4 pencegahan penghindaran pajak
ASPEK UU PPh:
KETENTUAN PASAL 18 UU PPh
MENDETEKSI PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
(2)
2
KETENTUAN ANTI PENGHINDARAN PAJAK
Pasal 18 UU PPh
ayat (1) Debt to Equity Ratio (Thin Capitalization Rule)
ayat (2) Anti Controlled Foreign Corporations (CFC)-PMK No.256/PMK.03/2008 (CFC Rule)
ayat (3) Transfer Pricing (PER-43/PJ/2010 jo.PER-32/PJ/2011) (TP Rule) ayat (3a) Advance Pricing Agreement (PER-69/PJ/2010)(APA)
ayat (3b) Anti Stepping: Pembelian saham atau harta melalui SPC (PMK No.140/ PMK.03/2010)
ayat (3c) Anti Stepping: Penjualan atau pengalihan saham atau harta melalui SPC,
ayat (3d) Penentuan kembali penghasilan WPDN OP dari pemberi kerja (PMK No.139/PMK.03/2010)
ayat (4)
Hubungan Istimewa (Associated Enterprises)
(3)
POKOK-POKOK BAHASAN
1. Thin Capitaliza.on
2. Controlled Foreign Corpora.on
3. Transfer Pricing
4. An& Stepping
5. Treaty Abuse
6. Associated Enterprises (hubungan is.mewa)
7. Special Purpose Company
8. Tax Haven Country
(4)
Praktek Perpajakan yang dilarang
1. Tax Haven Country dan Preferen@al Tax
Regime
2. Controlled Foreign Corpora@ons (CFC)
3. Transfer Pricing
4. Thin Capitaliza@on
5. Treaty Shopping
(5)
1. THIN CAPITALIZATION
PengerAan:
Suatu perusahaan disebut
thinly capitalized
apabila
terdapat
perbandingan yang Anggi
antara :
modal hutang (
debt capital
) dan modal ekuitas
(
equity capital
).
Kriteria yang umumnya diterapkan untuk menyebut
suatu perusahaan sebagai
thinly capitalized
adalah
rasio
capital gear, leverage
, atau DER.
(Diterjemahkan dari IBFD Interna.onal Tax Glossary, 2005)
(6)
THIN CAPITALIZATION
Pasal 18 ayat (1) UU PPh:
Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan
mengenai
besarnya perbandingan antara utang dan modal
perusahaan
untuk keperluan penghitungan pajak berdasarkan
Undang‐undang ini.
Pasal 18 ayat (3) UU PPh:
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali
besarnya penghasilan dan pengurangan
serta menentukan utang
sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena
Pajak bagi
Wajib Pajak yang mempunyai hubungan isAmewa
dengan Wajib Pajak lainnya
sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang @dak dipengaruhi oleh hubungan is@mewa
dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak
yang independen, metode harga penjualan kembali, metode
biaya‐plus, atau metode lainnya.
(7)
7
THIN CAPITALIZATION
Opsi I: Investasi dalam bentuk ekuitas $1 juta
Opsi II: Investasi dalam bentuk ekuitas $100 ribu dan dalam bentuk pinjaman $900 ribu
Opsi III: Investasi dalam bentuk ekuitas $100 ribu, menjamin pinjaman bank $900 ribu.
INVESTOR
PERUSAHAAN
BANK
(8)
US –Parent Co.
PT ABC di Indonesia Skenario 1:
Pembiayaan Ekuitas $ 1 juta
Skenario 2:
Pembiayaan Hutang $ 1 juta @ 10% interest
Investasi $ 1 juta
Expected Return 10%
Asumsi:
Withholding tax atas bunga dan dividen : 20%
Tarif PPh di Indonesia: 25%
Laba sblm bunga & pajak: $ 150 rb Dividen payout ra@o: 100%
Diminta:
Hitung beban pajak dan Return on investment msg2 skenario
(9)
KASUS THIN CAP.
Debt Financing Equity Financing Back-to-back
Pinjaman Pemegang Shm atau pinjaman bank
$ 1 juta 0
Laba sebelum bunga & pajak $ 150.000 $ 150.000 $ 150.000 Bunga Pinjaman (10%) $100.000 0 $100.000 Penghasilan kena pajak
Pajak (tarif 25%)
$50.000 $12.500 $ 150.000 $ 37.500 $50.000 $12.500 Laba bersih
Dividen (payout ratio 100%)
$37.500 $37.500 $112.500 $112.500 $37.500 $37.500 Beban Pajak:
Bunga (tarif 20%) Dividen (tarif 20%) PPh Perseroan Fee Bank $20.000 $7.500 $12.500 0 0 22.500 $ 37.500 0 $20.000 $7.500 $12.500 $15.000 Total beban pajak/investasi $40.000 $ 60.000 $55.000 Hasil Investasi Bersih $110.000 $ 90.000 $95.000
(10)
2
.
