PENDEKATAN SOSIAL HUMANIORA DALAM STUDI (4)
PENDEKATAN SOSIAL HUMANIORA DALAM STUDI ISLAM
Retno Wulandari
149
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara Kampus 15a Iringmulyo Metro Timur
E-mail : [email protected]
Manusia merupakan makhluk social yang tidak biasa hidup sendiri, manusia saling
membutuhkan satu sama lain untuk melanjutkan hidupnya. Untuk membantu agar manusia
memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi di zaman modern kini, maka manusia perlu
mengaktualkan potensi-potensi yang ada agar terbentuklah manusia yang memiliki kecerdasan
emosional, intelektual dan spiritual yang sesuai. Dengan begitu maka terbentuklah moral dan
akhlak manusia yang baik. Hal ini sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia zaman
sekarang, kaarena seperti yang kita tahu bahwa manusia kini lebih mementingkan diri mereka
sendiri tanpa berfikir dengan baik apa yang akan dia lakukan. Rasa saling menghormati dan
menghargai antar sesama harus dipertahankan, karena hal seperti ini sangat erat kaitannya
dengan manusia yang berjiwa social. Setiap aktifitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan
tertentu, karena aktifitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan aktifitas atau pekerjaan
yang sia-sia.1 Hal ini menggambarkan bahwa segala aktifitas manusia tidak dilakukan sematamata hanya karena mereka ingin melakukannya. Manusia melakukan segala sesuatu pasti
memiliki tujuan tertentu, dan hal ini tentunya tidak hanya tujuan dalam jangka panjang, manusia
melakukan segala sesuatu dengan berfikir secara matang.
Dalam mencapai kehidupan yang ideal maka setiap individu pastinya akan menggunakan
akal dan akhlak yang memungkinkan munculnya tuntutan kebutuhan hidup manusia yang lebih
dari tuntutan hidup masyarakat lainnya. Kemajuan pemikiran dan peradaban manusia memiliki
berbagai macam aspek, yaitu social, pollitik, budaya, sejarah, seni, agama dan sebagainya.2
Indonesia sebagai salah satu Negara dimana penduduknya mayoritas muslim menjadikan
pendidikan Islam di Indonesia berkembang pesat. Pendidikan Islam sebenarnya memiliki
Dedi Wahyudi, “Konsepsi Al-Qur’an Tentang Hakikat Evaluasi Dalam Pendidikan Islam,” Hikmah XII,
no. 2 (2016): 251.
2
Walfjri, “Peran Bahasa dalam Hegemoni Politik, Sosial dan Budaya,” Akademika 6, no. 1 (2011): 2.
1
cakupan yang cukup luas, seperti yang dikemukakan Zarkowi Soejoeti (1986), pendidikan Islam
didefinisikan dalam tiga pengertian. Pertama, pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang
pendirian dan penyelenggaraannya, dimotivasi oleh hasrat dan semangat cita-cita masyarakat
untuk melestarikan nilai-nilai Islam. Kedua, jenis pendidikan yang memberikan perhatian, yang
sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang
diselenggarakan. Ketiga, jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian tersebut diatas.3
Dalam studi kependidikan, sebutan “pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai
suatu cirri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Agama dalam proses
social dapat dipandang sebagai dasar dalam pembentukan rasionalisasi kehidupan yang member
basis pada perkembangan ekonomi. Agama berfungsi sebagai motivator didalam proses
transformasi konseptual yang secara langsung berkaitan dengan pembentukan rasionalisasi. 4
Studi Islam merupakan suatu usaha mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan agama Islam secara mendalam, membahas tentang berbagai macam ajaran-ajaran Islam
dan sejarah-sejarah Islam. Hal ini menyebabkan banyaknya kalangan masyarakat yang ingin
mempelajari tentang ajaran Islam, bukan hanya dari kalangan muslim saja tetapi masyarakat
umum lainnya. Studi Islam di kalangan umat muslim bertujuan untuk memahami, mendalami
dan membahas ajaran-ajaran Islam supaya mereka dapat melaksanakan dan mangamalkan ajaran
Islam dengan baik dan benar. Dengan begitu, umat Islam akan lebih memahami ajaran-ajaran
Islam yang benar sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Dalam mempelajari pendidikan
Islampun bukan hanya dengan metode hafalan saja, melainkan lengkap dengan tata cara
pelaksanaannya juga.
