PENGARUH PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP PERILAKU ANTISOSIAL DALAM BERKOMUNIKASI SISWA SMPN 22 SURABAYA.

(1)

PENGARUH PENGGUNAANSMARTPHONETERHADAP PERILAKU ANTISOSIAL DALAM BERKOMUNIKASI SISWA SMPN 22 SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh: Khusnul Hotimah

NIM. B06212055

PROGRAM STUDI IILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vii

ABSTRAK

Khusnul Hotimah, B06212055, 2016. Pengaruh penggunaan smartphone terhadap perilaku antisosial dalam berkomunikasi siswa SMPN 22 Surabaya.

Kata kunci: Smartphone, Perilaku Antisosial, Komunikasi, Pengaruh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan smartphone terhadap perilaku antisosial dalam berkomunikasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan penyebaran angket pada siswa SMPN 22 Surabaya. Subjek pada penelitian ini berjumlah 92 responden siswa SMP dari kelas 1 hingga kelas tiga, dengan teknik pengambilan sampel acak sederana. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh penggunaan smartphone dengan perilaku antisosial dalam berkomunikasi secara signifikan dibuktikan dengan koefisien korelasi 0,423 dengan signifikasi 0,000. Koefisien korelasi yang bertanda positif menunjukkan hubungan kedua variabel adalah searah atau berbanding lurus.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

KEASLIAN KARYA……….ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI...iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...v

KATA PENGANTAR...vi

ABSTRAKSI...vii

DAFTARISI...viii

DAFTAR BAGAN...ix

DAFAR DIAGRAM………...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR TABEL...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. RumusanMasalah...4

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...5

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu...6

F. Definisi Operasional...7

1.1 PenggunaanSmartphone...7

1.2 Perilaku Antisosial………...7

G. Kerangka Konsep dan Hipotensis...8

1.1Kerangka Konsep………..………...8

1.2Teori Efek Terbatas………..………..10

1.3Hipotesis……….11

H. Metode Penelitian...11

1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian...11

1.2 Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian...12

1.3 Teknik Sampling...12

1.4 Teknik Pengumpulan Data...15

1.5 Teknik Analisis Data...16

I. Sistematika Pembahasan...18

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka...20

1.1 Penggunaan Smartphone OlehPelajar……...20

1.2 Khusus Untuk Kalangan Remaja...21

1.3 PenggunaanSmartphoneSebagai Kebutuhan………....26


(8)

ix

1.5 Model Agresi Umum (GAM)……….37

1.6Perilaku Anisosial dalam Berkomunikasi………..39

B. Kajian Teori...41

1.1 Komunikasi Media Massa...41

1.2Efek Komunikasi Massa………43

1.3Teori Efek Terbatas………...44

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Lokasi, dan Subyek Penelitian...47

1.1 Deskripsi Subjek Penelitian...47

1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian...48

B. Deskripsi Data Penelitian...76

1.1 Jenis Data dan Sumber Data...74

A. Jenis Data...76

B. Sumber Data...76

C. Teknik Pengumpulan Data...76

D. Teknik Analisis Data...78

BAB IV ANALISA DATA A. Pengujian Hipotesis...83

1.1 Uji Validitas...84

1.2 Uji Reliabilitas...87

1.3 Uji Normalitas...89

1.4 Uji Regresi Linier Sederhana...90

B. Pembahasan Hasil Penelitian...94

1.1 Konfirmamsi Hasil Temuan Dengan Teori...95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...99

B. Saran...99

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan jaman dari waktu kewaktu, teknologi menjadi tombak penting sebagai sumber informasi dan sumber hiburan. Dengan teknologi segala hal menjadi mudah dan cepat. yang berarti dapat diakses dimana dan kapan saja dalam waktu yang singkat hal ini bisa disebut juga dengan media massa. Kebanjiran informasi dan hiburan bukan hal yang baru mengingat hal tersebut dapat mengalir hingga 24 jam. Konvergensi media adalah penggabungan antara media satu dengan media yang lain dengan tujuan mempermudah kehidupan manusia. Dalam buku sejarah sosial media Alan Stone menamakan konvergensi sebagai sebuah ‘perkawinan yang di langsungkan di surga’ antara computer, juga pasangan dalam perkawinan-perkawinan yang lain dan telekomunikasi.1

Handphoneadalah produk yang sangat pesat pada semua kalangan di masyarakat terutama pada mahasiswa. Dulu handphone hanya dapat digunakan untuk mengirim SMS (short message) dan ber telepohedengan orang lain. Namun seiring perubahan jaman dan kebutuhan yang meningkat maka handphone menjadi sebuah barang yang tidak dapat ditinggalkan, menjadi sebuah benda yang multifungsi disebut dengan smartphone. Smart=pandai/pintar, memang nama itu layak untuk

1

Asa Briggs dan Peter Burke,Sejarah Sosial Media, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2006)Hal:326


(10)

2

handphoneyang multifungsi, dapat mengakses apa saja dan memiliki fitur beragam. Mulai dari pemutar musik dan video, radio, TV, kamera dan yang paling diminati adalah jejaring sosial.

Smartphone tidak sulit untuk didapatkan, dengan harga yang terjangkau dan tipe yang bervariatif. Maka hampir semua kalangan memilikinya, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Hal ini menjadi sesuatu yang wajar mengingat faktor harga dan dapat ditemukan dimana saja. Serba ada dan serba bisa, dua kalimat yang diminati oleh pemakai smartphone. Meskipun penuh dengan kelebihan, teknologi satu ini menyimpan hal negatif bagi kehidupan sosial dan berkomunikasi. sifat multifungsi dan fitur lengkap membuat smartphone adalah segalanya, sehingga tidak dapat dipungkiri pengguna smartphone lemah akan bersosialisasi dan kurang berkomunikasi pada teman, orang tua dan masyarkat. Sebab bersosialisasi dapat digantikan dengan jejaring sosial yang mengumpulkan beberapa orang dalam satu ruang dimana ruang tersebut lebih dianggap menyenangkan bidandingkan bersosialisasi secra langsung, yang harus membuat janji untuk bertemu di jam dan waktu tertentu. Google, maps dan navigation adalah sedikit contoh dari fitur smartphone yang mana dapat mengurangi berkomunikasi dengan orang lain. Karena sebelum adanya fitur-fitur tersebut, orang-orang akan menanyakan alamat jalan pada orang, menanyakan materi pada dosen atau guru, bukan padagoogledan sebagainya.

Smartphonesemakain populer di Tanah Air. Ini diperkuat data data riset dari Google yang menunjukkan Indonesia mengalami pertumbuhan


(11)

3

sangat cepat dalam hal adopsi smartphone. Tercatat terjadi pertumbuhan dua kali lipat dari 14% menjadi 28% dalam tempo satu tahun terakhir.

Indonesia juga disebutkan merupakan salah satu dari 12 negara di dunia yang tingkat penggunaan smartphone-nya lebih tinggi daripada komputer dengan perbandingan 28% vs 15%. Faktanya, 62% pengguna di Indonesia yang disurvei mengatakan bahwa mereka memang hanya menggunakan smartphone dan tidak ada perangkat lainnya yang digunakan untuk mengakses Internet.2

Melihat peningkatan yang tajam pada pertumbuhan kepemilikan smartphone sebagai yang sudah dibahas diatas yaitu, dua kali lipat pada kurun waktu setahun, tidak menutup kemungkinan perilaku antisosial akan turut meningkat pula. Sedikit contoh perilaku antisosial yang dapat kita lihat pada kehidupn sehari-hari seperti, seorang anak yang memiliki smartphone akan lebih tertarik berbicara, chating bahkan curhat (curahan hati) dengan teman yang ada di sosial media-nya dibandingkan berbicara dengan orang tua, kakak ataupun adik. Jarang-nya komunikasi yang ada dalam keluaraga akan mempengaruhi kehidupan anak. Anak lebih suka dan lebih percya pada ucapan teman dibandingkan keluarga, tidak hanya itu intensitas berkomunikasi pun akan berkurang. Hal ini menunjukan bahwa smartphone dapat mempengaruhi perilaku antisosial dalam berkomunikasi pada anak. Seharusnya keluarga adalah kelompok primer yang terdekat dibandingkan orang lain. Peran kelompok primer dalam kehidupan individu besar sekali karena di dalam kelompok primer itu

2

http://selular.id/news/e-commerce/2015/03/google-pengguna-smartphone-di-indonesia-gemar-belanja/


(12)

4

manusia pertama-tama berkembang dan di didik sebagai makhluk sosial. Disini ia memperoleh kerangkanya yang memungkinkannya untuk mengembangkan sifat-sifat sosialnya, antara lain mengindahkan norma-norma, melepaskan kepentingan dirinya demi kepentingan sosialnya, belajar bekerjasama dengan individu-individu lainnya, dan mengembangkan kecakapan guna kepentingan kelompok.3

Untuk perilaku antisosial jumlah total responden 37 responden yang terdiri dari 18 responden laki-laki dan 19 responden perempuan, Didapatkan

bahwa dari 18 responden laki-laki yang mengalami gangguan perilaku antisosial adalah sebanyak 15 responden (40,5%) dan yang tidak mengalami gangguan perilaku antisosial 3 responden (8,1%). Sedangkan pada 19 responden perempuan yang mengalami gangguan perilaku antisosial adalah sebanyak 9 responden (24,3%) dan yang tidak mengalami gangguan perilaku antisosial sebanyak 10 responden (27,0%).4

B. Rumusan Masalah

Adapaun rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh penggunaan smartphone terhadap perilaku antisosial dalam berkomunikasi?

3

W.A Gerungan,Psikologi Sosial, (Bandung; Refika Aditama,2002)Hal.86

4

Muhammad Dwi Panji Baskoro,Hubungan Antara Depresi Dengan Perilaku Antisosial Pada Remaja di Sekolah, Artikel Karya Tulis Imiah Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Tahun 2010.


(13)

5

2. Jika ada, seberapa besar pengaruh penggunaan smartphone terhadap perilaku anti sosialdalam berkomunikasi?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah peneliti susun maka tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan smartphone terhadap perilaku antisosial dalam berkomunikasi.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan smartphone terhadap perilaku antisosial dalam berkomunikasi.

D. Manfaaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi semua pihak akademisi, khususnya bagi para ilmuwan yang bergerak dalam bidang ilmu komunikasi. Sehingga dapat dijadikan bahan rujukan bilamana akan dilakukan penelitian yang lebih mendalam pada masalah penelitian ilmu komunikasi khususnya mengenai pengaruh penggunaan smartphone terhadap perilaku antisosial dalam berkomunikasi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan wacana bagi para orang tua, guru dan remaja, tentang bagaimana


(14)

6

mengurangi penggunaan smartphone agar tidak terjerumus dalam antisosial dalam berkomunikasi.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Nama : Bayu Firdaus

Judul : Dampak penggunaan smartphone terhadap interaksi sosial dikalangan mahasiswa jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Usuludin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tahun : 2015 Metode : Kualitatif

Hasil : Smartphone memiliki peran yang penting bagi mahasiawa jurusan Sosiologi Agama Fakultas Usuludin dan Pemikiran Islam dalam aktifitas sehari-hari. Smartphone juga dilengkapi dengan fitur-fitur sosial yang dijadikan perantara dam berinteraksi dengan sesama selain itu para mahasiswa juga menggunakan smartphone sebagai salah satu penunjang pembelajaran. Smartphone dapat mempengaruhi proses interaksi sosial mahasiswa jurusan Sosiologi Agama Fakultas Usuludin dan Pemikiran Islam. Smartphone menjadikan mahasiswa malas untuk berkomunikasi secara langsung. Selain itu smartphone juga dapat menghingkan rasa solidaritas dan rasa hormat mereka kepada sesama, bahkan yang lebih tua karena tidak menghargai saat berkomunikasi.

Pada penelitian yang dibuat oleh Firdaus memiliki beberapa perbedaan yaitu, dari obyek yang meneliti mahasiswa, sistematika penelitian dengan kualitatif dan fokus pembahasan pada interaksi sosial.


(15)

7

F. Definisi Operasional

1.1 PenggunaanSmartphone

Penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu; pemakaian: kita harus menggalakkan.5Jadi kata penggunaan adalah kata yang tidak dapat berdiri sendiri, yang harus dibantu oleh obyek suatu benda.

Smartphone Menurut Gary B, Thomas J & Misty E, 2007,“smartphone adalah telepon yang internet enabled yang biasanya menyediakan fungsi Personal Digital Assistant (PDA), seperti fungsi

kalender, buku agenda, buku alamat, kalkulator, dan catatan”.

Penggunaan smartphone, berarti perbuatan mengunakan smartphone sebagai alat bantu untuk mempermudah dalam menjalankan/mengerjakan sesuatu, baik dari segi entertaiment, education, pengingat dan berkomunikasi.

1.2 Perilaku Antisosial

Dalam konteks penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, sikap dan perilaku yang digolongkan sebagai perilaku anti sosial adalah: antipati terhadap lingkunngan sekitar, adiksi berlebihan terhadap konsumsi media, serta perilaku kriminal siber yang terjadi melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi seperti pelecehan sekksual, penipuan, dan perilaki yang merugikan pihak lain.6

Antisosial menurut Baron & Richardson adalah setiap bentuk perilaku yang bertujuan mencelakai atau mencederai makhluk hidup lain yang 5

http://kbbi.web.id/ 6


(16)

8

termotifasi untuk menghindari perlakuan semacam itu. 7 Komunikasi merupakan pertukaran sebuah pemikiran atau gagasan. Asumsinya adalah sebuah pemikiran atau gagasan berhasil ditukarkan.8Jadi berkomunikasi adalah proses bertukar pemikiran dengan kelompok atau individu yang memiliki kepentingan tersendiri. Di dalam media tidak dapat dipungkiri jika terjadi tindakan-tindakan kriminal cyber, seperti pencemaran nama baik dengan mengedit foto dengan senonoh atau mencemarkan nama baik seseorang melalui sosial media dengan postingan fitnah. Dan dalam komunikasi secara langsung perilaku antisosial dapat dilihat dari berbicara tidak sopan pada orang lain, melakukan tindakan-tindakan pelecehan dalam bentuk non verbal seperi menkedipkan mata pada seorang wanita yang baru saja dikenal hingga menyentuh serta melaklukan hal-hal yang tidak beradab.

G. Kerangka Konsep dan Hipotesis 1.1 Kerangka Konsep

Perilaku remaja yang menggunakan smartphone semakin mengkhawatirkan, karena menggunakan smartphonesecara berlebihan memiiki dampak kecanduan, dari kebiasaan akan membuahkan hasil kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang umunya diakukan dengan bertanya, berkomunikasi ataupun beinteraksi semakin samar dirasa. Karena smartphone sudah dapat menjawab apa yang ditanyakan

7

Jenny Mercer & Debbie Clayton,Psikologi Sosial,( Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012). Hlm 139

8

Stephen W. Little Jhon & Keren A. Foss.Teori Komunikasi, (Jakarta ; PT Salemba Humanika, 2009), Hlm 4-5


(17)

9

melalui google, berkomunikasi melalui sosial media dan lain sebagainya.

Dari kebiasaan ini dapat memicu untuk jarang berkomunikasi satu dengan yang lain secara langsung. Terlalu sibuk dengan sosial media dan dunia maya hingga lupa bahwa masih ada banyak hal yang harus dikerjakan. Ruang maya tidak seperti televisi tapi mirip sebuuah bacaan yang tidak disensor, tidak dijaga oleh penjaga pintu, namun ia tidak dapat melarikan diri dari akumulasi sejarah, ilusi dan realitas langsung berhubungan, tapi tidak memiliki hubungan yang jelas.9 Menjadi sosok antisosial bukan sebuah pilihan, namun karena keterbisaan berbicara di media, fokus pada sosmed (sosial media) dan menganggap smartphone memiliki dunia yang lebih mengasikan dibandingkan dunia nyata.

Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik konsep seperti berikut

Bagan 1.1 Kerangka Konsep

9

Asa Briggs Dan Peter Burke,Sejarah Sosial Media, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2006)Hal:393

Variable X: Penggunaansmartphone

Indikator : 1. Frekuensi penggunaan

smartphone

2. Intensitas penggunaan

smartphone

3. Frekuensi kebutuhan

smartphone

Variable Y: Perilaku antisosial dalam

berkomunikasi Indikator :

1. Adiksi dan ketergantungan yang berlebihan

2. Perilaku merugikan diri sendiri dan pihak lain 3. Antipati dalam lingkungan


(18)

10

Smartphone memiliki fitur yang multifungsi, segalanya ada dalam satu benda minimalis. Benda ini memiliki daya tarik yang tersendiri bagi masyrakat hingga semua kalangan memilikinya. Dari faktor menyenangkan, mudah dibawa dan serba ada. Ketiga faktor itulah yang membuat penggunanya lupa dengan waktu, terbiasa kemudian kecanduan. Akibatnya antisosial karena terlalu sering bermain dengan smartphone.

1.2 Teori Efek Terbatas

Teori efek terbatas merupakan teori yang berbanding terbalik dengan teori jarum hipodermik atauBullet theory/Hypodermic needles. Teori ini berpendapat bahwa media massa dianggap memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga khalayak tidak mampu membendung informasi yang dilancarkannya. Khalayak dianggap pasif, tidak mampu bereaksi apapun kecuali hanya menerima begitu saja semua pesan yang disampaikan media massa. Penggambaran kekuatan media massa yang begitu besar menyebabkan teori media massa awal ini kemudian dijuluki teori peluru atau bullet theory, jarum hipodermis atau teori jarum suntik“hypodermic needles theory”.

Banyaknya kritik terhadap teori jarum hipodermik atauhypodermic needles theory yakni yang menekankan pada kekuatan media untuk mengubah perilaku ini, telah memunculkan teori baru yakni limited effect theory atau teori efek terbatas. Penelitian-penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa sesungguhnya media massa memiliki efek yang kecil dalam mengubah perilaku. Hal ini dikemukakan


(19)

11

Hovland dalam penelitiannya mengenai efek film pada militer yaitu bahwa proses komunikasi massa hanyalah melakukan transfer informasi pada khalayak dan bukannya mengubah perilaku sehingga perubahan yang terjadi hanyalah sebatas pada kognisi saja.10Terbatasnya efek komunikasi massa hanya pada taraf kognisi dan (afeksi) ini menyebabkan teori aliran baru ini disebut sebagai limited effect theoryatau teori efek terbatas.

1.3 Hipotesis

H0: Tidak ada pengaruh penggunaansmartphoneterhadap perilaku

antisosial dalam berkomunikasi.

Ha : Ada pengaruh penggunaan smartphone terhadap perilaku

antisosial dalam berkomunikasi.

H. Metode Penelitian

1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekan kuantitatif dengan metode deskriptif dan analisis potret data.

10

Little Jhon, Stephen W & A. Foss, Keren. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: PT Salemba Humanika.hal 332


(20)

12

Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.11

1.2 Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Subyek, pada penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII,VIII dan IX yang menggunakansmartphonesebagai alat serba bisa dan serba ada. Obyek, yaitu perilaku antisosial dalam berkomunikasi. Lokasi Penelitian, peneliti menentukan lokasi penelitian pada SMPN 22 Surabaya. Jl. Gayung Sari Barat X No.38, Gayungan Kota Surabaya.

1.3 Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.12Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya.

Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode Simple Random Sampling yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengambil sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi, karena

11

Sugiyono, MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,(Bandung:Alfabeta,2012), hlm.7.

12


(21)

13

anggota populasi dianggap homogen dan keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diplih.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 22 Surabaya dengan total 1.143 siswa.

Rumusan n = ( )

n : jumlah sampel yang dicari N : jumlah populasi

d : nilai presisi 90% atau α=0,1

dan perhitungannya sebagai berikut :

( ) =

.

. ( , ) =

.

. ( , ) =

.

, = 91,95

Dengan demikian, maka dari jumlah populasi 1.143 diperoleh ukuran sampel sebesar 91,95 atau 92 sampel penelitian.