CONTROLLED FOREIGN COMPANY
PengerAan:
CFC Rules adalah ketentuan pencegahan atas
penghindaran pajak yang dilakukan oleh WP
dalam negeri yang melakukan
pengalihan
penghasilan ke perusahaan terkenda
li yang
berada di negara‐negara yang mengenakan pajak
rendah atau @dak mengenakan pajak.
(Diterjemahkan dari IBFD Interna.onal Tax Glossary, 2005)
(11)
11
Sebelum ada CFC Setelah ada CFC
PT ABC Indonesia LN Income: $ Income: Rp PT ABC Indonesia Low-tax jurisdiction Income: $ Income Rp CFC Penyertaan LN Dividen?1. WPDN mendirikan CFC di “low-tax jurisdiction”,
2. Income dari LN dialihkan ke CFC,
3. WPDN tidak meminta haknya atas laba bersih CFC untuk menunda pajak.
1. Income dari DN dan LN dikenakan pajak di Indonesia sekaligus melalui SPT yang disampaikan PT ABC.
2. PT ABC bermaksud menunda pajak atas Income dari LN di Indonesia.
1 2
3
(12)
2. CONTROLLED FOREIGN COMPANY
Pasal 18 ayat (2) UU PPh:
Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya
dividen oleh Wajib Pajak dalam negeri atas
penyertaan modal
pada badan usaha di luar negeri
selain badan usaha yang
menjual sahamnya di bursa efek, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a.
besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri
tersebut
paling rendah 50%
(lima puluh persen) dari jumlah
saham yang disetor; atau
b.
secara bersama‐sama dengan Wajib Pajak dalam negeri
lainnya
memiliki penyertaan modal paling rendah 50%
(lima
puluh persen) dari jumlah saham yang disetor.
(13)
13
PMK‐256/PMK.03/2008
APABILA:
1.
WPDN mempunyai perusahaan di LN yang @dak terdahar
pada bursa efek di LN,
2.
WPDN memiliki penyertaan modal minimal 50%, sendiri
atau bersama‐sama dengan WPDN lain, dan
3.
Penghasilan dividen dari CFC
<
[laba bersih CFC X %
penyertaan pada CFC],
MAKA:
Saat pengakuan dividen ditetapkan pada
bulan ke‐4
setelah batas waktu penyampaian SPT perusahaan di LN
berakhir atau pada
bulan ke‐7
setelah tahun pajak
perusahan di LN berakhir.
Besarnya dividen
adalah laba bersih CFC dikalikan
besarnya kepemilikan pada CFC.
(14)
KASUS CFC
Kondisi I:
Pada tahun 2006 PT A memperoleh penghasilan neto dalam negeri: 1,000 dan dari luar negeri: 500 (membayar pajak di luar negeri 20% 100), Pajak di Indonesia: worldwide income, tarif tunggal 30%.
Hitunglah beban pajak PT A pada tahun 2006. Kondisi II:
Menggunakan kasus pada kondisi I, dianggap pada awal tahun PT A telah mendirikan anak perusahaan yang dimiliki 100% di Cayman Island untuk menampung penghasilan dari luar negeri. Di negara tersebut @dak terdapat pajak atas penghasilan dan penghasilan yang dikirim ke luar negeri (outbound income) @dak dikenakan pajak.
Hitunglah beban pajak dalam tahun 2006, bila:
a. PT A meminta dividen 100% se@ap tahun; b. PT A @dak meminta dividen;
c. CFC didirikan di Singapura (tarif pajak 18%, outbound income dalam bentuk dividen @dak dikenakan pajak)
(15)
15
3.
An& Stepping
Ketentuan AnA Stepping dalam UU PPh
Pasal 18 ayat (3b):
WP yang melakukan
pembelian saham atau
akAva
perusahaan melalui pihak lain atau badan
yang dibentuk untuk maksud demikian (
special
purpose company
),
dapat ditetapkan
sebagai
pihak yang sebenarnya melakukan pembelian
tersebut sepanjang WP yang bersangkutan
mempunyai
hubungan isAmewa
dengan pihak
lain atau badan tersebut dan terdapat
keAdakwajaran
penetapan harga.
(16)
Ketentuan
An& Stepping
dalam UU PPh
Penjelasan Pasal 18 ayat (3b):
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penghindaran pajak
oleh WP yang
melakukan pembelian saham/penyertaan pada
suatu perusahaan WP dalam negeri melalui perusahaan luar
negeri
yang didirikan khusus untuk tujuan tersebut (special
purpose company).
16 ABC
PQR
SPC
$
Saham/ Aktiva
Dapat ditetapkan
menjadi
ABC
PQR
$ SPC
Saham/ Aktiva
(17)
17
Ketentuan
An& Stepping
dalam UU PPh
Pasal 18 ayat (3c):
Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara
(
conduit company
atau
special purpose company
) yang
didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang
memberikan perlindungan pajak (
tax haven country
)
yang mempunyai
hubungan isAmewa
dengan badan
yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
atau BUT di Indonesia
dapat ditetapkan
sebagai
penjualan atau pengalihan saham badan
yang
didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia
atau
BUT di Indonesia.
