MOTIF UKRAINA DALAM PENERIMAAN BAILOUT

MOTIF UKRAINA DALAM PENERIMAAN BAILOUT DARI RUSSIA
TAHUN 2013
Aulia Akmalina (105120401121006)
Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya Malang
([email protected])

ABSTRAK
Ukraina mengalami masa-masa sulit sejak memburuknya
perekonomian dunia belakangan. Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk
berupaya untuk bergabung dengan Uni Eropa dalam mewujudkan DCFTA
(Deep and Comprehensive Free Trade Area), namun tepat pada saat perjanjian
tersebut akan ditandatangani, Ukraina memilih untuk membatalkan perjanjian
tersebut dan menerima bailout yang ditawarkan oleh Russia. Tulisan ini
mengkaji mengenai motif Ukraina dalam menerima bailout tersebut, dikaji dari
konsep Balance of Interest ala jackal bandwagoning yang dikemukakan oleh
Randall L. Schweller. Ada dua indicator besar jackal bandwagoning, yaitu
perilaku scavenging dan predatory buckpassing yang digunakan untuk mencari
motif Ukraina dalam membuat keputusan penerimaan bailout tersebut.
UKRAINE’S MOTIVES FOR RECEIVING BAILOUT FROM
RUSSIA IN 2013

ABSTRACT
Ukraine has been facing difficult times since the worsening of global economy lately.
There were so many efforts done to make Ukraine’s condition better, including the efforts to
join European Union within DCFTA (Deep and Comprehensive Free Trade Area) scheme, but
right before the signing of the agreement, Ukraine decided to do cancellation towards the
agreement and receiving bailout offered by Russia instead. This research is meant to look for
Ukraine’s motives for receiving the bailout from the prespective of jackal bandwagoning on
Balance of Interest concept proposed by Randall L. Schweller. There are two behavior as
major indicators of jackal bandwagoning; scavenging and predatory buckpassing that being
used to look for Ukraine’s motives on the bailout receiving decision.
Keywords: Bailout , Free Trade Area, agreement, cancellation, jackal
bandwagoning, balance of interest, scavenging, predatory buckpassing, motives, behavior.

PENDAHULUAN
Penandatanganan kesepakatan mengenai penerimaan bailout antara Ukraina dengan
Russia yang dilaksanakan pada akhir bulan Desember 2013 merupakan sebuah peristiwa
penting yang membuat Ukraina jatuh dalam keadaan krisis, baik secara domestic maupun

internasional. Ukraina telah melakukan upaya bertahun-tahun sejak kemerdekaan untuk
bergabung dengan Uni Eropa. Setelah upaya negosiasi dan berbagai perubahan yang

dilakukan oleh Ukraina, akhirnya Ukraina berhasil mencapai titik dimana Uni Eropa bersedia
untuk membuka peluang untuk sedikit lebih jauh untuk Ukraina bergabung dengan Uni Eropa
melalui Stabilisation and Association Agreement (SAA). Namun, pada akhir bulan Desember
2013, Ukraina memutuskan untuk berbalik dan menerima bailout yang disodorkan oleh
Russia. Hal ini kemudian membawa hubungan Ukraina dengan Uni Eropa selangkah lebih
mundur, dan di sisi lain hubungan Ukraina dengan Russia menjadi semakin maju.
Alasan mengapa Ukraina membutuhkan bailout dapat dirujuk kembali kepada profil
negara Ukraina sendiri. Ukraina telah digolongkan sebagai negara yang berperingkat lower
middle income, dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tahun 2013 adalah sebesar 177,4
Milyar Dollar1. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi Ukraina ini kemudian dapat dinyatakan
stagnan dan berada di ambang krisis ketika pertumbuhan PDB pertahunnya justru melemah
yang dimulai sejak tahun 2012. Pertumbuhan PDB Ukraina yang semula merangkak naik
kembali melemah dan cenderung turun hingga nyaris nol persen pada tahun 2012-2013,
membawa Ukraina berada di ambang resesi. Hal ini membawa ketidakpercayaan investor,
sehingga tingkat kepercayaan kredit di Ukraina turun jauh2 dan mengindikasikan bahwa
Ukraina membutuhkan reformasi secepat mungkin untuk menghindarkan terjadinya krisis
yang lebih parah setelah memburuknya kondisi ekonomi global akibat krisis global pada
tahun 2008 lalu.
Sejalan dengan fokus kebijakan negara, Ukraina juga memandang adanya masadepan
yang menjanjikan dalam jangka panjang apabila dapat bergabung dengan Uni Eropa. Namun

meskipun demikian, pada bulan November 2013, Ukraina dibawah keputusan Presiden Viktor
Yanukovych memutuskan untuk membatalkan penandatanganan SAA yang dapat membawa
kedekatan lebih jauh dengan status anggota Uni Eropa dan justru kembali mempererat
hubungan dengan Russia yang ditandai dengan penerimaan bailout dari Russia3. Bailout ini
meliputi persetujuan Russia untuk membeli surat hutang Ukraina sebesar 15 miliar dollar
serta pemotongan sepertiga biaya jual beli gas antara Naftogaz (perusahaan gas milik

World Bank, “Ukraine | Data” , World Bank Data Source 2014,
http://data.worldbank.org/country/ukraine#cp_wdi . Diakses pada Desember 2014.
2
Linda Yueh, “Ukraina on Edge”, BBC Business News, 2 Maret 2014,
http://www.bbc.com/news/business-26407911 diakses pada Desember 2014.
3
Darya Korsunskaya, “Russia Promises Ukraine $15 Billion Bailout”, Huffington Post, 17 Desember
2013. Diakses dari http://www.huffingtonpost.com/2013/12/17/russia-ukrainebailout_n_4459479.html pada November 2014.
1

Ukraina) dengan Gazprom (perusahaan gas milik Russia)4. Hal ini tentu saja membuat
Ukraina cukup tergoda karena keseluruhan hutang yang dimilikinya berjumlah sekitar 75
milyar dollar5. Adanya suntikan dana segar setelah stagnasi ekonomi Ukraina merupakan

angin dingin ditengah macetnya perekonomian Ukraina, karena pemerintah Ukraina tengah
membutuhkan pinjaman demi meredakan tekanan atas kosongnya devisa negara tersebut6.
Sayangnya, keputusan ini kemudian disambut dengan unjuk rasa yang dilakukan oleh
sebagian besar penduduk Ukraina yang berposisi pro-barat. Penduduk Ukraina ini
mengkhawatirkan bahwa kedekatan Ukraina dengan Russia ini akan mengancam
kemerdekaan, identitas dan kepentingan nasional Ukraina. Barisan massa memulai protesnya
dengan damai di Kiev, kemudian perlahan berkembang menjadi kerusuhan yang memakan
korban dari berbagai kalangan termasuk masyarakat sipil dan pasukan anti huru hara Ukraina
sendiri.
Meskipun disikapi dengan protes keras dari masyarakat, pemerintah Ukraina tetap
berkeras untuk mempertahankan kesepakatan tersebut dan melanjutkan kerjasama dengan
Russia. Dengan keadaan tersebut, maka teori yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah teori yang menjelaskan motif suatu negara dalam beraliansi. Untuk alasan itulah maka
penulis memilih teori Balance of Interest (BOI) agar dapat menjelaskan motif Ukraina
menerima bailout dari Russia tersebut.
TINJAUAN TEORITIS
Konsep Balance of Interest merupakan sebuah konsep yang mempelajari mengenai
keputusan suatu negara untuk menentukan sisi manakah yang ia inginkan untuk menjadi
aliansi, dimana keputusan ini didasari oleh adanya dorongan ekonomi. Konsep Balance of
Interest dalam dalam Hubungan Internasional masih sangat baru, dimana konsep ini

merupakan turunan dari salah satu teori utama Hubungan Internasional yaitu Teori Balance of
Threat. Meskipun berangkat dari dasar pemikiran yang serupa, konsep Balance of Interest
dapat dikatakan cukup berbeda dengan teori Balance of Threat dalam hal motivasi yang
mendasari negara dalam mengambil keputusan untuk menentukan sisi aliansi. Balance of

