tugas sekolah maka agar siswa itu dapat menampilkan tingkah laku yang diharapkan maka hukuman adalah satu cara yang digunakan untuk mengatasinya.

Hukuman diartikan sebagai salah satu tehmik yang diberikan bagi mereka yang melanggar dan harus mengandung makna edukatif,

7 Emile Durkheim, Alih Bahasa Lukas Ginting, Pendidkan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi


(37)

26

sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir8 misalnya, yang terlambat masuk sekolah diberi tugas

untuk membersihkan halaman sekolah, yang tidak masuk kuliah diberi sanksi membuat paper. Sedangkan hukuman pukulan merupakan hukuman terakhir bilamana hukuman yang lain sudah tidak dapat diterapkan lagi. Hukuman tersebut data diterapkan bila anak didik telah beranjak usia 10 tahun, tidak membahayakan saraf orang peserta didik, serta menjadikan efek negatif yang berlebihan.

Pemberian hukuman merupakan metode pendidikan paling sensitif dan kompleks untuk mengubah perilaku seseorang. Tapi jika cara ini dilakukan secara keliru dan dalam situasi dan kondisi yang tidak tepat dan tidak sesuai kebutuhan, maka berdampak sebaliknya akan merusak dan berlawanan dengan tujuan dari hukuman itu. Sejatinya, hukuman seperti obat pahit yang harus diminum dengan dosis tepat sesuai takaran dan dalam kondisi yang tepat supaya memberikan efek penyembuhan bagi yang sakit.

Dalam pendidikan, metode hukuman adalah jalan terakhir setelah metode lainnya ditempuh. Itu pun harus dilakukan dengan cara, kadar dan situasi yang tepat. Metode hukuman diambil setelah berbagai cara ganjaran seperti pujian, hadiah, pemahaman dan teguran dengan cara yang lembut telah dilakukan. Meskipun demikian, hukuman tetap penting, sebab ketika seseorang melakukan kesalahan dan tidak ada


(38)

27

penghalang maupun pengendalinya, maka tidak akan ada yang mengingatkan perbaikan karakter, dan kesalahannya akan terulang kembali.

Prinsip ganjaran dan hukuman sebagai sesuatu yang penting dalam pendidikan Islam. Pada prinsipnya, ayat al-Qur‟an dari sabda Rasulullah Saw mengenai pahala dan hukuman merupakan bagian dari pendidikan manusia. Dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 25, Allah swt berfirman,                                                            

Artinya : “dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.”

Untuk mendorong orang-orang mukmin berbuat kebaikan di dunia, al-Quran memberikan gambaran tentang surga di akhirat kelak sebagai


(39)

28

ganjaran bagi orang yang beriman dan beramal saleh di dunia ini. Misalnya dalam surat az-Zukhruf ayat 70 hinga 73, Allah berfirman

                                                              

Artinya : “(70) masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan". (71) Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya". (72) dan Itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. (73) di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan.”

Maksudnya Allah hendak memberikan pemahaman mengenai penghormatan terhadap mukmin supaya mereka melakukan amal saleh. Oleh karena itu, Allah swt berfirman; orang-orang mukmin memiliki kedudukan tinggi sehingga membuat orang-orang kafir iri, dengan itu kebenaran janji Allah bisa dipahami lebih baik dan lebih jelas.


(40)

29

Dari ayat di atas kita dapat mengetahui bahwa dengan adanya

punishment (hukuman), maka terpeliharalah kehidupan manusia. Sebab orang akan lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Dalam dunia pendidikan juga menerapkan punishment (hukuman) tidak lain hanyalah untuk memperbaiki tingkah laku siswa untuk menjadi lebih baik. Punishment (hukuman) di sini sebagai alat pendidikan untuk memperbaiki pelanggaran yang dilakukan siswa bukan untuk balas dendam.