(18)
Ketentuan
An. Stepping
dalam UU PPh
Apabila Y Co. menjual kepemilikan (saham) di X Ltd. kepada PT Z (WPDN), secara
legal formal transaksi di atas merupakan pengalihan saham perusahaan luar negeri oleh WPLN. Namun, pada hakikatnya transaksi ini merupakan pengalihan kepemilikan (saham) perseroan WPDN oleh WPLN sehingga atas penghasilan dari pengalihan ini terutang PPh. 18 PT ABC Indonesia Negara A (Tax Haven) X Ltd (Intermediary) Pemegang 95% Saham PT ABC Y Co. Pemilik 100% Saham X Ltd. Negara B PT Z $ Legal Formal PT ABC Indonesia Negara A (Tax Haven) X Ltd (Intermediary) Pemegang 95% Saham PT ABC Y Co. Pemilik 100% Saham X Ltd. Negara B PT Z $ Hasil Restrukturisasi berdasarkan Pasal 18 ayat (3c)
(19)
4. TRANSFER PRICING
PengerAan:
Adalah wilayah dalam hukum pajak dan ekonomi untuk
meyakinkan bahwa penentuan harga yang ditetapkan oleh
pihak‐pihak yang berhubungan is@mewa atas pengalihan
barang, jasa, dan harta tak berwujud telah sesuai
dengan
prinsip arm’s length.
(Diterjemahkan dari IBFD Interna.onal Tax Glossary, 2005)
Prinsip arm’s length:
Prinsip yang mensyaratkan pihak‐pihak yang berhubungan is.mewa menentukan harga yang sama, royal. dan imbalan lain dalam transaksi yang terkendali (controlled transac.on) dengan harga, royal., atau
imbalan lain dalam transaksi yang .dak terkendali (uncontrolled
transac.on) dalam kondisi yang dapat diperbandingkan (comparable circumstances).
(Diterjemahkan dari IBFD Interna.onal Tax Glossary, 2005)
(20)
Apabila
kondisi
dalam
transaksi yang dilakukan antara pihak‐pihak yang mempunyai
Hubungan Is@mewa
sama atau sebanding
dengan kondisi dalam
transaksi yang dilakukan antara pihak‐pihak yang @dak mempunyai
Hubungan Is@mewa yang menjadi pembanding,
maka harga atau laba
dalam transaksi yang dilakukan antara pihak‐pihak yang mempunyai
Hubungan Is@mewa
harus sama
dengan
atau berada dalam rentang
harga atau laba
dalam transaksi yang dilakukan antara pihak‐pihak
yang @dak mempunyai Hubungan Is@mewa yang menjadi pembanding
PRINSIP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA
(
ARM’S LENGTH PRINCIPLE
)
(21)
“None of the differences (if any) between the situa.ons being compared could materially effect the condi.on being examined, or that reasonably accurate
adjustments can be made to eliminate the effect of any such differences” (Par. 1.33 OECD TP Guidelines 2010)
Tidak terdapat perbedaan secara material antara transaksi afiliasi dengan transaksi independen yang dapat mempengaruhi harga atau laba yang diperbandingkan dan seandainya terdapat perbedaan, perbedaan tersebut
dapat disesuaikan
(Pasal 4 ayat (1) PER‐43/PJ/2010)
(22)
Dapat diperbandingkan (
comparable
) adalah :
@dak ada perbedaan yang
signifikan
di antara pihak yang
diperbandingkan,
Ada perbedaan tetapi @dak signifikan
Jika
terdapat perbedaan
, dapat dilakukan penyesuaian untuk
m e n g u r a n g i p e r b e d a a n t e r s e b u t s e h i n g g a d a p a t
diperbandingkan .
(23)
23
Picture WP comparable picture
1. Identifikasi dan kuantifikasi beda kondisi
2. Lakukan penyesuaian atas perbedaan tersebut
(24)
(25)
4. TRANSFER PRICING
Key QuesAons:
•
Apakah harga transaksi yang dilakukan oleh
pihak‐pihak yang berafiliasi telah menerapkan
arm’s length
principle
?
•
Bagaimana Wajib Pajak menentukan dan
menerapkan arms’ length principle dalam
transaksi dengan afiliasinya?
(26)
4. TRANSFER PRICING
Transfer Pricing Rules:
PER‐43/2010 jo PER‐32/PJ/2011
Langkah‐langkah menentukan
arms’ length price
:
1.
Melakukan Comparability Analysis dan
Penentuan Comparables/pembanding
2.
Menentukan Transfer Pricing Method
3.
Menentukan harga/laba wajar berdasarkan
langkah 1 dan langkah 2
4.
Mendokumentasikan pelaksanaan langkah‐
langkah penerapan arm’s length principle.
(27)
OECD Guidelines Para 1.19 – 1.35
1.