Sedangkan studi Islam bagi kalangan diluar umat Islam biasanya bertujuan untuk
mempelajari asal mula agama serta praktik-praktik keagamaan yang ada dikalangan umat Islam
dimana hal tersebut semata-mata sebagai ilmu pegetahuan tentang Islam atau dikenal dengan
istilah Islamologi. Para ahli studi Islam biasanya mempelajari ajaran Islam guna melakukan
pengkajian, perbandingan antar agama, dan praktik-praktik pengalaman ajaran Islma itu sendiri.
Studi Islam dari kalangan luar muslim initentunya memiliki tujuan tertentu baik positif maupun
negative. Bahkan salah satu ahli studi Islam dari klangan ini menilai bahwa ajaran agama Islam
3
Marno, Islam by Management and Leadership Tinjauan Teoritis dan Empiris Pengembangan Lembaga
Pendidikan Islam (Jakarta: Lintas Pustaka Publisher, 2007), 92; M. Ihsan Dacholfany, “Manajemen Mutu
Pembelajaran di Lembaga Pendidikan Islam,” Akademika 15, no. 02 (2010): 112.
4
Irwan Abdullah, “Tantangan Pembangunan Ekonomi dan Transformsi Sosial : Suatu Pendekatan
Budaya,” Humaniora XIV, no. 3 (2002): 262.
adalah ajaran murtad. Namun setelah masa keemasan Islam memasuki masa kemundurannya,
dimana studi Islam yang mendominasi kalangan intelektual muslim lebih mengarah kepada sifat
doktriner dan menutup diri dari pendekatan yang dilakukan oleh para ahli studi islam diluar
muslim yang bersifat objektif dan rasional. Hal ini mengakibatkan ajaran agama Islam berubah
menjadi ajaran yang kaku dan kolot, serta tabu.
Sosiologis berarti ilmu yang mempelajari tentang social dan pengaruhnya terhadap
masyarakat. Hubungan sosial merupakan kebutuhan dasar manusia, manusia mungkin tidak
dapat meniadakan interaksi mereka dengan manusia lain. Sayangnya realitas menunjukkan
bahwa beberapa orang, ketika membangun hubungan, lupa bahwa ada perbedaan antara mereka,
tetapi perbedaan adalah sesuatu yang mustahil dihilangkan dan dalam membangun hubungan
sosial, toleransi diperlukan untuk mempertahankan perdamaian dan kebahagiaan secara
sistematik.5
Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami Islam. Sebab,
banyak bidang kajian keislaman yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila
menggunakan jasa ilmu sosiologi. Sebagai contoh, dalam ajaran Islam terdapat informasi tentang
kisah Nabi Yusuf yang dahulunya budak lalu akhirnya bisa jadi penguasa Mesir. Kemudian kisah
Nabi Musa yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Nabi Harun, dan masih banyak lagi
contoh lain. Peristiwa-peristiwa ini baru dapat dijawab dan ditemukan hikmahnya dengan
bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit
dipahami maksudnya. Sosiologi urgent untuk dijadikan salah satu alat dalam memahami ajaran
Islam yang berhubungan masalah-masalah sosial.6
Pada hakikatnya humaniora merupakan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang mencakup etika, logika, pendidikan pancasila, agama dan fenomonologi.