3. Macam-macam Punishment

Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang macam-macam

punishment (hukuman) yang diberikan, disini ada beberapa pendapat mengenai macam-macam punishment (hukuman) adalah sebagai berikut:

a. Punishment (hukuman) preventif, yaitu punishment (hukuman) yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Punishment (hukuman) ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran dilakukan. Adapun tujuan dari hukuman preventif ini adalah untuk menjaga agar hal-hal yang dapat menghambat atau menggaggu kelancaran dari proses pendidikan bisa dihindarkan.

b. Punishment (hukuman) represif, yaitu punishment (hukuman) yang dilakukan oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya


(41)

30

dosa yang telah diperbuat. Jadi, punishment (hukuman) ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan.9

Pendapat lain tentang macam-macam punishment (hukuman) adalah pendapat Wiliam Stern membedakan tiga macam punishment

(hukuman) yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak-anak yang menerima punishment (hukuman):

1) Punishment (hukuman) Asosiatif

Umumnya, orang mengasosiasikan antara punishment

(hukuman) dan kejahatan atau pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan oleh punishment (hukuman) dengan perbuatan pelanggaran yang dilakukan. Untuk menyingkirkan perasaan tidak enak (hukum) itu, biasanya orang atau anak menjauhi perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang.

2) Punishment (hukuman) Logis

Punishment (hukuman) ini dipergunakan terhadap anak-anak yang telah agak besar. Dengan punishment (hukuman) ini, anak mengerti bahwa punishment (hukuman) itu adalah akibat yang logis dari pekerjaan atau perbuatannya yang tidak baik. 3) Punishment (hukuman) Normatif

9 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),


(42)

31

Punishment (hukuman) normatif adalah punishment

(hukuman) yang bermaksud memperbaiki moral anak-anak.

Punishment (hukuman) ini dilakukan terhadap pelanggaran-pelanggaran mengenai norma-norma etika, seperti berdusta, menipu, dan mencuri. Jadi, punishment (hukuman) normatif sangat erat hubungannya dengan pembentukan watak anak-anak. Dengan hubungan ini, pendidik berusaha mempengaruhi kata hati anak, menginsafkan anak terhadap perbuatannya yang salah, dan memperkuat kemauannya untuk selalu berbuat baik dan menghindari kejahatan.10

Di samping pembagian seperti tersebut di atas, punishment

(hukuman) itu dapat dibedakan seperti berikut ini: 1) Punishment (hukuman) Alam

Ahli pendidikan yang menganjurkan punishment (hukuman) ini ialah J.J. Rousseau. Menurut Rousseau, anak-anak ketika dilahirkan adalah suci, bersih dari segala noda dan kejahatan. Adapun yang menyebabkan rusaknya anak itu ialah masyarakat manusia itu sendiri. Maka dari itu, Rousseau menganjurkan supaya anak-anak dididik menurut alamnya. Demikian pula mengenai punishment (hukuman) Rousseau menganjurkan “hukum alam”. Biarlah alam yang menghukum anak itu.

10Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),


(43)

32

Tetapi, ditinjau secara pedagogis, punishment (hukuman) alam itu tidak mendidik. Dengan punishment (hukuman) alam saja anak tidak dapat mengetahui norma-norma etika-mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan harus diperbuat dan yang tidak. Anak tidak dapat berkembang sendiri ke arah yang sesuai dengan cita-cita dan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Lagi pula, punishment

(hukuman) alam itu sangat membahayakan anak, bahkan kadang-kadang membinasakannya.

2) Punishment (hukuman) yang di sengaja

Punishment (hukuman) ini sebagai lawan dari punishment

(hukuman) alam. Punishment (hukuman) macam ini dilakukan dengan sengaja dan bertujuan. Sebagai contoh ialah

punishment (hukuman) yang dilakukan oleh si pendidik terhadap siswanya, punishment (hukuman) yang dijatuhkan oleh seorang hakim kepada si terdakwa atau pelanggar.11

Sedangkan menurut Alisuf Sabri, bentuk-bentuk punishment

diantaranya:

1) Punishment badan, yaitu yang dikenakan terhadap badan seperti pukulan.

2) Punishment perasaan seperti ejekan bagi siswa yang melanggar, dipermalukan, dan dimaki.