Karakteris@k barang dan/atau jasa
2.
Analisis Fungsional
3.
Persyaratan Kontrak
4.
Kondisi Perekonomian
5.
Strategi Bisnis
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
(28)
• Barang berwujud : 1. Ciri‐ciri fisik barang. 2. Kualitas barang. 3. Daya tahan barang.
4. Tingkat ketersediaan barang. 5. Jumlah penawaran barang.
• Barang @dak berwujud : 1. Jenis transaksi.
2. Jenis barang @dak berwujud yang diserahkan.
3. Jangka waktu dan @ngkat perlindungan yang diberikan.
4. Potensi manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan barang @dak berwujud tersebut.
• Jasa
1. Sifat dan jenis jasa.
2. Cakupan pemberian jasa.
KARAKTERISTIK BARANG DAN/ATAU JASA
(29)
KARAKTERISTIK BARANG DAN/ATAU JASA (2)
(Pasal 6 Ayat (2), (3), (4) PER-43/PJ/2010)
Apakah kedua barang tersebut sebanding dari sisi karakteristik produk?
(30)
•
Yang harus diper@mbangkan dalam melakukan analisis
fungsional :
1.
Fungsi utama yang dilakukan oleh perusahaan (contoh :
desain, pemasaran, peneli@an, pengembangan,
manajemen, promosi, dll).
2.
Ak@va yang digunakan (contoh : tanah, bangunan, harta
@dak berwujud).
3.
Risiko yang ditanggung oleh perusahaan (contoh : risiko
pasar, risiko persediaan, dll).
ANALISIS FUNGSIONAL
(31)
ANALISIS FUNGSIONAL (2)
(Pasal 7 PER-43/PJ/2010)
Jasa Pengeboran Sumur
Jasa Pengeboran Minyak
Drilling Service Machinery
Accident Risk
Drilling Service Machinery
Accident Risk
?
Apakah kedua perusahaan penyedia jasa tersebut sebanding dari sisi fungsi, aset dan risiko?
(32)
•
Tingkat tanggung jawab.
•
Risiko.
•
Pembagian keuntungan.
PERSYARATAN KONTRAK
(33)
PERSYARATAN KONTRAK (2)
(Pasal 8 PER-43/PJ/2010)
PT A
(Manufacturing)
Customer B (Afiliasi) Customer A (Independen)
FO B CIF
Apakah kedua transaksi tersebut sebanding?
(34)
•
Keadaan geografis.
•
Luas pasar.
•
Tingkat persaingan .
•
Tingkat permintaan dan penawaran.
•
Tingkat ketersediaan barang atau jasa penggan@.
KONDISI PEREKONOMIAN
(35)
KONDISI PEREKONOMIAN (2)
(Pasal 9 PER-43/PJ/2010)
PT A
ZIMBABWE (Afiliasi) AMERIKA
SERIKAT (Independen)
Apakah kedua transaksi tersebut sebanding?
INDONESIA LUAR
NEGERI 10
0 80
(36)
•
Inovasi dan pengembangan produk baru.
•
Tingkat penetrasi pasar.
•
Kebijakan usaha lainnya.
STRATEGI BISNIS
(37)
Comparability Analysis Matrix
No Factors Related Party Transaction Non Related Party Transaction
Tax Payer Related Party
Tax Payer Non Related Party 1. Characteristics of
goods and services 2. Function, assets
and risks
3. Contractual Terms 4. Economic
Circumstances
(38)
INTERNAL & EXTERNAL COMPARABLES
Internal :
Taxpayer (tested party) sells the same of similar
products or provides the same or similar services
under comparable condi@ons to
unrelated
(independent) parAes
.
External :
Unrelated/third par@es perform similar func@ons and
sell the same or similar products or provide the same
or similar services to unrelated par@es under similar
condi@ons
(39)
Transfer Pricing Methods
DGT endorsed the use of 5 TP methods:
TradiAonal TransacAon Methods:
1. Comparable Uncontrolled Price (CUP) Method; 2. Resale Price Method (RPM);
3. Cost Plus Method (CPM);
TransacAonal Profit Methods:
1. Profit Split Method (PSM); and
(40)
SelecAon of the
“most appropriate TP method
to the circumstances of the case”
(41)
Third Par@es
Third Par@es
Subsidiary Third Par@es
Third Par@es
Parent
Company
Manufacturer Distributor
Distributor
1. CUP (Comparable Uncontrolled Price)
Product A Price $100
Produk A Price $120
Indonesia
Hongkong
(42)
Third Par@es
Third Par@es
Third Par@es
Subsidiary Third Par@es
Third Par@es
Parent
Company
Manufacturer Distributor
Manufacturer Distributor
1. CUP (Comparable Uncontrolled Price)
Coals
Price $100
Coals
Price $120
(43)
Comparable Uncontrolled Price Method (CUP)
43
Keunggulan
Kelemahan
Tepat diterapkan pada
• Most direct and reliable way to apply the arm’s length principle
• Membutuhkan @ngkat kesebandingan @nggi atas jenis produk.
