Pengaruh kegiatan fatihahan terhadap moral santri putri pondok pesantren mahasiswa Al-jihad Surabaya.

(1)

SKRIPSI Oleh:

KHOIRUN NISA’ AZZAINIYAH NIM. D71213105

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Khoirun Nisa’ Azzainiyah, D71213105, 2017, Pengaruh Kegiatan Fatihahan Terhadap

Moral Santri Putri Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya Pembimbing: (1) Drs. M. Nawawi, M.Ag, (2) Dra. Ilun Muallifah, M.Pd. Kata kunci: Kegiatan Fatihahan, Moral Santri.

Dipesantren terdapat kegiatan dan amalan-amalan yang mendorong manusia khususnya santri agar memiliki moral dan kepribadian yang baik jika lakukan secara terus menerus. Kegiatan atau amalan tersebut salah satunya dengan kegiatan fatihahan, ketika manusia melakukan kebiasaan yang positif maka secara tidak langsung akan memberi efek yang baik pada moral yang dimiliki orang tersebut. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tentang Pengaruh Kegiatan Fatihahan Terhadap Moral Santri Putri Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah tentang bagaimana pelaksanaan kegiatan fatihahan, bagaimana moral santri putri, serta bagaiamana pengaruh kegiatan fatihahan terhadap moral santri putri pondok pesantren mahasiswa Al Jihad Surabaya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach) yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik statistik regresi linier sederhana dan uji signifikansi. Sedangkan metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah 1) Wawancara, 2) Observasi, 3) Dokumentasi dan 4) Angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan fatihahan terhadap moral santri putri pondok pesantren mahasiswa Al Jihad Surabaya cukup baik dalam sisi teknis pelaksanaannya, namun kurang baik dalam hasil implementasinya pada individu santri. Hasil angket menunjukkan bahwa kegiatan fatihahan sebesar 58%. Sedangkan moral santri putri tergolong cukup baik sebesar 62%.

Hasil lain menunjukkan terdapat hubungan yang sigifikan antara kegiatan fatihahan terhadap moral santri putri. Dan kolerasi variabel kegiatan fatihahan terhadap moral santri putri pondok pesantren mahasiswa Al Jihad Surabayadiperoleh 76,6% dan sisanya 23,4% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti latar belakang santri, keluarga, lingkungan masyarakat, dan sebagainya.


(7)

(8)

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 8


(9)

A. Tinjauan Tentang Kegiatan Fatihahan sebagai Kegiatan Ibadah 1. Pengertian dan Riwayat Turunnya Surat Al Fatihah .. 15 2. Keutamaan Surat Al-Fatihah ... 21 3. Tafsir Surat Al-Fatihah ... 24 4. Kandungan Surat Al-Fatihah ... 36 5. Pendapat Para Ulama dalam Mengamalkan

Al-Fatihah ... 43 6. Kegiatan Fatihahan Sebagai Kegiatan Ibadah ... 55 A.Tinjauan tentang Moral

1. Pengertian Moral ... 61 2. Ruang Lingkup Moral ... 65 3. Perbedaan dan Persamaan Akhlak,etika,dan moral ... 66 4. Proses perkembangan Moral ... 67 5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Moral pada

Santri ... 68 B.Tinjauan teoritis Tentang Pengaruh Kegiatan

Fatihahan Terhadap Moral Santri ... 71 C.Hipotesis Penelitian ... 76

BAB III METODE PENELITIAN


(10)

2. Rancangan Penelitian ... 77 B. Variabel Indikator dan Instrumen Penelitian

1. Variabel dan Indikator Penelitian ... ... 79 2. Instrumen Penelitian ... 81 C. Poupulasi Sampel

1. Populasi .... ... 81 2. Sampel ... ... 82 D. Jenis Data

1. Data Kualitatif ... 83 2. Data Kuantitatif ... 83 E. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket ... 84 2. Observasi ... 84 3. Dokumentasi ... 85 F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Kualitatif ... ... 86 2. Analisis Data Kuantitatif ... ... 87 3. Uji Signifikasi ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


(11)

2. Letak geografis Pondok Pesantren Mahasiswa Al

Jihad Surabaya ... 94 3. Visi-misi dan tujuan Pondok Pesantren

Mahasiswa Al Jihad Surabaya ... 95 4. Struktur kepengurusan Pondok Pesantren

Mahasiswa Al Jihad Surabaya ... 97 5. Keadaan Ustadz dan Santri Putri Pondok Pesantren

Mahasiswa Al Jihad Surabaya ... 100 6. Sarana dan prasarana Pondok Pesantren

Mahasiswa Al Jihad Surabaya ... 101 7. Jenis-Jenis Kegiatan yang fikembangkan di

Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya... 102 8. Pelaksanaan Kegiatan Fatihahan di Pondok

Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya ... 105 B. Deskripsi Data

1. Pelaksanaan Kegiatan Fatihahan di Pondok

Pesantren Al Jihad Surabaya ... 107 2. Moral Santri Putri Pondok Pesantren Al-Jihad

Surabaya ... 109 C. Analisis data dan pengujian Hipotesis ... 112


(12)

A. Kesimpulan ... 148 B. Saran ... 149

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL


(13)

Tabel 4.1 : Keadaan Ustadz Pondok Pesantren Mahasiswa

Al-Jihad Surabaya ... 100

Tabel 4.2 : Keadaan Santri Putri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya ... 100

Tabel 4.3 : Sarana Prasarana.... ... 101

Tabel 4.4 : Tata Tertib kegiatan Fatihahan ... 105


(14)

Lampiran 1 : Foto Konkret Kegiatan Fatihahan Lampiran 2 : Daftar Angket

Lampiran 3 : Daftar Jumlah Responden Lampiran 4 : Surat Tugas Bimbingan Skripsi Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 7 : Kartu Konsultasi Skripsi


(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibadah merupakan hal yang amat penting dalam kehidupan manusia. Manusia diciptakan untuk menyembah dan beribadah kepada Allah. Ibadah pada hakikatnya adalah sikap tunduk semata-mata mengagungkan Dzat yang disembah.1 Maka ibadah pada intinya ketundukan untuk melaksanakan segala perintah Allah mengandung arti luas. Yaitu bukan hanya ibadah dalam arti khusus seperti sholat, puasa, zakat, haji, melainkan juga beribadah dalam arti luas, yaitu seluruh aktivitas kebaikan yang dilakukan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan tujuan ikhlas karena Allah SWT.2 Oleh karena itu tidak jarang orang muslim setiap melakukan

suatu do’a atau kegiatan keagamaan yang beraitan dengan ibadah selalu dimulai dan diakhiri dengan membaca Surat Al-Fatihah.

Melihat bahwa Al Qur’an adalah adalah salah satu factor pendorong

manusia dalam melakukan hal-hal yang baik atau yang buruk, maka didalam

Al Qur’an terdapat surah pembuka yakni surah Al Fatihah, yang mana

makna dan kandungan surah ini sungguh luar biasa.Dan di Pnndok Pesantren Al Jihad, surah Al Fatihah telah menjadi amalan tersendiri dan

1

Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: CV. Bima Sakti, 2003), Hlm. 80 2


(16)

dimasukkan kedalam sebuah kegiatan, yang biasa disebut kegiatan Fatihahan.

Kegiatan ini merupakan ijazah dari seorang kyai yang merupakan guru dari pengasuh pondok pesantren mahasiswa Al Jihad Surabaya, beliau telah sukses dengan diiringi mengamalkan amal ini, kegiatan ini disebut dengan fatihahan, salah satu kegiatan ubudiyah yang hanya ada di Pondok pesantren Al Jihad Surabaya. Yang dilaksanakan pada tepat pukul 12 malam, bertaqarrub kepada Allah dengan melaksanakan qiyamul lail dan membaca dzikir suratul fatihah sebanyak 41-100 kali.

Dalam Sholat selalu dan wajib membaca surah al-fatihah yakni surah pembuka yang memiliki makna yang luar biasa.Melalui penghayatan makna (tadabbur) Surah al-fatihah diantaranya, orang sholat akan merasakan spiritualitas sholat sebagai tiang agama dan fondasi terkuat yang mampu mencegah perbuatan keji dan munkar. Dengan penghayatan ini pula, orang yang sholat mampu memahami keterkaitan sholat dengan kesabaran meinta pertolongan kepada Allah pada saat menghadapi pekerjaan-pekerjaan berat dan kesulitan hidup.