(44)

33

3) Punishment intelektual, yaitu siswa diberikan kegiatan tertentu sebagai punishment dengan pertimbangan kegiatan tersebut dapat membawanya ke arah perbaikan. 12

Selain itu, menurut Ny. Roestiyah N.K. macam-macam cara menghukum antara lain:

1) Hukuman Jasmaniah, seperti menyakiti dan menyuruh berdiri. 2) Hukuman Rohaniah, seperti membuat anak malu,

mengasingkan anak, menyuruh mengulangi pekerjaan, menulis kalimat-kalimat, memindah tempat duduk, menahan anak,

menakut-nakuti, menyuruh pulang, menyadarkan,

mengeluarkan dari kelas/sekolah.13

Dari macam-macam punishment (hukuman) yang telah disebutkan di atas dimaksudkan untuk memperbaiki perbuatan siswa yang salah menjadi baik. Namun, punishment (hukuman) badan yang membahayakan bagi siswa tidak sepantasnya diberikan dalam dunia pendidikan, karena punishment (hukuman) semacam ini tidak mendorong siswa untuk berbuat sesuai dengan kesadarannya. Sehingga siswa trauma maka siswa tidak akan mau untuk belajar bahkan akan minta berhenti dari sekolah.

4. Tujuan Punishment (hukuman)

Tujuan merupakan salah satu faktor yang harus ada dalam setiap aktifitas, karena aktifitas yang tanpa tujuan tidak mempunyai arti

12 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), hal. 44. 13 Ny. Roestiyah N.K., Didaktik/Metodik, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hal. 65.


(45)

34

apa, dan akan menimbulkan kerugian serta kesia-siaan. Sehubungan dengan punishment (hukuman) yang dijatuhkan kepada siswa, maka tujuan yang ingin dicapai sesekali bukanlah untuk menyakiti atau untuk menjaga kehormatan guru atau sebaliknya agar guru itu ditaati oleh siswa, akan tetapi tujuan punishment (hukuman) yang sebenarnya adalah sebagai alat pendidikan di mana hukuman yang diberikan justru dapat mendidik dan menyadarkan peserta didik.14 Apabila setelah

mendapatkan hukuman, pesrta didik tidak sadar, sebaiknya tidak diberikan hukuman, sebab misi dan maksud hukuman bagaimanapun haruslah tercapai.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang tujuan dari pada

punishment, diantaranya yaitu Ngalim Purwanto yang menyatakan bahwa tujuan orang memberikan punishment itu sangat berkaitan dengan pendapat orang-orang mengenai teori punishment, seperti:

a. Teori Pembalasan

Teori ini yang tertua. Menurut teori ini, punishment diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap terhadap pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan di sekolah.


(46)

35

b. Teori Perbaikan

Menurut teori ini, punishment diadakan untuk membasmi kejahatan. Jadi asumsi ini ialah untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi. c. Teori Perlindungan

Menurut teori ini, punishment diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya hukuman ini, masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan oleh si pelanggar. d. Teori Ganti Kerugian

Menurut teori ini, punishment diadakan untuk menggantikan kerugian yang telah diderita akibat kejahatan-kejahatan atau pelanggaran itu. Punishment ini banyak dilakukan dalam masyarakat atau pemerintahan. Dalam proses pendidikan, teori ini masih belum cukup, sebab dengan punishment semacam itu anak mungkin menjadi tidak merasa bersalah atau berdosa karena kesalahannya itu telah terbayar dengan punishment. e. Teori Menakut-nakuti

Menurut teori ini, punishment diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatannya


(47)

36

yang melanggar itu sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau meninggalkannya.15

Sedangkan menurut Alisuf Sabri, tujuan pemberian punishment adalah sebagai berikut:

1) Memperbaiki kesalahan atau perbuatan anak didik. 2) Mengganti kerugian akibat perbuatan anak didik.

3) Melindungi masyrakat atau orang lain agar tidak meniru perbuatan yang salah.