Variabel dan Data

Dari judul yang sudah ditetapkan sebelumnya maka dapat disimpulkan variabel X dan Y sebagai berikut :

Variable X : Penggunaansmartphone Indikator :

a. Frekuensi penggunaansmartphone - Berkomunikasi

- Membuka sosial media - Pemakaian paket data - Pembelian pulsa


(22)

14

- Berapa lama waktu yang dihabiskan c. Frekuensi kebutuhansmartphoone

- Informasi - Edukasi - Hiburan - Komunikasi

Variable Y: Perilaku antisosial dalam berkomunikasi Indikator :

a. Mengacuhkan orang disekitar b. Menyembunikan identitas diri

c. Menggunakan pesan yang menyakiti/merugikan orang lain d. Menghindari pertmuan secara langsung

No Indikator X

Penggunaansmartphone

Item No 1.

2. 3.

Frekuensi penggunaansmartphone Intensitas penggunaansmartphone Frekuensi kebutuhansmartphone

1-12 13-15 16-23


(23)

15

No Indikator Y

Perilaku antisosial dalam berkomunikasi

Item No

1. 2. 3.

4.

5.

Mengacuhkan orang disekitar Menyembunyikan identitas diri

Menggunakan pesan yang menyakiti orang lain

Menghindari pertemuan secacra langsung

Menghindari berbicara secara langsung 24 25-28 29-30

31-32

33-40

1.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi yang mendukung tujuan penelitian, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai beikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Kuesioner yaitu membuat daftar pertanyaan tertulis kepada masyarakat yang menjadi responden

b. Wawancara dengan responden yang diteliti secara langsung.


(24)

16

c. Observa si yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung ke lapangan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi dan bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini ilakukan dengan cara:

a) Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b) Studi Dokumenter yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan daerah terkait.

1.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji hubungan/pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan perhitungan statistik.


(25)

17

1. Uji regresi linier sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.

Rumus regresi linear sederhana sebagi berikut:

Y’ = a + bX

Keterangan:

Y’= Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X = Variabel independen

a= Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

b =Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan Rumus dibawah ini :

a = (Σy) (Σx²) –(Σx) (Σxy) n(Σx²) – (Σx)²

b= n(Σxy) – (Σx) (Σy) n(Σx²) – (Σx)²


(26)

18

Uji signifikasi adalah uji yang dilakukan untuk menentukan hipotesa diterima atau ditolak. Uji signifikasi ini dilakukan

terhadap hipotesis nol (Ho) yang berbunyi: “Tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y”. Ho ditolak apabila nilai

thitung lebih besar dari harga ttabel (t hitung > tabel), dan diterima bila harga thitung lebih kecil dari harga t tabel (t hitung < tabel). Rumusnya :

Kriteria pengujian adalah:

- jika harga t hitung < t tabel maka hipotesis alternative ditolak - jika harga thitung >t tabel maka hipotesis alternative diterima.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang cukup jelas tentang penelitian ini maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi mengenai informasi materi serta hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun sistematika penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yakni yang mengemukakan latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi operasional, kerangka teori dan hipotesis dan sistematika pembahasan.


(27)

19

BAB III : Penyajian data, Mengemukakan deskripsi subjek, lokasi penelitian dan mendeskripsikan data penelitian.

BAB IV : Analisis data, menjelaskan pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V : Penutup, memaparkan mengenai kesimpulan dan rekomendasi peneliti.


(28)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1.1 PenggunaanSmartphoneoleh Pelajar

Penggunaan merupakan kata hasil imbuhan pe-an, hakekat kata murni nya adalah guna yang memiliki arti manfaat. Apabila kata guna diberi awalan pe dan akhiran an, maka memiliki arti proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu; pemakaian: kita harus menggalakkan.12

Pengertiansmartphoneatau Ponsel cerdas adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan dengan pengunaan dan fungsi yang menyerupai komputer. Belum ada standar pabrik yang menentukan arti ponsel cerdas. Bagi beberapa orang, ponsel cerdas merupakan telepon yang bekerja menggunakan seluruh perangkat lunak sistem operasi yang menyediakan hubungan standar dan mendasar bagi pengembang aplikasi. Bagi yang lainnya, ponsel cerdas hanyalah merupakan sebuah telepon yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat elektronik), internet dan kemampuan membaca buku elektronik (e-book) atau terdapat papan ketik (baik sebagaimana jadi maupun dihubung keluar) dan penyambung VGA. Dengan kata lain, ponsel cerdas merupakan komputer kecil yang mempunyai kemampuan sebuah telepon.

Pertumbuhan permintaan akan alat canggih yang mudah dibawa ke mana-mana membuat kemajuan besar dalam pemroses, pengingat, layar

✂✄


(29)

☎ ✆

dan sistem operasi yang di luar dari jalur telepon genggam sejak beberapa tahun ini.13

1.2 Khusus Untuk Kalangan Remaja

Tergantung pada kematangan secara seksual yang dimaksud dengan remaja adalah para gadis berusia 13 smapai 17 tahun dan 14 tahun smapai 17 tahun bagi laki-laki. Ketika remaja muda sudah menginjak usia 17 tahun sampai 18 tahun, mereka disebut sebagai golongan muda atau pemuda-pemudi. Sikap-perilaku mereka rata-rata hampir seperti orang dewasa, meskipun dalam segi mental belum mencukupi untuk kriteria dewasa, kebanyakan dari mereka berharap untuk disebut sebagai sosok yang sudah dewasa dimata masyarakat.

Remaja termasuk kedalam kalangan yang transisional, artinya keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat sementara. Dari sifat sementara itu para remaja masih mencari identitasnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari sudut kepribadian-nya, maka remaja memiliki berbagai cirri-ciri tertentu baik yang berupa spiritual maupun badaniah.14Contoh ciri-ciri itu adalah:

1. Perkembangan fisik yang pesat; Ciri-ciri fisik sebagai laki-laki atau wanita tampak semakin tegas, yang mana secara efektif ditonjolkan oleh para remaja, sehingga perhatian terhadap jenis kelamin lain semakin meningkat. Oleh remaja perkembangan fisik yang dianggap sebagai salah satu kebanggaan.

✝✞

https://id.wikipedia.org/wiki/Ponsel_cerdas#Sejarah ✝✟


(30)

✠✠

2. Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa atau yang dianggap lebih matang pribadinya. Terkadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu mengakibatkan masyarakat menganggap remaja sudah dewasa.

3. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayan dari kalangan dewasa, walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relative belum matang.

4. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial ekonomis maupun politis, dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah.

5. Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam arti netral) untuk mendapatkan identitas diri.

6. Menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi dalam kebutuhan atau keinginannya, yang tidak selalu sama dengan sistem kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa.

Ciri-ciri diatas adalah sebuah petunjuk yang membenarkan bahwa para remaja masih belum dapat menentukan identitas diri mereka, maka dari itu sangat dibutuhkan sosok pembimbing agar para remaja tidak salah jalan dalam berperilaku, bertindak ataupun berbicara.

Hal-hal yang dianggap aneh oleh kalangan dewasa yang dilakukan oleh remaja adalah:


(31)

✡ ☛

1. Kalangan remaja berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan situasi, akan tetapi dengan cara-caranya sendiri. Apabila hal itu tercapai, maka mereka akan merasakan kebahagiaan.

2. Pola sikap tindak yang diakui dan dihargai oleh sesama remaja (biasanya dalam kelompok sepermainan atau per group) dianggap sebagai suatu pengakuan terhadap superioritas. Pengakuan terhadap eksistensi sangat dipentingkan oleh para remaja.

3. Berbagai saluran rasa ketegangan diciptakan oleh kalangan remaja, misalnya membunyikan radio atau musik dengan volume tinggi, tertawa terbahak-bahak (terhadap lelucon yang konyol), begadang dengan teman-teman, mengemudikan kendaraan bermotor dengan melanggar aturan lalu lintas, dan lain sebagainya.

4. Mencoba membuat ciri identitas sendiri, misalnya, mengembangkan bahasa khusus yang sulit dimengerti oleh orang-orang umum. Terkadang mereka berusaha menciptakan kebudayaan khusus melalui pola perilaku tertentu yang tidak sama dengan orang dewasa.

Melihat hal-hal yang dapat dilakukan para remaja untuk mencari identitas diri kemudian untuk eksistensi maka bimbingan untuk mencapai hal tersebut sangat perlu, tanpa adanya bimbingan yang benar, akan terjadi kesulitan pada hubungan-hubungan dengan orang tua, kerabat, tetanngga,


(32)

☞ ✌

guru-guru disekolah dan sebagainya. Kebanyakan dari remaja mengharapakan bimbingan dari orang tua mereka sediri, yang akan menjadi tokoh utama ideal sebagai panutan. Apabila harapan tidak terpenuhi maka akan terjadi frustasi, yang mungkin mengakibatkan terjadinnya:

1. sikap agresif.

2. mencari-cari kambing hitam yang sebenarnya merupakan korban yang tidak bersalah.

3. Mengundurkan diri, misalnya, banyak berangan-angan atau melamun.

4. Regresi, yakni melakukan hal-hal yang dimasa lampau memuaskan dirinya.

5. Mengurangi aspirasi atau sebagainya.

Hubungan orang tua dengan remaja, memiliki beberapa kategori masalah sangat sulit, sulit, agak sulit. Kemampuan para orang tua untuk mengatasi masalah-masalah pada anak mereka pada saat menginjak remaja dipengaruhi oleh faktor keadaan sosial-ekonomi, mental, lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial dan sebagainnya.

Masalah-masalah yang biasanya menyebabkan terjadinya kesulitan hubungan orang tua dengan putra atau putrinya yang masih remaja adalah sebagai berikut15:

1. Sangat sulit :

a. Masalah seksual

✍✎


(33)

✏ ✑

b. Penyalahgunaan narkotika

c. Kebiasaan minum-minuman keras d. Penyelewengan

2. Sulit :

a. Memilih jenis pendidikan/sekolah b. Masalah penggunaan uang

c. Pemakaian kendaraan bermotor

d. Pergaulan dengan teman sejenis dan berlawan jenis e. Rekreasi

f. Penggunaan waktu luang secara efektif g. Pemilihan hobi yang bermanfaat

h. Tanggung jawab mengurus milik sendiri i. Tatacara berpakaian

j. Hubungan dengan keraban 3. Agak sulit :

a. Kebiasaan makan bersama-sama dan sopan santunnya b. Masalah-masalah politik

c. Privacy

Apabila kesulitan-kesulitan diatas tidak dapat tertanggulangi, maka besar kemungkinan remaja merasa tidak senang, sehingga mereka akan mengalami hal-hal sebagai berikut :

1. Disorganisasi perilaku 2. Bersikap murung


(34)

✒6

4. Bersikap antisosial 5. Menderita kesepian

6. Masa bodoh akan kemajuan diri

7. Senang mengkambing hitamkan orang lain 8. Melarikan diri dari kenyataan yang dihadapinya

Ke-8 akibat yang akan terjadi apabila orang tua tidak memiliki hubungan yang baik sesuai keinginan para anak-anak mereka yang beranjak remaja. Pada posisi ke-4 terdapat bersikap antisosial. Antisosial disini disangkutkan dengan dampak penggunaan smartphone yang berlandaskan degan hal-hal yang dilakukan para remaja.

