PANDANGAN SANTRI MAHASISWA PADA KIAI POLITIK : STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN LUHUR AL HUSNA JEMURWONOSARI SURABAYA.

(1)

PANDANGAN SANTRI MAHASISWA PADA KIAI POLITIK

(Studi Kasus di Pondok Pesantren Luhur Al-Husna

Jemurwonosari Surabaya)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Filsafat Politik Islam

Oleh: Ziyadatul Husnah

NIM: E04213116

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

iii ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Pandangan Santri Mahasiswa pada Kiai Politik Studi Kasus Pondok Pesantren Luhur Al-Husna Jemurwonsari Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan yaitu, bagaimana eksistensi kiai politik dalam perspektif santri Mahasiswa Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya? Dan bagaimana pandangan santri mahasiswa pada kiai politik di pesantren Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan eksistensi kiai politik perspektif santri Luhur Al-Husna dan pandangan santri mahasiswa pada kiai politik di pesantren Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif, penentuan informan dengan teknik purposive sampling, dengan intervie guide. Adapun teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis yang digunakan adalah model interaktif analisis, dengan pendekatan deskritif kualitatif.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini Pertama, eksistensi yang dimiliki oleh kiai Ali Maschan lebih memperlihatkan adanya tahapan estetis. Dimana terdapat unsur duniawi baik secara langsung atau tidak langsung masuk didalamnya, meskipun terdapat unsur akhirat yang ada dalam tujuan yang dimiliki oleh kiai Ali dalam dunia politik. Hal ini terlihat dengan adanya pergeseran strata sosial dan perekonomian kepemimpinan kiai, dimana terdapat perubahan ketika kiai tidak menjadi politisi. Kedua, santri mahasiswa Luhur Al-Husna memiliki pandangan tersendiri terhadap kiai Ali dalam keterlibatan di dunia politik, diantaranya: a). Pandangan santri yang pro mengenai keterlibatan kiai di dunia politik, dimana kiai dapat mengaplikasikan keilmuannya dan nilai-nilai islam di dunia politik. b). Pandangan santri yang kontra dengan adanya kiai masuk dalam dunia politik. Sehingga menjadikan kekecewaan bagi santri yang berada di pesantren. Hal ini disebabkan kepemimpinan kiai pada saat menjabat politisi lebih dominan memainkan peran yang ada di kursi politisi-nya. Selain itu, keistiqomaan kiai untuk mengajar dan mengelola pesantren kurang menjadi prioritas.

Kata Kunci: Pandangan Santri Mahasiswa, Kiai Politik, Pesantren Luhur Al-Husna


(7)

xi DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ... i

SAMPUL DALAM ... ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

PENGESAHAN SKRIPSI ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 6

F. Definisi Konseptual ... 9

G. Metode Penelitian ... 13

H. Sistematika Penulisan ... 20


(8)

xii

A.Teori Eksistensi ... 22

BAB III : SETTING PENELITIAN ... 30

A. Pesantren Luhur Al-Husna ... 30

1. Profil Pesantren Luhur Al-Husna ... 30

2. Aktifitas Pendidikan Pesantren Luhur Al-Husna ... 32

3. Keadaan Sosial Pesantren Luhur Al-Husna ... 34

B. Manajemen Pengelolaan Pesantren Luhur Al-Husna .... 37

C. Pergeseran Kiai-Politik di Pesantren Luhur Al-Husna .. 41

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 44

A. Eksistensi Kiai Politik dalam Perspektif Santri Mahasiswa Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya... 44

B. Pandangan Santri Mahasiswa pada Kiai Politik di Pesantren Luhur Al-Husna Jemurwonsari Surabaya ... 54

BAB V : PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.1. Kegiatan Pesantren Luhur Al-Husna ... 32

Tabel 3.1.2. Jumlah Santri Periode 2009-2014 ... 34

Tabel 3.1.3. Jumlah Santri Periode 2015-2016 ... 35


(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia kiai dan pesantren telah mendapat sorotan tersendiri dari berbagai pihak, khususnya pada masyarakat Islam baik santri yang berada dipesantren maupun masyarakat disekitarnya. Kiai juga memiliki kedudukan yang sangat terhormat dan memiliki pengaruh yang besar dikalangan masyarakat. Kiai juga termasuk salah satu golongan elit yang ada di dunia pesantren serta masyarakat luar, selain itu memiliki pengetahuan luas dan mendalam mengenai ajaran islam.

Eksistensi yang dimiliki seorang kiai dalam kehidupannya yang memiliki peran khususnya di pesantren telah dijadikan oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan sebagai sumber legitimasi dari berbagai keagamaan. Selain itu kiai dijadikan sebagai kelompok elit dalam struktur agama, sosial, ekonomi dan politik. Dari sinilah dapat terlihat bagaimana peran-peran strategis yang dimiliki oleh kiai, khususnya dalam aspek kehidupan sosial politik di Indonesia.

Oleh karena itu, perbincangan mengenai peran kiai yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Indonesia, akan selalu melibatkan agama dan politik. Selain itu kenyataan empirik juga mengilustrasikan perpaduan antara agama dan politik, yang mana sudah terlihat peran yang dimainkan oleh kiai dalam panggung politik praktis pada beberapa dekade terakhir.


(11)

2

Terkait dengan masuknya kiai di dalam dunia politik menimbulkan adanya pendapat pro dan kontra di kalangan masyarakat, khususnya para santri yang ada dalam naungan kiai tersebut. Dimana satu pihak berpendapat bahwa adanya percaturan kiai dan politik dapat dengan mudah memperbaiki kehidupan masyarakat sekaligus kondisi politik itu sendiri. Selain itu kiai dapat memperjuangkan hak-hak masyarakat bawah. Tapi di pihak lain terdapat pendapat bahwa kiai itu lebih baik duduk di pesantren dan mengenalkannya kepada santri dan masyarakat setempat.

Namun demikian, Hiroko mengatakan bahwa kiai dalam partai politik memiliki kontribusi pada perjalanan politik di sebuah negara. Lihat saja yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir, para kiai yang masuk dalam politik (praktis) sedikit banyak merubah wajah perpolitikan yang ada. Dia mencotohkan adanya relasi politik dengan dakwah.1

Pondok pesantren merupakan tempat utama kiai untuk melakukan komunikasi keagamaan. Sehingga kiai dan pesantren merupakan uang koin yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini akan menghubungkan kedudukan antara kiai dan santri. Perilaku memilih yang dilakukan oleh santri pasti ada keterikatan pada kiai, baik yang dilakukan santri tersebut sama atau berbeda dengan pernyataan yang diberikan oleh kiai-nya, dapat juga terjadi pada ketidaksamaan afiliasi politik kiai dengan santri. Hal tersebut juga terjadi dengan perubahan yang semakin modern, dimana masih terdapat perilaku santri terhadap kiai-nya yang selalu menjadi panutan dalam sektor agama, namun dalam perilaku politik terdapat perubahan.

1


(12)

3

Kiai politik di sini telah memiliki peran ganda, yakni selain memegang aktif pemimpin agama, kiai juga memobilisasi kedudukannya untuk menjadi anggota partai politik. Peran kiai seperti ini tidak mustahil bersinggungan dan bahkan berbenturan dengan kehendak pemerintah, sebab selain terdapat kiai yang membangun sikap adaptif dengan pemerintah, terdapat kiai yang konservatif menjaga jarak dengan pemerintah.

Keterlibatan seorang kiai dalam politik berpengaruh dengan proses pendewasaan politik, dimana terjadi ketidakseimbangan antara mengelola politik dan pondok pesantren, hal inilah menimbulkan kekerasan didalamnya dan sulit untuk dihindari. Selain itu keterlibatan kiai politik banyak menekankan pada orientasi kekuasaan, yang mana kedudukan kiai sangat memiliki legitimasi yang kuat. Sehingga akan menjadikan pandangan mengenai pilihan politik, dimana orang diluar partai kiai dilihat sebagai entitas yang salah, kotor, dan musuh yang mengancam.

Di Jawa Timur kiai yang masuk di ranah dunia politik sudah ada sejak tahun 1950-an dan memiliki jumlah yang lumayan banyak, seperti: KH. Abdurrohman Wahid (PKB) ,Said Aqil Siradj, KH. Bisri Syamsuri (PPP), KH. Abdul Ghofur (P-Gerindra), dan juga kiai yang dalam pesantren Luhur Al-Husna yakni KH. Ali Maschan Moesa.

Fenomena kiai politik yang terjadi di pesantren Luhur Al-Husna telah memiliki partisipasi yang sangat tinggi dalam percaturan politik yang ada. Kiai tersebut adalah KH. Ali Maschan Moesa yang menjadi kiai pondok pesantren Luhur Al-Husna di Jemurwonsari Surabaya. Selain itu tercatat juga sebagai Wakil


(13)

4

Katib Syuriah NU Sidoarjo (1989-1991). Ketua PWNU Jatim (1999-2008). Koordinator FLA (Forum Lintas Agama dan Etnis) Jatim. Menjadi anggota DPR-RI dari F-PKB periode 2009-2014, yang menaungi tugas di Komisi VIII dan bertugas dalam bagian Agama, Sosial, Pemberdayaan Perempuan.2 Setelah itu menjabat sebagai wakil ketua Rois Syuriah NU sampai sekarang.

Sebelum masuk dalam dunia politik KH. Ali Maschan merupakan orang yang akademis dan juga aktif diberbagai organisasi sosial. Seperti IPNU, dan juga organisasi yang berbasis Nahdlatul Ulama lainnya. Disinilah karir KH. Ali Maschan dimulai dan masuk dalam ranah PWNU Jawa Timur. Kiai Ali berada dalam dunia politik telah diawali dengan bidang-bidang yang sudah ditekuninya ketika aktif di berbagai oraganisasi sosial tersebut. Kiai Ali berada dalam dunia politik telah didorong oleh partai PKB, yang mana partai tersebut memiliki ideologi yang sama dengan kehidupan kiai Ali yakni berbasis nilai-nilai NU. Melalui dorongan tersebut kiai Ali pada tahun 2009-2014 menjadi DPR RI. Mengenai hal tersebut terdapat perbedaan dengan peran yang dimiliki oleh kiai tersendiri. Dimana terdapat peran ganda yang dimiliki oleh kiai Ali yakni selain menjadi kiai yang menaungi pesantren juga kiai yang aktif dalam dunia politik untuk menaungi negara.

Sehingga aktifitas yang dilakukan KH. Ali Maschan dalam dunia politik telah menjadikan pergeseran dalam kehidupannya. Kiai yang seharusnya memiliki basis peran di lingkungan pesantren telah berganti melakukan tugasnya di dunia politik. Hal ini menjadikan ketidakseimbangan antara kepemimpinan yang

2

http://www.bijaks.net/aktor/profile/drhalimaschanmoesamsi510780bb910b1/(sabtu,11 Oktober 2016, 20.30)


(14)

5

dilakukan dalam pesantren dan dunia politik, sehingga menyebabkan adanya kecemburuan sosial bagi santri yang ada dalam pesantren tersebut.