4) Menjadikan anak didik takut mengulangi perbuatan yang salah.16

Dari pendapat di atas, maka dapat dikemukakan, bahwa tujuan dari

punishment itu adalah mencegah, mengoreksi, dan memberikan kesadaran kepada anak didik agar mereka memahami kesalahannya sekaligus memperbaikinya dan tidak mengulanginya di kemudian hari serta agar membuat anak didik berpikir lebih dewasa lagi.

Maksud guru memberi punishment (hukuman) itu bermacam-macam, hal ini sangat erat hubungannya dengan pendapat orang tentang teori-teori punishment (hukuman), maka tujuan pemberian

punishment (hukuman) berbeda-beda sesuai dengan teori punishment

(hukuman) yang ada.

15 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal

.187-188.


(48)

37

B. Menghafal Juz Amma (Surat-surat pendek) 1. Pengertian Menghafal

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat.17

Menurut Zuhairini dan Ghofir sebagaimana yang dikutip oleh Kamilhakimin Ridwal Kamil dalam bukunya yang berjudul Mengapa Kita Menghafal (tahfizh) al-Qur‟an, istilah menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca secara benar seperti apa adanya. Metode tersebut banyak digunakan dalam usaha untuk menghafal al-Qur‟an dan al-Hadits.18

Dalam bahasa Arab, menghafal menggunakan terminologi al- Hifzh yang artinya menjaga, memelihara atau menghafalkan. Sedang al-Hafizh adalah orang yang menghafal dengan cermat, orang yang selalu berjaga-jaga, orang yang selalu menekuni pekerjaannya. Istilah al-Hafizh ini dipergunakan untuk orang yang hafal al-Qur‟an tiga puluh juz tanpa mengetahui isi dan kandungan al-Qur‟an. Sebenarnya istilah al-Hafizh ini adalah predikat bagi sahabat Nabi yang hafal hadits-hadits shahih (bukan predikat bagi penghafal al-Qur‟an).19

Hifzh diartikan memelihara atau menjaga dan mempunyai banyak idiom yang lain, seperti si-fulan membaca al-Qur‟an dengan kecepatan yang jitu (zhahru al-lisan) dengan hafalan diluar kepala (zhahru al-

17 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gita Media Press,tt), hal. 307. 18 http://pksaceh.net/mengapa-kita-menghafal-tahfidzh-al-qur%E2%80%99an/(02Maret2014) 19 Ahmad Warson Munawir, Almunawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka


(49)

38

qolb). Baik kata-kata zhahru al-lisan maupun zhahru al-qolb merupakan kinayah (metafora) dari hafalan tanpa kitab, karena itu disebut “istizhahrahu” yang berarti menghafal dan membacanya diluar kepala.20

Menurut Suryabrata sebagaimana yang dikutip oleh Kamilhakimin Ridwal Kamil dalam bukunya yang berjudul Mengapa Kita Menghafal (tahfizh) al-Qur‟an, istilah menghafal disebut juga mencamkan dengan sengaja dan dikehendaki, artinya dengan sadar dan sungguh-sungguh mencamkan sesuatu. Dikatakan dengan sadar dan sungguh-sungguh, karena ada pula mencamkan yang tidak senngaja dalam memperoleh suatu pengetahuan. Menurut beliau, hal-hal yang dapat membantu menghafal atau mencamkan antara lain.21

a. Menyuarakan dalam menghafal. Dalam proses menghafal akan lebih efektif bila seseorang menyuarakan bacaannya, artinya tidak membaca dalam hati saja.

b. Pembagian waktu yang tepat dalam menambah hafalan, yaitu menambah hafalan sedikit demi sedikit akan tetapi dilakukan secara kontinu.

c. Menggunakan metode yang tepat dalam menghafal.