Dari penjelasan diatas maka fatihahan juga berhubungan dengan dengan peningkatan moral, dari moral yang bagus maka kedisiplinan bukanlah hal yang sulit untuk dilaksanakan. Moral yang dimaksud disini adalah bagaimana perilaku atau akhlak seorang santri kepada pengasuh, akhlak kepada sesama santi dan bagaimana akhlak kepada dirinya sendiri.


(17)

Sebagai makhluk sosial, kita tidak hanya hidup sendiri, kita juga berinteraksi dengan manusia lainnya. Begitu juga Manusia dinilai oleh manusia lain dalam tindakannya. Ada juga tindakan yang dinilai dari perbuatannya, yakni tindakan baik atau buruk. Jika tindakan manusia dinilai atas baik buruknya, tindakan itu seakan-akan keluar dari manusia, dilakukan dengan sadar atas pilihan, dengan satu perkataan sengaja3

Ketika manusia dinilai selalu baik, maka secara tidak langsung manusia tersebut melakukan hal-hal yang positif.Dan sebaliknya, ketika manusia dinilai buruk berarti manusia tersebut melakukan hal yang buruk sehingga itu berdampak kepada dirinya sendiri yang dinilai masyarakat. Jika seseorang itu tidak ingin dinilai buruk oleh orang lain, maka seseorang tersebut haruslah selalu melakukan hal-hal positif baik.

Moral yang baik inilah yang akan menjadi tolak ukur untuk kehidupan sehari-hari nantinya. Pada masa remaja yakni masa yang menentukan hari, masa depan kehidupan, kehidupan keluarga, bahkan menentukan nasib bangsa dan negaranya. Seperti yang akan dikatakan oleh para pemimpin tentang masa remaja, bahwa nasib negara dan bangsa ada ditangan generasi penerusnya yakni remaja, dan sebagai calon pengganti angkatan tua? Karena itu, orang tua yang memahami masa remaja anak-anaknya, ia akan merasakan kepuasan didalam tugas

3


(18)

hidupnya. Pemimpin yang memahami para remaja adalah pemimpin yang menyelamatkan negaranya tanpa senjata.

Remaja seharusnya dituntut berbuat sesuai etika Agama Islam, hal ini bertujuan agar tidak terjadi kerusakan moral.Maka snagat penting bagi remaja memiliki tingkah laku sesuai ajaran Islam.Hal ini dicerminkan oleh kehidupan Rasulullah Nabi Muhammad SAW.Yang selalu merendahkan diri dan menjadi teladan seluruh umat manusia.

Berikut ini akan dijelaskan lebih jauh tentang moral remaja. Karena pada penelitian ini yang menjadi subjeknya adalah santri putri (mahasiswi) Al-Jihad Surabaya yang masih tergolong remaja. Masa remaja sangat erat hubungannya dengan perubahan perilaku dan sikap yang berlangsung pesat. Moral atau perilaku merupakan suatu hal yang penting oleh remaja untuk mengenali dirinya sendiri dan bertingkah laku yang sesuai dengan norma dan aturan yang ada di masyarakat.

Moral yang menjadi cerminan remaja itu baik atau tercela dalam hal tingkah lakunya akan dijadikan patokan oleh orang yang melihat tingak laku remaja tersebut, begitu pula kedisiplinan yang dilakukan di pondok pesantren sangatlah penting agar membunuh rasa malas yang ada , sehingga menajdi pribadi yang disiplin dan bermoral yang baik (akhlakul karimah). Dan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan fatihahan yang berada di lembaga yayasan PPM


(19)

Al Jihad Surabaya dalam meningkatkan moral dan kedisiplinan santri putri dalam kehidupannya.

Pentingnya moral yang dimaksud disini adalah bertambahnya kesadaran untuk bertingkah laku baik misalnya dalam hal beribadah kepada Allah dan rasulullah, pribadi, orang tua, teman sebaya, masyarakat, berbicara tentang tingkah laku dan ada baiknya memahami ayat Al-Qur’an yang terdapat pada QS. Luqman(31): 18.

روخف ل تْخم ّلك ّبحي ا ّّ ّ إ ًحرم ْرأا يف شْ ت او س ّنلل ّدخ ْرّع ت او

Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.4

Tingkah laku manusia akan mencerminkan sikap dan kebiasaan manusia tersebut. Ketika mereka melakukan kegiatan-kegiatan positif maka secara tidak langsung akan memberikan efek yang baik pada moral dan kedisiplinan pada orang tersebut.

Jadi alasan kami tertarik membahas kegiatan fatihahan yang merupakan kegiatan ibadah dalam bentuk yang khusus, yang mana menurut teori kegiatan membaca surat al-fatihah ini berpengaruh terhadap moral seseorang, dan uniknya kegiatan fatihahan semacam ini hanya ada pada

4


(20)

pesantren Al Jihad Surabaya. Kegiatan ini akan kami hubungkan dengan moral dan kedisiplinan santri, yang mana moral itu meliputi tingkah laku pengasuh, akhlak kepada sesama santi dan bagaimana akhlak kepada dirinya sendiri

Dari pemaparan diatas, peneliti berkeinginan meneliti lebih lanjut

tentang “PENGARUH KEGIATAN FATIHAHAN TERHADAP MORAL

SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD

SURABAYA”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul yang diambil dalam studi ini, maka penulis dapat merumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan fatihahan di Pondok pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya?

2. Bagiamana moral santri putri Pondok pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya?

3. Bagaimana pengaruh kegiatan fatihahan terhadap moral dan santri putri?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai penulis berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan fatihahan di Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya.


(21)

2. Untuk mengetahui bagaimana moral santri putri Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya.

3. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan fatihahan terhadap moral santri putri Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bisa memperluas wawasan keilmuan peneliti dalam mengetahui lebih mendalam bagaimana kegiatan fatihahan di pondok pesantren Al Jihad Surabaya yang tidak ditemukan dipondok lain di Surabaya. b. Sebagai bahan rujukan bagi orang yang meneliti atau mempelajari

dengan objek atau topik yang sama. 2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan informasi bagi pemerhati lain, yang mana belum mengetahui seperti apa bentuk pelaksanaan kegiatan fatihahan dipondok pesantren mahasisawa Al jihad Surabaya.

b. Dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan keaktifan kegiatan fatihahan santri putri Al Jihad Surabaya.

E. Ruang Lingkup

1. Subjek penelitian ini adalah santri putri Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya


(22)

2. Materi penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan Kegaiatan Fatihahan yaitu pemahaman tentang kegiatan ibadah yang hanya ada di pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya

3. Moral yang dimaksud disini yaitu perilaku pribadi santri yang berakhlakul karimah, baik kepada pengasuh maupun teman sesama santri dengan cara membenahi pribadi masing-masing. Serta keaktifan dan kesadaran kedisiplinan santri putri dalam menaati peraturan dan kegiatan pondok khususnya kegiatan Fatihahan

F. Definisi Oprasional

Definisi operasional adalah definisi didasarkan sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasi. Konsep ini sangat penting, karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan untuk orang lain untuk melakukan hal yang serupa. Sehingga apa yang dilakukan oleh penulis terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.5 untuk memperoleh gambaran yang jelas penulisan skripsi ini maka akan ada baiknya peneliti menjelaskan terlebih dahulu kata kunci yang terdapat dalam pembahasan ini, yaitu:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang timbul daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya yang berkekuatan).Pengaruh yang

5


(23)

dimaksud adalah pengaruh adanya kegiatan fatihahan terhadap moral dan kedisiplinan santri putri di pondok pesantren al jihad Surabaya. 2. Kegiatan Fatihahan

Fatihahan adalah kegiatan yang dilakukan setiap kami malam tepatnya pukul 00.00-01.00 WIB. Yang diawali sholat iftitah sebanyak

2 raka’at 1 salam dan dilanjutkan dengan sholat taubat 4 raka’at 2 salam, shalat tasbih 4 raka’at 2 salam, sholat hajat sebanyak 4 raka’at 2 salam kemudian sholat tahajjud 8 raka’at 4 salam dan yang terakhir yakni sholat witir sebanyak 3 raka’at. Setelah itu dilanjutkan dengan

membaca istighfar, shalawat 3x dan yang terakhir yakni membaca surah Al Fatihah sebanyak 41-100x.kegiatan Fatihahan ini diijazahi

oleh KH. Abdul Mu’iz Idris dari Situbondo.

