Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Berasrama Dengan Nonasrama Di Smp Kharisma Bangsa Tangerang Selatan

(1)

TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Serjana Pendidikan Islam

Oleh

CASWA

NIM 208011000048

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul : "Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Berasrama dengan Non Asrama di SMP Kharisma Bangsa Tangerang Selatan" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 16 April 2013, dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 31 (S. Pd. D dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta,06 Mei 2013

Panitia Ujian Munaqosah Ketua Panitia

Bahrissalim. M. Ag

N I P : 1 9 6 8 0 3 0 7 1 9 9 8 0 3 | 002

S ekretaris (S ekretari s Jurusan/ Pro gram Studi)

Drs. Sapiudin Shidiq. M. Ag

NIP : 196703282000031001

Penguji 1

Dra. Manerah

NIP : 19680323199403 2 002

Penguji 2

Bahrissalim. M. Ag

NIP : 19680307199803 | 002

Tanggal

4s %t9

Tanda Tangan

'l^[r"^o

f()/7-otZ

105

getahui, kan


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SEKRIP$

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA BERASRAMA DENGAN NON ASRAMA DI

SMPKIIARISMABANGSATANGERANGSELATAN

Diajukan Kepada Fakuttas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar serjana Pendidikan Islam ( s'Pd.D

Oleh: @

NIM. 208011000048

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UN)

SYARIF HIDAYATULLAII

JAKARTA

1434H12A13

M


(4)

SURAT PERYATAAN KARYA ILMIYAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama NIM Jurusan Angkatan

Caswa

20801 1000048

Pendidikan Aga:ina Islam (PAD

Tahun 2008

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa Sekripsi yang berjudul :

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA BERASRAMA DENGAN NON ASRAMA DI SMP KHARISMA BANGSA TANGERANG SELATAN

Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen :

Nama : Drs. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, MA

N I P : 1 9 5 8 0 9 1 8 1 9 8 7 0 1 2 0 0 1

Demikian surat peryataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala


(5)

iii

Sekolah SMP Kharisma Bangsa Tangerang Selatan Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Kata Kunci: Perbandingan berasrama dengan nonasrama, Prestasi belajar siswa pada Mata pelajaran PAI.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan prestasi belajarPendidikan Agama Islam antara siswa berasrama dan nonasrama, Bagaimana pola belajar dan pemahaman keagamanan siswa yang tinggal di asrama dan nonasrama, Bagaimana pembinaan belajar siswa yang berlangsung di asrama, adakah pengaruh yang signifikan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa Kharisma Bangsa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptifdengan disain penelitian kuantitatif. Tehnik pengambilan sampelnya adalah dengan Purposive Samplingdan random sampling.Instrumen yang digunakan adalah angket dengan bentuk angket sekala

Likerttenteng respon siswa terhadap masalah keberagamaan, uji kompetisi belajar Pendidikan Agama Islam (UK PAI) dan nilai Pendidikan Agama Islam berdasarkan nilai raport siswa.

Hasil penelitian menujukan bahwa dari hasil angket bahwa respon siswa terhadap masalah keberagamaan cukup. pembinaan siswa asrama berdasarkan obserpasi penulis juga sudah baik dilihat dari kegiatan-kegitan keagamanaan yang dilakukan di asrama.

Adapun dilihat dari uji beda berdasarkan hasil UK PAI dan nilai Pendidikan Agama Islam berdasarkan nilai raport, mendapatkan hasil bahwa t hitung dari UK PAI sebesar 0,004 dan t hitung berdasarkan nilai raport adalah 0,63 dan dibandingkan dengan db α = 0,05�(0,05;28) adalah 1,70 maka 0,004 dan 0,63⋖1,70.

Dengan demikian tidak ada perbedaan yang significan antara prestasi belajar siswa yang tinggal di asrama dan siswa yang nonasrama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah Kharisma Bangsa tangerang Selatan dari segi kognitif. Dengan kata lain tingal di asrama tidak memberi pengaruh kemampuan kognitif siswa dalam penguasaan materi Pendidikan Agama Islam.Kemungkinan besar pengaruh asrama terhadap siswa yang tinggal di asrama dalam bentuk sikap mental, prilaku keberagamaan, sikap sosial dan kemandirian, yang terbentuk melalui interaksi dan kebiasaan di asrama.


(6)

iv

panjatkan ke hadirat Allah swt, segala limpahan karunia dan nikmatnya akhirnya sekripsi ini dapat diselesaikan meskipun masih belum sempurna.

Shalawat dan salam Allah selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Atas dakwah beliau kita berada di bawah bendera Islam.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan atas doa dan dukungan dari orang tua, dosen, rekan-rekan dan lainnya. Banyaknya pihak yang turut mendukung penyelesaiannya, membuat penulis tidak mungkin menyebutkannya satu-persatu, namun di bawah ini akan kami sebutkan mereka yang memiliki andil besar atas terselesaikannya skripsi ini:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.

A.beserta para wakil dekan dan segenap jajarannya.

2. Ketua Jurusan pendidikan Agama Islam, Bapak Bahrissalim, M.Ag. dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama islam, bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. beserta para setaf Jurusan Pendidikan Agama Islam, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, MA dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah mencurahkan segenap perhatian sampai penulisan skripsi ini rampung.

4. Segenap bapak dan ibu dosen jurusan Pendidikan Agama islam (PAI) Fakultas Ilmu tarbiyah dan keguruan (FITK) Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah dengan sabar mencurahkan tenaga dan pikiran demi keberhasilan kami di kampus tercinta ini.

5. Kepada orang tua penulis, (Bapk. Sukirjo, Ibu. Karsini, Bapk. Suwitno, Ibu. Tasri, Almrhm. Embah Warsono, Indeung Inil) yang telah merawat, mendidik, dan mendukung penulis dengan kasih sayang tulus sepanjang


(7)

v

dan selalu berada dalam jalan mu sampai akhir dunia ini. Ibu... doakan anakmu agar menjadi makhluk yang berguna bagi orang lain dan bisa berbakti. Amin..!!!

6. Bapak pemimpin beserta para staff Sekolah Kharisma Bangsa yang telah memberikan ijin pada penulis untuk melakukan penelitian skripsi juga sebagai tempat pelaksanaan PPKT dan di tempat ini penulis dibesarkan selama empat tahun masa kuliah, terutama kepada oarang-orang yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan Kuliah ini dengan lancar. 7. Kepada Guru-guru yang selalu memberikan ilmunya dan nasihatnya mulai

dari Guru masa SD-SMA, Guru ngaji, terutama kepada K. Holid Nawawi, Ustad. Burhanudin, Ustd. Muhtar Hudori, Ustd. Adang Toid, Ustd. Ahmad

Tajwid Rifa’i mereka semua yang selalu memberi inspirasi dan dukungannya pada penulis untuk selalu mencari ilmu walau dengan berbagai keterbatasan.

8. Kepada keponakan-keponakan dan Sodara-sodara yang selalu memberi dukungan dengan doa motifasinya Drs. Tasam, adik-adikku yang terbaik dan amat kaka cintai Iis Rahayu, Tarkini, Sawitri, Sunia. yang masih menuntut Ilmu semoga kalian menjadi orang-orang yang selalu memberi mafaat pada umat dan bisa berbakti pada orang tua kita.

9. Teman-temanku yang ada di dersane UIN wabil khusus Selim abi, Usep abi, Anda abi yang selalu memberikan semangat tidak lupa buat Nurhadi abi, dan semua abi-abi yang ada di hizmet kalian adalah motifasi tertinggi bagi saya.

10. Kepada temen-temen yang selalu memberi dukungan dan doanya terutama temen-temen PAI X’ Bontot, kita bersama selama 4 tahun menempuh masa kuliah semoga kita bisa menjadi orang-orang yang bisa memberi manfaat kepada umat.