Namun, keadaan telah berbeda ketika kiai Ali tidak lagi aktif di dunia politik. Dimana kiai Ali Maschan ketika tidak lagi menjabat sebagai DPR RI dan Dewan Kehormatan kehidupan kiai Ali kembali seperti dulu, yakni kiai aktif untuk mengurus pesantren yang dinaunginya yakni pesantren Luhur Al-Husna. Dan kegiatan yang dilakukan dalam kesehariannya sama seperti kiai pada umumnya yakni mengontrol dan membimbing santri yang telah dinaunginya. Meskipun kiai Ali tetap aktif di organisasi sosialnya dan menjadi wakil ketua Rois Syuriah NU.

Berdasarkan uraian di atas dapat menjadikan pandangan sendiri oleh santri yang telah bernaung di pesantern tersebut. Dimana peran ganda yang dimiliki oleh kiai Ali Maschan akan menjadi interpretasi sendiri oleh santri yang telah dinaunginya. Mengenai hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Pandangan Santri Mahasiswa Pada Kiai Politik (Studi Kasus di Pondok Pesantren Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Eksistensi Kiai Politik dalam Perspektif Santri Mahasiswa Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya?

2. Bagaimana Pandangan Santri Mahasiswa pada Kiai Politik di Pesantren Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya?


(15)

6

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan Eksistensi Kiai Politik dalam Perspektif Santri Mahasiswa Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya.

2. Menganalisis Pandangan Santri Mahasiswa pada Kiai Politik di Pesantren Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi dan menjadi khazanah dalam ilmu pengetahuan dibidang politik. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi literatur yang bermanfaat dalam kajian ilmu politik. 2. Manfaat praktis

kegunaan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi konsideran bagi kiai maupun masyarakat terkait dengan konsenkuensi kiai yang terlibat dalam politik.

E. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, menganggap penelitian terdahulu yang dianggap relevan dan penting untuk dipelajari sebagai referensi dan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam lagi bagi peneliti. Penelitian terdahulu yang dianggap relevan oleh peneliti atau telaah pustaka memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, dengan maksud untuk menghindari duplikasi. Disampin itu, untuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama serta menjelaskan posisi penelitian yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Dengan


(16)

7

kata lain, telaah pustaka bertujuan untuk meletakkan posisi penelitian diantara penelitian-penelitian yang telah ada.

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini diantaranya adalah : 1. Jurnal tentang ”kepercayaan politik mahasiswa santri terhadap kiai dalam

perspektif psikologi perkembangan”. Dalam jurnal ini menjelaskan tentang memahami pemaknaan kepecayaan politik mahasiswa dan mengetahui proses-proses psikologis yang mendasarinya dengan melihat pemaknaan hubungan mahasiswa santri dengan kiai dalam sistem sosial yang ada di pesantren sebagai basis hubungan politik yang terjadi di dalamnya. Penelitian ini menggunakan sudut pandang psikologi perkembangan dengan pendekatan fenomenologi atau disebut (phenomenological psychology). Dimana terdapat peran kiai dalam sistem sosial masyarakat Madura tidak hanya sebagai pemimpin agama, namun juga menjadi pemimpin politik yakni yang notabene menjadi Bupati. Sehingga Hubungan interpersonal yang dijalin mahasiwa santri dengan kiai bersifat paternalistic. Kepercayaan politik dihasilkan dari identifikasi mahasiswa santri terhadap kiai memiliki konsekuensi adanya kategori kelompok dalam batas in group-out group yang berimplikasi pada inklusivisme yang ditandai dengan sikap mengunggulkan kelompok (ingroup favoritism).3

2. Mujiono”Keterlibatan kiai dan ustadz dalam politik praktis dan implikasinya terhadap minat belajar santri di pondok pesantren Roudlotul Muhtadin

3

Tafiqurrahman, Kepercayaan Politik Mahasiswa Santri terhadap Kiai dalam Perspektif Psikologi Perkembangan, Jurnal Psikologi Tabularasa Vol. 9, NO.1, APRIL 2014, Universitas Merdeka Malang.


(17)

8

Lampung Batang”. Dalam penelitian ini terdapat pola keterlibatan kiai dalam

politik praktis yang terjadi di Pondok Pesantren Roudlotul Muhtadin dapat dilihat dari keaktifan kiai tersebut dalam partai politik. Kedua kiai menjabat sebagai pengurus partai politik, mereka juga tercatat sebagai juru kampanye, pendukung calon legislatif, dan pendukung calon eksekutif. Sehingga dalam fenomena terlibatnya kiai dalam politik mengakibatkan minat belajar para santri di Pondok Pesantren Roudlotul Muhtadin mengalami beberapa gangguan yang diakibatkan oleh kurangnya perhatian para pendidik terhadap proses belajar mengajar. Para pendidik lebih sibuk dengan aktivitas politik dibandingkan melaksanakan tugas utamanya yaitu mengajar. Mereka lebih sering keluar untuk mengadakan koordinasi dengan rekan politiknya. Akibatnya pembelajaran sering diliburkan. Santri merasa kecewa terhadap proses pembelajaran yang kurang fokus dan terarah. Akibatnya banyak santri yang kurang tertarik untuk belajar di pondok pesantren.4 Penelitian ini dilakukan dengan sudut pandang mengetahui minat belajar santri ketika kiai berada dalam percaturan politik dengan pendekatan fenomenologi.

Mengenai penelusuran yang ada, kini peneliti melakukan penelusuran dengan fokus pandangan santri mahasiswa pada kiai politik di pesantren Luhur Al-Husna, yakni dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan melihat eksistensi kiai politik oleh santri. Sehingga reset ini layak untuk dilakukan.

4

Mujiono, Keterlibatan Kiai dan Ustadz dalam Politik Praktis dan Implikasinya Terhadap Minat Belajar Santri di Pondok Pesantren Roudlotul Muhtadin Lampung Batang, (Semarang: IAIN Walisongo, 2008).


(18)

9

F. Definisi Konseptual

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam memahami judul dalam karya ilmiah ini dan untuk memperjelas interpretasi, pendapat atau pandangan teoritis terhadap pokok bahasan proposal yang berjudul “ Pemaknaan Santri pada Kiai Politik (Studi Kasus di Pondok Luhur Al-Husnah Jemurwonosari

Surabaya)” maka akan dijelaskan mengenai istilah-istilah yang terangkai pada judul dan konteks pembahsannya.

1. Pandangan Santri Mahasiswa

Persepsi merupakan suatu proses yang dimiliki oleh setiap individu dan dimulai dari penglihatan sehingga terbentuk suatu tanggapan dalam diri individu tersebut, yakni melalui panca indra dengan kesadaran individu dalam suatu lingkungan yang ada di sekitarnya. Pandangan dapat diperoleh melalui kehidupan sosial. Pandangan sosial sendiri merupakan bentuk dari suatu proses yang dimiliki oleh seorang individu dengan untuk mengetahui, menginterpretasi dan mengevaluasi orang lain yang dipandangnya, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, maupun keadaannya yang ada dalam diri seseorang. Sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek pandangan individu tersebut. Selain itu santri adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal dalam pesantren untuk belajar ilmu agama, dan juga mempelajari kitab-kitab kuning.

Pandangan santri mahasiswa sendiri yakni suatu sudut pandang yang dimiliki oleh santri dalam melihat realitas sosial yang ada di sekitarnya, dalam hal ini santri melihat realitas adanya kiai politik. Adapun pandangan santri


(19)

10

pada kiai politik yang dilakukan dalam penelitian ini berada dalam pesantren Luhur Al-Husna yang didalamnya berbasis santri mahasiswa.

Untuk mengetahui pandangan santri mahasiswa sendiri dapat diperoleh melalui beberapa faktor yakni:5

a. Faktor internal dimana individu dapat menaggapi dunia luarnya bersifat selektif, yang berarti bahwa apa yang ada dari luar tidak semuanya begitu saja diterima, tetapi individu mengadakan seleksi mana yang akan diterima dan yang akan ditolaknya. Hal ini berkaitan erat dengan apa yang telah ada dalam diri individu dalam menanggapi pengaruh dari luar tersebut. Hal ini akan mentukan apakah sesuatu dari luar itu dapat diterima atau tidak, karena faktor individu merupakan faktor penentu.

b. Faktor eksternal dimana terdapat keadaan yang ada diluar diri individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Hal ini dapat terjadi secara langsung yang artinya adanya hubungan secara langsung antara individu dengan lainnya, dan juga dapat diperoleh secara tidak langsung.

Adapun santri yang terlibat di dalamnya yakni santri mukim, yang merupakan murid-murid berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.6 Santri yang ada dalam pesantren Luhur Al-Husna yakni santri laki-laki dengan mayoritas mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Mengenai hal itu santri yang dijadikan sebagai objek penelitian yakni santri

5

Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Andi, 2004), 135.

6

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jogjakarta: LP3ES, 1985), 51.


(20)

11

ketika kiai Ali Maschan menjabat sebagai DPR RI dan santri ada dalam pesantren ketika kiai Ali Maschan sudah tidak menjabat sebagai DPR RI. Secara tidak langsung mengenai hal tersebut, santri telah mengetahui peran yang dilakukan oleh Kiai di pesantren di dunia politik. Dimana kiai memiliki kekuasaan ganda yakni selain menjadi kiai juga menjadi anggota DPR.

2. Kiai Politik

Kiai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Kiai adalah pendiri dan pengembang suatu pesantren. Sehingga banyak orang dalam suatu pesantren yang bergantung kepada kiai, sehingga kiai akan menjadi penentu diterima atau ditolaknya suatu pendidikan ditengah-tengah masyarakat. Kiai dalam bahasa Jawa adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang menjadi pemimpin di sebuah pesantren dan mengajar kitab-kitab kepada para santrinya. Selain gelar Kiai, ia juga sering disebut seorang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya).7 Kiai telah dijadikan sebagai sumber mutlak kekuasaan dan kewenangan (power and authority). Kiai merupakan kolompok elit dalam struktur sosial, politik dan ekonomi. Hal ini merupakan kekuatan penting bagi masyarakat dalam kehidupan politik Indonesia.

Kiai juga ikut serta memperhatikan pendidikan di pesantren untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui pendidikan di pondok pesantren. Disinilah terdapat hubungan kekerabatan antara kiai dan santri dan membuat lingkungan baru. Santri disini memiliki peran yang sangat penting,

7


(21)

12

santri dapat dikatakan sebagai asset terpenting dalam lingkungan pesantren. Karena santri dapat menentukan eksistensi kehidupan dalam pondok pesantren.