3. Moral

Moral adalah orang yang kuat disiplin batinnya.6 Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam Bahasa latin bentuk jamaknya mores, yang artinya tata cara atau adat istiadat, moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, susila. Sedangkan secara terminologi moral adalah identik dengan Akhlak hubungannya erat sekali. Jika pengertian moral dengan kedisiplinan amat berhungan erat. Moral mengatur perilaku penganutnya secara normative dan bekerja dari dalam diri manusia itu sendiri, baik didepan kehadiran orang lain

6


(24)

maupun tidak. Sumber moral biasanya adalah ajaran agama, tradisi atau budaya dan kesepakatan politik atau ideologi.7

Moral dalam penelitian ini adalah menitik beratkan pada pola perilaku yang terpuji yang dimiliki ileh para santri sehingga mereka memiliki perilaku yang baik dimata orang-orang yang berada disekitar mereka. Mampu mengaplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Moral dalam penelitian ini adalah moral beribadah kepada Allah SWT/Rasulullah SAW, bermasyarakat, lingkungan, diri sendiri dan kepada negara. Diharapkan para santri kedepan bisa menghadapi percaturan kehidupan yang akan mereka temui dikemudian hari.

Didalam moral juga ada yang namanya kedisiplinan yang mana kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Didalam pondok pesantren para santri dilatih untuk hidup disiplin. Baik dalam beribadah maupun dalam kehidupan dipondok.

Kedisiplinan ini lah yang akan menjadi bekal dalam kehidupan dimasa depan .dengan pribadi yang disiplin maka akan meraih kesuksesan. Di pondok pesantren ini selain kedisiplinan telah ditangani dan menjadi tanggung jawab pengurus keamanan pondok putri, disini juga lebih diperketat lagi dengan adanya satpam khusus pondok putri,

7


(25)

namun begitu pula dipondok putra juga sudah ada satpam khusus pondok putra yang bertugas membangunkan dan mengabsen siapa saja santri yang ikut dan tidak mengikuti kegiatan ini.

4. Santri

Santri adalah siswa atau murid yang belajar di Pesantren.Seorang ulama bisa disebut kyai kalua memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama Islam melalui kitab-kitab kuning.Oleh karena itu, eksistensi kyai biasanya juga berkaitan dengan adanya santri di pesantren.

Meski ada banyak definisi yang diberikan para ahli tentang istilah santri, yang dimaksud disini adalah orang yang sedang dan pernah mengenyam pendidikan agama dari Kyai-ulama (guru, teladan, uswah) selama berada diasrama atau pondok pesanten.8

5. Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya

Pondok pesantren yaitu lembaga pendidikan Islam, yang didalamnya terdapat seorang kyai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik).Dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan tersebut.Serta didukung adanya pondok serta sebagai tempat tinggal para santri.Dengan demikian ciri-ciri pondok pesantren adalah kyai, santri, masjid dan pondok. Sebagai

8


(26)

lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di Indonesia, pondok pesantren selain telah berhasil membina dan mengembangkan kehidupan beragama di Indonesia, juga ikut berperan dalam menanamkan kebangsaan ke dalam jiwa rakyat Indonesia, serta ikut berperan aktif dalam upaya mencerdaskan bangsa.

Tempat yang saya teliti yakni sebuah lembaga yang bernama pondok pesantren Mahasiswa Al jihad sebuah lembaga pondok pesantren mahasiswa yang berada dalam naungan yayasan Al Jihad yang berada di Jemursari Utara gang III no 9 Surabaya

Jadi yang dimaksud dalam judul yang penulis teliti adalah tentang kegiatan ubudiyah yakni kegiatan fatihahan yang dilaksanakan pada setiap

malam jum’at pukul 12 malam di pondok pesantren Al Jihad Surabaya.

Dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah, agar hajat yang diharapkan dikabulkan, menjadi obat hati dan mendapat ridho oleh Allah. Dan hubungannya terhadap moral santri ini adalah menjadikan pribadi santri yang disiplin dalam belajar dan beribadah serta berakhlakul karimah.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pemahaman dalam penyajian inti permasalahan yang dibahas, maka penulis bagi dalam sistematika bahasan penelitian. Sistematika tersebut penulis susun dengan rincian sebagai berikut:


(27)

Bab satu, pendahuluan, bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab dua, pada bab ini akan menbahas dari rumusan masalah dengan menjelaskan pemaparan tentang kajian pelaksanaan kegiatan fatihahan. Dilanjutkan dengan kajian tentang peningkatan moral dan kedisiplinan.Dan diakhiri dengan pengaruh kegiatan fatihahan terhadap peningkatan kegiatan santri.

Bab tiga, pada bab ini merupakan jabaran dari metode penelitian yang meliputi : jenis dan rancangan penelitian, variabel, indikator, dan instrument penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab empat, pada bab ini berisi tentang paparan (deskripsi) sejumlah data empiris yang diperoleh melalui studi lapangan, mencakup gambaran umum objek penelitian Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya, tentang sejarah, letak geografis, struktur organisasi pondok pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya, keadaan ustadz dan pengurus, keadaan santri. Pada analisis data ini berisi tentang intepretasi penulis, dengan data-data yang berhasil dihimpun. Analisis ini berfungsi untuk menjawab permasalahan yang drumuskan berkaitan dengan pengaruh kegiatan


(28)

fatihahan terhadap peningkatan moral dan kedisiplinan santri putri pondok pesantren Al Jihad Surabaya.

Bab lima, pada bab ini merupakan penutup berisi kesimpulan dari semua pembahasan yang ada pada bab sebelumnya. Diharapkan dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan dan memberikan saran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya. Tujuannya mempermudah pembaca untuk mengambil inti sari dari pembahasan skripsi ini.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Tentang Kegiatan Fatihahan sebagai Kegiatan Ibadah 1. Pengertian dan Riwayat Turunnya Surat Al Fatihah

Al-Fatihah berasal dari kata Fataha, yaftahu, fathah yang berarti

pembukaan dan dapat pula diartikan “kemenangan”. Dinamai demikian karena dilihat dari posisi surat Al Fatihah berada pada bagian awal yang mendahului surat-surat lain, sedangkan Al-Fatihah dalam arti kemenangan dapat dijumpai pada nama surat yang ke 48 yang bernama Al Fath yang berarti kemenangan.1 Peletakan suat Al Fatihah berada pada permulaan

Al-Qur‟an adalah dengan perintah dari Nabi Muhammad SAW sendiri, yang

dinamakan dengan taufiqi.2

Para ulama berbeda pendapat tentang tempat turunnya surat Al Fatihah ini. Paling tidak, ada tiga pendapat :

a. Makiyah (surat yang ditunkan di Makkah). Ini adalah pendapat ibnu Abbas, Qatadah dan Abu Al Aliyah

b. Madaniyah (surat yang diturunkan di Madinah). Ini adalah pendapat

Abu Hurairah, Mujtahid, Atha‟ bin YAsar, Az-Zuhri dan lainnya. c. Pendapat lain menyatakan bahwa separuhnya diturunkan dimakkah

dan separuh lagi diturunkan di Madinah.

1

Abu Musa, Al-Qur’a da Tafsir ya, Yogyakarta: PT. Da a Bakti Wakaf), hal 17 2M. Quraish Shihab, Tafsir al-misbah, volume 1 (jakarta:Lentera Hati,2002), hal 5


(30)

Abu Laits As-Samarqandi berkata bahwa pendapat pertamalah yang kuat dan shahih, berdasrkan firman Allah SWT.











Artinya:“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung.” (Q.S. Al Hijr:87)

Yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ialah surat Al-Fatihah yang terdiri dari tujuh ayat.sebagian ahli tafsir mengatakan tujuh surat-surat panjang yaitu Al- Baqoroh, Ali Imron, Al-Miadah, An-Nisa‟, Al

-A‟raaf, Al-An‟am dan Al-Anfaal atau At-Taubah.3

Selanjutnya dalam kitab Asbab Al-Nuzul Imam Abi Al-Hasan Ali bin Ahmad Al Wahidiy Al-Nasysaburi. Yang dinukil oleh Abuddin Nata, dalam bukunya Tafsir Ayat-ayat Pendidikan mengatakan, bahwa dalam hal turunnya surat Al Fatihah ini terdapat perselisihan, namun menurut sebagian besar ahli tafsir mengatakan bahwa surat Al-Fatihah tersebut turun di Mekkah dan termasuk surat Al Qur‟an yang pertama kali diturunkan.4

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbahnya mengatakan, hamper seluruh ulama berpendapat bahwa surat ini bukanlah wahyu pertama yang dierima oleh Nabi Muhammad SAW. Hadits-hadits yang menyebutkan bahwa lima ayat dari Surat Al Alaq merupakan wahyu pertama, dan hadits

3Darwis Abu Ubaidah, Tafsir al-Asas,(Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2006), hal:14 4