2. Macam-macam Metode Menghafal

Metode menghafal al-Qur‟an hampir tidak dapat ditentukan metode yang khusus menghafal al-Qur‟an, karena hal ini kembali kepada selera

20 Ibid, 279


(50)

39

penghafal itu sendiri. Namun ada beberapa metode yang lazim dipakai oleh penghafal al-Qur‟an, yaitu22:

a. Metode Fahmul Mahfudz, artinya dianjurkan sebelum menghafal memahami makna setiap ayat, sehingga ketika menghafal, penghafal merasa paham dan sadar terhadap ayat-ayat yang diucapkannya.

b. Metode Tikrorul Mahfudz, artinya penghafal mengulang ayat-ayat yang sedang dihafal sebanyak-banyaknya sehingga dapat dilakukan menghafal sekaligus atau sedikit demi sedikit sampai dapat membacanya tanpa melihat mushaf. Cara ini biasanya cocok untuk orang yang mempunyai daya ingat lemah karena tidak memerlukan pemikiran yang berat, tetapi penghafal banyak terkuras suaranya.

c. Metode Kitabul Mahfudz, artinya penfhafal menulis ayat-ayat yang dihafal di atas sebuah kertas. Bagi yang cocok dengan metode ini biasanya ayat-ayat tergambar dalam ingatannya. d. Metode Istima‟ Mahfudz, artinya penghafal diperdengarkan

ayat-ayat yang akan dihafal secara berulang-ualang sampai dapat mengucapkannya sendiri tanpa melihat mushaf. Nantinya hanya untuk mengisyaratkan terjadinya kelupaan. Metode ini cocok untuk tuna netra atau anak-anak. Medianya bisa menggunakan kaset atau orang lain.


(51)

40

3. Al-Qur’an

Al-Qur‟an adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Al-Qur‟an adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah kitab Taurat, Zabur dan Injil yang diturunkan melalui para Rasul.23

Kata Al-Qur‟an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja

Qoro’a yang bermakna talaa (membaca), atau bermakna jama’a

(mengumpulkan, mengoleksi). Berdasarkan makna pertama (Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan isim maf’ud artinya matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (jama’a) maka ia adalah mashdar dari isim faa’il, artinya jaami’

(pengumpul, pengoleksi) karena ia mengumpulkan/ mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.

Adapun secara terminologi, al-Qur‟an adalah :

a. Kalam Allah SWT yang diturunkan secara berangsur kepada Rasulullah SAW.















23

https://www.scribd.com/doc/34915524/Skripsi-Peningkatan-Hafalan-Juz-Amma-Melalui-Kegiatan-Pembiasaan. Kamis, 28 Juli 2016


(52)

41

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Q.S. Al Insan : 23)

b. Kitab Allah yang diturunkan dalam bahasa Arab.

          

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Q.S. Yusuf : 2) c. Kitab yang terpelihara

          

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. Al Hijr : 9)

d. Kitab yang diberkati

               

“dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, Maka ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (Q.S. Al An‟am : 155)

e. Bacaan yang sangat mulia

     


(53)

42

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia.” (Q.S. Al Waqi‟ah : 77)

f. Kitab pemberi petunjuk kepada jalan yang benar

                           

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Q.S. Al Isro‟ : 9)

g. Kitab pemberi peringatan

             

“dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan Dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya).” (Q.S. al An‟am : 19) h. Kitab pembawa kebenaran

                             

“dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara


(54)

43

mereka menurut apa yang Allah turunkan.” (Q.S. al Ma‟idah:48)

4. Juz ‘Amma

Juz „amma yang merupakan juz ke 30 atau terakhir dari kitab suci al-Qur‟an dan bagian yang paling sering didengar dan paling sering dibaca. Ketika pertama kali belajar membaca al-Qur‟an di masa kecil, hal pertama yang dipelajari adalah membaca dan menghafal surat-surat pendek yang terdapat di dalam juz „amma.24

Ditambah lagi kebanyakan para imam di masjid-masjid lebih sering membaca surat-surat pendek yang terdapat di dalam juz „amma, daripada membaca surat-surat di dalam juz-juz lainnya, baik secara lengkap maupun berupa penggalan surat. Sehingga dengan demikian surat-surat tersebut terasa begitu akrab dan tidak asing lagi di telinga. Bahkan banyak yang hafal surat-surat tersebut di luar kepala.