Melalui humaniora diharapkan masyarakat dapat mengenal dirinya sendiri secara utuh dan dapat
memanfaatkan pengetahuannya pada lingkungan tempat tinggal mereka.7
Ilmu-ilmu sosial dan humaniora, juga digunakan untuk mengkaji atau meneliti agama,
sehingga muncul sosiologi agama, antropologi agama, filsafat agama, sejarah agama, psikologi
agama, dll. Disiplin-disiplin yang sebagian cabangnya melibatkan nama agama ini biasa
Haidi Hajar Widagdo, “Etika Sosial Dalam Islam (Tinjauan Atas Relasi Nabi Dengan Pihak NonMuslim),” Akademika 18, no. 2 (2013): 1.
6
Nur Khasanah, “Kombinasi Pendekatan Studi Islam,” Religia 15, no. 1 (2012): 115.
7
Nur Khasanah, 113.
5
dipergunakan oleh para ilmuwan sosial Barat yang juga banyak diikuti oleh sebagian ilmuwan
muslim sebagai pendekatan untuk mengkaji Islam.
REFERENSI
Dedi Wahyudi. “Konsepsi Al-Qur’an Tentang Hakikat Evaluasi Dalam Pendidikan Islam.”
Hikmah XII, no. 2 (2016).
Haidi Hajar Widagdo. “Etika Sosial Dalam Islam (Tinjauan Atas Relasi Nabi Dengan Pihak
Non-Muslim).” Akademika 18, no. 2 (2013).
Irwan Abdullah. “Tantangan Pembangunan Ekonomi dan Transformsi Sosial : Suatu Pendekatan
Budaya.” Humaniora XIV, no. 3 (2002).
M. Ihsan Dacholfany. “Manajemen Mutu Pembelajaran di Lembaga Pendidikan Islam.”
Akademika 15, no. 02 (2010).
Marno. Islam by Management and Leadership Tinjauan Teoritis dan Empiris Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Lintas Pustaka Publisher, 2007.
Nur Khasanah. “Kombinasi Pendekatan Studi Islam.” Religia 15, no. 1 (2012).
Walfjri. “Peran Bahasa dalam Hegemoni Politik, Sosial dan Budaya.” Akademika 6, no. 1
(2011).
Retno Wulandari
149
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara Kampus 15a Iringmulyo Metro Timur
E-mail : [email protected]
Manusia merupakan makhluk social yang tidak biasa hidup sendiri, manusia saling
membutuhkan satu sama lain untuk melanjutkan hidupnya. Untuk membantu agar manusia
memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi di zaman modern kini, maka manusia perlu
mengaktualkan potensi-potensi yang ada agar terbentuklah manusia yang memiliki kecerdasan
emosional, intelektual dan spiritual yang sesuai. Dengan begitu maka terbentuklah moral dan
akhlak manusia yang baik. Hal ini sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia zaman
sekarang, kaarena seperti yang kita tahu bahwa manusia kini lebih mementingkan diri mereka
sendiri tanpa berfikir dengan baik apa yang akan dia lakukan. Rasa saling menghormati dan
menghargai antar sesama harus dipertahankan, karena hal seperti ini sangat erat kaitannya
dengan manusia yang berjiwa social. Setiap aktifitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan
tertentu, karena aktifitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan aktifitas atau pekerjaan
yang sia-sia.1 Hal ini menggambarkan bahwa segala aktifitas manusia tidak dilakukan sematamata hanya karena mereka ingin melakukannya. Manusia melakukan segala sesuatu pasti
memiliki tujuan tertentu, dan hal ini tentunya tidak hanya tujuan dalam jangka panjang, manusia
melakukan segala sesuatu dengan berfikir secara matang.
Dalam mencapai kehidupan yang ideal maka setiap individu pastinya akan menggunakan
akal dan akhlak yang memungkinkan munculnya tuntutan kebutuhan hidup manusia yang lebih
dari tuntutan hidup masyarakat lainnya. Kemajuan pemikiran dan peradaban manusia memiliki
berbagai macam aspek, yaitu social, pollitik, budaya, sejarah, seni, agama dan sebagainya.2
Indonesia sebagai salah satu Negara dimana penduduknya mayoritas muslim menjadikan
pendidikan Islam di Indonesia berkembang pesat. Pendidikan Islam sebenarnya memiliki
Dedi Wahyudi, “Konsepsi Al-Qur’an Tentang Hakikat Evaluasi Dalam Pendidikan Islam,” Hikmah XII,
no. 2 (2016): 251.