• Pada prak@knya sulit untuk menemukan transaksi
pembanding sejenis tanpa adanya perbedaan yang berpengaruh material terhadap harga.
• Produk yang sama dijual
kepada associated enterprise and independent
enterprise(s)
(internal comparable)
• Produk yang sama dijual oleh independent enterprise
seper@ halnya yang dijual oleh associated enterprises. (external comparable)
• Khususnya diterapkan untuk pasar komoditas dan interest rates
(44)
Third Par@es Third Par@es Third Par@es Parent Co. Third Par@es Third Par@es PT Anak
Manufacturer Distributor
Manufacturer Distributor
2. Cost Plus Method
Tested Party Gross Mark‐up 20% Gross Mark‐up 30% Gross Mark-Up= Gross Profit / COGS
(45)
Contoh Perhitungan Harga Jual
Wajar dgn Metode Cost Plus
No Uraian Rupiah
1. Cost of Goods Sold 100
2. Gross Mark up Wajar = 30 % x Rp.
100/unit 30
3. Harga Jual Wajar 130
4. Harga Jual Cfm. WP 120
5. Koreksi harga jual ( 10 % x Rp.
100 )
10 Profit & Loss Account PT Anak
Sales 120
Cost of Goods Sold 100
Gross Profit 20
Operating Expense 10
Operating Profit 10
(46)
Cost Plus Method
46
Keunggulan Kelemahan Tepat diterapkan pada
• Perbedaan produk kurang signifikan, yaitu kurang
berpengaruh material terhadap profit margin daripada harga.
• Membutuhkan kesebandingan produk yang lebih rendah
daripada CUP method.
• Lebih sedikit membutuhkan
comparability adjustments dibandingkan CUP method
untuk memperhitungkan perbedaan produk, karena fokus pada analisis FAR.
• Pada prak@knya sulit untuk menentukan basis cost yang tepat.
• Cost yang terjadi @dak selalu menjadi penentu @ngkat laba
• Cost yang terjadi @dak selalu berkaitan dengan market price.
• Diperlukan konsistensi standar akuntansi dalam penerapan kesebandingan.
• (Contract) Manufacturer,
khususnya semi‐finished goods
• (Contract) R&D
(47)
Third Par@es Third Par@es Third Par@es PT Angin Ribut Third Par@es Third Par@es Parent company
Manufacturer Distributor
Distributor
3. Resale Price Method
Tested Party Gross Margin 20% Gross Margin 40% Gross Margin= Gross Profit / Sales
Manufacturer
(48)
Contoh Perhitungan Harga Beli
Wajar dgn Metode Resale Price
No Uraian Rupiah
1. Gross Margin Wajar 40%
2. Resale Price Cfm. WP 200
3. Gross Profit Wajar= Resale
Price X Gross Margin Wajar (200 X 40% )
80
4. Harga Beli Wajar (COGS) =
Resale Price – Gross Profit Wajar = (200 – 80)
120
5. Harga Beli Cfm. WP = (200 – 40) 160
6. Koreksi harga beli (COGS) -40
Sales 200
Cost of Goods Sold 160 Gross Profit 40 Operating Expense 10 Operating Profit 30
Gross Profit = 40/200 = 20%
Profit & Loss Account PT Angin Ribut
(49)
Resale Price Method
49
Keunggulan Kelemahan Sesuai diterapkan untuk
• Perbedaan produk kurang signifikan, yaitu kurang berpengaruh material terhadap profit margin daripada harga.
• Lebih sedikit membutuhkan
comparability adjustments dibandingkan CUP method
untuk memperhitungkan perbedaan produk, karena fokus pada analisis FAR.
• Gross profit margins mungkin dipengaruhi oleh management efficiency dsb. yang berpengaruh terhadap profitabilitas tapi @dak berpengaruh pada harga barang atau jasa.
• Pen@ngnya konsistensi akuntansi untuk analisis kesebandingan.
• Resale price method sulit digunakan ke@ka (i) barang diproses lebih lanjut untuk dijual kembali, atau (ii) reseller berkontribusi substansial untuk menciptakan atau
mempertahankan IP yang berkaitan dengan produk (misal trademarks, tradenames).
• Marke@ng opera@ons (distributor not adding significant value to the product)
(50)
II. TRANSACTIONAL
PROFIT METHODS
(51)
•
Uses
net
profitability to judge transfer pricing
•
Must be
transacAonal
Total profit comparisons can only be used to select
cases but not to examine them!
What is a “profit method”?
(52)
•
“Net” profit is gross profit (sales minus cost of goods
sold/manufactured) less opera@ng expenses
•
Opera@ng expenses exclude
–
Extraordinary expenses;
–
Interest; and
–
Taxes
•
EBIT
= Earnings Before Interest and Taxes
(and Extraordinary Items)
What is “net”?