(31)

tersebut begitu kuat dan banyak meriwayatkan sehingga riwayat laintidak wajar menggugurkannya.5

Salah seorang ulama yang berpendapat bahwa Al Fatihah adalah wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW, bahkan sebelum

Iqro‟ Bismi Robbika adalah Syekh Muhammad Abduh. Alasan yang

dikemukakan oleh beliau antara lain sebuah riwayat yang tidak shahih (mursal) yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi, disamping itu juga memakai argument logika. Adapun kesimpulan dalil yang beliau ungkapkan adalah bahwa: Ada Sunnah/kebiasaan Allah SWT., yang menyangkut penciptaan maupun dalam penetapan hukum, Allah selalu memulainya secara umum dan global, baru kemudian disusul dengan rincian secara bertahap. Menurut Abduh, surat Al-Fatihah dalam kedudukannya sebagai wahyu pertama, atau keberadaanya pada awal Al-Qur‟an merupakan penerapan Sunnah tersebut. Al-Qur‟an turun menguraikan persoalan-persoalan seperti: 1) Tauhid, 2) Janji dan ancaman 3) Ibadah yang menghidupkan tauhid, 4) Penjelasan tentang jalan kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan cara mencapainya, 5) penderitaan atau kisah generasi terdahulu. Kelima pokok persoalan diatas, tercermin dalam tujuh ayat surat Al-Fatihah. Tauhid pada ayat kedua dan kelima, janji dan ancaman pada ayat pertama, ketiga dan ketujuh, ibadah


(32)

juga pada ayat kelima dan ketujuh, sedang masa lampau diisyaratkan oleh ayat terakhir.6

Alasan Abduh ini tidak diterima oleh mayoritas ulama, kendati ada yang mengkomprominya dengan mengatakan bahwa surat Al-Fatihah adalah wahyu pertama dalam bentuk satu surat yang turun secara sempurna, sedangkan surat Al-Alaq adalah wahyu pertama secara mutlak, walau ketika turunnya baru terdiri dari lima ayat, seperti diketahui bahwa surat Al-Alaq terdiri dari Sembilan belas ayat.

Uraian Abduh berdasarkan logika diatas tetap dapat diterima, tetapi bukan dalam konteks membuktikan turunnya Al Fatihah mendahului surat Al-Alaq, tetapi dalam rangka membuktikan kedudukan Al-Fatihah sebagai

Ummul Qur‟an atau untuk menjelaskan mengapa surat Al-Fatihah diletakkan diawal Al-Qur‟an.7

Menetapkan sebab nuzul atau masa turunnya ayat haruslah berdasarkan data sejarah yang antara lain berupa informasi yang shahih. Nalar dalam hal ini tidak berperan kecuali dalam melakukan penilaian terhadap data dan informasi itu. Mengabaikan informasi yang kuat atau riwayat yang shahih dan mengambil riwayat yang dhoif, walau dengan mengukuhkannya dengan alasan logika, bukanlah cara yang benar dalam menetapkan sejarah. Itu sebabnya murid dan sahabat dekat Syekh

6

Ibid, hal 5 7 Ibid hal 5


(33)

Muhammad Abduh sendiri yakni Syekh Muhammad Rasyid Ridha, berkomentar dalam tafsir Al-Manar bahwa argumentasi gurunya itu aneh.8

Berdalih dengan Sunnah Allah yang disinggung oleh Abduh diatas, yakni bahwa Allah selalu menyebutkan sesuatu secara global baru kemudian memerincinya, bisa juga diterapkan pada kelima ayat pertama surat Al-Alaq. Dalam surat itu disinggung persoalan pokok yang mengantarkan kepada kebahagiaan umat manusia, yakni ilmu pengetahuan dan keikhlasan (ayat pertama dan ketiga). Disinggung juga sifat-sifat Tuhan yang merupakan inti ajaran Islam.Demikian juga uraian sejarah yang yang diwakili oleh penjelasan tentang asal kejadian manusia. Ayat-ayat

Al-Qur‟an dalam berbagai surat dapat dikatakan menjelaskan pokok-pokok bahasan itu.9

Disisi ain dalam surat Al-Fatihah dapat ditemukan ayat yang dijadikan semacam indikator bahwa Al-Fatihah bukanlah wahyu yang pertama turun. Ayat yang dimaksud adalah ayat kelima:





Artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada

Engkaulah kami memohon pertolongan”.(Q.S. Al-Fatihah: 5) Kata kami (bentuk Jamak) memberi isyarat bahwa ayat ini baru turun setelah adanya komunitas muslim yang menyembah Allah secara

berjama‟ah. Ini tentu saja tidak terjadi pada awal kenabian, lebih-lebih pada

8

Ibid, hal: 6

9


(34)

awal penerimaan wahyu-wahyu Al-Qur‟an. Disamping itu kandungan surat ini jauh berbeda dengan kandungan surat-surat pertama pada umumnya berkisar tentang pengenalan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan pendidikan terhadap Nabi Muhammad SAW. Menurut M. Quraish Shihab, ia tidak menemukan informasi yang pasti tentang kapan persisnya surat ini turun. Ada riwayat yang menyatakan bahwa ia turun sesudah surat Al-Muddatsir, ada juga yang berpendapat turunnya sesudah surat Muzammil dan Al-Qalam.10 Sementara itu Mujahid termasuk pendapat yang tergesah-gesah, dan tampaknya ia hanya sendiri yang berpendapat demikian dan ulama lain, dan ulama lain menyangkalnya.11

Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa surat Al-Fatihah diturunkan dua kali, yaitu Mekkah dan Madinah dengan tujuan untuk memulihkan surat tersebut. Dalam hubungan ini Ibnu Katsir mengatakan bahwa surat Al-Fatihah ditunkan dua kali, sekali di Mekkah dan sekali lagi di Madinah. Sementara itu ada pula pendapat Abu al-Laits al-Samarqondi yang mengatakan bahwa sebagian lagi turun di Madinah. Namun pendapat yang terakhir ini sangat aneh (gharib jidan).

Dari berbagai pendapat diatas tentang tempat turunnya surat Al-Fatihah, tampak jelas bahwa yang paling kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa surat Al-Fatihah diturunkan di Mekkah. Namun

10

Ibid, hal: 6

11


(35)

demikian ini terdapat keterangan tentang sebab-sebab atau peristiwa yang menyertai turunnya surat Al-Fatuhah diturunkan di Mekkah. Namun, demikian tidak terdapat keterangan tentang sebab-sebab atau peristiwa yang menyertai turunnya surat Al-Fatihah itu, serta dalam situasi dan kondisi yang bagaimana surat itu turun, dan tahun berapa tepatnya surat itu turun, pertanyan ini belum ada riwayat yang menjelaskannya. Namun dari keterangan bahwa Surat Al-Fatihah itu turun pada awal disyari‟atkannya

Sholat, maka dapat diperkirakan pada saat Isro‟ Mi‟raj Nabi Muhammad

SAW, yang menurut sejarah disekitar satu tahun menjelang Rasulullah SAW pindah (hijrah) ke Madinah, yaitu pada tahun ke 13 dari kenabian Muhammad SAW.12

2. Keutamaan Surat Al-Fatihah

Surat Al-Fatihah ini memiliki banyak Fadhilah (keutamaan), seperti yang diterangkan dalam beberapa riwayat:

ْنَع ِنَْْرلا ِدْبَع ُنْب ُبْيَ بُخ َِِثدَح َلاَق َةَبْعُش ْنَع ََََْ اََ ثدَح ٌددَسُم اََ ثدَح

ٍمِصاَع ِنْب ِصْفَح

ِْيَلَع ُللا ىلَص ِللا ُلوُسَر ِِاَعَدَف ِدِجْسَمْلا ِِ يِلَصُأ ُتُْكَلاَق ىلَعُمْلا ِنْب ِديِعَس َِِأ ْنَع

ُللا ْلُقَ ي َََْأ َلاَقَ ف يِلَصُأ ُتُْك ِِِإ ِللا َلوُسَر اَي ُتْلُقَ ف ُْبِجُأ ْمَلَ ف َملَسَو

}

ْسا

ِلِل اوُبيِجَت

ْمُكيِيَُْ اَمِل ْمُكاَعَد اَذِإ ِلوُسرلِلَو

{

َلْبَ ق ِنآْرُقْلا ِِ ِرَوسلا ُمَظْعَأ َيِ ًةَروُس َك َمِلَعََُ ِِ َلاَق ُُ

12


(36)