Smartphone semakin marak diseluruh penjuruh kalangan masyarakat, terutama pada remaja. Hal ini bisa terjadi karena dengan alasan kebutuhan,life style,dan lingkungan.

1.3 PenggunaanSmartphoneSebagai Kebutuhan

Menggunakansmartphoneadalah sebuah kebutuhan, baik dari segi informasi, komunikasi, hiburan dan edukasi yang disajikan dengan banyak variasi aplikasi yang dapat diakses dengan sangat mudah dan cepat. Namun dampak negatif yang akan dirasa adalah;

1. Informasi; akan ada saat dimana para penikmat informasi pada smartphone akan mengalami kebanjiran informasi, karena informasi akan selalu up-to date setiap detik. Kebingungan akan berita aktual yang benar-benar terjadi atau hanya agenda setting media. Anak-anak usia remaja akan dibingungkan dengan apa yang benar dan bagaimana yang salah.


(35)

✓ ✔

2. Komunikasi; dengan berbagai aplikasi yang ditawarkan secara mudah dan gratis oleh smartphone yang hanya menggunakan jaringan internet, maka komunikasi sangat mudah dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan biaya hampir gratis. Apabila para remaja lebih suka menggunakan smartphone untuk berkomunikasi maka perilaku antisosial dalam berkomunikasi tidak dapat dihindari.

3. Hiburan; menjadi sangat mudah apabila terdapat dalam smartphone, dimanapun dapat merasakannya dengan sifat smartphone yang mudah dibawa. Ketika merasakan hiburan yang ada pada smartphone lebih menyenangkan dibandingkan dengan hal lain seperti jalan-jalan, piknik ataupun bercanda dengan keluarga atau teman sebaya, tidak menutup kemungkinan akan ada jarak antara seseorang dengan orang lain.

4. Edukasi; Google adalah satu nama yang sangat terkenal perihal memberikan informasi, baik yang bersifat hiburan, informamsi dan edukasi (google cendikiana). Bertanya tentang segala hal dapat dijawab oleh google dengan jangka waktu yang relatife cepat, dalam dunia pendidikan sangat baik untuk membantu anak untuk belajar, namun kita tidak tahu apabila anak tersebut meniru/mencontek/mengcopy-paste tulisan atau artikel yang ada, akan terjadi plagitism. Mungkin mereka tidak sadar akan


(36)

✕8

apa yang telah dilakukan memberikan dampak mengurangi kreatifitas dan inovasi.

Gaya hidup merupakan salah satu alasan para remaja menggunakan smartphone, karena dianggap sebagai benda yang sedang trend pada masa kini. Belum dapat dibilang anak gaul apabila tidak memiliki smartphone, dari anggapan inilah beberapa remaja meminta bahkan memaksa pada orang tua untuk membelikannya agar tidak dipandang sebagai anak kulot atau kuno. Tidak berhenti disitu saja bahkan jenis atau merek smartphone juga menjadi pengaruh seberapa keren dan bergengsinya telepon genggam mereka. Akibatnya tidak sedikit yang

berfikiran “merek hape menunjukan status sosial” semakin mewah merek dan kualitas sebuah smartphone maka dipandang sebagai orang kalangan atas atau kaya.

Lingkungan sangat berpengaruh dalam kehidupan terutama pada remaja yang belum memiliki pemikiran yang matang seutuhnya. Sangat wajar apabila sosok remaja sangat terpengaruh dalam suatu lingkungan tertentu. Misalnya dalam lingkungan sekolah SMP, beberapa anak memiliki smartphone, maka tidak menutup kemungkinan anak yang lain tertarik kemudian akan membelismartphonejuga. Proses saling pengaruh-mempengaruhi melibatkan unsur-unsur baik dan benar serta unsur-unsur yang salah dan buruk. Unsur manakah yang lebih berpengaruh, biasanya tergantung dari mentalitas pihak yang menerimanya. Artinya, sampaisejauh manakah pihak penerima mampu untuk menyaring


(37)

✖9

unsur dari luar yang diterimanya melalui proses pengaruh-mempengaruhi.16

Penggunaan smartphone yang intens, secara terus-menerus atau berlebihan akan menumbuhkan rasaaddict (kecanduan). Kecanduan disini memiliki arti tidak dapat melakukan sesuatu hal tanpa smartphone, meskipun dapat mungkin tidak maksimal dalam menjalani aktifitas sehari-hari.

Beberapa bentuk perilaku kecanduan antara lain :

a. Seseorang akan merasa ada yang kurang atau hilang apabila tidak membawa smartphone, tidak hanya itu perasaan kesepian ketidak adanya fitur cerdas didekatnya.

b. Merasa cupu atau kurang pergaulan, perasaan ini pasti akan dirasakan apabila tidak menggunakan sosial media yang sedang marak digunakan.

c. Kurang informasi yang up to-date, karena informasi sangat mudah didapat dengansmartphone.

d. Dengan adanya perasaan yang muncul diatas tentu akan mengurangi rasa percaya diri seseorang, sehubungan smartphonetermasuk kedalam kategorilife style.

Orang tua merasa terbantu dengan adanya hape pintar untuk menjaga anak mereka. Alasanya sangat sederhana yaitu :

1. Simple; satu benda memiliki berbagai macam jenis permainan

✗6


(38)

✘ ✙

2. Biaya yang sediki; hanya sekali membeli benda yang berkisar antara Rp. 400.000-1.000.000,- sudah dapat membuat anak sibuk dengan duniasmartphone

3. tidak ribet; tidak perlu mengontrol anaknya berbuat kenakalan atau mengganggu anak-anak yang lain.

Hal ini akan membuat kurangnya komunikasi serta interaksi orang tua dan anak yang sangat dibutuhkan pada saat kecil, karena akan menimbulkan sebuah kebiasaan pada anak itu. Dan orang tua adalah tombak masa depan anaknya, maksudnya orang tua adalah orang pertama yang berkewajiban untuk mengawasi, membimbing serta pemberi contoh teladan.

1.4 Sikap dan Perilaku

Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang menentukan perilakunya.17 Segala sesuatu yang mendukung sikap yang kuat pasti meningkatkan konsistensi sikap-perilaku. Tentu saja, salah satu faktornya adalah berapa kali kita terdorong untuk berlatih dan mempraktekkan sikap kita. Mengutip dari bukunya David O. Sears, Fazio menjelaskan bahwa pada saat orang memikirkan dan mengekspresikan sikap mereka, perilaku mereka selalu lebih konsisten dengan sikapnya, nampaknya karena hal ini membantu dalam memperkuat sikap.

Pengalaman pribadi yang diperoleh yang langsung berkaitan dengan suatu persoalan membuat lebih banyak memikirkan dan membicarakannya daripada hal ini jauh dari. Oleh sebab itu, salah satu hipotesis yang diformulasikan bahwa seseorang akan memiliki sikap yang

✚✛

David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau, Psikologi Sosial,(Jakarta:Erlangga, 1994) Hal. 149


(39)

✜ ✢

lebih kuat terhadap suatu obyek sikap bila seseorang memiliki pengalaman langsung dengan obyek itu. Pengalaman langsung masa lalu yang berkaitan dengan suatu masalah juga akan memperkuat sikap, dan meningkatkan kekuatan sikap seseorang terhadap perilakunya.

Semakin besar relevansi spesifik sikap terhadap perilaku, semakin tinggi korelasi antara kedua hal tersebut. Sikap mempunyai sedikit perbedaan dalam tingkat relevansinya terhadap tindakan yang dibicarakan. Untuk menguji apakah sikap-perilaku itu berhubungan maka dapat dilihat melalui model tindakan yang masuk akal seperti berikut :

Catatan : Anak panah menunjukan arah pengaruh

Gambar 2.1 Model Tindakan Yang Masuk Akal Tentang Faktor-Faktor Yang Menentukan Perilaku Seseorang. (Dari Azjen & Fishbein 1980, Hal,8)

Sumber : David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau, Psikologi Sosial,(Jakarta:Erlangga, 1994) Hal. 154

Keterangan :

1. Model ini memprediksi perilaku seseorang dari maksudnya.

Keyakinan seseorang bahwa individu atau kelompok tertentu berfikir apakah dia seyogianya melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak, dan motivasinya untuk mengikuti pedoman tersebut Keyakinan seseorang bahwa setiap perilaku menimbulkan hasil tertentu, dan penilaian orang akan hasil tersebut

Sikap terhadap perilaku

Norma subyektif Makna penting relative dari pertimbangan sikap

dan pertimbangan normatif


(40)

✣ ✤

2. Maksud perilaku dapat diprediksi dari dua variable utama: sikap seseorang terhadap perilaku dan persepsinya tentang apa yang seharusnya dilakukan menurut orang lain.

3. Sikap terhadap perilaku diprediksi dengan menggunakan kerangka nilai-harapan yang telah diperkenalkan. Sikap merupakan fungsi dari seberapa baik hasil perilaku itu, d engan mempertimbnagkan sejauh mana kemungkinan masing-masing hasil itu. Sikap juga merupakan alat prediksi “norma subyektif” dipandang dari segi keyakinan seseorang tentang pilihan orang lain dan motivasinya untuk mengikuti pilihan tersebut.

Dipandang dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bisa dilihat sedangkan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca dan sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.18

Menurut kamus IPS perilaku memiliki 2 arti yaitu :

1. Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

✥8


(41)

✦✦

2. Sekumpulan tingkah laku yang dimiliki manusia dan dipengaruhi oleh adat istiadat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi dan atau genetika.19

Dalam bukunya Notoadmojo mengutip pendapat seorang ahli psikologi Skinner yang merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori Skinner ada 2 respons, yaitu:

a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation ataureinforcer karena memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas terhadap perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan

✧9


(42)

★ ✩

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor lain yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi 2.