2
Walfjri, “Peran Bahasa dalam Hegemoni Politik, Sosial dan Budaya,” Akademika 6, no. 1 (2011): 2.
1
cakupan yang cukup luas, seperti yang dikemukakan Zarkowi Soejoeti (1986), pendidikan Islam
didefinisikan dalam tiga pengertian. Pertama, pendidikan Islam adalah jenis pendidikan yang
pendirian dan penyelenggaraannya, dimotivasi oleh hasrat dan semangat cita-cita masyarakat
untuk melestarikan nilai-nilai Islam. Kedua, jenis pendidikan yang memberikan perhatian, yang
sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang
diselenggarakan. Ketiga, jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian tersebut diatas.3
Dalam studi kependidikan, sebutan “pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai
suatu cirri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Agama dalam proses
social dapat dipandang sebagai dasar dalam pembentukan rasionalisasi kehidupan yang member
basis pada perkembangan ekonomi. Agama berfungsi sebagai motivator didalam proses
transformasi konseptual yang secara langsung berkaitan dengan pembentukan rasionalisasi. 4
Studi Islam merupakan suatu usaha mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan agama Islam secara mendalam, membahas tentang berbagai macam ajaran-ajaran Islam
dan sejarah-sejarah Islam. Hal ini menyebabkan banyaknya kalangan masyarakat yang ingin
mempelajari tentang ajaran Islam, bukan hanya dari kalangan muslim saja tetapi masyarakat
umum lainnya. Studi Islam di kalangan umat muslim bertujuan untuk memahami, mendalami
dan membahas ajaran-ajaran Islam supaya mereka dapat melaksanakan dan mangamalkan ajaran
Islam dengan baik dan benar. Dengan begitu, umat Islam akan lebih memahami ajaran-ajaran
Islam yang benar sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Dalam mempelajari pendidikan
Islampun bukan hanya dengan metode hafalan saja, melainkan lengkap dengan tata cara
pelaksanaannya juga.
Sedangkan studi Islam bagi kalangan diluar umat Islam biasanya bertujuan untuk
mempelajari asal mula agama serta praktik-praktik keagamaan yang ada dikalangan umat Islam
dimana hal tersebut semata-mata sebagai ilmu pegetahuan tentang Islam atau dikenal dengan
istilah Islamologi. Para ahli studi Islam biasanya mempelajari ajaran Islam guna melakukan
pengkajian, perbandingan antar agama, dan praktik-praktik pengalaman ajaran Islma itu sendiri.
Studi Islam dari kalangan luar muslim initentunya memiliki tujuan tertentu baik positif maupun
negative. Bahkan salah satu ahli studi Islam dari klangan ini menilai bahwa ajaran agama Islam
3
Marno, Islam by Management and Leadership Tinjauan Teoritis dan Empiris Pengembangan Lembaga
Pendidikan Islam (Jakarta: Lintas Pustaka Publisher, 2007), 92; M. Ihsan Dacholfany, “Manajemen Mutu
Pembelajaran di Lembaga Pendidikan Islam,” Akademika 15, no. 02 (2010): 112.
4
Irwan Abdullah, “Tantangan Pembangunan Ekonomi dan Transformsi Sosial : Suatu Pendekatan
Budaya,” Humaniora XIV, no. 3 (2002): 262.
adalah ajaran murtad. Namun setelah masa keemasan Islam memasuki masa kemundurannya,
dimana studi Islam yang mendominasi kalangan intelektual muslim lebih mengarah kepada sifat
doktriner dan menutup diri dari pendekatan yang dilakukan oleh para ahli studi islam diluar
muslim yang bersifat objektif dan rasional. Hal ini mengakibatkan ajaran agama Islam berubah
menjadi ajaran yang kaku dan kolot, serta tabu.