Politik sendiri merupakan suatu pengatur dan pemilihara urusan rakyat, dan penyelenggara dari poliik sendiri adalah rakyat dan negara. Negara menjadi institusi secara langsung melakukan pengaturan terhadap rakyat, dan rakyat sendiri memiliki fungsi untuk mengontrol negara. Dalam suatu negara politik telah mencangkup masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, dan alokasi atau distribusi.8

Jadi kiai politik sendiri merupakan mereka yang mempunyai perhatian (concern) untuk mengembangkan NU (Nahdhatul Ulama) dan pada umumnya terlibat dalam politik praktis.9 Selain itu kiai politik adalah kiai yang banyak terjun kedalam politik praktis meskipun dia menyempatkan diri dalam proses pembelajaran di madrasah dan pesantren. Penelitian ini mengambil objek di pesantren Luhur Al-Husna yakni KH. Ali Maschan Moesa. Kiai Ali Maschan Moesa salah satu kiai yang pernah menjabat sebagai DPR-RI Fraksi PKB pada periode 2009-2014.

3. Pesantren Luhur Al-Husna

Pesantren berasal dari kata santri, yang mana dengan awalan pe didepan dan akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri, untuk melakukan

8

Mariam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 2008), 14.

9

Ali Mashan Moesa, Nasionalisme Kyai Konstruksi Sosial Berbasis Agama, (Yogyakarta: PT LKIS pelangi aksara, 2007), 66.


(22)

13

pembelajaran dalam keagamaan khusunya agama islam.10 Selain itu pesantren dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan yang bersifat traditional dalam mempelajari agama islam serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan pesantren menyentuh aspek kesederhanaan dalam membangun lingkungan pesantren, cara hidup dan kepatuhan santri terhadap kyai, serta pelajaran-pelajaran mengenai kitab-kitab islam klasik.

Pesantren Luhur Al-Husna berkedudukan di Surabaya, tepatnya di Jl. Jemurwonosari, Gg Masjid. No 42 Surabaya. Pesantren yang berada di kecamatan Wonocolo ini memilliki Luas 1000 Meter Persegi. Didirikan oleh seorang Kiai mantan Ketua PWNU Jawa Timur serta mantan DPR-RI (F-PKB) yaitu KH. Ali Maschan Moesa. Beliau menjadi pengasuh sejak berdirinya pesantren Luhur Al-husna Sampai sekarang. Selain itu, santri yang berada dalam pesantren Luhur Al-Husna berasal dari berbagai kota, atau disebut dengan santri mukim. Selain itu santri yang bertempat tinggal di pesantren tersebut merupakan santri khusus laki-laki yang mayoritasnya mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yakni data yang digunakan merupakan data kualitatif (data yang tidak berupa angka-angka) tetapi berupa gambaran dan kata-kata. Adapun secara terminologi pendekatan

10


(23)

14

kualitatif adalah metode yang berlandasan pada kondisi yang alamiah.11 Dimana hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Seperti halnya untuk melihat kenyataan-kenyataan yang objektif dalam penelitian di pondok pesantren Luhur Al-Husna.

Metode kualitatif sangat penting dalam penelitian ini, peneliti memiliki tujuan utama yakni untuk memecahkan masalah dalam pondok pesantren Luhur Al-Husna. Sehingga langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif analisis untuk memenuhi tujuan dan kerangka logika, yang menjelaskan suatu fenomena atau kenyataan sosial. Model penelitian kualitiatif dalam penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.12 Seperti halnya perilaku, motivasi, tindakan secara holistik. Penggunaan metode penelitian yakni dengan pendekatan sesuai dengan tujuan pokok penelitian yakni untuk memperoleh pemahaman tentang pandangan santri mahasiswa pada kiai politik di pondok pesantren Luhur Al-Husna. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena data-data yang diperoleh adalah berupa pandangan atau pendapat dari para santri dalam melihat fenomena kiai politik.

11

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2016), 9.

12

Lexy J. meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 10.


(24)

15

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Luhur Al-Husna Jl. Jemurwonosari, Gg Masjid. No 42 Surabaya. Pemilihan lokasi ini didasarkan karena terdapat tokoh agama yang memiliki percaturan dalam dunia politik. Yakni kiai yang menjadi pengasuh di pondok pesantren Luhur Al-Husna, yang mana kiai yang sebelumnya memiliki peran mengajar dan mengasuh santrinya di pesantren dengan menjadikan NU sebagai pedomannya kini terdapat pergeseran peran kiai dalam mengelola jabatannya menjadi anggota politik yakni ketua anggota DPR-RI dari F-PKB, sehingga terlihat bahwa kiai memiliki peran ganda. Selain itu, santri yang ada dalam pesantren Luhur Al-Husna adalah mahasiswa, sehingga pandangan mengenai kiai politik dapat diperoleh secara mendalam. Disitulah letak ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih dalam mengenai adanya keterkaitan kiai dalam dunia politik dalam perspektif santri.

3. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan dua sumber, yakni data primer dan data sekunder:

a. Data primer

Sumber primer merupakan sumber data utama dan kebutuhan mendasar dari penelitian ini. Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dengan informan saat terjun langsung ke lapangan tempat penelitian. Beberapa informan akan dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian, serta berkaitan dengan tema penelitian. Adapun wawancara dilakukan dengan


(25)

16

beberapa santri mukim yang bertempat tinggal di pesantren Luhur Al-Husna saat kiai Ali Maschan menjabat sebagai anggota DPR-RI pada tahun 2009-2014, dan beberapa santri mukim yang tinggal di pesantren setelah kiai Ali Maschan menjadi anggota politik yakni pada tahun 2015-2016.

b. Data sekunder

Yang kedua ini adalah sumber sekunder, dimana jenis sumber data ini menggunakan literatur. Literatur yang digunakan adalah buku, jurnal yang berkaitan dengan objek penelitian.

4. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang bisa memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Beberapa informan dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Informan penelitian merupakan orang yang memberikan informasi, sumber informasi, dan sumber data atau disebut juga yang diteliti, karena ia bukan saja sebagai sumber data, namun juga sebagai penentu keberhasilan dalam penelitian.

Adapun teknik dalam penentu infoman, peneliti menggunakan

purposive sampling, yakni teknik pangambilan sample atas pertimbangan tertentu (orang yang dipilih memiliki kreteria sebagai sample).13 Kriteria informan dalam penelitian ini adalah lima santri mukim yang bertempat tinggal di pesantren Luhur Al-Husna saat kiai Ali Maksum menjabat sebagai anggota DPR-RI pada tahun 2009-2014, dan dua santri mukim yang tinggal di

13


(26)

17

pesantren setelah kiai Ali Maksum menjadi anggota politik yakni pada tahun 2015-2016. Selain itu, peneliti melibatkan KH. Ali Maschan Moesa secara langsung untuk dijadikan sebagai pelurus dari pernyataan yang ada. Adapun santri-santri tersebut adalah:

a. Santri pada saat kiai Ali Maschan menjabat sebagai anggota DPR RI 1. David Ruston Khusen

2. Ihya’ Ulumuddin

3. M. Fatih R. S. 4. Zainuddin 5. Abdullah Muhdi

b. Santri pada saat kiai Ali Maschan setelah menjabat sebagai DPR RI 1. Ahmad Faiq Hadi

2. Bima Aryo Bimantoro

5. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian serta sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian yakni:

a. Wawancara

Wawancara dalam metode kualitatif sangat penting untuk dilakukan. Metode ini melakukan pertanyaan secara langsung. Teknik dalam wawancara dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Penulis melakukan pengumpulan data dengan wawancara secara langsung dengan informan dengan menggunakan pedoman


(27)

18

wawancara (interview guide) agar wawancara fokus pada masalah penelitian.14

b. Dokumentasi

Metode atau teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Teknik ini dilaksanakan dengan melakukan pencatatan terhadap berbagai dokumen-dokumen resmi maupun arsip-arsip yang tersedia dengan tujuan mendapatkan bahan yang menunjang secara teoritis terhadap topik penelitian. Pada intinya metode ini digunakan untuk menelusuri data histori dan sosial. Sebagian besar fakta data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi tulisan seperti catatan harian, biografi, peratran.

6. Teknis Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mengatur urutan data yang diperoleh, dan mengorganisasikannya kedalam suatu pola. Kategori dan satu uraian dasar. Proses analisis data dilakukan pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data, sehingga dapat memperoleh gambaran secara menyeluruh dalam penelitian.

Teknis analisis data yang dilakukan yakni menggunakan model interaktif analisis yang terdiri dari tiga kompenen analisa utama yang membentuk suatu tahapan. Adapun tiga komponen analisis utama adalah:15 a. Reduksi data, merupakan proses sleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan,

dan abstraksi data yang dilakukan secara terus menurus selama penelitian.

14

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2001), 64.

15


(28)

19

Dalam reduksi data penulis memusatkan tema dan membuat batas-batas permasalahan. Proses ini terus berjalan sampai penelitian selesai.

b. Penyajian data, merupakan suatu rangkaian infomasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisa atau tindakan lain berdasarkan penelitian tersebut.

c. Penarikan kesimpulan, merupakan tahap pengambilan keputusan, dimana peneliti dapat menarik kesimpulan terakhir berdasarkan data yang didapat.

7. Teknik Keabsahan Data

Data yang diperoleh dalam lapangan untuk menjamin keabsahan dalam data penelitian kualitatif, terdapat beberapa ukuran atau kreteria utama untuk menjamin kebenaran data yang diperoleh.

Teknik keabsahan data yang digunakan peneliti adalah dengan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.16 Sedangkan Patton mendefinisikan triangulasi adalah sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber yang dicapai dengan cara membandingkan data hasil wawancara informan diatas

16


(29)

20

dengan data yang sudah ada sebelumnya.17 Peneliti juga menggunakan teknik dimana peneliti mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber (informan), hingga data tersebut bisa dinyatakan benar (valid) dan juga melakukan observasi serta dokumentasi diberbagai sumber.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap suatu penelitian, maka hasil penelitian disusun sistematika sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Memuat Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu, Definisi Konseptual, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II: KAJIAN TEORI

Kajian teori ini yakni: Teori Eksistensi.

BAB III: SETTING PENELITIAN

Sebagai acuan kegiatan penelitian memuat: lokasi penelitian yang meliputi letak geografis, aspek sosial budaya, dan aspek pendidikan. Serta memuat kondisi umum objek penelitian.

BAB IV: PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Memaparkan hasil penelitian dan pembahasannya yakni: Deskripsi Hasil Penelitian, dan Analisis Data.