Ibid.
Klaus Dahmann, “Perekonomian Ukraina Terancam Krisis Parah”, Deutsche-Welle edisi 4 April
2014. Diakses dari http://dw.com/p/1Bc42 pada 2 Juni 2016
6
Didi Purwadi, “Ukraina Minta Bantuan untuk Bayar Utang”, Republika edisi 18 April 2014. Diakses
secara online dari http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/14/04/18/n48j7w-ukrainaminta-bantuan-untuk-bayar-utang pada 3 Juni 2016
4
5

Threat ditentukan semata oleh ancaman yang akan dihadapi negara, sementara Balance of
Interest didasari oleh keinginan untuk mendapatkan profit yang dimiliki negara.
Schweller menganalogikan perilaku negara dalam menghadapi ancaman ini dengan
perilaku hewan di dalam hutan.Dalam analoginya, Schweller memberikan beberapa jenis
negara sesuai dengan diagram diatas.
Tipe pertama (1) adalah negara bertipe singa (lion) yaitu negara yang rela membayar

mahal untuk mempertahankan nilai-nilai yang telah ia miliki, namun hanya akan membayar
sesedikit mungkin untuk meningkatkan statusnya7. Negara ini telah memiliki posisi tawar
yang tinggi dalam politik internasional. Tujuan utama dari negara ini adalah sebisa mungkin
menjaga keadaan yang dimilikinya sekarang (self-preservation), serta memaksimalkan
keamanan mereka8. Dari definisi ini telah tampak bahwa umumnya negara status quo di dunia
merupakan tipe ini.
Tipe kedua (2) adalah negara domba (lambs), yaitu negara dengan posisi tawar rendah
yang kurang memiliki keinginan untuk mengubah statusnya. Apabila diibaratkan dalam rantai
makanan, negara ini merupakan negara yang cenderung dimangsa. Umumnya negara jenis ini
memiliki keadaan politik domestik yang tidak stabil dalam hal hubungan antara pemerintah
dan masyarakatnya. Negara domba melakukan bandwagoning untuk mengalihkan dan
menghindari ancaman. Sebagian negara memilih untuk melakukan bandwagoning karena
memandang pihak yang akan digabungi tersebut merupakan wave-of-the-future yang
berpotensi menang, dan kemudian terlibat dalam domino bandwagoning9.
Kemudian tipe ketiga (3) adalah negara bertipe jackal. Negara jackal merupakan
negara yang bersifat oportunistik dan bersedia membayar mahal untuk mencapai
keinginannya apabila mendapatkan kesempatan. Seperti halnya negara wolves, negara jackal
juga merupakan negara yang tidak puas dengan keberadaannya, namun negara tipe ini sangat
menghargai asetnya sehingga kemudian negara ini berupaya untuk sebisa mungkin
menghindari resiko yang bisa membahayakan posisinya, sekaligus menjadi negara oportunis.

Tujuan perilaku ini adalah demi meningkatkan prestige dalam tatanan internasional, tanpa
maksud menyaingi negara status quo (limited aims)10. Negara ini melakukan jackal
bandwagoning, yaitu usaha mendapatkan imbalan ketika bekerjasama dengan negara yang
lebih besar – bisa jadi negara lions atau wolves tergantung negara mana yang dirasa lebih
besar keuntungannya. Selain itu, motivasi melakukan jackal bandwagoning adalah untuk
Ibid, hal. 101.
Ibid.
9
Ibid, hal. 102.
10
Ibid, hal. 103.
7
8

mendapatkan keamanan dari resiko serangan sang lion maupun wolf, tergantung negara mana
yang digabungi.
Tipe terakhir (4) adalah negara wolves. Negara wolves, yaitu negara predator yang
sangat tidak puas dengan keberadaannya. Negara ini memandang bahwa apa yang mereka
kejar itu lebih berharga daripada apa yang mereka miliki. Negara wolves biasanya adalah
negara ekspansionis yang haus kekuasaan sehingga cenderung mengerahkan segala asset yang

mereka miliki untuk memangsa negara-negara lain dengan resiko kalah total demi menambah
asset mereka (unlimited aims). Negara tipe ini bukanlah negara yang bergabung dengan
negara lain, melainkan negara yang biasa menjadi tujuan negara lain untuk digabungi.
Kemudian, Schweller memberikan beberapa sebab mengapa negara melakukan
bandwagoning, antara lain:
Sebab pertama (1), adalah negara melakukan jackal bandwagoning dimana tujuannya
adalah profit. Dalam skema ini, negara revisionis dibagi menjadi dua yaitu negara dengan
limited aims dan negara dengan unlimited aims sebagaimana yang telah disinggung dalam
pembagian peran aktor diatas. Secara spesifik, negara revisionis melakukan bandwagoning
agar mereka dapat berbagi manisnya kemenangan. Negara dengan unlimited aims tidak dapat
melakukan bandwagon, justru merekalah sasaran untuk dijadikan bandwagon. Umumnya
bandwagoning yang dilakukan secara ofensif hanya dilakukan oleh aggressor yang lebih
jinak, yaitu negara dengan limited aims. Biasanya, negara limited aims mencapai kesepakatan
dengan unlimited aims dalam hal pengaruh, sebagai pertukaran dimana nanti junior partner
nya akan mensupport revisionis leader dalam tujuannya yang bersifat ekspansionis. Selain
dalam hal mengincar tambahan teritori, tujuan jackal bandwagoning sendiri juga sebagai
perlindungan dari sang lion.
Terkadang, revisionist leader lebih kuat dibandingkan dengan status quo leader
tandingannya. Dalam kasus demikian, revisionist leader tidak membutuhkan bantuan aktif
juniornya, namun ia berupaya untuk mencegah atau memblok kemungkinan terbentuknya

koalisi status quo. Dalam kasus dimana goalnya adalah untuk mencegah terbentuknya koalisi
status quo, revisionist leader sering kali mengijinkan limited aim leader untuk mendapatkan
apa yang diinginkannya, sebagai imbalan atas tidak bergabungnya ia ke dalam koalisi status
quo tersebut. Karena jackal merupakan pengais keuntungan dan bukannya predator yang
sesungguhnya, tipe ini adalah bentuk predatory buck passing: dimana jackal berupaya
mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa harus mengkonfrontasi secara langsung kepada
pihak lain.