1. Determinan atau faktor internal

Karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal

Lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan sering merupakan faktor domain yang mewarnai perilaku seseorang.

Dalam pembentukan perilaku, paling sering yang terjadi yaitu, berupa perilaku yang dibentuk, perilaku ynag dipelajari. Berkaitan dengan


(43)

✪ ✫

hal tersebut maka salah satu persoalan ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan.20

a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan dengan cara membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian (insight). Misal datang kuliah jangan sampai terlambat karena itu dapat mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik motor harus memakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri.

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Pembentukan perilaku masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukan pembentukan perilaku dengan menggunakan model.

Mengenai konsep antisosial dinyatakan bahwa antisosial adalah tindakan penentangan terhadap kebiasaan dalam masyarakat.21 Pada dasarnya, ketika para psikolog menggunakan istilah itu yang mereka maksud adalah agresi22. Secara sepintas setiap perilaku yang merugikan

✬✭

Bimo Walgito,Psikologi Sosial (Suatu Pengantar),(Yogyakarta: Penerbit Andi,2003)Hal. 16 ✬✮

Eko Sujatmiko,Kamus IPS,(Surakarta :PT Aksarra Sinergi Media, 2014)Hal.16 ✬ ✬


(44)

✯6

atau menimbulkan korban pada pihak yang lain dapat disebut sebagai perilaku agresif.23

Biasanya mengasosiasikan agresi sebagai sesuatu yang buruk, padahal perlu dibedakan antara agresi antisosial dengan agresi prososial.24 Dalam tindakan agresi dapat dilihat, apakah tindakan tersebut melanggar norma atau mendukung norma sosial yang telah disepakati. Misalnya wanita yang melawan pelaku kejahatan, tindakan itu tidak dikehendaki tetapi masih berada dalam batas ynag dapat diterima oleh norma sosial.

Pembahasan tentang determinan-determinan membantu untuk memahami mengapa beberapa orang mungkin lebih agresif dalam situasi-situasi tertentu.25

Determinan yang berpusat pada individu

Determinan yang berpusat pada situasi

Kepribadian

Beberapa tipe kepribadian tertentu dianggap lebih agresif ketimbang tipe lainnya, dan ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan-perbedaan individual dalam perilaku agresif

Lingkungan fisik

Panas, terlalu ramai, dan kebisingan hanyalah beberapa elemen lingkungan fisik yang tampaknya berdampak pada agresi

Gender

Para peneliti sosialisasi gender menyatakan bahwa perilaku sadar gender bagi perempuan adalah lebih pasif dan kurang bermusuhan secara terbuka ketimbang laki-laki

Ketidakberuntungan sosial

Perasaan tidak beruntung secara sosial dapat mendorong agresi. Agresi disini merupakan reaksi terhadap situasi yang dianggap tidak adil

Kognisi

Atribusi berperan dalam reaksi kita pada orang lain dan tampaknya terdapat perbedaan-perbedaan individual dalam cara menginterpretasikan perilaku orang

Pengaruh-pengaruh budaya

Penelitian kotemporer menunjukan bahwa norma-norma budaya tetap lazim, terutama terkait dengan ketidak setiaan seksual, yang dianggap sangat mengancam 23

Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Sosial(Individu Dan Teori-Teori Psikologi Sosial),(Jakarta:Balai Pustaka, 2002)Hal.296

24

Yeni Widyastuti,Psikologi Sosial,(Yogyakarta:Graham Ilmu,2014)Hal.115 25


(45)

✰ ✱

lain. Bias atribusi permusuhan telah dikaitkan dengan agresi

kehormatan laki-laki. Dalam suatu budaya kehormatan, agresi dipandang sebagai respons yang tepat ketika kehormatan seseorang dihina

Table 2.1 Determinan Kepribadian dan Situasional dalam Agresi

Sumber : Jenny Mercer & Debbie Clayton,Psikologi Sosial,( Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012)hal.142

1.5 Dalam Model Agresi Umum (GAM) Terdapat Gambaran

Proses dengan tiga elemen utama: masukan, rute dan hasil. Model ini mempertimbangkan bagaimana variable-variabel perbedaan situasional dan individual dapat mendorong agresi melalui dampaknya pada gejolak, kondisi afektif, dan kognisi.

Masukan A. Faktor-faktor situasional B. Faktor-faktor kepribadian

Rute A. Kondisi internal saat ini

B. Afek, kognisi, dan gejolak berinteraksi

Hasil

A. Penilaian dan penilaian ulang otomatis B. Proses pengambilan keputusan dapat

mendorong tindakan penuh pertimbangan atau implusif

Gambar 2.2 Tahap-Tahap Dalam Model Agresi Umum

Sumber : Jenny Mercer & Debbie Clayton,Psikologi Sosial,( Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012) hal.152

Keterangan :

a. GAM (general aggression model) merupakan cerminan penelitian bertahun-tahun dalam bidang agresi dan dipandang sebagai pendekatan yang paling komprehensif hingga kini.


(46)

✲8

b. Menunjukan bagaimana elemen-elemen penejelasan sebelumnya saling berinteraksi (misalnya, banyak penelitian telah mengidentifikasi faktor-faktor kepribadian dan situasional, namun disini kita melihat bagaimana faktor-faktor tersebut masuk kedalam kondisi-kondisi internal saat ini). Cirri-ciri kognitif seperti struktur-struktur pengetahuan (misalnya, naskah-naskah perilaku) juga merupakan bagian dari seluruh proses.

c. Individu yang berada dalam situasi terkait juga dipertimbangkan. Proses yang diuraikan dalam gambar 1.2 mewakili satu siklus interaksi sosial, yang disebut episode.

d. GAM dapat menjelaskan bagaimana tindakan-tindakan agresif dapat didasari oleh banyak motif.

Dalam bab sebelumnya telah dibahas bahwa Komunikasi merupakan pertukaran sebuah pemikiran atau gagasan. Asumsinya adalah sebuah pemikiran atau gagasan berhasil ditukarkan.26 Komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai kosekuensi dari hubungan sosial.27 Dengan demikian, komunikasi adalah proses penyampaian sesuatu mengandung arti, lewat media maupun tidak yang berupa gagasan, ide, perasaan, pernyataan dan

26

Stephen W. Little Jhon & Keren A. Foss.Teori Komunikasi, (Jakarta ; PT Salemba Humanika, 2009), Hlm 4-5

27


(47)

✳9

sebagainya dalam upaya mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai apa yang dikehendaki.28 Jadi berkomunikasi adalah proses bertukar pemikiran dengan kelompok atau individu yang memiliki kepentingan tersendiri.

Dalam proses komunikasi terdapat beberapa komponen menurut Carl I. Hovlan yaitu ; ”the process by wich an individual (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicates)”.29

Sehingga komponen yang ada didalam komunikasi adalah komunikator, pesan, komunikan dan efek. Maka pada saat seseorang berkomunikasi terdapat peran sebagai komunikator, pesan, komunikan dan efek yang akan terdapat atau yang akan terjadi setelahnya.

1.6 Perilaku Antisosial dalam Berkomunikasi

Sikap seseorang mempengaruhi perilakunya, dan pasti terjadi kesinambungan diantaranya. Secara umum antisosial adalah perilaku sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum di sekitarnya. Seseorang yang antisosial menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab serta kurangnya penyesalan mengenai kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Orang yang kepribadian antisosial secara persisten melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar norma.

Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsif, serta gagal dalam membina hubungan interpersonal. Suatu tindakan antisosial

28

Yoyon Mudjiona,Ilmu Komunikasi, (Surabaya ; Jaudar Press 2012), hal 7. 29

Onong Uchjana Effendi,Hubungan Masyarakat Suatu Tinjauan Komunikologis,(Bandung; Remaja Karya)Hal 63.


(48)

✴ ✵

termasuk dalam tindakan sosial berorientasi di keberadaan orang lain atau mempunyai makna subjektif bagi orang-orang yang melakukannya. Tindakan-tindakan antisosial biasanya mendantangkan kerugian bagi masyarakat luas sebab pada dasarnya si pelaku tidak menyukai keteraturan sosial (social order) yang diinginkan oleh sebagian besarr anggota masyarakat lainnya.

Dalam peneltian yang dikaji oleh Syarif Tayib (2013) perilaku anti sosial yang terjadi pada kalangan remaja diantaranya adalah :

1. Adiksi dan ketergantungan yang berlebihan

Intenitas penggunaan yang tinggi membuat suatu perasaan yang aneh dan ganjal jika tidak dalam sehari tidak berinteraksi dengan smartphone yang ada di gengamanya. Merasa terpenuhnya sebuah kebutuhan hidup yang didapat dengan mudah membuat penggunanya sangat di manjakan dengan fitur yang ada.

Seseorang yangaddicted/kecanduaan akan merasa kuper (kurang pergaulan) jika tidak mengetahui berita terbaru.

2. Perilaku yang merugikan diri sendiri dan pihak lain

Pada dasarnya perilaku anti sosial yang satu akan berimplikasi terhadap perilaku anti sosial yang lain, dan pada akhirnya melahirkan hubungan sebab akibat.30 Sesuatu yang dilakaukan dengan berlebihan tentu berdampak tidak baik bagi diri sendiri. Interaksi dengan smartphone yang tidak bijak akan melahirkan perilaku se-enaknya sendiri tanpa tau kosekuensi yang akan

✶✷

Syarif Tayib, Perilaku Anti Sosial Pengguna Smartphone Di Kalangan Remaja Surabaya, Surabaya; laporan penelitian individu IAIN Sunan Ampel Surabaya hal, 53


(49)

✸ ✹

terjadi seperti halnya; memberikan komentar negative pada orang lain, mengedit foto yang tidak senonoh tanpa sepengetahuan obyek, memberikan informasi yang tidak benar, menyindir seseorang melalui media dan lain sebagainya.