BAB V: PENUTUP

Memuat Kesimpulan dan Saran

17


(30)

21

DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN


(31)

22 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Eksistensi Soren Kierkegaard

Eksistensialisme secara etimologi yakni berasal dari kata eksistensi, dari bahasa latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Adapun eksistensialisme sendiri adalah gerakan filsafat yang menentang esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia.1 Eksistensialisme merupakan paham yang sangat berpengaruh di abad modern, paham ini akan menyadarkan pentingnya kesadaran diri. Dimana manusia disadarkan atas keberadaannya di bumi ini. Pandangan yang menyatakan bahwa eksistensi bukanlah objek dari berpikir abstrak atau pengalaman kognitif (akal pikiran), tetapi merupakan eksistensi atau pengalaman langsung yang bersifat pribadi dan dalam batin individu.

Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya:2

a. Motif pokok yakni cara manusia berada, hanya manusialah yang bereksistensi. Dimana eksistensi adalah cara khas manusia berada, dan pusat perhatian ada pada manusia, karena itu berisfat humanistic.

b. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif. Bereksistensi berarti berbuat, menjadi,

1 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 185. 2 Ibid,. 187.


(32)

23

merencanakan. Setiap saat manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaaannya.

c. Didalam filsafat eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya manusia terikat pada dunia sekitarnya, terlebih-lebih pada sesama manusia.

d. Filsafat eksistensialisme memberi tekanan pada pengalaman konkret, pengalaman eksistensial.

Soren Kierkegaard adalah seorang tokoh eksistensialisme yang pertama

kali memeperkenalkan istilah “eksistensi” pertama di abad ke-20, Kirkegaard memiliki pandangan bahwa seluruh realitas eksistensi hanya dapat dialami secara subjek oleh manusia, dan mengandaikan bahwa kebenaran adalah individu yan bereksistensi. Kirkegaard juga memiliki pemikiran bahwa eksistensi manusia bukanlah statis namun senantiasa menjadi. Artinya manusia selalu bergerak dari kemungkinan untuk menjadi suatu kenyataan. Melalui proses tersebut manusia memperoleh kebebasan untuk mengembangkan suatu keinginan yang manusia miliki sendiri. Karena eksistensi manusia terjadi karena adanya kebebasan, dan sebaliknya kebebasan muncul karena tindakan yang dilakukan manusia tersebut.

Menurut Kirkegaard eksistensi adalah suatu keputusan yang berani diambil oleh manusia untuk menentukan hidupnya, dan menerima konsekuensi yang telah manusia ambil. Jika manusia tidak berani untuk melakukannya maka manusia tidak bereksistensi dengan sebenarnya.


(33)

24

Tiap eksistensi memiliki cirinya yang khas. Kierkegaard telah mengklasifikasikan menjadi 3 tahap. Yakni tahap estetis (the aesthetic stage), etis (the ethical stage), dan religious (the religious stage). Seperti dalam beberapa karyanya: The Diary af a Seducer, Either/Or, In Vino Veritas, Fear and Trrem-Beling, dan Guilty-Not Guilty, yang sebenarnya merupakan refleksi hidup pribadinya.3

A. Tahap Estetis (The Aesthetic Stage)

Tahap ini merupakan situasi keputusasaan sebagai situai batas dari eksistensi yang merupakan ciri khas tahap tersebut. Adapun dalam tahap estetis yakni terdapat:

a. Pengalaman emosi dan sensual memiliki ruang yang terbuka

Dalam pembahasan ini, Kierkegaard menerangkan adanya dua kapasitas dalam hidup ini, yakni sebagai manusia sensual yang merujuk pada inderawi dan makhluk rohani yang merujuk pada manusia yang sadar secara rasio. Pada tahap ini cenderung pada wilyah inderawi. Jadi, kesenangan yang akan dikejar berupa kesenangan inderawi yang hanya didapat dalam kenikmatan segera. Sehingga akan berbahaya jika manusia akan diperbudak oleh kesenangan nafsu, dimana kesenangan yang diperoleh dengan cara instan. Terdapat perbuatan radikal dari tahap ini adalah adanya kecenderungan untuk menolak moral universal. Hal ini dilakukan karena kaidah moral dinilai dalam mengurangi untuk memperoleh kenikmatan inderawi yang didapat. Sehingga dalam tahap ini

3F. Budi Hardiman, Filsafat Modern Dari Machiavelli Sampai Nietzsche, (Jakarta:


(34)

25

tidak ada pertimbangan baik dan buruk, yang ada adalah kepuasaan dan frustasi, nikmat dan sakit, senang dan susah, ekstasi dan putus asa.4

Kierkegaard telah memaparkan bahwa manusia estetis memiliki jiwa dan pola hidup berdasarkan keinginan-keinginan pribadinya, naluriah dan perasaannya yang mana tidak mau dibatasi. Sehingga manusia estetis memiliki sifat yang sangat egois dalam mementingkan dirinya sendiri.

Jadi dapat dikatakan bahwa manusia dalam tahap estetis pada dasarnya tidak memiliki ketenangan. Hal ini dikarenakan manusia ketika sudah memperoleh satu hasil yang di inginkannya ia akan berusaha mencapai yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan inderawinya. Ia juga akan mengalami kekurangan dan kekosongan dalam kehidupannya, sehingga manusia yang seperti ini tidak dapat menemukan harapannya.

Adapun manusia dapat kleluar dari zona ini yakni dengan mencapai tahap keputusasaan. Dimana Ketika manusia estetis mencari kepuasan secara terus menerus dan tidak kunjung menemukannnya, maka diposisi seperti itulah manusia dapat berputus asa (despair).

B. Tahap Etis (The Ethical Stage)

Tahap etis merupakan lanjutan dari tahap estetis, tahap ini lebih tinggi dari tahap sebelumnya yang hanya berakhir dengan keputusasaan dan kekecewaan. Melainkan tahap etis ini dianggap lebih menjanjikan untuk memperoleh kehidupan yang menenangkan. Adapun keterangan lebih lanjut yakni:

4Hidya Tjaya, Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri, (Jakarta: Gramedia,


(35)

26

a. Kaidah-kaidah moral menjadi hal yang dipertimbangkan

Dalam tahap etis, individu telah memperhatikan aturan-aturan universal yang harus diperhatikan. Dimana individu telah sadar memiliki kehidupan dengan orang lain dan memiliki sebuah aturan. Sehingga dalam suatu kehidupan akan mempertimbangkan adanya nilai baik atau buruk. Pada tahap inilah manusia tidak lagi membiarkan kehidupannya terlena dalam kesenangan inderawi. Manusia secara sadar diri menerima dengan kemauannya sendiri pada suatu aturan tertentu.

Bahkan pada tahap etis manusia melihat norma sebagai suatu hal yang dibutuhkan dalam kehidupannya. Manusia telah berusaha untuk mencapai asas-asas moral universal. Namun, manusia etis masih terkungkung dalam dirinya sendiri, karena dia masih bersikap imanen, artinya mengandalkan kekuatan rasionya belaka.5 Dimana orang etis benar-benar menginginkan adanya aturan karena aturan membimbing dan mengarahkannya, terutama ketika hidup dalam kebersamaan. Sehingga dalam kondisi ini terdapat kebebasan individu yang dipertanggungjawabkan. Adapun aturan dan norma merupakan wujud kongkret untuk memberikan pencerahan dalam suatu problematika. Sehingga Manusia akan menjadi saling menghargai dan tidak arogan dengan manusia yang lain. Mereka pada akhirnya dapat hidup dalam tatanan masyarakat yang baik.


(36)

27

C. Tahap Religious (The Religious Stage)

Eksistensi pada tahap religious merupakan tahapan yang paling tinggi dalam pandangan Kerkegaard. Adapun keterangan selanjutnya dapat dilihat dibawah ini:

a. Keputusasaan sebagai cara cepat menuju kepercayaan

Keputusasaan merupakan tahap menuju permulaan yang sesungguhnya, dan bukan menjadi final dalam kehidupan. Sehingga keputusasaan dijadikan sebagai tahap awal menuju eksistensi religious yang sebenarnya. Dimana tahap ini tidak lagi menggeluti hal-hal yang konkrit melainkan langsung menembus inti yang paling dalam dari manusia,6 yaitu pengakuan individu akan Tuhan sebagai realitas yang Absolut dan kesadarannya sebagai pendosa yang membutuhkan pengampunan dari Tuhan.

Pada dasarnya keputusasaan telah dianggap sebagai sebuah penderitaan yang mendalam dialami oleh individu. Hal ini dapat terjadi jika keputusasaan dilakukan tanpa adanya kesadaran atau sadar namun tidak memiliki respon yang positif atau kehendak dan aksi untuk membenarkan, sehingga akan menyudutkan manusia pada jurang kehancuran. Kesadaran untuk membenarkan yang dimaksud adalah kemauan dari diri individu untuk sadar akan kekurangannya dan menyerahkan diri pada tuhan. Dimana individu mengakui bahwa ada realitas tuhan yang sebagai pedoman. Dengan demikian, individu jika


(37)

28

mengalami problematika dalam hidupnya tidak akan mudah tergoyah. Adapun individu mengalami problem ia akan berpegang dengan tali yang sangat kuat yakni dengan keyakinan. Adapun pada tahap ini individu membuat komitmen personal dan melakukan apa yang disebutnya

“lompatan iman”. Lompatan ini bersifat non-rasional dan biasa kita sebut pertobatan.7

Sehingga manusia dalam menyerahkan diri kepada tuhan tidak memiliki syarat tertentu, melainkan dengan kesadaran menyadari realitas yang ada. Manusia tidak merasa dalam keadaan terbelenggu. Tahap religious merupakan hasil dari kristalisasi perjalan hidup, yang akan melahirkan sikap bijaksana dalam individu. Seseorang yang mendapat konklusi dari dalam dirinya atau secara bahasa lain pengalaman pribadi akan lebih menyentuh pada ranah terdalam dalam diri manusia. Yang mana dalam perjalannya terdapat penyerahan, sehingga untuk memperoleh jalan terakhir untuk memperoleh ketenangan hidup hanyalah dengan menyatu dengan tuhan.

Sehingga manusia dalam menyerahkan diri kepada tuhan dituntut untuk menyerahkan diri secara terbuka tanpa ada rasa setengah hati. Individu disini memiliki keyakinan bahwa tuhan dapat menghapus penderitaan dan keputusasaan yang dialami manusia. Maka dari itu, Kierkegaard memberi istilah pada situasi ini sebagai loncatan kepercayaan. Kierkegaard disini menjelaskan bahwa satu-satunya jalan untuk sampai


(38)

29

pada tuhan yakni dengan kepercayaan atau iman. Sehingga manusia disini tidak mempunyai suatu formula yang objektif dan rasional, melainkan semua berjalan berdasarkan subjektifitas individu yang diperoleh hanya dengan iman.