Juz „amma merupakan juz dengan jumlah surat terbanyak. Di dalamnya terdapat 37 surat. Dimulai dengan surat an-Naba‟ dan di akhiri dengan surat an-Naas. Sebagian besar dari surat-surat tersebut yaitu sebanyak 34 surat merupakan surat Makkiyyah yaitu surat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Sedang tiga surat selebihnya yakni al-Bayyinah, az-Zalzalah dan an-Nashr merupakan surat Madaniyyah yaitu surat yang turun setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.

24


(55)

44

Ciri khas surat-surat Makkiyyah diantaranya adalah ayatnya pendek-pendek, susunan kalimatnya sangat indah dan menyentuh, bersastra tinggi dan penuh dengan argumen kuat tak terbantahkan yang meruntuhkan paradigma dan keyakinan kaum musyrikin. Sebagian besar bahasannya mengingatkan manusia akan kekuasaan Allah SWT di alam semesta, kehidupan akhirat, perjumpaan dengan Allah dan hari Pembalasan. Semua itu tertuang dalam ayat-ayat pendek, dengan bahasa yang begitu indah dan sangat menyentuh.

Berikut urutan surat-surat dalam juz „amma: surat an-Naba, surat an-Naziat, surat Abasa, surat at-Takwir, surat Infithar, surat al-Muthaffifin, surat al-Insyiqaaq, surat al-Buruuj, surat at-Thaariq, surat al-A‟la, surat al-Ghasyiyah, surat al-Fajr, surat al-Balad, surat asy-Syams, surat al-Lail, surat adh-Dhuha, surat al-Insyirah, surat at-Tiin, surat al-Alaq, surat al-Qadar, surat al-Bayyinah, surat al-Zalzalah, surat al-„Adiyat, surat al-Qari‟ah, surat at-Takatsuur, surat al-Asr, surat Humazah, surat Fiil, surat Quraysy, surat Ma‟uun, surat Kautsar, surat Kaafirun, surat an-Nashr, surat Lahab, surat al-Ikhlash, surat al-Falaq, dan surat an-Naas.

5. Menghafal Al-Qur’an/ Juz ‘Amma

Memandang betapa pentingnya menghafal al-qur‟an guna menjaga keaslian dan kesuciannya, maka ulama telah bersepakat bahwa hukum menghafal al-Qur‟an adalah fardy kifayah. Imam Badr ad-Din Muhammad bin „Abdillah al-Zarkasyi di dalam bukunya al-Burhan fil


(56)

45

Ulum al-Qur‟an, menyatakan bahwa “mempelajari al-Qur‟an hukumnya adalah fardu kifayah, demikian juga memeliharanya (menghafalnya), maka ia juga wajib (kifayah) bagi setiap umat.”

Allah telah menjanjikan kelebihan kepada orang-orang yang menghafal al-Qur‟an, antara lain25 :

a. Mereka adalah keluarga Allah SWT

يػ ش ا يضر لا ػ لال : لال ل صر لا يلص لا يلػ نلص ىا ل ييل ا ه ي سا لا ا لال : يه ن ل صراي ؟لا لال ل أ ىارملا ن ل أ لا رصاخ .

Dari Anas R.A., ia berkata Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia.”Kemudia Anas berkata lagi, “siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Baginda Menjawab: “ia itu ahli Qur‟an (orang yang membaca atau mengahafal al-Qur‟an dan mengamalkan isinya). Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.

b. Ditempatkan di surga yang paling tinggi

يػ ذثػ لا يت روػ ىضر لا او ػ لال : لال ل صر لا يلص لا يلػ نلص لامي ة حاصل ىارملا أرلا كذرا لذر اوك د ك لذرذ يف ايذلا ىاف كلز ه يف حيارخا ا أرمذ .