3. Antipati terhadap lingkungan sekitar

Antipati adalah penolakan atau perasaan tidak suka yang kuat.31 Pengguna sering kali mengacuhkan kejadian yang terjadi disekitarnya. Smatphone mimilki jaringan seluler internet yang dapat mengakses sosial media dengan mudah, cepat dan dimana saja, didalam sosial media pengguna sudah memasuki dunia maya yang mereka buat. Rasa menyenangkan dengan dunianya sendiri berosialisasi dengan banyak orang dapat membuat rasa antipati tumbuh. Tidak sedikit para remaja membuat identitas palsu di media, alasana tentu untuk menutupi identitas aslli, menipu seseorang, membuat pecitraan diri dan lain sebagainya, Kesukaanya pada dunia maya membuat kurangnya interaksi secara langsung berkuran serta kurang peduli pada sekitarnya.

B. Kajian Teori

1.1 Komunikasi dalam Media Massa

Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung dengan lisan maupun secara

31


(50)

✺ ✻

tidak langsung melalui media massa. Dengan melihat definisi tentang komunikasi tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan komunikasi yaitu penyampaian pesan kepada seseorang maupun masyarakat memiliki sebuah maksud tertentu. Dikatakan memiliki maksud sebab proses komunikasi tersebut bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat dimana pesan yang disampaikan tersebut nantinya diharapkan dapat menimbulkan efek tersendiri bagi yang menerimanya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa komunikasi tidak hanya bertujuan untuk menginformasikan ataupun menyampaikan pesan melainkan juga mempersuasi komunikan melalui pesan yang ditampilkan. Dalam proses penyampaian pesan kepada komunikan dapat dilakukan melalui berbagai cara baik secara lisan maupun tulisan atau langsung dengan bertatap muka maupun tidak langsung dengan menggunakan alat. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk membantu menyampaikan pesan kepada komunikan ialah media massa. Media massa menjadi salah satu alat yang memegang peranan penting untuk berlangsungnya sebuah proses komunikasi. Dengan adanya media massa maka adanya alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Media massa seperti Televisi, Radio, Koran, Majalah, Tabloid, bahkan Internet merupakan contoh alat yang biasanya digunakan untuk menyalurkan pesan. Saat ini media massa seperti contoh diatas merupakan alat penyalur pesan yang dianggap efektif untuk menyalurkan pesan kepada masyarakat. Hal ini karena jangkauannya yang luas sehingga dapat menjangkau komunikan dalam


(51)

✼ ✽

jumlah yang banyak dan tersebar di berbagai tempat yang berbeda. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa proses komunikasi yang terdapat di dalam media massa bukan sekedar untuk menyampaikan informasi saja melainkan lebih untuk mengubah sikap bukan lagi satu atau dua orang melainkan banyak orang.

1.2 Efek Komunikasi Massa

Hal yang penting dalam suatu proses komunikasi adalah dampak atau efek apa yang mampu ditimbulkan dari pesan yang disampaikan. Suatu proses komunikasi dikatakan efektif apabila menghasilkan efek-efek tertentu seperti yang diharapkan oleh pelaku komunikasi. Komunikasi massa dapat menghasilkan efek tertentu jika melalui proses komunikasi yang benar, sesuai dengan pengertian komunikasi massa itu sendiri. Menurut Onong Uchjana Effendy efek yang dapat ditimbulkan pada komunikasi massa dapat dibagi menurut jenisnya, antara lain :

a. Efek Kognitif

Efek kognitif yaitu efek yang menyebabkan seseorang menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Pada tahap ini media massa ingin melakukan perubahan pada pemikiran, pemahaman, dan pengetahuan kepada khalayak atau audiens.

b. Efek Afektif

Efek efektif memiliki dampak yang lebih tinggi dibanding efek kognitif. Pada tahap afektif, komunikator (dalam hal ini media massa) tidak hanya ingin mempengaruhi sikap khalayak hanya


(52)

✾✾

sebatas pemikiran, pemhaman, dan pengetahuan saja melainkan lebih kepada usaha untuk memunculkan perasaan tertentu khalayak seperti perasaan, marah, suka, kagum, benci dan lain-lain.

c. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan efek komunikasi massa yang menimbulkan pengaruh sikap dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Pada tahap ini media massa ingin mempengaruhi sikap khalayak dengan melakukan suatu tindakan atas informasi yang telah diberikan oleh media massa tersebut. Efek behavioral merupakan pencapaian tertinggi dalam proses menimbulkan dampak atau efek pada suatu penyampaian pesan. Ketiga klasifikasi efek komunikasi massa yang disampaikan oleh Onong Uchajana Effendy tersebut merupakan pengetahuan dasar dalam penelitian ini. dengan begitu dapat diketahui bahwa proses komunikasi massa mampu menghasilkan klasifikasi efek.

1.3 Teori Efek Terbatas

Joseph Klapper dalam buku teori komunikasi Little Jhon (2009), meneliti tentang efek komunikasi massa, serta mengembangkan tesisnya bahwa komunikasi massa tidaklah menjadi penyebab terpengaruhnya audiens, melainkan hanya sebagai perantara. Ada variabel lain yang menentukan. Jadi, dalam hal ini media hanyalah sebagai turut memberikan kontribusi saja. Efek yang ada diantarai oleh faktor-faktor kelompok dan antarpesonal dalam memilih di antara mereka.


(53)

✿ ❀

faktor tersebut merujuk pada proses selektif berpikir manusia yang meliputi persepsi selektif, terpaan selektif dan retensi (penyimpanan/memori) selektif. Karya Klapper dan lainnya mengenai pengaruh terbatas menghasilkan dua jenis tanggapan secara umum yaitu:

a. Suatu penolakan terhadap pengaruh terbatas dalam hal pengaruh-pengaruh yang kuat. Maksud dari pernyataan ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Klapper bahwa komunikasi massa tidaklah menjadi penyebab terpengaruhnya audiens, melainkan hanya sebagai perantara. Ada variabel lain yang menentukan yaitu faktor pembentukan sikap. Jadi, dalam hal ini media hanyalah sebagai turut memberi kontribusi saja.

b. Suatu usaha untuk menjelaskan pengaruh terbatas dalam hal kekuasaan para anggota khalayak secara individual bukan karena media. Maksud dari pendapat ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Klapper bahwa anggota masyarakat juga selektif dalam menerima terpaan informasi dari media massa. Keterbatasan dari tradisi efek adalah karena masih berpola linear, padahal komunikasi sendiri tidak linear. Peneliti menggunakan teori ini karena sejalan dengan teori terpaan media dan teori komunikasi massa. Inti dari komunikasi massa yaitu pesan yang disampaikan tidak serta merta mencapai khalayak sasaran secara langsung, karena dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan harus


(54)

❁6

menggunakan media sebagai perantaranya, jadi masyarakat menerima pesan dari media tidak secara bulat-bulat atau ditelan mentah-mentah namun masyarakat juga berperan dalam penerimaan pesan tersebut.

Menurut Turner, terdapat dua pendekatan pada orientasi terbatas dapat diidentifikasi untuk menjelaskan teori efek terbatas. Pertama, Perspektif perbedaan individu (individual differences perspective) melihat kekuatan media dibentuk oleh faktor-faktor personal seperti kecerdasan dan penghargaan diri. Contohnya, orang pintar dan orang mapan adalah orang yang mampu untuk mempertahankan diri mereka terhadap dampak media yang tidak diinginkan. Pendekatan kedua, model kategori sosial (social kategories model), yakni melihat kekuatan media terbatas oleh asosiasi anggota khalayak dan afiliasi kelompok. Contohnya, kelompok partai Republik cenderung menghabiskan waktu dengan orang Republik lainnya, yang membantu mereka menginterpretasikan pesan media secara konsisten sesuai dengan cara Republik. Hal ini dengan efektif membatasi pengaruh apapun yang dapat dimiliki oleh pesan media.


(55)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian 1.1 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa SMPN 22 Surabaya yang berumur sekitar 11-15 tahun dari kelas VII, VIII, XI. Dari 92 responden yang dimabil terdapat 50 siswa laki-laki dan 42 siswi perempuan. 92 responden memiliki umur yang bervariasi menjadi 5 kelompok, yaitu umur 11 tahun 4 orang siswa, 12 tahun 45 siswa, 13 tahun 15 siswa, 14 tahun 13 siswa dan 15 tahun 15 orang siswa.

Dari data diatas maka diprosentasikan sebagai berikut :

Diagram 3.1 Persentase Jenis Kelamin Siswa SMPN 22 Surabaya

Diagram diatas dapat memberikan penjelasan persentase berdasarkan jenis kelamin dari 92 siswa dan siswi SMPN 22 sebagai responden, 54.3% persentase dari laki-laki dan 46% dari perempuan, hal tersebut


(56)

48

menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 3.1 Persentase Umur Siswa SMPN 22 Surabaya

Umur Siswa Presentase 11 tahun 4 Siswa 5% 12 tahun 45 siswa 49% 13 tahun 15 siswa 16% 14 tahun 13 siswa 14% 15 tahun 15 siswa 16% Total 92 siswa 100%

Tabel diatas dapat menjelaskan bahwa berdasarkan usia dari 92 siswa dan siswi yang menjadi responden subjek penelitian sebagai berikut, persentase subjek berumur 11 tahun sebesar 5%, 12 tahun sebesar 49%, 13 tahun sebesar 16%, 14 tahun sebesar 14%, 15 tahun sebesar 16%. hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responde berusia 12 tahun dengan persentase 49%.

1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMPN 22 Surabaya, yang beralamatkan Gayungsari Barat X/38, Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur.