(8)

vi

Jakarta 7 Januari 2013


(9)

vii

LEMBAR PERYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembataan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Prestasi Belajar dan Lingkungan Pendidikan Asrama Sebagai Faktor Pengaruh A. Prestasi Belajar ... 7

1.Pengertian Prestasi Belajar ... 7

2.Teori Belajar ... 10

3.Jenis-Jenis Belajar ... 13

4.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Belajar... 14

5.Indikator Prestasi Belajar ... 16

6. Batas Minimal Prestasi Belajar ... 20

B. Asrama Sebagai Lingkungan Pendidikan ... 20

1. Pengertian Lingkungan Pendidikan ... 20

2. Macam-Macam Lingkungan Pendidikan Agama Islam ... 21

3. Pengertian dan Macam-macam Asrama ... 25

C. Pendidikan Agama Islam Dalam Program di Asrama ... 27

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 27

2. Fungsi Pendidikan Agama islam ... 28


(10)

viii

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode dan Disain Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 38

G. Hipotesis setatistik... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 42

B. Pola Belajar dan Respon terhadap masalah keagamaan Siswa Kharisma bangsa ... 48

C. Pembinaan Siswa di Asrama ... 58

D. Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama islam Siswa Kharisma Bangsa Siswa yang tinggal Asrama dengan Nonasrama ... 63

E. Analisis Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Berasrama dengan Nonasrama di Sekolah SMP Kharisma Bangsa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam... 77

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN –LAMPIRAN


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada, belajar juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Adapun prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan mengahasilkan pembelajaran yang maksimal.

Dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar, yang di dalamnya bisa berupa faktor fisiologi,faktor fsikologi, faktor lingkungan, faktor instrumen dan juga metode belajar siswa.

Faktor eksternal yang berupa lingkungan pendidikan menujukan kepada situasi dan kondisi yang mengelilingi dan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadi.


(12)

Lingkungan pendidikan dibagi menjadi dua:

1. Lingkungan sekitar (Milieu), yaitu segala keadaan: benda, orang, serta kejadian atau peristiwa di sekeliling peserta didik. Meskipun tidak dirancang sebagai alat pendidikan, keadan-keadan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pendidikan, baik positif maupun negatif.

2. Pusat-pusat pendidikan, yaitu tempat, organisasi, dan kumpulan manusia yang dirancang sebagai sarana pendidikan1.

Manusia sebagai pengemban budaya dan nilai-nilai akan mewariskan kebudayaan dan nilai tersebut terhadap generasi selanjutnya melalui pendidikan, dan akan mempengaruhi peserta didik.

Untuk itu penyelenggaraan pendidikan penting memperhatikan lingkungan agar efektif sebagai tempat belajar dan sebagai tempat pewarisan budaya dan nilai-nilai kebaikan. Di antaranya adalah lingkungan yang bisa menyediakan kontrol secara berkesinambungan, penegakan disiplin yang baik dengan adanya pelaturan dan tata tertib yang harus ditaati, dan adanya sangsi atau hukuman terhadap pelaku pelanggaran pelaturan dan tata tertib yang berlaku. Didalamnya berlangsung pembiasaan nilain-nilai keutamaan, pengajaran dan latihan keterampilan hidup untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan kopratif merupakan alternatif untuk diwujudkan dalam sebuah lingkunagn belajar, sehingga peserta didik dapat saling berbagi dalam belajar.

Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang aman secara fisik, psikis, sosial dan moral lingkungan yang demikian adalah yang mampu menjadikan, peserta didik fokus kepada pelajaran, pembelajaran hidup bersama, terhindar dari hal-hal yang negatif seperti merokok, narkoba, pergaulan bebas, bebas dari kemacetan, bebas dari tawuran, bebas dari tayangan film antau sinetron yang tidak mendidik.

Contoh kecil masalah yang sangat urgen di ibu kota sekarang adalah masalah transportasi, arus kemacetan lalu lintas di pagi hari, sehingga

1

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, ( Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999) Cet. ke-2, h. 209


(13)

membutuhkan banyak waktu di jalan, yang mengakibatkan anak setres pada waktu belajar.

Dalam pelajaran agama juga dibutuhkan lingkungan yang baik karena kompetensi belajar yang dituntut bersifat kompleks mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Lebih lagi pada Pendidikan Agama Islam, kompleksitas pengajarannya lebih luas karna ada sejumlah ritual yang perlu di ajarkan seperti baca al-Qur’an, doa, peraktik ibadah dan penegakan disiplin untuk itu asrama sekolah dipandang efektif dan efisien untuk mencapai komfetensi dengan optimal termasuk Pendidikan Agama Islam.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20/ 2003 Pasal 30 ditegaskan bahwa Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.2

SMP Kharisma Bangsa adalah salah satu sekolah lanjutan pertama yang ada di Jl.Terbanglayang no.21 Pondok Cabe Tengerang Selatan. Kharisma Bangsa Bilingual Boarding School adalah sebuah sekolah hasil kerjasama antara Negara Republik Indonesia dengan Negara Turki di Eropa sana di bawah yayasan PASIAD Indonesia. Yayasan PASIAD itu sendiri memiliki cabang di berbagai negara dari penjuru dunia, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan lain-lain. Sekolah Kharisma Bangsa di dirikan pada tahun 2006.3 Sekolah ini adalah sekolah yang memadukan kurikulum Nasional dengan kurikulum Internasional dan pengajaran menggunakan dua bahasa Inggris dan Indonesia, sekolah ini terdiri dari SD ada 8 kelas, SMP mempunyai 6 kelas, SMA ada 12

2

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20/ 2003 Pasal 30 3

Di akses tanggal 1 November 2011,


(14)

kelas dan setiap kelas 24 murid, untuk siswa SMP dan SMA disedikan asrama bagi siswa yang menghendaki tinggal di asrama.

Seperti lembaga lain Kharisma Bangsa melakukan berbagai upaya untuk menciptakan tujuan pendidikan yang maksimal dengan berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusip sehingga menghasilkan lulusan yang berkualiatas. Program pendidikan yang ditawarkan Kharisma Bangsa yaitu

boarding school asrama sekolah dengan siswa yang sekolah di lembaga ini. Adapun program-program agama yang ditawarkan diasrama sekolah kharisma bangsa adalah baca alquran setiap pagi sebelum melakukan solat subuh, pembelajaran hadis setiap selesai solat magrib, seminggu sekali ada bimbingan oleh pembina masing-masing kelas, solat berjamaah dengan dilanjutkan dzikir bersama, pembinaan akhlak oleh pembina asrama, setiap malam jumat diadakan

baca qur’an bersama dan dilanjutkan pengajian oleh pembina asrama atau guru

yang di jadwalkan.

Dengan adanya program asrama diasumsikan siswa yang di asrama akan lebih baik prestasinya daripada siswa diluar asrama. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan siswa diluar asrama akan berprestasi, berkat bimbingan orang tua, latihan-latihan yang diperoleh di luar dan kemungkinan mengikuti bimbingan belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang di tulis dalam bentuk skripsi yang berjudul

Perbandingan Perstasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Berasrama dengan Non asrama di SMP Kharisma Bangsa Tangerang Selatan.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Anak-anak yang berprestasi selama ini didominasi oleh siswa-siswa berasrama.

2. Kurangnya minat siswa terhadap pengetahuan Agama dan mereka menggap pengetahuan sain lebih penting daripada pengetahuan Agama.


(15)

3. Siswa-siswa non asrama di tinjau dari segi waktu belajar sulit mengikuti pola belajar siswa asrama yang lebih teratur seperti adanya belajar mandiri malam dan belajar mandiri pagi.

4. Banyak siswa-siswa non asrama yang datang terlambat sehingga mempengaruhi kedisiplinan dan performa belajar mereka di kelas.

5. Siswa-siswa yang kurang mendapat pembinaan dan pengawasan baik dari pembina asrama maupun guru-guru karena keadaan mereka yang tidak tingal di asrama akan mendapat kesempatan yang minim dan fasilitas dalam hal bimbingan belajar dan akhlak.

6. Suasana belajar yang melibatkan banyak orang dan memberikan kontribusi yang positif terhadap siswa hanya mungkin berlangsung di asrama karena di rumah tidak terdapat grup belajar.

C.

Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluas dan melebarnya penelitian mengenai “ apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa berasrama dan nonasrama” maka

peneliti ini akan diberi batasan masalah sebagai berikut.

Prestasi belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kemampuan siswa yang diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam bidang studi pendidikan Agama Islam yang berbentuk nilai raport PAI. Dan Uji kompetensi PAI yang dibatasi pada aspek:

1. Praktek Membaca Al-Qura’an: kelancaran, Tajwid, mahraj

2. Pengetahuan wudhu, do’a dan shalat

3. Pola belajar dan respon siswa terhadap masalah keberagamaan

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagi berikut:

1. Bagaimana pola belajar dan respon siswa terhadap masalah keberagamaan siswa yang tinggal di asrama dan nonasrama?


(16)

3. Adakah perbedaan yang signipikan antara prestasi belajar siswa berasrama dengan siswa nonasrama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? 4. Adakah pengaruh yang signifikan lingkungan belajar terhadap prestasi

belajar Pendidikan Agama Islam siswa Kharisma Bangsa?