Kemudian sebab kedua (2) adalah karena negara revisionis bergabung dalam
bandwagoning yang bersifat piling-on atau penumpukan. Bandwagoning ini terjadi ketika
hasil dari perang sudah ditentukan. Negara biasanya melakukan bandwagon dengan
pemenang perang untuk turut mengklaim kemenangan hasil perang, sebagaimana yang telah
menjadi tujuan jackal bandwagoning. Apabila yang terjadi adalah piling on, singkatnya ini
adalah jackal bandwagoning yang terjadi di akhir masa perang.
Kemudian, sebab ketiga (3) adalah negara revisionis menganggap pihak yang akan
digabungi sebagai Wave of the future. States bisa saja bandwagon dengan sisi yang lebih kuat
karena mereka percaya sang pemenang mewakili “wave of the future”. Bandwagoning yang
didasari oleh alasan ini biasanya diperkenalkan oleh leader yang kharismatik dan ideology
yang dinamis, khususnya ketika didukung dengan propaganda besar-besaran dan demonstrasi
yang menunjukkan superioritas di medan pertempuran.

Sebab terakhir (4) adalah, suatu negara revisionis melakukan bandwagoning akibat
adanya domino effect atau efek penularan. Biasanya, bandwagon di suatu wilayah akan
menulari tetangganya. Dalam hampir setiap kasus, bandwagon pertama diset oleh kekuatan
eksternal yang kemudian akan menyentuh reaksi berantai yang semakin akan menyalakan
semangat bandwagon tersebut dan mempercepatnya. Dengan demikian, teori efek domino
menyatakan revolusi merupakan suatu “event yang dipicu oleh kekuatan eksternal” yang
menyebar dengan cepat karena suatu negara yang berada di wilayah tertentu biasanya
terhubung erat dan “karena revolusionis biasanya menginginkan untuk sebanyak mungkin
pihak tahu tentang aktivitas mereka”. Sama halnya, efek penularan ini juga berlaku sama
seperti halnya dengan perang. Tapi meskipun diasosiasikan dengan penyebaran perang dan
revolusi, bandwagon seperti ini juga dapat mempromosikan berdirinya perdamaian.
Dari keempat sebab diatas, yang paling dapat digunakan dalam penelitian ini adalah
konsep jackal bandwagoning karena ketiga sebab lainnya merupakan tipe bandwagoning
yang terjadi dalam masa konflik atau peperangan, sedangkan alasan jackal bandwagoning
dapat terjadi kapanpun tanpa harus suatu negara mengalami ancaman dalam bentuk tertentu.
Selain memberikan berbagai situasi bandwagoning tersebut, Schweller juga menunjukkan
bahwa analisis ini dapat digunakan dalam dua level analisis, yaitu level unit dan level
sistemik.
Dalam level sistemik, konsep Balance of Interest ini merujuk pada penggunaan
kekuatan relative yang dimiliki baik negara status quo maupun negara revisionist. Sedangkan

dalam level unit, konsep ini merujuk pada besarnya cost yang akan dibayarkan oleh negara

demi mempertahankan nilai-nilai yang dimilikinya dibandingkan dengan besarnya cost untuk
memperluas nilai-nilai yang sudah ada11.
Dalam penelitian ini, yang akan digunakan adalah teori Balance of Interest dari level
sistemik karena kasus yang dibahas ini menggunakan level analisis negara. Level sistemik ini
berangkat dari pemahaman realis bahwa negara adalah actor rasional dan memiliki alasan
rasional untuk melakukan hal tertentu karena pengaruh system yang berlaku.
Dalam level sistemik ini, Schweller mengungkapkan sulitnya mengoperasionalkan
istilah negara status quo dan revisionis sehingga ia memberikan definisi sebaik mungkin
supaya istilah ini dapat digunakan dalam penelitian. 12 Negara status quo bertujuan untuk
mencari self-preservation atau perlindungan nilai-nilai yang dimiliki, umumnya negara yang
menjadikan power sebagai tujuan utamanya dan bukan lagi mengejar keamanan. Bagi negara
status quo, keuntungan yang didapat melalui ekspansi non keamanan sebanding dengan biaya
yang harus dikeluarkan untuk perang sehingga menempuh jalan bertema militer dapat
dijadikan pilihan terakhir untuk mencapai tujuannya. Untuk alasan inilah, ketertarikannya atas
kekuatan militer bervariasi sesuai dengan level ancaman yang dihadapi13.
Sebaliknya, negara revisionis menilai apa yang mereka inginkan lebih dari apa yang
mereka miliki sekarang, meskipun rasionya bisa saja bervariasi sesuai dengan
pertimbangannya; mereka tidak akan ragu menurunkan kekuatan militer untuk mengubah
status quo dan untuk memperoleh nilai tambahan. Untuk negara revisionis, keuntungan yang
didapatkan dari ekspansi non sekuriti lebih besar daripada biaya berperang sehingga cara
militer masuk dalam beberapa opsi pertama sebagai cara yang perlu ditempuh untuk mencapai
tujuan. Negara revisionis akan bergabung menjadi satu tubuh bandwagon apabila sudah jelas
bagi mereka bahwa penggabungan tersebut akan membuat mereka lebih kuat daripada sisi
konservatif; terutama apabila kekuatan yang dibutuhkan untuk mengubah status tersebut
cukup besar, sehingga mereka memiliki peluang untuk sukses dalam tujuan ekspansionis
mereka14.
Melalui perumpamaan yang diuraikan oleh Schweller, penulis telah menempatkan
beberapa aktor sebagai pelaku utama dalam fenomena yang akan dikaji ini. Sebagaimana
yang telah disinggung sebelumnya, Schweller telah mengungkapkan bahwa sulit untuk
mengoperasionalkan negara status quo dan revisionis. Untuk itu, operasionalisasi kedua
macam negara ini berangkat dari definisi yang diberikan Schweller.
Ibid, hal. 100
Ibid, hal. 104
13
Ibid, hal. 105
14
Ibid.
11
12