(39)

30 BAB III

SETTING PENELITIAN

A. Pesantren Luhur Al-Husna

1. Profil pesantren Luhur Al-Husna

Pesantren luhur Al-Husna berkedudukan di Surabaya, Jl. Jemurwnosari, Gg Masjid. No 42 Surabaya. Letak pesantren sendiri berada di kecamatan Wonocolo dan memiliki luas 1000 Meter Persegi. Pesantren ini didirikan oleh kiai yang bernama KH. Ali Maschan Moesa, beliau adalah mantan ketua PWNU Jawa Timur dan mantan DPR-RI (F-PKB). Sejak berdirinya pesantren ini yang menjadi pengasuh adalah KH. Ali Maschan sampai sekarang. Selain itu nama dari pesantren ini diberikan langsung oleh beliau selaku pengurus. Adapun tujuan dari pesantren Luhur Al-Husna sesuai dengan maknanya adalah mengagungkan nama-nama tuhan untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesantren Luhur Al-husna sendiri

memiliki azas Pancasila dan beraqidah Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah yang

berpegang teguh pada Al-Qur’an, Al-Hadits, dan Al-Ijma’.

Pesantren sendiri merupakan salah satu jenis pendidikan islam yang ada di Indonesaia dan bersifat traditional. Sehingga pesantren dijadikan sebagai proses pengamalan sebagai pedoman hidup keseharian. Hal ini sudah menjuru berbagai lapisan masyarakat muslim. Seiring dengan berkembangnya zaman maka bertambah pula permasalahan yang kompleks, sehingga


(40)

31

konstribusi pesantren masih terus diharapkan, seperti peningkatan sumber daya manusia. Salah satu untuk mempertahankan keberadaan pesantren supaya tidak terjerumus dengan adanya perkembangnya zaman yakni dengan memperbarui misi dan visi pesantren itu sendiri. Dalam suatu lembaga terutama dalam lembaga di bidang pendidikan adanya visi dan misi merupakan suatu kewajiban, dimana untuk dijadikan sebagai tujuan atau motif tertentu. Berikut ini akan paparkan Visi dan Misi Pesantren Luhur Al-Husna Surabaya.

Visi:

a. Mengkaji, menela’ah dan memahami lebih dalam khazanah ilmu agama secara benar.

b. Melaksanakan Amanat Allah untuk menjadi hamba yang peka terhadap lingkungannya, mampu mengingatkan kaumnya atas janji dan ancaman Allah dan mengarahkan mereka ke jalan yang benar.

c. Ikut serta dalam ikhtiar membangun bangsa yang tangguh, berpendidikan dan berakhlaq karimah.

Misi:

a. Seimbang antara Ruhani dan Jasmaninya. b. Seimbang antara Ibadah dan Mu’amalahnya. c. Seimbang antara Do’a dan Usahanya.

d. Seimbang antara Kecakapan dan Budi Pekertinya. e. Seimbang antara Fikiran dan Perasaannya.


(41)

32

2. Aktifitas Pendidikan Pesantren Luhur Al-Husna

Pesantren Luhur Al-Husna dalam pendidikannya menggunakan metode yang lazim digunakan oleh pesantren lainnya. Terdapat beberapa kegiatan belajar mengajar dan juga kegiatan lainnya. Kegiatan yang ada dalam pesantren Luhur Al-Husna setiap harinya yakni:

Tabel 3.1.1

Kegiatan Pesantren Luhur Al-Husna

KEGIATAN PESANTREN LUHUR AL-HUSNA

Waktu Kegiatan Pengampu

Subuh Jama’ah & mengaji kitab Kiai Ali maschan Magrib Jama’ah & mengaji Kiai Ali Maschan

Isya’ Jama’ah Kiai Ali Maschan

Mengaji kitab Asatidz Sabtu Kliwon

Pagi Khatmil Qur’an Malam Istighosah

Sumber: Diperoleh dari informan dan dikelola oleh peneliti

Metode dalam pesantren Luhur Al-Husna adalah metode salaf, Pesantren ini mempertahankan pembelajarannya dengan kitab-kitab traditional yang berbasis pelajaran-pelajaran agama Islam mulai dari Fiqih, Aqidah, Akhlaq, Dan Tasawuf, Tata Bahasa Arab (ilmu Nahwu dan ilmu Sharaf), Hadits, Tafsir, Ulumul Qur’an.

Adapun kitab-kitab klasik yang ada dalam pesantren meliputi: kitab Tafsir Munir karya dari seorang ulama Indonesa yaitu Syaich Muhammad Nawawi Al-Jawi al-Bantani, kitab hadits Bulugh Al-Maram karya Ibnu Hajar


(42)

33

al-Asqalani, Ta'lim Muta'allim Mushanif karya Al 'alamah Syaikh Burhanuddin al-Zarnuji, Kitab Qowaidul karya Asy-Syeikh Yusuf bin Abdul Qodir Al-Barnawi, Kitab Taisirul Khallaq Fil Ilmi Akhlaq Karya Hafid Hasan Mas'udi, Kitab Al-Jurumiyah karya Syaikh Muhammad Bin Muhammad Bin Dawud Ash Shanhaji, Kitab Al Waroqot Karya Abu Al Ma'ali Abdul Malik Imam Al Haromain, Kitab Qowaidul Asasiyah Fii Ulumil Qur'an karya As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliky, Mauidhotul Mukminin karya Syeikh Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi.1

Model pengajaran di pesantren Luhur Al-Husna adalah pesantren salaf yang meliputi sorogan dan weton. Sorogan adalah pengajian yang dilakukan karena adanya permintaan dari beberapa santri kepada kiainya untuk diajarkan kitab-kitab tertentu. Sedangkan Weton adalah pengajian yang dilakkan karena adanya inisiatif dari kiai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun kitabnya. Adapun istilah salaf sendiri bagi kalangan pesantren yakni mengacu pada pengertian pesantren tradisional yang syarat dengan pandangan dunia dan praktek islam sebagai warisan sejarah, khususnya dalam bidang

Syari’ah dan Tasawwuf.2

Metode salaf yang dimaksud didalamnya yakni meliputi sistem sorogan atau disebut sistem individual, dan sistem bendongan

atau wetonan yang disebut kolektif.

Metode sistem pengajaran yang ada dalam pesantren Luhur Al-Husna adalah sistem bendongan atau wetonan. Dalam sistem ini, beberapa murid

1 Jadwal pembelajaran diniyah Pesantren Luhur Al-Husna tahun ajaran 2015-2016 2 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nur Cholis Madjid terhadap Pendidikan Islam


(43)

34

mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bendongan ini disebut halaqah yang artinya sekelompok siswa atau santri yang belajar di bawah bimbingan seorang guru.3

Sehingga materi-materi yang disampaikan para Asatidz telah diminati oleh santri. Hal ini terlihat ketika proses belajar mengajar berlangsung, yang mana para santri dan Asatidz melakukan tanyak jawab dengan aktif. Santri yang mengikuti dalam pengajian juga sangat banyak, hal ini dapat dilihat melalui absensi santri dalam melakukan kegiatan, terkecuali santri yang tidak bisa mengikuti kegiatan dikarenakan santri ada kegiatan di kampus.4

3. Keadaan Sosial Pesantren Luhur Al-Husna

Pesantren Luhur Al-Husna dari tahun ke tahun telah memiliki perkembangan, hal ini dapat dilihat dari jumlah santri yang semakin tahun semakin banyak. Pesantren ini telah di huni oleh mayoritas santri yang menjadi mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Dimana pada periode 2009-2014 jumlah santri adalah 185, dan pada periode 2015-2016 jumlah santri sebanyak 117. Adapun santri yang berada dalam pesantren ini adalah semuanya laki-laki, dan berbasis mahasiswa.

Tabel 3.1.2

Jumlah Santri Periode 2009-2014

No Tahun Jumlah

1. 2009 25

3 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, 28. 4 Absensi Pesantren Luhur Al-Husna Dalam Pengajian Umum


(44)

35

2. 2010 30

3. 2011 36

4. 2012 29

5. 2013 30

6. 2014 35

Sumber: Diperoleh dari informan dan dikelola oleh peneliti

Tabel 3.1.3

Jumlah Santri Periode 2015-2016

No Tahun Jumlah

1. 2015 56

2. 2016 61

Sumber: Diperoleh dari informan dan dikelola oleh peneliti

Dari tabel di atas terlihat bahwa santri yang ada di pesantren Al-Husna semakin berkembang. Selain itu, jumlah santri terdapat perbedaan ketika kiai Ali Maschan menjadi politisi dan setelahnya. Dimana jumlah santri semakin berkembang pesat saat kiai Ali tidak menjadi anggota DPR. Hal ini terjadi karena santri masuk dalam pesantren luhur Al-Husna dengan melihat latar belakang yang dimiliki oleh kiai Ali Maschan, yakni menilai tanggungjawab atas peran yang dimiliki oleh seorang kiai. Hal ini dinyatakan oleh M. Fatih:

“Yang saya lihat santri dalam pesantren Al-Husna kebanyakan dari peran beliau miliki sebagai pengasuh, di banyak pesantren kehadiran tokoh memang sangat berpengaruh untuk mendatangkan santri dalam

pesantren. Karena kiai memiliki peran yang cukup signifikan.”5

5

Hasil wawancara dengan M. Fatih santri pesantren Luhur Al-Husna pada 20-Februari-2017


(45)

36

Di pesantren Luhur Al-Husna keseluruhan santri memiliki berbagai macam latar belakang keluarga, ras, bahasa dan suku yang berbeda. Adapun suku-suku di dalamnya yakni suku jawa, Madura, banjar, aceh, sasak dan makasar. Dari berbagai suku yang ada, santri yang berasal dari suku jawa dan Madura adalah yang paling banyak mendiami pesantren ini.

Untuk mempererat hubungan dari berbagai macam santri bahasa Indonesia adalah bahasa yang sering digunakan untuk dijadikan sebagai komunikasi. Dan para santri akan menggunakan bahasanya sendiri ketika melakukan komunikasi antar sesama. Hal ini dilakukan karena tidak semua santri mengerti bahasa yang dimiliki antar santri.

Selain itu, organisasi sosial pesantren Luhur Al-Husna memiliki sistem kekerabatan yang sama dengan sistem organisasi pesantren salaf lainnya. Dan pesantren ini mengikuti alur organisasi pesantren pada umumnya. Pesantren ini terdapat struktur organisasi yang melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya masing-masing yang sudah di musyawarhakan terlebih dahulu oleh pengasuh, dewan penasehat, dewan asatidz dan juga pengurus lainnya.

Agenda yang ada pada pesantren ini dijadikan sebagai wadah untuk berkumpulnya para santri tanpa memandang perbedaan. Seperti kerja bhakti bersih-bersih pondok, Rutinan Istighotsah, agenda peringatan Maulid Nabi Muhammad, Tasyakuran, serta acara-acara hari besar Islam lainnya. Semua santri ikut gotong royong melaksanakan tugasnya masing-masing.