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk:

1. Menggambarkan pola belajar dan respon siswa terhadap masalah keberagamaan yang tinggal di asrama dan non asrama.

2. Mengetahui pembinaan belajar siswa yang berlangsung diasrama.

3. Memaparkan tingkat prestasi belajar siswa SMP Kharima Bangsa antara siswa berasrama dan nonasrama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

4. Menjelaskan pengaruh lingkungan belajar siswa terhadap tingkat prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.

5. Mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa berasrama dengan siswa nonasrama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

F.

Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini memiliki kegunaan praktis sebagai berikut:

1. Bagi lembaga (instansi) yang terkait, dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam penyususnan program asrama selanjutnya.

2. Bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang meneliti tentang masalah perbandingan prestasi siswa antara siswa berasarama dan nonasrama sebagai bahan rujukan dan pembanding untuk melakukan penelitian lanjutan.

3. Bagi dunia pendidikan khususnya dalam pengelolaan Bording School

untuk menjadi dasar pertimbangan untuk pengelolaan bording school


(17)

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Prestasi Belajar dan Lingkunagn Pendidikan Asrama Sebagai

Faktor Pengaruh

A.

Prestasi Belajar

1.

Pengertian Prestasi Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran, berlangsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, dalam kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru. kegiatan pembelajaran ini lebih diarahkan kepada siswa yaitu belajar, sebab sasaran dalam pembelajaran itu adalah terjadinya proses belajar.

Syah menyatakan bahwa belajar adalah sebagai tahap perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetapsebagaihasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.1

Menurut Witherington belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.2

Bandura menyatakan manusia adalah organisme yang mempunyai kemampuan berpikir, ia dapat mengarahkan diri, dapat menghayati keadaan orang lain, dapat menggunakan simbol-simbol dan dapat mengatur dirinya sendiri.3

1

Muhibbin Syah, Psikologi belajara, (Jakarta, Rajawali Pers, 2011) Cet ke-11 h.68

2

Nana Syaodih Sukmadinata, landasan Psikologi Proses Pendidikan,(Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2007) Cet ke-4 h. 155

3


(18)

Sedang menurut Sekinner, belajar ialah tingkah-laku. Ketika subyek belajar, responnya meningkat dan bila terjadi hal kebalikannya (Unlearning),

angka responnya menurun. Karena itu belajar resminya didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.4

Belajar menurut pandangan Sekinner ditemukan adanya hal berikut:

a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar. b. Respon si pebelajar, dan

c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku responsifs, perilaku respons si pembelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya respon yang tidak baik diberi teguran dan hukuman5.

Belajar menurut Gagne merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari, 1) Setimulasi yang berasal dari lingkungan, dan 2) Peroses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat peroses kognitif yang mengubah sifat stimulusi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.6

Salamto menyebutkan perubahan dalam belajar antara lain: a. Perubahan yang terjadi secara sadar

b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. d. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.7

4

Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan. ( Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1994) cet ke-2 H. 120

5

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan Kompetensi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 60

6

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010) Cet. Ke-4, h. 13

7


(19)

Kesimpulan M. Alisuf Sabri dalam bukunya psikologi pendidikan, belajar yang di ungkapkan oleh para tokoh psikologi adalah8:

a. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.

b. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh prilaku yang baru atau memperbaiki atau meningkatkan perilaku yang sudah ada. c. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa prilaku

yang baik (positif) atau prilaku yang buruk (negatif).

d. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan perilaku akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar.

e. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat akibat alkohol atau minuman keras.

f. Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian atau tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan, kemampuan keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek prilaku lainnya.

g. Belajar itu dalam prakteknya dapat dilakukan disekolah atau diluar sekolah. Belajar disekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik atau positif, sedangkan belajar diluar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif atau negatif.

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa belajar yang merupakan aktivitas yang kompleks dengan adanya setimulus dari faktor luar, respons dari faktor dalam (internal individu), dan hasil yang dicapai dari aktivitas juga komponen belajar menujukan kemampuan yang dicapai individu, dan inilah yang dimaksud dengan prestasi belajar.

Kesimpulan ini sejalan dengan makna Perestasi belajar menurut kamus Besar Bahasa Indonesia penguasaan pengetahuan atau keterampilan yg dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yg diberikan oleh guru.9

8

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995) Cet. Ke-3, h. 55-56

9

Diakses 1 november 2011, Kamus besar Bahasa Indonesia, http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php


(20)

Dari pengertian para tokoh dan kesimpulan M alisub Sabri diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa prestasi belajar atau hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri siswa setelah mengalami peroses belajar. Belajar bukan hanya dari guru, tetapi juga dari sesama teman dari manusia-manusia sumber di luar sekolah.

Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tatapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat dan menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagaian kerja; dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian. Penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, tatapi juga secara lisan dan penilaian perbuatan.10Hasil belajar merupakan suatu tanda keberhasilan dari tujuan pembelajaran, dan untuk mengetahui seberapa pencapain siswa terhadap meteri pelajaran yang diberikan kepadanya. Prestasi belajar juga dapat diartikan suatu penguasaan, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Contoh perubahan dari psikomotor, afektif, dan kognitif.

Prestasi belajar merupakan salah satu tujuan seorang dalam belajar sekaligus sebagai motivasi terhadap aktifitas anak didik. Prestasi belajar merupakan indikator untuk mengetahui pandai atau tidaknya seorang anak didik. Penulis menyipulkan bahwa prestasi belajar adalah keseluruhan hasil perbuatan siswa yang membawa perubahan tingkah laku berdasarkan latihan atau pengalaman interaksi siswa pada lingkungan belajar melalui tes biasanya dinyatakan dalam bentuk angka.

B.

Teori Belajar

Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang prilaku individu dalam proses belajar. Kajian itu pada intinya menyangkut dua hal:

a. Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah kemampuan potensial (daya-daya), seperti menalar, mengingat, menghayal, yang dapat dikembangkan dengan latihan.

10


(21)

b. Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam meraspon sistem energi lain sehingga ia dapat berinteraksi melalui organ rasa. Sistem energi ini meliput respon terhadap stimulus, motivasi, dan proses penalaran.11

Ada beberapa teori belajar diantaranya yaitu:

a. Koneksionis atau asosinisme yang menganggap bahwa tingkah laku itu merupakan respon terhadap stimulus tertentu. Penganut aliran atau tori ini menganggap bahwa suatu stimulus (S) mempunyai ikatan dengan response

(R) tertentu. 12

Tokoh yang terkenal dari teori ini adalah Thorndike dan beliau mengungkapkan tiga perinsip atau hukum dalam belajar. Pertama, law of rediness, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. Kedua, law of exercise. Belajar akan berhasil apabila banyak latihan, ulangan. Ketiga, law of effect, belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.13

b. Teori ClassicalConditioning teori ini merupakan sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Berdasarkan eksperimen Ivan Pavlop mengungkapkan bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respon.14

c. Teori Disiplin mental atau psikologi daya, yang memandang bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam. Belajar pada perinsipnya adalah melatih daya-daya mental tersebut.15

Termasuk dalam teori Disiplin Mental adalah Naturalisme Romantik dari Jean Jacques Rousseau, menurut pendapatnya anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan

11

Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, ( Jakarata: Gaung Persada Press, 2008) Cet. Ke-1, h. 21

12

Ibid h. 22

13

Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 166

14

Tohirin, op. cit., h. 64-66

15


(22)

mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencapai, mencoba, mengemukakan dan mengembangkan dirinya sendiri. Pendidikan tidak perlu terlalu banyak turut campur mengatur anak,biarkan dia belajar sendiri, yang penting perlu diciptakan situasi belajar yang permisif (rileks), menarik dan bersifat alamiah.16

Untuk melatih daya-daya jiwa sama dengan melatih kekuatan jasmani, yaitu dengan mengerjakan sesuatu dengan cara berulang-ulang. Jadi daya berpikir akan meningkat kalau pikiran itu berulang-ulang memecahkan soal, daya merasakan akan menjadi kuat atau tajam kalau sering digunakan, daya ingatan akan menjadi lebih tinggi kalau berulang-ulang mengingat sesuatu, dan sebagainya.17

d. Bahaviorisme atau psikologis tingkah laku, yang menganggap bahwa tingkah laku manusia merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan. Bagian-bagain terpenting teori behaviorisme adalah:

1) Teori Sarbon ( stimulus and respons bond theory)

Tingkah laku yang kompleks ini dapat di analisis menjadi rangkaian

“Unit” perangsang dan reaksi ( stimulus and response), yang disebut

refleks.