Seperti yang telah disinggung dalam bab latar belakang masalah, penulis
menempatkan Uni Eropa sebagai aktor status quo dan Ukraina serta Russia sebagai aktor
revisionis. Uni Eropa sebagai status quo karena aktor ini telah menjadi aktor dominan
kawasan, dimana Uni Eropa sudah bukanlah aktor yang menjadikan keamanan sebagai tujuan
utama, melainkan power. Hal ini dapat dibuktikan dengan tujuan awal terbentuknya Uni
Eropa sendiri adalah sebagai entitas politik maupun ekonomi yang terintegrasi15. Hal ini dapat
dilihat sebagai upaya Uni Eropa untuk mempertahankan power yang dimiliki di kawasan
tersebut, dan bukanlah upaya untuk mengejar keamanan lagi pasca berakhirnya Perang Dunia
II.
Hal itu ternyata berhasil apabila dilihat dari posisinya yang menjadi aktor dominan
kawasan. Dominasi yang dimiliki oleh Uni Eropa berdasarkan kedudukannya sebagai salah
satu aktor internasional yang memiliki stabilitas dalam keseluruhan aspek seperti politik dan
ekonomi, sehingga Uni Eropa merasa posisinya sudah bagus dan tidak perlu diubah. Hal ini
diperkuat juga dengan fakta bahwa posisi tawar Uni Eropa begitu tinggi, dilihat dari
banyaknya negara yang ingin ikut bergabung dengan Uni Eropa. Dalam kasus ini, Uni Eropa
juga bukan pihak yang ingin mengubah posisi tawar karena Uni Eropa bukan pihak yang
mengajukan tawaran perjanjian kepada Ukraina – melainkan Ukraina sendiri yang berinisiatif
untuk menjalin kerja sama.
Selanjutnya, aktor yang perlu dikaji adalah aktor revisionis, dalam kasus ini adalah
Ukraina dan Russia. Dalam penjelasannya pada level sistemik, Schweller memberikan dua
macam aktor yang berada dibawah istilah revisionis, yaitu aktor dengan limited aims dan
unlimited aims. Pada operasionalisasi ini, aktor unlimited aims dideskripsikan sebagai aktor
yang digabungi oleh aktor limited aims. Aktor limited aims dinilai sebagai aktor yang lebih
tidak agresif apabila dibandingkan dengan aktor unlimited aims16. Dalam kasus ini, yang
bertempat menjadi aktor unlimited aims adalah Russia, sedangkan aktor limited aims adalah
Ukraina. Hal ini berkenaan kembali dengan penjelasan mengenai definisi aktor revisionis dari
Schweller dimana:
“Negara revisionis menilai apa yang mereka inginkan lebih dari apa yang mereka miliki sekarang,
meskipun rasionya bisa saja bervariasi sesuai dengan pertimbangannya; mereka tidak akan ragu
menurunkan kekuatan militer untuk mengubah status quo dan untuk memperoleh nilai tambahan.”

Uni Eropa, “European Union in Brief”, Website resmi Uni Eropa, 13 Mei 2015, dari alamat
http://europa.eu/about-eu/basic-information/about/index_en.htm diakses pada 4 Juni 2016
16
Schweller, Op. cit. hal. 93
15

Hal ini menjadi penjelasan mengenai apa yang menjadi dasar pembagian limited dan
unlimited aims. Russia ditempatkan sebagai unlimited aims karena Russia bersedia
memberikan apapun yang dibutuhkan untuk mendapatkan tujuannya, yaitu agar Ukraina tidak
bergabung dengan Uni Eropa. Sementara itu, Ukraina berada dalam posisi limited aims karena
Ukraina bersedia menyerahkan kesempatannya untuk bergabung dengan Uni Eropa dan
mendapatkan bailout tersebut sebagai gantinya.
Indicator utama dari status revisionis adalah adanya perilaku Ukraina yang
menginginkan untuk mendapatkan sebanyak mungkin dari siapapun yang bersedia untuk
memberikan sesuatu kepadanya. Ukraina tidak membatasi antara keberpihakannya kepada
Russia maupun kepada Uni Eropa. Bahkan Ukraina tidak memperlihatkan sisi yang pasti
antara sebagai partner potensial Uni Eropa maupun sebagai partner dagang Russia. Dalam hal
keamanan energy yang dijadikan concern utama Russia, Ukraina juga mendapatkan
keuntungan meskipun terkadang Russia memberikan permainan berupa carrot and stick
dengan menggunakan suplai gas dan minyak.
Kemudian, negara yang bertindak sebagai unlimited aims disini adalah Russia, dimana
Russia selalu diidentikkan dengan negara yang kalah pada Perang Dunia II. Hingga saat ini,
kapabilitas Russia masih dipertanyakan, dan meskipun belum ada pertikaian terbuka dengan
pihak Uni Eropa, Russia telah melancarkan berbagai aksi yang mengakibatkan adanya
percikan api pada hubungan internasional kawasan. Dengan kekuatan yang dimilikinya,
Russia berusaha menjadi negara revisionis yang bersedia memberikan apapun untuk
mengubah tatanan politik global saat ini – juga merubah stigma masyarakat internasional
mengenai negara yang kalah perang. Russia bersedia memberikan biaya yang besar demi
memperbaiki posisinya di dunia internasional. Dalam kasus ini, kedudukan Russia sebagai
negara unlimited aims didukung oleh berbagai tindakan yang diambil oleh Russia dan dibiayai
secara total – baik dalam hal memperbaiki posisi kapabilitas keamanan maupun dalam hal
memperbaiki posisi pencapaian kepentingan.
Sesuai dengan penjelasan Schweller setelah menentukan siapa saja aktor yang berperan
di dalam skema ini, maka selanjutnya adalah untuk menentukan tujuan mengapa Ukraina
melakukan bandwagoning terhadap Uni Eropa.
Sebagai penyebab utama yang akan dikaji lebih lanjut dalam bab pembahasan, alasan
jackal bandwagoning adalah alasan yang paling dapat diaplikasikan dalam situasi sesuai
dengan studi kasus ini. Berbeda dengan situasi piling on, wave of the future dan contagion
effect, perilaku jackal bandwagoning dapat terjadi kapan saja tanpa ada batasan tertentu
seperti perang, efek penularan, maupun tren baru yang perlu diprediksi. Menurut Schweller,

negara melakukan jackal bandwagoning dimana tujuannya adalah profit, ditunjukkan dengan
perilaku scavenging atau mengais-ais sebagai karakter utama aktor jackal.
Dalam hal ini, yang menjadi operasionalisasinya adalah perilaku Ukraina menerima
berbagai bantuan yang disodorkan kepadanya, dan tidak memilih satu pihak tertentu saja. Hal
ini kemudian mengaskan posisi Ukraina sebagai negara revisionis berkarakter jackal.
Dalam skema ini, negara revisionis dibagi menjadi dua yaitu negara dengan limited
aims dan negara dengan unlimited aims. Secara spesifik, negara revisionis melakukan
bandwagoning agar mereka dapat berbagi manisnya kemenangan. Negara dengan unlimited
aims tidak dapat melakukan bandwagon, justru merekalah sasaran untuk dijadikan
bandwagon. Umumnya bandwagoning yang dilakukan secara ofensif hanya dilakukan oleh
aggressor yang lebih jinak, yaitu negara dengan limited aims (Ukraina).
Salah satu situasinya adalah, biasanya, negara limited aims mencapai kesepakatan
dengan unlimited aims dalam hal pengaruh, sebagai pertukaran dimana nanti junior
partnernya akan mendukung revisionis leader dalam tujuannya yang bersifat ekspansionis.
Selain dalam hal mengincar tambahan teritori, tujuan jackal bandwagoning sendiri juga
sebagai perlindungan dari aktor status quo.
Dalam hal ini, operasionalisasinya adalah Ukraina mencapai kesepakatan dengan
Russia dalam hal pengaruh, yang diwujudkan dalam bertolaknya Ukraina dari perjanjian
Stabilisation and Association Agreement dengan Uni Eropa, menandakan bahwa pengaruh
Russia berhasil ditegakkan disana. Situasi ini sesuai dengan salah satu kondisi dimana adanya
ketidakseimbangan dalam suatu hal pada situasi ini yang telah dipaparkan sebelumnya:
“Terkadang, revisionist leader lebih kuat dibandingkan dengan status quo leader tandingannya.
Dalam kasus demikian, revisionist leader tidak membutuhkan bantuan aktif juniornya, namun ia
berupaya untuk mencegah atau memblok kemungkinan terbentuknya koalisi status quo. Dalam
kasus dimana goalnya adalah untuk mencegah terbentuknya koalisi status quo, revisionist leader
sering kali mengijinkan limited aim leader untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, sebagai
imbalan atas tidak bergabungnya ia ke dalam koalisi status quo tersebut. Karena jackal
merupakan pengais keuntungan dan bukannya predator yang sesungguhnya, tipe ini adalah
bentuk predatory buck passing: dimana jackal berupaya mendapatkan apa yang diinginkannya
tanpa harus mengkonfrontasi secara langsung kepada pihak lain.”