َََْأ َُل ُتْلُ ق َجُرََْ ْنَأ َداَرَأ امَلَ ف يِدَيِب َذَخَأ ُُ ِدِجْسَمْلا ْنِم َجُرََْ ْنَأ

َيِ ًةَروُس َك َمِلَعََُ ْلُقَ ت

ُميِظَعْلا ُنآْرُقْلاَو ِِاَثَمْلا ُعْبسلا َيِ َنِمَلاَعْلا ِبَر ِلِل ُدْمَْْا َلاَق ِنآْرُقْلا ِِ ٍةَروُس ُمَظْعَأ

يِذلا

ُُتيِتوُأ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu'bah dia berkata; Telah menceritakan kepadaku Khubaib bin 'Abdur Rahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu Sa'id bin Al Mu'alla dia berkata; Suatu saat saya sedang melaksanakan shalat di masjid, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggilku namun saya tidak menjawab panggilannya hingga shalatku selesai. Setelah itu, saya menemui beliau dan berkata; "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sesungguhnya pada waktu itu saya sedang shalat." Beliau bersabda: "Bukankah Allah 'azza wajalla telah berfirman; 'Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu.'" Beliau bersabda lagi: "Sungguh, saya akan mengajarimu tentang surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an sebelum kamu keluar dari Masjid." Kemudian beliau memegang tanganku, dan saat beliau hendak keluar Masjid, saya pun berkata; "Bukankah engkau berjanji; 'Saya akan mengajarimu surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an.' Beliau menjawab; (Yaitu surat) AL HAMDU LILLAHI RABBIL 'AALAMIIN (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta Alam), ia adalah As Sab'u Al Matsani, dan Al Qur`an Al Azhim yang telah diwahyukan kepadaku.13

ْيَلَع ُللا ىلَص ِِِ لا َدِْع ٌدِعاَق ُليِِْْج اَمَْ يَ ب َلاَق ٍسابَع ِنْبا ْنَع

ِِقْوَ ف ْنِم اًضيِقَن َعََِ َملَسَو ِ

َم ُِْم َلَزَ َ ف َمْوَ يْلا َِإ طَق ْحَتْفُ ي ََْ َمْوَ يْلا َحِتُف ِءاَمسلا ْنِم ٌباَب اَذَ َلاَقَ ف َُسْأَر َعَفَرَ ف

َلاَقَ ف ٌكَل

َمْوَ يْلا َِإ طَق ْلِزَْ ي ََْ ِضْرََْا ََِإ َلَزَ ن ٌكَلَم اَذَ

اَمُهَ تْؤُ ي ََْ اَمُهَ تيِتوُأ ِنْيَروُِب ْرِشْبَأ َلاَقَو َملَسَف

.َُتيِطْعُأ َِإ اَمُهْ ِم ٍفْرَِِ َأَرْقَ ت ْنَل ِةَرَقَ بْلا ِةَروُس ُميِتاَوَخَو ِباَتِكْلا ُةَِِاَف َكَلْ بَ ق ٌَِِن

13 Abu Ahmad,


(37)

Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, "Ketika Jibril sedang duduk di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba ia mendengar suara di atas. Lalu ia mengangkat kepalanya seraya berkata, 'Ini suara pintu langit yang sekarang telah dibuka yang belum pernah dibuka kecuali sekarang.' Kemudian dari pintu tersebut, turunlah satu malaikat." Jibril berkata, "Ia itu adalah malaikat yang turun ke bumi dan ia tidak pernah turun ke bumi kecuali sekarang." Malaikat tersebut mengucapkan salam sambil berkata kepada Nabi Muhammad SAW, "Berbahagialah engkau hai Muhammad dengan dua cahaya yang telah dianugerahkan kepada engkau, di mana tidak ada seorang nabi pun yang diberikan selain engkau, yaitu surah Al Fatihah dan ayat-ayat terakhir surah Al Baqarah. Engkau tidak membaca satu huruf dari keduanya melainkan engkau akan diberi pahalanya dan apa yang ada dalam doa tersebut."

َأ ْنَع ِلِكَوَ تُمْلا َِِأ ْنَع ٍرْشِب َِِأ ْنَع ُةَبْعُش اََ ثدَح ٌرَدُْغ اََ ثدَح ٍراشَب ُنْب ُدمَُُ َِِثدَح

ٍديِعَس ِِ

َع اْوَ تَأ َملَسَو ِْيَلَع ُللا ىلَص ِِِلا ِباَحْصَأ ْنِم اًساَن نَأ َُْع ُللا َيِضَر ِيِرْدُْْا

ْنِم ٍيَح ىَل

َد ْنِم ْمُكَعَم ْلَ اوُلاَقَ ف َكِئَلوُأ ُدِيَس َغِدُل ْذِإ َكِلَذَك ْمُ اَمَْ يَ بَ ف ْمُوُرْقَ ي ْمَلَ ف ِبَرَعْلا ِءاَيْحَأ

ْوَأ ٍءاَو

َُل اوُلَعَجَف ًًْعُج اََل اوُلَعََْ ََح ُلَعْفَ ن َََو اَنوُرْقَ ت ََْ ْمُكنِإ اوُلاَقَ ف ٍقاَر

َلَعَجَف ِءاشلا ْنِم اًعيِطَق ْم

ْسَن ََح ُُذُخْأَن ََ اوُلاَقَ ف ِءاشلاِب اْوَ تَأَف َأَرَ بَ ف ُلِفْتَ يَو َُقاَزُ ب ُعَمَََْو ِنآْرُقْلا ِمُأِب ُأَرْقَ ي

ىلَص ِِ لا َلَأ

َكاَرْدَأ اَمَو َلاَقَو َكِحَضَف ُوُلَأَسَف َملَسَو ِْيَلَع ُللا

ٍمْهَسِب ِِ اوُبِرْضاَو اَوُذُخ ٌةَيْ قُر اَه نَأ

14

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Bisyr dari Abu Al Mutawakkil dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu bahwa beberapa orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengadakan suatu perjalanan, ketika mereka melewati salah satu perkampungan dari perkampungan Arab, orang-orang kampung tersebut tidak menerima mereka, ketika sikap mereka masih seperti itu seorang pemimpin mereka terkena sengatan kalajengking, lalu mereka pun berkata; "Apakah diantara kalian ada yang mempunyai obat, atau seorang yang bisa meruqyah?" lalu para sahabat Nabi pun berkata; "Sesungguhnya kalian tidak mau menerima kami, maka kamipun tidak akan melakukannya sehingga kalian memberikan imbalan kepada kami, " akhirnya mereka pun berjanji

14 Syekh M. Nashiruddin Al-Albani,


(38)

akan memberikan beberapa ekor kambing."Lalu seorang sahabat Nabi membaca Ummul Qur`an dan mengumpulkan ludahnya seraya meludahkan kepadanya hingga laki-laki itu sembuh, kemudian orang-orang kampung itu memberikan kepada para sahabat Nabi beberapa ekor kambing." Namun para sahabat Nabi berkata; "Kita tidak akan mengambilnya hingga kita bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang hal ini, " lalu mereka bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang pemberian itu hingga membuat beliau tertawa. Beliau bersabda: "Tidak tahukah bahwa itu ruqyah, ambillah pemberian tersebut dan berilah bagiannya untukku."15

Dari uraian dan dalil yang telah diterangkan diatas, berikut ini adalah keistimewaan dari surat Al-Fatihah:

a. Surat yang paling agung

b. Tidak terdapat dalam kitab Taurat, Injil dan Zabur c. Hanya diturunkan pada Nabi Muhammad SAW

a. Langsung mendapat jawaban dari Allah SWT, ketika seorang membacannya

d. Dengan membacanya maka kita akan aman dari bahaya. e. Sebagai obat sesuai dengan yang diniati pembaca Al-Fatihah.16 3. Tafsir Surat Al-Fatihah

Ayat 1







Artinya:“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang”

15

Abu Ahmad, kitab Shahih Bukhari, Bab 31, no hadits 5295 hal 215

16


(39)

Allah memulai kitab-Nya dengan bacaan Basmalah, dan memerintahkan Rasulullah SAW sejak dini pada wahyu yang epertama untuk melakukan pembacaan dan semua aktifitas dengan nama Allah, Iqra’ Bismi Rabbika, maka tidak keliru jika dikatakan manusia, pesan agar manusia memulai setiap aktifitasnya dengan nama Allah.17

Lafadz bismi asalnya adalah Al-Ismu, Mustaq dari lafadz Al-Summu yang artinya Al-Rif’ah (luhur), dan Al-Ubwu (tinggi).Ada yang mengatakan mustaq dari lafadz Al-Simah.18Menurut Syekh Muhammad Ali As-Shobuni pendapat yang assoh adalah pendapat yang pertama (mustaq dari lafadz Al-Summu) dan itu adalah pendapat para ulama Basroh.Karena jamaknya

adalah lafadz asmaa‟u firman Allah SWT, “walillahil asmaa‟ul husna” “dan

Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik).”