Dari Abdullah Bin Amr Bin Al Ash R.A., dari Rasulullah SAW bersabda, “di akhirat nanti para ahli al-Qur‟an diperintahkan,


(57)

46

bacalah dan naiklah ke surga, dan bacalah al-Qur‟an dengan tartil seperti engkau membacanya dengan tartil pada waktu di dunia.” c. Hati penghafal al-Qur‟an tidak disiksa

يػ يتا روػ ىضر ه او ػ لال : لال ل صر ه ىَلص ه يلػ نَلص حثَث ل

ن ل ي عزفلا

رثك ا ل ن لا ي باضحلا ن ىلػ ة يثك يه كضه ىَرح ؽرفي ه ي باضح كئَخلا لجر أرل ىآرملا ءآغرتا ج ه َما اه ل ن ت ى ضار عاد ى ػذي ىلإ خا لَصلا ءآغرتا ج ه لجر يضحا اويف يت ييت يلا ه

Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Tiga orang yang tidak akan mengalami ketakutan pada hari yang sangat menakutkan dan mereka tidak akan dihisab, mereka berada diatas tumpukan kasturi hingga selesai hisab terhadap semua manusia: (1) Seseorang yang membaca al Qur‟an semata-mata mengharap ridha allah, dan ia mengimami suatu kaum sedang mereka menyukainya; (2) Da‟I yang mengajak shalat semata-mata mengharap ridha Allah Swt.; (3) Orang yang menjaga hubungan baik antara ia dengan tuannya dan antara ia dengan bawahannya.”

d. Mendapat syafaat dari Rasulullah SAW

يػ رتاج يضر ه ه ػ يػ يثَ َلا ىَلص ه يلػ نَلص ىآرملا غفاش غَفشه

اه لح قَذصه يه لؼج هاها دال ىلا حَجلا يه لؼج فلخ ر ظ طلاص ىلا

راَلا.

Dari Jabir Bin Abdullah R.A., bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda Al Qur‟an adalah pemberi syafaat yang syafaatnya diterima dan sebagai penuntut yang tuntutannya dibenarkan.


(58)

47

Barangsiapa menjadikan al Qur‟an di depannya, maka ia akan membawanya ke Surga dan barangsiapa meletakannya di belakang, ia akan mencampakannya ke dalam neraka.

e. Dapat memberikan syafaat kepada keluarga

يػ يلػ يضر لا ػ مرك لا ح ج لال ل صر لا يلص لا يلػ نلص يه أرل ىارملا ر ظرصاف لحف ل ح مرح هارح لخدا لا حجلا ؼفش يف جرشػ يه ل ا ريت ن لك ذل د ثج ل را لا

Dari Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah ia berkata, “Barangsiapa membaca al-Qur‟an dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah ditetapkan untuk masuk neraka.”

f. Akan dimasukkan surga bersama keluarganya.

يػ يلػ يضر ا ل ػ مرك لا ح ج لال ل صر لا يلص لا يلػ نلص يه أرل ىارملا ر ظرصاف لحف ل ح مرح هارح لخدا لا حجلا ؼفش يف جرشػ يه ل ا ريت ن لك ذل د ثج ل را لا

Dari Ali karramallaahu wajhah, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca al Qur‟an dan menghafalnya, lalu menghalalkan apa yang dihalalkannya dan mengharamkan apa yang diharamkannya, maka Allah Swt. akan memasukannya ke dalam Surga dan allah menjaminnya untuk member syafaat kepada sepuluh orang keluarganya yang kesemuanya telah diwajibkan masuk neraka.”


(59)

48

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Untuk mengetahui pengertian “Prestasi Belajar”, maka harus diketahui terlebih dahulu arti dari kata prestasi dan belajar. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil baik yang dicapai.26 Adapun prestasi secara definisi adalah hasil kecakapan atau

hasil kongkrit yang dapat dicapai setelah melakukan kegiatan pada saat atau periode tertentu.27

Adapun belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental/medasar dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.28 Gagne dalam Ngalim purwanto

menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance- nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.29

Sedangkan menurut Thorndike, salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, persaan, atau gerakan) dan

26 Ananda S. dan S. Priyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika Putra Press,

2010), hal. 416.