Hal ini kemudian menjelaskan tujuan mengapa Ukraina menerima bailout dari
Russia ditengah kebimbangannya, yaitu karena Ukraina melakukan predatory
buckpassing, dalam skema jackal bandwagoning.
Tujuan dari adanya identifikasi jenis negara tersebut dilakukan untuk kemudian
membantu penulis melakukan analisa terhadap perilaku negara, kenapa kemudian tindakan
negara tersebut menjadi realistis untuk dilakukan.

MOTIF UKRAINA DALAM PENERIMAAN BAILOUT DARI RUSSIA TAHUN 2013
a. Peluang Untuk Meringankan Krisis Ekonomi Ukraina
Sejak adanya krisis 2008, Ukraina telah menunjukkan performa buruk yang cukup
konstan dalam hal ekonomi. Hal ini kemudian diatasi dengan Ukraina melakukan berbagai
kesepakatan dari berbagai pihak, termasuk IMF, Uni Eropa serta Russia. Pada 2010, Ukraina
telah menyepakati adanya pinjaman dari IMF sebesar sekitar USD 15 milyar 17. Dengan
adanya ekonomi Ukraina yang buruk, pinjaman tersebut ternyata tidak dapat mengatasi krisis
dan bobroknya performa ekonomi Ukraina. Setelah hal tersebut dirasa tidak berhasil, Ukraina
berganti mendekati Russia demi kesepakatan peringanan harga gas, dimana hutang
pembayaran gas dan minyak bumi tersebut adalah salah satu penyebab besarnya angka hutang
Ukraina.18 Salah satu pertimbangan lain yang dilakukan oleh Ukraina dengan menerima
bailout atau dari Rusia adalah, kebutuhan Ukraina dalam hal suntikan dana segar sehubungan
dengan lemahnya keadaan investasi ekonomi di Ukraina.19
Ukraina benar-benar membutuhkan bantuan untuk memulihkan ekonominya, dan
bantuan terbesar yang bisa didiapatkan secepat mungkin adalah melalui bailout Russia.
Ukraina bisa saja meminta bantuan dari IMF, namun banyak pihak meragukan hal tersebut
karena Ukraina sudah memiliki jumlah besaran hutang yang fantastis kepada IMF sehingga
IMF sendiri juga sangsi bahwa Ukraina dapat memenuhi target deadline pembayaran
hutangnya. Selain itu, Ukraina sendiri juga sudah gagal selama bertahun-tahun dalam
memenuhi standar IMF dalam hal perbaikan kondisi internal negaranya demi memperpanjang
bailout yang diterima sebelumnya tahun 2008 dan 201020.
Penerimaan Ukraina terhadap bailout yang ditawarkan oleh Russia yaitu berupa
bantuan keuangan sebesar USD 15 Milyar dan paket dukungan perdagangan merupakan salah
satu solusi instan agar dapat menggerakkan roda perekonomian Ukraina kembali. Dalam
dukungan perdagangan tersebut, Russia memaksudkan untuk memberikan bantuan berupa
diskon biaya gas sebesar 33% dari USD 402 per 1000 meter kubik gas menjadi USD 268.5
Anders Aslund. “Ukraine’s Choice: European Association Agreement or Eurasian Union”. Policy
Brief dari Peterson Institute for International Economics, Washington DC.Agustus 2013.Tersedia
secara online pada http://www.iie.com/publications/pb/pb13-22.pdf .Diakses pada 16 Juni 2016.
18
Aslund, Op. cit.
19
BBC.Edisi 18 Desember 2014.Russian bailout masks Ukraine’s economic mess. Diakses pada April
2016 dari alamat http://www.bbc.com/news/business-25430980
20
The Guardian, Edisi 25 Februari 2014. Ukraine: Why is the country so desperately in need of cash?
Dari alamat http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/ukraine/10660414/Ukraine-Why-isthe-country-so-desperately-in-need-of-cash.html . Diakses pada Juli 2016.
17

per 1000 meter kubik gas.21 Hal ini kemudian menjadi menarik karena dengan menerima
bailout ini, Ukraina dapat menyingkirkan sekitar 20% dari total hutang luar negerinya yang
memberatkan perekonomian negara.
Selain itu, Ukraina juga membutuhkan segera suntikan dana segar untuk membantu
meringankan kesenjangan pendanaan eksternal, dimana cadangan luar negeri Ukraina sendiri
sudah hampir habis untuk membiayai operasional negara, serta menghindari kemungkinan
Ukraina dinyatakan bangkrut22. Sebagaimana telah diketahui, Ukraina terbebani pelunasan
hutang yang apabila ditotal mencapai USD 8 Milyar, dimana hutang ini harus dilunasi sampai
dengan akhir tahun 201423. Selain besaran hutang tersebut, Ukraina juga masih memiliki
tanggungan hutang kepada Gazprom Russia sebesar USD 2,7 milyar, sehingga nantinya uang
bailout tersebut akan kembali masuk kepada Russia24.
Ukraina kemudian memberikan juga beberapa kisi-kisi prioritas penggunaan dana
bailout yang telah direncanakan. Sebagian dana tersebut akan digunakan untuk membantu
pemerintah mempromosikan peluang Ukraina dalam hal informasi dan teknologi serta
agrikultur supaya Ukraina dapat menjaring investor yang baru. Selain itu, Ukraina juga pasti
membutuhkan pegangan yang tersedia selama berupaya untuk menghentikan subsidi dalam
hal industry dan manufaktur25.
Sama halnya ketika Ukraina dituntut untuk membuat perubahan drastic dalam standar
kehidupan masyarakat Ukraina, yaitu pengurangan subsidi yang berarti akan berlipat
gandanya harga gas di Ukraina26. Beberapa analis menyatakan Ukraina masih membutuhkan
besaran dana yang fantastis, yaitu sekitar USD 20 Milyar untuk tahun 2014, USD 25 Milyar
untuk tahun 2015; sehingga bantuan sebesar USD 10-15 Milyar akan sangat membantu
kelangsungan hidup Ukraina. Angka tersebut diatas disebutkan setelah dilakukan perhitungan
mengenai operasional yang dibutuhkan oleh Ukraina untuk membayar gaji masyarakat dan
juga untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo. Selama tahun 2014 saja, Ukraina sudah
Pirani.Op. cit. hal. 3
Darya Korsunskaya & Timothy Heritage, Reuters, edisi 17 Desember 2013. Russian bailout wins
Ukraine Economic Respite but deepens political rift. Dari alamat http://www.reuters.com/article/usukraine-idUSBRE9BF11U20131217 diakses pada Juli 2016.
23
Steve Gutterman, Reuters, edisi 23 Juni 2014. Russia gives breakdown of $15 billion Ukraine
bailout. Dari alamat http://www.reuters.com/article/us-ukraine-russia-bailoutidUSBREA0M21620140123 diakses pada 16 Agustus 2016
24
Ibid.
25
Nicolai Petro, The Guardian, edisi 9 Maret 2016, Why Ukraina Needs Russia More Than Ever. Dari
alamat https://www.theguardian.com/world/2016/mar/09/ukraine-needs-russia-nicolai-petro diakses
pada 16 Agustus 2016.
26
The Telegraph, edisi 25 Februari 2014. Ukraine: Why is the country so desperately in needs of
cash?. Dari alamat http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/ukraine/10660414/UkraineWhy-is-the-country-so-desperately-in-need-of-cash.html diakses pada 16 Agustus 2016
21
22