(46)

37

B. Manajemen pengelolaan Pesantren Luhur Al-Husna

Manajemen merupakan suatu proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan. Aktivitas yang dilakukan dalam suatu manajemen dilakukan sebagai usaha mengembangkan dan memimpin suatu tim atau kerjasama atau kelompok dalam satu kesatuan dengan menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga manajemen sangat berkaitan dengan kepemimpinan, dimana kata manag memiliki beberapa arti seperti memimpin, menangani, mengatur, atau membimbing. Kepemimpinan merupakan suatu aspek yang dinamis untuk mencapai suatu tujuan yang ada.

Pondok pesantren Luhur Al-Husna memiliki cara pengelolaan sendiri untuk mewujudkan visi misi yang ada dalam pesantren. Hal ini dilakukan dengan cara pemenuhan fasilitas pendidikan yang dibentuk untuk komitmen nyata dalam pengembangan dan oprasional pendidikan yang dilakukan oleh pesantren Luhur Al-Husna Surabaya. Fasilitas pendidikan tersebut adalah semua fasilitas fisik yang digunakan secara langsung dalam proses pembelajaran di pesantren tersebut.

Selain itu terdapat fasilitas pendukung dalam proses pembelajaran yang ada di pesantren Luhur Al-Husna Surabaya, supaya keberadaan pesantren menjadi dinamis. Serta memenuhi kebutuhan santri dalam mendukung kegiatan pembelajrannya dalam pesantren. Dengan demikian santri tidak dirumitkan oleh kebutuhan fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran. Untuk mendukung proses belajar mengajar saat di pesantren yakni dengan memberikan fasilitas.


(47)

38

Adapun fasilitas tersebut yakni ruang kelas santri, kamar mandi sekaligus ada toiletnya, Musholla, Aula area TPQ, dan kamar tidur santri.

Pengelolaan di pesantren Luhur Al-Husna telah dipegang atau dipemimpin oleh KH. Ali Maschan Moesa selaku pengasuh pesantren tersebut. Namun, terdapat beberapa pengasuh lainnya yang diserahkan kepada beberapa santri. Adapun pengelolaan yang di bawa oleh para santri yakni mengenai ketua pondok, sekretaris, bendahara, serta seksi-seksi lainnya mengenai kegiatan yang ada di pesantren.

Tabel 3.2.1

Struktur Pengurus Pesantren Luhur Al-Husna

PENGASUH Prof. Dr. KH. Ali Maschan Moesa, M. Si.

DEWAN PENASEHAT 1. Ahmad Syauqi, SH, M.Hum 2. Mudhofi Askan

3. dr. Ahmad Fahmi 4. Ahmad Maududi, S.HI 5. Fathul Qodir, M. HI 6. Ismail Ghozali, S. Hum 7. A. Nur Ismail, M.Pd.I 8. Ahmad Tazi

KETUA Ahmad Faiq Hadi

WAKIL KETUA Muhammad Rizal

SEKERTARIS Faiz Ainur Razi

WAKIL SEKERTARIS M. Hamdan Yuwafiq

BENDAHARA M. Wildan Al Ghifari

DEV. PERIBADATAN 1. Aqib Fahrurrijal (Koor) 2. Ali Masyrifain

3. Maskur Ade Saputra 4. M. Afrizal Fanani 5. M. Faiz Romadhoni

DEV. MINAT BAKAT DAN KEILMUAN

1. Ulil Abror (Koor) 2. Khoirurroziqin 3. Aryo Bimantoro 4. M. Husnil Marom 5. Rahmat Hidayat 6. Chusnan Maarif


(48)

39

DEV. KEBERSIHAN DAN KEAMANAN

1. Ahmad Hikam Izzi (Koor) 2. Syaikhul Fikri

3. Nurul Asyfiya’ 4. Imam Mahmudi 5. Najih

DEV. OLAHRAGA 1. M. Ikti Nurmadani (Koor) 2. Hikamu Maulana

3. M. Khoirurrifan Adi Mairizki 4. M. Rizqi Nursyifa’

5. Hilal Iqbaluddin

Sumber: diperoleh dari informan dan dikelola oleh peneliti

Pondok pesantren Luhur Al-Husna telah dikelola secara modern, sehingga memiliki perbedaan dengan pesantren tradisional yang secara umum ada di Indonesia. Pesantren Luhur Al-Husna telah membekali para santri yang berbasis mahasiswa dengan ilmu agama, kerohanian/ mental spiritual, sehingga diharapkan mahasiswa bisa menjadi santri yang memiliki nilai tambah yakni insan dengan memiliki sifat Ulul Albab yang berakhlak mulia, berbuat adil, bijaksana, dan toleransi, serta terhindar dari sifat yang ekstrim dalam mengabdikan dirinya kepada Agama, Masyarakat, Nusa dan Bangsa.

Manajemen pengelolaan dalam pesantren Luhur Al-Husna dijadikan sebagai suatu kebutuhan untuk bertahan di tengah-tengah persaingan dan globalisasi, serta sebagai landasan untuk mengembangkan pesantren dimasa depan. Adapun manajemen pengelolaan memiliki peran penting dalam pesantren, manajemen pengelolaan merupkan salah satu cara atau proses dalam aktivitas yang ada dipesantren. Untuk memperlancar kegiatan di pesantren secara efektif dan efesien.

Dalam pengelolaan pesantren Luhur Al-Husna terdapat perbedaan, dimana perbedaan tersebut terjadi ketika Kiai Ali Maschan berada dalam dunia politik,


(49)

40

dan sesudah masuk dalam dunia politik. Perbedaan yang terjadi yakni mengenai pengelolaan kiai Ali Maschan di pesantren dan menjadi anggota politik. mengenai hal tersebut menyebabkan kedudukan pesantren menjadi terbagi. Keadaan tersebut berdampak pada kehidupan dalam pesantren. Sehingga santri kecewa dengan kepemimpinan yang dilakukan kiai saat berada di ranah politik. Kiai pada saat menjabat politisi lebih menggunggulkan peran yang ada di kursi politiknya yang menjadi anggota DPR RI (F-PKB) periode 2009-2014, dan berada dalam bidang komisi VIII yang menangani bidang agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan, dan sebagai Dewan Kehormatan. Selanjutnya kegiatan belajar mengajar yang seharusnya dilakukan oleh kiai kini tergantikan oleh ustadz pilihan kiai sendiri. Meskipun kiai telah memberikan wacana politik yang aktual pada santri, serta memberi kebebasan kepada santri untuk masuk dalam ranah politik atau sebaliknya. Peristiwa tersebut dapat menjadikan santri memiliki pandangan tersendiri mengenai lingkungan yang ada.

Hal itu telah menjadikan aktifitas kiai dalam mengajar dan mengontrol pesantren kurang diperhatikan, sehingga menjadikan santri merasa terganggu dengan kegiatan yang dilakukan oleh kiai. Selain itu, menjadikan eksistensi kiai sendiri di pesantren menjadi berkurang.

Namun, keadaan seperti itu berbanding terbalik ketika kiai Ali Maschan tidak lagi masuk dalam ranah politik yakni pada tahun 2015 sampai sekarang. Kiai Ali Maschan telah mengelola pesantren Luhur Al-Husna tanpa membagi peranannya sebagai kiai. Dengan peristiwa tersebut dalam kehidupan pesantren Luhur Al-Husna menjadi harmonis dan saling menghormati satu dengan lainnya.


(50)

41

Proses belajar mengajar juga berjalan lancar, serta kegiatan dan pengawasan dalam pesantren lebih banyak dipegang oleh kiai Ali Maschan sendiri.

C. Pergeseran Kiai-Politik di Pesantren Luhur Al-Husna

Kiai merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan pesantren. Kiai memiliki kepentingan dalam banyak hal baik dibidang agama, sosial, ekonomi dan politik. Dalam pesantren Luhur Al-Husna terdapat kiai sebagai elit sosio kultur dalam peranannya. Kiai dalam pesantren Luhur Al-Husna menjadi sosok panutan yang kharismatik dan sangat di ta’dzimi oleh santrinya. Mengenai peran yang dijalankan oleh kiai pesantren Luhur Al-Husna terdapat pengaruh dalam pesantren tersendiri. Pengaruh tersebut mengakibatkan peran kiai tidak hanya memimpin di pesantren, pengajar dan penceramah agama. Melainkan kiai mempunyai banyak peran dalam masyarakat khususnya, dan dijadikan sosok semakin kuat dan serta dianggap penting oleh masyarakat.

Pondok pesantren Luhur Al-Husna merupakan salah satu pesantren yang memiliki kiai masuk dalam dunia politik yakni menjadi anggota DPR RI (F-PKB) pada periode 2009-2014. Sebelum masuk dalam dunia politik kiai pesantren Luhur Al-Husna sebenarnya sudah memiliki pemikiran yang akademis, hal ini kiai peroleh ketika berada dalam bangku kuliah, yakni saat berada di sarjana duanya kiai Ali memiliki konsentrasi dibidang ilmu sosiologi. Selain itu kiai Ali memiliki aktifitas dalam bidang sosial masyarakat secara aktif seperti IPNU, PMII, dan seterusnya, sehingga hal ini menjadikan alur lurus kiai dalam memperoleh jabatan di PWNU Jatim pada periode 1999-2008. Proses di atas telah menjadikan kiai Ali bisa masuk dalam dunia politik dengan mudah.


(51)

42

Kiai Ali Maschan masuk dalam dunia politik karena disebabkan oleh beberapa peristiwa. Peristiwa tersebut yakni terdapat perselisihan di PKB selama 5 tahun sampai mengeluarkan muktamar III. Sehingga kiai Ali Machan masuk di dalamnya untuk menjadi penengah atas perselisihan yang ada, hal ini disebabkan adanya hubungan kekeluargaan antara aktor yang ada dalam PKB. Perpecahan ketika itu mengenai pengangkatan ketua, yang didalamnya terdapat Muhaimin dan Gus Dur. Sehingga kiai Ali Maschan dijadikan sebagai penengah antara koalisi partai tersebut, dan kiai Ali Maschan aktif di partai PKB sampai konflik itu selesai. Kemudian kiai Ali di dorong untuk masuk dalam anggota Dewan.

Pada dasarnya sebelum Kiai Ali Maschan menjadi anggotan DPR RI (F-PKB) beliau telah mencalonkan diri sebagai wakil Gubernur di Jawa Timur dengan bersanding Bapak Sunaryo pada tahun 2008. Namun cita-cita yang beliau inginkan belum bisa terwujud karena suara dalam pemilu tidak mencukupi. Sehingga pada tahun 2009 kiai Ali bergabung dengan partai PKB dan keluar dari PWNU Jatim. Karena keterlibatan kiai Ali dalam dunia politik, kedudukan kiai Ali di PWNU menjadi terasingkan. Mengenai keadaan tersebut kiai Ali bergabung dengan partai PKB dan kiai Ali mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dengan basis suara di kota Malang, kemenangan tersebut menjadikan beliau mendapatkan kursi di DPR RI.