(53)
Profit &Loss Account
Sales 100
- Costs of Goods Sold/ Manufactured
- 90
= Gross Profit 10
- Operating Expenses (SG&A) - 6
= Net/Operating Profit (EBIT) 4
Interest/Taxes/Extraordinary Items
- 2
Profit after Tax 2
Net/OperaAng Profit
Net profit margin
=
4%
Net profit 4
Sales 100
(54)
•
TNMM examines the
net profit margin
rela@ve to an
appropriate base (e.g. costs, sales, assets) that a
taxpayer realizes from a controlled transac@on
•
Must be applied in a manner consistent with resale
price / cost plus method
TransacAonal Net Margin Method
(TNMM)
(55)
•
Cost Plus/Resale Price methods use
gross profit
margins
computed aher direct and indirect produc@on/selling
costs
–
no clear line, allowing for some varia@on in prac@ce, but
generally excludes most opera@ng expenses
–
e.g. selling, general, and administra@ve expenses would be
excluded
•
TNMM uses
net profit
margins, i.e. net profit margin
computed
amer
all opera@ng expenses (except interest,
taxes and extraordinary items)
TNMM compared to
cost plus / resale price method
(56)
•
Net profit over
sales
–
useful for distribu@on, e.g., func@ons where personnel rather
than capital assets are important to the business
–
resale price method
analogue
•
Net profit over
costs
–
useful for manufacturing
–
cost plus method
analogue
–
measurement consistency (cost basis) may be difficult
Choosing the right net margin (1)
(57)
•
Net profit over
assets
–
Asset intensive (certain manufacturing ac@vi@es) and
capital intensive financial ac@vi@es
–
Opera@ng assets only (tangible, intangible and working
capital assets such as inventory and trade receivables)
Choosing the right net margin (2)
(58)
TransacAonal Net Margin Method (TNMM)
58
Keunggulan
Kelemahan
Sesuai digunakan
untuk
• Net profit indicators (e.g. return on assets, opera@ng profit to sales, etc.) kurang dipengaruhi oleh perbedaan transaksional daripada harga.
• Net profit indicators lebih toleran terhadap perbedaan beberapa fungsi antara controlled and uncontrolled transac.ons.
• Net profit indicators dapat
menghindari masalah ketersediaan data publik terkait dengan
klasifikasi biaya pada gross atau opera@ng profits.
• Net profit indicator dapat dipengaruhi oleh faktor yang @dak berpengaruh signifikan terhadap harga atau gross margins, sehingga sulit menentukan arm’s length net profit indicators yang handal.
• WP mungkin @dak memiliki akses terhadap specific
informa.on on the net profits dari transaksi pembanding.
Cost Plus Analogue:
• (Contract) Manufacturer
• Service Provider not adding significant unique intangibles
Resale Price Analogue:
• Distributor not adding significant value to the product
Asset Based TNMM:
• Manufacturer if reasonably reliable comparables for Cost Plus or cost based TNNM unavailable
(59)
P/L of Parent Company Sales XX.XXX COGS X.XXX SG&A X.XXX OP X.XXX P/L of Subsidiary Company Sales XX.XXX COGS X.XXX SG&A X.XXX OP X.XXX Profit of Subsidiary Profit of Parent Co Combined Profits Ordinary Profit of Subsidiary Residual Profit of Subsidiary Co Residual Profit of Parent Co Ordinary profit of Parent Company Ordinary Profit of Subsidiary Residual Profit
5. Profit Split Method (Residual Analysis)
Ordinary profit of Parent Company
(60)
Profit Split (1)
60
Keunggulan
Kelemahan
Sesuai
diterapkan untuk
• Lebih fleksibel dalam memperhitungkan specific, possibly unique, facts and circumstances of the associated enterprises that are not present in independent enterprises.
• Cenderung kurang mendasarkan
informasi dari independent enterprises
• Sulit untuk mendapatkan akses informasi dari foreign affiliates, khususnya ke@ka foreign affiliate is the parent company or a sister
company daripada a subsidiary of the taxpayer
• Sulit mengukur kombinasi revenue dan costs untuk semua associated enterprises yang berpar@sipasi dalam controlled transac.ons, yang membutuhkan metode pembukuan dengan basis yang sama dan membuat penyesuaian dalam prak@k akuntansi dan mata uang. Residual Profit Split (Residual Analysis):
• Highly integrated transac@ons, e.g.
global trading of
financial instruments
• Transac@ons where both par@es make unique and valuable contribu@ons (e.g.
intangibles) to the transac@on
(61)
Profit Split (2)
61
Keunggulan
Kelemahan
Best applied to
• Kecil kemungkinan salah satu pihak yang terlibat dalam transaksi afiliasi akan menghasilkan profit yang ekstrim atau mustahil karena semua pihak yang bertransaksi dievaluasi.
• Two‐sided approach dapat digunakan untuk mencapai keekonomian skala yang dapat memuaskan baik WP maupun kantor pajak.