menghabiskan cadangan yang dimilikinya sebesar USD 2,8 Milyar demi membiayai
operasional negara, dimana cadangan Ukraina sendiri yang masih tersisa tinggal USD 16
Milyar27.
Di sisi lain, Russia tidak ingin mengalami kehilangan untuk kedua kalinya. Untuk itu,
Russia melakukan beberapa sangsi berupa permainan harga gas dan minyak yang melewati
Ukraina pada Juli dan Agustus 201328 sebagai sarana untuk mengendalikan perilaku Ukraina
sesuai dengan keinginan Russia. Hal ini kemudian secara langsung berdampak terhadap
perekonomian Ukraina dan menempatkan Ukraina dalam kebimbangan karena baik Uni
Eropa maupun Russia merupakan partner dagang yang terbesar dan sangat penting bagi
Ukraina. Penerimaan bailout ini dilakukan juga sebagai upaya untuk meringankan tekanan
dari Russia dalam hal sanksi ekonomi sebagaimana yang telah diancamkan oleh Putin selama
Ukraina berusaha untuk menjalin kerjasama dengan Uni Eropa29. Dengan Ukraina menerima
bailout ini, Russia tidak akan melaksanakan ancamannya untuk menjalankan sanksi tersebut
dan ekonomi Ukraina tidak akan semakin terancam.
Russia memiliki tujuan jangka panjang untuk membawa Ukraina ke dalam Uni Pabean
yang diciptakannya bersama dengan beberapa negara eks Uni Soviet lain, demi menyamakan
kapabilitas ekonomi sehingga dapat bersaing dengan Tiongkok dan Amerika Serikat30.
Russia juga bersedia memberikan diskon terhadap hutang Ukraina sebagai upaya
untuk mengendalikan citra keamanannya, dimana citra keamanan Russia didapatkan dari
mendirikan Pangkalan Militer besar di Sevastopol. Padahal besaran hutang Ukraina pada saat
itu juga mencapai milyaran USD.Hal ini mendukung argumen penulis yang menyatakan
bahwa Ukraina adalah aktor jackal dan Russia adalah aktor wolf dalam percaturan politik ala
Schweller.
Untungnya, Ukraina juga tidak semata pasrah berada dalam tekanan Russia.
Keputusan Ukraina untuk membatalkan penandatanganan Association Agreement bukan
berarti Ukraina langsung bergabung dengan Uni Pabean buatan Russia. 31 Yanukovych masih
berupaya untuk menjaga pilihan yang ada tetap terbuka selama mungkin.32 Bagaimanapun
juga, Uni Eropa menawarkan kemungkinan untuk penurunan hambatan tariff serta adanya
asistensi finansial. Meskipun demikian, Ukraina juga menyadari bahwa tidak ada
kemungkinan untuk naik ke dalam status anggota secara penuh dalam waktu dekat.
Ibid.
The Guardian, Op. cit.
29
Korsunskaya & Heritage, Op. cit.
30
Ibid.
31
Englund dan Lally, Op. cit.
32
Ibid.
27
28

Sebagai upaya untuk menunjukkan itikad baik kepada Russia, Ukraina bersedia untuk
menjadi observer dalam Uni Pabean, yang juga untungnya didukung oleh Uni Eropa dengan
ketentuan selama tidak menyalahi aturan keanggotaan WTO maupun kesepakatan DCFTA.33
Perilaku Ukraina ini menunjukkan keinginan Ukraina untuk mengurangi tekanan politik dari
Russia. Seperti yang telah dibahas di bab IV sebelumnya, Russia memiliki posisi tawar yang
lebih tinggi daripada Ukraina melalui bidang ekonominya. Namun potensi ekonomi Russia ini
sendiri kemudian dimanfaatkan sebagai instrumen politik untuk menyetir arah kebijakan luar
negeri Ukraina, dan digunakan sebagaimana perlunya dalam melihat arah kebijakan luar
negeri Ukraina. Hal ini yang menjadikan isu yang dihadapi oleh Ukraina, Russia dan Uni
Eropa ini patut dikategorikan sebagai isu ekonomi politik.
Apabila dibandingkan antara tawaran Uni Eropa dengan tawaran dari Russia, dalam
segi perbaikan keadaan ekonomi tentu lebih menguntungkan ketika Ukraina mengambil
tawaran untuk mendekat kepada Russia dengan imbalan pemotongan besaran hutang. Dalam
hal implementasi, penghapusan hutang tentu berguna dalam jangka waktu pendek sebagai
penunjang keberlangsungan produksi industri logam berat serta kehidupan masyarakat
Ukraina (limited aims). Sementara apabila dibandingkan dengan tawaran Uni Eropa, secara
tidak langsung Ukraina harus tetap memproduksi hasil industri logam berat yang sangat tidak
efisien dalam penggunaan sumber daya energinya, tanpa adanya potongan hutang dari Russia
dan pendapatan yang telah dipotong hambatan tariff-nya ini tidak sebanding dengan besaran
hutang Ukraina terhadap input sumber daya energi dari Russia.
Selain itu, Ukraina juga mempertimbangkan mengenai syarat-syarat yang diajukan
apabila ingin mendapatkan kepastian. Ukraina kesulitan untuk memenuhi beberapa standar
yang diberikan oleh Uni Eropa untuk melanjutkan negosiasi mengenai DCFTA, sementara di
sisi lain Russia membuka pintu lebar-lebar bagi Ukraina untuk bergabung ke dalam Uni
Pabean tanpa harus terlalu banyak mengubah keadaan domestik dan pemerintahan Ukraina.
Hal ini sesuai dengan klaim Schweller mengenai perilaku scavenging yang dilakukan
oleh aktor jackal. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, indicator utama dari jackal
bandwagoning adalah perilaku scavenging tersebut. Hal ini dilakukan oleh Ukraina dalam
bentuk perilaku menerima apapun yang tampaknya akan membawakan kemungkinan Ukraina
memperbaiki kondisinya. Ukraina juga tampak berupaya untuk menyenangkan semua pihak
agar terus dapat bekerja sama dengan keduanya, baik Uni Eropa maupun Russia. Hal ini
berarti klaim mengenai motif scavenging yang dimiliki oleh Ukraina telah berhasil
dibuktikan.
Aslund.Op. cit. hal. 8