Al-Qurtubi berkata: yang terkenal dari ahli bahasa bahwa Bismillah berasal dari kata basmala, para ulama berbeda pendapat tentang penempatan huruf ba’ pada kalimat bismillah, sebagai perintah atau amr, yang takdirnya anta yang berarti engkau, yang pada awalnya kamlimat tersebut ibda’ bismillah “mulailah dengan membaca bismillah.”Begitulah pendapat Imam Al-Farra‟.

Sedangkan Az-Zujaj berpendapat bahwa penempatan huruf ba’ pada lafadz bismillah adalah sebagai khabar atau berita, yang takdirnya adalah

17

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 1, Op Cit, hal:11

18

Al-Qurtubi, Jaami’I Al-Ahkam Al Qur’an , juz 1, hal:100. Diterangkan juga oleh Syekh Muhammad Ali As-Sobuni dalam tafsirnya Rawa’iu Al-AbayanTafsir Ayat Ahkam Min


(40)

ana yang berarti aku.Pada awalnya ini berbunyi ibtida’tu bismillah yang

berarti “aku memulai dengan membaca bismillah”.19

Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian dari kata “Ismun”. Qurthrub berkata: “kata ISmun ditambahkan (ke dalam lafadz bismillah) untuk mengagungkan dan memuliakan Allah SWT, sedangkan Al-Akhfasy berkata, kata Ismun ditambahkan (kedalam lafadz Bismillah) untuk mengeluarkan (lafadz tersebut) dari bentuk kalimat sumpah ke bentuk kalimat meminta berkah. Sebab asal dari bismillah adalah billah.20 Abu

Ubaidah Ma‟mar bin al-Mutsanna berpendapat bahwa kata ismun (yang terdapat pada lafazh bismillah) adalah shillah tambahan.21

Lafadz bismillah ditulis tanpa huruf alif, karena sudah tercukupi oleh huruf Ba’ ilshaaq yang terdapat dalam lafadz dan tulisan bismillah.Hal ini

sudah banyak dilakukan. Berbeda halnya dengan firman Allah Iqra‟ Bismi Rabbika “Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu (Q.S. Al-Alaq; 1) pada firman Allah ini huruf alif tidak dibuang, karena jarang digunakan.

Sebagian ulam berbeda pendapat makna bismillah (dengan menyebut nama Allah) adalah Aku memulai dengan pertolongan, taufiq, dan keberkahan Allah SWT.22Huruf ba muta‟alaknya pada fi‟il yang dibuang, yang mencocoki pada keadaan si pembaca. Ketika seorang ingin membaca

19

Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal: 25 20

Tafzir Al Qurtubi, Op Cit, hal: 257 21

Ibid,hal: 256 22


(41)

sesuatu lalu ia memulai dengan bismillah. Maka artinya adalah aqro‟u mustainan bismillah.23

Lafadz Allah adalah merupakan nama Tuhan yang paling agung dan

popular, apabila kita berkata “Allah” maka apa yang kita ucapkan itu telah

mencakup semua nama-nama-Nya yang lain, sedangkan apabila kita mengucapkan nama-nama-Nya yang lain, misalnya Ar-Rahman, Al-Malik dan sebagainya, maka kita hanya menggambarkan sifat Rahman atau sifat kepemilikan-Nya saja.24 Tidak ada seorangpun selain Dia yang dinamai dengan nama Allah baik secara hakikat maupn Majaz, sedangkan sifat-sifat-Nya yang lain secara umum dapat dikatakan bisa disandang oleh Makhluk-makhlukNya. Oleh karena itu lafadz Allah ini tidak dijadikan tasniyah dan tidak pula dijadikan jamak. Secara tegas tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang menamai dirinya Allah, dalam firman-Nya dikatakan:





Artinya: “Sungguh Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka

sembahlah Aku…”. (Q.S.TAha: 14)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:





23

Ibid,hal: 256 24

Syekh Muhammad Ali As-Sobuni dalam tafsirnyaRawa’iu Al-Abayan Tafsir ayat Al-Ahkam Min Al-Qur’a , Juz 1, hal 15


(42)

Artinya: “Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama

dengan-Nya ?.”(Q.S. Maryam: 65)

Ayat ini dipahami oleh pakar Al-Qur‟an bermakna: “ Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini ? atau apakah engkau mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan sebagaimana pemilik nama itu (Allah) ?atau bermakna Apakah engkau mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini? juga dapat berarti Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia(yang patut disembah)?. Pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna sanggahan ini semuanya benar, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya itu yang berhak manyandang nama tersebut, sedangkan selain-Nya tidak ada bahkan tidak boleh.25

Abu ja‟far berkata: lafazh mengikuti bentuk kata fa‟laanyang berasal

dari akar kata rahima,dan mengikuti bentuk kata fa‟iil dari akar kata yang sama. Secara etimologi tidak seorangpun ahli bahasa yang memungkiri bahwa kata memiliki makna yang lebih spesifik dari pada kata meskipun keduanya berasal dari akar kata yang sama . Dari sisi riwayat ditemukan sejumlah pendapat yang berbeda:As-Sari bin Yahya At-Tamimi menceritakan kepadaku, dia berkata, Utsman bin Zufar menceritakan kepada

25


(43)

kami, dia berkata: aku mendengar Al-Arzami menakwilkan: dia berkata, meliputi seluruh makhluk, dan khusus untuk orang-orang beriman.26

Ayat 2









Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam.”

Imam Al-Qurthubi berpendangan bahwa (segala puji) dalam bahasa Arab adalah pujian/sanjungan yang sempurna, Alif dan Lam (pada kalimat adalah unuk istighraq (menghabiskan) terhadap segala bentuk pujian, karena Dialah yang memiliki nama-nama yang baik/indah dan sifat-sifat yang mulia. Dengan demikian dapat dipahami bahwa segala puji dan sanjungan hanya milik dan kepunyaan Allah, selain dari Allah tidak setupun dari makhluk ini yang pantas dan layak mendapat pujian.27

Al Malik artinya Adalah yang berkuasa, setiap orang yang menguasai sesuatu maka dialah rabb-nya. Rabb merupakan satu diantara nama-nama Allah yang mulia, Rabb dapat diartikan yang menciptakan, mengatur, memperbaiki, melindungi, yang melaksanakan, menghidup dan mematikan.Sedangkan biasa diartikan semesta alam.Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan al-alamiin.28

26

Tafsir Ath-Thabari, Op Cit, hal : 214

27

H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 36 28


(44)

Qatadah berpendapat bahwa al-alamiin adalah semua alam, segala yang ada selain Allah. Ibnu Abbas bekata bahwa al-aalamiin adalah jin dan manusia, berdasarkan surat al-furqan ayat pertama.











Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi

peringatan kepada seluruh alam.”(Q. S. Al-Furqan:1) Sedangkan hewan tidak termasuk kedalam ayat ini. Sementara

Al-farra‟ dan Abu Ubaidah berkata bahwa al-amiin adalah khusus untuk makhluk yang berakal, dan hal itu ada empat kelompok: Jin, manusia, malaikat, dan setan. Oleh karena itu hewan tidak termasuk didalamnya. Sedangkan Wahab bin Munabbih berkata : Sesungguhnya Allah memiliki delapan belas ribu alam, dunia ini adalah satu diantaranya.29

Abu Said Al-khudri berkata : Allah memiliki empat puluh ribu alam, dunia ini dari Timur sampai ke Baratnya adalah satu diantaranya. Abu Aliyah berkata: Jin adalah alam, manusia adalah alam, selain itu bagi empat penjuru bumi ini. Dan setiap penjuru ada seribu lima ratus alam. Semuanya itu Allah ciptakan agar mereka beribadah kepada Allah SWT.30

AYAT 3







29

Ibid, hal : 37 30 Ibid, hal : 37


(45)

Artinya: “Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ”

Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua sifat yang dimiliki Allah, dua nama diantara nama-nama yang indah (asmaul husna) yang dimiliki Allah. Kedua sifat ini berasal dari kata Ar-Rahman (kasih sayang) dalam bentuk kalimat mubalaghah, Ar-Rahman lebih dari Ar-Rahim, karena Ar-Rahman adalah adalah yang mempunyai kasih sayang yang mencangkup dan meliputi untuk semua makhluk yang ada didunia ini, sedangkan Ar-Rahim hanyalah diperuntukkan untuk orang-orang yang beriman diakhirat kelak. Ar-Rahim artinya bahwa Allah mempunyai sifat kasih sayang bagi orang-orang yang beriman kelak dihari kiamat.Demikianlah mayoritas pendapat para ulama.31

Di dalam salah satu firman-Nya Allah SWT telah menjanjikan bahwa Ar-Rahim (kasih sayang)Nya itu hanya diperuntukkan kepada para hamba-Nya yang beriman, firman Allah SWT.