2) Pengamatan dan kesan (sensation and perception)

3) Perasaan tingkahlaku afektif dengan berpendapat bahwa hal senang dan tidak senang itu adalah soal senso-motoris.

4) Teori tentang berpikir dengan postulatnya adalah bahwa berpikir itu haruslah semacam tingkah laku senso-motoris, dan bagi dia berbicara dalam hati adalah tingkahlaku berpikir.

5) Pengaruh lingkungan (pendidikan, belajar, pengalaman) dalam perkembangan individu. Pendapatnya bahwa reaksi-reaksi kodrati yang

16

Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 168

17

Sumadi Suryabrata, psikologi pendidikan, ( Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 245


(23)

dibawa sejak lahir itu sedikit sekali. Kebiasan-kebiasan itu terbentuk dalam perkembangan, karena latihan dan belajar.18

e. Kognitif atau Gestelt yang menganggap bahwa proses kognitif yaitu

insight (pemahaman atau wawasan) merupakan ciri fundamental (asasi) dari respon manusia. Dengan demikian perilaku manusia itu ditandai oleh kemampuan melihat dan membuat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi problematik, sehingga diperoleh insight.19

Hal yang juga sangat penting dalam teori Kognitif adalah, bahwa individu itu adalah aktif, konstruktif dan berencana, bukan pasif menerima stimulus dari lingkungan. Menurut para ahli kognitif individu merupakan partisipasi aktif dalam peroses memperoleh dan menggunakan pengetahuan. Individu berpikir secara aktif dalam membentuk wawasannya tentang kenyataan, memilih aspek-aspek penting dari pengalaman untuk disimpan dalam ingatan, atau digunakan dalam pemecahan masalah.20 Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu:

1) Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil. 2) Bersifat mekanistis.

3) Menekankan peranan lingkungan.

4) Mementingkan pembentukan reaksi atau respon

5) Menekankan pentingnya latihan.21

C.

Jenis-jenis Belajar

Menurut Muhibbin Syah, ada delapan jenis belajar yang sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia, di antaranya yaitu: (1) Belajar abstrak, yaitu belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. (2) Belajar keterampilan, yaitu belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan

18

Ibid h. 266-270

19

Yudi Munadi, op. cit., h. 22

20

Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 167

21


(24)

motorik, yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. (3) Belajar sosial, yaitu belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. (4) Belajar pemecahan masalah, yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. (5) Belajar rasional, yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). (6) Belajar kebiasaan, yaitu proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. (7) Belajar apresiasi, yaitu belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dsb. (8) Belajar pengetahuan, yaitu belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.22

D.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa disekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor-Faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah berupa faktor fisiologis dan faktor psikologis pada diri siswa.

1.

Faktor-Faktor Lingkungan

Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

22

Muhibbin Syah, Pesikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2004) cet. ke-9 h. 122-124


(25)

Keluarga, merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologi yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak.

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam atau non sosial dan faktor lingkungan sosial.

Yang termasuk faktor lingkungan non sosial atau alami ini ialah seperti; keadaan suhu, kelembapan udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya.23

Semua faktor-faktor tersebut di atas dan faktor lainnya harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses/perbuatan belajar secara maksimal.24

Dari urainan diatas dapat kita simpulkan bahwa Faktor lingkungan baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa sehingga faktor lingkungan harus dirancang sedemikian rupa sehingga menjadikan siswa yaman dalam lingkungan belajarnya serta lingkungan tersebut bisa menjadi tempat mengamalkan atau memperaktekan apa yang dipelajarinya dan akhirnya menghasilkan prestasi yang baik.

2.

Faktor-Faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta setrategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.25

Sarana instrumen juga merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dengan adanya gedung sekolah dan kelas serta hal-hal yang termasuk faktor instrumen yang baik, maka akan menjadikan siswa tenang dalam belajar, tidak terganggu dengan faktor instrumen yang rusak sehingga siswa yaman dan

23

M. Alisuf Sabri, op. cit., h. 59

24

Sumadi Suryabrata, op. cit., h. 233

25


(26)

tidak terganggu dalam belajar dan bisa berkonsentrasi sehingga menghasilkan prestasi belajar yang baik.

3.

Faktor-Faktor Kondisi Internal Siswa

Faktor kondisi siswa ini sebagaimana telah diuraikan diatas ada dua macam yaitu kondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologi siswa.

Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca indranya terutama penglihatan dan pendengaran.

Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan-kemampuan persepsi, ingatan, berfikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.26

Dari uraiyan diatas dapat kita simpulkan bahwa kondisi internal siswa berpengaruh dalam prestasi belajar karna dengan adanya motivasi, minat, bakat, intelegensi yang mendukung siswa, guru sebagai pendidik tinggal mengarahkan siswa tersebut sesui dengan minat, bakat serta motivasi siswa untuk terus berprestasi dalam belajaer.

E.

Indikator Prestasi Belajar

Pada perinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalamana dan peroses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karna itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang di anggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

26


(27)

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penujukan adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.27

1)

Ranah Cipta (Kognitif)

Istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental dan berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Jadi kognitif atau kognitive development, yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak.28

Macam ranah kognitif dan indikatornya:

1. Pengamatan macam indikatornya yaitu, dapat membandingkan, dapat menghubungkan.

2. Ingatan macam indikatornya adalah dapat menyebutkan, dapat menujukan kembali.

3. Pemahaman indikatornya adalah dapat menjelaskan, dapat mendepinisikan dengan lisan sendiri.

4. Penerapan indikatornya yaitu dapat memberikan contoh, dapat mengunakan secara tepat.

5. Analisis (pemeriksaan dan pemeliharaan secara teliti) indikatornya adalah dapat menguraykan, dapat mengklasifikasikan atau memilah-milah.

6. Sintesis (membuat panduan baru dan utuh) indikatornya adalah dapat menghubungkan, dapat menyimpulkan, dapat menggenerelisasikan (membuat perinsip umum).29

27

Muhibbin Syah, Op.cit., h. 150

28

Tohirin, op. cit., h. 48-49

29


(28)

Beberapa tipe hasil belajar kognitif diantaranya adalah: 1. Tipe hasil belajar pengetahuan hapalan (knowledge)

Yaitu tingkat belajar kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta,atau istilah tanpa harus mengerti, menilai atau mengerjakannya.

2. Tipe hasil belajar pemahaman (komprehensif)

Yaitu tingkat kemampuan yang mengharapkan responden mampu memahami, konsep dari fakta/masalah yang ditanyakan.

3. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

Yaitu kemampuan yang mengharapkan responden mampu untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahui dalam situasi yang baru baginya.

4. Tipe belajar analisis

Yaitu tingkat kemampuan responden untuk menganalisis atau menguraykan suatu integritas atau situasi tertentu dalam kemampuan atau unsur pembentukannya.

5. Tipe belajar sintesis

Yaitu pernyataan unsur atau bagian-bagian kedalam suatu bentuk yang menyalurkan atau kemampuan yang menentukan responden untuk dapat menemukan kausal atau urutan tertentu.

6. Tipe belajar evaluasi

Yaitu kemampuan yang menentukan responden untuk dapat membuat suatu penilaian tertentu suatu peryataan, konsep,situasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.30

Tipe ini berkenaan dengan sikap dan nilai yang condong atau mengacu kepada berbagai tingkah laku, seperti contoh perhatian terhadap pelajaran, disiplin motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar, dan lain-lain.

2)

Ranah Rasa (Afektif)

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap. Dampak positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental keagamaan yang lebih tegas dan lugas sesui dengan tuntunan ajaran agama yang telah ia pahami dan yakini secara mendalam. Sebagai contoh seorang siswa yang diajak temannya untuk berbuat dosa atau melanggar ajaran agama ia akan serta merta menolak

30

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, ( Jakarta, Pustaka Al-hasan,1988) Cet, ke-2, h. 266 -267


(29)

dan bahkan berusaha mencegah perbuatan tersebut itu dengan segenap daya dan upayanya.31

Belajar afektif berbeda dengan belajar intelektual dan keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari.32

Macam ranah dan indikator afektif:

1. Penerimaan indikatornya adalah menujukan sikap menerima, menujukan sikap menolak.

2. Sambutan indikatornya adalah kesediaan berpartisipasi atau terlibat, kesediaan memanfaatkan.

3. Apresiasi (sikap menghargai) indikatornya yaitu menganggap penting dan bermanfaat, menggap indah dan harmonis, mengagumi.