33

Meskipun demikian, keputusan Ukraina untuk mengambil bailout dari Russia itu tidak
menjamin dapat menyelesaikan masalah keadaan ekonomi Ukraina secara menyeluruh. 34
Ukraina telah berupaya menjaga nilai tukar mata uangnya sedemikian tinggi selama ini. Hal
ini membuat Ukraina tertinggal dalam hal ekspor di pasar internasional. Ekspor utama
Ukraina yang diharapkan mampu mengangkat ekonominya adalah berupa barang-barang
industri logam berat dan mesin, namun sehubungan dengan tingginya nilai mata uang hryvnia
membuat importir dari negara-negara lain berpikir ulang untuk melakukan kerjasama eksporimpor dengan Ukraina. Selain itu, rendahnya permintaan dari negara lain juga turut andil
dalam merosotnya perekonomian Ukraina.35 Jadi, untuk mengandalkan bailout dari Russia
saja tidak akan cukup bagi Ukraina. Ukraina harus mengadakan revitalisasi dan reformasi
kebijakan di berbagai sector demi mengangkat keadaan ekonomi Ukraina.
b. Peluang Mendapatkan Profit Terbesar Dalam Beberapa Isu
Selama ini, kerjasama Ukraina dengan Russia tidak hanya diwarnai urusan ekonomi
semata, namun juga karena adanya isu politis. Ukraina telah lama memiliki dependensi dalam
hal energy terhadap Russia. Isu tersebut ternyata berkaitan erat dengan aspek lain seperti
misalnya separatisme, sehingga dengan adanya bailout ini Ukraina dapat melihat adanya
peluang untuk mendapatkan profit terbesar dalam beberapa isu yang dihadapinya dengan
Russia, yaitu isu ketergantungan energy serta kemungkinan separatisme
-

Isu Ketergantungan Energi
Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, Ukraina sangat

bergantung pada konsumsi gas dan minyak. Meskipun besaran produksi dan besaran
konsumsinya berbanding sangat jauh, Ukraina tidak banyak melakukan perubahan
dalam bidang kebijakan mengenai ketergantungan energi ini. 36 Kerjasama Russia
dengan Ukraina sering kali adalah mengenai masalah hutang penyaluran gas yang sulit
untuk terbayarkan akibat kondisi ekonomi Ukraina yang melemah. Hampir setiap tahun
terjadi pemotongan kuota penyaluran gas dari Russia (dan Turkmenistan) kepada
Ukraina akibat ketidakmampuan Ukraina untuk mengatasi pelunasan hutang-hutangnya.
Hutang Ukraina ini kemudian dijadikan alat agar Ukraina bersedia mengikuti
keinginan Russia. Seperti yang terjadi pada September 1993, dimana Presiden Russia
BBC edisi 18 Desember 2013.Op.cit.
Ibid.
36
Michael Fredholm. “Natural-Gas Trade between Russia, Turkmenistan and Ukraine; Agreement
and Dispute”.Research Report dari The Asian Culture and Trade Department Stockholm University,
Stockholm. November 2008. Halaman 11.
34
35

Boris Yeltsin menawarkan kepada Presiden Ukraina Leonid Kravchuk untuk
membatalkan pengadaan hutang tersebut sebagai kompensasi atas ijin Ukraina terhadap
Russia untuk mengontrol Pasukan Militer Russia di Laut Hitam serta mengontrol
kepemilikan hulu ledak nuklir Ukraina.37
Selain tahun 1993, upaya lain juga dilakukan oleh Russia dalam bentuk yang
sama pada tahun 1994. Pada tahun 1994 ini, sempat ada negosiasi antara Russia dengan
wakil perdana menteri Ukraina dimana hampir saja 51% saham pipa gas di Ukraina
dibeli oleh Gazprom. Namun pada tahun yang sama, hal itu kemudian dibatalkan oleh
Verkhovna Rada.38
Banyaknya upaya Russia memainkan politik pipanya di Ukraina membuktikan
bahwa Russia berusaha untuk mengontrol kebijakan yang diambil oleh Ukraina. Dalam
kajiannya, Anders Aslund juga menyebutkan bahwa salah satu petinggi Russia
menyinggung keuntungan yang akan didapatkan oleh Ukraina apabila bergabung dalam
Uni Pabean dengan Russia, Belarus dan Khazakhstan yaitu sebesar kurang lebih USD 9
Milyar karena Russia bersedia untuk menyalurkan gas dan minyak bumi dengan harga
rendah.39
Dengan adanya peluang untuk membayar hutang pada saat jatuh tempo tersebut
dan kemungkinan untuk melakukan penghematan dalam hal pembayaran biaya gas,
Ukraina memilih untuk mundur dari kesepakatan mengenai DCFTA dengan Uni Eropa
serta memilih untuk menyetujui paket bailout dengan Russia. Hal ini menghindarkan
kemungkinan Ukraina bangkrut akibat ketidakmampuan melunasi kewajibannya,
dimana dengan ketidakmampuan negara untuk melunasi hutang dan membiayai
operasional negara, akhirnya berimbas pula pada isu separatism. Untuk itu dapat dilihat
bahwa motif Ukraina untuk menerima bailout dari Russia juga adalah karena adanya
factor ketergantungan energy yang dapat berimbas panjang apabila terpengaruh sedikit
saja.
-

Isu Separatisme
Pemerintah Ukraina sendiri masih waswas mengenai separatisme. Awal mula

separatisme ini telah berakar jauh pada saat presiden pertama Ukraina menjabat pasca
kemerdekaan. Kesulitan untuk menyatukan dua sisi Ukraina, timur dan barat, telah
membuat kemungkinan separatisme menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu dapat
meledak akibat dipicu oleh permasalahan tertentu.
Ibid. Halaman 12.
Ibid.
39
Aslund, Op. cit. hal. 6
37
38

Di masa pemerintahan Presiden Leonid Kuchma, Ukraina kurang berhasil dalam
hal membentuk identitas kesatuan bangsanya.40 Adanya dua identitas yang berkembang
membuat masyarakat Ukraina terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagi mereka yang probarat dan pro-Russia, membuat Ukraina menjadi rapuh dalam hal kesatuan. Jumlah
masyarakat yang terbagi dua ini pun cukup besar jumlahnya, hampir masing-masing
dari penduduk Ukraina mengerti posisi mereka dan dapat memilih berada dalam posisi
yang mana.41
Sayangnya ancaman separatisme tidak hanya datang dari hal itu semata. Selama
ini masyarakat Ukraina membayar harga yang lebih rendah daripada standar harga
minyak dan gas umumnya. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tindakan Russia
dalam hal permainan politik pipa ini yang justru perlu dikhawatirkan. Apabila Russia
memutuskan untuk kembali mempermainkan harga gas dan minyak, pemerintah
Ukraina akan kelabakan dan terpaksa menaikkan harga gas dan minyak domestik. Hal
ini bukan tidak mungkin dapat memicu kemungkinan timbulnya protes dari masyarakat
dan berkemungkinan untuk berakhir dengan protes bernada separatisme.
Hal ini membuat pemerintah Ukraina berpikir bahwa dengan menentukan
posisinya terhadap Russia, Russia akan dapat mengurangi tekanan eksternal sehingga
akan berefek juga pada tekanan internal yang dirasakan oleh Ukraina. Ukraina tidak
perlu menaikkan harga gas domestiknya, sehingga ini saja sudah dapat meminimalisir
resiko separatisme berkedok ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah Ukraina.
Selain itu, dalam hal pergolakan dalam negeri mengenai dualisme identitas masyarakat,
dengan penerimaan bailout ini, Ukraina juga membuktikan bahwa pemerintah dapat
mengakomodasi kepentingan-kepentingan identitas yang ada, sehingga pemilik identitas
yang bersangkutan juga dapat merasakan keamanan dalam hal keterbukaan tangan
pemerintah terhadap investasi yang masuk dari golongan berlawanan.
Sekali lagi, reaksi Russia terhadap kemungkinan Ukraina untuk mendekat ke Uni
Eropa sebagian besar bernada negatif. Tidak menutup kemungkinan bahwa negaranegara yang tergabung dalam Uni Pabean akan mengenakan sangsi berupa hambatan
tariff yang lebih besar apabila Ukraina menandatangani kesepakatan Association
Agreement tersebut. Hal tersebut merambat ke arah kemungkinan untuk menghadapi
hutang lebih besar lagi apabila memilih untuk bergabung dengan DCFTA membuat
Maryana Prokop. “Where Does Ukraine’s Separatism Come From?”.New Eastern Europe edisi 31
Mei 2014.Dari alamat http://www.neweasterneurope.eu/interviews/1235-where-does-ukraine-sseparatism-come-from diakses pada 16 April 2016.
41
Kesimpulan ini didapat setelah membaca ulasan Maryana Prokop di alamat situs diatas.
40