27Sunarto, Pengertian Prestasi Belajar, dalam http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/

pengertian-prestasi-belajar, Tanggal 18 Oktober 2012.

28 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 59.


(1)

132

Ngalim Purwanto, M. 2006. Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ngalim Purwanto, M. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto, M . 2004. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Noor, Juliansyah. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kharisma Putra Utama. Roestiyah N.K, Ny. 1986. Didaktik/Metodik. Jakarta: Bina Aksara

S, Ananda dan S. Priyanto. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika Putra Press.

Sabri, Alisuf. 1999. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Sadulloh, Uyoh. 2011. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Satori, Djam’an dan Aan Komariyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Sugiono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(2)

133

Sunarto. 2012. Pengertian Prestasi Belajar, dalam

http://sunartombs.wordpress.com/ 2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar. Syah, Muhibin. 1999. Psikologi Belajar. Ciputat: Logos Wacana Ilmu.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. 2004. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita Media Press Warson Munawir, Ahmad. 1997. Almunawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia.

Surabaya: Pustaka Progresif.

Yunus, A. 1999. Filsafat Pendidikan. Bandung : Citra Sarana Grafika.

Zainal Abidin, Ahmad. 2015. Kilat dan Mudah Hafal Juz Amma. Yogyakarta: Sabil.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. 2005. Memahami Metode Penelitian Kualitatif. Malang : Universitas Negeri Malang.

Ananda, S. dan S. Priyanto. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika Putra Press.

An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung: CV. Diponegoro.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Athiyah al-Abrasyi, M. 1993. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Az-Zubaidi, Imam. 2006. Ringkasan shahih Al-Bukhari. Bandung: PT Mizan Pustaka

B, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Bugin, Burhan. 2003. Ananlisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

C. Richards, Jack. 1999. Longman Dictionary of Language Teaching and Appied Linguistics. Kualalumpur: Longman Group.

Daradjat, Zakiah. 2008. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dharma Bhakti


(4)

128

Departemen Agama RI. 1997. Al-Qur’an Terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkam. Jakarta: PT. Sari Agung

Durkheim, Emile Alih Bahasa Lukas Ginting. 1961. Pendidkan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Fathurorrahman, Pupuh dkk. 2007. Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research II. Yogyakarta : Andi Offset. Hamalik, Oemar. 2000. Prestasi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

http://pksaceh.net/mengapa-kita-menghafal-tahfidzhalqur%E2%80%99an/ (02Maret2014)

Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

J. Moleong, Lexy.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

James Popham , W & Eva L. Baker, Alih Bahasa Tim Penerjemah IKIP Sanata Dharma. 1994. Bagaimana Mengajar Secara Sistematis. Yogyakarta: Kanisius.

Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung: CV.Mandar Maju

M. Echole , John dan Hasan Shadily. 1996. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia


(5)

129

Ngalim Purwanto, M. 2006. Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ngalim Purwanto, M. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto, M . 2004. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Noor, Juliansyah. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kharisma Putra Utama. Roestiyah N.K, Ny. 1986. Didaktik/Metodik. Jakarta: Bina Aksara

S, Ananda dan S. Priyanto. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika Putra Press.

Sabri, Alisuf. 1999. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Sadulloh, Uyoh. 2011. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Satori, Djam’an dan Aan Komariyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

130

Sunarto. 2012. Pengertian Prestasi Belajar, dalam http://sunartombs.wordpress.com/ 2009/01/05/ pengertian-prestasi-belajar. Syah, Muhibin. 1999. Psikologi Belajar. Ciputat: Logos Wacana Ilmu.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. 2004. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita Media Press Warson Munawir, Ahmad. 1997. Almunawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia.

Surabaya: Pustaka Progresif.

Yunus, A. 1999. Filsafat Pendidikan. Bandung : Citra Sarana Grafika.

Zainal Abidin, Ahmad. 2015. Kilat dan Mudah Hafal Juz Amma. Yogyakarta: Sabil.