• Ke@ka diaplikasikan untuk opera@ng profit, mungkin sulit untuk mengiden@fikasi opera@ng expenses yang berkaitan dengan transaksi tersebut dan mengalokasikan cost antar transaksi dan ak@vitas lain dari perusahaan afiliasi. Residual Profit Split (Residual Analysis):
• Highly integrated
transac@ons, e.g. global trading of financial
instruments
• Transac@ons where both par@es make unique and valuable contribu@ons (e.g.
intangibles) to the transac@on
(62)
5. TREATY ABUSE/TREATY SHOPPING
PengerAan:
Situasi dimana seseorang yang @dak berhak atas
manfaat tax treaty, namun menggunakan individu
lain atau badan hukum lain sehingga dapat
memperoleh manfaat tax treaty yang @dak
tersedia secara langsung.
(Diterjemahkan dari IBFD Interna.onal Tax Glossary, 2005)
(63)
5.TREATY ABUSE /TREATY SHOPPING
63
BELANDA INDONESIA
Tn. Budiman
Investasi Ekuitas
Perusahaan Belanda
PT XYZ Pinjaman
Bunga
PPh: 0%/10% menurut
P3B RI-Belanda
Pinjaman, sebesar penghasilan bunga
(64)
5.ANTI TREATY ABUSE INDONESIA
Dasar Hukum:
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER‐62/PJ/2009 tentang Pencegahan Penyalahgunaan P3B sebagaimana telah diubah dengan PER‐24/PJ/2010.
PengerAan Penyalahgunaan P3B (Treaty Abuse) menurut DJP:
1. Transaksi yang @dak mempunyai substansi ekonomi dilakukan dengan menggunakan skema/struktur sedemikian rupa dengan maksud semata‐mata untuk memperoleh manfaat P3B;
2. Transaksi dengan struktur/skema yang format hukumnya (legal form) berbeda dengan substansi ekonomisnya (economic substance) sedemikian rupa dengan maksud semata‐mata untuk memperoleh manfaat P3B; atau
3. Penerima penghasilan bukan merupakan pemilik manfaat yang sebenarnya atas manfaat ekonomis dari penghasilan (beneficial owner).
(65)
5.ANTI TREATY ABUSE INDONESIA
Penger@an beneficial owner adalah penerima penghasilan yang: 1. Ber@ndak bukan sebagai agen;
2. Ber@ndak bukan sebagai nominee; 3. Bukan perusahaan conduit.
An. treaty abuse Indonesia memuat dua jenis safe harbor, yaitu:
1. Appointed persons, yaitu orang atau badan yang secara tegas dianggap @dak melakukan penyalahgunaan P3B,
2. Qualified persons, yaitu orang atau badan di luar appointed persons, namun memenuhi seluruh kriteria test.
Dalam hal terjadi penyalahgunaan P3B, maka: 1. P3B @dak dapat diterapkan, dan
2. Perlakuan perpajakan sepenuhnya sesuai dengan ketentuan UU PPh.
(66)
5.ANTI TREATY ABUSE INDONESIA
Safe harbor:
Orang atau badan yang dianggap @dak melakukan
penyalahgunaan P3B:
1. Individu yang @dak ber@ndak sebagai agen atau nominee;
2. Lembaga yang namanya disebutkan secara tegas dalam P3B atau yang telah disepaka@ oleh pejabat yang berwenang di Indonesia dan di negara mitra P3B;
3. WPLN yang menerima atau memperoleh penghasilan melalui
Kustodian sehubungan dengan penghasilan dari transaksi pengalihan saham atau obligasi yang diperdagangkan atau dilaporkan di pasar modal di Indonesia, selain bunga dan dividen, dalam hal WPLN ber@ndak @dak sebagai Agen atau Nominee.
7. Dana pensiun yang pendiriannya sesuai dengan ketentuan
perundang‐undangan di negara mitra P3B dan merupakan subjek pajak di negara mitra P3B;
(67)
5. ANTI TREATY ABUSE INDONESIA
6.
perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan yang di dalam pasal P3B terkait @dak mengatur persyaratan beneficial owner, yaitu pendirian perusahaan atau pengaturan struktur/skema transaksi @dak semata‐mata ditujukan untuk pemanfaatan P3B;
b. Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan yang di dalam pasal P3B terkait mengatur persyaratan beneficial owner, yaitu:
1) pendirian perusahaan atau pengaturan struktur/skema transaksi @dak semata‐mata ditujukan untuk pemanfaatan P3B; dan
2) Kegiatan usaha dikelola manajemen sendiri yang mempunyai kewenangan yang cukup untuk menjalankan transaksi; dan
3) Perusahaan mempunyai pegawai; dan 4) Mempunyai kegiatan atau usaha ak@f; dan
5) Penghasilan yang bersumber dari Indonesia terutang pajak di negara penerimanya; dan
6) Tidak menggunakan lebih dari 50% dari total penghasilannya untuk memenuhi kewajiban kepada pihak lain dalam bentuk, seper@: bunga, royal@, atau imbalan lainnya.