4. Internalisasi (pendalaman) indikatornya adalah mengakui dan meyakini, mengingkari.33

3)

Ranah Karsa (

Psikomotor

)

Hasil belajar psikomotorik tampak pada bentuk keterampilan (skill)

kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini meliputi antara lain: 1. Persepsi (perseption)

Level ini berkenaan dengan penggunaan organ indra untuk menangkap isyarat yang membimbing aktivitas gerak. Contoh dalam level ini seperti siswa dapat membedakan beberapa bentuk warna, siswa dapat membedakan beberapa tipe lain yang berbeda.

2. Kesiapan (set)

Level ini menujukan pada kesiapan untuk melakukan tindakan tertentu yang meliputi kesipan mental, fisik dan emosi.

3. Kreativitas

Level ini merujuk pada penciptaan pola-pola gerak baru untuk menyesuikan situasi tertentu atau problem khusus, hasil belajar ini menekankan kretivitas yang didasrkan pada keterampilan yang sangat hebat (piawai).

31

Muhibbin Syah, Op.cit.,h. 53

32

Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 192

33


(30)

Macam ranah dan indikator psikomotor:

1. Keterampilan bergerak dan bertindak indikatornya adalah mengkordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya. 2. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal indikatornya adalah

mengucapkan, membuat mimik dan gerakan jasmani.

Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa setiap ranah seperti ranah cipta, berpikir dan memecahkan masalah dan perkembangan ranah rasa seperti menyakini ajaran agama dan bertenggang rasa terhadap orang lain, semuanya tidak timbul dengan sendirinya. Dengan demikian, kemampuan pengamalan ajaran agama Islam seperti wudhu, tayamum, shalat dan ibadah-ibadah lainnya dapat dimiliki oleh individu (siswa) melalui proses belajar terlebih dahulu.

F.

Batas Minimum Prestasi Belajar

Batas minimal keberhasilan belajar para siswa untuk mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah, cipta, rasa, dan karsa siswa.

Menetapkan batas minimal keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut adalah:

1) Norma sekla angka dari 0 sampai 10 2) Norma sekala angka dari 0 sampai 10034

Batas minimal keberhasilan belajar siswa (passing grade) pada umumnya adalah 5,5 atau 6,0 untuk sekala nilai 0,0-10, dan 55 atau 60 untuk skala 10-100, tetapi untuk mata pelajaran inti (core subject) batas minimalnya adalah 6,5 atau 7,0 atau bahkan 8,0 jika pelajaran inti tersebut memerlukan masterylerning.35

Dengan demikian batas minimal sekor kegiatan belajar dianggap berhasil jika telah melampoi ketentuan minimal yang telah ditetapkan.

34

Muhibbin Syah, op. cit h. 153

35


(31)

Namun demikian batas minimal pada setiap mata pelajaran di setiap sekolah berbeda.

G.

Asrama Sebagai Lingkungan Pendidikan

1.

Pengertian Lingkungan Pendidikan

Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan dan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana, perasarana serta fasilitas yang digunakan. Tersedianya sarana, prasarana dan fasilitas fisik dalam jenis jumlah dan kualitas yang memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif.

Kekuranagan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses pendidikan, dan mengahambat pencapaian hasil yang maksimal.36

Lingkungan juga menjadi katagori dari Gaya belajar menurut Borich dan Tombari:

1. Lingkungan fisik, seperti: pengaturan tempat duduk, penerangan, temperatur udara, tingkat kebiasaan, dan sebaginya.

2. Lingkungan sosial, seperti: bekerja sendiri dan kelompok kecil, pola pembelajaran koopratif dan kompetitif, dengan kehadiran orang dewasa dan tanpa kehadiran orang dewasa.

3. Lingkungan emosional, seperti: bersahabat, senang membantu dan menyendiri, soliter, menyukai bimbingan, orientasi pada individu dan percaya pada diri sendiri, oreintasi pada tulisan, dan media pembelajaran.

4. Lingkungan pembelajaran, seperti kuliah atau ceramah dan diskusi, menyukai beberapa tipe tes; langsung, tak langsung, menyukai aktivitas yang melibatkan kepekaan modalitas visual, taktil atau kinestetik.

5. Pengolahan lingkungan, seperti banyak peraturan dan sedikit aturan, peraturan tertulis dan peraturan tak tertulis, kejelasan dan konsekuensi implikasi.37

36

Nana Syaodih Sukmadinata,Op.cit., h. 5

37

Rafai Sapuri, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Moderen, ( Jakarta, Rajawali Pers, 2009) h. 290


(32)

2.

Macam-macam lingkungan pendidikan Agama Islam

Lingkungan merupakan bagaian dari faktor-faktor dari belajar dan merupakan bagian dari kehidupan siswa, dalam lingkungan siswa berinteraksi, bergaul, dengan sesama teman maupaun dengan guru sebagai pembimbing, lingkungan juga merupakan temapt siswa meperaktekan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dari guru-guru maupaun dari berbagai sumber lainnya.

Lingkungan juga merupakan faktor eksternal siswa dalam belajar Muhbbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru membagi lingkunagan menjadi dua macam38:

a.

Lingkungan Sosial

lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antara manusia, pergaulan antara pendidikan dengan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antara orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak peserta didik (siswa) maupun para pendidik (guru) dan pihak lainnya.39

Yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah keluarga, sekolah, masyarakat dan tetangga juga teman-taman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.

1)

Keluarga

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.

38

Muhbib Syah, op. cit. h. 137-138

39


(33)

Demikian pula Islam memerintahkan agar para orang tua berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban untuk memelihara keluarganya dari api neraka, sebagaimana firman Allah Swt:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka....(QS Al-tahrim:6)

Pada umumnya pendidikan dalam keluarga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.

2)

Sekolah

Sekolah sebagai institusi resmi di bawah kelolaan pemerintah, menyelengarakan kegiatan pendidikan secara berencana, sengaja, terarah, sistematis, oleh para pendidik profesional dengan programyang dituangkan ke dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan diikuti oleh para peserta didik setiap jenjang pendidikan tertentu.

Dalam Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, terutama menyangkut pendidikan agama Islam, antara lain pada pasal 12 ayat (1a) bahwa: setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesui dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidikan yang se agama.40

40

Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet. ke-1, H. 152


(34)

Pendidikan Agama Islam yang terdiri dari Al-Quran-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, sejarah dan kebudayaan Islam, serta penciptaan suasana lingkungan yang religius. PAI merupakan core (inti), sehingga bahan-bahan kajian yang termuat dalam pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Keterampilan/kejujuran (termasuk TIK), Muatan lokal, dan pengembangan diri, di samping harus mengembangkan kualitas IQ, EQ, CQ dan SQ juga harus dijiwai oleh ajaran nilai-nilai Islam (PAI).41

Untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, banyak sekolah mengembangkan lingkungan pendidikan di sekolah (educational environment)

yang mendukung proses pendidikan agama yang memenuhi baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang tergambar pada sikap dan prilaku para siswa. Berdasarkan hasil penelitian puslitbang pendidikan Agama,

Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan tercatat sekolah seperti SMU 6 Palembang, SMA 2 Bandung, Sekolah Adabiyah di padang dan lain yang mencoba melengkapi instrumen pendukung pendidikan di sekolah yang kondusif terhadap pendidikan agama. Educational environment dikembangkan di sekolah-sekolah tersebut seperti pembiasaan pemberlakuan tradisi ritual keagamaan tertentu, membaca doa sebelum memulai pelajaran, shalat berjamaah di sekolah yang dapat mendukung ranah afektif dan psikomotorik. Namun, sekali lagi, keberadaan siswa di sekolah yang hanya meliputi sebagaian kecil dari keseluruhan interaksi sosial yang berpengaruh dalam proses sosialisasi dan internalisasi nilai pada anak, maka faktor lingkungan keluarga dan komunitas tidak dapat diabaykan dalam keseluruhan proses pendidikan membentuk watak dan pribadi pada anak didik.42

41

Ibid, h. 171

42

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia pascakemerdekaan, (Jakarta, Rajawali pers, 2009) H. 151-152


(35)

3)

Masyarakat

Tanggungjawab pendidikan bukan saja terletak pada keluarga atau sekolah saja dan masyarakat pun besar sekali pengaruhnya terhadap pendidikan anak-anak, terutama pendidikan agama islam.

Semua angota masyarakat memiliki tanggungjawab memerintahkan yang

ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

Firman Allah Swt

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada

Allah... (QS. Ali Imran:110)

ۚ

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar... (QS. Al-Taubah: 71)

b.