Kiai Ali Maschan ketika menjadi anggota DPR RI telah memegang tugas di komisi VIII dengan bidang menaungi keagamaan seperti haji dalam pengawasan fungsi itu ketika di lapangan, serta di bidang sosial bencana alam, KPAI, dan Basnaz. Selain menjadi anggota DPR kiai Ali juga di tunjuk menjadi


(52)

43

Dewan Kehormatan untuk mewakili partai PKB. Adapun tugas dalam Dewan Kehormatan yakni untuk melakukan penyelidikan dan verivikasi terhadap kinerja dewan yang kurang efektif. Penyelidikan disini dilakukan untuk mencari bukti terhadap peristiwa dengan pelanggaran UU, kode etik, pada saat sebelum sesudah dan berlangsungnya sidang. Selain itu verifikasi dilakukan dalam proses pemeriksaan terhadap unsur administratif dan materi pengaduan.

Selesai masa jabatannya pada di kursi DPR RI tahun 2014, kiai Ali telah mencalonkan kembali untuk meraih kursi di DPR RI, namun angan-angan yang dimilikinya tidak tercapai. Setelah itu kiai Ali kembali lagi di percaturan PWNU Jatim dan menjadi ketua Rois Surya NU dan melaksanakan tugasnya sebagai kiai di pesantren Luhur Al-Husna.


(53)

44 BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Eksistensi Kiai Politik dalam Perspektif Santri Mahasiswa Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya

Kiai merupakan elemen yang sangat penting dalam suatu pesantren yakni salah satunya sebagai proses belajar mengajar dalam memajukan suatu pesantren. Ciri khas ataupun karakter pesantren sangat tergantung pada kepemimpinan seorang kiai. Kiai sebagai seorang pemimpin dalam melakukan pembelajarannya memiliki konsisten pribadi dalam memelihara tradisi keilmuan islam, seperti yang terkandung dalam Al-Qur’an Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Selain menjadi figur yang memiliki keahlian di bidang keagamaan kiai juga sebagai teladan bagi masyarakat, yang mana kiai mempunyai posisi strategis dan sentral dalam masyarakat. Posisi sentral kiai yakni terkait dengan kedudukannya sebagai seseorang yang terdidik dan kharismatik. Sehingga kiai sangat memiliki pengaruh dalam kehidupan pesantren.

Selain menjadi figur yang berbasis agama kiai memiliki kepentingan dalam banyak hal baik dibidang agama, sosial, ekonomi dan politik. Adanya kepentingan yang melekat pada kiai tidak heran jika terdapat keterlibatan kiai dalam bidang sosial maupun politik praktis. Di era yang sekarang ini banyak kiai yang terlibat dalam dunia politik baik secara langsung maupun tidak langsung. Kiai yang terlibat langsung dalam yakni dapat menjadi pengurus partai politik,


(54)

45

juru kampanye, ataupun sebagai anggota legislatif, dan secara tidak langsung yakni kiai hanya memberi dukungan kepada partai politik baik dalam calon legislative maupun eksekutif.

Keterlibatan kiai dalam politik praktis bukanlah fenomena yang baru. Sudah lama peran kiai dalam dunia politik sangat besar. Secara normatif keterlibatan kiai dalam dunia politik mendapat dasar hukum yang kuat dari

syaria’at. Secara empiris keterlibatan kiai sebagai tokoh politik telah dicontohkan oleh Rosulullah. Keterlibatan kiai dalam dunia politik merupakan suatu peristiwa yang sengaja dilakukan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu dan bukan suatu perbuatan yang muncul secara kebetulan.

Di era sekarang sudah banyak diketahui adanya peran yang dilakukan oleh kiai dengan melibatkan dirinya di ranah politik. Hal tersebut dapat dilihat dalam keterlibatan kiai politik di pesantren Luhur Al-Husna. Pada periode 2009-2014 kiai pesantren Luhur Al-Husna yakni kiai Ali Maschan Moesa telah menduduki kursi DPR RI dari fraksi partai PKB. Peran ganda yang dilakukan oleh kiai Ali selain menjadi seorang kiai di pesantren dan juga menjadi anggota politisi tidak heran akan berpengaruh pada keeksistensiannya.

Eksistensi dapat diperoleh melalui proses manusia memperoleh kebebasan untuk mengembangkan suatu keinginan yang manusia miliki sendiri. Manusia memiliki suatu kebebasan untuk mengembangkan tindakan yang dilakukannya dengan menerima konsekuensi yang sudah manusia lakukan. Soren Kirkegaard untuk melihat eksistensi seseorang telah memiliki tiga tahapan, yakni tahap estetis, tahap etis, dan tahap religious.


(55)

46

1. Tahap estetis

Tahapan ini manusia mendapatkan suatu eksistensi dengan cara kenikmatan inderawi. Dimana kesenangan tersebut hanya bersifat sementara dan akan berimbas pada keputusasaan. Karena manusia melakukan eksistensi ini hanya bersifat pribadi dan hanya mementingkan dirinya sendiri.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan peran ganda yang dimiliki seorang kiai akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Karena selain peran yang dilakukannya dalam lingkungan pesantren, kiai juga telah melakukan tugasnya di ranah politik sebagai anggota DPR RI. Dengan tugas yang telah dilakukannya kiai akan memperoleh keuntungan tersendiri melalui kinerja yang sudah dilakukannya. Kiai merupakan posisi yang sangat strategis maka keuntungan tersebut akan mencangkup pada ranah baik agama, sosial, ekonomi dan politiknya. Hal tersebut sesuai dengan pernyatan David Ruston Khusen:

“Menurut saya strata sosial yang dimiliki abah yai semakin elit, karena selain beliau menjadi kiai juga menjadi anggota DPR RI. Secara duniawi pasti ada dan yang sangat jelas yakni perubahan salah satunya yakni terdapat peningkatan gaya hidup beliau. Perubahan gaya hidup seperti bertambahnaya kendaraan dan memiliki beberapa asset usaha seperti rumah kos. Dalam strata ekonomi beliau juga semakin meningkat seperti banyaknya pengembangan bisnis keluarga, dan beberpa perabotan.”1

Selain itu pernyataan diperkuat oleh Zainuddin, yakni:

“Karena beliau adalah seorang kiai jadi strata sosial yang beliau miliki tetap tinggi karena beliau adalah salah satu elit yang memiliki kekuasaan. Iya ada perubahan, dimana kehidupan beliau menjadi

1

Hasil wawancara dengan David Ruston Khusen santri pesantren Luhur Al-Husna pada 10-Januari-2017


(56)

47

berwibawah, dari sebelum masuk dalam dunia politik. Dan karena beliau lebih terkenal dengan masuk dalam dunia politik, maka terdapat perubahan dalam perekonomian beliau. Dimana banyak jam terbang beliau untuk mengisi ceramah di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Sehingga hal itu berdampak pada perekonomian beliau sendiri.”2

Peran yang dimiliki kiai tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kekuasaan yang dimilikinya akan membawa keuntungan, baik dalam diri pribadi kiai atau keuntungan dalam pesantren yang didirikannya. Kehidupan seorang kiai tidak bisa lepas dengan kehidupan yang ada pada pesantren. Karena kiai dan pesantren adalah satu kesatuan yang saling bergantung. Sehingga keterlibatan seorang kiai dalam politik akan membuahkan dampak tersendiri bagi pesantren. Subtansi ini sepaham dengan ucapan David Ruston Khusen yakni:

“Terdapat dampak positif yakni Pembangunan dan pengembangan bangunan pesantren terus berjalan. Termasuk penambahan beberapa ruangan kamar.”3

Pernyataan tersebut di perkuat dengan ungkapan Zainuddin, yakni:

“Dampak positif: santri mendapatkan akses bersinergi dengan pemerintahan. Ya seperti ketika terdapat peringatan PHBI di pesantren, santri dapat dengan mudah untuk mengundang salah satu tokoh politik.”4

Kiai politik bukanlah status yang mudah dilakukan, hal ini disebabkan karena peran seorang kiai tidak hanya bernaung dalam dunia politisi tetapi juga harus menaungi pesantren yang sudah kiai miliki. Sehingga aktifitas yang

2

Hasil wawancara dengan Zainuddin santri pesantren Luhur Al-Husna pada 04-Februari-2017

3

Hasil wawancara dengan David Ruston Khusen santri pesantren Luhur Al-Husna pada 10-Januari-2017

4

Hasil wawancara dengan Zainuddin santri pesantren Luhur Al-Husna pada 04-Februari-2017


(57)

48

dilakukan oleh kiai menjadi terbagi satu dengan lainnya. Hal inilah yang akan mejadikan lingkungan dalam pesantren tidak kondusif, karena kurangnya pengawasan dan bimbingan yang dilakukan oleh kiai. Selain itu, kerugian akan dirasakan oleh pesantren sendiri. Subtansi ini sesuai dengan pernyataan

Ihya’Ulumuddin:

“Dampak yang ada di pesantren yakni intensitas abah yai untuk mengaji menjadi minim, istiqomah beliau kurang untuk menjadi seorang kiai, sehingga dengan angan saya sendiri disebabkan keadaan seperti itu terdapat beberapa santri untuk memutuskan keluar dari pesantren tersendiri. Dan pengajian yang biasanya di berikan langsung oleh abah yai telah diganti oleh ustadz-ustadz pilihan abah yai.”5

2. Tahap etis

Eksistensi pada tahapan ini dapat dilakukan dengan cara berpedoman dengan aturan atau norma yang ada. Karena dengan tahap etis ini seseorang dapat membimbing dan mengarahkan dirinya untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkannya, terutama dalam kehidupan secara bersama. Aturan atau norma ini dapat dijadikan sebagai landasan seseorang supaya dapat melakukan kehidupan yang saling menghargai satu dengan lainnya.

Kiai telah mempunyai pengaruh besar (baik dilingkungan NU, pesantren, maupun masyarakat), dan memiliki kekuatan baru dalam pentas politik di Indonesia. Umumnya seorang kiai pesantren di samping memiliki massa dari pesantren, juga memiliki massa dari kalangan tradisional lainnya. Hal ini mempunyai nilai tersendiri bagi kalangan politisi. Kiai yang mempunyai pengaruh tersebut kemudian memiliki posisi strategis dalam

5 Hasil wawancara dengan Ihya’ Ulumuddin santri pesantren Luhur Al

-Husna pada 11-Januari-2017


(58)

49

konstalasi politik. Pada era reformasi sekarang, banyak kiai yang terlibat dalam politik praktis, baik langsung maupun tidak langsung. Sejak beberapa tokoh NU mendeklarasikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), banyak kiai yang masuk kedalamnya baik melalui struktur maupun pendukung.