SMPN 22 memiliki luas lahan 10.640 m2 dan memiliki 28 ruangan pada lantai 1, 8 ruangan pada lantai 2, 3 ruangan pada lantai 3. Pada tahun ajaran 2014/2015 tercatat 2116 siswa telah mendaftar untuk memasuki SMPN 22 namun hanya 416 siswa saja yang lulus dalam


(57)

49

seleksi sekolah untuk memasuki kelas VII. Jumlah siswa yang duduk dikelas 8 sebanyak 438 siswa dan pada kelas 9 sebanyak 340 siswa. Dipimpin oleh Drs. Sisminarto, MM sebagai kepala sekolah dan Drs. Atim Surahman sebagai wakil kepala sekolah. Jumlah guru yang menjadi fasilitator di SMPN 22 sebanyak 54 guru.

a. Profil Sekolah

1. Nama Sekolah : SMP NEGERI 22

SURABAYA

2. No. Statistik Sekolah : 20156012358 3. No Pokok Sekolah Nasional : 20532548

4. Tipe Sekolah : A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2 5. Alamat Sekolah : Jl. Gayungsari Barat X/38,

Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur

6. Telepon/HP/Fax : 031-8290075, 031-8273814

7. Web : www.smpn22sby.com

8. E-mail : [email protected]

9. Status Sekolah : NEGERI

10. Nilai Akreditasi Sekolah : A Skor = 93,00

11. Luas Lahan : 10.640 m2

12. Jumlah Ruang pada Lantai 1 : 28 ruang 13. Jumlah Ruang pada Lantai 2 : 8 ruang 14. Jumlah Ruang pada Lantai 3 : 3 ruang


(58)

50

15. Jumlah Rombel : 32

16. Nilai Akreditasi Sekolah : 91,40

b. Visi, Misi dan Moto sekolah

VISI : unggul dalam prestasi, cerdas, berbudi luhur, berwawasan global, berwawasan lingkungan, berdasarkan iman dan taqwa. MISI :

1. Melaksanakan pengembangan kurikulum nasional, muatan lokal yang aktif.

2. Pengembangan standart kompetansi lulusan dibidang akademis maupun non akademis.

3. Melakasanakan pengembangan pembelajaran yang inovatif, kreatif berbagai model-model pembelajaran yang berwawasan lilngkungan.

4. Melaksanakan pengembangan SDM pendidik dan tenaga pendidikan yang berkualifikasi dan memiliki kompetensi. 5. Melaksanakan pengembangan sarana prasarana pendidikan

yang lengkap, memadai, serta berbasis IT yang mendukung pencapaian adiwiyata.

6. Melaksanakan pengelolaan dan pengembangan menejemen sekolah model MBS serta berstandart ISO 9001:2008.

7. Melaksanakan pengembangan pembiayaan pendidikan dari banyak sumber.


(59)

51

8. Melaksanakan penegmabangan system penialaian dengan berbagai model.

Motto Sekolah : BERISI INTAN

(bersih, rindang, sejuk, indah, taqwa, dan nasional) Motto siswa:

1. Disiplin adalah nafasku

2. Belajar rajin dan kerja keras adalah tekadku 3. Hidup bersih dan sehat adalah kebiasaanku

c. Data Siswa, Guru dan fasilitas Sekolah 1. Data Siswa 4 (Empat Tahun Terakhir)

Tabel 3.2 Data Siswa 4 (empat tahun terakhir) Siswa SMPN 22 Surabaya

Ta Ajaran Pendaftar

Diterima Kelas 7

Rombel Kls 7

Jml Siswa Kelas 8

Rombel Kls 8

Jmlh Siswa Kelas 9

Rombel Kls 9l

Jmlh Siswa

Jmlh Rombel

2010/2011 1690 342 9 342 9 298 8 976 26

2011/2012 1780 342 9 340 9 344 9 1026 27

2012/2013 1876 342 9 341 9 350 9 1033 29

2013/2014 2147 436 12 351 9 350 9 1136 30

2014/2015 2116 416 11 438 12 340 9 1194 32


(60)

52

2. Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Kepala Sekolah

Tabel 3.3 Data Kepala Sekolah SMPN 22 Surabaya

No Jabatan Nama

Jenis Kela-min

Usia PendAkhir Masa Kerja

L P

1. Kepala Sekolah Drs. Sisminarto, MM L - 58 th S–2 35 th 2. Wakasek Drs. Atim Surahman L - 47 th S - 2 8 th

b. Guru dan Staf Lainnya

a) Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah guru

Tabel 3.4 Data Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah guru SMPN 22 Surabaya

No. Tingkat Pendidikan

Jumlah dan Status Guru

Jumlah GT/PNS GTT/Guru

Bantu

L P L P

1 S–3 / S–2 8 9 - - 17

2 S–1 14 23 0 0 37

3 D–4 - - - -

-4 D–3 / Sarmud - - - -

-5 D–2 - - - -

-6 D–1/PGSLP - - - -

-7 SMA / Sederajat - - - -


(61)

53

b) Jumlah Guru dengan Tugas Mengajar Sesuai dengan Latar Belakang Pendidikan (Keahlian)

Tabel 3.5 Data Jumlah guru dengan Tugas Mengajar Sesuai dengan Latar Belakang Pendidikan (Keahlian)

SMPN 22 Surabaya

No. Guru

Jumlah guru dengan Latar Belakang Pendidikan Sesuai

dengan Tugas Mengajar

Jumlah Guru dengan Latar Belakang Pendidikan yang TIDAK Sesuai dengan Tugas

Mengajar Jmlh

D1/D2 D3/ Sarmud

S1/D4 S2/S3 D1/D2 D3/ Sarmud

S1/D4 S2/S3

1 IPA - - 4 2 - - - - 6

2 Matematika - - 5 2 - - - - 7

3 Bhs. Indonesia - - 6 2 - - - - 8

4 Bhs. Inggris - - 4 1 - - - - 5

5 Pend. Agama - - 3 0 - - - 3

6 I P S - - 5 1 - - - - 6

7 Penjaskes - - 2 1 - - - - 3

8 Seni Budaya - - 2 1 - - - - 3

9 PKn - - 2 1 - - - - 3

10 TIK / Keterampilan

- - 1 - - - 1

11 B K - - 3 2 - - - - 5

12 Lainnya - - - 4


(62)

54

c) Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung

Tabel 3.6 Data Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung SMPN 22 Surabaya

No. Tenaga pendukung

Jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi pendidikannya

Jumlah tenaga pendukung Berdasarkan Status dan Jenis Kelamin

Jmlh

≤ SMP SMA D1 D2 D3 S1 PNS Honorer

L P L P

1 Tata Usaha - 4 - - - 1 - 2 1 2 5

2 Perpustakaan - - - 3 - 3 1 1 5

3 Laoran Lab IPA - - - 1 - - - -

-4 Teknisi Lab. Komputer

- - - 1 - - 1 - 1

5 Laboran Lab Bahasa

- - - 1 - 1 1 - 2

6 PTD - - - 2 2

7 Kantin - 2 - - -

-8 Penjaga Sekolah 1 1 - - - 2 - 2

9 Tukang Kebun - 1 - - -

-10 Keamanan 2 - - - 2 - 2

Jumlah 3 7 - - - 7 - 6 8 5 19

3. Data Ruangan Sekolah

a) Ruang Belajar (Kelas)

Tabel 3.7 Data Ruang Belajar (Kelas) SMPN 22 Surabaya

Kondisi

Jumlah dan ukuran Jml. ruang lainnya

yg digunakan untuk r. Kelas

(e)

Jmlh ruang yg digunakan u. R. Kelas (f)=(d+e) Ukuran

7x9 m2 (a)

Ukuran > 63m2(b)

Ukuran < 63 m2(c)

Jumlah (d) =(a+b+c)

Baik 25 - - 25 1 (satu) ruang, yaitu:

ruang Lab Fisika.

29

Rsk ringan - - -

-Rsk sedang - 4 - 4

Rsk Berat - - -


(63)

55

Baik Kerusakan < 15%

Rusak ringan 15% - < 30%

Rusak sedang 30% - < 45%

Rusak berat 45% - 65%

Rusak total >65%

b) Ruang Belajar Lainnya

Tabel 3.8 Data Ruang Belajar Lainnya SMPN 22 Surabaya

Jenis Ruangan Jumlah

(buah) Ukuran (pxl)

Kondisi*) Jenis Ruangan Jumlah

(buah) Ukuran (pxl)

Kondisi

11. Perpustakaan 1 9 x 17

Baik 6. Lab. Bahasa 1 8 x 9 Baik

2. Lab. IPA 2 9 x 8 Baik 7. Lab. Komputer 1 8 x 9 Baik 3. Ketrampilan 1 9 x 8 Baik 8. Pusat Data/Server 1 2 x 9 Baik 4. Multimedia 1 9 x 8 Baik 9. Serbaguna/aula 1 25 x 8 Baik

5.Kesenian/Musik

1 4 x 9 Baik 10. Tata Boga 1 4 X 8 baik

c) Ruang Kantor

Tabel 3.9 Data Ruang Kantor SMPN 22 Surabaya

Jenis Ruangan Jumlah (buah)

Ukuran (pxl) Kondisi*)

1. Kepala Sekolah 1 32 Baik

2. Wakil Kepala Sekolah / Staff 1 48 Baik

3. Guru 1 186 Baik

4. Tata Usaha 1 36 Baik

5. Tamu 1 36 Baik


(64)

56

Tabel 3.10 Data Ruang Penunjang SMPN 22 Surabaya

Jenis Ruangan Jumlah (buah)

Ukuran (pxl)

Kondisi*) Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukur an (pxl) Kond isi

1. Gudang 3 40 Baik 10. Ibadah 1 256 x

2

Baik

2. Dapur 1 27 Baik 11. Ruang Data 1 18 BAIK

3. Reproduksi - - Baik 12. Koperasi 1 20 Baik

4. KM / WC guru 3 18 Baik 13. Hall/Aula 1 200

M2

Baik

5. KM / WC siswa

12 48 Baik 14. Kantin 5 80 Baik

6. BK 1 32 Baik 15. Rumah

Pompa

1 3 Baik

7. UKS 1 16 Baik 16. Bangsal

Kend.

2 195 Baik

8. PMR / Pramuka

1 27 Baik 17. Rumah

penjaga

2 54 Baik

9. OSIS 1 24 Baik 18. Pos jaga 1 4 Baik

4. Perabot(Furniture)Utama

a) Perabot Ruang Kelas (Belajar)

Tabel 3.11 Data Perabot ruang kelas (belajar) SMPN 22 Surabaya

No.