Sosiologis berarti ilmu yang mempelajari tentang social dan pengaruhnya terhadap
masyarakat. Hubungan sosial merupakan kebutuhan dasar manusia, manusia mungkin tidak
dapat meniadakan interaksi mereka dengan manusia lain. Sayangnya realitas menunjukkan
bahwa beberapa orang, ketika membangun hubungan, lupa bahwa ada perbedaan antara mereka,
tetapi perbedaan adalah sesuatu yang mustahil dihilangkan dan dalam membangun hubungan
sosial, toleransi diperlukan untuk mempertahankan perdamaian dan kebahagiaan secara
sistematik.5
Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami Islam. Sebab,
banyak bidang kajian keislaman yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila
menggunakan jasa ilmu sosiologi. Sebagai contoh, dalam ajaran Islam terdapat informasi tentang
kisah Nabi Yusuf yang dahulunya budak lalu akhirnya bisa jadi penguasa Mesir. Kemudian kisah
Nabi Musa yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Nabi Harun, dan masih banyak lagi
contoh lain. Peristiwa-peristiwa ini baru dapat dijawab dan ditemukan hikmahnya dengan
bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit
dipahami maksudnya. Sosiologi urgent untuk dijadikan salah satu alat dalam memahami ajaran
Islam yang berhubungan masalah-masalah sosial.6
Pada hakikatnya humaniora merupakan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang mencakup etika, logika, pendidikan pancasila, agama dan fenomonologi.
Melalui humaniora diharapkan masyarakat dapat mengenal dirinya sendiri secara utuh dan dapat
memanfaatkan pengetahuannya pada lingkungan tempat tinggal mereka.7
Ilmu-ilmu sosial dan humaniora, juga digunakan untuk mengkaji atau meneliti agama,
sehingga muncul sosiologi agama, antropologi agama, filsafat agama, sejarah agama, psikologi
agama, dll. Disiplin-disiplin yang sebagian cabangnya melibatkan nama agama ini biasa
Haidi Hajar Widagdo, “Etika Sosial Dalam Islam (Tinjauan Atas Relasi Nabi Dengan Pihak NonMuslim),” Akademika 18, no. 2 (2013): 1.
6
Nur Khasanah, “Kombinasi Pendekatan Studi Islam,” Religia 15, no. 1 (2012): 115.
7
Nur Khasanah, 113.
5
dipergunakan oleh para ilmuwan sosial Barat yang juga banyak diikuti oleh sebagian ilmuwan
muslim sebagai pendekatan untuk mengkaji Islam.
REFERENSI
Dedi Wahyudi. “Konsepsi Al-Qur’an Tentang Hakikat Evaluasi Dalam Pendidikan Islam.”
Hikmah XII, no. 2 (2016).
Haidi Hajar Widagdo. “Etika Sosial Dalam Islam (Tinjauan Atas Relasi Nabi Dengan Pihak
Non-Muslim).” Akademika 18, no. 2 (2013).
Irwan Abdullah. “Tantangan Pembangunan Ekonomi dan Transformsi Sosial : Suatu Pendekatan
Budaya.” Humaniora XIV, no. 3 (2002).
M. Ihsan Dacholfany. “Manajemen Mutu Pembelajaran di Lembaga Pendidikan Islam.”
Akademika 15, no. 02 (2010).
Marno. Islam by Management and Leadership Tinjauan Teoritis dan Empiris Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Lintas Pustaka Publisher, 2007.
Nur Khasanah. “Kombinasi Pendekatan Studi Islam.” Religia 15, no. 1 (2012).
Walfjri. “Peran Bahasa dalam Hegemoni Politik, Sosial dan Budaya.” Akademika 6, no. 1
(2011).