Lingkungan Non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (studi time preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun menurut penelitian beberapa ahli lerning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiap siagaan siswa (Dunn er al, 1986). Di antara siswa ada yang siap belajar pada pagi hari, ada pula yang siap pada sore hari, bahkan tengah malam perbedaan antar waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaan studi time preference antar seorang siswa dengan siswa lainnya.


(36)

Dengan demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama ini sering dipercaya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, tak perlu dihiraukan. Sebab, bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan sistem memori siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut.43

3.

Pengertian dan Macam-Macam Asrama

Asrama sebagai lingkungan pendidikan memiliki ciri-ciri antara lain: Sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan anak dengan keluarganya menjadi terputus atau dengan sengaja diputuskan dan untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup bersama anak-anak sebayanya.Setiap asrama memilki suasana tersendiri yang amat diwarnai oleh para pendidik atau para pemimpinnya dan oleh sebagain besar anggota kelompok darimana mereka berasal.Demikina pula tatanan dan cara hidup kebersamaan serta jenis kelamin dari penghuninya turut membentuk suasana asrama yang bersangkutan.44

Setiap asrama tersebut, masing-masing merupakan lingkungan pendidikan yang di bina sedemikian rupa sesui dengan tujuan dalam rangka membentuk perkembangan kepribadian anak. Cara-cara pendidikan dan alat-alat pendidikan yang digunakan dalam sarana itu berlainan sesui dengan sifat, kepentingan dan tujuannya. Meskipun demikian, sedapat mungkin senantiasa diusahakan untuk mewujudkan suasana kehidupan keluarga di mana rasa kasih sayang dan kehidupan keagamaan dapat diwujudkan secara wajar.

Di samping kekurangan-kekurangan tersebut, terdapat hal-hal yang menguntungkan, yaitu pengalaman bergaul dengan teman-teman sebaya yang secara emosional dan intelektual setaraf, dapat memajukan dan memperkembangkan hidup bermasyarakat di antara sesamanya. Pengalaman

43

Muhibbin Syah, op. cit. h. 138-139

44

Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) cet. ke-3, h.67


(37)

sosial yang demikian itu akan dapat menegakan keteraturan dan kemandirian

sehingga mempermudah terwujudnya “penguasaan diri”.45

Boarding School tidak lain adalah sistem sekolah dengan asrama, peserta didik tinggal dalam lingkungan sekolah dalam waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya.46

Jenis dan bentuk asrama itu bermacam-macam dengan kepentingan dan tujuan dari pengadaannya sebagai suatu bentuk lingkungan pendidikan. Misalnya:

1. Asrama santunan yatim piatu sebagai tempat untuk menampung anak-anak yang salah satu atau kedua orang tuanya meninggal. Kadang-kadang rumah yatim piatu merupakan tempat tingal yang tetap sehingga hubungan dengan keluarga terputus.

2. Asrama tampungan di mana anak-anak dididik oleh orang tua angkatnya, karena orang tuanya sendiri tidak mampu atau karena orang tuanya menitipkan pendidikan dan pemeliharaan anak kepadanya.

3. Asrama untuk anak-anak nakal atau mempunyai kelainan fisik atau mental, maupun kedua-duanya, sehingga membutuhkan pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa.

4. Asrama yang didirikan untuk tujuan-tujuan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan dalam pendidikan rumah maupun sekolah.

5. Asrama yang dibutuhkan untuk menujukan ketercapaian tujuan pendidikan suatu jabatan, yang tanpa itu tidak mungkin dihasilkan pejabat-pejabat yang dapat memikul tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas yang bersangkutan.47

Adapun di pesantern asrama sering disebut dengan pondok dimana merupakan tempat santri mukim. Dengan kyai sebagai pemimpin pesantren serta anggota lainnya kadaan pondok sangat bermanfaat dalam rangka bekerja sama memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.48

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa asrama sebagai tempat tinggal sementara yang di desain menurut tujuan pembuat asrama tersebut adapun asrama sekolah merupakan temapt melatih anak-anak untuk menjadi mandiri dan tidak tergantung pada orang tuanya di rumah.

45

Ibid, h. 68-69

46

http://sutris02.wordpress.com/2008/09/08/problem-dan-solusi-pendidikan-berasrama-boarding-school

47

Zakiah Daradjat, op.cit. . h. 68-69

48

Yasmadi, Moderenisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Pesantren, ( Jakarta, Ciputat Press, 2002) cet ke-1 H 66


(38)

H.

Pendidikan Agama Islam dalam Program Asrama

1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyipakan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.49

Menurut Prof. Dr. Zakiah darajat pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam serta menjadikannya pandangan hidup.50

Tayar Yusuf medepinisikan pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT.51

Pengertian pendidikan agama Islam sebagaimana yang diungkapkan Sahilun A. Nasir, yaitu: pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragam islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-jaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni, ajaran islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental.52

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha membimbing jasmani dan rohani manusia dengan ajaran Agama Islam supaya terwujud kepribadian utama yaitu yang mampu berhubungan baik dengan alam, masyarakat maupun dengan dirinya sendiri yang

49

Abdul majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam berbasis Kompetensi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet ke-3 h. 130

50

Zakiah Daradjat dkk, op. cit., h. 86

51

Abdul majid dan Dian Andayani, loc. cit. h. 10

52

Aats Syafaat, Sohari Sahrani, Muslih, Peran pendidikan Agama Islam dalam mencegah kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency), Jakarta: Rajawali Pers, 2008. h. 10


(39)

semuanya itu dilandasi oleh nilai-nilai Islam, yaitu nilai-nilai syariah dan Ahklaqul-karimah.

2.

Fungsi Pendidikan Agama Islam

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan disekolah atau madrasah berfungsi sebagai berikut.

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama pendidikan keimanan di ajarkan oleh oarangtua di rumah kemudian sekolah untuk mengembangkan melalui bimbingan dan pengajaran agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesui dengan tingkat perkembnagannya.

2) Penanaman nilai , yaitu Agama Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagian hidup yang bersumber dari al-qur’an dan hadis yang berisi nilai-nilai yang harus ditanamkan pada siswa-siswa disekolah.

3) Penyesuian mental, yaitu untuk menyesuikan diri dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesui dengan ajaran Agama Islam.

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

6) Pengajaran, tentang ilmu dan pengetahuan keagamaan secara umum.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.53

3.

Program Pendidikan Agama Islam di Asrama

Boarding sechool dicontohkan seperti sekolah Madania tidak sama persis dengan pendidikan di pesantren, ia menerapkan prinsip pendidikan sejalan dengan tradisi di pesantren, seperti solat berjamaah, tadarus (belajar Al-Quran), pengajaran islamic studies yang dilaksanakan dengan sistem halaqah,

pemberdayaan remaja mesjid, muhadharah (public speech), dan kegitan bakti sosial untuk dhuafa dan fakir miskin. Seluruh proses pendidikan yang mengadopsi

53


(40)

tradisi di pesantren tersebut diarahkan pada pembentukan pribadi keagamaan siswa.54

Pendidikan agama islam diberikan pada siswa asrama guna menciptakan keseimbangan antara penguasaan sains dan teknoligi dengan basis keagamaan yang kuat, pendidikan agama diberikan pada setiap malam setelah magrib dan makan malam serta pada waktu subuh meliputi enam bidang kajian, yaitu bahasa Arab, Fiqih, Shirah Nabawiyah dan Akhlak, Tauhid, Musthalah al-Hadists dan Ulum al-Qur’an. Pengetahuan agama yang diberikan sesui dengan tingkat pengetahuan siswa yang umumnya berasal dari pesantren, misalnya seperti untuk bidang kajian fiqih, sumber rujukan misalnya yaitu Syarah Taqrib, yang banyak digunakan dipesantren. Begitu juga dengan bidang kajian Shirah Nabawiyah, kitab yang dipakai misalnya kitab Hayat Muhammad karangan dari Mohammad Haikal.55

Perbedaan antara bording school dengan pesantren, diantaranya yaitu; (1) adanya kyai sebagai pemimpin pesantren. Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan karena kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, dan bahkan juga pemilik tunggal sebuah pesantren, adapun di bording school

tidak ada yang namanya seorang kyai tetapi ada seorang direktur asrama sebagai pemimpin, pembina sebagai pengasuh. (2) masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar adapun bording school masjid hanya sebagai tempat melakukan ibadah dan untuk kegitan belajar mengajar dilakukan disekolah. (3) santri yang merupakan unsur pokok ada dua kelompok santri santrimukim santri yang bersasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren, santri kalong ialah santri yang berasal dari daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang kerumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran dipesantren. Dan didalam bording school juga terdapat dua kelompok siswa yang hanya belajar disekolah disebut siswa non asrama dan siswa yang tinggal diasrama maka disebut siswa berasrama. (4)

54

Nurhayati Djamas,Op.cit., h. 161

55


(41)

Pondok merupakan tempat tinggal kyai bersama santri di bording school inilah yang disebut bording atau asrama sekolah merupakan tempat tinggal siswa dan pembina serta guru pendamping (5) Elemen yang terakhir adalah pengkajian kitab-kitab Islam kelasik, dan didalam bording school terdapat pembelajran ilmu-ilmu umum disekolah serta tambahan berbagai kegiatan asrama.56

I.