Jumlah ruang

kelas

Perabot Jumlah dan kondisi meja

siswa

Jumlah dan kondisi kursi siswa

Almari + rak buku/alat Papan tulis Jm l B aik R sk . Jm l B aik R sk . R sk . Jm l B aik R sk . Jm l B aik R sk . B er at

1 32 1100 100 2

98 120 1


(65)

57

b) Perabot ruang belajar lainnya

Tabel 3.12 Data Perabot ruang belajar lainnya SMPN 22 Surabaya

c) Perabot Ruang Kantor

Tabel 3.13 Data Perabot Ruang Kantor SMPN 22 Surabaya

No

. Ruang

Perabot Meja Kursi Almari + rak

buku/alat Lainnya

Jm

l

B

aik Jml

B

aik Jml Baik Jml

B

aik

1. Kepala Sekolah

1 1 4 4 2 2 10 10

2. Wakasek /Staf

10 10 10 10 9 9 5 5

No. Ruang

Perabot

Meja Kursi Almari + rak buku/alat

Jm l B aik B er at Jm l B aik R sk . B er at Jm l B

aik Jml

B aik B er at 1 Perpustaka an

9 9 - 68 68 - 1

1

11 - -

-2 Lab IPA 11 11 - 42 42 - 1

1

11 1 1

-3 Ketrampila n

- - -

-4 Multimedia 20 20 - 40 40 - 2 2 - 1 1

5 Lab Bahasa 40 40 - 40 40 - - - - 1 1

6 Lab Komputer

40 40 - 40 40 - 1 1 - 1 1

7 Serbaguna - - -


(66)

58

3. Guru 46 46 46 46 12 13 2 2

4. Tata Usaha

6 6 6 6 6 6 14 14

5. Tamu 2 2 14 14 - - -

-d) Perabot Ruang Penunjang

Tabel 3.14 Data Perabot Ruang Penunjang SMPN 22 Surabaya

No. Ruang

Perabot

Meja Kursi Almari + rak

buku/alat Jm l B aik R in g an R sk . B er at Jm l B aik R in g an R sk . B er at Jm l B aik R in g an B er at

1. BK 5 5 - - 8 8 - - 2 2 -

-2. UKS 1 1 -- -- 2 2 -- -- 1 1 --

--3. PMR/Pramuka 8 8 - - 16 16 - - 1 1 -

-4. OSIS 3 3 - - 3 3 - - 2 2 -

-5. Gudang 2 2 - - 2 2 - - 8 8 -

-6. Ibadah - - - - 1 1 - - 1 1 -

-7. Koperasi -- -- - - 2 2 - - 4 4 -

-8. Hall/lobi 1 1 - - -

-9. Kantin 28 28 - - 60 60 - - -

-10. Pos jaga 1 1 - - 3 3 - - -

-11. Reproduksi - - -


(67)

59

e) Inventaris Laboratorium IPA

Tabel 3.15 Data Inventaris Laboratorium IPA SMPN 22 Surabaya

No Jenis Jml

Kondisi Kualitas/Fungsi Ket Baik Buruk Layak

Tidak Layak

Prasarana

1 Ruang Praktek 2 2 2

2 Ruang Persiapan 1 1 1

3

Ruang Penyimpanan

Alat 1 1 1

Dan Bahan

4 Ruang Gudang 1 1 1

5 Meja Laboratorium 46 46 46

6 Kursi Laboratorium 80 60 80

7 Wastafel

8

Saluran Dan Instalasi Air

Bersih

9

Saluran Dan Instalasi Air

Kotor

10

Saluran Dan Instalasi Listrik

11 Sirkulasi Udara *)

12 Sistem Pencahayaan

Alat Praktikum Fisika

1 Kit Optik 4 4 4

2 Kit Listrik 10 10 10 1

3 Kit Mekanika 4 4 4

4

Kit Panas Dan Hidrostatika


(68)

60

Alat Penunjang Fisika

1 Garpu Tala Pada Kotak 4 4 2

2 Slinki 5 5 1

3 Meter Dasar 90 14 14 9 5

4

Catu Daya, Tegangan Rendah

4 4

5 Neraca 3 3 2 1

Alat Praktikum Biologi

1 Tabung Kapiler 1 1 1

2 Respirometer 1 1 1

3

KOTAK GENETIKA 5 Warna

1 1 1

4 Model, Otak Manusia 1 1 1

5 Model, Mata Manusia 1 1 1

6

Model, Telinga Manusia

1 1 1

7 Model, Torso Wanita 2 2 2

8

Model, Jantung Manusia

1 1 1

9 Model, Kulit Manusia. 1 1 1

10 Model, Ginjal Manusia 1 1 1

11

Model, Tengkorak

Manusia 1 1 1

12

Mikroslid, Junior Biologi

13

Mikroslid, Junior Biologi

14 Mikroslid, Biologi 15 Mikroslid, Biologi 16 Mikroslid, Biologi 17 Mikroslid, Biologi


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh penggunaan

smartphone terhadap perilaku antisosial, uji signifikansi p-value

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan

smartphone dengan perilaku antisosial. Koefisien korelasi hasil analisis

data bernilai positif, berarti hubungan antara kedua variabel adalah searah

atau berbanding lurus. Maksudnya, semakin tinggi variabel X akan diikuti

dengan semakin tingginya variabel Y. Demikian juga jika variabel X

semakin rendah, variabel Y juga akan semakin rendah.

B. Saran

Dalam penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, terdapat kelemahan

yang harus diperbaiki lagi lebih cermat lagi.

1. Saran untuk siswa SMPN 22 Surabaya

Kurangi waktu penggunaan smartphone dengan aplikasi sosial media,

yang membuat kurang peduli pada lingkuang disekitar dan berdampak

orang lain yang merasakan di acuhkan. Tidak dapat dipungkiri hampir

semua pengguna sosial media akan memuat identitas baru atau


(2)

100

Perbanyak waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat

bagaimnapun mereka adalah orang-orang yang akan selalu ada pada

saat kita suka dan duka.

2. Saran untuk SMPN22 Surabaya

Perketat penggunaan handphone di area sekolah, buat peraturan no

phone on school area, jadi segala komunikasi dari luar harus melalui

sekolah. Seperti ilustrasi gambar berikut:

Bagan 5.1 SistematisNo Phone On School Area

Keterangan:

a. Pada saat siswa memasuki kawasan sekolah maka handphone

dikumpulkan secara kolektif pada guru BK atau kesiswaan.

b. Buat kordinator pengumpul sebagai orang yang bertanggung jawab

untuk mengpulkan handpone siswa perkelas seperti ketua

kelas/wakil kelas.

c. Pihak sekolah memberikan informasi no phone on school area

pada seluruh orang tua, untuk menghindari mis komunikasi. Jika

pihak keluarga menghubungi dikarenakan ada hal penting yang

mendadak maka harus melalui pihak sekolah terlebih dahulu.

Dengan begitu dapat mengurangi penggunaan handphone di area

sekolah, dan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.


(3)

101

3. Saran untuk para Orang tua

a. Ciptakan suasana keluarga religious

b. Sediakanquality timebersama keluarga

c. Menjaga ikatan keluarga seerat mungkin

d. Saling memberikan rasa sayang, peduli, hormat dan rasa

nyaman satu sama lain dalam keluarga

e. Apabila terjadi masalah krisis, konsultasi bukanlah hal yang

dapat disepelehkan

f. Mendorong atau mengajak putra-putri untuk melakukan hal-hal

positif (sholat, puasa sunnah, berbagi sesama)

4. Saran untuk peneliti selanjutnya

a. Lebih memperhatikan waktu dan tempat dalam pengambilan

data, jangan sampai terlalu dekat dengan waktu libur UAS.

Atau ketika UAS, jika penelitian tetap mengambil subjek

siswa.

b. Lebih baik jika responden selalu didampingi saat ia mengisi

questioner atau angket, agar tidak terjadi miss komunikasi,

ketika responden kurang memahami instruksi atau pertanyaan

yang dimaksud dalam angket

c. Hendaknya pada saat pemberian instrumen peneliti dapat

menjelaskan kegunaan pengerjaan instrumen dan menjalaskan

kerahasiaan data, sehingga responden tidak merasa cemas


(4)

102

d. Peneliti selanjutnya dapat menganalisa lebih dalam tentang

penggunaan smartpone terhadap perilaku antisosial dalam

berkomunikasi berdasarkan data demografi yang dipaparkan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Muhid. 2012. Analisis Statistik. Sidoarjo: Zifatama.

Abidin, Zaenal. 2008. Komunika, Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Purwokerto: STAIN

Purwokerto.

Baskoro, Muhammad Dwi Panji. 2010. Hubungan Antara Depresi Dengan Perilaku

Antisosial Pada Remaja di Sekolah, Artikel Karya Tulis Imiah Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Briggs, Asa dan Burke, Peter. 2006. Sejarah Sosial Media. Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia.

Bugin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : airlangga university press.

Effendi, Onong Uchjana. 1986.Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Karya.

Effendi, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat Suatu Tinjauan Komunikologis. Bandung;

Remaja Karya.

Gerungan, WA. 2002.Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Hikamat, Mahi. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graham Ilmu.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kulitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga.

J.Seerin, Werner & W. Jr.Tankard, James. 2014 Teori Komunikasi:Sejarah, Metode, Dan

TerapanDimediaMassa. Jakarta:Fajar Interpratama Mandiri.

Little Jhon, Stephen W & A. Foss, Keren. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: PT Salemba

Humanika.

Mercer, Jenny & Clayton, Debbie. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mudjiono, Yoyon. 2012. Ilmu Komunikasi. Surabaya: Jaudar Press.

O. Sears, David, L. Freedman, Jonathan, L. Anne Peplau. 1994. Psikologi Sosial.

Jakarta:Erlangga.

Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20.Yogyakarta: Andi

Offset.


(6)

Sudarmanto, R. Gunawan. 2013.Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan Program IBM

SPSSStatistics19. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujatmiko,Eko. 2014.Kamus IPS. Surakarta :PT Aksarra Sinergi Media.

Walgito, Bimo. 2003.Psikologi Sosial (Suatu Pengantar).Yogyakarta: Penerbit Andi.

West, Richard Dan H. Turner, Lyn. 2014. Pengantar Teori Komunikasi:Analisis Dan

Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika.

Widyastuti, Yeni. 2014. Psikologi Sosial. Yogyakarta:Graham Ilmu.

Wirawan Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Sosial(Individu Dan Teori-Teori Psikologi

Sosial). Jakarta:Balai Pustaka.

http://selular.id/news/e-commerce/2015/03/google-pengguna-smartphone-di-indonesia-gemar

-belanja/

http://www.artikata.com/arti-364697-penggunaan.html http://kbbi.web.id/