Hal tersebut karena seorang kiai sudah memiliki pedoman nilai-nilai yang dianut untuk masuk diruang lingkup politik yang diseganinya. Karena, jika terdapat kiai yang tidak sama dengan nilai-nilai yang ada, maka aktifitas yang dilakukannya akan berubah, dan hal seperti itu akan menjadikan kehancuran dalam tugas yang dilakukannya. Hal tersebut diungkapkan oleh

Ihya’Ulumuddin:

“Secara umum nilai yang dilakukan abah yai sudah sesuai harapan, hal

tersebut dapat dilihat dari partai yang mengusung beliau yakni partai islami atau PKB, dan tidak jauh dari ASWAJA yang keseharian beliau lakukan. Dan selain partai PKB beliau tidak mau berkecimpung didalamnya, karena tidak sama dengan ideologi beliau.”6

Mengenai pernyataan diatas telah dikuatkan oleh David Ruston Khusen, yakni:

“Secara teoritis saya kurang tahu, secara kasat mata saya ya beliau

tetap berpegang teguh pada nilai luhur ahlussunnah wal jama’ah politik

dalam pandangannya menjadi salah satu wujud ibadah dan bermuamalah kepada sesama dan sebagai media amar makruf nahi mungkar.”7

Nilai dan moralitas merupakan suatu sikap dan tindakan yang harus dijunjung tinggi. Dimana nilai dan moralitas merupakan suatu acuan untuk seseorang melakukan suatu tindakan. Jika nilai dan moralitas itu tidak

6

Ibid,.

7

Hasil wawancara dengan David Ruston Khusen santri pesantren Luhur Al-Husna pada 10-Januari-2017


(59)

50

dilakukan dalam benak seseorang untuk melakukan suatu tindakan maka bisa mendatangkan suatu kehancuran. Kiai adalah seseorang yang sangat dihormati oleh semua kalangan. Jadi kiai disini dalam melaksanakan peran yang sudah menjadi kedudukannya maka sudah diharuskan kiai tersebut berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang sudah dimilikinya. Karena setiap langkah yang dilakukan oleh kiai akan berdampak pada masyarakat sekelilingknya, khususnya santri yang ada di pesantren. Subtansi ini sesuai dengan pernyataan

Ihya’Ulumuddin:

“Menurut saya beliau adalah salah satu politisi yang berani melakukan “Tidak” pada korupsi karena beliau seseorang yang sangat tegas, dan tidak berkompromi jika tidak sesuai dengan pendapat beliau mengenai

nilai yang terkandung dalam ASWAJA mbk seperti amar ma’ruf nahi

mungkar itu.”8

Pernyataan diatas telah dikuatkan oleh M. Fatih R. S. yang mengungkapkan:

“Nilai yang beliau anut yakni ASWAJA, dimana nilai ini tetap melekat

kepada beliau sebelum menjadi politisi, yakni yang sebelumnya menjadi ketua PWNU beliau masih memegang teguh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selain itu, beliau dalam politisi juga berada

dalam komisi yang menaungi masalah keagamaan.”9

3. Tahap religius

Tahapan ini menjadikan seseorang untuk memperoleh eksistensinya yakni dengan berpegang kuat pada keyakinan yang dimilikinya. Sehingga manusia disini tidak mempunyai suatu formula yang objektif dan rasional,

8 Hasil wawancara dengan Ihya’ Ulumuddin santri pesantren Luhur Al

-Husna pada 11-Januari-2017

9 9

Hasil wawancara dengan M. Fatih santri pesantren Luhur Al-Husna pada 12-Januari-2017


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang Pandangan Santri Mahasiswa Pada Kiai Politik di Pondok Pesantren Luhur Al-Husna Jemurwonosari Surabaya. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Eksistensi kiai politik dalam pesantren Luhur Al-Husna dapat dikategorikan dalam dua tahap. Pertama, tahap estetis dimana terdapat kesenangan duniawi yang dirasakan oleh kiai Ali Maschan dalam percaturan politik yang dilakukannya, yakni terdapat keuntungan peribadi yang dirasakan oleh Kiai Ali Maschan seperti dalam peningkatan strata sosial dan ekonominya. Yakni selain menjadi kiai, kiai Ali Maschan juga menjadi anggota Dewan. Sehingga terdapat peran ganda yang harus dikerjakannya. Dengan adanya peran yang diperoleh kiai Ali Maschan memiliki perubahan dalam gaya hidupnya seperti bertambahnya kendaraan dan beberapa asset usaha. Selain itu dalam perekonomiannya semakin meningkat yakni terdapat banyaknya bisnis keluarga. Dan terdapat keuntungan lain di pesantren, dimana terdapat pembangunan dan pengembangan dalam pesantren.

Kedua, tahap etis dimana kiai Ali Maschan dalam menjadi politisi telah menjalankan suatu tugas dengan berpedoman pada nilai atau moral, hal ini dijadikan sebagai acuan supaya tugas yang dilakukannya tidak menjadi salah arah, terutama dalam menjalin kehidupan bersama. Kiai Ali Maschan


(2)

76

dalam menjadi seorang kiai dan politisi, beliau telah memegang erat nilai-nilai yang ada dalam ASWAJA yang tidak jauh dari kegiatan yang dilakukannya dalam sehari-hari. Selain itu Kiai Ali Maschan tidak mau masuk pada partai yang tidak memiliki ideologi yang sama, sehingga kiai Ali Maschan memilih partai yang berbasis Islam yakni partai PKB.

Namun, melihat eksistensi yang dimiliki oleh kiai Ali Maschan dapat di lihat bahwa tahap estetis merupakan tahapan yang paling ditempuh oleh kiai Ali saat berada dalam dunia politik. Dimana terdapat unsur duniawi yang masuk didalamnya baik itu secara langsung atau tidak langsung, meskipun terdapat unsur akhirat yang ada dalam tujuannya. Hal ini terlihat dengan adanya pergeseran strata sosial dan perekonomian kepemimpinan kiai, dimana terdapat perubahan ketika kiai tidak lagi menjadi seorang politisi.

2. Pandangan Santri mahasiswa pada kiai politik di pesantren Luhur Al-Husna Santri mahasiswa Luhur Al-Husna memiliki pandangan tersendiri terhadap kiai Ali dalam keterlibatan di dunia politik, diantaranya: a). Pandangan santri mahasiswa yang pro mengenai keterlibatan kiai di dunia politik, dimana kiai dapat mengaplikasikan keilmuannya dan nilai-nilai islam di dunia politik. b). Pandangan santri yang kontra dengan adanya kiai masuk dalam dunia politik. Hal ini menjadikan kekecewaan bagi santri yang berada di pesantren, yang disebabkan oleh kepemimpinan kiai saat berada di ranah politik. Saat menjabat politisi kiai lebih dominan memainkan perannya sebagai politisi dibandingkan perannya sebagai kiai yang memiliki tanggung


(3)

77

pesantren kurang diprioritaskan. Hal ini disebabkan pengelolaan pesantren di serahkan kepada keluarganya, sehingga komunikasi yang dilakukan oleh kiai dan santri kurang maksimal. Hal tersebut menjadikan santri merasa terganggu atas keterlibatan yang dilakukan oleh kiai dalam dunia politik. Namun, keadaan seperti ini berbanding terbalik ketika kiai Ali tidak lagi menjabat sebagai politisi dan tetap aktif di NU, semua manajemen dan pengelolaan berada ditangan kiai Ali Maschan sendiri.

B. Saran

Penelitian tentang pandangan santri mahasiswa pada kiai politik di pesantren Luhur Al-Husna telah dipaparkan secara maksimal dalam skripsi ini. Penulis juga merasa bahwa penelitian yang dilakukan belum sempurna. Untuk itu penulis senantiasa menantikan saran dan kritik demi penyempurnaan penelitian ini. Penulis akan sangat gembira bila ada peneliti lain yang hendak meneruskan penelitian secara mendalam, baik pemaknaan, drama turki dan lainnya dengan aspek-aspek yang di rasa sangat menarik dan terlewat oleh penelitian penulis.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bagus Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.

Budiardjo Mariam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. 2008.

Bungin Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo. 2001. Dagun Save M. Filsafat Eksistensialisme. Jakarta: Rineka Cipta. 1990.

Dhofier Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jogjakarta: LP3ES. 1985.

Hardiman F. Budi. Filsafat Modern Dari Machiavelli Sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia. 2007.

Hiroshi Hiroko. Kyai dan Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES. 1987.

Meleong Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002.

Mujiono. Keterlibatan Kiai dan Ustadz dalam Politik Praktis dan Implikasinya Terhadap Minat Belajar Santri di Pondok Pesantren Roudlotul Muhtadin Lampung Batang. Semarang: IAIN Walisongo. 2008.

Moesa Ali Mashan. Nasionalisme Kyai Konstruksi Sosial Berbasis Agama. Yogyakarta: PT LKIS pelangi aksara. 2007.


(5)

Tafiqurrahman. Kepercayaan Politik Mahasiswa Santri terhadap Kiaidalam Perspektif Psikologi Perkembangan. Jurnal Psikologi Tabularasa Vol. 9. NO.1. APRIL 2014. Universitas Merdeka Malang.

Tjaya Hidya. Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri. Jakarta: Gramedia. 2004.

Walgito Bimo. Psikologi Sosial Suatu Pengantar.Yogyakarta: Andi. 2004.

Yasmadi. Modernisasi Pesantren, Kritik Nur Cholis Madjid terhadap Pendidikan Islam Traditional. Jakarta: Ciputat Press. 2002.

Internet

http://www.bijaks.net/aktor/profile/drhalimaschanmoesamsi510780bb910b1/(Sabt u,11,Oktober 2016, 20.30)

Wawancara

Wawancara dengan David Ruston Khusen santri pesantren Luhur Al-Husna pada 10-Januari-2017

Wawancara dengan Zainuddin santri pesantren Luhur Al-Husna pada 06-Februari-2017

Wawancara dengan Ihya’ Ulumuddin santri pesantren Luhur Al-Husna pada

11-Januari-2017

Wawancara dengan M. Fatih santri pesantren Luhur Al-Husna pada 12-Januari-2017


(6)

Wawancara dengan Ahmad Faiq Hadi santri pesantren Luhur Al-Husna pada 14-Januari-2017

Wawancara dengan Abdullah Muhdi santri pesantren Luhur Al-Husna pada 06-Februari-2017

Wawancara dengan KH. Ali Maschan Moesa pengasuh pesantren Luhur Al-Husna pada 31-Januari-2017