Ukraina kemudian mengalihkan perhatiannya kepada bailout yang dijanjikan oleh
Russia.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh Russia diatas membuktikan bahwa bantuan
berupa bailout dari Russia mampu memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
ekonomi

Ukraina.

Selain

itu,

Russia

sendiri

mendapatkan

sesuatu

sebagai

kompensasinya atas mendorong pertumbuhan ekonomi Ukraina. Russia sedang
berupaya untuk membangun kembali situasi superpower yang ia miliki sebelumnya.
Russia juga tidak memungkiri bahwa ia bersedia memberikan lebih banyak selama yang
ia dapat bisa memberikan peningkatan yang lebih banyak. Buktinya, Russia bersedia
untuk membiayai secara besar-besaran hal-hal yang dinilai dapat memperbaiki citranya,
seperti membatalkan hutang-hutang sebesar milyaran USD yang dimiliki Ukraina akibat
ketidakmampuannya membayar transit gas dan minyak yang melewati wilayahnya.
Hal ini kemudian berkenaan kembali dengan perilaku Predatory Buckpassing
yang dilakukan oleh aktor jackal dalam elaborasi Schweller.

Perilaku Predatory

Buckpassing ini dibatasi oleh Schweller dalam kondisi dimana pihak revisionis
unlimited aims lebih kuat daripada pihak status quo. Dalam kasus Uni Eropa dan Russia,
pengaruh yang dimiliki oleh Russia jelas lebih kuat karena adanya ikatan sejarah dan
kerjasama yang telah berlangsung bertahun-tahun. Dengan kondisi demikian, Russia
bersedia untuk memberikan apapun yang dibutuhkan Ukraina, sebagai imbalan atas
jarak yang diberikan Ukraina terhadap Uni Eropa. Russia tidak pernah bersedia apabila
Ukraina bekerja sama dengan kedua sisi secara bersamaan. Ekonomis Swedia, Anders
Aslund, telah menyatakan bahwa salah satu tujuan utama Russia adalah untuk memblok
jalan Ukraina bergabung ke dalam Uni Eropa.42 Hal ini sesuai dengan klaim Schweller
atas perilaku aktor unlimited aims terhadap aktor limited aims. Namun hal ini mampu
disiasati oleh Ukraina dengan mendekati salah satu sisi pada saat tertentu saja demi
mendapatkan yang diinginkan. Dengan demikian, argument mengenai perilaku
Predatory Buckpassing Ukraina berhasil dibuktikan.
Dengan demikian, Ukraina telah menunjukkan indikasi bahwa selama ini
Ukraina bertindak sebagai negara jackal di tengah kancah perpolitikan di antara Uni
Eropa dengan Russia demi mendapatkan keuntungannya semaksimal mungkin.
KESIMPULAN

42

Aslund, Op.cit, hlm 1.

Dari penjabaran yang didapat dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa motif
Ukraina menerima bailout dari Russia adalah karena adanya peluang untuk meringankan
krisis Ukraina, sekaligus untuk mendapatkan profit terbaik dalam segala kondisi.
Interaksi yang terjalin antara Ukraina – Uni Eropa sudah terjalin sejak kemerdekaan
sementara interaksi Ukraina – Russia sudah terjalin sejak jauh sebelumnya. Ukraina berupaya
untuk keluar dari bayang-bayang pengaruh Russia, namun ketergantungan yang dimiliki oleh
Ukraina terhadap Russia ternyata terlalu besar dan turut berdampak pada upaya Ukraina untuk
menjalin hubungan yang lebih dekat kepada Uni Eropa.
Aspek-aspek yang dipengaruhi tidak hanya sebatas masalah ekonomi, melainkan juga
politik. Keseluruhan motif tersebut didapatkan setelah mengkaji perilaku Ukraina melalui
skema balance of interest Schweller yang menunjukkan bagaimana selama ini perilaku
Ukraina menunjukkan indikasi bahwa Ukraina merupakan negara jackal. Indikator perilaku
jackal bandwagoning dapat ditemui dari interaksi Ukraina dengan Uni Eropa dan Russia;
seperti perilaku Ukraina dalam penerimaan bantuan dari semua pihak yang memungkinkan,
tanpa memperlihatkan keberpihakan pada satu sisi tertentu. Hal ini berkenaan dengan sifat
scavenging yang dilakukan oleh aktor jackal demi mencapai profit yang diinginkannya, dalam
penelitian ini adalah untuk meredakan efek krisis berkepanjangan yang melanda Ukraina.
Selain itu, Ukraina membuktikan perilaku negara jackal-nya adalah dengan mendekat
demi mendapatkan profit, dimana Ukraina memanfaatkan Russia yang bersedia memberikan
apapun yang dibutuhkan Ukraina sebagai imbalan atas tidak bergabungnya Ukraina ke dalam
koalisi status quo Uni Eropa.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anthony J. Casey, E. A. (2015, Januari 26). A Framework for Bailout Regulation. Retrieved Desember
8,
2015,
from
STERN.NYU.EDU:
http://www.stern.nyu.edu/sites/default/files/assets/documents/A%20Framework%20for
%20Bailout%20Regulation%20150126%20clean.pdf
Aslund, A. (2013). Ukraine's Choice: European Association Agreement or Eurasian Union. Peterson
Institute for International Economics. Washington DC: Institute for International Economics.

Balmaceda, M. (n.d.). Energy Dependency, Politics and Corruption in the Former Soviet Union.
Oxon: Routledge.
Crampton, R. J. (1997). Eastern Europe in the Twentieth Century - and After (2nd Edition ed.). New
York: Routledge.
Czeh, E. (2013). Ukraine at Crossroad : In Between Russia and the EU. EUIJ Waseda Essay Contest.
De Micco, P. (2014). The Russian-Ukrainian Gas Deal Taking the bite out of winter. Brussels:
Directorate-General for External Policies of the Union.
Fredholm, M. (2008). Natural Gas Trade between Russia Turkmenistan and Ukraine : Agreement and
Disagreement. The Asian Culture and Tr