(68)
6. Hubungan Is@mewa
(Associated Enterprises)
Menurut Psl 18 ayat 4 UU PPh, Hubungan Is@mewa jika:
1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau
@dak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak
dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di
antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau
Lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama
baik langsung maupun @dak langsung; atau
3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda
dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat
(69)
Elements of associated enterprises
(Hubungan Is@mewa)
1.
De Jure Control:
shareholding/vo@ng
rights =ada hak suara.
2.
De Facto Control:
power to govern
financial and opera@onal policies of
enterprise to own benefit
(70)
Associated enterprises ‐ beberapa
negara
• Germany:
– Sunstan@al par@cipa@on (holding of at least 25%)
– Controlling influence
– Influence caused by non‐business rela@onship
– Interest in income of other person
• Japan:
– Direct or indirect ownership of at least 50% of shares
– Special rel@onship enabling to substan@ally determine
business policies of other enterprises
• USA:
– Par@es owned or controlled directly or indirectly by same
interests
(71)
(72)
Pasal 18 (3c) UU PPh
•
Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara
(conduit company atau special purpose company) yang
didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang
memberikan perlindungan pajak (tax haven country)
yang mempunyai hubungan is@mewa dengan badan
yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan
sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau
bentuk usaha tetap di Indonesia.
(73)
Pasal 18 ayat (3b) UU PPh
•
Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham
atau ak@va perusahaan melalui pihak lain atau
badan yang dibentuk untuk maksud demikian
(Special Purpose Company), dapat ditetapkan
sebagai pihak yang sebenarnya melakukan
pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang
bersangkutan mempunyai hubungan is@mewa
dengan pihak lain atau badan tersebut dan
(74)
Pasal 18 (3d) UU PPh
•
besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri dari pemberi kerja yang
memiliki hubungan is@mewa dengan perusahaan
lain yang @dak didirikan dan @dak bertempat
kedudukan di Indonesia dapat ditentukan kembali,
dalam hal pemberi kerja mengalihkan seluruh atau
sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri tersebut ke dalam bentuk biaya atau
pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada
perusahaan yang @dak didirikan dan @dak
(75)
8. Tax Haven Country
•
Adalah negara yang dianggap “surga pajak”, yaitu
Lampiran Khusus (3A, 3A-1 dan 3A-2, atau 3B, 3B-1 dan 3B-2) PER-34/PJ/2010
• Negara yang mengenakan tarif pajak rendah atau negara yang tidak mengenakan PPh; atau
• Negara yang menerapkan kebijakan kerahasiaan bank dan tidak melakukan pertukaran informasi.
– Negara yang mengenakan tarif rendah adalah negara yang mengenakan tarif pajak atas penghasilan lebih rendah 50% dari tarif badan di Indonesia. (untuk tahun 2009 lebih rendah dari 14% dan untuk tahun 2010 lebih rendah dari 12,5%)
– Negara yang menerapkan kebijakan kerahasiaan bank dan tidak melakukan pertukaran informasi adalah negara atau jurisdiksi yang berdasarkan perundang-undangannya melarang pemberian informasi nasabahnya, termasuk untuk keperluan informasi yang berkaitan dengan perpajakan
(76)
(1)
(2)
Pasal 18 (3c) UU PPh
• Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau special purpose company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang
memberikan perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai hubungan is@mewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.
(3)
Pasal 18 ayat (3b) UU PPh
• Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau ak@va perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian
(Special Purpose Company), dapat ditetapkan
sebagai pihak yang sebenarnya melakukan
pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan is@mewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan
(4)
Pasal 18 (3d) UU PPh
• besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi kerja yang
memiliki hubungan is@mewa dengan perusahaan lain yang @dak didirikan dan @dak bertempat
kedudukan di Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada
perusahaan yang @dak didirikan dan @dak
(5)
8. Tax Haven Country
• Adalah negara yang dianggap “surga pajak”, yaitu
Lampiran Khusus (3A, 3A-1 dan 3A-2, atau 3B, 3B-1 dan 3B-2) PER-34/PJ/2010
• Negara yang mengenakan tarif pajak rendah atau negara yang tidak mengenakan PPh; atau
• Negara yang menerapkan kebijakan kerahasiaan bank dan tidak melakukan pertukaran informasi.
– Negara yang mengenakan tarif rendah adalah negara yang mengenakan tarif pajak atas penghasilan lebih rendah 50% dari tarif badan di Indonesia. (untuk tahun 2009 lebih rendah dari 14% dan untuk tahun 2010 lebih rendah dari 12,5%)
– Negara yang menerapkan kebijakan kerahasiaan bank dan tidak melakukan pertukaran informasi adalah negara atau jurisdiksi yang berdasarkan perundang-undangannya melarang pemberian informasi nasabahnya, termasuk untuk keperluan informasi yang berkaitan dengan perpajakan
(6)