Kerangka Berfikir

Pada dasrnya seseorang dapat menjalankan hidupnya secara optimal disebabkan mampu belajar dari banyak hal dari lingkungan dan dari orang-orang yang ada di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor sosial yang sengaja dibentuk dan diprogramkan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Siswa dapat merespon banyak hal yang dilaksanakan secara terprogram.

Sekolah yang melaksanakan Bording Sechool memiliki program yang dapat mengintegrasikan pengetahuan nilai-nilai keterampilan dalam praktek kehidupan yang nyata dalam asrama. Apabila Pendidikan Agama Islam yang berupa teoritik dan praktek keagamaan di sekolah di terapkan siswa secara intensif dengan bimbingan guru sebagai pengasuh asrama, maka hasil akan lebih oftimal. Nilai-nilai agama dapat ditanamkan secara peraktek dan latihan pembiasaan, dan keteladanan dari guru. Dengan demikian Pendidikan Agama Islam di sekolah dan asrama secara integratif dapat membantu meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama islam secara optimal baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Dan kita juga melihat siswa yang tinggal di rumah mereka juga mendapat bimbingan dan arahan serta kontrol dari orang tua dirumah untuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.

56


(42)

J.

Hipotesis Penelitian

Untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan variabel X (prestasi siswa berasrama) dengan variabel Y (prestasi siswa nonasrama), maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:

Hipotesis Nihil : Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa bersarama dengan nonasrama di sekolah SMP Kharima Bangsa dalam mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Hipotesis Alternatif : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar

siswa bersarama dengan nonasrama di sekolah SMP Kharisma Bangsa dalam pelajaran pendidikan Agama Islam.

Dari hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa berasrama dengan siswa nonasrama di sekolah SMP Kharsima Bngsa. Penulis sependapat dengan pernyataan Ha di atas. Adapun untuk kebenarannya, perliu dilakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan.


(43)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian disini bertujuan untuk mencari perbandingan prestasi belajar antara siswa yang tinggal di asrama dengan siswa yang tinggal di luar asrama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun ketentuan-ketentuan penelitian secara metodologis adalah sebagai berikut.

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian lapangan ini dilaksanakan di SMP Kharisma Bangsa yang terletak di Jl. Terbang Layang No. 21 Pondok Cabe, Tanggerang Selatan. Dengan alasan Kharisma Bangsa merupakan sekolah berasrama yang setiap tahun perkembangan prestasinya terus meningkat. Dan penulis ingin mengetahui prestasi siswa dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

AdapunwaktupelaksanaanPenelitianinidilaksanakanpada pertengahan semester pertamadimulaipadatanggal15 Oktober 2012sampaidengantanggal05 Januari 2013.

B.

Metode dan Disain Penelitian

Dalam penyususnan dan penyelesaian sekripsi ini, penulis mengunakan metode deskriptif yaitu setudi untuk menggambarkan fakta dan interpretasi yang tepat. Selain itu untuk menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data dan informasi yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti.


(44)

Adapun penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif untuk mencari perbandandingan prestasi belajar antara siswa asrama dengan siswa nonasrama serta pola belajar dan respon siswa terhadap masalah keagamaan siswa di sekolah Kharismma Bangsa.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang meneliti semua elemen maka ia harus meneliti semua populasi. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang dimiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.1 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII, dan IX SMP Kharisma Bangsa yang berjumlah 149 orang.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel adalah himpunan bagian atau sebagaian dari populasi.2Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.3Penulis tentukan sampel penelitian ini kelas IX dengan pertimbangan siswa kelas IX telah mendapat bimbingan dari sekolah selama 2 tahun. Pada kelas IX jumlah siswa 43 siswa yang terdiri atas 15 orang siswa Asrama dan 28 siswa nonasrama. Karna jumlahnya tidak seimbang maka siswa asrama diambil seluruhnya, sementara siswa nonasrama

diambil sampel secara randomsampling yaitu dengan cara undian. Dengan demikian

sampel penelitian ini sebanyak 30 orang 15 siswa asrama dan 15 siswa nonasrama.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang penulis gunakan dalam memperoleh data adalah dengan cara yaitu:

1. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan langsung kepada suatu obejek yang akan diteliti.4Observasi ini

1

Prof. Drs.Anas sudijono, Pengantar Setatistik pendidikan, (Jakarta, Rajawali Pres, 2010) Cet ke-21 Hal 28-29

2

Ibid

3

Nuraida, Halid Alkaf, metode Penelitian Pendidikan, ( Tanggerang; Islamic Research Publishing, 2009) Cet ke-1 hal 90

4

Prof.Dr.S. Nasution, M.A, Metode Reserch (penelitian Ilmiah), (Jakarta, Bumi Aksara,2009) Cet ke-11, h. 106-107


(45)

dilakukan untuk mencari informasi mengenai sekolah Kharisma Bangsa Bilingual Boarding School yang meliputi sejarah berdirinya sekolah, keadaan gedung, sarana dan prasarana, dan keadaan guru dan siswa.

2. Dokumtesi merupakan pencatatan data-data yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti kemudian data-data tersebut didokumentasikan. Adapun teknik pengumpulan ini penulis pergunakan untuk memperoleh data tetang prestasi belajar siswa SMP Kharisma Bangsa secara langsung dari nilai Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam berdasarkan nilai rapor siswa. 3. Wawancara (interview) adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan

yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang ditentukan. Dalam hal ini penulis mengadakan komunikasi dengan Pembina Asrama untuk mendapatkan data mengenai pembinaan siswa di asrama.

4. Angket yang disebarkan kepada siswa sebagai responden untuk mendapatkan data tentang pola belajar keagamaan dan respon siswa terhadap masalah keberagamaan asrama dan nonasrama.

Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket sekala

Likert, yakni angket yang terdiri atas pertanyaan atau peryataan dengan sejumlah jawaban tertentusebagai pilihan, responden menceklis jawaban yang paling sesui dengan dirinya.

5. Uji Kompetensi Pendidikan Agama islam untuk memperoleh data prestasi belajar siswa, di antaranya dengan tes baca Al-quran, tes hafalan do’a untuk menunjang dan memperkuat hasil prestasi siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

E.

Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Instrument yang dipakai dalam penelitian ini adalah: pertama, Instrumen tes lisan untuk mengetahu ketercapaiaan Kompetensi Pendidikan Agama islam.


(46)

Keduaadalah tes hasil belajar disebut tes prestasi belajar, mengukur hasil belajar yang dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu (Nilai Raport).

Nilai Raport gambaran untuk mendapatkan nilai raport adalah sebagai berikut Instrument yang dipakai disini yaitu tes Ulangan Harian, Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester (UAS). Karena Nilai Rapor diperoleh dari: � =

NH +UTS +UAS

3 Sedangkan Nilai Harian diperoleh dari:

� =Nilai rata−rata Tugas +rata−rata UH

2

Ketiga, adalah angket atau kuesioner yaitu daftar pertanyaan untuk diisi responden di bawah pengawasan peneliti.

Responden ditentukan sebagai gambaran tentang Bagaimana proses pembelajarn Baca al-quran, Pandangan siswa tentang persoalan-persoalan keagamaan yang ada, kegiatan peraktis kegamaan siswa, kebiasaan yang dilakukan (sosial, Pembelajaran). Maka akan digunakan angket respon siswa.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Angket

No Dimensi Indikator Item Jumlah + -

1. Pembelajaran al-quran

a. Pengalaman yang dialami dalam

mempelajari Al-quran b. Aktifitas mempelajari

Al-quran. c. Kemauan untuk

mempelajari dan mengetahui isi kandungan Al-quran

1,2,3

4,7,8

5,6 10

3

3

3

2. Pandangan siswa tentang persoalan

a. Pengetahuan siswa tentang isu-isu terbaru dalam persoalan


(47)

Keagamaan yang ada.

kegamaan yang ada. b. Pemahaman siswa

terhadap persoalan keagamaan yang ada. c. Kepedulian siswa

terhadap persoalan kegamaan yang ada dan Berusaha mencari solusi tentang persoalan kegamaan. 11 12 1 1 3. Kegiatan peraktis kegamaan yang dilakukan.

a. Menjalankan ibadah-ibadah yang wajib dan sunah.

b. Mampu menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama.