Artinya: “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang).dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”(Al-Ahzab : 43).

AYAT 4

31


(46)











Artinya: “Yang menguasai hari pembalasan.”

Maha bekuasanya Allah pada hari itu, hari kiamat, bukan berarti pada hari-hari ini Allah tidak berkauasa.Kekuasaan Allah meliputi dunia dan akhirat.Hanya saja dikhususkannya kekuasaan pada hari itu (hari pembalasan), karena pada hari tersebut tidak ada seorang pun yang dapat berbuat apa-apa, bahkan berbicara pun tidak sanggup, kecuali orang-orang yang dikasih izin oleh Allah.32

As-Syaikh Muhammad Ali As-Sobuni mengomentari ayat Allah yang mulia ini dengan mengatakan :

“yakni Dialah Allah yang maha suci yang berkuasa untuk

memberikan balasan dan hisab (perhitungan), yang bertindak pada hari pembalasan itu sebagaimana tindakan seorang penguasa (raja) di dalam kekuasaan-Nya. yaitu hari ketika seorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.”33

Pada ayat yang lain Allah kembali menyebutkan tentang siapa sesungguhnya yang berkuasa pada hari yang dahsyat itu. Firman Allah SWT.

32

Ibid, hal : 40

33


(47)































Artinya: “ Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; yang Maha Pemurah. mereka tidak dapat

berbicara dengan Dia.”“ Pada hari, ketika ruh dan Para Malaikat

berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah;

dan ia mengucapkan kata yang benar.” Itulah hari yang pasti

terjadi.Maka Barangsiapa yang menghendaki, niscaya

iamenempuh jalan kembali kepada Tuhannya.”(An-Naba‟ : 37-39) (Yaumuddin), secara umum diterjemahkan dengan hari pembalasan. Sesungguhnya apa yang dimaksud dengan Yaumuddin itu sendiri sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:



































Artinya: “Dan Sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu.Tahukah kamu Apakah hari pembalasan itu?Sekali lagi, tahukah kamu Apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. dan segala

urusanpada hari itu dalam kekuasaan Allah.”(Al-Infithar : 14-19). (Yaumuddin), adalah salah satu diantara nama-nama Hari Kiamat yang berikan oleh Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur‟an.


(48)

Ayat 5





Artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada

Engkaulah kami memohon pertolongan.”

Ibadah adalah lambang ketundukan dan ketaatan yang paling tinggi. Sementara memohon pertolongan adalah bukti kelemahan seorang makhluk yang selalu membutuhkan bantuan dari sang pencipta yakni Allah SWT.

Dalam ayat tersebut mendahulukan maful bih yakni lafadz dari fi‟ilnya yakni

dan , hal tersebut memberikan arti takhsis (memberikan nuansa kekhususan), yakni kami khususkan ibadah hanya kepada-Mu dan kami khususkan mohon pertolongan hanya kepada-Mu.

Ayat yang mulia ini mengandung pengerian yang sangat dalam dan menyeluruh, karena didalamnya tertuang suatu ikrar (janji) seorang hamba kepada zat yang maha agung.Jika ikrar itu diucapkan dengan sadar, penuh penghayatan, tentulah hamba tersebut tidak akan terjerumus dalam kehinaan dan dosa.

Ayat 6







Artinya: “Tunjukilah selalu kami jalan yang lurus”

Menurut Ibnu Qoyyim al-Jauzi : kata Ihdina yang berarti “Tunjukilah selalu


(49)

yang berarti “Tuntunlah kami “. 3). Waffiqna, yang berarti “ berikanlah kami taufiq”. 4). Al-himma yang berarti “ Berilah kami ilham”.34

Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab ra menggatakan di dalam kitabnya

yang berjudul “ Tafsir al-Fatihah “, bahwa shirothol mustaqim itu adalah jalan yang jelas, jalan yang lurus, tidak bengkok. Dan yang dimaksud dengan demikian itu adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul, shirothol mustaqim juga mengandung makna jalan yang benar, jalan yang benar, jalan yang menjadi kebutuhan seorang hamba untuk selamat dari azab dan siksa, jalan yang dapat membawa manusia kepada kebahagiaan, ketenangan jiwa baik di dunia maupun

di akhirat. Ayat 7









Artinya: “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari

ajaran Islam “.

Ayat ini menyebutkan jalan yang baik, jalan yang lurus, jalan yang telah Allah SWT anugerahkan kepada para hamba-Nya, yaitu jalan yang telah ditempuh para Nabi, shidiqin,syuhada, dan shalihin. Sekiranya manusia memiliki banyak sifat yang tidak baik itu betul-betul butuh kepada shirothol

34


(50)

mustaqim,hendaklah manusia itu taat, patuhkepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan cara melaksanakan apa yang diperintahkannya secara maksimal, serta berusaha menjauhkan diri dari larangan Allah SWT.35

Pengulangan kata Shiroth (jalan) dimaksudkan untuk menegaskan dan memberitahukan bahwa jalan yang lurus itu adalah jalan kaum muslimin. Adapun mereka yang diberi Allah SWT nikmat dengan jalan itu adalah kelompok yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya :





























Artinya: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.(QS.An-Nissa‟:69)

4. Kandungan Surat Al-Fatihah a. Keimanan 36

Misi yang pertama kali dibawa Al-Qur‟an adalah keimanan yang dibawa melalui Nabi Muhammad SAW.Nabi-nabi dan rasul-rasul yang telah diutus sebelum Nabi Muhammad SAW pun menanamkan keimanan kepada umatnya.

35

Ibid,hal: 63 36

Irva , Ko sep Ibadah Dala Al-Qur’a Kajia “urat Al-Fatihah ayat 1- , “kripsi,UIN “yarif Hidayatullah, Jakarta,2004) hal 41


(51)

Keimanan yang dibawa oleh Al-Qur‟an meliputi keimanan kepada Allah, rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, hari akhirat, serta qada dan qadar.

Ketika Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, keimanan yang dibawa oleh rasul-rasul sebelumnya sudah kabur, bangsa Arab dan sekitarnya, walaupun sebagian dari mereka dulu pernah menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, mereka banyak yang berpindah kepercayaan menjadi penganut kepercayaan watsani, penyembah patung-patung dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat disekitar ka‟bah terdapat 360 buah patung. Kedatangan Al-qur‟an sebagai kita suci samawi untuk mensucikan akidah manusia dari kotoran-kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang semurni-murninya, yang tidak bercampur dengan kepercayaan-kepercayaan dan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur‟an.37

Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur‟an adalah akidah yang amat jelas dan tegas. Dapat dicapai oleh akal dan paling sempurna dibandingkan agama-agama selain agama Islam dan agama-agama yang datang sebelumnya.

Di dalam surat Al-Fatihah akidah tauhid ini didapat dalam ayat









Artinya: “ segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”


(52)

Semua pujian itu hanya untuk Allah dan yang berhak dipuji hanyalah Allah SWT karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.Seseorang apabila dipuji karena sifatnya yang mulia yang berada pada dirinya atau karena jasa-jasa baiknya, maka pada hakikatnya pujian tersebut hanya untuk Allah, karena Allahlah yang memiliki sifat-sifat sempurna yang memberikan kebaikan dan kemuliaan kepada manusia.Pernyataan inilah yang menjadi inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya.Keimanan kepada Allah SWT serta segala kesempurnaan-Nya, dan akidah tauhid yang semurni-murninya itu adalah salah satu dari ajaran Islam yang terpenting, sebab hal tersebut didalam ayat ini ditegaskan lagi bahwa Allah SWT adalah Rabb semesta alam.38

Kata Rabb selain memiliki arti “ Yang Memiliki” juga memiliki arti “ Pendidik” atau “ Pengasuh”. Dengan ini jelaslah bahwa sesuatu apapun

yang berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah SWT. Allah-lah yang telah menciptakannya, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang menyekutui Allah SWT.Sejalan dengan hal ini, jelaslah bahwa manusia itu amat kecil, dan jauh tempatnya namun tetap berada dibawah pengetahuan, lindungan, dan pemelliharaan Allah SWT.Allah SWT telah memberikan kepada makhluk-Nya suatu bentuk yang amat sempurna, wajib diperhatikan dan dipelajari oleh manusia