19,18 18

15,16,17 3 3 4. Kebiasaan yang dilakuakan (sosial, pola belajar).

a. Hal-hal yang

dilakukan siswa dalam pergaulan dengan sesama.

b. Pola belajar seperti apa yang sering digunakan atau disukai oleh siswa.

23,25

19,20, 21,

17 3

3

Jumlah 25

F.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1.

Teknik Pengolahan Data

Uentuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah berikut :


(48)

a. Editing yaitu meneliti semua angket atau kuesioner satu persatu tentang kelengkapan pengisian dan kejelasannya.

b. bukan hanya dari hasil Kuesioner saja tetapi meng.

c. Skoring yaitu memberi nilai pada setiap data jawaban yang ada dalam angket, yaitu:

TABEL 3.2

Model Kualifikasi Jawaban angket item positif

JAWABAN SKOR KETERANGAN

SL 4 Selalu

S 3 Sering

J 2 Jarang

TP 1 Tidak Pernah

TABEL 3.3

Model Kualifikasi jawaban angket item negatif

JAWABAN SKOR KETERANGAN

SL 1 Selalu

S 2 Sering

J 3 Jarang

TP 4 Tidak Pernah

d. Tabulasi; yaitu memindahkan jawaban responden ke dalam tabel skor frekuensi. Tabulasi dilakukan untuk mengetahui gambaran skor nilai frekuensi dalam setiap item yang ada.

e. Membuat rentang acuan ke dalam empat rentang yaitu, sangat baik, baik, cukup dan kurang. Adapun jarak antar rentang bernilai 11 nilai tersebut di dapat dari selisih antara nilai komulatif maksimum dengan nilai komulatif minimum, kemudian hasil tersebut di bagi dengan jumlah rentang yang kemudian di komversi berdasar nilai


(1)

� 2= 62,07 2 = 3852,68

Uji Homogenitas Populasi dengan Uji = Varaia Besar

Varian kecil

=� 2

� 2 = 4205,52

3852 = 1,09

Populasi homogen jika nilai ℎ�� < 1 �2 Populasi heterogen jika nilai ℎ��1 2 v1 = n1 – 1 = 15 – 1 = 14

v2 = n2 – 1 = 15 – 1 = 14

Dengan α = 0,05 maka 0,05 14 14 = (2,48) jadi karan ℎ�� ��1 �2

1,09 2,48 Kesimpulannya adalah varian kedua kelompok homogen, maka uji beda menggunakan rumus: �= � −�

� �12 �1 +

�22 �2

SG = �1−1 �12+2122

SG = 15−1 4205,52 + 15−1 3852,68 SG = 58877,28 + 53937,52

SG = 112814 ,8 28 SG = 4029,1 SG = 63,47

�= −

� �12

�1 +

�22

�2

�= 64−63,67 63,47 151 + 151

�= 64−63,67 63,47 1,34

�= 64−63,67 63,47 1,16

�= 0,33 73,63


(2)

dengan db = n1 + n2 – 2 = 15+ 15 –2 = 28 dan α = 0,05 �0,05;28 = 1,70

Ternyata �ℎ�� (0,004) ⋖ �� (1,70) maka Ho diterima

HASIL UJI BEDA DENGAN MENGGUNAKAN UJI BEDA T TEST

Nilai siswa yang berasrama dan siswa nonasrama dalam nilai raport

No X

(berasrama)

Y (nonasrama)

1 81 73 6561 5829

2 90 79 8100 6241

3 98 86 9604 7396

4 86 86 7396 7396

5 86 81 7396 6561

6 89 93 7921 8649

7 85 72 7225 5184

8 90 76 8100 5776

9 78 77 6084 5929

10 71 73 5041 5329

11 77 72 5929 5184

12 88 99 7744 9801

13 80 79 6400 6241

14 79 73 6241 5329

15 74 73 5476 5329

Ʃ 1252 1192 105218 96174

Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut: Ho : � = ��


(3)

Keterangan:

Ho = Hipotesis nihil Ha = Hipotesis alternatif

� = Prestasi belajar siswa berasrama

�� = Prestasi belajar siswa nonasrama Ho diterima jika �ℎ�� ⋖t α ;db

Ha diterima jika �ℎ�� ≥t α ;db db = n1 + n2 – 2

Tingkat kemaknaan (level of significance) α = 0,05

Penyelesaian:

X (rata-rata X) = 1252

15 = 83,47 Y (rata-rata Y ) = 1192

15 = 79,47

S1 = Ʃ� 2Ʃ�

2

�−1

S1 = 105218− 83,472 15−1 S1 = 105218−6967,24

15−1 S1 = 98250 ,75

14

S1 = 7017,91 --- >S1 = 83,77

S2 = Ʃ� 2Ʃ�

2

�−1

S2 = 96174− 79,47 2 15−1 S2 = 96174−6315 ,49

14 S2 = 89858 ,51

14


(4)

Varian = �2

� 2= 83,77 2 = 7017,41 � 2= 80,12 2 = 6419,21

Uji Homogenitas Populasi dengan Uji = Varaia Besar

Varian kecil

=� 2

� 2 = 7017,41

6419,21 = 1,09

Populasi homogen jika nilai ℎ�� < 1 2 Populasi heterogen jika nilai ℎ��1 2 v1 = n1 – 1 = 15 – 1 = 14

v2 = n2 – 1 = 15 – 1 = 14

Dengan α = 0,05 maka 0,05 14 14 = (2,48) jadi karan ℎ�� ��1 �2

1,09 2,48 Kesimpulannya adalah varian kedua kelompok homogen, maka uji beda menggunakan rumus: �= � −�

� �12 �1 +

�22 �2

SG = �1−1 �12+2122

SG = 15−1 7017,41 + 15−1 6419,21 SG = 98240,38 + 89868,94

SG = 188109 ,32 28 SG = 6718,19 SG = 81,96

�= −

� �12

�1 +

�22

�2

�= 1252−1192 81,96 151 + 151

�= 1252−1192 81,96 1,34

�= 1252−1192 81,96 1,16

�= 60 95,07


(5)

dengan db = n1 + n2 – 2 = 15+ 15 –2 = 28 dan α = 0,05 �0,05;28 = 1,70


(6)

*

LAMPIRAN PETA KTI

www. kharis m aban gsa.or- id

KFTARI$MA Si[H,{t$J& ntl.t![(}t Al- sc*{ooL

Jl- Terbang Layang No-21 Pondok Cabe, Tangerang Selatan Telp. O2 1 -7 427 1 22, 7 427 ll 39,7 47 A6.87 4. F ax. 421 -7 47 o667 3

wvrrw, khartsm abangsa.or.i d @;"'"*sqsare

ffi-i5?rr.,,"


Dokumen yang terkait

Perbedaan prestasi belajar pendidikan agama islam antara siswa yang berasal dari SMP dengan yang berasal dari MTs : studi kasus di smp negeri 1 tangerang bogor

0 5 113

ANALISIS TERHADAP MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN11 TANGERANG SELATAN

0 3 108

Minat belajar pendidikan agama islam pada siswa kelas VIII SMP al-Mubarak Pondok Aren-Tangerang Selatan

0 18 71

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa Di Smp Negeri 6 Tangerang Selatan

3 26 108

Pengaruh Pembelajaran Outdoor Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas Viii Di Smp Nusantara Plus Tangerang Selatan

3 17 130

Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Agama Islam Siswa Di SMP Negeri 238 Jakarta Selatan

0 4 120

Implementasi hidden curriculum dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

0 7 188

Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Smp Negeri 3 Tangerang Selatan

0 3 138

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA SISWA YANG Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa Yang Menerima Bel (Beasiswa Ekonomi Lemah) Dan Siswa Yang Menerima Best (Beasiswa Prestasi) Di Sma Negeri 2 Ngawi Se

0 3 14

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA SISWA YANG Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Antara Siswa Yang Menerima Bel (Beasiswa Ekonomi Lemah) Dan Siswa Yang Menerima Best (Beasiswa Prestasi) Di Sma Negeri 2 Ngawi Se

0 3 18