(53)

sebagai bentuk tafakkur manusia akan kekuasaan Allah SWT yang akan menghasilkan peningkatan kekuatan dalam keimanan dan ketakwaan. b. Ibadah

Didalam Al-Qur‟an Allah berfirman





Artinya: “hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan”

Di dalam aya tiyakanabudu, jika direnungi secara mendalam, maka seorang tidak akan pernah sempurna dalam penyembahannya kepada Allah SWT, namun karena sifat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ayat waiyyakanasta’insebagai bentuk rahmat Allah SWT yang diturunkan untuk hamba-hamba Nya, hingga manusia hanya selalu memohon pertolongan kepada Allah SWT. Jadi ayat tersebut diatas mengandung penafsiran ketauhidan dan rahmat Allah SWT untuk bekal peribadatan seorang manusia kepada Allah SWT.39







Artinya: “tunjukilah (selalu) kami kepada jalan yang lurus”

Sempurnanya agama Islam untuk kebahagiaan manusia dia alam dunia sampai akhirat, Allah SWT telah menetapkan batas-batas syariat yang


(1)

148

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian tentang pengaruh kegiatan fatihahan terhadap moral santri putri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan fatihahan di Pondok Pesantren mahasiswa al-jihad surabaya adalah sudah cukup baik. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan fatihahan sebesar 58%, Hal ini dibuktikan dengan sistem pelaksanaannya yang sangat baik, ketaqwaan, tata tertib, hingga sanksi bagi santi yang tidak melaksanakan kegiatan fatiahan. Namun sayangnya pembiasaan tersebut masih belum bisa menanamkan kepada individu santri untuk bisa benar-benar melaksanakan kegiatan fatihahan dengan sempurna. 2. Moral santri putri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya adalah

tergolong cukup baik. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh sebesar 62%. Namun jika ditelusuri lebih lanjut berdasarkan hasil interview dan observasi peneliti, maka dari kegiatan fatihahan yang dilaksanakan di pondok pesantren mahasiswa Al-Jihad Surabaya ini memiliki dampak yang sangat baik yakni santri lebih bertanggung jawab, disiplin, jujur, dan mempunyai rasa peduli dan empati.

3. Pengaruh kegiatan fatihahan terhadap moral santri putri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya adalah baik. Berdasarkan perhitungan regresi


(2)

149

linier sederhana bahwa semakin optimal pelaksanaan kegiatan fatihahan maka akan berpengaruh pada moral santri putri pondok pesantren mahasiswa Al-Jihad Surabaya. Hal ini berdasarkan hasil analisa data yang menyatakan bahwa terdapat 77,6% variabel moral santri dipengaruhi oleh variabel kegiatan fatihahan, sisanya sebesar 23,4% dipengaruhi oleh variabel lainya. Seperti latar belakang santri, keluarga, lingkungan masyarakat, dan sebagainya.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan simpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan fatihahan di Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya sudah baik. Dan peneliti berharap program kegiatan fatihahan tersebut terus ditingkatkan agar kegiatan fatihahan tersebut bisa benar-benar terlaksana dengan optimal, maka kepada para santri untuk melakukan kegiatan fatihahan atas kesadarannya sendiri, bukan atas peraturan pesantren.

2. Dalam menghadapi moral santri, hendaknya dilakukan pendekatan kepada para santri dengan nasihat-nasihat yang membangun namun ketegasan dan jika perlu sanksi yang tegas juga perlu untuk membentuk moral santri yang berakhlakul karimah.

3. Komunikasi dan koordinasi antara pondok pesantren dan wali murid atau orang tua santri diharapkan bisa ditingkatkan. Karena peran orang tua juga


(3)

150

sangat mempengaruhi santri ketika sedang berproses di pondok pesantren, khususnya dalam hal ini adalah menjaga keistiqamahan kegiatan fatihahan dan amalan amalan ubudiyah lainnya serta kontroling moral santri putri.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abduh Al Mannar, 2009, Ibadah dan Syariah, Surabaya: PT. pamator, Cet. Ke-1 Abu Ubaidah, Darwis, 2006, Tafsir al-Asas. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Ahmad Abu, TT, Shahih Bukhari, bab 9 no.hadits 4622. Beirut: ad-dar al ilmiyah, Ahmad, Abu, TT, kitab Shahih Bukhari, Bab 31, no hadits 5295. Beirut: ad-dar al

ilmiyah kairo, Cet. Ke-2

Al-Albani, Nashiruddin, TT, kitab Shohih Muslim, Bab 2, no.hadits 2103. Beirut: ad-dar al ilmiyah

Al-Qurtubi, 2010, Jaami’I Al-Ahkam Al Qur’an , juz 1. Jakarta: Anggota IKAPI. Amir Syarifudin, 2003, Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana, Cet. Ke-2 Anwar, Rosihan. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsini, 2006, ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Edisi Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta

As-Sobuni, Muhammad Ali, TT, Rawa’iu Al-Abayan Tafsir ayat Ahkam Min Al-Qur’an, Juz 1,

Bertens, 2000, Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

Departemen Agama RI, 2005, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung: Cv. Diponegoro

El-Banjari, Miftahur Rahman, 2016, 7 Kode Rahasia Al-fatihah, Jakarta, PT elex Media Komputindo

Hartati, Dkk, 2004, Islam Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Hotib, Ahmad, 2007, Sunan Ad- Darimi. Jakarta Selatan: Pustaka Azzam.


(5)

Husin Al Munawar, Said Agil, 2003, Aktuakisasi Nilai-nilai Al-Qur’an Dalam Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press

Irvan, Muhammad, 2004, Konsep Ibadah Dalam Al-Qur’an Kajian Surat Al-Fatihah ayat 1-7, Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

M. Quraisy Syihab, 2008, M. QURAISY SYIHAB MENJAWAB 1001 SOAL KEISLAMAN YANG PATUT ANDA KETAHUI. Jakarta: Lentera Hati, Cet. Ke-1 Monks, Dkk, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Gadja Mada University Press,

2006

Muda, Ahmad A. K., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Reality Publisher, 2006

Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya, 2003

Muhammad Ali As-Shabuni, Shafwatut Tafasir, juz 1, beirut: ad-dar al ilmiyah kairo Musa, Abu, 2005, Al-Qur’an dan Tafsirnya. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf

Muslim, Imam, tt, Shohih Bukhari, Bab 2, no.hadits 52, juz 1. Kairo beirut: ad-dar al ilmiyah

Natta, Abuddin, 2010, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Nur Indah, Meiliya, 2010, Statistik Deskritif dan Induktif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Partanto, Pius A, dkk, 2004, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola,

Poedjawiyatna, 2003, Etika Filsafat Tingkah Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Putra, Muhammad Syah, 2014, 9 Sunnah yang utama, Surabaya: Quntum Media, Rahardjo, M. Dawan, 2005, Pergulatan Dunia Pesantren, Jakarta: P3M,

Ridwan, Sunarto, 2009, Pengantar Statistika; Untuk Penenlitian Pendidikan, Sosial Ekonomi, komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Said Al Hasanain, Muhammad, 2016, Rahasia Al-Fatihah. Jakarta: PT.Serambi Semesta Distribusi

Salaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS (Contoh Kasus dan Pemecahannya). Yogyakarta: Andi Putra


(6)

Shihab, M. Quraish, 2002, Tafsir al-misbah. Jakarta:Lentera Hati, volume 1 Siradj, Sa’id Al dkk, 2004, Pesantren Masa Depan, Cirebon: Pustaka Hidayah, Siregar, Sofyan , 2013, Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Sudirman, 2012, Pilar-Pilar Islam, Malang: Uin Maliki.

Sugiono, 2007, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Bandung: Alfabeta

Suryabrata, Sumadi, 2008, Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada Syamsu, Yusuf, 2004, Psikologis Anak Dan Remaja, Bandung: PT. Rosdakarya

Syukur, Amin, 2003, Pengantar Study Islam. Semarang: CV.Bima Sakti Tjahjadi, Lili, 2011, Hukum Moral. Yogyakarta: Kanisius

http://yana-anggraini.blogspot.com/2012/10/perkebangan-moral-remaja.html(diakses pada 21 Desember 2016 pukul 13.12

http://zuhdidh.blogspot.co.id/2016/04/kirim-bacaan-al-fatihah-untuk.html (diakses pada 13 Desember 2016) pukul 08.42